Anda di halaman 1dari 57

Pertemuan ke 2: “SUMBER IMAN KATOLIK”

• 1- KITAB SUCI
• 2- TRADISI SUCI
• 3- MAGISTERIUM/ Kuasa mengajar Gereja =
Para Bapa- Bapa Gereja/ Para Uskup

• KITAB SUCI Katolik


• Dibagi tiga bagian :
• Perjanjian Lama (Protokanonika ) +
• Deuterokanonika
• Perjanjian Baru
Alkitab,
penuntun
hidup kita
yang utama
Perlu pemahaman dasar
tentang Alkitab/Kitab Suci
Perjanjian Lama = 46 buku - terdiri dari
- 5 Kitab Taurat(Taurat Musa) disebut Pentateukh
antara lain : Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan.
- 16 Kitab Sejarah, antara lain
Yosua, Hakim- Hakim, Rut, 1 Samuael, 2 Samuel,
1 Raja- Raja, 2 Raja- Raja, 1Tawarikh, 2 Tawarikh,
Ezra, Nehemia, Tobit, Ester, Yudit, 1 Makabe,
2 Makabe
- 7 Kitab Puitis dan Hikmat , antara lain
AYUB, Mazmur, Amsal, Pengkotbah, Kidung Agung, Keb. Salomo,
Putra Sirakh.
- 18 Kitab Para Nabi, antara lain
Yesaya, Yeremia, Ratapan, Barukh, Yehezkiel, Daniel, Hosea, Yoel,
Amos, Obaja, Yunus,Mikha,Nahum,Habakuk, Zefanya,Hagai,
Zakharia, Maleakhi.
Sejarah terbentuknya Kitab-Kitab Perjanjian Lama
Alkitab Gereja katolik terdiri dari 73 kitab, yaitu 46
kitab PL dan 27 kitab PB.
Bagaimana sejarahnya sehingga Alkitab terdiri dari
73 kitab, tidak lebih dan tidak kurang ? Pertama,
kita akan mengupas kitab – kitab PL yang dibagi
dalam tiga bagian utama : Hukum-Hukum Taurat,
Kitab nabi-nabi, dan Naskah – Naskah. Lima buku
pertama : (Pentateukh) adalah intisari dan cikal
bakal kitab-kitab Perjanjian Lama. Dalam sejarah,
ini adalah Kitab Suci oleh orang – orang Yahudi
disebut Kitab Taurat/ Pentateukh, yang juga
menjadi sumber KS tiga agama Samawi.
Selama lebih dari 2000 tahun, nabi Musa dianggap sbg
penulis dari Kitab Taurat, sering disebut jg Kitab Nabi
Musa dan sepanjang Alkitab ada refrensi kepada
“Hukum Nabi Musa”. Tdk ada seorangpun yg dpt
memastikan siapa yang menulis Kitab Taurat, ttp tdk
disangkal bhw nabi Musa memegang peran yg unik dan
penting dlm berbagai peristiwa yg terekam dlm kitab –
kitab ini. Sbg orang Katolik, kita percaya bhw Alkitab
adalah hasil inspirasi Ilahi dan karenanya identitas para
pengarangnya tdklah penting. Nabi Musa menaruh satu
set kitab di dalam Tabut Perjanjian (The Ark of The
Covenant ) +/- 3300 tahun yang lalu. Lama kemudian
Kitab Para Nabi dan Naskah – Naskah ditambahkan
kepada Kitab Taurat dan membentuk kitab- kitab
Perjanjian Lama.
Kapan tepatnya isi dari Kitab- kitab PL ditentukan
dan dianggap lengkap tdklah diketahui secara
pasti. Yang dpt dijelaskan dalam penelusuran
sejarah lebih kurang 100 tahun sebelum
kelahiran Yesus, Kitab- kitab PL sudah ada
seperti umat Kristen mengenalnya sekarang.
Kitab –kitab PL pada awalnya ditulis dlm bahasa
Ibrani (Hebrew) bagi Israel, umat pilihan Allah.
Tetapi setelah orang-orang Yahudi terusir dari
tanah Palestina dan akhirnya menetap di
berbagai tempat, di Asia kecil , Mesir, Alexandria
dsb… mereka sudah kehilangan bahasa aslinya
dan
Mulai berbicara dalam bahasa Yunani yang pada
waktu itu merupakan bahasa international. Oleh
karena itu menjadi penting kiranya untuk
menyediakan bagi mereka terjemahan seluruh
Kitab Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani.
Pada waktu itu di Alexandria berdiam sejumlah
besar orang Yahudi yang berbahasa Yunani.
Selama pemerintahan Ptolemius II Philadelpus
(285-246 SM) proyek penterjemahan dari
seluruh Kitab Suci orang Yahudi ke dalam bahasa
Yunani dimulai oleh 70 atau 72 ahli kitab Yahudi
– menurut tradisi- 6 orang dipilih mewakili setiap
dari 12 suku bangsa Israel.
Terjemahan ini diselesaikan sekitar tahun 250-125 SM dan
disebut Septuaginta, yaitu dari bahasa Latin yang
berarti 70 (LXX), sesuai dengan jumlah penterjemah.
Kitab ini sangat populer dan diakui sbg Kitab Suci resmi
(kanon Alexandria) kaum Yahudi yang terusir, yang
tinggal di Asia kecil dan Mesir. Pada waktu itu bahasa
Ibrani adalah nyaris mati dan orang- orang Yahudi di
Palestina umumnya berbicara dalam bahasa Aram. Jadi
tidak heran kalau Septuaginta adalah terjemahan yang
digunakan oleh Yesus, para Rasul dan para penulis
kitab-kitab PB. Bahkan 300 kutipan dari Kitab PL yang
ditemukan dalam Kitab PB adalah berasal dari
Septuaginta. Perlu di ingat juga bhw seluruh Kitab PB
ditulis dalam bahasa Yunani.
Perjanjian Lama/46 buku
A. Protokanonik
1. Kejadian 14. 2 Tawarikh 27. Daniel
2. Keluaran 15. Ezra 28. Hosea
3. Imamat 16. Nehemia 29. Yoel
4. Bilangan 17. Ester 30. Amos
5. Ulangan 18. Ayub 31. Obaja
6. Yosua 19. Mazmur 32. Yunus
7. Hakim-hakim 20. Amsal 33. Mikha
8. Rut 21. Pengkhotbah 34. Nahum
9. 1 Samuel 22. Kidung Agung 35. Habakuk
10. 2 Samuel 23. Yesaya 36. Zefanya
11. 1 Raja-raja 24. Yeremia 37. Hagai
12. 2 Raja-raja 25. Ratapan 38. Zakharia
13. 1 Tawarikh 26. Yehezkiel 39. Maleakhi
Perjanjian Lama
B. Deuterokanonika
40. Tobit
41. Yudit
Tambahan- tambahan pada kitab Ester (no. 17 di atas)
42. Kebijakan Salomo
43. Yesus bin Sirakh
44. Barukh
Surat dari Nabi Yeremia (atau menjadi bab 6 dari kitab Baruh, no. 44 di
atas)
Tambahan- tambahan pada kitab Daniel (nomer 27 di atas)
45. Kitab Makabe I
46. Kitab Makabe II
Perjanjian Baru
47. Injil Matius 59. Surat Paulus yang pertama
48. Injil Markus kepada Jemaat di Tesalonika
49. Injil Lukas 60. Surat Paulus yang kedua
50. Injil Yohanes kepada Jemaat di Tesalonika
51. Kisah Para Rasul 61. Surat Paulus yang pertama
52. Surat Paulus kepada Jemaat di kepada Timotius
Roma 62. Surat Paulus yang kedua
53. Surat Paulus yang pertama kepada Timotius
kepada Jemaat di Korintus 63. Surat Paulus kepada Titus
54. Surat Paulus yang kedua 64. Surat Paulus kepada Filemon
kepada Jemaat di Korintus 65. Surat kepada Orang Ibrani
55. Surat Paulus kepada Jemaat di 66. Surat Yakobus
Galatia 67. Surat Petrus yang pertama
56. Surat Paulus kepada Jemaat di 68. Surat Petrus yang kedua
Efesus 69. Surat Yohanes yang pertama
57. Surat Paulus kepada Jemaat di 70. Surat Yohanes yang kedua
Filipi 71. Surat Yohanes yang ketiga
58. Surat Paulus kepada Jemaat di 72. Surat Yudas
Kolose 73. Wahyu kepada Yohanes
Jadi menurut Gereja
Katolik Alkitab
mempunyai 73 kitab, yang
terdiri dari 46 Kitab
Perjanjian Lama dan 27
Kitab Perjanjian Baru
Penulis Perjanjian Baru
mengutip Kitab
Deuterokanonika
a. St. Matius mencatat pola pikir orang-orang yang menyaksikan
Penyaliban Yesus dalam Mat 27:42-43. Pola pikir ini terdapat dalam
Keb 2:12-20. Kisah pembantaian kanak-kanak oleh Herodes (Mat 2:16)
telah dinubuatkan dalam Keb 11:7.

b. St. Lukas mencatat nyanyian pujian Maria di mana menuliskan bahwa


Allah menurunkan orang berkuasa dan meninggikan orang rendah (Luk
1:52) merujuk pada Sir 10:14

c. St. Yohanes merujuk ke Hari Raya Pentahbisan Bait Allah dalam Yoh
10:22. Hari raya ini tidak pernah disebutkan dalam Perjanjian Lama,
kecuali di dalm kitab 1 Mak 4:36-61 dan 2 Mak 10:1-9. Bahkan Salomo
pun tidak merayakan Hari Raya Pentahbisan Bait Allah. Dalam Yoh 1:1
tercatat Allah menciptakan sgala sesuatu melalui Sang Sabda, Firman,
merujuk pada Keb 9:1
Tuhan Yesus juga mengutip Kitab
Deuterokanonika
a. Dalam Luk 6:45, Tuhan Yesus merujuk kepada Sir 27:6.
b. Dalam Mrk 9:48, Tuhan Yesus menggambarkan api dan ulat dalam
neraka, yang juga digambarkan dalam Ydt 16:17.
c. Tuhan Yesus berkata bahwa akan ada banyak orang berkumpul dari
timur dan barat (utara dan selatan) untuk duduk dalam Kerajaan Allah
(yang tentunya penuh sukacita), merujuk pada Bar 4:37.
d. Tuhan Yesus melarang doa bertele-tele dengan motif mengira semakin
banyak kata semakin ‘manjur’ doanya (Mat 6:7), merujuk pada Sir 7:14
Sejarah Kanon
Alkitab
Perjanjian Lama
Ada versi Ibrani : digunakan di
Israel
Ada versi Yunani (Septuaginta):
digunakan di luar Israel
Kenyataannya,
jumlah kitab-
kitab yang
terdapat dalam
Septuaginta
tidak sama
dengan kitab-
kitab yang
ditulis dalam
bahasa Ibrani.
Kitab
Septuaginta
yang dipakai
Gereja Katolik mengakui
oleh para rasul.
Septuaginta sebagai Sabda Di dalam
Tuhan, karena de fakto Kitab Septuaginta
Suci itulah yang digunakan oleh
jemaat kristen awali
inilah terdapat
ketujuh kitab
yang disebut
Deuterokanonika
itu
Tahun Masehi mengacu kepada kelahiran Yesus
Kristus /Mesias/ Al Mesia/ Isa Al-Masi
Tahun 1-30 M diperkirakan Yesus hidup bersama
keluarganya layaknya orang – orang pada
umumnya, dan di baptis pada umur 30, Yesus
berkarya selama 3 tahun di Yudea, Galilea dan
sekitarnya. Waktu kaisar Agustus memerintah
dan Herodes sebagai raja boneka dibawa
pengadilan Ponsius Pilatus Yesus di bunuh
dengan cara di salibkan, pada hari ketiga bangkit
dan hari ke 40 naik ke surga, hari ke 50 Roh
Kudus turun (Pentakosta) terjadinya gereja
perdana.
Kis 2 : 1-14,41-47
TRADISI SUCI
Perlunya Tradisi- Supaya injil tetap utuh dan hidup dalam
Gereja, pewartaan para rasul perlu diteruskan oleh para
Uskup, baik secara tertulis maupun secara tidak tertulis.
Dalam bab ini kita akan membicarakan secara khusus
penerusan pewartaan rasuli yang tidak tertulis yaitu
(“TRADISI”)
Yang dimaksudkan dengan istilah “Tradisi” disini adalah:
1- mempunyai asal –usul Ilahi – Rasuli dan
2- menyangkut iman dan/atau moral/susila
Perlunya Tradisi didasarkan pada dua hal berikut:
Keterbatasan Kitab Suci sbg sarana penerusan wahyu
Kitab Suci memiliki kualitas istimewa dan unik, yakni
ditulis dengan inspirasi Ilahi. Inspirasi ini memberikan
kpdnya suatu fungsi khusus yang tak tergantikan dlm
meneruskan wahyu. Sebab, dalam hubungannya
dengan wahyu, Kitab Suci hanya merupakan salah
satu bentuk kesaksian. Bentuk ini menurut hakikatnya
tidak lengkap, karena pengalaman yang diperoleh
para rasul dan kontak langsung dengan Kristus, sang
Pewahyu dan wahyu sendiri, mengatasi dan melebihi
tulisan-tulisan yang memberi kesaksian tentang Dia.
Pembatasan itu juga disebabkan oleh kata-kata
manusia yang digunakan untuk menuangkan wahyu di
dalam tulisan. Batas itu sesuai dengan kodrat setiap
dokumen tertulis.( Yoh. 20:30-31 )
Alkitab sendiri berasal dari pewartaan rasuli yang
hidup. Justru karena Alkitab tidak dapat
menggantikan seluruh pewartaan yang hidup
itu, demi keutuhan Injil perlulah para rasul
meninggalkan dalam Gereja bukan hanya kitab-
kitab ( = endapan tertulis dan pewartaan
mereka), tetapi juga pewartaan yang hidup.
Segalanya yang telah mereka perbuat dan
mereka ajarkan tanpa ditulis, mereka teruskan.
b. Tingkah laku dan pengajaran para Rasul sendiri.
Dengan berbagai cara para rasul meneruskan apa yang
juga telah mereka terima dari Kristus (pengajaran-Nya,
karya-Nya, pergaulan-Nya) atau berkat ilham Roh Kudus.
Maka apa yang mereka teruskan bukan buku-buku suci
saja, melainkan juga tingkah laku, pengajaran para Rasul
yang tidak tertulis. Ini berarti bahwa sabda yang hidup
dalam jemaat lebih luas daripada sabda yang tertulis.
Sabda tertulis merupakan suatu pembatasan atas sabda
yang tidak tertulis.
Akhirnya suatu yg lebih luas dimiliki oleh kenyataan-
kenyataan Kristiani. Luasnya masing –masing lingkup
dapat divisualisasikan tiga lingkaran berikut: 1. Kitab Suci
(sabda tertulis)2. Tradisi Lisan – sabda yang hidup dan
3. Tradisi kenyataan-kenyataan Kristiani (non verbal)
Perlu diperhatikan bhw Tradisi dan Kitab Suci tidak
boleh dianggap sbg satu sama lain berbeda,
melainkan sbg saling melengkapi.
Misalnya, ajaran Yesus tentang kasih kepada
musuh, memimjamkan tanpa meminta kembali,
ajaran ini dpt diteruskan secara verbal dlm KS
dan Tradisi, tetap akan lbh mengena kalau
diteruskan dlm tindakan berbuat baik secara
konkrit. Tradisi yg perkembangannya dibahas
disini adalah Tradisi yg berasal dari para Rasul
yang menyangkut wahyu yaitu iman dan susila,
yang disebut Tradisi Rasuli (apostolic).
Kitab suci pertama kali ditulis bukan ke empat Injil seperti
yang tertulis di bag awal Kitab Suci Perjanjian Baru
( Matius, Markus, Lukas, Yohanes ), justru yang
pertama adalah surat rasul Paulus kepada umat di
Galatia ( thn 49 ), Injil Matius sendiri di tulis thn 60- an,
Markus ditulis akhir thn 50/awal thn 60-an, Lukas thn
60 –an, Injil Yohanes akhir thn 80/ awal thn 90- an.
Terbukti setelah Yesus disalibkan dan wafat, para
pengikut-Nya tidak menjadi punah tetapi malah
menjadi semakin kuat. Pada tahun 100 Masehi, para
rabbi (imam Yahudi) berkumpul di Jamnia, Palestina
sebagai reaksi terhadap perkembangan Gereja Kristen
perdana. Dalam konsili Jamnia ini mereka menetapkan
empat kriteria untuk menentukan kanon Kitab Suci
mereka :
1 -Ditulis dalam bahasa Ibrani;
2- Sesuai dengan Kitab Taurat;
3- Lebih tua dari jaman Ezra (sekitar 400 SM);
4- di tulis di Palestina. Atas kriteria- kriteria diatas mereka
mengeluarkan kanon baru untuk menolak tujuh buku dari
kanon Alexandria, yaitu seperti yg tercantum dalam
Septuaginta, yaitu : Tobit,Yudit, Kebijaksanan Salomo,
Sirakh, Barukh, 1 Makabe, 2 Makabe, berikut tambahan –
tambahan dari kitab Ester dan Daniel. ( note: Surat Nabi
Yeremia dianggap sbg pasal 6 dari kitab Barukh ).Hal ini
dilakukan semata- mata atas alasan mereka tdk dapat
menemukan versi Ibrani dari kitab-kitab yang ditolak
diatas.
Sejarah Kanon Alkitab
Tahun 90 – 100 Masehi : Kanon Yahudi oleh rabi-rabi Yahudi,
yang tidak mencakup kitab-kitab Deuterokanonika. Baru
diterima oleh semua orang Yahudi pada abad 2

Selama 2 abad pertama tidak ada keraguan-raguan di


kalangan jemaat kristen untuk menerima deuterokanonika
sebagai Sabda Allah. Dibuktikan oleh konsili-konsili lokal”
a. Beberapa konsili Gereja-gereja di Afrika Utara, yaitu konsili
di Hippo pada th. 393, di Kartago th. 397 dn di Kartago lagi th.
419.
b. Dekrit Paus Damasus yang dikeluarkan pada konsili di
Roma th. 382
c. Konsili umum/universal th. 1441 di Firenze, Italia.
Sejarah Kanon Alkitab
Gereja katolik menetapkan kanon Alkitab
secara definitif pada Konsili Trente (tanggal 8
April 1546) melalui dekrit “De Canonicis
Sripturis”. Keputusan definitif ini mencakup 46
kitab-kitab PL dan 27 kitab-kitab PB.

Gereja-gereja protestan sendiri baru menetapkan kanon


Alkitabnya sesudah Konsili Trente dalam 3 dokumen yang
lazim disebut Confessio Gallicana th 1559, Confessio Belgica
th 1561 dan Confessio Westminster th 1648. Untuk kanon PL
mereka mengikuti kanon Yahudi, dan untuk PB mereka
mengakui ke-27 kitab yang diakui Gereja Katolik.
Karena Alkitab sendiri tidak
menyebut jumlah kitab
yang dilhami Allah, maka
penetapan kanon Alkitab
adalah hasil keputusan
Gereja.
Gereja Para Rasul memakai
PL dalam bahasa Yunani
(atau Septuaginta) yang
mempunyai kanon lebih
panjang; maka lebih besar
kemungkinannya “ya”
daripada “tidak” bahwa
Gereja Para Rasul menerima
deuterokanonika sebagai
Sabda Allah.
Tempat Alkitab dalam
Hidup Gereja
Alkitab adalah buku Gereja, buku iman dan santapan
kehidupan Gereja. Di dalam Alkitab Gereja melihat
ungkapan imannya. Gereja melihatnya sebagai buku
yang suci dan ilahi karena di dalamnya terdapat Sabda
Allah. Alkitab merupakan “hukum dan kaidah tertinggi dari
iman Gereja.” Alkitab mengungkapkan iman Gereja.
Gereja selalu menghormati Alkitab seperti menghormati
Tubuh Kristus. Hal ini tampak paling jelas dalam liturgi
terutama dalam Liturgi Ekaristi. Hanya ada satu meja
sangatapan kehidupan Gerjea yang terdiri dari meja sabda
Allah dan meja tubuh Kristus (bdk. Dei Verbum, 21).
Setiap orang kristen hendaknya berusaha untuk
mempunyai pengenalan yang lebih baik dan luas
mengenai sabda Allah itu. St. Hironimus, seorang bapak
Gereja dan ahli Kitab Suci dari abad ke-4, berkata:
“Barangsiapa tidak mengenal Kitab Suci, ia juga tidak
mengenal Kristus.” (dikutip dari Dei Verbum, 25).
Santo Paulus
mengingatkan: “Segala
tulisan yang diilhamkan
Allah memang bermanfaat
untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki
kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam
kebenaran (2Tim 3:16).
Karena itulah, membaca
dan merenungkan Alkitab
harus menjadi kebiasaan
dalam hidup rohani
seorang katolik. Seringkali
orang enggan membaca
dan merenungkan Alkitab
dengan dalih tidak berani
menafsirkannya atau tidak
tahu artinya. Padahal
sebagian besar teks Alkitab
tidak sulit untuk dipahami.
Sejak semula Gereja tidak pernah
melarang penafsiran pribadi.
Menggunakan Alkitab sebagai
penuntun hidup kita adalah
kewajiban yang harus kita lakukan.
Namun, kita tidak hanya membaca
Alkitab bersama Roh Kudus, tetapi
juga bersama iman Gereja, sesuai
dengan Tradisi hidup Gereja
Memang benar bahwa menurut keyakinan Gereja Katolik, yang
pada akhirnya mempunyai wewenang untuk menafsir Alkitab
secara resmi dan tidak dapat sesat adalah Kuasa Mengajar
Gereja atau yang kita sebut Magisterium. Magisterium adalah
Paus dalam persatuan dengan semua Uskup yang menjadi
pewaris sah kuasa Petrus dan para rasul.
Kuasa Mengajar Gereja ini perlu agar umat
tidak terpecah belah karena perbedaan
tafsiran

“Dalam surat-suratnya (Paulus) itu ada hal-hal yang sukar


dipahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan
yang tidak teguh imannya memutarbalikkannya menjadi kebinasaan
mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-
tulisan yang lain.” (2Ptr 3:16)

“Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-


nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut
kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh
kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-
orang berbicara atas nama Allah.” (2 Ptr 1:20-21)
Namun, kita tidak hanya
membaca Alkitab bersama Roh
Kudus, tetapi juga bersama
iman Gereja, sesuai dengan
Tradisi hidup Gereja
Jika ada keraguan mengenai
suatu penafsiran ayat Alkitab,
pantaslah kita mencari
rujukannya di dalam Katekismus
atau dokumen-dokumen resmi
Gereja yang lain, atau
berkonsultasi dengan gembala-
gembala kita.
Kita dapat belajar dari tokoh-tokoh
Alkitab dalam hal sikap kita
menangkap Sabda Tuhan.
Seperti Abraham yang menyambut
tiga tamu surgawi, kita dapat
menerima Allah dan berkatNya
dengan kasih. Seperti Samuel, kita
dapat menjawab panggilan Allah
dengan 'inilah aku'. Seperti Raja
Daud, kita bisa bersyukur kepada
Allah atas karunia-Nya dengan doa,
kasih dan pujian. Seperti Maria,
kita dapat mendengarkan dengan
penuh perhatian kepada Firman
Allah serta merenungkannya dalam
hati kita.
Alkitab yang digunakan secara tepat dalam
katekese akan memberi kehidupan,
pertumbuhan dan kepenuhan hubungan dengan
Tuhan yang sudah dimulai jauh di dalam hati
manusia. Firman Tuhan, yang diambil dari
Alkitab, yang menembus hati dan dibawakan
dalam Tradisi Gereja yang hidup, akan
menyatukan semua dimensi hidup kristiani
seseorang: meditasi, studi, ibadat, praktek dan
saksi Firman Tuhan.
Gereja mendahuli Kitab Perjanjian Baru
Seperti Kitab-kitab PL, Kitab-kitab PB juga Tidak ditulis oleh
satu orang, tetapi adalah hasil karya setidaknya ada
delapan orang. Kitab PB terdiri dari 4 kitab Injil, 14 surat
Rasul Paulus, 2 surat Rasul Petrus, 1 surat Rasul Yakobus,
1 surat Rasul Yudas, 3 surat Rasul Yohanes dan Kisah
Para Rasul yang ditulis oleh Santo Lukas, yang juga
menulis Kitab Injil yang ketiga. Sejak kitab Injil yang
pertama yang ditulis oleh Santo Matius sampai kitab
Wahyu Yohanes, ada kira – kira memakan waktu 50
tahun. Tuhan Yesus tidak pernah menuliskan satu
barispun dari kitab Perjanjian Baru. Dia tidak pernah
memerintahkan para Rasul untuk menuliskan apapun
yang diajarkan oleh-Nya.
Yesus berkata : Mat. 28: 19-20, Luk 10:16
Apa yang Yesus perintahkan kepada mereka persis sama
seperti apa yang Yesus sendiri lakukan: menyampaikan
Firman Allah kepada orang-orang melalui kata-kata,
meyakinkan, mengajar, dan mentobatkan mereka
dengan bertemu muka. Jadi bukan melalui sebuah buku
yang mungkin bisa rusak dan hilang, atau disalah
tafsirkan dan diubah-ubah isinya, melainkan melalui
cara yang lebih aman dan alami dalam menyampaikan
dari mulut ke mulut. Demikianlah para Rasul mengajar
generasi seterusnya untuk melakukan hal yang serupa
setelah mereka meninggal. Oleh karena itu melalui
TRADISI seperti inilah Firman Allah disampaikan kepada
semua generasi umat Kristen sebagimana pertama kali
diterima oleh para Rasul
Yesus wafat disalibkan tahun 33 dan kitab suci
Perjanjian Baru yang pertama ditulis yaitu surat
Rasul Paulus kepada umat di Galatia tahun 49
dan 1 Tesalonika tahun 50 Masehi. Sedangkan
kitab yang terakhir ditulis yaitu kitab Wahyu
Yohanes sekitar tahun 90-100 Masehi. Jadi
kesimpulan penting disini: Gereja mendahului
sebelum Alkitab dijadikan. Seperti yang tertulis
(Kis 2: 41) beribu-ribu orang bertobat menjadi
Kristen melalui khotbah para Rasul dan
missionaris di berbagai wilayah, dan mereka
menjadi orang kudus tanpa pernah melihat
ataupun membaca satu kalimatpun dari kitab PB.
Ini karena alasan sederhana yaitu bahwa pada
waktu itu Alkitab seperti yang kita kenal saat ini
belum ada. Jadi bgmna mereka menjadi Kristen
tanpa mengenal KS ? Yaitu dng cara seperti
orang non-Kristen didaerah terpencil menjadi
Kristen masa kini, yaitu dengan mendengar
Firman Allah dari mulut para Misionaris.

Gereja Katolik Menetapkan Kitab Penjanjian baru


Ke 27 kitab diterima sebagai Kitab Suci Perjanjian
Baru baik oleh Katolik maupun Protestan.
Pertanyaannya adalah : Siapa yang memutuskan
Kanonisasi Perjanjian Baru sebagai kitab – kitab
yang berasal dari inspirsi Ilahi tersebutr? Kita
tahu bahwa Alkitab tidak jatuh dari langit, jadi
darimana kita tahu bahwa kita bisa percaya
kepada setiap kitab – kitab tersebut ?
Berbagai Uskup membuat daftar kitab-kitab yang
diakui sebagai inspirasi Ilahi, diantaranya :
1. Mileto, uskup Sardis pada thn 175 M
2. Santo Ireneus,uskup Lyons- Prancis thn185 M
3. Eusebius , uskup Caesarea pd thn 325 M
Pada tahun 382 M, didahului oleh Konsili Roma,
Paus Damasus menulis dekrit yang menulis
Paus Damasus menulis dekrit yang menulis daftar
kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
yang terdiri dari 73 kitab.
Konsili Kartago di Afrika Utara pada tahun 397 M
menetapkan yang sama untuk Alkitab PL dan PB
Catatan: Ini adalah konsili yang dianggap oleh
banyak kaum Protestan dan Evangelis Protestan
sebagai otoritatif bagi kanonisasi kitab-kitab
dalam Perjanjian Baru.
Paus Santo Innocentius I ( 401-417 M) pada tahun
405 M menyetujui kanonisasi ke 73 kitab-kitab
dalam Alkitab dan menutup kanonisasi Alkitab.
Jadi kanonisasi Alkitab secara resmi diputuskan di
abad ke empat oleh konsili-konsili Gereja Katolik
dan para Paus. Sebelum kanon Alkitab
ditetapkan, ada banyak perdebatan. Ada yang
beranggapan bahwa beberapa kitab Perjanjian
Baru seperti surat Ibrani,surat Yudas,kitab
Wahyu, dan surat 2 Petrus, adalah bukan hasil
inspirasi Ilahi. Sementara pihak lain berpendapat
bahwa beberapa kitab yang tidak dikanonisasi
seperti : Gembala Hermas, Injil Petrus dan
Thomas, surat- surat Barnabas dan Clement
adalah hasil inspirasi Ilahi. Keputusan resmi
Gereja Katolik menyelesaikan ……..
Keputusan resmi Gereja Katolik menyelesaikan hal
diatas sampai 1100 tahun kemudian. Hingga
jaman Reformasi Protestan, tidak ada lagi
perdebatan akan kitab-kitab dalam Alkitab.

Melihat sejarah, Gereja Katolik menggunakan


otoritasnya untuk menentukan kitab-kitab yang
mana yang termasuk dalam Alkitab adalah hasil
inspirasi Ilahi. Jika bukan Gereja Katolik, maka
umat Kristen ( termasuk Protestan) tidak akan
dapat mengetahui yang mana yang benar.
Kitab Vulgate- Karya Santo Jerome
Ketika Kabar Gembira ( INJIL ) telah tersebar luas dan
banyak orang menjadi Kristen, merekapun dibekali
dengan terjemahan Kitab Perjanjian Lama dalam bahasa
asli mereka yaitu Armenia, Siria, Koptik, Arab, Ethiopia
bagi umat Kristen Purba di wilayah- wilayah ini. Bagi
umat Kristen di Afrika dimana bahasa Latin yang paling
luas dipergunakan, ada terjemahan kedalam bahasa
Latin dibuat sekitar tahun 150 Masehi dan juga
terjemahan berikutnya bagi umat di Italy. Akan tetapi
semua ini akhirnya digantikan oleh mahakarya yang
dibuat oleh Santo Jerome dalam bahasa Latin yang
disebut “ Vulgate “ pada abad ke empat.
Pada masa itu ada kebutuhan besar akan Kitab Suci dan
ada bahaya karena banyaknya variasi terjemahan yang
ada. Oleh karena itu sang biarawan, yang mungkin pada
waktu itu adalah orang yang paling terpelajar, atas
perintah Paus Santo Damascus pada tahun 382,
membuat terjemahan Kitab Perjanjian Baru dalam
bahasa Latin dan mengoreksi versi-versi yang ada dalam
bahasa Yunani. Lantas di Bethlehem antara tahun 392-
404, dia juga menterjemahkan Kitab-kitab Perjanjian
Lama langsung dari bahasa Ibrani ( bukan Septuaginta)
kedalam bahasa Latin, kecuali kitab Mazmur yang
direvisi dari Latin yang sudah ada. Ini adalah Alkitab
lengkap yang diakui resmi oleh Gereja Katolik, yang
nilainya tak terukur menurut para ahli alkitab masa kini,
dan terus mempengaruhi versi-versi lainnya……
dan terus mempengaruhi versi-versi lainnya sampai pada
jaman Reformasi Protestan.

Hilangnya Kitab-Kitab Asli


Hingga ditemukan mesin cetak pada tahun 1450, semua
Alkitab adalah hasil salinan tangan yang kita sebut
manuskrip. Alkitab lengkap tertua yang masih ada
hingga sekarang berasal dari abad ke –empat, dan isinya
sama dng Alkitab yang dipegang oleh umat Katolik yaitu
terdiri dari 73 kitab. Apa yang terjadi dng manuskrip -
manuskrip asli yang ditulis oleh para penulis kitab Injil ?
Ada beberapa alasan akan hilangnya kitab- kitab asli
tersebut :
Beberapa ratus tahun pertama adalah masa-masa
penganiayaan terhadap umat Kristen. Para
penguasa yg menindas Gereja Katolik
menghancurkan segala hal yg menyangkut
Kristianitas yang bisa mereka temukan.
Selanjutnya, kaum pagan (non-Kristen) juga
secara ber-ulang2 menyerang kota-kota
perkampungan Kristen dan membakar dan
menghancurkan gereja dan segala benda-benda
religius yang dapat mereka temukan disana.
Lebih jauh lagi, mereka bahkan memaksa umat
Kristen untuk menyerahkan kitab-kitab suci
dibawah ancaman nyawa,dan kitab-kitab dibakar
Alasan lainnya: media yg dipakai utk menuliskan ayat-ayat
Alkitab, disebut papirus (sejenis kertas dari kulit kayu)-
sangat muda hancur dan tidak tahan lama, sedangkan
perkamen, yang terbuat dari kulit binatang dan lbh
tahan lama, sulit didapat. Kedua materi inilah yg
dimaksud dalam 2Yoh 1:12 dan 2Tim 4:13. Umat Kristen
purba, setelah membuat salinan Alkitab, juga tdk
terlalu peduli untuk menjaga kitab aslinya. Mereka tdk
beranggapan penting untuk memelihara tulisan-tulisan
asli oleh Santo Paulus atau Santo Matius, oleh karena
mereka percaya penuh kepada Gereja katolik yang
mengajarkan lewat Tradisi melalui mulut para Paus dan
uskup-uskupnya. Umat Katolik tidak melandaskan
ajaran –ajarannya pd Alkitab semata, ttp jg kpd Tradisi
yg hidup, dari Gereja Katolik yg Infallible. Ubi Eclesia, Ibi
Christus.

Anda mungkin juga menyukai