PSAT Agama
PSAT Agama
Kitab Pentateukh
Kata “Pentateukh” berasal dari kombinasi kata dalam Bahasa Yunani, yaitu penta yang
berarti “lima”, dan teuchos, yang dapat diterjemahkan sebagai “gulungan.” Oleh karena itu,
“Pentateukh” mengacu pada lima gulungan, yang meliputi bagian pertama dari tiga bagian
kanon Yahudi. Istilah Pentateukh dapat ditelusuri, setidaknya sampai tahun 200 Masehi,
ketika Tertullianus (yang dianggap sebagai Bapa Teologi Latin) menyebut lima kitab
pertama dalam Alkitab dengan istilah tersebut. Pentateukh juga dikenal sebagai Taurat,
yang dalam bahasa Ibrani berarti “Hukum.” Lima kitab dalam Alkitab ini adalah Kejadian,
Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan.
Lima kitab Pentateukh ini secara umum dianggap sebagai kitab sejarah karenamencatat
peristiwa-peristiwa sejarah. Meskipun sering disebut sebagai kitab Taurat atau kitab Hukum,
kenyataannya kelima kitab ini memuat lebih dari sekedar hukum. Kelima kitab ini
memberikan gambaran terhadap rencana penebusan Allah dan memuat latar belakang dari
segala sesuatu yang tercatat selanjutnya di dalam Alkitab. Seperti kitab-kitab selanjutnya
dalam Perjanjian Lama, semua janji-janji, tulisan-tulisan dan nubuat-nubuat yang tercatat di
Pentateukh akan digenapi oleh Pribadi dan karya Yesus Kristus. Para ahli Alkitab konservatif
menyakini bahwa kitab-kitab ini sebagian besar ditulis oleh Musa. Meskipun kitab –kitab
Pentateukh sendiri tidak mencantumkan secara jelas siapa penulisnya, banyak ayat yang
menyatakan bahwa Musa-lah yang mencatat atau menyatakannya (Kel 17:14; 24:4-7; Bil
33:1-2; Ul 31:9-22). Salah satu bukti paling kuat yang merujuk Musa sebagai penulis
Pentateukh ini adalah kesaksian dari Yesus, yang menyebutkan bagian dari Penjanjian Lama
ini sebagai “kitab Taurat Musa” (Luk 24:44). Meskipun ada beberapa ayat dalam Pentateukh
yang tampaknya ditambahkan oleh orang lain selain Musa – contohnya, Ulangan 34:5-8,
yang menjelaskan kematian dan penguburan Musa – kebanyakan ahli Alkitab tetap
menghubungkan sebagian besar kitab-kitab ini dengan Musa. Bahkan jika Yosua atau orang
lain yang menulis naskah aslinya, semua pengajaran dan pewahyuan di kitab ini pasti
bersumber dari Musa, yang mendapatkan semua ini dari Allah sendiri. Siapapun yang
benar-benar menulis kitab ini, penulis utamanya adalah Allah. Semua kitab ini tetap
diilhamkan Allah.
Pembagian Tulisan Tulisan Kitab Suci
Perjanjian Lama , berarti kitab yang berisikan tentang suatu keyakinan akan adanya
peristiwa perjanjian dan pengalaman iman akan Allah yang menyelamatkan bangsa Israel
sebelum Yesus lahir
Perjanjian Baru, Kitab Suci Perjanjian Baru berisi tentang kesaksian dan renungan yang
mendalam dari umat Kristen Perdana mengenai Yesus Kristus. Selain itu juga menuturkan
peristiwa Yesus Kristus, Sang Pengantara Perjanjian Baru : hidup-Nya, pribadi-Nya, ajaran-Nya,
wafat dan kebangkitan-Nya. Keseluruhan jumlah kitab dalam perjanjian baru adalah 27 kitab
INJIL INJIL KISAH PARA SURAT-SURAT WAHYU (NUBUAT)
RASUL
1. Matius Kisah Para Rasul 1. Roma Wahyu kepada
2. Markus 2. 1 Korintus Yohanes
3. Lukas 3. 2 Korintus
4. Yohanes 4. Galatia
5. Efesus
6. Filipi
7. Kolose
8. 1 Tesalonika
9. 2 Tesalonika
10. 1 Timotius
11. 2 Timotius
12. Titus
13. Filemon
14. Ibrani
15. Yakobus
16. 1 Petrus
17. 2 Petrus
18. 1 Yohanes
19. 2 Yohanes
20. 3 Yohanes
21. Yudas
Deuterokanonika
Kitab Deuterokanonika adalah istilah yang digunakan untuk mengacu pada
sekelompok kitab yang termasuk dalam Alkitab Katolik, tetapi tidak dianggap sebagai
bagian dari Alkitab Ibrani atau Alkitab Protestan. "Deuterokanonika" secara harfiah
berarti "kedua kanon" atau "kanon kedua," mengindikasikan bahwa kitab-kitab ini
dianggap memiliki otoritas yang lebih rendah atau status yang tidak pasti dalam kanon
Alkitab. Kitab Deuterokanonika meliputi kitab-kitab berikut:
1. Tobit: Menceritakan kisah Tobit dan putranya Tobias, termasuk perjalanan Tobias
bersama malaikat Rafael.
2. Yudit: Menceritakan kisah seorang wanita Yahudi bernama Yudit yang membunuh
panglima tentara Asyur untuk menyelamatkan bangsa Israel.
3. Tambahan pada Kitab Ester: Terdiri dari tambahan pada Kitab Ester yang tidak ada
dalam versi Ibrani, termasuk doa-doa dan penjelasan tambahan.
4. Tambahan pada Kitab Daniel: Terdiri dari tambahan pada Kitab Daniel yang tidak
ada dalam versi Ibrani, seperti Doa Azarya, Kisah Susana, dan Lagu Tiga Anak Daud.
6. Kitab Yesus bin Sirakh (Ecclesiasticus): Berisi ajaran hikmat dan nasihat etis dari
seorang bijak Yahudi bernama Yesus bin Sirakh.
7. Tambahan pada Kitab Barukh: Terdiri dari tambahan pada Kitab Barukh yang tidak
ada dalam versi Ibrani, termasuk surat dan doa.
Kitab-kitab ini diakui oleh Gereja Katolik sebagai bagian yang sah dari kanon Alkitab
mereka. Namun, kitab-kitab ini tidak dianggap sebagai bagian dari kanon oleh Yudaisme
dan Alkitab Protestan. Status kitab Deuterokanonika masih menjadi perbedaan antara
tradisi-tradisi agama Kristen.
Tradisi Gereja
Menurut Kamus Teologi, tradisi berasal dari bahasa Latin traditio yang berarti penerusan.
Tradisi adalah proses penerusan (tradisi sebagai tindakan) atau warisan yang diteruskan
(tradisi sebagai isi). Kata tradisi dalam bahasa Yunani yaitu paradosis yang secara
harafiah berarti yang telah “diserahkan”, “diteruskan”, “diwariskan”. Gereja senantiasa
melestarikan dan meneruskan hidup, ajaran dan ibadatnya dari generasi ke generasi.
Proses penerusan atau komunikasi iman dari satu generasi ke generasi berikut dan di
antara orang-orang segenerasi atau seangkatan. Dengan demikian, tradisi berarti
penerusan atau pewarisan terus menerus antar generasi berikutnya mengenai Gereja,
yang pada intinya berkaitan dengan ajaran, hidup, dan ibadatnya. Tradisi bukan sesuatu
yang “kolot” atau ketinggalan zaman, melainkan sesuatu yang terjadi sekarang juga.
Contoh Tradisi Gereja : Tradisi Gereja yang bersifat resmi diungkapkan dalam Kitab Suci,
dalam syahadat, dalam liturgi, dan dalam sakramen-sakramen Gereja, serta dalam rumusan
doktrinal dari kuasa mengajar Gereja yang tertinggi
Sakramen Gereja Katholik
Sakramen adalah tindakan atau ritus yang diakui sebagai sarana kasih karunia Allah
dalam kehidupan rohani. Dalam tradisi Kristen, sakramen dianggap sebagai tanda-tanda
konkret yang ditetapkan oleh Yesus Kristus untuk mengalirkan karunia-Nya kepada
umat-Nya. Istilah "sakramen" berasal dari bahasa Latin "sacramentum", yang mengacu
pada janji setia atau sumpah yang diucapkan secara resmi. Sakramen dalam tradisi
Kristen dihubungkan dengan tindakan-tindakan khusus yang memiliki makna dan
kekuatan rohani yang mendalam. Dalam Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks, terdapat
tujuh sakramen utama, yaitu:
4. Tobat (Pengakuan Dosa): Sakramen di mana seseorang mengaku dan bertobat dari
dosa-dosanya kepada seorang imam dan menerima pengampunan Allah.
5. Orde Suci (Tahbisan): Sakramen yang memberikan kuasa dan tanggung jawab
rohani kepada para imam, diakon, dan uskup.
Gereja-gereja Protestan juga mengakui beberapa sakramen, tetapi jumlah dan persepsi
tentang sakramen dapat berbeda antara denominasi dan tradisi gerejawi. Sakramen
dianggap penting dalam kehidupan rohani umat Kristen karena mereka diyakini sebagai
tanda kasih karunia Allah dan sarana untuk bertumbuh dalam iman dan keselamatan.
Sakramen dianggap sebagai perantara kasih dan anugerah Allah yang diberikan melalui
tindakan-tindakan konkret dalam konteks iman Kristen.
Paham-paham Kerajaan Allah pada zaman Yesus
Dalam situasi tertindas, bangsa Israel sangat merindukan kedatangan Mesias dan
Kerajaan Allah. Namun, paham mengenai Kerajaan Allah dikalangan bangsa Israel
dipahami secara berbeda.
Dia memberikan pengampunan kepada mereka yang bertobat dan mengakui dosa-dosa
mereka dengan tulus. Pengampunan memungkinkan hubungan yang terputus antara
manusia dan Allah untuk dipulihkan dan menghasilkan keselamatan dan penyembuhan
rohani.
Dalam tradisi Yahudi, Mesias (disebut juga sebagai Masiakh dalam bahasa Ibrani)
diharapkan sebagai seorang pemimpin dan tokoh yang akan datang untuk memulihkan
kerajaan Israel, mengembalikan umat Yahudi ke tanah mereka, memulihkan Bait Suci,
dan membawa kedamaian dan keadilan dunia. Harapan akan kedatangan Mesias
dinyatakan dalam kitab-kitab nabi-nabi dalam Tanakh (Perjanjian Lama), seperti kitab
Yesaya dan Daniel.
Dalam tradisi Kristen, Mesias merujuk kepada Yesus Kristus. Kristen percaya bahwa
Yesus adalah inkarnasi Mesias yang dijanjikan, Putra Allah yang datang ke dunia untuk
menebus dosa-dosa umat manusia dan membawa keselamatan. Yesus dianggap
sebagai Mesias yang memenuhi berbagai nubuat dan janji dalam Alkitab Ibrani,
termasuk kelahiran-Nya dari perawan, pelayanan-Nya yang mengajar dan
menyembuhkan, kematian-Nya di kayu salib, dan kebangkitan-Nya.
Makna Paskah
Kata "Paskah" berasal dari kata bahasa Ibrani "Pesach" yang berarti "melewati" atau
"melompati". Paskah merujuk pada peringatan pembebasan bangsa Israel dari
perbudakan di Mesir kuno seperti yang tercatat dalam Kitab Keluaran dalam Alkitab
Ibrani dan Perjanjian Lama. Dalam konteks Kristen, Paskah adalah perayaan yang
memperingati kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Perayaan ini jatuh pada hari
Minggu setelah Purnama Pasal (Paskah Yahudi), yang juga merupakan peringatan Hari
Paskah Yahudi. Paskah merupakan peristiwa kunci dalam iman Kristen, karena kematian
dan kebangkitan Yesus Kristus dianggap sebagai dasar dari keselamatan dan
pengampunan dosa bagi umat manusia. Makna-makna Paskah dalam tradisi Kristen
adalah sebagai berikut:
1) Jika kita mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan, maka itu berarti:
Kita menjadikan Yesus sebagai pimpinan atau junjungan yang mengarahkan hidup
kita. Hidup kita setiap hari ada di dalam pimpinan-Nya.
Kita menjadikan kata-kata Yesus sebagai kata terakhir, sebab katakataNya adalah
sabda Tuhan. Kata-kata-Nya adalah ukuran terakhir dan tertinggi.
Yesus merupakan teladan bagi kita dalam hal ketaatan kepada kehendak Allah
daripada ketaatan kepada kehendak sendiri.
Yesus adalah pribadi yang menampilkan wibawa dan pesona Ilahi. Orang yang
berhadapan dengan Yesus berarti berhadapan dengan wibawa dan pesona Ilahi.
Yesus dekat dengan Allah yang tersuci dan pantas dihormati. Sebutan itu
menumbuhkan rasa devosi dan penyerahan diri.
3) Jika kita mengakui bahwa Yesus adalah Juru Selamat, maka itu berarti:
Kita bersedia mengikuti-Nya dan bersedia dibaptis sebagai tanda iman akan
tawaran keselamatan dari Yesus.
Kita menjadikan Yesus sebagai Penolong untuk sampai kepada Allah, karena kita
tidak dapat menolong diri kita sendiri di hadirat Allah.
Kita percaya bahwa Yesus telah membebaskan kita dari dosa dan maut; percaya
bahwa kita adalah orang-orang yang telah diselamatkan. Untuk menunjukkan diri
sebagai orang yang telah diselamatkan, kita hidup sesuai dengan firman-Nya.