Anda di halaman 1dari 76

Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Kata Sambutan
Konfesi adalah pengakuan iman sebuah gereja. Pengakuan iman ini
lahir dari pergumulan yang dihadapai oleh sebuah gereja dalam
konteks hidupnya. Pengakuan ini bertujuan memberi dasar-dasar
pemahaman iman terhadap apa yang dipercayai dan diyakini dari
gereja tersebut.Dasar-dasar pemahaman iman ini menjadikan gereja
tidak diombang-ambingkan dalam berbagai rupa pengajaran yang
ada dan segala tantangan yang dihadapi.
Hasil dari penelitian Litbang GBKP memberi fakta bahwa jemaat
GBKP juga termasuk sebagian besar dari pelayan di GBKP belum
memahami isi dari konfesi GBKP secara utuh. Fakta ini membuka
mata kita bersama bahwa bahwa sebuah gereja tidak akan berdiri
teguh untuk menghadapi segala pergumulannya bila konfesi dari
gereja tersebut tidak dipahami dan dihayati.

Dengan fakta di atas maka salah satu yang dilakukan oleh gereja
(GBKP) adalah membuat buku saku Konfesi GBKP. Buku saku ini
adalah penjabaran dari konfesi tersebut. Dengan sebuah harapan
bahwa buku ini dapat dibaca oleh segenap warga GBKP untuk
menjadi dasar pemahaman iman kita bersama.

Dalam mensosialisasikan dan mendalami isi dari buku ini maka BPMK
dan BMPR diharapankan membuat program yang nyata. Misalnya
dalam Runggun-Runggun gereja bahwa setiap materi dalam buku ini
dijadikan menjadi sebuah topik percakapan atau diskusi dalam
sermon Penatua dan Diaken. Dengan demikian secara perlahan akan
memberi pemahaman iman kita bersama akan isi dan makna dari
konfesi tersebut.

1
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Pemahaman dan pengahayatan akan konfesi GBKP akan menjadikan


kita semakin dikuatkan untuk menghadapi segala bentuk ajaran,
aliran dan isme yang berkembang saat ini. Disamping itu juga bahwa
akan memberi pemahaman yang kokoh terhadap apa yang kita imani
dan yakini dalam gereja kita.

Akhir kata, Moderamen GBKP memberi ucapan terima kasih kepada


PPWG, Pengurus Konpen dan seluruh tim kerja yang telah bekerja
selama ini dalam menjabarkan Konfesi GBKP. Kasih dan anugereh
Tuhan senantiasa menyertai kita dan gereja kita. Segala puji dan
kemuliaan hanya bagi Tuhan kita. Soli Deo Gloria.

Kabanjahe, Medio Desember 2016

Teriring Salam dan Doa,


MODERAMEN GEREJA BATAK KARO PROTESTAN

Ketua Umum, Sekretaris Umum,

( Pdt Agustinus Purba S.Th. M.A) ( Pdt Rehpelita Ginting S.Th, M.Min)

Daftar Isi
2
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

BAB TEMA HAL


KATA SAMBUTAN 1
I ALKITAB 4
II ALLAH 10
III CIPTAAN 14
IV MANUSIA 17
V MASYARAKAT 20
VI BUDAYA 23
VII PEMERINTAH 31
VIII POLITIK 34
IX GEREJA 39
X IBADAH 44
XI PERKAWINAN 49
XII ETIKA 52
XIII KEMATIAN 59
XIV KESELAMATAN 64
XV KEBANGKITAN 67
XVI KEDATANGAN YESUS KRISTUS KEMBALI 72

BAB I
ALKITAB

3
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Kami percaya, bahwa:


Alkitab adalah Firman Allah yang ditulis oleh manusia dengan
ilham Roh Kudus (II Timotius 3:16; II Petrus 1:21).
Alkitab sebagai kitab Suci dan tulisan kanonik: Perjanjian Lama
terdiri dari Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, Yosua,
Hakim-hakim, Rut, 1 Samuel, 2 Samuel, 1 Raja-raja, 2 Raja-raja, 1
Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester, Ayub, Mazmur, Amsal,
Pengkhotbah, Kidung Agung, Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel,
Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk,
Zefanya, Hagai, Zakharia dan Maleakhi.
Alkitab Perjanjian Baru terdiri dari: Matius, Markus, Lukas,
Yohanes, Kisah Para Rasul, Roma, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia,
Epesus,Pilipi, Kolose, 1 Tesalonika, 2 Tesalonika, 1 Timotius, 2
Timotius, Titus, Filemon, Ibrani, Yakobus, 1 Petrus, 2 Petrus, 1
Yohanes, 2 Yohanes, 3 Yohanes, Yudas dan Wahyu.
Alkitab merupakan satu kesatuan yang utuh dan yang harus
dipahami secara benar dan betanggungjawab (Matius 5:17-20;
Wahyu 22:18-19; II Timotius 3:16).
Alkitab berisi kesaksian penyataan diri, kehendak, karya
penciptaan, pemeliharaan dan penyelamatan Allah terhadap
manusia (dunia) yang berpusat pada Yesus Kristus (Yohanes 1:14).
Inti kesaksian Alkitab adalah Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat
dunia (Matius 1:21; Yohanes 1:1-14, 3:16, 14:16).
Alkitab adalah dasar kehidupan orang Kristen (Mazmur 119:105)
yang merupakan dasar pengajaran, nasehat dan penuntun tingkah
laku (II Timotius 3:16).
Pemahaman dan penghayatan yang benar akan Alkitab hanya oleh
pertolongan Roh Kudus (I Korintus 2:10; Yohanes 16:8-11).

Penghayatan isi Alkitab menjadikan hidup berbuah dalam


kehidupan sehari hari (Galatia 5:22-23; Yakobus 2:14-26; Yohanes
15:5).
4
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Alkitab adalah Firman Allah yang ditulis oleh manusia dengan ilham
Roh Kudus (II Timotius 3 :16; II Petrus 1:21). Maksudnya Roh Kudus
menginspirasi, mendorong, membimbing dan mengarahkan manusia
untuk berpikir dan menulis sehingga kata-kata mereka, bahasa
mereka menjadi sarana untuk mengungkapkan dan menyampaikan
perkataan Allah sendiri dalam bentuk tulisan kepada segenap umat
manusia.
Firman Allah juga dalam bentuk lisan, yaitu pemberitaan Gereja (1
Tesalonika 2:13). Pemberitaan itu berdasar pada Firman yang
berbentuk tulisan, yaitu Alkitab (Yohanes 5:38-39). Dan Alkitab
mempertemukan kita dengan Firman Allah dalam bentuk manusia,
yakni Yesus Kristus (Yohanes 1:14).
Alkitab terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian
Lama memuat 39 kitab dan Perjanjian Baru memuat 27 kitab.
Kitab-kitab Perjanjian Lama memberi kesaksian tentang Allah yang
sudah menyatakan diriNya dengan berfirman dan bertindak untuk
menyelamatkan umat Israel. Sebahagian besar dari isinya mula-mula
diserahkan turun-temurun secara lisan. Sejak zaman Daud (abad 10
sM) bahan itu dengan berangsur-angsur dikumpulkan, dicatat,
disusun, dan disadur menjadi kitab-kitab. Hampir seluruhnya kitab
Perjanjian Lama ini ditulis dalam bahasa Ibrani.
Kitab Perjanjian Baru terbit antara tahun 50 dan 100 sesudah
Masehi. Isinya ialah tentang hidup, pekerjaan, pelayanan, kematian
dan kebangkitan Yesus Kristus (dalam keempat kitab Injil), sejarah
terjadinya gereja (Kisah Para Rasul), uraian-uraian tentang iman dan
hidup secara Kristen, dan sebuah kitab penghiburan yang
menggambarkan kedatangan Kerajaan Allah.
Beberapa abad sesudah Masehi, gereja mensyahkan kanon, yaitu
daftar kitab-kitab yang isinya diakui sebagai ukuran bagi iman dan
hidup Kristen seperti daftar Alkitab dalam konfesi di atas. Kita
percaya masih banyak Firman Allah di luar Alkitab, tetapi bagi kita
Alkitab telah cukup untuk membawa kita kepada pengenalan Allah

5
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

yang benar. Dengan kata lain bahwa kitab-kitab di luar 66 kitab itu
tidak dapat kita terima menjadi kanon.
Alkitab merupkan satu kesatuan yang utuh Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru. Artinya bahwa kalaupun penulisnya berbeda, latar
belakang sosial berbeda, situasi dan kondisi berbeda tetapi
mempunyai suatu pesan yang sama yaitu kehendak Allah dan kasih
Allah atas dunia ini. Bila kita membaca Alkitab secara utuh maka akan
membawa pemahaman yang benar akan kehendak dan kasih Allah
atas dunia ini. Oleh sebab itu kita tidak boleh mengartikan ayat-ayat
Alkitab secara terpisah atau sepotong-sepotong.
Pernyataan diri Allah terlihat dalam seluruh kesaksian Alkitab. Ketika
kita membacanya maka Allah yang disaksikan di dalamnya adalah
Allah yang berencana, berkehendak, berkarya, memelihara dan
menyelamatkan seluruh ciptaanNya. Artinya Allah yang
diperkenalkan dalam Alkitab adalah Allah yang setia atas seluruh
rencana karyaNya yang terwujud dalam pemeliharanNya akan dunia
ini. Pusat dari seluruh rencana, karya dan pemeliharan serta
penyelamatan Allah akan dunia ini, dalam diri Yesus Kristus.
Inti kesaksian Alkitab adalah Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat
dunia. Sejak semula Allah memberikan janjiNya kepada manusia yang
berdosa (Kejadian 3:15). IA membuat perjanjianNya dengan Nuh
untuk menjamin kesabaranNya terhadap dunia ini. IA memilih
Abraham, untuk menjadi berkat bagi dunia dan sebagai tanda
perjanjianNya dengan Abraham maka ditetapkanNyalah sunat.
Kemudian Allah membaharui perjanjianNya dengan keturunan
Abraham di Gunung Sinai. Disitulah Allah memberikan hukum-
hukumNya. Sebagai tanda perjanjian Allah dengan bangsa Israel,
ditetapkanlah Sabat. Isi kitab-kitab Perjanjian Lama selanjutnya
menggambarkan bahwa Allah tetap setia pada perjanjianNya, terus
menerus IA berfirman dan bertindak untuk menyelamatkan
umatNya, sekalipun manusia melanggar syarat-syarat perjanjianNya.
Apa yang dijanjikan Allah dalam perjanjianNya dengan umatNya,
dipenuhi dalam kedatangan dan pekerjaan Yesus Kristus. Kitab
6
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Perjanjian Baru menyaksikan bahwa di bukit Golgota diwujudkan


perjanjian antara Allah dengan umat manusia, yakni perjanjian yang
baru, yang menjamin pengampunan dosa bagi segenap orang yang
percaya kepada Yesus Kristus
Pemahaman dan penghayatan yang benar akan Alkitab hanya oleh
pertolongan Roh Kudus (I Korintus 2:10; Yohanes 16:8-
11).Penghayatan isi Alkitab menjadikan hidup berbuah dalam
kehidupan sehari hari (Galatia 5:22-23; Yakobus 2:14-26; Yohanes
15:5).
Bagi orang Kristen, membaca Alkitab untuk memahami kehendak
Allah dalam setiap peristiwa yang kita hadapi. Segala yang tertulis
dalam Alkitab berguna untuk mengajar, untuk menyatakan
kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang
dalam kebenaran. Firman Tuhan adalah pelita dalam kehidupan
(Mazmur 119:105) yang membangkitkan iman, hidup kudus, jujur,
adil, bertanggungjawab dan memiliki kasih terhadap sesama. Firman
Tuhan memampukan kita melawan godaan si jahat dunia ini. Firman
Tuhan juga berbicara tentang masa depan (masa eskatologis) yang
mengingatkan kita agar selalu mempersiapkan diri, masuk ke dalam
kehidupan yang kekal, yang sudah disediakan Tuhan Yesus bagi kita.
Sering sekali kita merasa sulit untuk memahami dan menerima
kebenaran Alkitab. Ini wajar karena cara kita berpikir dan cara
berpikir Allah sangat jauh berbeda, seperti jauhnya timur dari barat.
Sangat terbatas kemampuan kita untuk mengerti pikiran dan
rancangan-rancangan Allah bagi diri kita dan dunia ini. Oleh sebab
itu, Allah sendiri yang berkarya memberikan pemahaman kepada kita
melalui Roh Kudus. Roh Kuduslah yang memampukan hati kita
sehingga kita mengerti dan memahami kehendak Allah. Roh Kudus
jugalah yang menggerakkan kita melakukan kehendak Allah.
Sangatlah penting berdoa sebelum memulai membaca Alkitab,
memohon kepada Allah agar Roh Kudus menerangi hati dan pikiran
kita.

7
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Penghayatan isi Alkitab menjadikan hidup berubah. Manusia bersifat


utuh yang terdiri dari tubuh jasmani dan rohani. Sehingga kebutuhan
manusia juga mencakup kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Hidup manusia dikatakan damai dan sejahtera jika kebutuhan
jasmani dan rohani cukup dan seimbang. Dalam kitab Mazmur 42:2-3
tertulis : “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair,
demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus
kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang
melihat Allah?”
Seperti tubuh jasmani yang terus menerus membutuhkan makanan,
dan minuman, demikian juga tubuh rohani terus menerus
membutuhkan makanan yaitu Firman Tuhan. Dan ini hanya kita
peroleh dalam Alkitab. Dalam Yohanes 6:35, kata Yesus kepada
mereka: "Akulah roti hidup; barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak
akan lapar lagi, dan barang siapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan
haus lagi. Roti merupakan kebutuhan pokok manusia, yang selalu
dicari dan diusahakan, demikianlah hendaknya orang Kristen melihat
Firman Tuhan adalah kebutuhan pokok, kebutuhan yang mendasar
yang selalu harus dibaca, direnungkan, dan dilakukan sehingga
rohani kita semakin kuat dan teguh.
Kekuatan orang Kristen terletak dalam pergaulannya dengan Tuhan.
Atas pertolongan Roh Kudus kita mengenal sifat, dan kehendak Allah,
dan menolong kita untuk melakukan kehendakNya dalam kehidupan
setiap hari. Orang yang bergaul dengan Tuhan akan berbuah lebat
(Yohanes 15:1-8), menjadi garam dan terang (Matius 5:13-14) dan
menjadi saksi-saksi Kristus yang setia (Kisah Para Rasul 1:8).
Alkitab adalah sumber bagi kita untuk mengenal Allah. Maka penting
sekali setiap orang yang hendak mengenal dan membaca Alkitab
serta mempelajarinya secara pribadi dan bersama-sama dalam
kebaktian, Penelahaan Alkitab (PA),Perpulungen Jabu Jabu
(PJJ/Kebaktian Keluarga). Juga menduskusikannya bersama anggota.

8
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Kita juga butuh membaca Alkitab dengan tekun dan teratur.


Mintalah pertolongan Roh Kudus untuk memahami dan
menghayatinya. Pemahaman dan penghayatan akan bertumbuh bila
kita melakukannya dalam kehidupan kita setiap hari.

BAB II
ALLAH

9
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Kami percaya, bahwa:


Allah adalah yang awal dan yang akhir, yang ada dan yang sudah
ada dan yang akan datang, Yang Maha Kuasa (Wahyu 1:8). Dialah
yang berdaulat: kebenaranNya yang mutlak dan keputusanNya yang
adil dalam menghukum dosa dan mengasihi orang berdosa (Yohanes
3:17-18).
Allah Tritunggal: Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus (I
Yohanes 5:7; Yohanes 10:30; II Korintus 13:14; Matius 3:16-17).

Allah Bapa adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dan
segala isinya yang memelihara sampai akhir zaman (Kejadian 1:1-
31).

Allah Anak adalah Yesus Kristus; Anak Allah yang tunggal (Yohanes
1:14) yang menyatakan pekerjaan dan kehendak Allah di dalam
dunia (Yohanes 4:34). Dialah Penebus dosa kita (Matius 1:21) melalui
kelahiran, kematian, kebangkitan, kenaikanNya ke Sorga serta
kedatanganNya kembali.

Allah Roh Kudus adalah pribadi Allah; Roh Allah dan Roh Kristus
(Roma 8:15-17). Dialah Penolong dan Penghibur yang dikaruniakan
untuk mengajar, mengingatkan orang percaya akan kehendak Allah
dan ajaran Yesus Kristus, dan menanamkan serta memelihara iman
sampai kedatangan Yesus Kristus kembali (Yohanes 14:26 ; II Korintus
3:17).

GBKP mengaku percaya kepada Allah yang dijabarkan dalam


Pengakuan Iman GBKP BAB II bahwa: Allah adalah yang awal dan
yang akhir. Pengakuan ini berangkat dan berakar dari penyataan diri
Allah dalam Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Manusia dapat mengenal Dia hanya bila Dia membuka selubung diri-
Nya, yakni bila Dia sendiri yang memperkenalkan diri kepada
manusia seperti peristiwa Musa melihat semak terbakar di Sinai.
Allah itu juga pencipta dunia ini dan yang kepadaNya warga GBKP
percaya.
10
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Dalam Pengkuan Iman GBKP jelas sekali disebut bahwa Allah adalah
yang awal dan yang akhir, dengan kata lain kekal (tak bermula dan
tak berakhir). Allah adalah Dia yang Maha Lain, sehingga setiap usaha
manusia untuk menggambarkan-Nya selalu tidak memadai. Artinya
kita sangat terbatas untuk memahami Allah dan
menggambarkanNya. Namun yang penting kita percaya di segala
tempat dan zaman Allah diakui memiliki sifat Maha Kasih, Adil,
Kudus, Esa, Tidak Berubah, Cemburu dan banyak sifat lain yang
menggambarkan kesempurnaan-Nya.
Sejak semula GBKP mengaku bahwa Allah adalah Esa, hal ini
menggemakan kembali pesan Alkitab sebagaimana tertulis dalam
Ulangan 6:4 di mana disebutkan, “Dengarlah Israel, Tuhan itu Allah
kita, Tuhan itu Esa.” Pengakuan ini merupakan pengakuan iman umat
Israel yang kemudian juga dibahasakan ulang oleh gereja; keesaan
Allah itu jelas dan tegas dituntut oleh Allah sendiri melalui empat
hukum pertama dari kesepuluh firman yang diberikan-Nya kepada
Musa di Gunung Sinai, seperti dalam firman, “Akulah Tuhan Allahmu,
jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku, “ (bdk. Keluaran 20:2-3).
Namun demikian, keesaan Allah itu dinyatakan pula dalam tiga
pribadi yang disebut Tri Tunggal (Trinitas) yakni dalam ketunggalan-
Nya terdapat tiga pribadi: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Bagaimana kita
dapat memahami ini? Secara sederhana doktrin ini tidak boleh
didekati dengan logika matematis penjumlahan: 1+1+1=3; namun
harus didekati dengan logika perkalian: 1X1X1=1. Walaupun
gambaran ini hanya berupa perumpamaan namun setidaknya hal itu
dapat menyederhanakan cara menjabarkan doktrin Tri Tunggal.
Reformator terkenal dari Jenewa, Yohanes Calvin juga mencoba
menerangkan Trinitas; di mana beliau mengakui ada perbedaan
dalam pribadi Allah, namun bagi Calvin perbedaan itu harus
ditanggapi hati-hati. Selengkapnya Calvin menulis:
Alkitab memperlihatkan kepada kita adanya perbedaan antara Bapa
dan Firman (Anak), antara Firman dan Roh Kudus, namun perbedaan

11
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

itu harus kita tanggapi dengan rasa hormat besar dan dengan hati-
hati, sebagaimana diperingatkan kepada kita akan kebesaran rahasia
itu. Oleh karena itu, pernyataan Gregorius Nazianze: ”Begitu saya
pikirkan yang Esa, segeralah ketiganya berseri-seri di sekeliling saya;
dan begitu saya bedakan ketiganya, maka segera saya dibawa
kembali kepada yang Esa”
Dogma Trinitas mengingatkan bahwa kita tidak dapat berbicara
tentang Allah dalam satu kata saja. Untuk menyelami dan memahami
hakikat Allah yang hidup, kita harus melakukannya dalam tiga kata.
Berbicara tentang Allah yang satu itu serentak dengan tiga nama
pribadi illahi. Pribadi-pribadi itu adalah Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Ketiganya memang berbeda satu sama lain, tetapi bukan dalam
substansi (keberadaan) melainkan dalam bentuk, bukan dalam kuasa,
melainkan aspek (menyangkut tugas-tugasnya). Origenes(185-254)
mengatakan bahwa Bapa, Anak, Roh Kudus adalah satu dalam
keberadaan dan kehendak (homoousios), tapi tiga dalam kedirian
(hypostasi).
Hal ini sejalan dengan isi Pengakuan Iman Rasuli kita, bahwa
manakala gereja mengaku percaya kepada Allah Bapa, Allah Anak,
dan Allah Roh Kudus tidaklah berarti bahwa gereja menyembah tiga
Allah. Tidak. Gereja hanya percaya dan menyembah satu Allah yang
hadir sejak kekal maupun di dalam sejarah dalam tiga pribadi.
Dengan kata lain pribadi tersebut tidak berdiri sendiri tapi bersatu
dalam relasi dengan yang lain. Dengan demikian pribadi itu
bermakna sosial dan bukan solitude, menyendiri.

Tiga pribadi ilahi selalu ada bersama-sama dan secara serentak, tidak
berdiri sendiri, bekerja sendiri-sendiri dan rentang waktu yang susul
menyusul. Sang Bapa, Sang Anak, dan Roh Kudus selalu hadir
bersama-sama dan mengerjakan pekerjaan yang sama (penciptaan,
penyelamatan, penebusan), masing-masing dengan peran dan tugas
untuk membuat karya itu menjadi nyata. Allah itu hidup, yang
dalam kasihNya selalu bergerak selama- lamanya sampai selama-
lamanya. Pribadi ilahi yang satu tidak lebih tinggi keilahiannya dari

12
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

keilahian pribadi yang lain. Pribadi ilahi yang satu hanya mau dikenal
dalam kebersamaannya dengan dua pribadi yang lainnya sebagai
satu Allah. Tiga pribadi yang berbeda dari Allah itu saling mengisi dan
saling mendiami tanpa pemisahan dan juga peleburan. Di dalam
Allah ada keesaan, tetapi juga kebhinekaan.
Beberapa contoh hubungan Trinitas:
- Roh Allah ada padaku: Yesaya 61:1.
- Yesus dibaptis, yang dituliskan di keempat Injil: Matius 3:13-17;
Markus 1:9-11; Lukas 3: 21-22; Yohanes 1: 29-34.
- Wacana Yesus pada Perjamuan Terakhir: Yohanes 13:31-17:26.
- Amanat kepada para murid untuk membaptis “dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus: Matius 28; 19.
- Salam Paulus: Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih
Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian. II
Korintus 13:13.
Aku percaya, itulah sebabnya aku berbicara, kata Augustinus. Setuju
dengan pengakuannya itu marilah kita bersama-sama mengaku
dalam pengakuan beliau dalam sebuah puisi indah yang ditulisnya
berikut:
Oh, Kau yang sangat besar, sangat baik,
Sangat kuasa, mahakuasa,
Sangat penyayang dan sangat adil,
Sangat tersembunyi dan sangat hadir,
Sangat indah dan sangat kuat;
Kau yang mantap tapi tak terjangkau,
Yang tak berubah tapi mengubah segalanya,
Tak pernah baru, tak pernah tua,
Tapi memperbarui segalanya dan menjadikan tua,
Orang-orang congkak tanpa mereka ketahui.

BAB III
CIPTAAN
13
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Kami percaya, bahwa :


Ciptaan Allah, yaitu alam semesta: langit dan bumi dan segala
isinya, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan (Kejadian
1-2; Mazmur 24:1-2; 89:12 ; Yesaya 27:5; Kolose 1:16). Segenap
ciptaan itu sungguh amat baik (Kejadian 1:31) dan kewibawaan
Allah hadir dari permulaan hingga akhir dalam memerintah,
memelihara dan menuntun segenap ciptaanNya dalam kasih setia
dan keadilan (Mazmur 145:9; 146:6).
Ciptaan Allah merupakan satu kesatuan yang utuh, yang
dipercayakan kepada manusia yang adalah mitra Allah untuk
menguasai: mengusahai, memelihara dan mengelola dalam
menjaga keutuhan ciptaan (Kejadian 1:28; Kejadian 2:15).
Proses penciptaan oleh Allah tidak berhenti: Allah terus menerus
membaharui ciptaan, baik melalui peristiwa-peristiwa kehidupan
maupun peristiwa alam (bencana-bencana).
Ciptaan tidak boleh menggantikan posisi Allah: tidak boleh
diperillah, disembah dan mendominasi manusia.
Agama-agama di dunia banyak yang tidak mempunyai pengetahuan
akan hal terjadinya langit dan bumi, terjadinya segala sesuatu.
Agama-agama di dunia banyak juga menjelaskan penciptaan dengan
berbagai cara yang diimaninya. Tetapi agama Kristen mengakui
terciptanya segala sesuatu dan sujud di hadapan Allah yang Maha
Kuasa. Sebab Agama Kristen berpegang pada Firman Tuhan Allah.
Dan perkataan Tuhan Allah mengatakan dengan terang sekali, bahwa
Tuhan Allah yang menciptakan, sebab itu permulaan Pengakuan
Iman percaya berbunyi: “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Maha
Kuasa, Khalik langit dan bumi.”Sebab yang disebutkan menciptakan
adalah: mengadakan sesuatu dengan tidak ada bahan, dengan kata
lain, dari tidak ada menjadi ada.
Dalam Kejadian 1:1-2:4a yang ditekankan ialah ketertiban dalam
penciptaan yang dilakukan Allah. Ini terbukti dari beberapa hal:
Adanya hari yang berurutan, dari hari pertama hingga hari keenam

14
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

dan hari ketujuh dikuduskan oleh Allah. Allah menciptakan alam


semesta dan isinya dalam 6 (enam) hari.
Dengan melihat urutan penciptaan dunia ini, kita bisa memahami
bahwa semua ciptaan Allah adalah kesatuan yang utuh, saling
membutuhkan satu dengan yang lainnya. Demikianlah Allah
menjadikan segala ciptaan untuk segala tujuan baik dan mulia,
semuanya berharga di mata Allah. Allah sang pencipta “mengatasi”
segala ciptaan, artinya sesama ciptaan tidak boleh saling
meninggikan atau merendahkan, bahkan menyembah, memper’ilah’
satu dengan yang lainnya.
Allah sang pencipta alam semesta juga adalah Allah yang memelihara
alam ini. Allah tidak pernah berhenti mencipta dan selalu
memperbaharui ciptaanNya. Ada berbagai cara Allah
memperbaharui ciptaanNya, salah satunya adalah dengan adanya
pergerakan alam semesta yang kita sebut sebagai bencana.
Sesungguhnya bencana tersebut merupakan proses Allah untuk
memperbaharui ciptaanNya. Misalnya setelah gunung meletus maka
alam di sekitar gunung tersebut kembali menjadi subur.
Tuhan memelihara maksudNya: IA menghindarkan alam ini dari
tenaga-tenaga yang akan merusaknya. Maka dari itu Allah memakai
manusia sebagai tenaga-tenaga pemelihara yang bertanggungjawab
pada alam semesta ini seperti yang tertulis dalam Mazmur 104: 30;
Yohanes 5: 17; Ibrani 1: 3.
Alam yang indah dan baik adanya seperti pengakuan Allah setiap kali
selesai mencipta, kini semakin rusak semenjak jatuhnya manusia ke
dalam dosa. Manusia hanya mementingkan kebutuhannya, semakin
egois dan mengeksploitasi secara serakah. Berbagai bencana
diakibatkan ulah manusia pun datang silih berganti. Manusia
mengeluh tapi masih juga ‘menguasai’ alam ini dengan semena-
mena.
Saat ini berbagai upaya dilakukan manusia untuk kembali
memulihkan alam ciptaan ini agar tetap baik adanya. Reboisasi
(penghijauan) terhadap tanah yang telah gundul, pelestarian udara
15
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

dengan upaya mengurangi emisi (pembuangan gas sisa bakaran),


pelestarian hutan menerapkan sistem tebang-tanam kembali,
reklamasi tanaman bakau daerah pantai, pelestarian flora (tanaman)
dan fauna (hewan).
Firman Tuhan dalam 2 Korintus 5: 17 “Jadi siapa yang ada di dalam
Kristus, ia adalah ciptaan yang baru. Yang lama sudah berlalu,
sesungguhnya yang baru sudah datang”. Tentu jika manusia
memperbaharui pola pikir dan prilakunya, manusia kembali
menjalankan mandat yang awalnya dipercayakan Allah pada manusia
yaitu untuk menjaga alam ciptaan Allah.
Seluruh ciptaan yang ada di dunia ini, yang kelihatan dan yang tidak
kelihatan memiliki tujuan kusus dari Sang Pencipta (order of
creation). Allah memerintahkan kepada manusia: "Beranakcuculah
dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan
atas segala binatang yang merayap di bumi." Perintah ini bukan
mengeksploitasi tetapi menjaga dan memelihara sehingga seluruh
ciptaan menunjukkan kemuliaan Sang Pencipta itu sendiri.
Seindah, semulia dan sehebat apa pun ciptaan Allah di dunia ini tidak
boleh disembah. Karena ciptaan bukanlah Allah. Agustinus
mengatakan perbedaan ciptaan dan Allah adalah : Ciptaan itu
sifatnya fana, berubah atau tidak kekal tetapi Allah Sang Pencipta
adalah kekal, tidak pernah berubah. Oleh sebab itu hanya Allah di
dalam Yesus Kristus yang layak kita sembah.

BAB IV
MANUSIA

Kami percaya, bahwa :


16
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Manusia adalah ciptaan Allah yang segambar dengan Allah, laki-


laki dan perempuan dengan martabat yang sama (Kejadian 1:26-
27). Manusia diperlengkapi oleh Allah dengan hikmat dan akal budi
serta dimahkotai dengan kemuliaan, hormat dan kuasa (Mamur
8:6-7).
Manusia diciptakan dalam kesatuan tubuh, roh dan jiwa, yang
harus dipelihara untuk kemuliaan Allah (Kejadian 2:7; I Korintus
3:16, 6:17-20; I Tesalonika 5:23; Yakobus 2:26).
Manusia memiliki kehendak bebas dalam menanggapi anugerah
Allah ( bdk. Matius 10 : 12 – 14).
Manusia jatuh ke dalam dosa disebabkan ketidaktaatan dan
keinginan menjadi sama dengan Allah (Kejadian 3:1-24; Roma
5:12). Dalam keadaan berdosa, manusia tidak memiliki kemauan
dan kemampuan untuk bertemu dengan Allah (Roma 3:10-18; I
Korintus 1:18-31), sehingga manusia menjadi seteru Allah yang
layak mendapat hukuman kekal.
Manusia dapat kembali bersekutu dengan Allah hanya melalui
Yesus Kristus (Yohanes 14:6, 11:25, 3:16).
Manusia Menurut Gambar dan Rupa Allah. Dalam bahasa Ibrani
(Perjanjian Lama) kata gambar dipakai dengan kata “tselem” yang
berarti gambar patung, model yang asli, sedangkan kata rupa dipakai
kata “demuth” yang berarti salinan, tebusan yang asli. Dalam bahasa
Yunani (Perjanjian Baru) kata gambar dipakai kata “eikon” yang
berarti bentuk asli, perwujudan yang nampak kelihatan. Dari
penjelasan ini dapat diartikan bahwa pada awal penciptaan manusia
antara manusiadengan Allah ada kesamaan yaitu kesamaan sifat.
Tetapi setelah manusia jatuh kedalam dosa maka kedudukan
manusia sebagai gambar dan rupa Allah menjadi rusak.
Kristus datang kedalam dunia ntuk memperbaiki gambar yang rusak
itu. Kristus adalah sungguh- sungguh Allah dan manusia. Ia datang
untuk melaksakan penebusan dan pendamaian. Pendamaian yang
dilakukanNya itu sungguh – sungguh bisa dirasakan oleh manusia.
17
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Didalam hubunganNya dengan Allah, Yesus taat menjalankan


perintah BapaNya untuk menyelamatkan Dunia. Dalam
hubunganNya dengan Manusia, Yesus prihatin dan mengasihi
umatNya serta rela mati menebus Dosa umatNya. Yesus sebagai
gambar dan rupa Allah berarti manusia dan Allah tidak dapat
melepaskan diri dari hubungan satu dengan yang lain.
Manusia sebagai gambar dan rupa Allah berarti manusia benar-benar
menyadari bahwa dirinya tidak terlepas dari keterikatannya dengan
Allah (Keluaran 20:1-11). Manusia ada hubungannya dengan
sesamanya dalam situasi saling menolong, saling memperhatikan,
saling mendukung dan saling menghargai. Manusia harus saling
menghormati sesamanya sebagai gambar Allah.
Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang terdiri dari tubuh,
jiwa, dan roh. Tubuh diciptakan Allah dari tanah dan memberi nafas
kehidupan. Dapat dilihat dan disentuh. Jiwa adalah bagaimana
manusia dikarunia Allah untuk dapat berpikir. Roh adalah bagian
kekususan yang diberi kepada manusia untuk memahami hal-hal
bersifat rohani. Ketiganya satu kesatuan yang tidak dipisahkan.
Ketiganya berharga di mata Allah.
Manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan. Allah berfirman
“ Tidak baik kalau manusia itu sorang diri saja”. Aku akan menjadikan
seorang penolong baginya, yang sepadan dengan dia”(Kejadian 2 :
18). DiciptakanNya manusia sebagai laki-laki dan perempuan, yang
menunjukkan dua jenis yang berbeda bukan untuk dipertentangkan
tapi untuk disatukan. Tujuan manusia diciptakan oleh Allah adalah
untuk beranak cucu dan bertambah banyak (Kejadian 1:28) serta
memelihara dunia ini. Artinya manusia diciptakan Allah menjadi
kawan sekerjaNya.

Rencana Allah terhadap manusia adalah rancangan damai sejahtera


bukan rancangan celaka (Yeremia 11:29). Namun demikian manusia
mempunyai rencana sendiri akan kehidupannya oleh karena banyak

18
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

hal yang ia lihat dan pikirkan. Manusia mempunyai kehendak bebas


untuk memilih setiap apa pun yang menjadi keputusannya.
Allah menempatkan manusia di taman Eden yang IA buat. Allah
menumbuhkan segala pohon yang mencukupkan kebutuhan
manusia. Namun dari antara pohon yang IA tumbuhkan, IA membuat
sebuah aturan, bahwa dari pohon yang ia tumbuhkan ada buah dari
pohon yang tidak boleh ia makan. Namun karena keinginan dari
manusia tersebut maka ia makanlah buah dari pohon itu sehingga ia
menyadari akan dirinya dan ia takut akan Tuhan. Ia bersembunyi dan
saling menyalahkan. Inilah bukti bahwa manusia memiliki kehendak
bebas dalam hidupnya.
Ketidaktaatan manusia memberi dampak yang sangat luar biasa tidak
hanya dengan Allah tetapi juga pada diri dan ciptaan
lainnya.Ketidaktaatan akan menimbulkan hukuman. Hukuman yang
membuat pada dirinya tidak mampu menikmati hidup, tidak mampu
mensyukuri segala sesuatunya. Manusia semakin ‘rakus’ untuk
dirinya. Sehingga semua hasil dari perbuatan manusia tersebut
berlawanan dengan harapan dan kehidupan yang diberikan oleh
Tuhan dan kata kunci akan dosa tersebut adalah maut. Dalam
keberdosaannya manusia tidak bisa melepaskan dirinya dari upah
dosa tersebut.
Dosa membuat manusia terpisah dengan Allah. Manusia
membutuhkan anugerah Allah. Oleh sebab itu Allah datang dalam
diri AnakNya yang Tunggal Yesus Kristus untuk memulihkan
hubungan yang telah rusak. Hanya melalui Yesus Kristuslah jalan
satu-satunya untuk bersekutu kembali dengan Allah (Yohanes 14:6).

BAB V
MASYARAKAT

19
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Kami percaya, bahwa :


Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang diciptakan Allah
menurut gambar dan rupaNya (Kejadian 1:26-27). Dalam
perjalanan sejarah, terjadi pengelompokan masyarakat
berdasarkan daerah, budaya dan suku bangsa (Kejadian 11:5-8,
12:1-2). Dalam kehidupan bermasyarakat, gereja dipanggil
menjadi garam dan terang dengan menerima dan menghargai
keberagaman (Matius 5:13-15).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, masyarakat adalah


sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
kebudayaan yang mereka anggap sama. Dalam bahasa Inggris di
sebut society artinya masyarakat, perkumpulan, perhimpunan,
lembaga. Dan menurut beberapa ahli:
a. Selo Sumarjan (1974) masyarakat adalah orang-orang yang
hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.
b. Menurut pendapat Koentjaraningrat (1994)
masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksimenurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang
bersifat kontiniu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang
sama.
c. Sementara menurut pendapat Ralph Linton
(1968), masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang
hidup dan bekerjasama dalam waktu yang relatif lama dan
mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan
mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.

Dengan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa masyarakat


merupakan kumpulan orang (subjek) yang memiliki pikiran dan
kehendak bebas untuk berkarya dan menata kehidupan yang
harmonis dalam sebuah komunitas.
Alkitab berbicara tentang masyarakat berawal dari kisah penciptaan
laki-laki dan perempuan dan perkembangannya (Kejadian 1:26-28).
Sejak awal, Alkitab memandang bahwa Allah menciptakan manusia

20
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

sebagai manusia sosial. Manusia sebagai wakil Allah untuk menata-


kelola dan menjaga dunia ini beserta isinya (Kejadian 2:15). Artinya,
Allah menciptakan manusia (laki-laki dan perempuan) dengan misi
(kewajiban) menjaga keseimbangan hidup seluruh makhluk.
Manusia ada, tidak hanya untuk dirinya sendiri. Manusia itu harus
beranak-cucu dan bertambah banyak supaya mereka mampu
menjaga dan mengelola dunia ciptaan Allah. Kumpulan anak-cucu
dan bertambahnya jumlah manusia tersebut yang akan menjadi
sebuah kumpulan manusia yang di sebut sebagai masyarakat.
Masyarakat yang Tuhan kehendaki adalah masyarakat yang
melaksanakan misi Allah untuk menjaga dan menata kehidupan
bersama seluruh ciptaan (menjadi berkat). Kehendak Allah ini dapat
kita lihat dalam kisah Nuh dan keluarganya (Kejadian 7-9). Allah
menginginkan masyarakat seperti keluarga Nuh yang hidup setia
kepada Tuhan (bdk. Kejadian 9:1).
Lebih khusus lagi, Tuhan menciptakan tatanan manusia (masyarakat)
melalui keturunan Abraham. Allah mengeluarkan Abraham dari
tatanan masyarakat (keluarga) yang telah mapan dari segi struktur
sosial. Tuhan menghendaki supaya Abraham dan keturunannya
menjadi bangsa yang besar dan menjadi berkat bagi banyak bangsa
(Kejadian 12:1-2).
Dalam Perjanjian Lama, kita bisa melihat bagaimana Allah murka
terhadap tatanan sosial yang menentang kehendak Allah seperti
Sodom dan Gomora (Kejadian 19). Bahkan Allah menghukum Israel
(Yehuda) ke Babilonia sekalipun bangsa pilihanNya sendiri karena
menentang kehendak Allah (Bdk. Yesaya 1-55).

Dalam Perjanjian Baru juga kita melihat gambaran masyarakat yang


Tuhan kehendaki:
 Silsilah Yesus (Matius 1).
 Murid-murid Yesus sebagai cikal bakal
kekristenan (Lukas 6:12).
 Cara hidup Jemaat mula-mula (Kisah Para Rasul 2).
21
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

 Banyak anggota tapi satu tubuh (1 Korintus 12:12).


 Kepedulian jemaat Makedonia terhadap jemaat
Yerusalem (2 Korintus 8:1).
 Taat kepada pemerintah (Roma 13).
Dengan kata lain, masyarakat yang dikehendaki Tuhan dalam dunia
Perjanjian Baru juga adalah masyarakat yang hidup setia dalam
tatanan kehendak Tuhan dan menjadi berkat serta berguna bagi
orang lain. Dalam kotbah di bukit Yesus menyebutNya : menjadi
garam dan terang dunia (Matius 6:13-16). Artinya, memberi warna
dan pengaruh positif bagi lingkungan di mana ia berada (hidup dan
berkembang).
Kita sebagai gereja hendaknya hadir untuk memperlihatkan kasih
Yesus bagi dunia ini. Gereja ada bukan untuk dirinya sendiri. Kita
hadir tidak sebatas adanya gedung gereja (kecil atau besar,
sederhana atau megah). Tapi, lebih penting dari itu adalah kehadiran
kita sebagai gereja haruslah memberi jawaban dan mampu
menerangi serta menggarami dunia ini.
Kita sebagai gereja tidak hanya hidup untuk diri kita sendiri dan
melupakan pelayanan masyarakat. GBKP telah hadir melalui Alpha-
Omega di Kabanjahe, Panti Asuhan Gelora Kasih, Panti Jompo, Retreat
Center, BPR Pijer Podi Kekelengen di Sukamakmur, program CU dan
CUM di berbagai tempat. Pembangunan jembatan, listrik tenaga air,
penyaluran air ke desa-desa. Bahkan Posko Bencana Alam GBKP yang
menolong korban erupsi Sinabun dan banjir di berbagai tempat.
Kita patut bangga dan memuji Tuhan karena GBKP hadir dalam
pergumulan sosial. Diharapkan ke depan, semangat menjadi berkat
bagi banyak orang ini sampai ke lapisan jemaat, tidak sebatas Sinodal.
Saat ini jemaat GBKP tersebar di seluruh Indonesia, bahkan ada di luar
negeri. Hendaknya, hidup dan karya kita berguna dan berpengaruh
positif bagi banyak orang. Melalui GBKP, masyarakat bisa melihat kasih
Yesus yang tulus dan agung itu.
BAB VI
BUDAYA

Kami percaya bahwa:


22
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Budaya adalah keseluruhan cipta, karya dan karsa manusia yang


berakal budi. Oleh karena itu, dalam terang firman Allah, manusia
harus menggali, mengembangkan dan melestarikan budaya secara
positif, kritis dan realistis untuk kesejahteraan manusia (1 Korintus
9:20-21; Yohanes 13:1-20).

Asal kata ‘budaya’ adalah dari bahasa Sansekerta yaitu ‘budhayah’


bentuk jamak dari kata ‘budhi’ artinya budi atau akal. Jadi, yang
dimaksud dengan budaya/kebudayaan yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan budi atau akal manusia. Seiring dengan
perjalanan waktu maka melalui budi atau akal manusia melakukan
dan menghasilkan:
 Kebudayaan materiil (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-
benda ciptaan manusia, misalnya kendaraan, alat rumah tangga,
dan lain-lain.
 Kebudayaan non-materiil (bersifat rohaniah), yaitu semua hal
yang tidak dapat dilihat dan diraba, misalnya agama, bahasa,
ilmu pengetahuan, dan sebagainya.
 Kebudayaan yang ada akan diwariskan menjadi sebuah tradisi
dan setiap waktu akan mengalami perubahan. Kebudayaan
sifatnya dinamis yaitu terbuka akan perubahan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan kebudayaan dapat dipelajari
sehingga setiap orang dapat mengetahui budaya dari suatu
masyarakat yang ada.
 Kebudayaan memiliki perbedaan antara satu kelompok
masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain.
Kebudayaan dikenal dengan istilah ‘lain lubuk lain ikannya, lain
padang lain belalangnya’ artinya lain suku lain kebudayaannya.
Kebudayaan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam (geografis)
yang didiami (tempat tinggal) oleh satu suku. Geografis akan
membentuk sistem mata pencaharian, agama, politik dan sosial
suatu kelompok masyarakat.
 Kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Tanpa masyarakat kemungkinannya sangat kecil untuk

23
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

membentuk kebudayaan. Sebaliknya, tanpa kebudayaan tidak


mungkin manusia (secara individual maupun kelompok) dapat
mempertahankan kehidupannya. Jadi, kebudayaan adalah
hampir semua tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang ahli budaya,Koenjtaraningrat membagi unsur kebudayaan ke
dalam tiga wujud yaitu:
Wujud Sistem Budaya, yaitu suatu ide, gagasan, nilai- nilai, norma-
norma, peraturan dan sebagainya.
Wujud Sistem Sosial, yaitu suatu aktifitas kelakuan suatu masyarakat
yang diatur berdasarkan tata adat dan norma kelakuan yang ada
dalam sebuah komunitas masyarakat.
Wujud Kebudayaan Fisik, Benda- benda hasil karya manusia
(artefak).Seluruh kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manusia
(dalam bertani, berburu, kegiatan keagamaan, seni, memasak dan
lain-lain) tidak dapat dilepas pisahkan dari berbagai peralatan.
Peralatan-peralatan yang ada adalah merupakan hasil karya manusia
untuk mencapai tujuannya. Manusia dalam kegiatannya
menghasilkan benda dalam bentuk konkret sehingga disebut
kebudayaan fisik. Berupa benda-benda hasil karya manusia, seperti
candi, prasasti, tulisan-tulisan (naskah), dan sebagainya.
Sikap GBKP Terhadap Budaya
Dalam Konfesi GBKP di atas mengatakan ”... Oleh karena itu, dalam
terang firman Allah, manusia harus menggali, mengembangkan dan
melestarikan budaya secara positif, kritis dan realistis untuk
kesejahteraan manusia (1 Korintus 9:20-21; Yohanes 13:1-20).” Sikap
GBKP ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
Kehidupan warga GBKP masih dipengaruhi oleh kepercayaan agama
suku Karo yaitu ‘perbegu’ (agama pemena), yaitu kepercayaan
tehadap roh-roh orang yang sudah meninggal), menjalin komunikasi
dengan orang yang sudah meninggal (perumah begu), memberi
penghormatan kepada roh-roh orang yang sudah meninggal
(memberikan sesajen/cibal-cibalen di kuburan dan tempat-tempat
khusus yang dianggap kramat), meminta petunjuk kepada guru
24
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

mbelin atau guru si baso (dukun yang memiliki jinujung/junjungan)


dalam melaksanakan pesta maupun jika ada anggota keluarga yang
mengalami sakit menahun, memanggil hujan dengan upacara yang
tidak wajar (dogal-dogal), meminta kesembuhan dari kalimbubu
dengan melakukan upacara cabur bulung/memberikan besi mersik,
kepercayaan terhadap mitos dan kekuatan magis dan lain
sebagainya. Intinya unsur budaya Karo yang masih menganut
kepercayan kepada roh-roh orang yang sudah meninggal dan benda-
benda/tempat yang dianggap keramat.
Firman TUHAN dengan tegas mengatakan sehubungan dengan
penyembahan terhadap allah-allah lain:
“Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat
bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas,
atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah
bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah
kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu,
yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada
keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang
membenci Aku” (Keluaran 20:3-5).
“Janganlah engkau sujud menyembah kepada allah mereka atau
beribadah kepadanya, dan janganlah engkau meniru perbuatan
mereka, tetapi haruslah engkau memusnahkan sama sekali patung-
patung berhala buatan mereka, dan tugu-tugu berhala mereka
haruslah kauremukkan sama sekali” (Keluaran 23:24).
Yesus tidak menentang budaya ataupun adat istiadat orang Yahudi,
ketika Yesus diperhadapkan dengan unsur budaya ataupun adat
istiadat orang Yahudi yang tidak sesuai dengan kehendak TUHAN,
yaitu tidak menunjukkan kasih maka Yesus bersikap kritis (Matius.
15-1-14; Markus.7:1-13). Tuhan Yesus hidup di tengah-tengah orang
Yahudi dan Yesus tidak selamanya menentang budaya Yahudi, dalam
beberapa hal Tuhan Yesus sangat menghargai budaya Yahudi: Yesus
di sunat sebagaimana adat orang Yahudi (Lukas 2:21-23) Yesus turut
serta dalam pesta perkawinan di Kana dan turut serta mengambil
25
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

bagian untuk kesuksesan pesta tersebut (Yohanes 2:1-11) Yesus


melakukan tradisi budaya orang Yahudi, ketika membasuh kaki
murid-muridNya (Yohanes 13:1-5), tetapi Yesus melakukan
perubahan akan tradisi tersebut. Menurut tradisi orang Yahudi, yang
membasuh adalah orang yang statusnya lebih rendah dari orang
yang dibasuh. Perubahan yang dilakukan Yesus ketika Yesus
berstatus sebagai Guru, Dia sendirilah yang membasuh kaki murid-
muridNya. Ketika Tuhan Yesus mati, mayat Yesus dikuburkan
menurut adat orang Yahudi (Yohanes 19:40).
GBKP mengadopsi/memakai budaya Karo dalam pelayanan, artinya
GBKP bersikap positif terhadap budaya Karo, antara lain:
Tradisi musyawarah untuk mufakat (runggu), orang Karo di dalam
melakukan suatu kegiatan bersama maka langkah pertama yang
harus dilakukan adalah ‘runggu’ oleh seluruh sangkep geluh. Hal ini
sangat baik sekali dijadikan sebagai dasar dalam setiap musyawarah
atau persidangan gereja oleh setiap pemimpin dan warga GBKP.
Seni dalam budaya Karo (mempergunakan alat-alat musik Karo
dalam mengiringi nyanyian dalam ibadah-ibadah di GBKP,
mempersembahkan pujian melalui nyanyian dan tarian, pantun-
pantun, cerita-cerita rakyat, perumpaman-perumpaman, tari dan
lain-lain) dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam renungan,
kotbah dan bahan pengajaran di GBKP.
Tradisi adat seperti : Tujuh bulanan (ngembahken manuk mbur).
Dalam melakukan tradisi ini sangat baik sekali jika diawali dengan
kebaktian yang dilayankan oleh Pendeta atau Penatua/Diaken).
Pelayanan ini dipergunakan oleh gereja sebagai bagian dari
pelayanan penggembalan dan ucapan syukur bagi TUHAN.

Sistem kekerabatan Karo (orat tutur) yang mengikat orang karo


dalam satu kesatuan yang disebut dengan Sangkep nggeluh
(Senina/Sembuyak, Kalimbubu dan Anak Beru) dalam orang Karo
adalah merupakan satu kesatuan, hidup saling menghargai, tolong
menolong, mengutamakan gotong royong, mengutamakan
26
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap acara-acara adat


yang di sebut dengan istilah runggu (musyawarah), memiliki rasa
toleransi yang tinggi dan kedudukan seseorang/posisi seseorang
tidaklah menunjukkan hubungan yang memiliki hirarki.
Kearifan lokal atau nilai-nilai tradisional yang terdapat dalam budaya
orang Karo umumnya dapat dilihat dalam ungkapan atau pepatah
adat dan tradisi yang hidup di tengah-tengah masyarakat Karo,
Misalnya:
Filosofi endi-enta, dalam kehidupan suku Karo dikenal surat ukat
yang berbunyi “endi-enta”. Orang Karo memiliki prinsip memberi
terlebih dahulu baru menerima. Melalui filosofi ini warga GBKP
diharapkan lebih suka memberi dari pada menerima, dengan
demikian menjadikan warga GBKP yang berpartisipasi dalam
berdiakonia. Jika disempurnakan dengan firman Tuhan Markus 10:45
“Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan
bagi banyak orang.” Karena jika tidak disempurnakan dengan firman
Tuhan maka kasih yang diberikan adalah kasih yang mengharapkan
imbalan.
Filosofi “mbuah page ni suan, merih manuk ni asuh”, artinya bagi
orang Karo untuk mendapatkan sesuatu haruslah ada usaha kerja.
Menanam padi dengan harapan mendapatkan hasil yang berlimpah
dan beternak ayam dengan harapan supaya bertambah banyak.
Pesan yang mau disampaikan adalah berharaplah kepada apa yang
anda kerjakan, jika tidak maka akibatnya “adingalo la rido maka
nggalar la rutang”, jika memperoleh sesuatu dengan cuma-cuma
maka pada saatnya kita juga akan harus membayar walaupun kita
tidak memiliki utang.
Orang Karo dari segi ekonomi bukanlah tergolong orang yang
ambisius dalam upaya mendapatkan harta kekayaan sebanyak-
banyaknya atau memperkaya diri (materi). Orang Karo memiliki
konsep yang cukup sederhana “bias pangan, terdahi kerja-kerja ras
ula jadi sinanggel kalak”. Seiring dengan perkembangan zaman dan

27
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

tuntutan kebutuhan maka hal ini menjadi tantangan bagi orang Karo
untuk lebih meningkatkan etos kerja. Sebagai warga GBKP akan
terpanggil untuk tidak bermalas-malasan tetapi menjadi warga GBKP
yang beriman, memiliki disiplin dan bekerja keras.
Filosofi “ngeripe” semangat bergotong-royong dalam masyarakat
Karo (sangkep nggeluh) untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
ekonomi yang dialami oleh salah satu anggota keluarga. Orang Karo
sangat mengutamakan kebersamaan, sehingga prinsip hidup bagi
orang Karo “la lit dahin lolo, la lit persoalen si la terdungi” melalui
ngeripe segala kesulitan akan teratasi. Konsep ini sangat baik jika
diterapkan dalam berdiakonia di tengah-tengah gereja.
Aron: konsep aron pada masyarakat Karo adalah di dasari oleh rasa
kebersamaan, gotong royong dan sikap tolong-menolong. Aron
adalah salah satu kelompok kerja (Team Work) yang terdiri dari
beberapa orang anggota. Masing-masing anggota memiliki
kemampuan yang berbeda, tetapi perbedaan tidak menjadi
penghalang bagi mereka untuk bersatu.
Keben (lumbung padi), dalam masyarakat Karo tradisional biasanya
ada tempat menyimpan padi yang disebut dengan Keben. Setelah
selesai masa panen maka masing-masing penduduk desa akan
mengantarkan padinya untuk disimpan di keben. Fungsinya adalah
sebagai simpanan/tabungan dalam rangka mengatasi kesulitan
pangan bagi keluarga yang sudah kehabisan pangan sebelum masa
panen tiba. Jadi setiap penduduk desa boleh mengambil padi dari
keben tetapi dengan syarat akan diganti setelah masa panen tiba.
Purpursage, orang Karo sangat mengutamakanorientasi kepada
perdamaian, keadilan, keutuhan ciptaan, kesetaraan, pembebasan,
semangat berdialog dan sikap mau memaafkan. Jika terjadi
perseteruan (konflik) antar sangkep nggeluh maka akan diupayakan
purpursage dengan melibatkan seluruh sangkep nggeluh. Gereja
tidak luput dari yang namanya konflik, filosofi purpursage pada orang
Karo sangat baik sekali untuk diterapkan di dalam pelayanan.

28
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

GBKP diperhadapkan dengan budaya populer. Budaya populer yang


dimaksudkan dalam hal ini adalah budaya masa kini yang banyak
dicari dan dipergunakan oleh manusia di dunia. Setiap budaya
pastilah memiliki manfaat sama seperti budaya populer, tetapi
disamping manfaatnya tentunya juga memiliki dampak yang dapat
menjadikan manusia dikuasai oleh budaya populer, manusia menjadi
konsumerisme (pemakai dan tidak pernah merasa puas, keinginan
untuk mendapatkan suatu barang yang populer sangat besar, tidak
memperhitungkan manfaat atau kesanggupan uang untuk
mendapatkannya). Misalnya, seiring dengan kemajuan dunia media
(internet) maka gereja sangat terbantu sekali untuk mendapatkan
informasi-informasi dan komunikasi yang cepat untuk mendukung
pelayanan, tetapi internet juga menyediakan informasi-informasi
yang dapat merusak para pemakainya. Gereja harus bersikap positif,
kritis, dan realistis dalam hal ini.
Setiap warga GBKP diharapkan untuk turut berpartisipasi untuk
menggali, mengembangkan dan melestarikan budaya, tentunya
secara:
Positif, menghindari sikap anti terhadap budaya atau alergi terhadap
budaya sebelum menggali budaya yang ada untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam. Hal inilah yang dilakukan oleh rasul
Paulus dalam pelayanannya, Paulus tidak alergi dengan orang-orang
Yahudi yang hidup menurut Taurat, Paulus berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada di sekitarnya, tetapi
tujuannya jelas yaitu untuk memenangkan kepada Kristus (1 Korintus
9:20-21).

Kritis, unsur-unsur dan nilai-nilai budaya yang bertentangan dengan


firman Tuhan (misalnya, budaya yang memiliki kepercayaan terhadap
magis, mistis dan animistis/kepercayaan terhadap roh-roh) dan
kebudayaan yang memberikan dampak buruk bagi keutuhan ciptaan
Tuhan di tolak. Kebudayaan yang memiliki kesesuaian dengan Injil
dan kasih Tuhan dalam rangka keselamatan universal akan

29
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

diadopsi/dipergunakan sebagai alat atau referensi dalam mendukung


pelayanan.
Realistis, budaya adalah keseluruhan cipta, karya dan karsa manusia
yang berakal budi. Sebagai manusia pastilah memiliki kekurangan
dalam berbudaya dan kita juga percaya bahwa Tuhan turut campur
tangan dalam keseluruhan cipta, karya dan karsa manusia, untuk itu
tidaklah keseluruhan cipta, karya dan karya manusia itu
bertentangan dengan kehendak Tuhan. GBKP melakukan
transformasi (pembaharuan) terhadap budaya dengan terang firman
Tuhan, sehingga melalui kebudayaan manusia dapat memuliakan
Tuhan.
Demikianlah uraian tentang konfesi GBKP sehubungan dengan budaya.
Firman Tuhan “ Baiklah semuanya memuji nama TUHAN, sebab Dia
memberi perintah, maka semuanya tercipta. Dia mendirikan semuanya
untuk seterusnya dan selamanya, dan memberi ketetapan yang tidak
dapat dilanggar” (Mazmur 148:5-6), Biarlah segala yang bernafas
memuji TUHAN! Haleluya! (Mazmur 150:6).

BAB VII
PEMERINTAH

Konfesi GBKP menyatakan dalam hal pemerintah yaitu sebagai


berikut :
Kami percaya, bahwa :

30
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Pemerintah adalah hamba Allah untuk menyejahterakan bangsa


dan negara (Roma 13:4-5). Dalam pemahaman itu, orang Kristen
bermitra, mendoakan dan taat pada pemerintah (Yeremia 29:7 ;
Matius 22:21; I Timotius 2:1-2). Di samping itu, orang Kristen harus
berdialog dan menyuarakan suara kenabian terhadap pemerintah
dalam melaksanakan kewajibannya untuk menegakkan kebenaran
dan keadilan (Mazmur 72:1-4).
Dalam kenyataan hidup,ada pemahaman yang berbeda tentang
pemerintah dan gereja. Pemerintah dianggap sebagai dunia luar yang
korup dan politik kotor yang harus dijauhi, sedangkan gereja
dianggap sebagai lembaga yang mempertahankan kesuciannya
sebagai utusan Allah di dunia. Pendapat ini tidaklah benar adanya,
karena sesuai dengan keimanan kita bahwa hubungan gereja dan
pemerintah harus terpelihara dengan baik. Keduanya harus
bekerjasama untuk kepentingan masyarakat, tidak perlu dipisahkan
secara kontras bahwa yang satu ”tidak suci” dan yang satu ”suci”.
Justru, gereja diutus ke dalam dunia untuk memperbaharui
kehidupan yang tidak berkenan bagi Tuhan.
Secara ideal, Gereja dan Pemerintah harus bekerja sama untuk
kesejahteraan masyarakat. Hubungan keduanya haruslah didasarkan
pada hubungan yang baik, karena keduanya merupakan lembaga
yang diutus ke dunia untuk kebaikan. Secara teologis dapat dipahami
bahwa pemerintah merupakan wakil Allah yang harus dihormati dan
ditaati oleh rakyatnya (Roma 13). Penghormatan dan ketaatan yang
diperlihatkan adalah dalam rangka hubungan manusia dengan
Tuhan, di mana masyarakat harus menghormati pemerintah untuk
kesejahteraan kota (Yeremia 29:7). Pemerintah adalah wakil Tuhan.
Oleh sebab itu ketaatan itu lebih pada panggilan Tuhan. Hubungan
keduanya harus dipelihara, rakyat menaati dan pemerintah harus
memimpin rakyatnya dengan penuh tanggungjawab dalam
menjalankan roda kepemimpinan yang berpihak kepada rakyat.
Dunia memerlukan pemerintah untuk menata kehidupan masyarakat
yang berkeadilan dan berpihak pada kesejahteraan rakyatnya. Dalam
31
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

hal ini kita dapat membandingkan pemerintahan Daud sebagai raja


yang terpilih menjalankan pemerintahan secara adil dan baik dan
takut akan Tuhan. Daud memberi diri dikuasai oleh pimpinan Roh
Allah dalam menjalankan roda pemerintahan. Ia merasakan betapa
besar kuasa Tuhan dalam kepemimpinannya, sehingga ia
mengatakan orang yang melawan Allah seperti duri yang
dilemparkan begitu saja tidak berguna lagi, orang yang melawan
Allah akan binasa (2 Samuel 23:1-7). Dalam konteks ini Daud
memberi penekanan bahwa pemerintah yang berkuasa harus taat
kepada Tuhan dan memimpin dalam takut akan Tuhan, bukan takut
kepada manusia.
Rasul Paulus juga memberi penekanan khusus bahwa pemerintah itu
merupakan penetapan Allah (bdk. Roma 13). Dalam hal ini Paulus
melihat pemerintah bukanlah penghalang, bahkan dengan adanya
pemerintah membuat perjalanan Pekabaran Injilnya berjalan dengan
semestinya. Dalam hal ini Paulus menaruh perhatian pada
pemerintahan Romawi atas Israel pada zamannya. Paulus memiliki
keyakinan bahwa keterpilihan pemerintah itu merupakan campur
tangan Allah. Pemerintah akan menghukum yang jahat untuk tujuan
kebaikan(bdk. Roma 13:4). Juga dalam rangka membayar pajak,
gereja harus menaati pemerintah (Roma 13:6) dan berdoa untuk
semua, untuk raja-raja dan pembesar supaya tercipta suasana yang
tenteram untuk kebaikan bagi semuanya (I Timotius 2:2-3).
Disamping itu gereja juga harus menolak pemerintah (penguasa)
yang jahat, yang menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan
pribadinya.

Ajaran Calvin menekankan tugas orang Kristen dalam menjalin


hubungan dengan pemerintah adalah menyampaikan suara kenabian
dengan lemah lembut (bdk. I Petrus 3:15). Calvin menambahkan
bahwa negara (pemerintah) tidak boleh sewenang-wenang terhadap
kehidupan rakyatnya; negara tidak boleh mengatur kehidupan
pribadi dan rumah tangga, terkecuali dalam batas-batas hukum yang
melanggar Hak Azasi Manusia (HAM). Hal ini sejalan dengan prinsip
32
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Bhinneka Tunggal Ika di mana negara memberi jaminan setiap agama


dapat mengekspresikan kehidupan keberagamaannya masing-
masing. Dalam konteks ini, Calvin mendukung pemerintahan yang
demokratis, yang melibatkan masyarakat dalam menjalankan
keadilan dan penegakan hukum sesuai dengan undang-undang yang
berlaku.
Gereja yang kuat, merupakan dasar yang kokoh bagi peran orang
percaya di dunia. Gereja harus mengembangkan teologi kebersamaan
antara gereja dan pemerintah, sehingga orang Kristen dibekali dengan
komitmen yang kokoh untuk membangun kesetiakawanan sosial dan
menegakkan keadilan di tengah masyarakat. Pemerintahan yang adil
sangat dibutuhkan, pemerintahan yang demokratis yang berpihak
kepada seluruh rakyatnya.
Gereja dan pemerintah memiliki hubungan yang baik dalam
membangun solidaritas sosial dan melanjutkan kerja sama membangun
ekonomi masyarakat yang mengutamakan profesionalisme sebagai
sumbangan nyata untuk membangun kebersamaan. Demikian pula
usaha-usaha memajukan pendidikan serta membangun masyarakat
Indonesia baru di setiap tingkatan, baik pada tingkat pengembangan
gagasan, pada pembangunan sistem, pembangunan masyarakat dan
pada lapangan kehidupan sehari-hari.

BAB VIII
POLITIK

Kami percaya, bahwa :


- Politik merupakan upaya untuk menata kehidupan
masyarakat demi kesejahteraan bersama.

33
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

- Politik menjadi sarana kesaksian dan alat untuk


menghadirkan Kerajaan Allah ditengah masyarakat.
- Gereja menolak setiap upaya partai politik, sekelompok
orang atau perorangan yang menjadikan gereja sebagai
kenderaan politik.
- Dalam pentas politik, gereja hadir sebagai ”garam” dan
”terang” baik dalam proses pencerahan masyarakat,
mengkritisi kebijakan dan memberikan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan keputusan politik.
- Gereja dipanggil untuk mempersiapkan warganya untuk
diutus dalam politik.

Berbicara mengenai politik tetap aktual dimana saja dan kapan saja,
karena selalu menjadi pokok pembicaraan dan merupakan sesuatu
yang menantang, khususnya di Indonesia (dimana gereja merupakan
kelompok minoritas yang mengalami pasang surut dalam
hubungannya dengan masyarakat dan negara). GBKP perlu
merumuskan pemahamannya tentang politik secara teologis, agar
tidak terjadi salah penafsiran yang simpang siur.
Secara etimologis politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan
bahasa Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa
Yunani,politika, yang berhubungan dengan negara dengan akar
katanya, polites, warga negara dan polis, negara kota. Secara
etimologi kata "politik" masih berhubungan dengan polisi, kebijakan.
Kata "politis" berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata
politisi berarti orang-orang yang menekuni hal politik. Politik adalah
proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan
antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang
dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni tentang kenegaraan
yang dijabarkan dalam praktek di lapangan, sehingga dapat
dijelaskan bagaimana hubungan antar manusia (penduduk) yang
tinggal di suatu tempat (wilayah) yang meskipun memiliki perbedaan
34
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

pendapat dan kepentingannya, tetap mengakui adanya kepentingan


bersama untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. Di
samping itu, politik juga dapat dilihat dari sudut pandang berbeda,
yaitu antara lain: usaha yang ditempuh warga negara untuk
mewujudkan kebaikan bersama; hal yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pemerintahan dan negara; merupakan kegiatan
yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan di masyarakat dan segala sesuatu tentang proses
perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Pengakuan Gereja Batak Karo Protestan dalam bidang politik.
Pengakuan Gereja Batak Karo Protestan dalam bidang politik
menekankan 5 hal:
1. Politik merupakan upaya untuk menata kehidupan masyarakat
demi kesejahteraan bersama.
Politik merupakan ladang pelayanan untuk membangun
sebuah kehidupan yang adil dan sejahtera. Tujuan politik
adalah apa yang baik bagi manusia. Berbicara tentang politik
selalu dalam hubungan eratnya dengan etika yang berurusan
dengan masalah kesejahteraan manusia dan kegiatan
berkelompok, dimana politik itu membutuhkan suatu strategi,
supaya apa yang dirancang dan direncanakan dapat berjalan
dengan baik. Itulah sebenarnya dasar prinsip politik, yaitu baik
adanya yang mengarah pada suatu tujuan untuk mencapai
kehidupan manusia yang sejahtera dan berkeadilan.
2. Politik menjadi sarana kesaksian dan alat untuk menghadirkan
Kerajaan Allah di tengah-tengah masyarakat (kesaksian,
partisipasi, keikutsertaan).
Keterlibatan gereja dalam bidang politik harus menyampaikan
syalom (damai sejahtera) Allah di tengah-tengah masyarakat.
Orang Kristen adalah adalah orang yang memiliki dwi-
kewarganegaraan. Satu pihak sebagai warga negara Indonesia,
dan sebagai warga Kerajaan Surga. Jadi, sebagai warga
Kerajaan Surga harus berpartisipasi dalam dunia. Sehingga

35
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

semangat pengabdian diperlukan, bukan untuk memuaskan


kekuasaan, tetapi keterlibatan untuk kepentingan bersama.
3. Gereja menolak setiap upaya partai politik, sekelompok orang
atau perorangan yang menjadikan gereja sebagai kenderaan
politik. Gereja sebagai lembaga ilahi tidak berpolitik praktis,
misalnya tidak mendirikan partai politik atau mendukung salah
satu partai politik. Dalam hal ini gereja harus berwibawa dan
bersikap jelas dan tegas sebagai lembaga illahi. Gereja harus
cerdas dalam menilai kandidat dan partai politiknya. Gereja
jangan mau dikelabuhidengan janji-janji politik, apalagi dibeli
suaranya dengan kekuatan politik uang (“money politics”).
Gereja tidak boleh dimanfaatkan oleh partai politik atau
politisi untuk mendukung kepentingannya. Oleh karena itu
gereja menolak setiap upaya partai politik, sekelompok orang
ataupun perorangan yang menjadikan gereja sebagai
kenderaan politik mereka.
Yang harus dicermati jangan sempat terjadi politisasi agama
untuk kepentingan yang sempit. Tugas gereja untuk politik
agama, bukan politisasi agama. Politik gereja adalah politik
kenabian (“prophetic politics”). Politik gereja adalah politik
moral yang bertugas untuk menjaga moral masyarakat dan
pemerintah. Gereja harus menyuarakan suara kenabiannya
agar pemerintah yang berkuasa dapat menjalankan tugasnya
secara bertanggung jawab.
4. Kehadiran gereja sebagai “garam” dan “terang” dunia.
Dalam pentas politik, gereja hadir sebagai “garam” dan
“terang” baik dalam proses pencerahan masyarakat,
mengkritisi kebijakan dan memberikan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan-keputusan politik. Karena itu,
siapapun yang hendak terjun ke dunia politik sejatinya harus
terlebih dahulu membekali diri dengan nilai-nilai etika Kristen
yang memadai. Gereja harus melek politik dan peka secara
rohani. Politisi Kristen semestinya menjadi missionaris di dunia
politik. Gereja harus mempengaruhi dunia politik dengan

36
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

suara kenabiannya Para pemimpin gereja harus berani aktif


melakukan kontrol sosial dan menanamkan nilai-nilai Kristiani
kepada jemaatnya untuk berkarya di dunia politik dalam
rangka menjadi “garam” dan “terang” dunia. Kegunaan garam
misalnya pada makanan, adalah daya pengaruhnya yang
sanggup mengubah cita rasa. Garam melarut, tidak nampak,
tetapi pengaruhnya sangat terasa. Sebagai garam, dalam sikap
rendah hatikita harus merembes kemana-mana, melarut ke
segala tingkatan (“strata”) dan bidang (“segmen”) kehidupan.
Gereja harus menjadi “terang” dunia untuk menjadi
pembimbing rohani tanpa berkepentingan politik praktis.
Kepentingan gereja adalah membaharui kerohanian negara.
5. Gereja dipanggil untuk mempersiapkan warganya untuk diutus
dalam politik
Gereja dalam pengertian perseorangan tidak boleh golongan
putih (golput), namun gereja harus ikut dalam politik (misalnya:
pemilu) dalam rangka melahirkan pemimpin-pemimpin politik
yang berkwalitas hamba Tuhan. Gereja harus mempengaruhi
kandidat supaya memiliki visi dan komitmen kehambaan, dan
tetap konsisten ketika terpilih maupun ketika tidak terpilih.
Gereja harus mempersiapkan warganya melakukan aktivitas
politik, karena aktivitas politik harus selalu mengandalkan
kematangan etis-moral. Karena itu, siapapun yang hendak terjun
ke dunia politik sejatinya harus terlebih dahulu membekali diri
dengan nilai-nilai etika yang memadai, dan ini adalah tugas
gereja. Dengan kata lain, para politisi harus sadar bahwa
aktivitas politik mereka tidak dapat tidak bermuara pada
kebaikan dan kebahagiaan hidup masyarakat (warga negara).
Mereka tidak berpolitik untuk kepentingannya sendiri atau
kelompoknya.
Sikap atau partisipasi Kekristenan dalam hubungannya dengan politik
bisa bermakna negatif tetapi bisa juga bermakna positif. Sikap atau
partisipasi itu akan bermakna negatif apabila peran gereja hanya
sebatas ikut atau hadir tanpa memiliki bobot yang memberi nilai
tambah terhadap dinamika atau perjalanan politik. Atau ketika

37
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

kekristenan dengan sengaja bersikap tidak perduli (cuek) terhadap


politik tersebut.

Sebaliknya, sikap atau partisipasi itu akan bermakna positif apabila


gereja menunjukkan keikutsertaan, keterlibatan atau peran dalam
dinamika perkembangan kehidupan nasional dan sistem perpolitikan.
Orang Kristen memiliki dwi-kewarganegaraan, satu pihak sebagai
warga negara Indonesia dan sebagai warga kerajaan Surga yang
harus berpartisipasi dalam dunia. Oleh karena itu, politik bukanlah
negatif, karena politik juga merupakan ladang pelayanan untuk
membangun sebuah kehidupan bersama yang sejahtera dan
berkeadilan.

BAB IX
GEREJA

Konfesi GBKP menyatakan tentang Gereja yaitu sebagai berikut :

38
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil menjadi


milik Allah dan Yesus Kristus menjadi kepalanya (I Petrus 2:9 ;
Efesus 1:22), terus menerus diperbaharui oleh Roh Kudus menjadi
“garam” dan “terang” dunia (Matius 16:18).
Hakekat gereja adalah kudus, esa dan am.
Gereja dipanggil untuk melakukan Tri Tugas demi mewujudkan
jemaat yang misioner untuk memproklamasikan nilai-nilai
Kerajaan Allah yang tampak dalam kehidupan Yesus yaitu : cinta
kasih, keberpihakan pada yang miskin, lemah dan terpinggirkan
untuk menegakkan kebenaran dan keadilan (Lukas 4:18-19) serta
mampu bersikap positif, kreatif, kritis dan realistis terhadap nila-
nilai dunia (Roma 12:2).
Gereja berdialog dengan agama lain dan pemerintah untuk
menyaksikan cinta kasih Yesus.
Gereja mengangkat pelayan-pelayan khusus : Pendeta, Penatua
dan Diaken (Efesus 4:11) dan menugaskan semua orang percaya
untuk menyaksikan imannya (I Petrus 2:9) agar pelayanan gereja
teratur.
Gereja sebagai persekutuan yang kelihatan terorganisasi dan
terstruktur membutuhkan pengurus pengurus yang disebut Majelis
Jemaat, Majelis Klasis dan Majelis Sinode.

Gereja yang hidup adalah gereja yang selalu berkembang seturut


dengan zaman dan konteks di tempat gereja tersebut berada.
Walaupun harus dipahami bahwa zaman dan konteks yang
dimaksudkan sering sekali berubah-ubah. Perubahan itu bukanlah
bertujuan untuk membuat gereja menjadi tidak berciri atau
berpendirian. Namun lebih mengarah kepada sebuah ungkapan
bahwa gereja haruslah bersikap dinamis dan berkembang yang
seturut dengan konteks pergumulan yang dihadapi oleh gereja. Oleh
sebab itulah gereja tidak boleh mengalihkan pandangannya dari
segala situasi konteks yang ada di sekitar gereja. Karena gereja hadir
diperuntukkan untuk memberikan “terang” dan “garam” terhadap

39
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

dunia ini (Matius 5:13-16). GBKP menyadari dirinya sebagai bagian


dari gereja untuk menyatakan karya Kristus terhadap dunia ini.
Istilah gereja berasal dari beberapa kata seperti ekklesia (Yunani)
yang berarti mereka yang dipanggil keluar dari dunia masuk ke dalam
persekutuan di dalam Yesus Kristus. Igreya(Portugis) terjemahan dari
kata Yunani Kyriake, yang berarti menjadi milik Tuhan (Roma 9:24;
Efesus 4:1; 2Timotius 1:9). Sedangkan Calvin melihat gereja sebagai
sarana yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang percaya yang
lemah untuk membina dan memelihara iman mereka.Hal ini jugalah
yang dinyatakan oleh GBKP, bahwa gereja adalah persekutuan orang
percaya yang dipanggil menjadi milik Allah dan Yesus Kristus menjadi
kepalanya (I Petrus 2:9; Efesus 1:22). Dengan demikian dapat dilihat
bahwa terbentuknya gereja bukanlah atas inisiatif manusia, akan
tetapi inisiatif Allah yang memilih orang-orang yang percaya
kepadaNya. Berdasarkan hal tersebutlah gereja harus terus menerus
diperbaharui oleh Roh Kudus menjadi “garam” dan “terang” dunia
(Matius 16:18). Gereja tidak bersifat statis, tetapi hadir ke dalam
kehidupan yang nyata dan menunjukkan kuasa dan kemuliaan Tuhan
dalam kehidupan.
Bagi GBKP, gereja pada hakekatnya adalah Kudus, Esa dan Am. Kata
kudus, Esa dan Am merupakan bagian yang sangat penting dalam
gereja. Kata kudus mengartikan bahwa gereja itu adalah persekutuan
orang-orang kudus di dalam Tuhan, yang telah menerima
keselamatan dan pemilihan dari Allah. Oleh karena itu gereja itu
adalah Esa, yang tidak terpecah-pecah dalam hidupnya. Sama seperti
Yesus sebagai Kepala Gereja yang tidak terpecah-pecah kepada
gereja-gereja yang ada, maka GBKP juga mengimani gereja itu
sebagai gereja yang Esa, dimana Kristuslah yang menjadi kepalaNya.
Semakin nyatalah terlihat bahwa gereja itu adalah Am, yang hidup
dalam satu iman, pengharapan dan kasih oleh Roh Allah yang sama.
Gereja terpanggil tidak hanya untuk menerima warisan yang sama
yaitu hidup yang kekal, tetapi juga untuk memasuki persekutuan di
dalam Tuhan.

40
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Melalui gerejalah Allah mengutus setiap orang-orang yang percaya


untuk menjadi “terang”dan “garam” bagi dunia ini. Gereja dipanggil
dan diutus untuk melakukan TriTugas gereja yaitu Marturia
(bersaksi), Koinonia (bersekutu) dan Diakonia (melayani). Melalui Tri
Tugas gereja itulah orang-orang percaya sebagai jemaat yang
misioner memproklamirkan nilai-nilai Kerajaan Allah yang terlihat
nyata dalam kehidupan Yesus. GBKP mempercayai bahwa demi hal
inilah GBKP ada dan diutus oleh Tuhan ke dalam dunia ini. Oleh
karena itu, GBKP melalui jemaatnya haruslah mewujudkan rasa cinta
kasih terhadap sesama dan juga terhadap semua ciptaan Tuhan
sehingga semakin terciptalah suasana kebersamaan dan kesatuan
yang indah di dalam Kristus.
GBKP juga memahami bahwa dia di utus kedunia untuk menyatakan
keberpihakannya kepada yang miskin, lemah dan terpinggirkan untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan (Lukas 4:18-19). Hal tersebut
haruslah terwujud nyata dalam sikap dan pemikiran GBKP beserta
jemaatnya, agar selalu menumbuhkan rasa empati dan kepedulian
terhadap orang-orang yang membutuhkan. Dengan demikian
kehadiran GBKP di dunia semakin terasa secara nyata bagi semua
ciptaan Tuhan.
Dalam kehadirannya di dunia, GBKP juga mempercayai bahwa Allah
mengutus gerejaNya ke dunia untuk menyatakan rahmat Allah
kepada dunia. Oleh sebab itulah GBKP bersikap positif, kreatif, kritis
dan realistis terhadap nilai-nilai dunia (Roma 12:2). Namun bukan
berarti bahwa GBKP yang akan diwarnai oleh dunia, akan tetapi lebih
menjelaskan bahwa GBKP hadir untuk membawa perubahan di
dalam dunia. Perubahan yang akan menghantarkan kuasa dan
kemuliaan Allah semakin nyata di dalam dunia, begitu juga di dalam
kehidupan setiap orang-orang percaya.

Dalam kehidupan yang nyata, GBKP menyadari bahwa ada agama-


agama dan lembaga-lembaga yang lain yang hidup berdampingan
dengan gereja untuk mengurus kehidupan manusia. GBKP
mempercayai bahwa agama-agama dan lembaga-lembaga yang lain
41
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

tersebut juga dipakaikan oleh Yesus Kristus untuk menyatakan cinta


kasihNya terhadap dunia ini. Untuk mewujudkan cinta kasih Kristus
terhadap dunia ini, gereja haruslah bekerja bersama, berjalan
bersama dengan agama dan lembaga pemerintahan. Oleh karena itu
diperlukanlah semangat kebersamaan dan dialog dengan agama-
agama yang lain serta dengan pemerintahan untuk mewujudkan
kesejahteraan terhadap masyarakat. Dialog tersebut dapat dilakukan
baik melalui kegiatan-kegiatan formal dan non formal yang terlihat
dalam kehidupan jemaat GBKP. Dengan demikian jemaat GBKP juga
diharapkan mengkedepankan semangat dialog dalam memaknai
masyarakat yang majemuk. Karena GBKP telah hadir dan diutus di
dalam kehidupan masyarakat yang plural dan majemuk.
Dalam penataan organisasinya, GBKP menganut sistem Presbyterial
Sinodal yang berasal dari kata Presbyter (bahasa Yunani
“Presbuteros”) yang berarti orang yang dituakan atau tua-tua; dan
kata Sinodal (bahasa Yunani “sun dan hodos”) yang berarti berjalan
bersama-sama. Dengan demikian Presbyterial Sinodal berarti orang-
orang yang dituakan berjalan bersama-sama untuk berfikir dan
bergumul bersama-sama dalam memaknai rancangan Tuhan dalam
kehidupannya. Hal ini memiliki keterikatan yang kuat dengan sistem
kekerabatan masyarakat Karo yang sangat menekankan sistem
“runggu” (musyawarah untuk mencapai mufakat).
Sistem inilah yang dipakai oleh GBKP untuk melaksanakan
pelayanannya terhadap jemaatnya. Untuk menjalankan pelayanan
gereja terhadap jemaat, maka GBKP mengangkat pelayan-pelayan
khusus yaitu Pendeta, Penatua dan Diaken (Efesus 4:11). Ketiga
jabatan tersebut bersama-sama menjalankan perannya masing-
masing untuk menjalankan misi Kristus di dunia ini. Misi tersebut
tidak hanya bagi para pelayan khusus, akan tetapi juga diitugaskan
bagi semua orang percaya untuk berani menyaksikan imannya (I
Petrus 2:9) sehingga dapat terwujud sebuah pelayanan gereja yang
teratur. Untuk itulah pentingnya penataan organisasi sebuah gereja.
Dengan demikian setiap warga (jemaat) gereja juga akan lebih

42
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

teratur dan terarah (dalam visi dan misi) untuk menyatakan


kemuliaan Tuhan dalam dunia ini.
Dalam penataan gereja, GBKP merupakan persekutuan yang
kelihatan, terorganisir dan terstruktur. Oleh karena itulah GBKP
membutuhkan pengurus-pengurus yang disebut Majelis Runggun,
Majelis Klasis dan Majelis Sinode. Dengan demikian GBKP sangat
membuka secara luas bagi warga jemaatnya untuk ikut berperan
aktif dalam setiap kegiatan dan kepengurusan yang dilakukan oleh
GBKP. Para Majelis dalam wilayah pelanayan masing-masing memiliki
tanggungjawab untuk menyusun program dan anggaran keuangan
untuk kemajuan pelayanan di wilayah masing-masing. Oleh karena
itulah GBKP sangat membutuhkan peran serta jemaat, pelayan
khusus dan kepengurusan di GBKP untuk bersama-sama menggumuli
akan kemajuan pelayanan yang akan dilakukan oleh GBKP.
Melalui penjabaran hal di atas, kita semakin mengetahui dan
memahami pengertian tentang gereja di GBKP. Sudah barang tentu
untuk menyatakan dan mewujudkan hal di atas sangat diperlukan
peran serta setiap jemaat GBKP. Gereja yang sebenarnya bukanlah
terletak dalam bangunan dan organisasi gerejanya. Akan tetapi pada
hakekatnya jemaat itulah gereja yang sebenarnya. Oleh sebab itulah
jemaat-jemaat GBKP harus mampu memahami dan mengimani
konfesi GBKP. Karena hal itulah yang akan mereka wujudnyatakan
dalam kehidupannya. Jemaat Tuhan adalah sarana yang dipakai oleh
Tuhan untuk menyatakan kehendakNya dan jemaat Tuhan itu adalah
orang-orang yang telah dipilih dan diutus untuk menyatakan berita
sukacita kepada dunia ini (Matius 28:18-20). Dengan demikian pada
saatnya nanti semua mahluk yang ada di dunia ini akan memuliakan
nama Tuhan. Soli Deo Gloria.

BAB X
IBADAH

43
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Mengenai ibadah dinyatakan dalam konfesi GBKP sebagai


berikut :
- Ibadah adalah ungkapan rasa syukur orang Kristen yang
telah diselamatkan oleh Allah yang dinampakkan melalui
pikiran, ucapan dan tindakan dalam kehidupannya (Roma
12:1 ; Yakobus 2:17).
- Ibadah merupakan panggilan untuk memuliakan Allah
melalui segala sesuatu yang diberikan Allah dalam hidup
orang Kristen, baik pengetahuan, bakat atau talenta dan
harta milik (I Tawarikh 29:14 ; I Samuel 2:7). Ibadah
dilakukan setiap saat dalam konteks ruang dan waktu
dalam bentuk ibadah pribadi, ibadah rumah tangga, ibadah
Minggu maupun ibadah jemaat lainnya.
- Ibadah dari awal hingga akhir adalah satu kesatuan yang
utuh.
- Ibadah dalam bentuk sakramen hanya 2 yaitu baptisan
kudus untuk orang dewasa dan anak (Matius 28:18-19 ;
Roma 6:3-4 ; I Korintus 6:11) dan Perjamuan Kudus (I
Korintus 11:23-28,Yohanes 17:23 ; Matius 26:26-29).

R
-
asul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma
menyatakan : “Karena itu saudara-saudara, demi kemurahan
Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup,
yang kudus dan yang berkenan kepada Allah ; Itu adalah ibadahmu
yang sejati” (Roma 12:1). Dengan ini, Paulus mau menyatakan
kepada kita mengenai ibadah yang sejati yang penting dilakukan oleh
setiap orang yang percaya (Kristen). Ibadah yang sejati berkaitan
dengan mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup,
kudus dan berkenan kepada Allah. Oleh karena itu kali ini secara
bersama-sama kita akan mempelajari pengertian ibadah dalam
kehidupan orang percaya yang berkaitan dengan kehidupan yang kita
jalani setiap hari atau pun implikasi ibadah dalam kehidupan orang
yang percaya.

44
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Konsep asasi (dasar) ibadah baik dalam PL dan PB adalah pelayanan.


Kata Ibrani ‘avoda dan Yunani latreia dipakai untuk mengartikan
ibadah dan ini mengungkapkan rasa takut penuh hormat, kekaguman
dan ketakjuban penuh puja. Karena ibadah merupakan salah satu
bentuk pertemuan antara manusia dengan Allah dan Allah dengan
manusia maka di dalam ibadah harus ada rasa hormat kepada Allah
(Keluaran 20:1-6) yang dinyatakan dalam gerak isyarat dan perkataan
tepat, pantas serta terlihat implikasinya di dalam sikap perbuatan
dan hidup (Amsal 5:21-24).
Oleh karena itu, ibadah dimengerti sebagai aneka tindakan dan sikap
yang menghargai dan menghormati Allah semesta langit dan bumi
yang agung. Ibadah berpusat pada Allah dan bukan pada manusia.
Melalui ibadah kita menghampiri Allah dengan bersyukur karena apa
yang telah dilakukan-Nya bagi kita di dalam Kristus dan melalui Roh
Kudus. Ibadah itu sendiri menuntut komitmen iman dan pengakuan
bahwa Dia lah Allah dan Tuhan kita.
Ibadah yang dimaksudkan disini bukanlah ibadah yang kita lakukan
secara formal yang dilakukan oleh Gereja Batak Karo Protestan
(GBKP) saja misalnya kebaktian hari Minggu, Penelahaan Alkitab
Kategorial (MAMRE, MORIA, PERMATA, KAKR dan Lansia),
Perpulungen Jabu-Jabu (Kebaktian Keluarga) dan kebaktian lainnya
yang tidak bertentangan dengan dogma dan ajaran di GBKP. Namun,
kita mau belajar untuk memahami tentang ibadah yang berkaitan
dengan arti dan persyaratan kehidupan orang Kristen sebagai
manusia baru yang hidup dalam Roh dan anugerah.
Setiap orang percaya (orang Kristen) selalu diingatkan untuk menghargai
dan menghormati Allah sebab kita telah diselamatkanNya. Wujud
ibadah sebagai pertemuan dengan Allah diperlihatkan manusia di dalam
kehidupannya sehari-hari, baik melalui pola pikir, pola ucap dan pola
lakunya. Melalui semuanya itu manusia mempermuliakan Tuhan di
setiap waktu dan tempat.
Kita memang bertemu dengan orang-orang lain atau jemaat lainnya
dalam ibadah namun pertemuan kita merupakan satu persekutuan
yang kita bawa ke dalam pertemuan dengan Allah dan ini menjadi
45
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

pendorong yang terbesar untuk mengikuti ibadah yang dilaksanakan


hingga ibadah berakhir. Semua elemen dalam ibadah adalah satu
kesatuan yang utuh dan mempunyai nilai yang sama.
Dalam ibadah GBKP ada dua sakramen yang dilayankan yaitu
Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. Mengapa dua? Karena kita
memahami sakramen apa yang dilakukan Yesus dan
diperintahkanNya untuk dilakukan gereja. Kata membaptis atau
babtisan berasal dari kata baptizein yang artinya : menyelamkan,
menyucikan dan membersihkan. Untuk memahami arti dan makna
baptisan Kudus, harus dikaitkan dengan baptisan Yesus seperti yang
diceritakan dalam Injil Matius 3:13-17; Markus 1:9-11; Lukas 3-21-
22. Perjanjian Allah dimateraikan dalam sakramen Baptisan Kudus
dan haruslah diterima dalam percaya (Markus 16:16). Oleh karena
itu setiap orang yang dewasa yang dibaptiskan, ia harus terlebih
dahulu mengaku percaya, karena rahmat Allah itu di berikan
berdasarkan kepercayaan seseorang. Tetapi sesungguhnya percaya
adalah sangat penting dalam hidup orang beriman, karena ada
kalanya rahmat Allah diberikan mendahului kepercayaan seseorang.
Baptisan Kudus juga berlaku bagi anak-anak yang lahir dari keluarga
Kristen, karena kepada mereka juga berlaku perjanjian anugerah
Allah, seturut dengan janji Allah kepada Abraham dan keturunannya
(Bdk. Kejadian 17:7; Markus 10:13-16).
Perjamuan Kudus adalah mengulangi Perjamuan Kudus yang pertama
dibuat, oleh Tuhan Yesus bersama dengan murid-muridNya sebagai
pendahulu dari perjamuan dalam kerajaan yang akan datang (Matius
26:29). Dalam perjamuan yang pertama ini Yesus mengambil roti dan
memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-
muridNya dan berkata “Ambillah makanlah, inilah tubuhKu. Sesudah
itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur, lalu memberikannya
kepada mereka dan berkata “Minumlah kamu semua dari cawan ini,
sebab inilah darahKu, darah perjanjian yang ditumpahkan bagi
banyak orang untuk pengampunan dosa” (Matius 26:26-28 Bdk.
Markus 14:22-25 Lukas 22:15-20 dan I Korintus. 11:23-25). Gereja
46
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

mengulangi perjamuan ini sebagai peringatan akan Tuhan Yesus (I


Korintus. 11:25).
Siapakah yang layak mengikutinya? Yesus mengatakan bahwa yang
layak ikut dalam Perjamuan Allah adalah orang yang telah memakai
baju pesta (Matius 22:12). Berpakaian pesta berarti menunjukkan
kelayakan seorang ikut dalam pesta. Kelayakan itu dapat diukur
secara rohani dan lahiriah. Secara rohani adalah kesadaran bahwa
dalam pesta Perjamuan Kudus, ia adalah tamu dari Tuhan Yesus dan
dalam pesta ini ia akan menikmati kembali kekayaan janji Allah yang
dilambangkan dalam roti dan anggur (I Korintus 11:23-26). Oleh
sebab itu orang yang mengikuti Perjamuan Kudus haruslah
sebelumnya telah merenungkan makna Perjamuan Kudus dan
menyelaraskan pengharapan dan perilakunya dengan makna
tersebut, atau hidup berpadanan dengan Injil Kristus (Filipi 1:27).
Pada pihak lain persiapan itu tidak akan pernah mencukupi, tapi kita
berketetapan hati mengikutinya, karena mempercayai bahwa
kebaikan Tuhan jauh lebih besar dari iman percaya kita.
Dalam hubungan dampak ibadah dengan kehidupan orang Kristen
terlebih dahulu kita melihat 2 hal ini, yaitu:
1) Dalam Perjanjian Lama, kita melihat bagaimana Allah melalui
nabi Musa mempersiapkan suatu bangsa pilihan yang berdaulat
dan bermartabat maka Allah memberikan sepuluh Firman Allah
(Keluaran 20:1-17). Kesepuluh Firman Allah menjadi suatu
cermin untuk menjaga agar perbuatan atau tindakan umat Allah
tidak tercela. Sikap tercela dalam teks ini yaitu apabila seseorang
atau sekelompok umat yang menyembah berhala (menduakan
Allah).
2) Dalam Perjanjian Baru terdapat beberapa bagian nasihat Rasul
Paulus agar umat percaya tidak terjebak dalam tindakan tercela,
baik di mata Tuhan dan umat percaya.
Jadi, baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru terdapat suatu
kesinambungan pengajaran moral untuk mejaga agar umat Allah
atau gereja (orang-orang pilihan Allah), tidak terjebak dalam

47
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

perbuatan yang tercela. Hal ini sangat erat pengaruhnya dengan


kehidupan peribadahan orang Kristen itu sendiri.
Ibadah yang dilakukan dengan benar dan dalam dasar takut akan Tuhan,
akan membawanya untuk tidak hidup dalam hal-hal berikut ini :
a. Menyembah berhala : sebab ini berarti telah menduakan Tuhan.
b. Membunuh: sebab membunuh bukan sikap seorang yang rajin
beribadah.
c. Mencuri: termasuk juga melakukan korupsi. Tindakan ini
bertentangan dengan orang yang rajin melakukan ibadah sebab
melalui ibadah kita mengaminkan bahwa setiap waktu dan setiap
saat Tuhan beserta kita.
d. Berdusta: sebab berdusta bukanlah karakter orang yang
melakukan ibadah dengan benar. Hendaknya ibadah menolong
kita menjadi orang yang terpercaya.
e. Percabulan dan hawa nafsu : sebab ibadah akan membawa kita
kepada pemahaman untuk menghargai tubuh sebagai anugerah
Tuhan bagi kita yang harus kita jaga kekudusannya. Oleh karena
itu, bijaksana lah dalam fasilitas internet di dalam Handphone dan
juga tayangan televisi serta media komunikasi lainnya dalam
kehidupan kita.
Dampak dari ibadahdalam kehidupan kita supaya kita menjaga pola
tindak kita melalui komitmen kita bahwa tubuh kita adalah bait Allah
(1 Korintus 3:16) yang menjadi bagian dari persembahan kita setiap
hari. Ibadah adalah relasi kita setiap hari bersama Tuhan. Hal ini
menjadi kekuatan untuk menjaga hidup kita tidak terjebak dalam
perbuatan tercela zaman ini. Kita juga bertanggungjawab untuk
menegur dan membawa orang lain untuk kembali kepada Tuhan
(bdk. Matius 18:15-17).

BAB XI
PERKAWINAN

48
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Konfesi GBKP menyatakan tentang perkawinan yaitu sebagai berikut :


Kami percaya, bahwa :
- Perkawinan adalah ikatan perjanjian antara laki-laki dan
perempuan dihadapan Allah dan di hadapan jemaat.
Perkawinan adalah anugerah Allah yang harus dipelihara
dalam kekudusan (Kejadian 2:18, 24). Oleh karena itu,
perkawinan Kristen bersifat monogami dan tidak dapat
diceraikan oleh manusia kecuali oleh kematian (Matius 19:6).
- Perkawinan yang kokoh dibangun diatas iman kepada Allah
Bapa, AnakNya Yesus Kristus dan Roh Kudus, oleh karena itu
perkawinan terjadi antara laki-laki dan perempuan yang
sama sama Kristen (II Korintus 6:14).
- Perkawinan merupakan ikatan yang kudus dan anugerah
Allah kepada manusia, maka perkawinan itu harus dijalani
dengan ucapan syukur dan penuh tanggungjawab.
- Laki-laki dan perempuan memutuskan untuk berumah
tangga, wajib terlebih dahulu menyatakan pengakuan dan
perjanjian kesetiaan mereka kepada Allah dan terhadap
jemaat I dalam kebaktian pemberkatan perkawinan.
- Makna perkawinan adalah sebagai media (wadah) karya
keselamatan Allah (Kejadian 12:2 ; Matius 1:18). Allah
senantiasa campur tangan di dalam kehidupan keluarga dan
melalui kehidupan tersebut Allah mewujudkan karya
keselamatanNya. Dengan demikian, perkawinan yang
berkenan kepada Allah perkawinan yang dilaksanakan untuk
kemuliaan Allah.
Allah menjadikan laki-laki dan perempuan untuk menjalankan Misi
Allah dan kepada manusia diberikan mandat untuk mengelola
segala ciptaaanNya (Kejadian 1:26-27). Laki-laki dan perempuan
diberkati Allah dan dipersatukanNya di dalamperkawinan.
Perkawinan merupakan anugerah Allah sehingga terjadi tanpa
adanya keterpaksaan. Perkawinan sebagai anugrah Allah haruslah
direspons dengan komitmen dan kesetiaan serta konsekwensinya
yang dinampakan di dalam cara dan sikap hidup dalam memelihara

49
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

dan menjaga kekudusan perkawinan tersebut. Hal ini akan tercermin


dalam sifat perkawinan yang monogami dan tidak dapat diceraikan
oleh siapun kecuali melalui kematian (Matius 19:6). GBKP hanya
memberkati perkawinan antaraseorang laki-laki dan seorang
perempuan saja. GBKP tidak menerima perkawinan sejenis dan
poligami. Perkawinan yang merupakan persekutuan antara seorang
laki-laki dan seorang perempuan yang kemudian menjadi suami dan
istri.

Mereka mengemban amanat Allah membangun pondasi Iman yang


kokoh kepada Allah Bapa, AnakNya Yesus Kristus dan Roh Kudus ( II
Korintus 6:14). Iman yang dimaksud bukan sekedar sama kristen
semata saja, tapi juga kedewasaan cara hidup yang terwujud di
dalam komitmen dan konsisten menjaga dan mempertahankan
perkawinan. Pondasi iman yang sama dalam membangun
perkawinan diperlukan untuk tetap mampu bertahan dalam
mengarungi kehidupan perkawinan yang multidimensi pergumulan.

Suami dan isteri harus melakonkan perannya dengan baik dalam


rumah tangga Kristen. Seorang suami harus tetap menjadi imam
dalam rumah tangga yang membawa anggota keluarga tetap takut
kepadaNya dan seorang isteri harus tetap menjadi penolong yang
sepadan bagi suaminya. Suami isteri dan anak-anak saling bertukar
informasi mengenai keberadaan anggota rumah tangga dan
mendoakannya. Suami isteri membina keakraban diantara sesama
dengan bercerita tentang pengalaman mereka sehari-hari di dalam
dan diluar rumah tangga. Suami isteri dan anak anak perlu belajar
mencukupkan apa yang ada.
Kehidupan perkawinan merupakan manifestasi dari iman kita kepada
Allah. Di dalam perkawinan kita diajar untuk banyak mengucap
syukur dan memperlihatkan tanggungjawab sebagai suami atau Istri,
sebagai ayah dan ibu. Perkawinan merupakan media kita
membangun persekutuan dengan Allah. Perkawinan yang
membentuk terjadinya keluarga merupakan “gereja dalam lingkup
kecil” yang memperkuat terjadinya “gereja dalam lingkup besar.”
50
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Kehidupan perkawinan melatih kita untuk bersosialisasi belajar


menerima kekurangan dan kelebihan pasangan kita. Dengan adanya
perkawinan maka akan terbentuk hubungan keluarga yang lebih
luas.
Seorang laki-laki dan perempuan yang akan melangsungkan
perkawinannya wajib mendapatkan pembekalan perkawinan
(konseling pra nikah) yang diaturkan oleh gereja. Pengakuan dan
perjanjian kesetiaan di dalam perkawinan harus tegas disampaikan
oleh mempelai laki-laki dan mempelai perempuan di dalam
kebaktian pemberkatan perkawinan agar mereka menyadari bahwa
perkawinan mereka disaksikan dan didoakan oleh jemaat sebab
mereka merupakan bagian dari persekutuan orang percaya.
Perkawinan mereka telah dimasukkan dalam bagian keluarga
Allah.Karena mereka mengaku dan berjanji dihadapan jemaat untuk
bersatu dan tidak bercerai maka ini menjadi komitmen mereka
untuk tidak berpisah oleh keinginan manusia.
Perkawinan merupakan salah satu cara Allah menyatakan karya
keselamatanNya bagi manusia. Laki-laki dan perempuan yang
dipersatukan di dalam perkawinan tidak lagi dikuasai oleh hawa
nafsu yang dapat membinasakannnya. Kehidupan perkawinan yang
diberkati Allah akan menjadi alat Allah untuk dapat menjadi berkat
bagi orang lain (Kejadian 12:2). Perkawinan orang percaya ada
ditengah-tengah masyarakat dan lingkungannya dan memperlihatkan
kehadiran Allah ditengah dunia. Melalui kehidupan perkawinan
orang percaya menjadi kesaksian bagi sekitarnya sehingga semakin
banyak orang yang menyaksikan karya keselamatan Allah dan
memuliakanNya. Perkawinan orang percaya kiranya dapat menjadi
contoh bagi masyarakat dalam membangun peradaban dan
kehidupan keluarga serta komunitas dimana ia berada.

BAB XII
ETIKA

51
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Kami percaya, bahwa:


 Etika Kristen merupakan pengetahuan cara bersikap dan
bertindak yang baik dan benar sesuai dengan pemahaman
nilai-nilai iman Kristen.
 Etika Kristen dibangun di atas dua sikap iman yang
mendasar: mengasihi Allah, yang mengarahkannya kepada
ketaatan iman terhadap hukum-hukum Allah sebagai
petunjuk kehidupan (Matius 7:24), dan mengasihi sesama,
yang mengarahkannya kepada arti iman dalam
kebersamaan hidup dengan sesama manusia (Keluaran
20:8-11; Ibrani 10:25; I Korintus 14:40; Matius 22:37-40;
Amsal 8:30).
 Etika Kristen tidak bertujuan untuk memperoleh
keselamatan tetapi merupakan buah atau ucapan syukur
atas keselamatan yang telah diterima dari Allah (Efesus 2:8-
10; Yakobus 2). Manusia mengasihi Allah, karena Allah
telah lebih dahulu mengasihi manusia (I Yohanes 4:19).

Kehidupan dunia yang diciptakan Tuhan sungguh amat baik dan


tertata dengan baik. Manusia diberi hak dan tanggungjawab untuk
menjaga, mengelola untuk keberlangsungan hidup segala sesuatunya
dengan baik juga. Untuk kebaikan tersebut manusia harus tertip,
berpikir dan bertindak. Artinya, prilaku manusia harus sesuai dengan
kehendak sang pemberi mandat agar manusia tersebut tidak
berbuat sesuka hatinya saja tanpa cinta dan kebutuhan
lingkungannya.
Jika dunia dan kehidupan tidak teratur tetapi semraut maka segala
sesuatu yang baik tadi akan rusak dan kehidupan tidak lagi damai
dan tentram. Hal itu tentunya akibat dari ulah, pekerjaan dan
perbuatan orang-orang yang tidak beretika. Sederhana mungkin jika
seseorang akan melontarkan perkataan ‘dia tidak beretika’ terhadap
orang lain, namun yang dimaksud etika yang bagaimana dan seperti
apa, bisa saja seseorang melakukan hal yang sesuai dengan kehendak
Allah tetapi tidak biasa dengan kebiasaan masyarakat dan budaya

52
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

setempat ataupun sebaliknya.Jadi, apa sebenarnya pengertian etika


itu sendiri, bagaimana hidup sebagai orang Karo dalam konteks GBKP
dan menjadi orang Kristen yang benar dan bagaimana seharusnya
manusia hidup yang berkenan bagi Allah?

Etika berasal dari kata Yunani yaitu ethos (ta etika), ethos artinya
kebiasaan, adat namun ethos dan ethikos lebih dapat diartikan
kesusilaan, perasaan batin ataupun kecendrungan hati dimana
seseorang ingin melakukan sesuatu (perbuatan). Dalam bahasa
Indonesia lebih tepat diartikan dengan kata kesusilaan, yang berasal
dari bahasa Sansekerta yaitu sila artinya norma, peraturan hidup,
perintah dan juga sikap, sopan santun. Kata su berarti baik, bagus.

Manusia memiliki kebiasaan yang sudah menjadi adat istiadat,


mungkin saja tidak tertulis tetapi sudah disepakati bersama untuk
menata, mengatur kehidupan bersama dengan baik yang menjadi
peraturan hidup bersama didalam masyarakat. Bagi orang yang
melanggar kebiasaan tersebut dianggap menyalahi dan tentunya
mendapat sangsi dari masyarakat karena melakukan sesuatu yang
tidak sesuai dengan kebiasaan, dianggap tidak bermoral ataupun
beretika. Karena pada dasarnya ketika manusia terlahir, ia sudah
memiliki nilai-nilai tersendiri yang secara alamiah dari kebiasaan,
adat istiadat lingkungannya. Dalam kehidupan orang Kristen juga
memiliki kebiasaan, kesepakatan, aturan yang memandu hidup orang
Kristen itu sendiri yang disebut etika Kristen.

Etika ini merupakan sebuah cabang ilmu teologi yang membahas


tentang apa yang baik dari sudut pandang kekristenan. Apa yang baik
menurut Allah dari kehidupan manusia yang diciptakannya menurut
gambar dan rupaNya dan bagaimana dengan sikap manusia atas
kehendak Allah tersebut. Etika Kristen membahas tentang kehendak
Allah yang dinyatakan dalam Hukum Taurat dan Hukum Kasih Allah.
Oleh karena itu dalam kehidupannya manusia harus
mempertimbangkan baik dan benarnya serta harus mengujinya

53
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

dengan kehendak Allah. Orang Kristen harus membuat keputusannya


menjalani hidupnya dengan terus mempertanyakan apakah telah
sesuai dengan kehendak Allah?
Dalam kehidupan bersama ada beberapa nilai dan norma yang
berkembang dalam diri seseorang karena seseorang itu lahir dan
hidup dalam lingkungan keluarga dan masyarakatnya serta
agamanya.

Ada beberapa etika yang ada didalam masyarakat kita, yaitu


 Etika otonom, dimana etika tersebut berdasarkan norma-norma
kehidupan setiap hari, secara pribadi setiap orang merefleksikan
dirinya melalui norma yang menurutnya baik
 Etika heteronom, yang mengambil norma-normanya didalam
masyarakat, hasil kesepakatan dan pergumulan masyarakat
tersebut dalam menata kehidupan bersama.
 Etika teonom dimana Pernyataan Allah sebagai sumber
pengetahuan tentang yang baik dan buruk yang merupakan
pengajaran dari dalam Alkitab.

Umumnya etika tidak berasal dari dalam diri seseorang, etika harus
datang dari luar dirinya, apakahitu dari orangtua, lingkungan,
budaya, agama ataupun dari negaranya. Karena setiap orang yang
lahir akan dipengaruhi dan memahami diri dan hidupnya dari
lingkungannya serta kemudian setelah dewasa ia akan berkembang
dengan pemahaman dan pengalamannya sendiri.

Dengan demikian sebagai orag Kristen, norma-norma yang harus


dilakukan berpangkal kepada kepercayaan kepada Allah yang telah
menyatakan diriNya didalam Yesus Kristus. Allah Bapa menyatakan
diriNya didalam Yesus sebagai pencipta langit dan bumi, yang
menciptakan bumi dan segala sesuatu yang ada didalamnya,
menciptakan manusia yang segambar dengan rupaNya. Allah yang
melakukan segala rencanaNya mengenai manusia dan dunia.

54
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Etika Kristen berlandaskan pada kehidupan Yesus Kristus:


penderitaan, kematian, kebangkitan dan naik ke surga. Dimana
awalnya para pengikut Yesus berdoa, belajar dan hidup dalam
kebersamaan dan memberitakan Yesus itu sendiri sebagai Tuhan.
Sehingga para pengikut Yesus disebut masyarakat sekitarnya pada
waktu di Antiokia sebagai Kristen (Kisah Rasul 11:26). Namun, dalam
perkembangannya setiap jaman mengalami perkebangan yang
disebabkan oleh persoalan, tantangan yang muncul pada saat itu
serta yang harus dijawab oleh kekristenan itu sendiri.
Meskipun demikian, pemanggilan orang Kristen tidak terlepas dari
rencana Allah dalam menciptakan bumi dan isinya, pemanggilan
Abraham, penyelamatan dan penebusan manusia yang berdosa.

Umumnya titik tolok etika Perjanjian Lama adalah anugrah Allah


terhadap kehidupan manusia dan tuntutannya akan respon dan
kepatuhan manusia tersebut terhadap sang pemberi anugrah. Etika
Perjanjian Lama tidak terlepas pada etika teonom yaitu hubungan
antara Allah dan umatNya. Oleh karenanya etika Perjanjian Lama
dapat dimengerti dari empat hal yaitu:
1. Menanggapi perbuatan Allah dimana bangsa Israel harus
memiliki dorongan untuk tetap mengarahkan kelakuan etis
mereka dalam merespon tindakan Allah dalam sejarah
kehidupannya.
2. Mengikuti teladan Allah, dimana sebagai bangsa pilihan Allah,
bangsa Israel harus memperlihatkan sifat Allah melalui segala
aspek hidup mereka.
3. Hidup dibawah pemerintahan Allah , dimana wibawa Allah
sebagai Tuhan dan raja seharusnya membuat manusia
sebagai mahluk ciptaanNya tunduk kepadaNya.
4. Menaati perintah Allah dalam hidupnya.

Dalam dunia Perjanjian Baru sangat terkait dengan kehidupan jemaat


mula-mula. Ajaran Yesus diatas bukit menjadi pedoman hidup
manusia dalam berTuhan dan relasinya dengan sesamanya karena

55
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

dengan kotbah ini ia menyindir etika hidup orang Farisi yang


cenderung berpura-pura khususnya dalam melakukan
keagamaannya. Dalam keempat Injil, Yesus memberikan ajaran dan
pedoman hidup bagi para pengikutNya. Meskipun terkadang IA
melanggar Taurat tetapi ia memberikan etika sederhana tentang
hidup dengan sesama sebagai ungkapan iman kepada Tuhan.
Perkembangannya dari ajaran Paulus, segala aspek kehidupan
disorotinya untuk hidup seturut kehendak Tuhan yaitu saling
mengasihi.

Perkembangan kehidupan gereja mula-mula para bapa-bapa gereja


juga memberikan berbagai pandangan tentang kehidupan bersama
didalam dunia ini. Sikap dan pandangan terhadap segala sesuatu
yang dimiliki, sikap bagaimana memilikinya. Artinya segala
pengajaran Yesus menjadi titik tolok kehidupan orang kristen dengan
rumusan-rumusan baru yang dibuat untuk menjawab segala
persoalan yang muncul dalam hubungan manusia dalam semua
konteks hidupnya.

Dengan demikian, kita bisa melihat bahwa Allah adalah pusat dan
sumber semua yang baik. Ia adalah hakim terakhir yang memutuskan
apa yang benar dan apa yang salah. Oleh karena itu tanggungjawab
manusia adalah melakukan apa yang dikehendaki Allah. Jadi, orang
kristen harus selalu mencari kehendak Allah meskipun mereka tidak
selalu setuju tentang apa yang dikehedaki Allah tersebut. Kehidupan
etis orang kristen merupakan cara untuk mengucap syukur atas
anugrah Allah dan cara untuk hidup dalam persekutuan dengan Allah
didalam Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat. Kasih
merupakan ciri khas etika Kristen sehingga kewajiban manusia
didalam hukum untuk mengasihi Allah dan sesama serta kasih ini
memotivasi untuk melalukan perbuatan yang baik didalam dunia ini.
Ada beberapa aspek kehidupan manusia yang menimbulkan
persoalan-persoalan yang harus dilihat dalam nilai-nilai Kristen
sehingga sebagai orang Kristen memiliki nilai-nilai, moralitas,

56
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

standart yang akhirnya melayakkan dia disebut sebagai seorang


murid Kristus. Contohnya didalam:
a. Bekerja, Allah mencipta manusia dengan memberi tugas untuk
mengusahai dunia ciptaanNya. Setelah manusia jatuh kedalam
dosa, Allah mengatakan bahwa manusia itu harus bekerja
dengan susah payah untuk mencukupi hidupnya. Namun dalam
bekerja tersebut manusia harus tetap dalam nilai-nilai (norma)
kekristenan. Tidak melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme.
b. Seksualitas, umumnya seksualitas dinikmati didalam hidup
pernikahan. Suami dan isteri tetapi dari dahulu sampai sekarang
salah satu pergumulan masyarakat, budaya dan gereja, adalah
etika tentang seks. Tidak sedikit hubungan seksualitas yang
dilakukan diluar pernikahan, apakah orang yang belum menikah
ataupun sudah menikah dengan orang yang sudah mempunyai
pasangan dan yang belum punya pasangan. Ada nilai-nilai moral
dan etis yang harus di lakukan sehingga kehidupan didalam
masyarakat tidak hanya harmonis tetapi tertata dengan baik.
c. Ekonomi, bagaimana jemaat harus menata hidupna khususnya
menata perekonomian keluarga. Bagaimana ia mencari uang, jika
pekerjaannya berdagang berapa persenkah keuntungan yang
wajar ia ambil. Bagaimana ia harus mengatur timbangan untuk
menjual barangnya. Jangan menambah atau mengurangi yang
menjadi hak orang lain.
d. Sosial, relasi sosial manusia sangatlah perlu dibangun. Kehidupan
sosial yang tidak baik akan membuat kehidupan masyarakat juga
tidak baik. Berdampak terhadap satu dengan yang lainnya.
Orang kristen harus menjaga kehidupan (relasi) sosialnya
ditengah masyarakat.

Beberapa contoh tentang etika Kristen yang harus menjadi tolok ukur
kehidupan orang kristen secara umum. Artinya, kehadiran orang
kristen didalam kehidupan dengan segala aspek kehidupannya harus
tetap mengacu kepada nilai-nilai etika kristen. Meski tujuannya
bukan mendapatkan keselamatan tetapi merupakan wujud ucapan

57
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

syukur atas keselamatan yang Tuhan telah anugrahkan dalam hidup.


Sehingga hidupnya dapat menjadi kesaksian bagi orang lain dimana
dia hidup. Sehingga ketika orang lain melihat kehidupannya maka
nama Bapa di Sorga akan dimuliakan (Matius 5:16).

Dengan demikian, warga Gereja GBKP umumnya


berlatarbelakangkan budaya Karo, meskipun sebagian dari mereka
sudah berasal dari suku-suku yang lain dan tentunya dengan
latarbelakang yang berbeda, ada norma dan nilai dari budaya
asalnya yang akan mempengaruhi sikap dan berbagai keputusannya.
Namun, tentunya pemahaman dengan adat istiadat dan budaya
Karo tidaklah bertentangan dengan kekristenan. Karena orang-orang
Karo Kristen harus tetap mengujinya dengan imannya. Tidak sedikit
budaya Karo yang diperbaharui sesuai ajaran kekristenan dan ada
juga budaya yang tidak lagi di pakai sebagai konsep hidupnya.

BAB XIII
KEMATIAN

58
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Kami percaya, bahwa:


 Kematian merupakan realita kehidupan. Melalui kematian
tubuh kembali menjadi tanah dan roh kembali kepada Allah
(Pengkhotbah 12:7; Ayub 14:5; Kejadian 19:3). Oleh karena itu,
kematian menyadarkan manusia bahwa hidupnya dan
kematiannya merupakan sebuah kesatuan.
 Kematian disebabkan oleh dosa yang telah masuk ke dalam
dunia dan menjalar ke semua orang (Roma 5:12; 1 Korintus
15:22).
 Kematian orang beriman tidak memisahkannya dari Yesus
Kristus, karena Kristus adalah Tuhan orang yang hidup dan
yang mati (Roma 14:9).
Salah satu bagian dari pengakuan iman GBKP adalah tentang
kematian. Dalam pengakuan iman dinyatakan bahwa kematian
merupakan realita kehidupan. Makna dari pernyataan ini adalah
bahwa dalam kehidupan manusia di dunia ini suatu saat dia akan
mengalami kematian. Kematian yang dimaksud di sini adalah
terpisahnya “tubuh dengan nyawa.” Hal ini menyadarkan kita secara
iman agar bersikap realistis. Realistis yang dimaksudkan adalah
bahwa memang suatu saat semua manusia yang hidup di dunia ini
akan mengalaminya dan tidak dapat menghindarinya.

Dari pernyataan di atas ada hal yang menjadi sikap hidup kita yaitu
bahwa setiap orang percaya selalu menghargai kehidupan selagi
masih ada. Menghargai kehidupan dengan menjaga kesehatan,
memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan menghargai
kehidupan orang lain. Dalam tataran praktis misalnya mengemudi
kendaraan dengan benar. Ini sebuah etika menghargai hidup kita dan
orang lain. Karena akibat kecerobohan seseorang dalam mengemudi
kendaraan dapat menyebabkan nyawanya melayang atau nyawa
orang lain.
Di sisi lain pernyataan yang mengatakan “kematian merupakan
realita kehidupan” adalah sebuah ungkapan agar setiap warga GBKP
dapat menerima sebuah kematian. Ada banyak orang dalam
59
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

kehidupan ini tidak siap menerima sebuah realitas tentang kematian.


Ketika ada seorang anak yang sangat dikasihi meninggal dunia, orang
tuanya selalu memperlakukan anaknya seolah masih ada di dunia ini.
Misalnya dengan menghadirkan seluruh apa yang menjadi kesukaan
anaknya, misalnya warna kesukaan anaknya, baju anaknya, mainan
anaknya. Ada seorang istri yang kehilangan suami yang sangat dia
cintai. Dia tidak pernah mau merubah dan menyimpan seluruh
pakaian suaminya yang telah tiada. Sebelum memulai kegiatannta
setiap hari, dia selalu membuka dan memandang pakaian suaminya.
Karena ketika suaminya masih hidup selama berpuluh tahun dia
menyediakan pakaian yang hendak dikenakan oleh sang suami.
Kita menyadari bahwa seseorang akan pasti sangat kehilangan
apabila hal seperti di atas terjadi. Dalam pengakuan iman kita ini
mengajar kita untuk dapat menerima sebuah realitas kehidupan yang
salah satunya adalah adanya kematian yang kita tidak pernah tahu
siapa, kapan dan dimana kematian itu hadir dalam diri kita atau
keluarga kita. Menerima dalam arti sadar kita berduka, sadar bahwa
kita kehilangan, sadar bahwa dia tidak akan datang lagi kepada kita
tetapi kita yang akan datang kepadanya. Dalam II Samuel 12:23
Daud berkata kepada pegawainya ketika dia sudah mengetahui
anaknya telah meninggal. “ Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa
aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku
yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku."
Melalui kematian tubuh kembali menjadi tanah dan roh kembali
kepada Allah (Pengkhotbah 12:7; Ayub 14:5; Kejadian 3:19). Penulis
kitab Pengkhotbah mampu menangkap pesan dari makna teologi
tentang kejatuhan manusia ke dalam dosa. Ketika seseorang
mengalami kematian maka tubuhnya akan kembali ke tanah. Salah
satu makna dari kembali ke tanah adalah bahwa tubuh kita yang
sekarang adalah tubuh yang fana. Fana dalam arti tubuh kita pasti
mengalami perubahan. Salah satu perubahan yang terjadi adalah
ketika kita mati maka tubuh kita akan kembali ke asalnya yaitu tanah
(adam). Hal ini tidak terlalu sulit kita menerima dan memahaminya.

60
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Tetapi pernyataaan berikut bahwa Roh kembali kepada Allah adalah


merupakan sebuah pertanyaan yang sering muncul dalam kehidupan
kita. Pertanyaannya adalah “dimanakah roh orang mati?”
Dalam kosmologi Israel kuno, dunia dibagi tiga, atas, tengah dan
bawah. Hampir sama dengan kosmologi Karo. Dunia atas di kelilingi
oleh air (Kejadian 1:6-7). Jadi, di atas juga ada air. Dunia tengah
adalah tempat kita hidup sekarang ini. Dunia bawah adalah dunia
kematian.Dalam literatur Israel Kuno belum sepenuhnya memahami
tentang roh orang mati. Yang dipahami pada saat itu adalah bahwa
bila seseorang mati rohnya masuk ke sebuah tempat yang
dinamainya dalam bahasa Ibrani “Sheol” yang dalam bahasa Yunani
disebut “Hades.” Pintu menuju dunia orang mati itu adalah Lembah
Hinnom dekat Jerusalem. Dulu tempat ini dikenal sebagai tempat
orang Israel mempersembahkan anak-anaknya kepada dewa Molohk
(II Tawarikh 33:6, Yeremia 32:6). Tempat ini berkumpulnya semua
roh-roh orang meninggal (Yesaya 14:9-19).

Pada awalnya pemahaman Israel adalah bila manusia telah masuk ke


dunia orang mati, itu berarti sudah selesai. Tidak punya pengharapan
lagi. Seperti apa yang tertulis dalam Mazmur 6:6, Sebab di dalam
maut tidaklah orang ingat kepada-Mu; siapakah yang akan
bersyukur kepada-Mu di dalam dunia orang mati?Juga dalam Yesaya
38:18 Sebab dunia orang mati tidak dapat mengucap syukur kepada-
Mu, dan maut tidak dapat memuji-muji Engkau; orang-orang yang
turun ke liang kubur tidak menanti-nanti akan kesetiaan-Mu.Belum
ada kejelasan pemahaman akan tempat dan pengaharapan orang
yang sudah mati. Seperti pergumulan dalam Mazmur 88:11-13,
Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan
arwah bangkit untuk bersyukur kepada-Mu? Dapatkah kasih-Mu
diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaan-Mu di tempat
kebinasaan? Diketahui orangkah keajaiban-keajaiban-Mu dalam
kegelapan, dan keadilan-Mu di negeri segala lupa?.

61
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Kemudian pemahaman akan tempat dan pengharapan orang mati


berkembang. Dapat kita temukan dalam kitab Ayub 14:13, Ah,
kiranya Engkau menyembunyikan aku di dalam dunia orang mati,
melindungi aku, sampai murka-Mu surut; dan menetapkan waktu
bagiku, kemudian mengingat aku pula. Artinya bahwa tempat orang
yang sudah mati yang dinamai Sheol atau Hades tadi adalah tempat
sementara. Di sana semua roh-roh mati mati dikumpulkan Tuhan
menanti datangnya Allah kembali membangkitkan orang yang sudah
mati. Seperti yang tertulis dalam Daniel 12:2-3, Dan banyak dari
antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan
bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk
mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal. Dan orang-orang
bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah
menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang,
tetap untuk selama-lamanya. Apa yang dinyatakan di sini sama
dengan apa yang dinyatakan dalam Perjanjian Baru. Bahwa dalam
perjanjian Baru tempat bagi orang yang sudah matiadalah
sementara.Ada jaminan akan kehidupan setelah kematian. Seperti
apa yang tertulis dalam Yohanes 5:24 Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya
kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan
tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke
dalam hidup.
Kematian disebabkan oleh dosa yang telah masuk ke dalam dunia
dan menjalar ke semua orang (Roma 5:12; 1 Korintus 15:22). Sejak
permulaan dalam ikatan perjanjian Allah dan manusia adalah bila
manusia melanggar perjanjian tersebut maka upahnya adalah
“kematian” (maut). Adam telah melanggar perjanjian tersebut.
Karena dia merupakan kepala dari perjanjian itu maka seluruh
keturunnya telah berdosa. Upah dosa tersebut adalah kematian.
Kematian dapat dikategorikan tiga pengertian yaitu terpisahknya
hubungan kita dengan Allah, terpisahnya tubuh kita dengan roh
(nafas), terpisahnya kita dengan kasih Allah (neraka). Kalau kita

62
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

menyadadari akan keberdosaan kita, maka seharusnya kita juga


menyadari betapa kita membutuhkan Juru Selamat dalam hidup kita.
Kematian orang beriman tidak memisahkannya dari Yesus Kristus,
karena Kristus adalah Tuhan orang yang hidup dan yang mati (Roma
14:9). Ini adalah penghiburan tertinggi kepada orang beriman
(percaya). Karena walau manusia berdosa dan harus mati (terpisah
tubuh dengan roh/nafas) tetapi Allah di dalam Yesus Kristus telah
turun ke dalam kerajaan maut. Dia menggantikan kita menanggung
hukuman yang kekal tersebut. Dengan demikian maka Yesus secara
sempurna telah menjadi “Imanuel” (teman) bagi manusia bukan
hanya ketika hidup juga ketika suatu saat akan mati. Pengakuan iman
ini membuat kita mempunyai keyakinan yang kuat akan keselamatan
yang dibawa oleh Yesus Kristus bagi dunia ini. Orang percaya tidak
akan takut menghadapi kematian karena Yesus telah menjadi Tuhan
bagi yang hidup dan yang mati. “Tuhan” artinya berkuasa dan
berdaulat. Yesus telah mengalahkan kematian melalui
kebangkitanNya. Berarti Dia telah berkuasa dan berdaulat atas
kematian. Bila kita percaya kepada Yesus maka kematian yang kekal
tidak berkuasa lagi atas hidup kita.

BAB XIV
KESELAMATAN
63
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Kami percaya, bahwa:


 Keselamatan adalah pemulihan kembali citra Allah dalam
diri manusia. Keselamatan merupakan inisiatif Allah yang
mengasihi manusia (Yohanes 3:16). Oleh karena itu,
keselamatan merupakan anugerah Allah, bukan hasil
usaha manusia (Efesus 2:8-9).
 Keselamatan dari Allah diterima oleh iman dan
membuahkan hidup benar dan kudus sesuai firman Allah
serta semangat melakukan perbuatan-perbuatan baik
sebagai ucapan syukur atas keselamatan yang telah
dianugerahkan Kristus (II Petrus 3:14; Kolose 1:17, 3:15-
17; I Petrus 1:16).
Kejadian 1:26-28 mengungkap bahwa : Citra diri Allah ada dalam diri
Manusia, yang perlu dipulihkan.Memang, Allah tidak terlihat bahkan
tidak ada yang bisa melihatNya, namun Allah bisa dilihat dari
manusia, karena manusia adalah ciptaan Allah yang serupa
(segambar) dengan Allah. Demikian orang-orang disekitar kita dapat
melihat Allah dalam diri kita. Namun Citra Allah itu menjadi rusak
dalam diri manusia setelah manusia jatuh kedalam dosa, sehingga
semua kepribadian manusia telah dinodai atau tertutupi oleh dosa.
Didalam diri kita ada keserupaan dengan Allah, tetapi dosa telah
menutupinya.

Kitab Yohanes 3 : 16 merupakan bagian percakapan Yesus dengan


Nikodemus yang ingin tahu tentang keselamatan. Dalamayat
tersebut Yesus memperlihatkan 3 (tiga) karya Allah dalam
menyelamatkan manusia :
a. Allah Menghendaki Manusia Selamat. “Karna begitu besar
kasih Allah akan dunia ini...” Pesannya bahwa Allah
menghendaki manusia selamat masuk surga dan Dia tidak
menghendaki manusia mengalami kebinasaan masuk neraka.
Kasih, merupakan sifat yang mendorong dan mengarahkan Allah
memberikan yang terbaik tanpa pamrih kepada pribadi yang

64
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

dikasihiNya. Hal ini berarti Allah merindukan pemulihan manusia


berdosa sehingga kembali kepada persekutuan dengan Allah
dalam pertobatan hidup. (Bdk.2 Petrus 3:9)
b. Allah Menyediakan Jalan Keselamatan.“...Sehingga Ia
mengaruniakan anakNya yang tunggal,...”. Karena kasihnya
akan dunia ini; Ia ingin menyelamatkan manusia dari bahaya
maut; karena Ia rindu membangun persekutuan yang kudus dan
penuh kasih dengan manusia, maka Ia mengutus anakNya yang
tunggal, mengorbankan hubungan dengan AnakNya yang duduk
dipangkuanNya. Hanya itulah satu-satunya cara menyelamatkan
manusia tersebut, tidak ada cara yang lain. (Bdk. Yohanes 3:14-
15; Bilangan 21:4-9). Itulah sebabnya Yesus berkata : “ Akulah
jalan, kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun yang dapat
datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).
c. Allah Mengaruniakan Keselamatan Pasti“...supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup
yang kekal”. Penekanan kalimat ini lebih kepada “hasil” yang
menunjukkan bahwa keselamatan manusia sepenuhnya adalah
hasil karya Allah, bukan perbuatan manusia. (Bdk. Efesus 2:8,9).
Artinya keselamatan itu sudah tersedia dan karenanya, yang
harus dilakukan oleh manusia adalah percaya kepada Yesus
Kristus. Percaya artinya : penyerahan segenap hidup kepadaNYa.
Didalamnya, pikiran kita mengetahui dan menyetujui kebenaran
akan pribadi dan karyaNya sebagai Allah yang sejati, yang mati
di kayu salib untuk menebus manusia dari kutuk dosa serta
bangkit dari kematian untuk memberi kehidupan yang baru.
Manusia didalam pikiran dan perasaannya harus benar-benar
menyadari keberdosaannya serta sangat membutuhkan
pertolonganNya. Oleh karena itu haruslah sangat besar
keinginan untuk menyerahkan hidup kepadaNya. (bdk. Galatia
2:20a) dalam wujud ketaatan kepada Kristus dan FirmanNya.
Di dalam iman kepada Yesus, keselamatan sudah kita terima
sekarang dan akan datang.Pada masa kini kita dilahirkan
65
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

kembali, dilahirkan melalui air dan Roh Kudus (Yohanes 3:3,5).


Kita beroleh hidup baru, hidup yang kekal dalam persekutuan
dengan Dia. Secara pribadi, Allah kini bersama-sama dengan
kita. Dia menjadi Bapa kita dan kita menjadi anak-anak Allah.
Kita pasti mengalami dan menikmati segala kebaikan, kasih,
kemurahan dan berkatNya didalam Kristus dari sekarang sampai
selamanya.
Karena manusia telah jatuh ke dalam dosa, manusia tidak dapat
menolong dirinya, membebaskan diri dari dosa-dostersebut sehingga
manusia sangat membutuhkan keselamatan. Untuk mendapatkannya
kita harus mengetahui dan mengenal Karya Allah dalam
menyelamatkan kita. Yang pasti Allah menghendaki kita selamat dan
keselamatan yang ia berikan adalah inisiatifNya dengan menyediakan
jalan keselamatan itu didalam Yesus Kristus. Ia mengaruniakan
AnakNya yang tunggal, tidak ada yang dapat menandingi
pengorbanan dan kasih karunia yang Allah nyatakan didalam dunia
ini. Oleh karena itu respon dari kasih karunia Allah tersebut, hidup
dalam keselamatan yang IA berikan dengan mempercayakan
segenap hidup kita kepadaNya. Dia pasti mengaruniakan kehidupan
yang kekal bagi kita. Dia menjadi Bapa dan kita menjadi anakNya. Dia
pasti bersama-sama dengan kita dari sekarang sampai selamanya.

Kemudian kita harus mengerjakan keselamatan yang Tuhan telah


karuniakan kepada kita. Meskipun keselamatan tersebut bukan
karena perbuatan dan kebaikan kita tetapi kita harus meresponnya
dengan hidup baik, benar dan jujur dalam segala hal. Mewujudkan
citra Allah yang telah rusak menjadi baik. Kebaikan serta keselamatan
yang kita telah terima tersebut harus ditawarkan dan disaksikan
didalam dunia ini. Dari zaman ke zaman tugas orang percaya harus
mewujudkannya dengan tidak menjadi serupa dengan dunia ini.

BAB XV
KEBANGKITAN

66
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Kami percaya, bahwa:


 Kebangkitan adalah kehidupan orang beriman setelah
kematian. Kebangkitan terjadi setelah Yesus Kristus
datang kembali (Matius 24:36; Kisah Para Rasul 1:7 dan
Pengakuan Iman Rasuli).
 Kebangkitan orang beriman, setelah kematian, adalah
kebangkitan tubuh rohaniah (I Korintus 15:43-44). Tubuh
yang hina diubah menjadi serupa dengan tubuh Kristus
yang mulia (Filipi 3:21) dan menjadi serupa dengan Kristus
(Roma 8:29).

“Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga
tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-
sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu” (1
Korintus 15:16-17).
Kepercayaan dan pengharapan akan kebangkitan daging (bhs Karo:
kinikeken kula) dicantumkan atau ditaruh dalam bagian. Pengakuan
Iman Kristen sebagai salah satu pokok penting. Untuk melihat
bagaimana pemahaman kebangkitan ini perlu sekali melihat sejarah
pemahaman orang percaya.

Kebangkitan Daging menurut Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian


Lama, kebangkitan seseorang dari kematian dinyatakan paling sedikit
sebanyak 8 kali (Ayub. 19:26; Mazmur 17:15; 49:15; 73:24; Yesaya
26:19; 53:10-12; Daniel 12:2, 14). Beberapa pernyataan PL
menyatakan kebangkitan dalam pengertian pemeliharaan hukum
bukan kondisi setelah mati dari individu (bdk. Hosea 6:1-3; 13:14;
Yehezkiel 37:1-4), dalam pengertian pembebasan dari kematian
kepada kehidupan.

Di dalam kitab Ayub dicatat referensi alkitabiah tentang kebangkitan.


Pernyataan Ayub jelas sekali dalam Ayub 19:25-27 menunjukkan
kepercayaan mengenai kebangkitan daging. Pengharapan kepada
kebangkitan orang mati juga diajarkan oleh nabi Yesaya, di mana
mereka yang percaya kepada Tuhan akan bersorak-sorai (Yesaya
67
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

26:19). Daniel 12:2 juga menuliskan “Dan banyak dari antara orang-
orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian
untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami
kehinaan dan kengerian yang kekal”. Selanjutnya, bagian dalam
Alkitab yang paling terkenal dalam Perjanjian Lama yang berbicara
tentang kebangkitan adalah pada Yehezkiel 37:7-10.
Dalam Perjanjian Lama ada keyakinan bahwa keadaan orang di
dalam dunia orang mati itu tidak sama. Yakub yakin bahwa sekalipun
di dalam dunia orang mati, namun ada keselamatan baginya
(Kejadian 49:18). Daud yakin bahwa di hadapan Tuhan ada sukacita
berlimpah-limpah, dan di tangan kanan-Nya ada nikmat senantiasa
(Mazmur 16:11). Demikian juga Daud yakin bahwa pada waktu
bangun (dibangkitkan) ia akan menjadi puas dengan rupa Tuhan
(Mazmur 17:15). Bani Korah percaya bahwa Allah akan
membebaskan nyawanya dari cengkraman dunia orang mati, sebab
Tuhan akan menarik dia (Mazmur 49:16).
Oleh karena itu harapan akan adanya kebangkitan dari maut
terdapat juga di dalam Perjanjian Lama. Mati bukan dipandang
sebagai suatu nasib yang tidak dapat diatasi. Tuhan adalah Allah yang
hidup, yang lebih kuasa daripada maut dan alam maut (Yeremia
13:36; Mazmur 18:47).
Pemahaman Kebangkitan Daging Dalam Perjanjian Baru.
Injil Sinoptik menegaskan kebangkitan orang mati seperti diajarkan
oleh Perjanjian Lama. Pengajaran Yesus di situ mengenai kebangkitan
orang mati ada pada perdebatan dengan orang Saduki. Kita kembali
melihat perdebatan antara Yesus dan orang-orang Saduki itu dalam
Matius 22:23-28.Jika kita menyimak persoalan yang diajukan orang-
orang Saduki tentang kebangkitan orang mati, Yesus tidak menjawab
inti persoalan yang dikemukakan mereka. Orang Saduki bertanya
tentang keadaan yang dialami manusia setelah meninggal dunia.
Apakah keadaan yang dijalani di sorga akan sama seperti yang
pernah dijalaninya di atas bumi ? Yesus berkata :“Kamu sesat, sebab
kamu tidak mengerti Kitab Suci (yang dimaksudkan-Nya ialah Alkitab
68
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

dalam Perjanjian Lama) kuasa Allah. Karena pada waktu kebangkitan


orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti
malaikat di sorga” (Matius 22:29-30). Sementara, di pihak lain, untuk
melawan ajaran Kaum Saduki tentang kebangkitanorang mati, Yesus
berkata : “Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah
kamu baca apa yang difirmankan Allah ketika Ia bersabda : Akulah
Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub ? Ia bukan Allah orang
mati, melainkan Allah orang hidup” (Matius 22:31-32).
Di pihak, lain, Tuhan Yesus mengutip Perjanjian Lama (Keluaran 3:6),
yang apabila kedua bagian itu digabungkan, maka itu berarti bahwa
sekalipun Abraham, Ishak dan Yakub sudah meninggal, namun
mereka akan bangkit karena Allah bukanlah Allah orang mati. Itulah
pengajaran dari Injil Sinoptik.
Di dalam Injil Yohanes, setelah Tuhan Yesus mengenyangkan lima
ribu orang dengan lima roti dan dua ikan (Yohanes 6:1-15), orang
banyak terus mengikuti Dia. Pada saat itu, Tuhan Yesus juga
menyatakan identitas diri-Nya, siapa Dia sesungguhnya. Dia adalah
roti hidup dan roti yang sejati yang turun dari Sorga (6:25-37).
Selanjutnya, Tuhan Yesus juga menyatakan kedekatan-Nya dengan
Allah Bapa, di mana Dia ditugaskan untuk membangkitkan orang
yang telah diberikan Bapa kepada-Nya (Yoh 6:39-40). Beberapa
bagian dalam Yohanes yang menunjukan pengajaran Yesus tentang
kebangkitan ini juga yaitu dalam Yohanes 5:25-29, 6:44-54, 11:24-25,
14:3 dan 17:24.
Di dalam Kisah Para Rasul, dilihat bahwa tema kebangkitan
merupakan tema penting dan sentral dalam khotbah Rasul Petrus
dan Rasul Paulus (bdk. Kisah Para Rasul 2:24-32; 13:32-35). Itulah
sebabnya Rasul Paulus mendorong jemaat-jemaat untuk hidup
benar dan tetap dalam pengharapan akan hidup kekal. Menurut
rasul Paulus, kenyataan akan datangnya kebangkitan itulah yang
seharusnya membedakan orang-orang percaya dengan yang tidak
percaya (1Tesalonika 4:13-16). Dalam suratnya untuk jemaat di
Roma juga, Paulus menjelaskan bahwa Allah menghidupkan orang
mati (bdk. Roma 4, 25). Kemudian, Para Rasul mengajarkan
69
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Kebangkitan semua orang mati dalam hubungannya dengan


kebangkitan Kristus (lihat. Kisah Para Rasul 5:1; 17:18,32; 24:15,21;
26:23). Rasul Paulus menegur jemaat di Korintus yang menolak
kebangkitan orang mati, dan mengatakan bahwa dasar kebangkitan
ini adalah kebangkitan Kristus , 1 Korintus 15:20-23: “Kristus telah
dibangkitkan dari orang mati sebagai yang sulung dari orang- orang
yang telah meninggal.
Dalam 1 Korintus 15:44 disebutkan, bahwa daging (manusia) yang
telah dibangkitkan dari antara orang mati itu akan menerima tubuh
rohaniah, sebab di situ disebutkan, bahwa yang ditaburkan adalah
tubuh alamiah, dan yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Ini
berarti tubuh rohaniah menjadi lawan dari tubuh alamiah.
Membandingkan dengan 1 Korintus 2:14 yang menyebutkan, bahwa
manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah.
Manusia duniawi di sini dapat juga disebut “manusia jiwani” atau
orang alamiah (anthropos psykhikos). Yang dimaksudkan dengan
“manusia duniawi” adalah manusia yang keadaannya sesuai dengan
kodratnya, yang hanya memiliki hidup, yang hanya mewujudkan
makhluk hidup. Sedangkan manusia rohaniah adalah manusia yang
hidupnya dihubungkan dengan Roh Kudus, manusia yang menjadi
tempat kediaman Roh Kudus, yang menjadi rumah rohani (1 Petrus
2:5), yang hidupnya dikuasai oleh Roh Kudus. Jadi, manusia akan
dianugerahi tubuh yang menyatakan atau mengungkapkan karunia
atau daya kekuatan Roh Kudus. Jadi, hidup para orang itu akan
dikuasai oleh Roh Kudus dengan secara sempurna.
Dalam Roma 8:11 hal menghidupkan kembali tubuh yang fana ini
dihubungkan dengan Roh Kudus yang telah berdiam di dalam diri
setiap orang. Roh Kudus telah berada di dalam Gereja sebagai tubuh
Kristus, dan oleh karenanya Roh itu juga telah berada di dalam hidup
manusia. Akan tetapi kelak pada hari kebangkitan, Roh Kudus akan
menguasai hidup manusia dengan secara sempurna. Hal itu terjadi
bukan karena ada perkembangan sedikit demi sedikit, bukan karena
evolusi, melainkan karena karya Tuhan Allah yang baru, yang
menjadikan Roh Kudus “mengubah” keadaan manusia. Perbedaan

70
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

antara yang lama dan yang baru itu diungkapkan dengan dua
ungkapan yang berlawanan, yaitu : yang fana dan yang tidak fana (I
Petrus 1:23), atau: yang dapat binasa dan yangtidak dapat binasa (I
Korintus 15:53).
Hendaknya kita berpegang pada persekutuan yang telah diberitakan
rasul (1 Korintus 15:12), bahwa kita bangkit, karena Kristus telah
bangkit. Bagaimana kebangkitan akan berlangsung? Mereka yang
telah meninggal dunia sebelumnya akan mengenakan kembali tubuh
mereka, kendati tubuh itu akan bersifat lain, yakni tidak tunduk lagi
pada kefanaan dan kebinasaan, meski zatnya tetap sama. Mereka
yang masih hidup akan dibangkitkan Allah dengan cara ajaib, dengan
perubahan sekejap (bdk. 1 Korintus 15:52).
Di dalam pengertian ini GBKP sebagai gereja Calvinis melihat bahwa :
Kebangkitan Daging adalah hal yang harus dipercayai akan terjadi.
Hal ini dinyatakan di dalam diri Yesus Kristus di dalam
kebangkitanNya. KebangkitanNya mengalahkan kematian yang
selama ini membelenggu kehidupan manusia. Kebangkitan Daging
dimana manusia menerima tubuh manusia seperti semula yang
diubahkan oleh Allah, kendati tubuh itu akan bersifat lain, yakni tidak
tunduk lagi pada kefanaan dan kebinasaan, meski zatnya tetap sama.
Orang percaya harus dihiburkan oleh ayat ini: Bahwa sesudah hidup
ini bukan hanya jiwaku yang akan segera diangkat kepada Kristus,
selaku Kepalanya (Lukas 23:43), melainkan juga dagingku akan
dibangkitkan oleh kuat kuasa Kristus, lalu dipersatukan kembali
dengan jiwaku dan akan menjadi serupa dengan tubuh Kristus yang
mulia (Filipi 3:21).

BAB XVI
KEDATANGAN YESUS KRISTUS KEMBALI

71
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

Kami percaya, bahwa:


 Kedatangan Yesus Kristus kembali merupakan
penggenapan janji yang dinyatakanNya sebelum naik ke
Surga.
 Kedatangan Kristus kembali terjadi pada waktu yang
tidak terduga, sebagaimana datangnya pencuri pada
waktu malam (1 Tesalonika 5:4; Lukas 21:34; II Petrus
3:10).
 Dia akan datang kembali untuk menghakimi orang yang
hidup dan yang mati (II Timotius 4:1; Kisah Para Rasul
10:42, 17:31; IIKorintus 5:10).Pada kedatanganNya yang
ke dua kali setiap orang harus mempertanggungjawabkan
semua perbuatannya (Matius 6:4, 6:16, 12:34).
Salah satu cara Allah memelihara iman orang-orang pilihanNya dalam
Alkitab adalah dengan “janji.” Berulang kali dalam Alkitab, Allah
berjanji bahkan mengikat perjanjian dengan manusia dan orang-
orang pilihanNya. Dalam Perjanjian Lama, diantaranya dapat kita
lihat yaitu perjanjian Allah dengan Nuh, Abraham dan bangsa Israel.
Dalam Perjanjian Baru juga Allah di dalam Yesus Kristus sering
berjanji. Salah satu janji Yesus Kristus sebelum naik ke sorga yaitu
akan kedatanganNya kembali. Ada beberapa yang dinyatakan bagi
kita yang berkaitan dengan kedatangan Yesus kembali:
Pertama, tentang waktunya yang tidak terduga. Digambarkan dalam
pengakuan iman kita seperti pencuri pada waktu malam (1
Tesalonika 5:4, II Petrus 3:10). Ini mengajarkan kita untuk senantiasa
berjaga-jaga. Artinya bukan sekedar agar kita masuk ke dalam ke
sorga ketika Yesus datang kembali, tetapi ajaran ini menjadi sikap
iman, moral dan etis kita bahwa orang-orang percaya tidak pernah
lengah dalam hidup. Kapan waktunya Yesus datang, tidak seorang
pun tahu tetapi kapan pun waktunya kita siap sedia dalam iman.
Tentang waktu kedatangan Yesus kembali yang tidak terduga, sama
halnya tentang kematian kita seperti yang dituliskan dalam Lukas
21:34. “Hari Tuhan atas dirimu” dapat kita maknai tentang hari

72
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

kematian kita. Tidak ada seorang pun tahu kapan, dimana dan
bagaimana kita mati. Ada orang mati dalam keadan sakit,
kecelakaan, pesta pora, kesedihan mendalam. Bahkan ada yang mati
dalam keadaan suka cita yang berlebihan. Yang penting adalah
bagaimana memakai hidup kita seturut kehendak Allah. Kita
senantiasa hidup kudus dan benar di dalam iman. Kita tidak
menunda-nunda waktu untuk hidup benar di dalam Tuhan. Kita tidak
mengenal pertobatan esok atau lusa. Hari ini kita harus mengambil
sikap untuk senantiasa hidup di dalam Tuhan sehingga kapan pun
hari Tuhan atas diri kita, kita siap sedia.
Kedua, Dia akan datang kembali untuk menghakimi orang yang hidup
dan yang mati (IITimotius 4:1; Kisah Para Rasul 10:42, 17:31; II
Korintus 5:10). Datang untuk menghakimi adalah sebuah istilah
dalam dunia pengadilan. Bagaimanakan Allah menerapakan keadilan
bagi dunia ini? Keadilan Allah ditegakkan dalam dua hakekat yang
ada dalam diriNya yaitu Kasih dan kebanaran. Kadang orang melihat
Allah hanya dalam sisi kasih, sehingga seolah Allah tidak akan
menghukum manusia selama-lamanya. Harus diingat bahwa Allah
juga adalah kebenaran. Artinya, yang salah dihukum dan yang benar
dibebaskan. Itu yang telah Allah lakukan di dalam kayu salib. Yesus
mati menggantikan kita karena kasihNya tetapi kematianNya itu juga
menunjukkan kebenaran Allah, yaitu menghukum Yesus sampai mati
sebagai bukti murka Allah atas dosa-dosa manusia. Oleh sebab itu
siapa yang percaya kepada Yesus dia telah menerima kasih dan
pembenaran. Jadi, ketika Allah melakukan pengadilan terakhir bagi
manusia maka orang yang percaya akan dilepaskan karena imannya
kepada Yesus Kristus.
Makna dari orang yang hidup dan yang mati. Yang hidup dan yang
mati dapat kita maknai dari dua sisi. Yang pertama adalah bahwa
ketika kedatangan Yesus kembali ada orang yang masih hidup dan
ada orang yang sudah mati secara fisik. Orang hidup ialah mereka
yang masih hidup pada saat kedatangan Yesus kembali.Yang kedua
adalah bahwa ketika kedatangan Yesus kembali ada orang-orang

73
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

yang dalam hubungan benar dengan Allah di dalam hidupnya atau


orang percaya. Orang yang di dalam hubungan yang benar dengan
Allah (percaya) adalah orang hidup. Sementara di sisi lain ada orang
yang tidak percaya. Orang yang tidak percaya adalah orang mati.
Orang yang tidak percaya adalah orang yang mati secara rohani.
Pada kedatanganNya yang ke dua kali setiap orang harus
mempertanggungjawabkan semua perbuatannya seperti tertulis di
dalam I Petrus 4:5 Tetapi mereka nanti harus memberi
pertanggungjawaban kepada Allah yang sudah siap untuk mengadili
orang yang hidup dan yang mati. Hidup ini adalah pilihan. Kita bebas
memilih apakah kita percaya atau tidak. Kita juga bebas memilih cara
kita berpikir, berkata dan berbuat. Semuanya tergantung pilihan kita.
Tetapi harus kita ingat bahwa semuanya harus kita
pertanggungjawabkan pada kedatangan Yesus kembali. Tentunya bagi
orang percaya tidak ada kekuatiran dalam penghakiman tersebut
karena iman kita kepada Yesus. Dia adalah Hakim sekaligus pembela
bagi setiap orang percaya.

CATATAN :

74
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
CATATAN :

75
Buku Saku Pokok Pokok Pengakuan Iman GBKP Konfesi

……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………

76

Anda mungkin juga menyukai