• 1- KITAB SUCI
• 2- TRADISI SUCI
• 3- MAGISTERIUM/ Kuasa mengajar Gereja =
Para Bapa- Bapa Gereja/ Para Uskup
c. St. Yohanes merujuk ke Hari Raya Pentahbisan Bait Allah dalam Yoh
10:22. Hari raya ini tidak pernah disebutkan dalam Perjanjian Lama,
kecuali di dalm kitab 1 Mak 4:36-61 dan 2 Mak 10:1-9. Bahkan Salomo
pun tidak merayakan Hari Raya Pentahbisan Bait Allah. Dalam Yoh 1:1
tercatat Allah menciptakan sgala sesuatu melalui Sang Sabda, Firman,
merujuk pada Keb 9:1
Tuhan Yesus juga mengutip Kitab
Deuterokanonika
a. Dalam Luk 6:45, Tuhan Yesus merujuk kepada Sir 27:6.
b. Dalam Mrk 9:48, Tuhan Yesus menggambarkan api dan ulat dalam
neraka, yang juga digambarkan dalam Ydt 16:17.
c. Tuhan Yesus berkata bahwa akan ada banyak orang berkumpul dari
timur dan barat (utara dan selatan) untuk duduk dalam Kerajaan Allah
(yang tentunya penuh sukacita), merujuk pada Bar 4:37.
d. Tuhan Yesus melarang doa bertele-tele dengan motif mengira semakin
banyak kata semakin ‘manjur’ doanya (Mat 6:7), merujuk pada Sir 7:14
Sejarah Kanon
Alkitab
Perjanjian Lama
Ada versi Ibrani : digunakan di
Israel
Ada versi Yunani (Septuaginta):
digunakan di luar Israel
Kenyataannya,
jumlah kitab-
kitab yang
terdapat dalam
Septuaginta
tidak sama
dengan kitab-
kitab yang
ditulis dalam
bahasa Ibrani.
Kitab
Septuaginta
yang dipakai
Gereja Katolik mengakui
oleh para rasul.
Septuaginta sebagai Sabda Di dalam
Tuhan, karena de fakto Kitab Septuaginta
Suci itulah yang digunakan oleh
jemaat kristen awali
inilah terdapat
ketujuh kitab
yang disebut
Deuterokanonika
itu
Tahun Masehi mengacu kepada kelahiran Yesus
Kristus /Mesias/ Al Mesia/ Isa Al-Masi
Tahun 1-30 M diperkirakan Yesus hidup bersama
keluarganya layaknya orang – orang pada
umumnya, dan di baptis pada umur 30, Yesus
berkarya selama 3 tahun di Yudea, Galilea dan
sekitarnya. Waktu kaisar Agustus memerintah
dan Herodes sebagai raja boneka dibawa
pengadilan Ponsius Pilatus Yesus di bunuh
dengan cara di salibkan, pada hari ketiga bangkit
dan hari ke 40 naik ke surga, hari ke 50 Roh
Kudus turun (Pentakosta) terjadinya gereja
perdana.
Kis 2 : 1-14,41-47
TRADISI SUCI
Perlunya Tradisi- Supaya injil tetap utuh dan hidup dalam
Gereja, pewartaan para rasul perlu diteruskan oleh para
Uskup, baik secara tertulis maupun secara tidak tertulis.
Dalam bab ini kita akan membicarakan secara khusus
penerusan pewartaan rasuli yang tidak tertulis yaitu
(“TRADISI”)
Yang dimaksudkan dengan istilah “Tradisi” disini adalah:
1- mempunyai asal –usul Ilahi – Rasuli dan
2- menyangkut iman dan/atau moral/susila
Perlunya Tradisi didasarkan pada dua hal berikut:
Keterbatasan Kitab Suci sbg sarana penerusan wahyu
Kitab Suci memiliki kualitas istimewa dan unik, yakni
ditulis dengan inspirasi Ilahi. Inspirasi ini memberikan
kpdnya suatu fungsi khusus yang tak tergantikan dlm
meneruskan wahyu. Sebab, dalam hubungannya
dengan wahyu, Kitab Suci hanya merupakan salah
satu bentuk kesaksian. Bentuk ini menurut hakikatnya
tidak lengkap, karena pengalaman yang diperoleh
para rasul dan kontak langsung dengan Kristus, sang
Pewahyu dan wahyu sendiri, mengatasi dan melebihi
tulisan-tulisan yang memberi kesaksian tentang Dia.
Pembatasan itu juga disebabkan oleh kata-kata
manusia yang digunakan untuk menuangkan wahyu di
dalam tulisan. Batas itu sesuai dengan kodrat setiap
dokumen tertulis.( Yoh. 20:30-31 )
Alkitab sendiri berasal dari pewartaan rasuli yang
hidup. Justru karena Alkitab tidak dapat
menggantikan seluruh pewartaan yang hidup
itu, demi keutuhan Injil perlulah para rasul
meninggalkan dalam Gereja bukan hanya kitab-
kitab ( = endapan tertulis dan pewartaan
mereka), tetapi juga pewartaan yang hidup.
Segalanya yang telah mereka perbuat dan
mereka ajarkan tanpa ditulis, mereka teruskan.
b. Tingkah laku dan pengajaran para Rasul sendiri.
Dengan berbagai cara para rasul meneruskan apa yang
juga telah mereka terima dari Kristus (pengajaran-Nya,
karya-Nya, pergaulan-Nya) atau berkat ilham Roh Kudus.
Maka apa yang mereka teruskan bukan buku-buku suci
saja, melainkan juga tingkah laku, pengajaran para Rasul
yang tidak tertulis. Ini berarti bahwa sabda yang hidup
dalam jemaat lebih luas daripada sabda yang tertulis.
Sabda tertulis merupakan suatu pembatasan atas sabda
yang tidak tertulis.
Akhirnya suatu yg lebih luas dimiliki oleh kenyataan-
kenyataan Kristiani. Luasnya masing –masing lingkup
dapat divisualisasikan tiga lingkaran berikut: 1. Kitab Suci
(sabda tertulis)2. Tradisi Lisan – sabda yang hidup dan
3. Tradisi kenyataan-kenyataan Kristiani (non verbal)
Perlu diperhatikan bhw Tradisi dan Kitab Suci tidak
boleh dianggap sbg satu sama lain berbeda,
melainkan sbg saling melengkapi.
Misalnya, ajaran Yesus tentang kasih kepada
musuh, memimjamkan tanpa meminta kembali,
ajaran ini dpt diteruskan secara verbal dlm KS
dan Tradisi, tetap akan lbh mengena kalau
diteruskan dlm tindakan berbuat baik secara
konkrit. Tradisi yg perkembangannya dibahas
disini adalah Tradisi yg berasal dari para Rasul
yang menyangkut wahyu yaitu iman dan susila,
yang disebut Tradisi Rasuli (apostolic).
Kitab suci pertama kali ditulis bukan ke empat Injil seperti
yang tertulis di bag awal Kitab Suci Perjanjian Baru
( Matius, Markus, Lukas, Yohanes ), justru yang
pertama adalah surat rasul Paulus kepada umat di
Galatia ( thn 49 ), Injil Matius sendiri di tulis thn 60- an,
Markus ditulis akhir thn 50/awal thn 60-an, Lukas thn
60 –an, Injil Yohanes akhir thn 80/ awal thn 90- an.
Terbukti setelah Yesus disalibkan dan wafat, para
pengikut-Nya tidak menjadi punah tetapi malah
menjadi semakin kuat. Pada tahun 100 Masehi, para
rabbi (imam Yahudi) berkumpul di Jamnia, Palestina
sebagai reaksi terhadap perkembangan Gereja Kristen
perdana. Dalam konsili Jamnia ini mereka menetapkan
empat kriteria untuk menentukan kanon Kitab Suci
mereka :
1 -Ditulis dalam bahasa Ibrani;
2- Sesuai dengan Kitab Taurat;
3- Lebih tua dari jaman Ezra (sekitar 400 SM);
4- di tulis di Palestina. Atas kriteria- kriteria diatas mereka
mengeluarkan kanon baru untuk menolak tujuh buku dari
kanon Alexandria, yaitu seperti yg tercantum dalam
Septuaginta, yaitu : Tobit,Yudit, Kebijaksanan Salomo,
Sirakh, Barukh, 1 Makabe, 2 Makabe, berikut tambahan –
tambahan dari kitab Ester dan Daniel. ( note: Surat Nabi
Yeremia dianggap sbg pasal 6 dari kitab Barukh ).Hal ini
dilakukan semata- mata atas alasan mereka tdk dapat
menemukan versi Ibrani dari kitab-kitab yang ditolak
diatas.
Sejarah Kanon Alkitab
Tahun 90 – 100 Masehi : Kanon Yahudi oleh rabi-rabi Yahudi,
yang tidak mencakup kitab-kitab Deuterokanonika. Baru
diterima oleh semua orang Yahudi pada abad 2