Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA KEHAMILAN


Ny. A USIA 40 TAHUN GIII P2002 USIA KEHAMILAN 30 MINGGU DENGAN
HIPERTENSI KRONIK
Di Puskesmas Sembayat
PERIODE TANGGAL: 03 Januari sampai 22 Januari 2022

Disusun Oleh:

Siti Mushoffah (P27824621078)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PROFESI BIDANAN
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan Asuhan Kebidanan Holistik pada Kehamilan ini dilaksanakan sebagai dokumen
/laporan praktik Blok 1 yangtelah dilaksanakan di Puskesmas Sembayat periode Praktik
tanggal 03 s/d 22 Januari 2022
Penyusun sebagai penulis mengucapkan terimakasih kepada para pembimbing yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan Praktik dan penyusunan laporan ini, yakni
kepada:
1. Evi Pratami . M,Keb. selaku ketua program studi Profesi Bidan dan Pembimbing
Akademik
2. Dr. Hilda Besty Marlene,selaku Kepala Puskesmas Sembayat dan pembimbing klinik.
3. Evi Yunita N, SST., M. Keb selaku pembimbing akademik.
4. Seluruh Staf Puskesmas Sembayat yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktik.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan di masa
mendatang.

Surabaya, 22 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................i
BAB I ....................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktik ........................................................................................................................ 2
1.3 Lama Praktek.......................................................................................................................... 3
BAB II ...................................................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................................... 4
2.1. Hipertensi dalam Kehamilan .................................................................................................. 4
2.2. Konsep asuhan Kebidanan Dengan Preeklampsia ............................................................... 20
BAB III ................................................................................................................................................... 34
TINJAUAN KASUS ................................................................................................................................. 34
3.1 Subyektif .............................................................................................................................. 34
3.2 Data Objektif ........................................................................................................................ 37
3.3 Assasment/Analisa Data ...................................................................................................... 38
3.4 Planning................................................................................................................................ 38
BAB IV................................................................................................................................................... 41
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................... 41
BAB V.................................................................................................................................................... 45
PENUTUP .............................................................................................................................................. 45
5.1. Kesimpulan........................................................................................................................... 45
5.2. Saran .................................................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 46

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi
karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu
sehat, maka akan menghasilkan bayi yang sehat yang akan menjadi generasi yang kuat.
Ibu yang sehat juga menciptakan keluarga sehat dan bahagia (Admin, 2007). Sebagai
tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator terpenting untuk
menilai kualitas pelayanan obstetri dan ginekologi disuatu wilayah adalah melihat
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di wilayah tersebut.
Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi termasuk
dalam masalah global yang melanda dunia. Menurut data WHO (World Health
Organization) pada tahun 2012 jumlah kasus hipertensi ada 839 juta kasus. Kasus ini
diperkirakan akan semakin tinggi pada tahun 2025 dengan jumlah 1,15 milyar kasus atau
sekitar 29% dari total penduduk dunia. Secara global, 80% kematian ibu hamil yang
tergolong dalam penyebab kematian ibu secara langsung, yaitu disebabkan karena terjadi
perdarahan (25%) biasanya perdarahan pasca persalinan, hipertensi pada ibu hamil (12%),
partus macet (8%), aborsi (13%) dan karena sebab lain (7%) (WHO, 2012).
Hipertensi pada kehamilan merupakan penyakit tidak menular penyebab
kematian maternal. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak
ditularkan dari orang ke orang. PTM diantaranya adalah hipertensi, diabetes, penyakit
jantung, stroke, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). PTM merupakan
penyebab kematian hampir 70% di dunia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 dan 2013, tampak kecenderungan peningkatan prevalensi PTM
seperti hipertensi, diabetes, stroke, dan penyakit sendi/rematik/encok. Fenomena ini
diprediksi akan terus berlanjut (Kemenkes RI, 2018).
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia dengan jumlah
penderita lebih satu milyar orang. Data World Health Organization (WHO) tahun 2013
menunjukkan bahwa sekitar satu milyar orang penduduk dunia menderita hipertensi dan
angka tersebut akan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Prevalensi hipertensi
meningkat di negara-negara Afrika sebesar 46% dan lebih rendah di negara maju sebesar
35% (WHO, 2013). Di Amerika Serikat prevalensi hipertensi 31%, laki-laki lebih tinggi

1
dibanding perempuan (39% dan 23%). Insidensi hipertensi meningkat 10% pada umur 30
tahun dan meningkat 30% pada umur 60 tahun (Kaplan and Rose, 2010).
Hipertensi merupakan faktor risiko utama peningkatan angka kesakitan dan kematian
karena penyakit kardiovaskular, serebrovaskular dan gagal ginjal tahap akhir (Sutter, 2017;
Kaplan, 2015). Menurut data National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES)
2011-2012 sepertiga penduduk dewasa di Amerika Serikat adalah penderita hipertensi, hampir
separuhnya tidak terkontrol. Dengan kontrol tekanan darah akan menurunkan insiden penyakit
jantung koroner sebesar 20-25%, stroke 30-35% dan payah jantung 50% (Sutter, 2017).
Hipertensi pada kehamilan sering terjadi dan merupakan penyebab utama kematian ibu
melahirkan, serta memiliki efek serius lainnya saat melahirkan. Hipertensi pada kehamilan
terjadi pada 5% dari semua kehamilan (Karthikeyan, 2015). Di Amerika Serikat angka
kejadian kehamilan dengan hipertensi mencapai 6-10 %, dimana terdapat 4 juta wanita hamil
dan diperkirakan 240.000 disertai hipertensi setiap tahun. Hipertensi merupakan faktor risiko
stroke dan insidennya meningkat pada kehamilan dimana 15% kematian ibu hamil di
Amerika disebabkan oleh pendarahan intraserebral (Malha et al., 2018)
Profil kesehatan Indonesia tahun 2020, menyabutkan Pada tahun 2019 penyebab
kematian ibu terbanyak adalah perdarahan(1.280kasus),hipertensi dalam kehamilan (1.066
kasus), infeksi (207 kasus) (KemkesRI,2020)
Hasil Sistem Registrasi Sampel (SRS, Balitbangkes) tahun 2016
menunjukkan data penyebab kematian ibu adalah hipertensi (33,7%),
perdarahan (27,03%), komplikasi non obstetrik (15,7%), komplikasi obstetrik
lainnya (12,04 %), infeksi (4%) dan lain-lain (4,5%), ( Permenkes, No 21, tahun 2021).
Kondisi ini memerlukan strategi manajemen khusus agar hasilnya lebih bagus.
Hipertensi pada kehamilan mempengaruhi ibu dan janin, dan dapat menyebabkan morbiditas
dan mortalitas ibu dan janin jika tidak dikelola dengan baik (Karthikeyan, 2015).
1.2 Tujuan Praktik
1. Dapat memahami definisi dari hipertensi dalam kehamilan.
2. Dapat memahami epidemiologi dari hipertensi dalam kehamilan.
3. Dapat memahami etiologi hipertensi dalam kehamilan.
4. Dapat memahami klasifikasi dari hipetensi dalam kehamilan.
5. Dapat memehami faktor resiko dari hipertensi dalam kehamilan.
6. Dapat memahami patofisiologi dari hipertensi dalam kehamilan.
7. Dapat memahami manifestasi klinis dari hipertensi dalam kehamilan.
2
8. Dapat memahami diagnosis dari hipertensi dalam kehamilan.
9. Mampu melakukan penatalaksanaan dari hipertensi dalam kehamilan.
10. Mampu melakukan pencegahan dari hipertensi dalam kehamilan.
1.3 Lama Praktek
Pelaksanan praktik asuhan kebidanan Holistik pada kehamilan dilakukandi Puskesmas
Sembayat. Lama praktik mulai tanggal 03 Januari 2022 sampai 22 Januari 2022.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Kehamilan

2.2. Hipertensi dalam Kehamilan


2.2.1 Definisi
Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan
berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau lebih setelah 20
minggu usia kehamilan pada wanita yang sebelumnya normotensif, tekanan darah
mencapai nilai 140/90 mmHg, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan
tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal (Junaidi, 2010).
Pengertian Hipertensi dalam kehamilan (HDK) adalah suatu keadaan yang
ditemukan sebagai komplikasi medik pada wanita hamil dan sebagai penyebab
morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin. Secara umum HDK dapat
didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik > 90 mmHg yang diukur paling kurang 6 jam pada saat
yang berbeda.
2.2.2 Epidemiologi
Hipertensi pada kehamilan berperan besar dalam morbiditas dan mortalitas
maternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7-10%
seluruh kehamilan. Dari seluruh ibu yang mengalami hipertensi selama hamil,
setengah sampai dua pertiganya didiagnosis mengalami preeklampsi atau eklampsi
(Bobak, 2005).
Di Indonesia, mortalitas dan morbiditas hipertensi pada kehamilan juga
masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh etiologi yang tidak jelas, dan juga
perawatan dalam persalinan masih ditangani petugas non medik serta sistem
rujukan yang belum sempurna. Hipertensi pada kehamilan dapat dipahami oleh
semua tenaga medik baik di pusat maupun di daerah ( Prawirohardjo, 2013).
Pada tahun 2019 penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan
(1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi (207 kasus)
(Kemkes RI, 2019, Profil Kesehatan Indonesia).
Jumlah kematian ibu di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2020 berdasarkan
laporan dari kabupaten pada Profil Kesehatah Jatim tahun 2020 sebesar 565 orang.
4
Penyebab perdarahan 122 orang ( 21,59%), Hipertensi Dalam Kehamilan 152
orang ( 26,9%), Infeksi 30 orang ( 5,3%), Gangguan Sistem Peredaran Darah 43
orang (7,6%), GangguanMetabolik 8 orang (1,4%), Lain – lain 210 orang(37,1%).
Penyebab tertinggi adalah Hipertensi dalam kehamilan ( Dinkes Prov Jatim, 2020).

3 Etiologi Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis:


1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada
sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada
sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu
tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau
norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif
(malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu
terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres
cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres
telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal
4 Klasifikasi
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan The National
High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure
in Pregnancy (NHBPEP) memberikan suatu klasifikasi untuk mendiagnosa jenis
hipertensi dalam kehamilan, (NHBPEP,2000) yaitu :
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20
minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosissetelah umur kehamilan
20 minggu dan hipertensi menetap sampai12 minggu pascapersalinan.

5
2. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria. Eklampsia adalah preeklampsi yang disertai
dengan kejang-kejang dan/atau koma.
3. Preeklampsia pada hipertensi kronik (preeclampsia superimposed upon
chronic hypertension) adalah hipertensi kronik disertai tanda-tanda
preeklampsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
4. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa
disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan
atau kematian dengan tanda-tanda preeklampsi tetapi tanpa proteinuria
(Prawirohardjo, 2013).
Tabel 1. Perbedaan gambaran klinis antara hipertensi kronik, hipertensi gestasional
dan preeklampsia (Suyono S, 2009).
Gambaran Klinis Hipertensi Kronik Hipertensi Preeklampsia
Gestasional
Saatnya muncul Kehamilan Biasanya Kehamilan <20
Hipertensi <20 minggu Trimester III Minggu
Drajat HT Ringan-berat Ringan Ringan-berat
Proteinuria Tidak ada Tidak ada Biasanya ada
Serum urat > 5,5 Jarang Tidak ada Ada pada semua
mg/dl kasus
Hemokonsentrasi Tidak ada Tidak ada Ada pada kasus
preeklampsi berat
Trombositopenia Tidak ada Tidak ada Ada pada kasus
preeklampsi berat
Disfungsi hati Tidak ada Tidak ada Ada pada kasus
preeklampsi berat

5 Faktor Resiko
Hipertensi dalam kehamilan merupakan gangguan multifaktorial. Beberapa
faktor risiko dari hipertensi dalam kehamilan adalah (Katsiki N et al., 2010) :
1. Faktor maternal
a Usia maternal

6
Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia20-30 tahun.
Komplikasi maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di
bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal
yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Dampak dari usia yang kurang, dapat
menimbulkan komplikasi selama kehamilan. Setiap remaja primigravida
mempunyai risiko yang lebih besar mengalami hipertensi dalam
kehamilan dan meningkat lagi saat usia diatas 35 tahun (Manuaba C,
2007)
b Primigravida
Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada kehamilan pertama.
Jika ditinjau dari kejadian hipertensi dalam kehamilan, graviditas paling
aman adalah kehamilan kedua sampai ketiga (Katsiki N et al., 2010).
c Riwayat Keluarga
Terdapat peranan genetik pada hipertensi dalam kehamilan. Hal tersebut
dapat terjadi karena terdapat riwayat keluarga dengan hipertensi dalam
kehamilan (Muflihan FA, 2012).
d Riwayat Hipertensi
Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama kehamilan dapat
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan, dimana
komplikasi tersebut dapat mengakibatkan superimpose preeclampsi dan
hipertensi kronis dalam kehamilan (Manuaba, 2007).
e. Jarak antar kehamilan

Wanita dengan jarak kehamilan sebelumnya lebih dari 10 tahun memiliki


risiko hampir sama dengan kehamilan pertama. Risiko preeklampsia
semakin meningkat sesuai dengan lamanya interval dengan kehamilan
pertama.

f. Riwayat preeklampsia sebelumnya

Riwayat preeklampsia sebelumnya merupakan faktor risiko utama dengan


peningkatan risiko hingga 7 kali lipat. Kehamilan pada wanita dengan
preeklampsia sebelumnya berkaitan dengan kejadian preeklampsia berat,
preeklampsia onset dini, dan membawa dampak yang buruk untuk janin

7
g. Riwayat keluarga preeklampsia/eklampsia
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga meningkatkan risiko hampir 3
kali lipat. Adanya riwayat preeklampsia pada ibu meningkatkan risiko
sebanyak 3.6 kali lipat
h. Tingginya IMT
Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah gizi karena kelebihan
kalori, kelebihan gula dan garam yang bisa menjadi faktor risiko
terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus,
hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung koroner, reumatik dan
berbagai jenis keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan lain. Hal
tersebut berkaitan dengan adanya timbunan lemak berlebih dalam tubuh
(Muflihan FA, 2012).
i. Gangguan Ginjal
Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita pada ibu hamil
dapat menyebabkan hipertensi dalam kehamilan. Hal tersebut
berhubungan dengan kerusakan glomerulus yang menimbulkan gangguan
filtrasi dan vasokonstriksi pembuluh darah (Muflihan FA, 2012).
2. Faktor Kehamilan
Faktor kehamilan seperti molahilatidosa, hydrocepalus dan kehamilan ganda
berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. Preeklampsi dan eklampsi
mempunyai risiko 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda. Dari 105
kasus bayi kembar dua, didapatkan 28,6% kejadian preeklampsi dan satu
kasus kematian ibu karena eklampsi (Manuaba, 2007).

6 Patofisiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan
jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori yang dianggap mutlak benar. Teori-teori
yang sekarang banyak dianut adalah ( Prawirohardjo, 2013) :
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari
cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah
tersebut menembus miometrium berupa arteri arkuata dan arteri arkuata
8
memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium
menjadi arteri basalis dan memberi cabang arteri spiralis.
Pada kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi
trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi
lapisan otot tersebut, sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas
juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks
menjadi gembur dan memudahkan lumen spiralis mengalami distensi dan
dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri apiralis ini memberi dampak
penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan
aliran darah pada utero plasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup
banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin
pertumbuhna janin dengan baik. Proses ini dinamakan “remodeling arteri
spiralis”.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas
pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot
arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi, dan terjadi
kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah utero plasenta
menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak iskemia
plasenta akan menimbulkan perubahan-perubahan yang dapat menjelaskan
patogenesis hipertensi dalam kehamilan selanjutnya.
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
a. Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada
hipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri
spiralis”, dengan akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang
mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (radikal
bebas).
Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima molekul
yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan
penting yang dihasilkan iskemia plasenta adalah radikal hidroksil yang
sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh
darah. Produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses normal,
9
karena oksidan memang dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Adanya
radikal bebas dalam darah, maka hipertensi dalam kehamilan disebut
“toxaemia”.
Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang
mengandung banyak asam lemak tidak jernih menjadi peroksida lemak.
Peroksida lemak selain akan merusak membran sel, juga akan merusak
nukleus dan protein sel endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam
tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi
antioksidan.
b. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar
oksidan, khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan
antioksidan, misalnya vitamin E pada hipertensi dalam kehamilan
menurun, sehingga terjadi dominan kadar oksidan peroksida lemak
yang relatif tinggi. Peroksida lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang
sangat toksik ini akan beredar di seluruh tubuh melalui aliran darah dan
akan merusak membran sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah
mengalami kerusakan oleh peroksida lemak, karena letaknya langsung
berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak asam lemak
tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan
radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak.
c. Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka
terjadi kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran
sel endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan
terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel
endotel. Keadaan ini disebut “disfungsi endotel” (endothelial
disfunction). Pada waktu terjadikerusakan sel endotel yang
mengakibatkan disfungsi sel endotel, maka akan terjadi :
1) Ganggguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi
endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya
produksi prostasiklin (PGE2) suatu vasodilator kuat.

10
2) Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan. Agregasi trombosit ini adalah untuk menutup tempat-
tempat di lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit memproduksi tromboksan (TXA2) suatu vasokontriktor
kuat.Dalam keadaan normal perbandingan kadar
protasiklin/tromboksan lebih tinggi kadar prostasiklin (vasodilator).
Pada preeklampsi kadar tromboksan lebih tinggi dari kadar
prostasiklin sehingga terjadi vasokonstriksi, maka terjadi kenaikan
tekana darah.
3) Perubahan khas pada sel endotel kapiler glomerulus(glomerular
endotheliosis).
4) Peningkatan permeabilitas kapiler.
5) Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu endotelin.
Kadar vasodilator menurun, sedangkan endotelin (vasokontriksi)
meningkat.
6) Peningkatan faktor koagulasi.

3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin


Faktor imunologik berperan terhadap terjadinya hipertensi dalam
kehamilan dengan fakta sebagai berikut :
a. Primigravida mempunyai resiko lebih besar terjadinyahipertensi dalam
kehamilan jika dibandingkan dengan multigravida.
b. Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai resiko lebih besar
terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan suami
yang sebelumnya.
c. Seks oral mempunyai resiko lebih rendah terjadinya hipertensi dalam
kehamilan. Lamanya periode hubungan seks sampai saat kehamilan ialah
makin lama periode ini, makin kecil terjadinya hipertensi dalam
kehamilan.
Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak adanya
“hasil konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human
leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi
respon imun, sehingga ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya
11
HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh natural
killer cell (NK) ibu.
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke
dalam jaringan desidua ibu, jadi HLA-G merupakan prokondisi untuk
terjadinya invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibudisamping untuk
menghadapi sel natural killer. Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan,
terjadi penurunan HLA-G. Berkurngnya HLA-G di desidua didaerah plasenta,
menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat
penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga
mepermudah terjadinya reaksi inflamasi kemungkinan terjadi immune-
maladaptation pada preeklampsia.
Pada awal trimester kedua kehamilan perempuan yang mempunyai
kecenderungan terjadi preeklampsia, ternyata mempunyai proporsi sel yang
lebih rendah di banding pada normotensif.
4. Teori adaptasi kardiovaskular
Pada hamil normal pembulu darah refrakter tehadap bahan-bahan
vasopresor. Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka tehadap rangsangan
bahan vasopresor, atau dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk
menimbulkan respons vasokonstriksi. Pada kehamilan normal terjadinya
refrakter pembuluh daerah terhadap bahan vasopresor adalah akibat dilindungi
oleh adanya sitensis prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini
dibuktikan bahwa daya rafrakter terhadap bahan vasopresor akan hilang bila
diberi prostaglandin sintensa inhibitor (bahan yang menghambat produksi
prostaglandin). Prostaglandin ini di kemudian hari ternyata adalah prostasiklin.
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap
bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap
bahan-bahan vasopresor. Artinya, daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan
vasopresor hilang sehingga pembuluh darah menjadi peka terhadap bahan
vasopresor. Banyak peneliti telah membuktikan bahwa peningkatan kepekaan
terhadap bahan-bahan vasopresor pada hipertensi dalam kehamilan sudah terjadi
pada trimester I (pertama). Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan
menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua

12
puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi
dalam kehamilan.
7 Manifestasi Klinis
Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyakit teoritis, sehingga terdapat
berbagai usulan mengenai pembagian kliniknya. Pembagian klinik hipertensi
dalam kehamilan adalah sebagai berikut (Manuaba,2007) :
1. Hipertensi dalam kehamilan sebagai komplikasi kehamilan
a. Preeklampsi
Preeklampsi adalah suatu sindrom spesifik kehamilan berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel.
Diagnosis preeklampsi ditegakkan jika terjadihipertensi disertai dengan
proteinuria dan atau edema yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu
ke-20. Proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya 300 mg atau lebih
protein dalam urin 24 jam atau 30 mg/dl (+1 dipstik) secara menetap pada
sampel acak urin (Cunningham G, 2013). Preeklampsi dibagi menjadi dua
berdasarkan derajatnya yang dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Derajat Preeklampsi
Derajat Preeklampsia
Ringan Berat
1. Hipertensi ≥ 140/90 mmHg 1. Hipertensi ≥ 160/110mmHg
2. Proteinuria ≥ 300mg/24 jam atau ≥ + 2. Proteinuria ≥ 500 mg/24 jam atau >
1 dipstik +3 dipstik
3. Oliguria kurang dari 500 ml/24 jam
4. Gangguan pengelihatan dan serebral
5. Oedema paru dan sianosis
6. Nyeri epigastrium atau kuadran
kanan atas
7. Trombositopenia
8. Pertumbuhan janin tergangu

Proteinuria yang merupakan tanda diagnostik preeklampsi dapat terjadi


karena kerusakan glomerulus ginjal. Dalam keadaan normal, proteoglikan
dalam membran dasar glomerulus menyebabkan muatan listrik negatif
13
terhadap protein, sehingga hasil akhir filtrat glomerulus adalah bebas
protein. Pada penyakit ginjal tertentu, muatan negatif proteoglikan
menjadi hilang sehingga terjadi nefropati dan proteinuria atau
albuminuria. Salah satu dampak dari disfungsi endotel yang ada pada
preeklampsi adalah nefropati ginjal karena peningkatan permeabilitas
vaskular. Proses tersebut dapat menjelaskan terjadinya proteinuria pada
preeklampsi. Kadar kreatinin plasma pada preeklampsi umumnya normal
atau naik sedikit (1,0-1,5mg/dl). Hal ini disebabkan karena preeklampsi
menghambat filtrasi, sedangkan kehamilan memacu filtrasi sehingga
terjadi kesimpangan (Guyton, 2007).
b. Eklampsia
Eklampsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan
preeklampsia yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain. Kejang bersifat
grand mal atau tonik-klonik generalisata dan mungkin timbul sebelum,
selama atau setelah persalinan. Eklampsia paling sering terjadi pada
trimester akhir dan menjadi sering mendekati aterm. Pada umumnya
kejang dimulai dari makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya
gejala nyeri kepala daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri
epigastrium dan hiperrefleksia. Konvulsi eklampsi dibagi menjadi 4
tingkat, yaitu (Prawirohardjo, 2013) :
1) Tingkat awal atau aura
Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik. Mata penderita terbuka
tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya dan
kepala diputar ke kanan atau ke kiri.
2) Tingkat kejang tonik
Berlangsung kurang lebih 30 detik. Dalam tingkat ini seluruh otot
menjadi kaku, wajah kelihatan kaku, tangannya menggenggam dan
kaki membengkok ke dalam. Pernapasan berhenti, muka terlihat
sianotik dan lidah dapat tergigit.
3) Tingkat kejang klonik
Berlangsung antara 1-2 menit. Kejang tonik menghilang. Semua otot
berkontraksi secara berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut
membuka dan menutup sehingga lidah dapat tergigit disertai bola
14
mata menonjol. Dari mulut, keluar ludah yang berbusa, muka
menunjukkan kongesti dan sianotik. Penderita menjadi tak sadar.
Kejang klonik ini dapat terjadi demikian hebatnya, sehingga
penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya kejang
berhenti dan penderita menarik napas secara mendengkur.
4) Tingkat koma
Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama. Secara perlahan-lahan
penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa
sebelum itu timbul serangan baru yang berulang, sehingga penderita
tetap dalam koma. Selama serangan, tekanan darah meninggi, nadi
cepat dan suhu meningkat sampai 40 C.
5) Kejang pada eklampsi berkaitan dengan terjadinya edema serebri.
Secara teoritis terdapat dua penyebab terjadinya edema serebri fokal
yaitu adanya vasospasme dan dilatasi yang kuat. Teori vasospasme
menganggap bahwa over regulation serebrovaskuler akibat naiknya
tekanan darah menyebabkan vasospasme yang berlebihan yang
menyebabkan iskemia lokal. Akibat iskemia akan menimbulkan
gangguan metabolisme energi pada membran sel sehingga akan
terjadi kegagalan ATP-dependent Na/K pump yang akan
menyebabkan edema sitotoksik. Apabila proses ini terus berlanjut
maka dapat terjadi ruptur membran sel yang menimbulkan lesi infark
yang bersifat irreversible.
Teori force dilatation mengungkapkan bahwa akibat peningkatan
tekanan darah yang ekstrim pada eklampsi menimbulkan kegagalan
vasokonstriksi autoregulasi sehingga terjadi vasodilatasi yang berlebihan
dan peningkatan perfusi darah serebral yang menyebabkan rusaknya
barier otak dengan terbukanya tight junction sel-sel endotel pembuluh
darah. Keadaan ini akan menimbulkan terjadinya edema vasogenik.
Edema vasogenik ini mudah meluas keseluruh sistem saraf pusat yang
dapat menimbulkan kejang pada eklampsi (Sudibjo P, 2010).
2. Hipertensi dalam kehamilan sebagai akibat dari hipertensi menahun
a. Hipertensi kronik

15
Hipertensi kronik dalam kehamilan adalah tekanan darah≥140/90 mmHg
yang didapatkan sebelum kehamilan atau sebelum umur kehamilan 20
minggu dan hipertensi tidak menghilang setelah 12 minggu pasca
persalinan. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi kronis dibagi menjadi
dua, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Pada hipertensi primer
penyebabnya tidak diketahui secara pasti atau idiopatik. Hipertensi jenis
ini terjadi 90-95% dari semua kasus hipertensi. Sedangkan pada hipertensi
sekunder, penyebabnya diketahui secara spesifik yang berhubungan
dengan penyakit ginjal, penyakit endokrin dan penyakit kardiovaskular
(Manuaba,2007).
b. Superimposed preeclampsia
Pada sebagian wanita, hipertensi kronik yang sudah ada sebelumnya
semakin memburuk setelah usia gestasi 24 minggu. Apabila disertai
proteinuria, diagnosisnya adalah superimpose preeklampsi pada
hipertensi kronik (superimposed preeclampsia). Preeklampsia pada
hipertensi kronik biasanya muncul pada usia kehamilan lebih dini
daripada preeklampsi murni, serta cenderung cukup parah dan pada
banyak kasus disertai dengan hambatan pertumbuhan janin (Manuaba,
2007).
3. Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional didapat pada wanita dengan tekanan darah≥140/90
mmHg atau lebih untuk pertama kali selama kehamilan tetapi belum
mengalami proteinuria. Hipertensi gestasional disebut transien hipertensi
apabila tidak terjadi preeklampsi dan tekanan darah kembali normal dalam 12
minggu postpartum. Dalam klasifikasi ini, diagnosis akhir bahwa yang
bersangkutan tidak mengalami preeklampsi hanya dapat dibuat saat
postpartum. Namun perlu diketahui bahwa wanita dengan hipertensi
gestasional dapat memperlihatkan tanda-tanda lain yang berkaitan dengan
preeklampsi, misalnya nyeri kepala, nyeri epigastrium atautrombositopenia
yang akan mempengaruhi penatalaksanaan (Cunningham G, 2013).

8 Diagnosis
1. Anamnesis
16
Dilakukan anamnesis pada pasien/keluarganya mengenai adanya gejala,
penyakit terdahulu, penyakit keluarga dan gaya hidup sehari-hari. Gejala dapat
berupa nyeri kepala, gangguan visus, rasa panas dimuka, dispneu, nyeri dada,
mual muntah dan kejang. Penyakit terdahulu seperti hipertensi dalam
kehamilan, penyulit pada pemakaian kontrasepsi hormonal, dan penyakit ginjal.
Riwayat gaya hidup meliputi keadaan lingkungan sosial, merokok dan minum
alkohol (POGI, 2010).
2. Pemeriksaan Fisik
Evaluasi tekanan darah dilakukan dengan cara meminta pasien dalam posisi
duduk di kursi dengan punggung bersandar pada sandaran kursi, lengan yang
akan diukur tekanan darahnya, diletakkan setinggi jantung dan bila perlu lengan
diberi penyangga. Lengan atas harus dibebaskan dari baju yang terlalu ketat
melingkarinya. Pada wanita hamil bila tidak memungkinkan duduk, dapat
miring kearah kiri. Pasien dalam waktu 30 menit sebelumnya tidak boleh
minum kopi dan obat dan tidak minumobat-obat stimulant adrenergik serta
istirahat sedikitnya 5 menit sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah
(POGI, 2010).
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang perlu dilakukan dalam kasus hipertensi sebagai komplikasi
kehamilan adalah proteinuria, untuk diagnosis dini preeklampsi yang
merupakan akibat dari hipertensi kehamilan. Pemeriksaan proteinuria dapat
dilakukan dengan dua metode, yaitu secara Esbach dan Dipstick. Pengukuran
secara Esbach, dikatakan proteinuria jika didapatkan protein ≥300 mg dari 24
jam jumlah urin. Nilai tersebut setara dengan kadar proteinuria ≥30 mg/dL (+1
dipstick) dari urin acak tengah yang tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
saluran kencing. Interpretasi hasil dari proteinuria dengan metode dipstick
adalah (POGI, 2014) :
+1 = 0,3 – 0,45 g/L
+2 = 0,45 – 1 g/L
+3 = 1 – 3 g/L
+4 = > 3 g/L.
Prevalensi kasus preeklampsi berat terjadi 95% pada hasil pemeriksaan +1
dipstick, 36% pada +2 dan +3 dipstick (Prasetyo R, 2014).
17
9 Penatalaksanaan
Penanganan umum, meliputi :
1. Perawatan selama kehamilan
Jika tekanan darah diastolik >110 mmHg, berikan obat antihipertensi
sampai tekanan darah diastolik diantara 90-100 mmHg. Obat pilihan
antihipertensi adalah hidralazin yang diberikan 5 mg IV pelan-pelan selama 5
menit sampai tekanan darah turun. Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan
nifedipin 5 mg sublingual dan tambahkan 5 mg sublingual jika respon tidak
membaik setelah 10 menit. Selain itu labetolol juga dapat diberikan sebagai
alternatif hidralazin. Dosis labetolol adalah10 mg, jika respon tidak baik setelah
10 menit, berikan lagi labetolol 20 mg. Pasang infus Ringer Laktat dengan
jarum besar (16 gauge atau lebih). Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai
overload. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. Adanya
krepitasi menunjukkan edema paru, maka pemberian cairan dihentikan. Perlu
kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria. Jika jumlah urin
<30 ml per jam, infus cairan dipertahankan sampai 1 jam dan pantau
kemungkinan edema paru. Observasi tanda-tanda vital ibu dan denyut jantung
janin dilakukan setiap jam (Prawirohardjo S, 2006).
Untuk hipertensi dalam kehamilan yang disertai kejang, dapat diberikan
Magnesium sulfat (MgSO4). MgSO4 merupakan obat pilihan untuk mencegah
dan menangani kejang pada preeklampsi dan eklampsi. Cara pemberian MgSO4
pada preeklampsi dan eklampsi adalah (Prawihardjo S, 2006) :
a. Dosis awal
Berikan MgSO4 4 gram IV sebagai larutan 20% selama 5 menit. Diikuti
dengan MgSO4 (40%) 5 gr IM dengan 1 ml lignokain 2% (dalam semprit
yang sama). Pasien akan merasa agak panas saat pemberian MgSO4.
b. Dosis pemeliharaan
MgSO4 (40%) 5 gr + 1 ml lignokain 2 % IM setiap 4 jam. Pemberian
tersebut dilanjutkan sampai 24 jam postpartum atau kejang terakhir. Sebelum
pemberian MgSO4, periksa frekuensi nafas minimal 16 kali/menit, refleks
patella positif dan urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir. Pemberian
MgSO4 dihentikan jika frekuensi nafas <16 kali/menit, refleks patella
negatif dan urin <30 ml/jam. Siapkan antidotum glukonat dan ventilator jika
18
terjadi henti nafas. Dosis glukonat adalah 2 gr (20 ml dalam larutan 10%) IV
secara perlahan sampai pernafasan membaik.
2. Perawatan persalinan
Pada preeklampsi berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedang pada
eklampsi dalam 12 jam sejak gejala eklampsi timbul. Jika terdapat gawat janin,
atau persalinan tidak terjadi dalam 12 jam pada eklampsi, lakukan seksio
sesarea (Mustafa R et al., 2012).
3. Perawatan pospartum
Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang terakhir.
Teruskan pemberian obat antihipertensi jika tekanan darah diastolik masih >110
mmHg dan pemantauan urin (Mustafa R et al., 2012).

10 Pencegahan
Strategi yang dilakukan guna mencegah hipertensi dalam kehamilan
meliputi upaya non farmakologi dan farmakologi. Upaya nonfarmakologi
meliputi edukasi, deteksi prenatal dini dan manipulasi diet. Sedangkan upaya
farmakologi mencakup pemberian aspirin dosis rendah dan antioksidan
(Cunningham G, 2013).
1. Penyuluhan untuk kehamilan berikutnya
Wanita yang mengalami hipertensi selama kehamilan harus dievaluasi pada
masa postpartum dini dan diberi penyuluhan mengenai kehamilan mendatang
serta risiko kardiovaskular mereka pada masa yang akan datang. Wanita yang
mengalami preeklampsi-eklampsia lebih rentan mengalami penyulit
hipertensi pada kehamilan berikutnya (James R dan Catherine N, 2004).
Edukasi mengenai beberapa faktor risiko yang memperberat kehamilan dan
pemberian antioksidan vitamin C pada wanita berisiko tinggi dapat
menurunkan angka morbiditas hipertensi dalam kehamilan (Cunningham G,
2013).
2. Deteksi pranatal dini
Selama kehamilan, waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan 1 kali saat
trimester pertama, 1 kali saat trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga.
Kunjungan dapat ditambah tergantung padakondisi maternal. Dengan adanya
pemeriksaan secara rutin selama kehamilan dapat dilakukan deteksi dini
19
hipertensi dalam kehamilan. Wanita dengan hipertensi yang nyata
(≥140/90mmHg) sering dirawat inapkan selama 2 sampai 3 hari untuk
dievaluasi keparahan hipertensi kehamilannya yang baru muncul. Meskipun
pemilihan pemeriksaan laboratorium dan tindakan tambahan tergantung pada
sifat keluhan utama dan biasanya merupakan bagian rencana diagnostik,
pemeriksaan sel darah lengkap dengan asupan darah, urinalisis serta golongan
darah dan rhesus menjadi tiga tes dasar yang memberikan data objektif untuk
evaluasi sebenarnya pada setiap kedaruratan obstetri ginekologi. Hal tersebut
berlaku pada hipertensi dalam kehamilan, urinalisis menjadi pemeriksaan
utama yang dapat menegakkan diagnosis dini pada preeklampsi (Cunningham
G, 2013).
3. Manipulasi diet.
Salah satu usaha awal yang ditujukan untuk mencegah hipertensi sebagai
penyulit kehamilan adalah pembatasan asupan garam. Diet tinggi kalsium dan
pemberian kapsul dengan kandungan minyak ikan dapat menyebabkan
penurunan bermakna tekanan darah serta mencegah hipertensi dalam
kehamilan (Cunningham G, 2013).
1. Aspirin dosis rendah
Penelitian pada tahun 1986, melaporkan bahwa pemberian aspirin 60 mg atau
placebo pada wanita primigravida mampu menurunkan kejadian preeklampsi.
Hal tersebut disebabkan karena supresi selektif sintesis tromboksan oleh
trombosit serta tidak terganggunya produksi prostasiklin (Cunningham G,
2013).
2. Antioksidan
Terapi antioksidan secara bermakna menurunkan aktivasi sel endotel dan
mengisyaratkan bahwa terapi semacam ini bermanfaat dalam pencegahan
hipertensi kehamilan, terutama preeklampsi. Antioksidan tersebut dapat
berupa vitamin C dan E (Cunningham G, 2013).

2.3. Konsep asuhan Kebidanan Dengan Preeklampsia


Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu pasien
atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara:
- Bertahap dan sistematis
20
- Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan
(Manajemen Kebidanan menurut Varney, 1997)
1. Pengertian
Proses pemecahan masalah digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan – penemuan
keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis. Untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien.
2. Langkah-langkah
I. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk memulai keadaan klien
secara keseluruhan.
II. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah.
III. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.
IV. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
V. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
VI. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
VII. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang dilakukan, mengulang kembali
manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

* Langkah 1: Tahap Pengumpulan Data Dasar


Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang terdiri
dari data subjektif data objektif. Data subjektif adalah yang menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. Yang
termasuk data subjektif antara lain biodata, riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, biopskologi spiritual,
pengetahuan klien.
Data objektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus. Data objektif terdiri dari pemeriksaan fisik
yang sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,
21
pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), pemeriksaan
penunjang (laboratorium, catatan baru dan sebelumnya).
1. Data Subjektif
a. Biodata atau identitas klien dan suami
Yang perlu dikaji : nama, umur, agama, suku, pendidikan,
pekerjaan dan alamat. Maksud ini adalah untuk mengidentifikasi
(mengenal) klien. Pada penderita dengan Hipertensi Kronis, usia
biasanya lanjut atau lebih dari 35 tahun.
b. Keluhan Utama
Merupakan alasan utama klien untuk datang ke RS dan apa-apa
saja yang dirasakan klien kemungkinan yang ditemui:biasanya
pusing,atau gangguan ketidaknyamanan lainnya,serta gangguan
penglihatan pada ibu. Dengan menanyakan gangguan subyektif kepada
klien dapat membantu menegakkan diagnosa.
c. Riwayat perkawinan
Kemungkinan diketahui status perkawinan,umur waktu kawin,
berapa lama kawin baru hamil.
d. Riwayat menstruasi
Yang ditanyakan adalah:HPHT,menarche, lama haid, siklus,
jumlah darah haid, bau dan warna darah haid, dismenorrhae, dan
keluhan. Dengan menanyakan riwayat menstruasi untuk membantuk
menegakkan diagnosa (umur kelahiran) dan tafsiran persalinan,
e. Riwayat obstetri yang lalu
Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu, apakah
pernah disertai dengan hipertensi. Dengan menanyakan riwayat
kehamilan, persalinan, nifas, KB yang lalu maka petugas kesehatan
dapat memperkirakan kelainan pada kehamilan maupun persalinan.
f. Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan ini ( keluhan nutrisi, pola eliminasi, aktifitas,
pola istirahat/tidur, seksualitas, imunisasi). Dengan menanyakan
riwayat kehamilan sekarang diharapkan petugas kesehatan mengetahui
keadaan kehamilannya.
g. Riwayat kesehatan
22
Yang perlu ditanyakan adalah sakit kepala, gangguan mata,
nyeri perut atas, dan apakah sebelum hamil atau sebelum usia kehamilan
20-21 minggu pernah menderita hipertensi. Riwayat kesehatan yang
lalu:kemungkinan klien pernah menderita penyakit
jantung,hipertensi,DM,dan mengalami operasi dinding rahim. Riwayat
kesehatan sekarang:kemungkinan klien sedang menderita penyakit
jantung ,hipertensi,DM,dan penyakit lainnya.
h. Riwayat kesehatn keluarga
Terdiri dari penyakit keluarga klien, apa ada yang menderita
penyakit menular, penyakit keturunan (asma), diabetes mellitus,
haemophili keturunan kembar dan penyakit kronis. Pada penderita
dengan Hipertensi Kronis ditanya pula apakah dari pihak keluarga ada
yang menderita penyakit hipertensi. Dengan menanyakan
penyakit/kesehatan keluarga dapat diketahui penyakit yang
mempengaruhi kehamilan, langsung ataupun tak langsung.
i. Riwayat kontrasepsi
Kemungkinan klien pernah menggunakan alat kontrasepsi atau
tidak.
j. Riwayat seksualitas
Kemungkinan klien mengalami dispareunia,frigid,apakah
aktifitasnya normal atau ada gangguan.
k. Riwayat sosial, ekonomi, dan budaya
Kemungkinan hubungan klien dengan suami,keluarga,dan
masyarakat baik, kemungkinan ekonomi yang kurang mencukupi,
adanya kebudayaan klien yang mempengaruhi kesehatan kehamilan dan
persalinannya.
l. Riwayat spiritual
Kemungkinan klien melakukan ibadah agama dan kepercayaannya
dengan baik.
m. Riwayat psikologis
Kemungkinan adanya tanggapan klien dan keluarga yang baik
terhadap kehamilan dan persalinan ini.Kemungkinan klien dan
suaminya mengharapkan dan senang dengan kehamilan ini atau
23
kemungkinan klien cemas dan gelisah dengan kehamilannya. Cemas
yang berlebihan dapat menyebabkan vasukonstriksi sehingga terjadi
vasuspasme dan akhirnya menambah peningkatan tekanan darah
n. Kebutahan dasar kemungkinan pemenuhan kebutuhan bio-psiko
yang meliputi pemenuhan nutrisi,proses eliminasi,aktifitas sehari-
hari,istirahat,personal hygiene dan kebiasaan-kebiasaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan saat hamil saat hamil dan bersalin.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
Secara teoritis kemungkinan ditemukan gambaran keadaan
umum klien baik,yang mencakup kesadaran, tekanan darah, nadi, nafas,
suhu, tinggi badan, berat badan dan keadaan umum.
Keadaan umum meliputi :
Postur tubuh klien (tinggi atau pendek) bentuk perut klien, ekspresi klien
(lesu, pucat atau senang).
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah :
Pada penderita dengan hipertensi didapatkan tekanan darah
>140/90 mmHg sebelum hamil atau sebelum usia kehamilan
20-21 minggu.
- Nadi :
Dihitung berapa kali dalam 1 menit, menghitung dengan nadi
pada pergelangan tangannya. Normalnya 60-90 x/menit
- Suhu :
Suhu badan normalnya 36,50C-37,50C.
- Respirasi :
Respirasi dihitung dari keteraturan pernapasan normalnya 18-
24 x/menit.
Mengukur berat badan
Berat badan pertambahannya sampai hamil genap bulan lebih
kurang 11-11,5 kg sehingga kenaikan rata-rata berat badan setiap
minggu 0.5.

24
Pada penderita Hipertensi yang mengarah kearah superimposed pre
eklampsia didapatkan kenaikan berat badan yang melebihi dari
normal.
Mengukur tinggi badan
Pengukuran tinggi badan dilakukan pada ibu yang pertama kali
datang. (Manuaba. IBG) Tinggi badan tidak boleh 145 cm.
Mengukur lingkaran lengan atas (LILA) normalnya 23,5 cm.
Dengan melihat keadaan umum pasien atau klien dapat diketahui
keadaannya normal atau menunjukkan adanya kelainan. Pada wanita
hamil yang dikatakan darahnya lebih dari normal perlu mendapat
pengawasan dan nasehat untuk banyak istirahat dan pengaturan denyut
pada penderita yang mengalami kehilangan darah maka frekuensi
denyut nadi pergelangan tangan akan meningkat dan denyutnya lebih
sukar diraba. Pada penderita dengan suhu tubuh lebih dari 38oC
menunjukkan orang yang bersangkutan mengalami demam, kalau suhu
tubuh kurang dari 35oC maka orang tersebut mengalami suhu rendah.
Dengan menghitung pernapasan dapat kita ketahui apakah
pernapasan penderita terhenti sama sekali atau tidak, sehingga perlu
segera diambil tindakan untuk menyelamatkan penderita.
Dengan mengukur berat badan dan memantau hasilnya.
Pada kenaikan berat badan yang lebih dari 0,5 tiap minggunya dan
disertai adanya aedema pada trimester III harus diwaspadai
Dengan mengukur tinggi badan dapat kita ketahui apakah ibu hamil
masih belum katagori resiko tinggi atau resiko rendah.
Dengan mengukur LILA dapat diketahui status gizi ibu (apakah
mengalami kekurangan energi kalori atau tidak)
b. Pemeriksaan Khusus
1. Inspeksi
Hal-hal yang diperiksa:
- Kepala dan muka (muka, mata, hidung, bibir dan gigi), apakah
ada oedema dan gangguan penglihatan.
- Keadaan leher (kelenjar gondok, linfe, struma, pembesaran vena
jogularis)
25
- Keadaan buah dada (betuk, warna kelainan, puting susu,
coloustrun)
- Keadaan perut (bentuk perut, pembesaran, striae, linea, luka
parut)
- Keadaan vulva (aedema, tandu chadwik, varisei, fluxus, flour,
candi lama)
- Keadaan tungkai (aedema, varises, luka dari pangkal paha
samapai ujung kaki)
- Dengan melihat kepala dan muka dapat disampaikan keadaan
klien sehat, gembira, sakit atau sedih.
- Dengan melihat keadaan leher adalah pembesarannya
kemungkinan adanya gangguan kardiokvasikuler.
- Dengan melihat keadaan buah dada dapat diketahui bentuk
puting susu sehingga bila ada kelainan harus mendapat
perawatan atau pemeliharaan yang baik.
- Dengan melihat perut bila ada luka parut mungkin akan
berpengaruh atau mempengaruhi kehamilan dan persalinan.
- Dengan melihat keadaan vulva untuk mencegah terjadinya
infeksi waktu persalinan maupun nifas.
- Dengan melihat anggota bagian bawah terutama tungkai dapat
dipakai untuk menegakkan diagnosa.
2. Pemeriksaan Palpasi
Hal-hal yang diperiksa meliputi :
- Leher meliputi kelenjar thygroid, limfe dan vena jogularis
- Dada meliputi benjolan, nyeri tekan pada payudara, pengeluaran
coloustrum
Abdomen meliputi leopold I, II, III, IV
- Tungkai
Dengan pemeriksaan palpasi pada leher untuk mengetahui
kelainan seacara dini
- Dengan pemeriksaan dada untuk mengetahui adanya tumor
payudara dan pengeluaran coloustrum

26
- Dengan palpasi abdomen maka dapat diketahui usia kehamilan
dan posisi janin
- Dengan palpasi tungkai maka dapat diketahui adanya kelainan
yang menyertai kehamilan.
- Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan umur kehamilan :
Umur kehamilan
- Tinggi fundus uteri (jari)
- Tinggi fundus uteri (cm)
3. Pemeriksaan Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi adalah memeriksa klien dengan
mendengarkan denyut jantung janin,frekuensinya,teratur atau tidak
dan posisi punctum maximumnya. untuk menentukan keadaan janin
didalam rahim hidup atau mati.
4. Pemeriksaan Perkusi
Pemeriksaan perkusi adalah memeriksa klien dengan
mengetuk lutut bagian depan menggunakan refleks hammer untuk
mengetahui kemungkinnan klien mengalami kekurangan vitamin
B1.
5. Pemeriksaan ukuran panggul
Kemungkinan normal dengan pengukuran jangkal panggul.
6. Pemeriksaan TBBJ
Kemungkinan berat badan janin normal,dengan menggunakan
rumus : (TFU dalam cm-13) x 155 + 375 (untuk lingkaran abdomen
yang lebih dari 100 cm).

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan labotarium (urine
/Protein urine, glukosa urine dan darah) kalau perlu rontgen,
ultrasonografi dan Non Stres Test (NST).
1) Urine:
- Reduksi: Dilakukan untuk mengetahui kadar gula dalam urine.
Cara membaca:
27
Biru: Negatif
Biru kehijauan: + 1
Hijau kekuningan: + 2
Hijau keruk kekuningan: + 3
Merah bata: + 4
Jika positif maka ibu menderita diabetes mellitus
- Albumin: Dilakukan untuk mengetahui protein urine dan
penyakitginjal
Cara membaca:
Tidak ada endapan: Negatif
Urin keruh: +1
Kekeruhan mudah dilihat dan ada endapan: +2
Kekeruhan mudah dilihat, endapan lebih jelas terlihat: +3
Urin sangat keruh disertai endapan menggumpal: +4
Jika hasil tes positif, dikhawatirkan ibu mengalami pre
eklampsia.
- Plano Test: Normalnya positif yaitu terlihat dua strip yang
terlihat jelas, jika negative yang terlihat hanya satu strip saja.
2) Darah
- Hb
Untuk mengetahui apakah ibu hamil menderita anemia
atau tidak.Yang dimaksud dengan anemia kehamilan adalah jika
kadar hemoglobin <11 gr/dL pada trimester 1 dan 3, atau jika
kadar hemoglobin < 10,5 gr/dL pada trimester 2. anemia yang
terjadi pada ibu hamil dikarenakan adanyahemodelusi atau suatu
keadaan dimana peningkatan sel darah merah yangtidak sebanding
dengsn peningkatan plasma darah.
Tingkatan anemia
Anemia ringan : 9-10 gr/dL
Anemia sedang : 7-8 gr/dL
Anemia berat : < 7 gr/dL
- Gol Darah

28
Untuk mengetahui golongan darah ibu, sehingga apabila
terjadi perdarahan sewaktu persalinan golongan darah telah
diketahui danmempermudah dalam mencari donor darah.
Pemeriksaan Lain
USG :
Rutin pada kehamilan 18 – 22 minggu untuk identifikasi
kelainan.Untuk mengetahui kondisi, jenis kelamin, usia kehamilan,
letak janin dan posisi janin.
* Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan.
Diagnosa
G..., P..., A..., H...,usia kehamilan...mgg, janin hidup, tunggal,
intrauterine, letkep, puka/puki, keadaan jalan lahir normal, KU ibu dan
janin kurang baik dengan hipertensi karena kehamilan (PIH).
Dasar : HPHT, adanya gerakan janin, teraba 2 bagian besar, tidak nyeri
pada saat dilakukan palpasi, Leopold I, Leopold II, menurut persalinan
yang lalu, dan Hipertensi jika Tekanan darah arteri melebihi 140/90
mmHg, Tidak terdapat protein dalam urine, Oedema ekstremitas hanya
sedikit atau tidak ada.
Masalah
Adapun masalah-masalah yang timbul pada ibu hamil dengan hypertensi
adalah : Gangguan rasa nyaman, Dasar :
1. Klien mengeluh kadang-kadang kepala pusing, gangguan penglihatan
2. Keadaan umum ibu baik,
3.Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih.
Kebutuhan
Nasehat yang dapat dianjurkan pada ibu hamil dengan hypertensi adalah
sebagai berikut :
1.Istirahat (tirah baring)
2.Pemberian obat anti hypertensi
3.Diet nutrisi seimbang
29
4.Pemantauan kahamilan
5.Pengenalan tanda-tanda persalinan
6.Pengenalan gawat janin

* Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau masalah potensial dan


mengantisipasi penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi.
Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial terhadap kasus hypertensi kronis pada ibu hamil meliputi :
1. Toxemia Gravidarum : 140/90 mmHg,
2. Terdapat protein
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin
Data pendukung : Non Stres Test (NST)
4. Partus Prematur
5. Solusio Placenta
Data pendukung : 1. Keluarnya darah berwarna kehitaman yang disertai rasa nyeri,
2. Palpasi rahim teraba keras seperti papan, 3. Anemia, 4. Pada toucher teraba
ketuban yang tegang terus menerus (karena isi rahim bertambah).
* Langkah IV: Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,
untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien.
Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat anti hipertensi, dan
terkontrol dengan baik lanjutkan pengobatan tersebut.
Jika tekanan diaslotik > 110 mmHg atau tekanan sistolik 160 mmHg
berikan anti hpertensi.
Jika terdapat proteinuria, pikirkan suporimpossed preeklamsia
30
* Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Berdasarkan diagnosa, masalah, kebutuhan yang ditegakkan, bidan
menyusun rencana tindakan. Rencana tindakan mencakup tujuan dan langkah-
langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi.
Langkah-langkah penyusunan rencana kegiatan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan.
Di dalam tujuan dikemukakan sasaran dan hasil yang akan dicapai.
2. Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan tindakan. Kriteria evaluasi dan
hasil tindakan ditentukan untuk mengukur keberhasilan dan pelaksanaan
asuhan yang dilakukan.
3. Menentukan langkah-langkah tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan
yang akan dicapai.
Langkah-langkah tindakan mencakup : kegiatan yang dilakukan secara mandiri,
kegiatan kolaborasi dan rujukan.
Perencanaan yang terdapat pada kehamilan dengan hypertensi kronis adalah
sebagai berikut :
- Jelaskan pada klien tentang kehamilan nya dan hal-hal yang harus
diperhatikan.
- Anjurkan pada klien istirahat yang cukup setidakanya 1 jam pada siang hari
dan 10 jam pada tidur malam.
- Anjurkan pada klien untuk mengkonsumsi diet gizi seimbang.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti hypertensi.
- Jelaskan tanda-tanda bahaya kehamilan dan anjurkan untuk segera ke rumah
sakit bila ada tanda-tanda itu.
- Anjurkan pada klien untuk kontrol satu minggu atau sewaktu-waktu bila ada
keluhan.
- Kaji penyebab timbulnya rasa pusing pada klien
- Jelaskan pada klien tentang cara mengatasi rasa pusing

31
- Anjurkan pada klien untuk sering jalan-jalan pagi hari sesuai batas
kemampuan
- Kaji penyebab rasa cemas dan pengaruh rasa cemas dan pengaruh cemas
terhadap kehamilan
- Berikan dukungan dan juga dari keluarga secara ramah dan tenang terhadap
kehamilan klien
- Anjurkan untuk kontrol teratur setiap satu minggu sekali
Dengan penjelasan yang diberikan diharapkan klien mengerti dan memahami
kelainan pada kehamilannya sehingga termotivasi untuk mengatasi masalah yang
timbul.
- Keuntungan tirah baring dapat meningkatkan perfusi uteroplacenta terutama
pada posisi tidur miring kiri.
- Dengan mengkonsumsi diet gizi seimbang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan metabolisme klien dan pertumbuhan janin didalam rahim.
- Dengan melakukan kolaborasi, bidan melakukan fungsi dependent untuk
membantu mempertahankan kondisi klien.
- Dengan mengetahui tanda - tanda berbahaya kehamilan diharapkan klien
dapat segera mengambil keputusan yang cepat dan tepat.
- Dengan kontrol teratur diharapkan kesejahteraan ibu dan janin dapat dipantau
dengan baik.
- Dengan mengetahui penyebab rasa pusing, intervens yang diberikan
diharapkan dapat lebih mengena faktor penyebabnya.
- Dengan penjelasan alternatif-alternatif cara mengatasi/mengurangi pusing
diharapkan dapat mengurangi masalah klien
- Dengan jalan-jalan pagi akan menyebabkan relaxasi otot sehingga kehamilan
dan persalinan dapat berlangsung dengan baik, dan yang lebih penting klien
akan nampak selalu segar dan sehat
- Cemas yang berlebihan dapat menyebabkan vasukonstriksi sehingga terjadi
vasuspasme dan akhirnya menambah peningkatan tekanan darah
Dengan pengetahuan diharapkan dapat mengurangi tingkat kecemasan klien
- Dengan dukungan dari orang-orang terdekat, diharapkan dapat mengurangi
beban psikis klien karena lingkungan banyak yang peduli terhadap klien

32
Dengan kontrol teratur, dapat dipantau kesejahteraan janin sehingga
mengurangi kecemasan klien terhadap keadaan bayinya

* Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman


Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan
ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.

* Langkah VII: Evaluasi


Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar tetap
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di
dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang
benar dalam pelaksanaannya.

33
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan ke 1.
Tanggal Pengkajian : 07 Januari 2021
Waktu : 09.30 WIB
Tempat : Poli KIA Puskesmas Sembayat.
Oleh : Siti Mushoffah

3.1 Subyektif
1. Biodata
Nama pasien : Ny. A Nama Suami : Tn. J
Umur : 40 Tahun Umur : 44 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Guru TK Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Gumeno RT 14, RW 06, Manyar, Gresik

2. Alasan Berkunjung
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya.

3. Keluhan Utama
Ibu merasakan mual, kadang-kadang muntah pada kehamilan ketiga ini.

4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun Banyaknya : 2-3x ganti pembalut
Siklus : 28 hari HPHT : 15 - 6 - 2021
Lama : 7 hari HPL : 22 – 03 - 2022
Dysmenorhoe : Tidak Skor Poedji : 22

34
5. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Nifas KB Ket
Suami Anak UK Peny Jenis Temp Peno Pen JK Hidup PB/B Lama Pen Metod
Ke- Ke- ulit at long yuli /Mati B Meny yuli e
t usui t
1 1 9 HT SC RS Dr, - P Hidup 50cm/ 2 - Tidak -
bula spog (13 3100g tahun KB
n tahun) ram
1 2 9 HT,B SC RS Dr, - L Hidup 49cm/ 2 - Pill
bula SC spog (9tahu 2800g tahun (lama
n n) ram pakai
5th)
1 3 HAMIL INI

6. Riwayat Kehamilan Sekarang


a. Trimester I
ANC : 1 kali di RS M Bungah, UK 12 Minggu. TD 157/100 MmHg.
Keluhan : Mual
Terapai : Asam folat, kalk, aspilet, metildopa, B6
Nasehat : - Tanda bahaya kehamilan. Nutrisi .
- Istirahat yang cukup.
- Kontrol 24/09/2021
b. Trimester II
ANC : 1 kali di PKM pada UK 24 minggu.
Keluhan : kadang-kadang perut terasa Kram.
Terapi : Aspilet, kalsium, fe
Nasehat : tanda bahaya kehamilan, Rujuk ke RSU Mabarrot Bungah
c. Tismester III:
ANC : 1 x , di puskesmas, UK 30 Mgg.
Keluhan : perut bagian atas agak nyeri.
Terapi : Aspilet, Kalsium.
Nasehat : tanda bahaya pada kehamilan, ANC teratur tiap 1 minggu,
rujuk RS/ Spog.
7. Riwayat KB
Ibu pernah memakai KB pil, selama 5 tahun.
8. Riwayat Kesehatan Ibu
35
Ibu sedang dan pernah menderita penyakit hipertensi serta ibu tidak pernah
menderita penyakit menular (HIV/AIDS, hepatitis, TBC) dan penyakit menurun
(DM, jantung, asma, kehamilan kembar), penyakit psikologis, ginjal, anemia.
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
Bapak dari ibu menderti penyakit hipertensi. Orang tua maupun keluarganya tidak
ada yang menderita penyakit menular (HIV/AIDS, hepatitis, TBC) dan penyakit
menurun (DM, jantung, asma, kehamilan kembar), penyakit psikologis, ginjal,
anemia.
10. Riwayat Perkawinan
Perkawinan ke-1
Status perkawinan: sah
Lama perkawinan: 15 tahun
11. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Makan : 3x sehari, 1 porsi berisi nasi, ikan, sayur, dan buah.
Minum : 7-8 x sehari, air putih dan susu hamil.
b. Pola Eliminasi
- BAB
Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : Padat
Warna : Coklat kekuningan
Bau : Seperti feses
- BAK
Frekuensi : 5 – 6x sehari
Konsistensi : Cair
Warna : Jernih
Bau : Khas dan menyengat
c. Pola Istirahat
Malam : 7 jam per hari
Siang : 1 jam per hari
d. Personal Hygiene
Mandi : 2x sehari
Gosok Gigi : 2x sehari
36
Ganti pakaian: 2x sehari
Keramas : 2 hari sekali
12. Riwayat Psikososial
Ibu merasa senang dengan kehamilan ketiganya, suami dan keluarga mendukung
dan menerima kehamilan ini dengan baik.
3.2 Data Objektif
1. KeadaanUmum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 140/90 mmHg Suhu : 36,5oC
Nadi : 80x/menit Respirasi : 20x/menit
Antropometri : BB hamil: 59,5 kg
BB sebelum hamil : 56 kg
Tinggi badan : 151 cm
LILA : 28 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Rambut : Rambut bersih, tidak rontok.
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
Hidung : Bersih, tidak ada secret.
Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada caries gigi, tidak ada sariawan,
tidak ada nyeri telan.
Muka : Tidak pucat, tidak ada oedema.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugolaris.
Payudara : Puting menonjol, tidak ada benjolan yang abnormal, kolostrum
belum keluar, tidak ada nyeri tekan.
Abdomen : Ada bekas luka operasi ( SC), terdapat line nigra dan linea alba.
Leopold I: TFU: 26 Cm, Bagian Atas Bulan Lunak ( Bokong)
Leopold II: Punggung sebelah Kiri
Leopold III: bagian terendah Kepala.
Leopold IV: kepala belum masuk PAP.
DJJ : 144x/menit
TBJ : (26 – 12) x 155 = 2.170 gr

37
Genetalia : Tidak ada varises, tidak ada tanda-tanda penyakit kelamin,
tidak ada keluaran.
Anus : Tidak ada hemoroid.
Ekstremitas : Tidak ada oedema, tidak ada varises, pergerakan aktif.
3. Pemeriksaan Penunjang
 USG
Tunggal, hidup, intrauterine.
UK 12 Mgg, Ketuban Cukup. DJJ +.
Lokasi plasenta : Pada Fundus.
HPL : 18 – 03 – 2022.
3.3 Assasment/Analisa Data
GIIIP2002 usia ibu 40 tahun/UK 30 Minggu/tunggal/ hidup/ intra Uteri/ presentasi
kepala/BSC/ibu dengan hipertensi kronis/ Janin sehat.
3.4 Planning
Tanggal: 07 Januari 2022 Pukul : 10.00 WIB
a. Menjalin komunikasi terapeutik.
b. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
Evaluasi: Ibu mengerti hasil pemeriksaan.
c. Koordinasi dengan petugas KIA untuk melakukan Skrining PE, didapatkan Hasil
positif ( Riwayat preeklamsi, Usia ibu ≥35 th, MAP 106,6, ROT 20 )
d. Menjelaskan kepada Klien tentang Hasil skrening PE, Konsultasi pada dokter
Umum,
Evaluasi : klien memahami, Tx dokter Umum: aspilet 1x 80 mg, Kalsium 1x
500mg. rujuk RS konsultasi dr, SpOg.
e. Mendiskusikan dengan ibu tentang kebutuhan dasar yaitu nutrisi, eliminasi,
istirahat dan tidur, aktifitas fisik, seksual, perawatan payudara dan Klas ibu hamil.
f. Mendiskusikan dengan ibu tentang ketidak nyamanan pada kehamilan trismester
III dan cara mengatasinya.
g. Evaluasi: Ibu mengerti dan bersedia mengikuti saran dari petugasMenjelaskan pada
ibu tentang tanda bahaya kehamilan dg PE: Kepala pusing, mual, nyeri uluh hati,
penglihatan kabur dan kejang, Bila ada tanda – tanda tersebut Ibu harap segera
menghubungi bidan atau ke RS.

38
Evaluasi : Ibu memahami, mampu menjelaskan kembali tentang tanda bahaya
pada PE.
h. Memberikan KIE Tentang P4K : menentukan RS yang ditujuh untuk melahirkan,
dokter yang akan menolong persalinan, pendamping saat persalinan, transportasi,
Dana dan pendonor darah.
Evaluasi : klien memilih RS Mabarrot Bungah untuk tempat persalinan, penolong
dokter R SpOg, dana dari JKN, transportasi Ambulan Desa, pendonor darah belum
tersedia.
i. Menganjurkan ibu untuk kontrol 1 minggu ( tgl 14 Januari 2022) untuk memantau
tekanan darah dan sewaktu -waktu bila ada keluhan seperti disampaikan di atas.
Evaluasi : Klien memahami dan bersedia control 1 minggu lagi.

Asuhan ke -2.
Tanggal 14 Januari 2022
Tempat Poli KIA Puskesmas Sembayat
Data Subyektif (S).
Keluhan Klien mengatakan ingin melakukan kontrol, tidak ada keluhan. Gerakan bayi aktif
Data Obyektif (O).
Keadaan umum baik , kesadaran komposmentis.
Tekanan Darah ; 150 / 90 Mmhg. Nadi : 80 x /menit. RR 20 x /menit. Suhu 36,4 °C.
Muka tidak pucat, tidak ada Oedem. Kaki, tangan tidak Bengkak.
Palpasi :
Leopold I: TFU: 26 Cm, Bagian Atas Bulat Lunak ( Bokong)
Leopold II: Punggung sebelah Kiri
Leopold III: bagian terendah Kepala.
Leopold IV: kepala belum masuk PAP.
DJJ : 148x/menit
TBJ : (26 – 12) x 155 = 2.170 gr
Hasil USG : 7 Januari 2021.
Janin tunggal, djj (+), UK 30/31 minggu, letak kepala, ketuban cukup, placenta pada fundus,
TBJ 1.549 Gr, kontrol ulang tanggal 09/02/2022, Pro SC tgl 11 Maret 2022.
Assesment (A).

39
G3P20002, usia ibu 40 tahun,UK 31 Mgg, tunggal, hidup, intra uteri,Presentasi Kepala, BSC,
Hipertensi Kronik, Ibu dan Janin sehat
Plaining (P)
1. Menjalin komunikasi terapeutik.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan, hasil pemeriksaan kondisi kehamilan normal, janin
sehat.
3. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya kehamilan dg PE: Kepala pusing, mual,
nyeri uluh hati, penglihatan kabur dan kejang, Bila ada tanda – tanda tersebut Ibu harap
segera menghubungi bidan atau ke RS.
Evaluasi : ibu memahami dan mampu menjelaskankembali tanda bahaya pada PE.
4. Menyarankan ibu untuk melakukan aktifitas fisik ringan , istirahat cukup.
5. Memberikan KIE kepada ibu tentang KB pasca salin.
Evaluasi : Ibu memahami dan merencanakan ikut MOW pada saat persalinan (SC).
6. Menjelaskan kepada Ibu tentang tanda – tanda persalinan dan persiapan persalinan.
7. Menganjurkan ibu untuk minum obat secara teratur.
Evaluasi : obat sudah diminum sesuai petunjuk.
8. Menganjurkan control kembali satu minggu lagi ( tgl 21 Januari 2022), Ibu bersedia.

40
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pengkajian kasus ini, Ibu Hamil ke -3, dengan usia 40 tahun, punya riwayat
Hipertensi sebelum kehamilan sekarang, pada persalinan pertama dan ke dua dilakukan SC
dengan indikasi Tekanan Darah Tinggi (PE). Setelah persalinan anak ke dua ibu menggunakan
kontrasepsi Pil, Tekanan Darah 150/90 MmHg. Pada skrining PE didapatkan hasil positif (
Usia Ibu, riwayat Hipertensi kehamilan sebelumnya, MAP (+). Dari assemen di dapatkan
G3p0002, usia 40 th, UK 30 Mgg, tunggal, hidup,presentasi kepala,BSC, Hipertensi Kronis,
ibu dan janin sehat.
Dalam kehamilan trismester III banyak ketidaknyamanan yang rasakan oleh ibu,antara
lain: Nyeri Punggung, Mual, nyeri ulu hati, susah tidur ( Insomnia). Patofisiologi nyeri
punggung , perut yang semakin membesar karena pertumbuhan janin dalam Rahim bisa
membuat postur tubuh ibu hamil berubah. Dan hormone Relaxin akan membuat tulang panggul
sedikit meregang, hal ini terjadi untuk mengantisipasi kelahiran dan membuka jalan lahir
nantinya. Namun hal ini bisa memberi efek pada punggung dengan timbulnya nyeri. Selain itu
beban tubuh di bagian depan yang bertambah juga membuat punggung harus menjadi
tumpuhan berat yang mempengaruhi kondidi sakit tersebut.
Untuk mengurangi keluhan tersebut petugas menyarankan agar ibu melakukan olah raga,
mengikuti kelas senam hamil, karena di dalamnya ada gerakan –gerakan yang bisa mengurangi
rasa sakit tersebut. Juga ibu bisa meminta suami untuk memberikan pijitan lembut di daerah
punggung, memberikan bantak kecil pada punggung saat tidur. Jangan menggunakan sandal
atau sepatu dengan hak tinggi.
Insomnia atau sulit tidur juga sering dialami oleh ibu hamil pada trismester III,
patofisiologinya adalah Pada trimester III gangguan ini terjadi karena ibu hamil sering kencing,
gangguan ini juga disebabkan oleh rasa tidak nyaman yang dirasakan ibu hamil seperti
bertambahnya ukuran rahim yang mengganggu gerak ibu. Untuk mengatasinya petugas
menyarankan menghindari rokok dan minuman beralkohol ,Menghindari merokok dan
mengkonsumsi alcohol pada saat hamil. Selain membahayakan janin, rokok dan alkohol juga
membuat ibu hamil sulit tidur. Hindari minuman yang mengandung , karena kafein dapat
membuat seseorang susah tidur dan membuat jantung berdebar. Biasakan tidur dalam posisi
miring ke kiri mulai trimester pertama sampai akhir kehamilan. Posisi tidur miring ke kiri juga
akan membantu darah dan nutrisi mengalir lancar ke janin dan rahim, serta membantu ginjal
untuk sedikit memperlambat produksi urine.
41
Nyeri perut sebelah kiri atas (Heartburn). Heartburn sering dialami oleh bumil,
terutama di TM III. Akibat pertumbuhan janin, rahim akan mendorong lambung, sehingga
mengakibatkan mengalirnya asam lambung kearah kerongkongan dan menimbulkan rasa
nyeri terutama setelah makan.
Perubahan kadar hormon bisa memperlambat proses pencernaan dan merelaksasi
otot lambung sehingga asam lambung keluar ke kerongkongan dan menimbulkan sensasi
heartburn seperti diatas. Untuk menguranginya petugas menganjurkan ibu hamil untuk
menghindari makanan yang pedas, berminyak dan goreng-gorengan, serta makan dalam
porsi kecil-kecil dan sering. Setelah makan dianjurkan posisi tetap tegak (jangan
berbaring), untuk mencegah terjadinya aliran balik makanan dari lambung ke
kerongkongan( Prawirohardjo, 2013).
Dari assemen di dapatkan G3p0002, usia 40 th, UK 30 Mgg, tunggal,
hidup,presentasi kepala,BSC, Hipertensi Kronis, ibu dan janin sehat.
Hipertensi dalam pada kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan
berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau lebih setelah 20 minggu usia
kehamilan pada wanita yang sebelumnya normotensif, tekanan darah mencapai nilai
140/90 mmHg, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik 15 mmHg
di atas nilai normal (Junaidi, 2010).
Faktor Risiko Hipertensi dalam kehamilan:
1. Factor Usia
Peningkatan risiko preeklampsia hampir dua kali lipat pada wanita hamil berusia 40
tahun
2. Kehamilan pertama
Kehamilan pertama memiliki risiko hampir 3 kali lipat
3. Jarak antar kehamilan
Wanita dengan jarak kehamilan sebelumnya lebih dari 10 tahun memiliki risiko hampir
sama dengan kehamilan pertama. Risiko preeklampsia semakin meningkat sesuai
dengan lamanya interval dengan kehamilan pertama.
4. Riwayat preeklampsia sebelumnya
Riwayat preeklampsia sebelumnya merupakan faktor risiko utama dengan peningkatan
risiko hingga 7 kali lipat. Kehamilan pada wanita dengan preeklampsia sebelumnya
berkaitan dengan kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan membawa
dampak yang buruk untuk janin
42
5. Riwayat keluarga preeklampsia/eklampsia
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga meningkatkan risiko hampir 3 kali lipat.
Adanya riwayat preeklampsia pada ibu meningkatkan risiko sebanyak 3.6 kali lipat (
Artikel RS Permata Husada Surabaya, 30 September 2020).
Kehamilan dengan Hipertensi akan mengalami berbagai masalah antara lain,
nyeri kepala, mata kabur, kaki bengkak. Dan menimbulkan komplikasi antara lain.
Pertumbuhan janin terganggu, Solutio plasenta, kejang, persalinan prematur dan
kematian ibu dan janin.
Patofisiologi terjadinga Preeklamsia adalah:
Pada kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke
dalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut,
sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar
arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen
spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri apiralis
ini memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan
peningkatan aliran darah pada utero plasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup
banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhna
janin dengan baik. Proses ini dinamakan “remodeling arteri spiralis”.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot
arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relatif
mengalami vasokontriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga
aliran darah utero plasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
Dampak iskemia plasenta akan menghasilkan oksidan yang dapat merusak membrane
sel nucleus dan protein endotel, kerusakan sel endotel menyebabkan disfungsi endotel.
Disfungsi endotel mempengaruhi perubahan sel glomerulus dan menyebabkan
proteuneria dan Hipoalbumen. Hipoalbumen menyebabkan penurunan tekanan osmotic
yang menyebabkan perpindahan cairan intra vaskuler ke interstetin yang menimbulkan
edem. Disfungsi emdotel menybabkan peningkatan enditelin dan penurunan NO yang
mempengaruhi vaso konstriksi, vasokonstriksi menyebabkan edem srebri dan
peningkatan TIK dan menimbulkan nyeri kepala dan kejang. Edem serebri dan
peningkatan TIK mempengaruhi cortical everen nerves yang menyebabkan mual dan
muntah. Vasokonstriksi juga menyebabkan spasme arteri retina yang dapat
43
menimbulkan gangguan visual. Dampak yang fatal dari keadaan di atas adalah
kematian ibu dan bayi( Prawirohardjo, 2013) . Untk menghindari hal tersebut diatas,
petugas menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan
terpadu secara kolaboratif antara Bidan, dokter umum dan dokter spesialis Obstetri.
Merencanakan rencana persalinan yang tepat, sesuai dengat P4K, yaitu tempat di
Rumah Sakit yang mampu emergensi Ibu dan neonatus, memilih menentukan dokter
yang akan menolong persalinan, menyiapkan transportasi dan pendonor darah,
menyiapkan dana. Petugas juga menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya pada ibu
hamil terutama ibu dengan Hipertensi serta cara untuk antisipasinya. Mendiskusikan
dengan ibu tentang ketidaknyamanan yang dirasakan dan mengingatkan untuk
meminum obat sesuai petunjuk dan kontrol berkala setiap 1 minggu.

44
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Seorang Ibu dengan G3P20002 , Usia 40 tahun,UK 30 Minggu,IU,T,H,BCS
2x,dengan hipertensi , telah dilakukan asuhan kebidanan secara komprehensip sejak
usia kehamilan 12 minggu. Pemeriksaan kehamilan secara kolaborasi antara petugas
puskesmas Bidan, dokter umum dengan rujukan berkala pada dokter Spesialis Obsteri.
Pemantauan oleh bidan dilakukan setiap minggu.
Setelah dilakukan asuhan mulai dari trismester satu sampai saat ini UK 31
minggu, kondisi ibu dalamm keadaan stabil terkontrol, baik keadaan ibu dan janin
dalam kondisi sehat. Perencanaan persalinan yang aman telah dilakukan, tempat
persalinan di RS , penolong oleh dr,SpoG, dan dilakukan secara terencana,dengan dana
dari JKN dan perencanaan KB MOW. Dengan harapan ibu dan bayi dalam keadaan
sehat dan selamat.
5.2. Saran
1. Bagi ibu hamil lebih menjaga asupan nutrisi, usia aman untuk hamil dan melahirkan
25 – 35 tahun , paritasnya tidak boleh lebih dari 3 karena memicu hipertensi kronik.
Melakukan pemeriksaan secara periodik untuk memantau dan pengobatan hipertensi
kronis.
2. Bagi mahasiswa dan tenaga kesehatan untuk dapat lebih teliti dalam melakukakan
skiring kahamilan sejak dini untuk menjaring faktor resiko pada ibu hamil.
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam deteksi dini hipertensi dalam
kehamilan, pencegahan komplikasi dan konseling .

45
DAFTAR PUSTAKA

Kemkes RI, 2020,” Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, edisi ketiga”, katalok Kementrian
Kesehatan Indonesia.
Kemkes RI, 2020, “Profil KesehatanIndonesia tahun 2020”, katalok Kementrian Kesehatan
Indonesia.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2021, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun
2020.
Kemkes RI, 2014, “ Peraturan Mentri Kesehatan Indonesia Nomor 97 Tahun 2014
Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,Persalinan, Dan
Masa Sesudah Melahirkan,Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta
Pelayanan Kesehatan Seksual”
Dr. dr. Haidar Alatas SpPD-KGH, MH., MM, 2019, “ Hipertensi Dalam Kehamilan,
Herdianti Sukmariah ell et, 2019, Upaya Pencegahan Hipertensi Dalam Kehamilan (Hdk)
Dengan Metode Non-Farmakologi (Nutrisi Dan Stress), Pameran Poster Ilmiah
dalam Rangka Dies Natalis ke-8 Poltekkes Kemenkes Banten (September 2019).
Prof. Dr. dr. Jusuf S E, SpOG (K), 2016, Sosialisasi PNPK POGI, Preeklamsia /Kemenkes
dr. Virandra B. Kusmanto 2016, https://pjnhk.go.id/artikel/mengenal-hipertensi-pada-kehamilan
Rifki Oksantika, Upaya Pencegahan Hipertensi Pada Ibu Balita Di Desa Kalitidu Kabupaten
Bojonegoro, Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Service), vol 4 no 2
Tahun 2020, halaman 291-300 ISSN 2580-8680, e-ISSN 2722-239X
Permenkes RI No 21 tahun 2021 ” Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan,
Pelayanan Kontrasepsi, Dan Pelayanan Kesehatan Seksual”(Kemkes RI, 2021).

46
Lampiran
Hasil Skrining Kartu Skor Poedji Rochjati

47
Hasil Pemeriksaan USG

48
49
Hasil Skrining PE

50
FOTO HASIL USG.

FOTO KEGIATAN
51
52
53

Anda mungkin juga menyukai