Tujuan pembelajaran :
Siswa SOM dapat memiliki wawasan yang memadai tentang Alkitab dan menjadi pemberita Firman
ditengah-tengah keluarga dan ditengah-tengah kehidupan sehari-hari.
Metode Pengajaran :
Materi untuk pengajaran tentang Alkitab disampaikan dengan Metode Ceramah, Diskusi, Tanya
jawab, ilustrasi, dl
Catatan :
- Pada akhir pembelajaran, diadakan evaluasi ringan untuk melihat sejauhmana pelajaran dipahami
oleh siswa SOM
- Pada akhir pembelajaran, siswa SOM ditantang untuk mencintai Firman Allah dan dan menjadi
pelaku Firman Allah.
Keluarga yang kuat dimulai dengan adanya kerinduan yang kuat untuk tetap berpegang
pada kebenaran Firman Tuhan. Pada bab satu ini, berisikan bagaimana keluarga
memiliki pengajaran yang kuat tentang Alkitab.
1
Allah mengilhami pengarang-pengarang Alkitab dengan Roh Kudus sehingga menulis Alkitab
tanpa salah (Infasibilitas) dalam naskah asli. Lebih kurang 40 penulis Alkitab dalam periode 1600 tahun
ditulis dalam bahasa Ibrani, Yunani dan sebagian bahasa Aramik. Alkitab telah dicetak 1.330.231.815
buah dan tiap tahun sekitar 30 juta di jual dan dibagikan. Kita percaya bahwa Alkitab adalah Firman
Allah yang di Ilhami tanpa salah dan menjadi otoritas tertinggi untuk ajaran dan praktek kehidupan
manusia (2 Tim. 3:16; 1Pet.1:21).
Seluruh tulisan (Manuskrip) Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang dewasa ini adalah berupa
salinan-salinan. Sampai tahun 1947 tulisan (manuskrip) terkuno Perjanjian Lama telah disalin pada abad
9 M.
B. OTORITAS ALKITAB
Alkitab adalah otoritas terakhir dan utama untuk doktrin dan praktek Kristen. Otoritas Alkitab
tidak bergantung pada suatu sumber selain Allah. Otoritas Alkitab ditemukan dalam Allah dan dalam
kebenaran. Alkitab memiliki otoritas yang melampaui “tradisi-tradisi manusia” dan akal manusia.
Melalui Alkitab, Roh Kudus menyampaikan berita Allah tentang kebenaran dan melaluinya diucapkan
Firman Allah yang utama.
D. KANON ALKITAB
Studi tentang kanonisitas Alkitab menyingkapkan keistimewaan dan superioritas Alkitab. Studi
tersebut berpusat pada bagaimana Alkitab terjadi seperti yang sekarang ada. Sebelum kitab-kitab dalam
Alkitab diakui gereja sebagai Alkitab yang berwibawa, kitab-kitab itu sendiri telah memiliki wibawa. Gereja
mengakui kitab-kitab tersebut adalah Alkitab yang telah secara meluas diterima sebagai Kitab Suci. Pada
zaman Gereja mula-mula banyak kitab yang ditulis oleh orang dan terjadi penentuan antara kitab mana
yang akan di terima sebagai Firman Allah. Penentuan dan penerimaan seluruh kitab-kitab sebagai Firman
Allah disebut KANONISASI. Kitab-kitab yang diterima karena memenuhi standar disebut KANON. Jika
sebuah Kitab diilhami Roh, maka itu resmi. Sebagai produk dari Roh Kudus, Alkitab itu menjadi ukuran
(kanon). Kata canon berasal dari bahasa Yunani ”Kanon” yang aslinya berarti ”tiang” atau ”batang
pengukur”. Kanon Alkitab berisi seluruh kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diakui
sebagai Firman Allah karena kitab-kitab itu secara khusus diilhami oleh Allah. Ada dua kelompok kitab-
kitab yang dikanonkan: Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kanon Perjanjian Lama terdiri dari 39 kitab.
Sedangkan kanon Perjanjian Baru terdiri dari 27 kitab.
E. APOKRIPA
Apokripa artinya : Tersembunyi, tertutup (hidden/secret) yaitu kitab-kitab yang dianggap tidak sah
untuk dimasukkan dalam Alkitab. Kitab-kitab yang tidak sesuai dengan kesaksian jemaat mula-mula dan
mereka menambahkan sesuatu pada Firman Allah (Wah. 22:18). Kitab-kitab tersebut adalah : 1 & 2 Esdras,
Tobit, Yudith, Tambahan pada kitab ester, Kebijaksanaan Salomo, Barukh, Lagu tiga anak suci, Sejarah
Susana, Bel dan naga, Doa manase, 1 & 2 Makabeus.
2
6. Ditulis dalam hati (Ibrani 8:10)
7. Di tulis dalam diri orang Kristen( 2 Kor. 3:2-3)
3
K. PRINSIP-PRINSIP PENAFSIRAN ALKITAB
a. Bahaya penafsiran Alkitab melalui pengalaman Pribadi
Bahaya yang Pertama adalah : Penafsiran yang menyesatkan bisa merancukan antara
Rohnya sendiri dengan Roh Kudus. Beberapa orang yang mengaku telah dipimpin Roh, dalam
kenyataannya, justru memberikan doktrin-doktrin sesat. Mereka menganggap bahwa pimpinan Roh
tidak berarti pertolongan Roh sepenuhnya. Perintah Firman Allah adalah bahwa “ kita harus
menguji roh-roh… “(1 Yoh.4:1).
Bahaya yang Kedua adalah : Penafsiran menyesatkan bisa membuat pengalaman pribadi
menjadi titik tolak penafsiran Alkitab. Pengalaman pribadi memainkan bagian resmi dalam
menafsirkan Alkitab, ettapi bukan menjadi dasar penafsiran. Memang benar bahwa Allah
menghubungkan penyataan melalui pengalaman pribadi seperti halnya melalui Alkitab. Tetapi
ketika pengalaman pribadi memperoleh tempat pertama dalam proses penafsiran, pengalaman
pribadi itu cenderung merebut wibawa Alkitab serta menggantikan Alkitab sebagai ukuran bagi
kehidupan Kristen.
b. Prinsip yang digunakan dalm menafsirkan Alkitab
i. Menafsirkan pasal dari sisi historis (melihat dari konteks waktu, tempat, maksud utama penulis)
ii. Menafsirkan pasal dari sisi tata bahasa (Apa arti sebenarnya dari kata-kata tersebut, gaya dan
susunannya itu penting untuk menentukan kebenaran yang disampaikan)
iii. Menafsirkan pasal tersebut dengan terang konteks yang lebih luas.
iv. Memeriksa hasil tafsiran-tafsiran para penafsir yang mendukung wibawa Alkitab dan yang
ditandai dengan kedalaman spiritual dan kejujuran pribadi.
4
BAB II
KELUARGA YANG KUAT
DALAM PENGAJARAN TENTANG ALLAH
Tujuan pembelajaran :
Siswa SOM dapat memiliki wawasan yang memadai tentang Allah dan menyaksikan tentang
keberadaan Allah kepada keluarga, rekan sekolah, rekan sekerja, dan kepada orang lainnya.
Metode Pengajaran :
Materi untuk pengajaran tentang Allah disampaikan dengan metode ceramah, Diskusi, Tanya
jawab, ilustrasi, studi kasus, dll
Catatan :
- Pada akhir pembelajaran, diadakan evaluasi ringan untuk melihat sejauhmana pelajaran telah
dipahami oleh siswa SOM
- Pada akhir pembelajaran, siswa SOM ditantang untuk mengenal Allah melalui doa dan
penyembahan dan ditantang untuk memiliki komitmen memberitakan Allah.
A. KEBERADAAN ALLAH
K ita mendapati bahwa Alkitab menyaksikan dua bentuk penyataan tentang
keberadaan Allah. Penyataan adalah penyingkapan atau pembukaan selubung
sesuatu yang tersembunyi. Allah mengkomunikasikan kebenaran tentang diri-Nya
dan tentang rencana keselamatanNya melalui penyataan. Scara tradisional umat
Kristen menggolongkannya sebagai penyataan “umum” dan penyataan “khusus”
keduanya berasal dari Allah dan saling melengkapi.
1. Penyataan Umum
Penyataan Umum adalah pengetahuan tentang Allah yang dicerminkan
dalam alam semesta, penciptaan, pengetahuan tentang kehendakNya
dituliskan pada hati nurani manusia.
“Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangannya”
(Maz.19:1). Rasul Paulus mengamati bahwa manusia mempunyai hukum moral Allah yang tertulis
pada hati mereka (Roma 2:14-15)
2. Penyataan Khusus
Penyataan khusus adalah pengetahuan tentang Allah melalui pemeliharaan(Ayub 38:39; Yesaya
45:12-13;52:10), melalui mujizat-mujizat(Yohanes 2:11), melalui hubungan dan perwujudan langsung
(Kej 2:16-17; 3:8-19; Kis.23:11; Kej. 15:17; Ayub 38:1; 40:6), melalui Yesus Kristus(“…..Pada akhir zaman
ini, Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya….”Ibr.1:1-2) dan melalui Alkitab (Lukas
18:31; 24:27,44)
Banyak orang tidak percaya adanya Allah, karena mereka tidak pernah melihat dengan mata
kepalanya sendiri bahwa Allah itu ada. Orang yang tidak percaya Allah adalah orang-orang yang
menganut paham Atheis.
Kita sebagai orang Kristen yang percaya dengan iman bahwa Allah itu ada. Allah tidak dilihat
karena Allah adalah Roh adanya (Yoh. 4:24). Menurut Alkitab orang yang tidak percaya adanya Allah
disebut orang fasik (Maz.10:4), orang bebal (Maz. 14:1), anti Kristus (1 Yoh.2:22). Manusia yang tidak
percaya adanya Allah berusaha mencari Allah dan mereka tidak pernah menemuinya. Oleh karena
mereka tidak pernah menemuinya maka mereka seringkali membuat patung berhala untuk
memuaskan hati dan perasaannya.
B. ALLAH
Siapakah Allah? Apa artinya mengatakan “Allah”? Pertamyaan-pertanyaan ini telah dijawab dengan
berbagai cara. Akibatnya, istilah Allah (atau allah) dapat mempunyai banyak arti. Sesuatu yang kita
pandang menjdai yang terpenting dalam hidup kita dapat disebut “allah kita”. Kita menganut pemahaman
bahwa Allah yang kita bicarakan adalah Allah dari Alkitab, bukan Allah yang hasil spekulasi manusia
tetapi Allah yang hidup dari Abraham, Ishak dan Yakub – Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Allah
yang kita kenal telah menyatakan diri-Nya dalam Yesus Kristus dan yang telah menyatakan diri-Nya ke
hati kita oleh Roh Kudus. Allah yang maha besar tidak mungkin dimengerti keberadaan-Nya oleh akal
pikiran kita yang kecil ini. Namum kehadiran-Nya dan karya-Nya dapat kita rasakan dan kita lihat (Ayub
11:7; Yes. 66:1; Maz. 47:9).
1. Kita dapat memahami bahwa:
a. Allah adalah pencipta segala sesuatu (Neh. 9:6; Maz 139:13). Menurut Alkitab, Allah berada, hidup,
berkarya, serta membuat diri-Nya dikenali.
b. Allah itu nyata. (Kel.3:14). Alkitab menganggap keberadaan Allah sejak awal perkataan: ”pada
mulanya......” dimana pun Allah disebut dalam Alkitab, dipahami bahwa ia ada. Dan menurut
5
Alkitab, Allah berada, hidup dan berkarya, serta membuat dirinya dikenali. Dalam Alkitab Allah
diungkapkan sebagai yang tidak terselidiki yaitu, Ia tidak bisa ditemukan melalui pencarian kita
terhadapnya. Jika kita mencari Dia, kita dapati bahwa Ia telah menyingkapkan diri-Nya kepada kita.
(Yes. 6:1-8; Yer.1:4-10).
c. Allah itu hidup. Alkitab mensifatkan Allah sebagai Allah yang hidup (Yos.3:10; Hos. 1:10; 1 Tim 3:15;
Ibr.9:14; 10:31). Allah dan hidup itu bersama-sama, karena Alkitab mengakui bahwa Allah kita bukan
Allah orang mati tetapi hanya sebagai Allah orang hidup (Mark.12:27), Allah adalah sumber hidup
(Mazm. 36:9). Cara umum untuk memulai janji adalah dengan menggunakan perkataan”.......demi
Tuhan yang Hidup (Hak.8:19), Allah bersumpah dengan hidupnya sendiri (Bil.14:21)
d. Allah berkuasa dalam segala sesuatu (Rom. 9:19-21; 1 Taw. 29:11; Ef. 3:20).
e. Allah mengetahui segala sesuatu/omniscient (Ibr. 4:13; 1 Yoh.3:20).
f. Allah maha kudus (1 Sam. 2:2).
g. Allah adalah Roh (Yoh. 4:24). Roh itu nyata namun tidak memiliki tubuh seperti kita. Kita tidak harus
membayangkan Allah yang secara fisik dibatasi oleh tempat dan sesuatu. Allah tidak hanya dipahami
dalam bentuk fisik karena Ia adalah Roh, tidak dapat dilihat, dan tidak dibatasi oleh waktu dan
tempat (Yoh.1:18; 1 Tim 1:17; 6:16). Jika kita katakan bahwa Allah adalah Roh, yang dimaksudkan
adalah bahwa hal keberadaannya mutlak berbeda dari keberaan kita yang adalah makhluk ciptaan.
h. Allah adalah pribadi yang dapat kita kenal (Yak. 4:8; Maz. 145:18). Allah tidak kelihatan, tetapi Ia
tidak semata-mata uap atau kekuatan yang tidak mempribadi. Ia adalah Roh yang mempribadi.
Hanya Allah yang mempribadi dapat merencanakan, membuat, dan melaksanakan keputusan: kasih
dan mencela. Diseluruh Alkitab dijelaskan sebagai Dia yang berfikir, merasakan dan melaksanakan
aktivitas-Nya sendiri (Maz. 115:3; 7:12).
i. Allah adalah Bapa Maha pengasih (1 Yoh. 3:1)
Oleh karena Allah yang menjadikan langit dan segala isinya, dan Ia hidup dan bergerak tidak
mungkin Dia tinggal di dalam kuil-kuil yang mati (Kis. 17:24-28). Dan kita harus mengasihi Tuhan
Allah dengan segenap hati kita dan dengan segenap jiwa kita dan dengan segenap akal budi kita
(Mat. 22:37). Berarti jikalau hari ini kita mengenal Dia, kita pun rindu bahwa seisi keluarga kita
beribadah kepada-Nya (Yos. 24:15).
2. Keesaan dan Ketritunggalan Allah.
Dari awal hingga akhir, Alkitab mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah. “Dengarlah, hai orang
Israel : Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa!” (Ul.6:4). ”Akulah Tuhan Allah, Allahmu……..jangan ada padamu
allah lain di hadapan-Ku”(Kel.20:2-3). Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada
lagi”(Yes.43:10).
Bahwa Allah itu esa disimpulkan dalam iman Kristen sepanjang abad. Allah bukannya salah satu
allah diantara allah-allah lain, tetapi Allah yang esa.”Esa” menunjukkan kepada kesatuaan-Nya. Ia itu
Tunggal dan Yang tidak terbagi, Allah tidak bisa dibagi. Bagaimana pun juga, kita tidak mempersilakan
allah-allah lain berdiri di sisi Allah, kita menyatakan bahwa Ia saja yang berhak menerima kesetiaan.
Dihadapan Dia tidak ada allah lain. Allah-allah di abad ini harus ditinggalkan, dan kita melayani Allah
yang satu yang menguasai hidup kita secara total. Iman dalam Kristus memanggil kita untuk percaya dan
patuh kepada satu Allah yang benar, yang hadir secara kekal dalam tiga pribadi- Bapa, Anak dam Roh
Kudus.
Alkitab menyatakan di dalam ke-Allahan terdapat tiga oknum yang disebut Bapa, Anak dan
Rohkudus (Mat. 28:19). Ketiga oknum ini sama wujud-Nya, kuasa-Nya, dan atribusi(sifat)-Nya. Dalam
pernyataaan iman gereja dikatakan bahwa: kami percaya kepada Allah yang esa, yang terdiri dari pribadi
yang berbeda tapi tidak dapat dipisahkan. (Ul. 4:35,39; 6:4; Mrk. 12:29: menunjukkan kepada keesaan
Allah). Kalau kita melihat ketritunggalan Allah kita dapat belajar bahasa Ibraninya “Yachead” berarti
bilangan satu. (Kej. 22:2). Sedangkan “Echad’ adalah satu gabungan, kesatuan yang terdiri lebih dari satu
(Kej.2:24….menjadi sedaging.
Contoh-contoh Alkitab:
Kej. 1:1-2 : Kata Allah disitu menggunakan kata Elohim. Dan
kata Elohim adalah Berbentuk jamak.
Yes. 61:1 : Dalam ayat ini ada Roh Allah, Bapa dan Anak.
Mat. 28:19 : Membaptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Yoh. 14: 16-17 : Bapa mendengar doa, Anak meminta, Penolong
(Roh Kudus) diberikan.
3. Illustrasi Ke-Allahan:
Terang : Satu kesatuan namum dinyatakan dalam tiga warna
dasar: kuning, merah, biru.
Air : Satu kesatuan tetapi dapat dinyatakan dalam tiga
bentuk yaitu cair, padat dan uap.
Ruang : Satu mempunyai tiga dimensi: panjang, lebar dan
6
tinggi.
Matahari : Satu tapi mempunyai tiga aspek: cahaya, panas dan
energy.
Manusia : Satu kesatuan terdiri dari tubuh, jiwa dan roh.
Telur : Satu kesatuan yang terdiri dari: cangkang, putih
telur dan kuning telur.
C. GELAR-GELAR ALLAH
a. Gelar-gelar Intelektual
i. Pengetahuan (Knowledge)
Allah itu maha tau. Ia memiliki pengetahuan yang sempurna tentang semuanya. Ia tidak
perlu belajar. Kita tidak tau tentang hari esok, tetapi Ia mengetahuinya sekarang. Pengetahuanya
mencakup masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Alkitab mengajar bahwa Allah
tidak pernah diajar oleh siapa pun.”……siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau
siapakah yang pernah menjadi penasehatNya? (Roma 11:34, Yes.40:13-14)
Pada dasarnya, Allah yang maha tau mempunyai dua makna yaitu (1). Allah mengetaui
segala sesuatu Ia mengetahui hal-ha kecil, bahkan jumlah rambut dikepala kita (Luk.12:7).(2).
Allah mengetahui segala sesuatu di dalam dan di luar diri-Nya.
ii. Hikmat
Hikmat adalah penerapan dari pengetahuan. HikmatNya tidak terbatas, tetapi hikmat kita
sangat kecil. Hikmat manusia dan malaikat hanyalah pantulan hikmat Allah. Dengan hikmat-
Nya, Allah menyelesaikan rencanaNya yang baik dan beranugrah (Mzm. 104.24; 1 Kor.1:24)
b. Gelar-gelar Moral
i. Kebaikan
Allah mengatur Ia berhubungan dengan berlimpah-limpah
dengan para makhlukNya. KebaikanNya tidak terbatas,
kebaikannya kekal dan tidak berubah. (Matius 5:45; Maz.
145:9)
ii. Kasih
Allah yang lebih dahulu mengasihi kita(1 Yoh. 4:10), Kasih
Allah ditunjukkan melalui kematian Yesus Kristus( Rom.5:8,
Yoh.3:16), Kasih itu dicurahkan didalam hati kita(Rom.5:5)
iii. Anugerah
Anugrah ilahi adalah kasih Allah yang ditujukan kepada
kita yang tidak pantas mendapatkannya (contohnya adalah
Musa: Kel.33:12). Pengorbanan Kristus sendiri adalah
Anugrah itu sendiri (2 Kor. 8:9). Anugrah itu telah memaggil
orang-orag percaya (Gal.1:6).
iv. Kemurahan Hati
Kemurahan hati adalah kasih dan kebaikan Allah yang ditunjukkan kepada mereka yang
mengalami kesedihan, kesulitan dan bagi mereka yang bersalah. Kemurahan hati mendorong Allah
berbelas kasihan kepada orang-orang yang miskin, susah dan yang bersalah(Lukas 6:36)
v. Kesetiaan
Allah sangat konsisten, Ia sangat bisa dipercaya dan selalu kokoh. Tdak pernah Ia berpura-pura atau
plin-plan. Ia setia kepada umatNya dan JanjiNya. (Ibrani 2:17;3:2)
vi. Kekudusan
Ide dasar tentang kekudusan adalah pemisahan atau keterpisahan. Allah digambarkan sebagai
“………mulia karena kekudusan-Mu (Kel. 15:11). Gelar ini menandakan Allah dibedakan dari
seluruh ciptaan-Nya.”Kuduslah kamu sebab Aku, Tuhan, Allah mu kudus” (Imamat.19:1)
vii. Keadilan (Kebenaran)
Keadilan Tuhan, yang bersekutu denganNya, merupakan fakta bahwa ia selalu bertindak secara
konsisten dengan sifat-Nya sendiri. Pemazmur berkata tentang keadilan Allah, “Engkau benar, ya
Tuhan, dan Hukum-hukum Mu benar” (Maz.119:139; 89:15).
c. Gelar-gelar Berdasarkan Kehendak
i. Kehendak Berkuasa
Allah mengarahkan peristiwa-peristiwa alam semesta dan menolak perbuatan-perbuatan-Nya
sesuai dengan kehendak-Nya yang sempurna. Dibalik semua yang terjadi adalah kehendakNya
yang berkuasa (Maz.115:3; Kis. 2:23; Ef.1:5,9,11).
ii. Kekuasaan yang memerintah
Gelar ini mengungkapkan kemampuan Allah yang sempurna untuk melakukan kehendakNya.
Allah adalah “Raja diatas segala raja dan Tuhan di atas segala tuan”(1 Tim.6:15). Ia adalah……….
7
Tuhan, Allah kita, yang maha kuasa” (Wahyu 19:6). Alkitab menjelaskan bahwa apabila Ia
bersabda, terjadilah (Kej.1:3).
d. Gelar yang tidak bisa dilihat manusia
i. Tidak bergantung (Kebebasan)
Kehidupan Allah tidak berawal da tidak berakhir. Digunakan sebagai bahasa pujia, Allah
adalah “dari kekal sampai kekal” (Maz.90:2). Dia tidak membutuhkan sumber kehidupan sebab
Dia adalah sumber kehisupan itu sendiri (Kis.17:25)
ii. Kekekalan
Keberadaan Allah melampaui waktu dan tidak terpengaruh oleh waktu tersebut. “Yang maha
tinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selama-lamanya….”(Yes.57:15). Dia
adalah Raja segala Zaman (1 Tim.1:17).
iii. Hadir dimana-mana
Gelar kekekalan mengingatkan kita bahwa Allah adalah Tuhan atas waktu. Ia juga Tuhan atas
ruang. Kehadiran dimana-mana berarti bahwa Ia tidak dibatasi ruang dan karenanya Ia hadir di
mana-mana sekaligus(Maz.139:7). Ia tidak jau dari kita sebab kita ini dari keturunan Allah juga
(Kis.17:27-28). Allah melihat, mendengar dan mengetaui segala-galanya. Dimana ada dua tiga
orang berkumpul dalam nama Tuhan, Ia hadir (Mat.18:20).
8
11. Yehova-Qanna : Allah yang cemburu (Keluaran 34:14)
12. Yehova-Sabaoth : TUHAN semesta alam (1 Samuel 1:3)
13. Yehova-Makkeh :TUHAN yang memusnahkan
(Yehezkiel 7:9)
14. Yehova-Gmolah :Allah yang membalas (Yeremia 51:56)
15. El : Allah
16. Elohim : Allah sang Pencipta (Kejadian 1:26),
TUHAN Pembuat dan Penjaga
perjanjian (Kej. 17:1-8)
17. El Berith : Allah Perjanjian (Hakim 9:46)
18. El Elyon : Allah yang maha tinggi (Mzm.78:35)
19. El Shaddai : Allah yang Maha Kuasa dan
mencukupi segala sesuatu (Kej. 17:1)
20. El Olam : Allah Kekekalan (Kejadian 21:33)
21. El Roi : Allah yang melihat (Kejadian 16:13)
22. Qedosh Yisra’el : Allah yang kudus Israel (Yesaya 1:4)
23. Shapat : Hakim (Kejadian 18:25)
24. Adonai : Penguasa (Yesaya 10:16)
9
BAB III
KELUARGA YANG KUAT
DALAM PENGAJARAN TENTANG YESUS KRISTUS
Tujuan pembelajaran :
1) Siswa SOM dapat memiliki wawasan yang memadai tentang Yesus Kristus.
2) Siswa SOM menjadikan Tuhan Yesus sebagai Tuhan yang seutuhnya di dalam kehidupannya.
3) Siswa SOM memiliki cara untuk membawa keluarga percaya kepada Yesus Kristus.
Metode Pengajaran :
Materi untuk pengajaran tentang Yesus Kristus disampaikan dengan metode ceramah, diskusi, tanya
jawab, ilustrasi, studi kasus, dll
Catatan :
- Pada Akhir pembelajaran, diadakan evaluasi ringan untuk melihat sejauhmana pelajaran dipahami oleh
siswa SOM
- Pada akhir pembelajaran, siswa SOM ditantang untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Juruslamatnya
dan menjadi menjadikan Tuhan Yesus sebagai Tuhan yang seutuhnya di dalam kehidupannya, di
tengah-tengah kelurga dan di tengah-tengah pekerjaannya.
Ada lebih kurang 330 referensi yang menubuatkan mengenai kehidupan Yesus yang
dimulai dari : Kelahiran-Nya, pelayanan-Nya, kematian-Nya, kebangkitan-Nya dan
kenaikkan-Nya, yang dapat dilihat dalam Yesaya 7:14; 6:6-9; Mik. 5:1; Maz. 45:6; Kej. 3:5;
Kej. 22:8; Yes. 11:1; Zak. 3:8.
10
C. KEHIDUPAN YESUS
Yesus dilahirkan melalui perawan Maria dan menderita serta disalibkan di bawah pemerintahan
Pontius Pilatus. Apa yang terjadi antara kelahiran Yesus dan kematian adalah hal penting bagi keyakinan
Kristen.
a. Masa Kanak-kanak Yesus
Alkitab hanya menyajikan sekilas mengenai masa anak-anak dan masa muda Yesus. Ia dibesarkan
dalam keluarga Yahudi yang beribadah. Setiap tahun orangtua-Nya pergi ke Yerusalem menyatakan
ketaaan mereka kepada Allah. (Lukas 4:16). Aspek terpenting dari pendidikan Yesus adalah belajar
Perjanjian Lama(Lukas 2:49). Secara singkat Lukas menguraikan perkembangan Yesus dengan kata-
kata: “ Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin
dikasihi oleh ALLAH DAN MANUSIA”(Lukas 2:52).
b. Babtisan Yesus dalam air dan pengurapan Roh Kudus
Sekitar 18 tahun berlalu antara perkunjungan Yesus ke Bait Allah pada usia 12 tahun dan
BabtisanNya di sungai Yordan, ketika Dia “berumur kira-kira 30 tahun”(Lukas 3:23). Ketika Dia
dibabtis dalam air, terjadilah penyataan Roh Kudus yang jelas dalam kehidupan Yesus. Pada saat Ia
keluar dari air (Markus 1:10) dan ketika Ia berdoa (Lukas 3:21) Roh Kudus turun atasNya. Kemudian,
Alkitab menguraikan Yesus sebagai “yang penuh dengan Roh Kudus”(Lukas 4:1), dan bahwa Ia
kembali ke galilea “dalam kuasa Roh” (Lukas 4:14).
Pengalaman Yesus di sungai Yordan tidak berarti bahwa pemenuhan Roh Kudus diberikan kepada
orang-orang percaya melalui babtisan air.
b.1. Makna babtisan Yesus di Sungai Yordan
Yesus meperkenalkan diriNya dengan kemanusiaan dan rencana Allah untuk penebusan melalui
babtisan Yohanes. Yesus adalah penggenap rencana keselamatan Allah untuk manusia. Jadi, dengan
penyerahan kepada babtisan Yohanes, Ia memperkenalkan diri-Nya kepada orang-orang berdosa
yang kepada mereka Ia datang untuk menyelamatkan (Matius 3:13-17; Lukas 3:21-22)
Jelas bahwa babtisan-Nya di sungai Yordan menunjuk kepada babtisan-Nya dalam kematian (Markus
10:38). Dengan kata lain, turunnya Roh Kudus kepada Yesus menyatakan persetujuan Allah terhadap
pengenalan-Nya kepada orang-orang berdosa dan misi-Nya untuk menyelamatkan mereka dari
kuasa dan hukuman dosa.
b.2. Makna pengurapan Yesus dengan Roh Kudus
Pengalaman Yesus unik, karena Allah mengaruniakan-Nya pengurapan Roh yang tidak terbatas.
Hanya Yesus yang memiliki Roh yang tidak terbatas (Yoh.3:34). Yesus dikuasai Roh sebagai Mesias
untuk menyempurnakan misi-Nya sebagai Juruslamat. Roh Kudus yang turun ke atas Yesus “dalam
rupa burung merpati” (Lukas 3:22) merupakan tanda yang kelihatan mengenai kuasa dan otoritas
ilahi-Nya untuk pelayanan. Yesus berkata bahwa “ Roh Tuhan ada pada Ku, oleh sebab Ia telah
mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin dan Ia telah mengutus
Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-
orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang (Lukas 4:18-19). Kuasa pengurapan Yesus adalah untuk pengurapan kuasa
pelayanan Yesus.
Yesus memerlukan pengurapan Roh untuk menggenapi pelayanan-Nya di bumi. Tetapi mengapa?
Setelah itu, Ia benar-benar dan sepenuhnya Allah. Ia tidak kehilangan keilahiaanNya ketika Ia datang
ke bumi sebagai seorang manusia. Sebagai Allah, Ia punya kuasa tidak terbatas. Lalu mengapa Ia
memerlukan kuasa Roh Kudus untuk menyempurnakan MisiNya? Alkitab menjawab pertanyaan ini
ketika berbicara tentang Kristus didalam Filipi 2:6-7. Pasal ini mengungkapkan bahwa Kristus secara
sukarela memilih membatasi diriNya ketika ada di Bumi. Karena Ia hidup sebagai seorang manusia,
Ia mempercayakan diri pada kuasa Roh Kudus yang menopang serta memampukanNya untuk
melaksanakan pelayanananNya.
11
Realitas Kerajaan Allah yang sudah datang terbukti dalam pelayanan Yesus. Melalui Yesus, HambaNya
yang diurapi, Allah mendirikan kerajaanNya di dunia yang berdosa dan berisi kematian. Yesus
mengantarkan Zaman pertobatan yang telah dijanjikan dalam Yesaya 35:4-6. Ia memproklamirkan
berita keselamatan dan menunjukkan perbuatan-perbuatan yang luar biasa(Mat.11:5). Ia bersaksi
tentang diriNya sendiri (Mat.12:28). Panggilan Yesus untuk berpartisipasi dalam kerajaan Allah adalah
panggilan untuk pertobatan. Tak seorang pun dapat memasuki Kerajaan tanpa berbalik dari dosa.
Pertobatan melebihi pengalaman hati yang emosional. Tujuan pertobatan tidak bisa dicapai sebelum
orang yang bertobat itu melahirkan buah-buah kekudusan serta melakukan kehendak Allah.
12
segala dosa kita, dan bukan untuk segala dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia
(1 Yohanes 2:2). Akibat kita diperdamaikan Yesus melalui salib, maka :
1. Melalui salib kita dilayakkan di hadapan Tuhan (2 Kor. 5:20)
2. Melalui salib kita memperoleh pengampunan (1 Yoh 2:1-2)
3. Melalui salib kita menjadi anggota keluarga Allah (Ibr. 2:11-12; Yoh. 1:12)
4. Melalui salib kita yang dulunya sebagai seteru Allah telah diperdamaikan. (Ef. 2:13-16)
vi. Salib sebagai kemenangan yaitu kemenangan Kristus (Kejadian 3:15) dan kemenangan orang
percaya (1 Korintus 15:57).
5) Yesus bangkit dari kematian untuk kita. Setelah 3 hari dalam kubur, Allah membangkitkan anak-Nya
dari kematian (Mat. 28).
a. Makna Kebangkitan Kristus
i. Kebangkitan Kristus menunjukkan bahwa orang-orang percaya adalah anggota komunitas
baru (1 Korintus 15:20-28)
ii. Kebangkitan Kristus merupakan sumber kehidupan orang percaya (Roma 6:4)
iii. Kebangkitan Kristus adalah janji dan jaminan kebangkitan orang-orang percaya diwaktu
mendatang (1 Korintus 15:20)
b. Menurut 1 Korintus 15:12-19, jika Kristus tidak dibangkitkan maka yang terjadi adalah :
i. Iman dan Pemberitaan kita akan sia-sia
ii. Kita akan menjadi saksi palsu
iii. Kita masih dalam dosa-dosa kita
iv. Orang-orang mati dalam Kristus akan binasa.
v. Kita adalah orang-orng yang sangat dikasihani
6) Yesus membuka pintu sorga untuk kita. Ketika perjalanan-Nya di bumi sudah selesai Yesus kembali
ke Sorga kehadapan Allah Bapa dan juga Ia membuka jalan untuk kita masuk dalam hadirat Tuhan
sekarang dan selama-lamanya. Ibr. 10:19-12: Yoh. 14:1-3
7) Kebebasan yang kita terima melalui salib.
Karena Yesus telah mengalahkan dosa yang berakhir pada kematian kekal membuat kita
menjadi merdeka melalui Kristus dan memperoleh kehidupan kekal. Adapun kebebasan melalui yang
kita terima adalah sebagai berikut:
a. Kemenangan atas kuasa iblis (Kol. 2:15)
b. Kemenangan dosa-dosa masa lalu (Yoh. 8:36)
c. Disembuhkan dari sakit penyakit (Mat. 8:17)
d. Dibebaskan dari segala kutuk (Gal. 3:13; Ul. 28:15-68)
e. Dibebaskan dari hukuman (Ibr. 9:26-27)
f. Dibebaskan dari kematian kekal (Yoh. 3:16)
8) Kasih dan Keadilan Bertemu di Kayu Salib
Kayu salib merupakan bertemunya antara kasih Allah dan Hukum-hukum Allah. Hukum Allah
menuntut kematian dari dosa-dosa dengan darah Kristus sedangkan Kasih Allah kepada kita telah
menebus dosa-dosa kita melalui kematian putraNya Yesus Kristus (Roma 5:8-11)
9) Salib dalam sejarah Manusia
Sejak manusia jatuh kedalam dosa maka ada pengharapan tentang siapa yang akan
membebaskannya dari hukuman. Sejarah ini terjawab dengan kematian Yesus Kristus di atas kayu
salib.
13
BAB IV
KELUARGA YANG KUAT
DALAM PENGAJARAN TENTANG MANUSIA
Tujuan pembelajaran :
Siswa SOM dapat memiliki wawasan yang memadai tentang Manusia dan menghargai dirinya
sebagai manusia yang diciptakan seturut gambar dan rupa Allah.
Metode Pengajaran :
Materi untuk pengajaran tentang Yesus Kristus disampaikan dengan metode ceramah, diskusi,
tanya jawab, ilustrasi, dll
Catatan :
- Pada Akhir pembelajaran, diadakan evaluasi ringan untuk melihat sejauhmana pelajaran dipahami
oleh siswa SOM
- Pada akhir pembelajaran, siswa SOM ditantang untuk mensyukuri akan karya Allah di dalam
dirinya melalui doa dan penyembahan.
Hanya manusia yang memperoleh hak sebagai makhluk paling istimewa yang dibuat Allah
untuk hidup di dunia. Sesuai dengan keterangan Kejadian, Allah menciptakan manusia
laki-laki dan perempuan (Kej. 1:27). Manusia adalah ciptaan istimewa Allah, diciptakan
dalam citra Allah. Kenyataan ini membuat mereka serupa dengan Allah dan yang
membedakannya dengan makhluk-makhluk hidup lainnya. Berikut ini dipaparkan tentang
beberapa hal yang berkaitan dengan penciptaan manusia.
A. PENCIPTAAN MANUSIA
Alkitab menjelaskan bahwa manusia diciptakan Allah secara langsung, berbeda dengan ciptaan yang
lainnya. Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya. Dalam bahasa ”Ibrani” ialah ”Imago Dei”
Artinya, segambar dan serupa dengan Allah, citra (gambar dan rupa) dimana Adam dan Hawa dibuat
menjadi manusia, itulah yang membedakannya dengan makhluk-makhluk Allah lainnya. Adam ada oleh
ciptaan langsung Allah, yang membentuknya dari debu tanah. Allah membentuk manusia itu dari debu
tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, demikianlah manusia itu menjadi makhluk
hidup (Kej. 1:27; 5:1-2). Hawa juga diciptakan langsung oleh Allah. tidak ada catatan bahwa hawa adalah
perubahan dari bentuk kehidupan yang lebih rendah dari Adam. Seperti suaminya, Hawa adalah manusia
baru, diciptakan Allah dalam citra-Nya. Oleh kemahakuasaan-Nya, Allah membuat segala sesuatu,
termasuk laki-laki dan perempuan, menjadi ada. ” Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak
ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang dijadikan” (Yoh.1:3). Hanya Allah yang mampu
menciptakan manusia. Para pendukung ”Teori Evolusi” yang dikembangkan oleh ”Charles Darwin”
mengemukakan bahwa manusia bersumber dari bentu-bentuk kehidupan binatang. Teori ini sangat
bertentang dengan Firman Allah, karena manusia itu ciptakan menurut gambar dan rupa Allah, yang
memiliki tubuh, jiwa dan roh. Dan menurut Alkitab, Adam adalah manusia pertama dan seluruh keluarga
manusia diturunkan dari dia.
14
C. ASPEK-ASPEK CITRA ALLAH
1. Manusia adalah makhluk ciptaan.
Dalam Kej. 1:26,27; Ayub 33:4. Kata Ibrani “Bara”: menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada.
Manusia diciptakan dari debu tanah/tanah liat dan dihembuskan nafas kehidupan oleh Allah
(Yatsar).
2. Manusia adalah Kudus dan Memiliki Kebenaran
Dengan memiliki citra ilahi, berarti Adam diciptakan baik dan jujur. Sebagai manusia yang berasal
dari tangan Allah, ia adalah kudus dan benar. Kejadian 3 menerangkan bahwa Adam jatuh dari
status moral yang lebih tinggi ke status yang lebih rendah.(Pengkhotbah 7:29)
15
hidup akan kemuliaan dan kasih-Nya. Jika ada pertanyaan mengenai ”siapakah aku?” maka dapat
dijawab bahwa (1). Manusia dibuat dalam citra sang pencipta, dan (2). Melalui pengalaman
perubahan oleh Roh Kudus ke adalam keserupaan dengan Kristus, mereka menjadi suatu
komunitas Roh. Manusia diciptakan dalam citra Allah, diperbaharui melalui iman dalam Kristus,
dan di perkuat oleh Roh Kudus.
3. Memiliki tanggungjawab kepada Allah.
Menjadi manusia dalam citra Allah membuat kita bertanggungjawab kepada Allah. Selaku
perwakilannya, Ia menghendaki kita untuk melaksanakan penatalayanan yang bertanggungjawab.
Kita selalu bertanggungjawab kepada Allah walaupun citra yang Ia ciptakan untuk kita telah
dirusak oleh dosa. Tetapi citra Allah didalam kita telah diperbaharui dalam Krsitus yang berarti
bahwa kita memiliki kekuatan untuk:
a. Menaati dan menyenangkan Allah
b. Melakukan kekuasaan atas bumi dibawah ketuhanannya
c. Menantikan Tuhan
d. Bersama-sama dengan Allah dan bersama dengan sesama kita
e. Menyembahnya
f. Hidup serta berjalan dengan Roh.
Inilah cara hidup bertanggungjawab dan memenuhi kemanusiaan kita dalam Citra-Nya.
JIWA
Hubungan dengan Sesama Kesadaran Akan Diri Sendiri
16
tidak terpenuhi, maka kepercayaan dirinya dibangun berdasarkan apa yang bisa memenuhi kebutuhan
tersebut. Ada tiga kebutuhan dasar manusia yaitu :
(1). Rasa dimiliki, memiliki (Sense Of Belonging). Kebutuhan ini akan dipulihkan dengan menemukan
Hati BAPA
(2). Rasa berdaya guna (Sense of Competence). Kebutuhan ini akan dipulihkan dengan cara menerima
Kuasa Roh Kudus
(3). Rasa Berharga (Sense of Worthiness). Kebutuhan ini akan dipulihkan dengan memahami bahwa
kita telah ditebus oleh darah Yesus dan menjadi serupa dengan Kristus.
Ada 4 (Empat) sindrom yang merusak citra diri manusia yaitu,
1. Takut mengalami kegagalan atau dengan kata lain adanya ketagihan untuk mengalami sukses.
Manusia berpikir bahwa hidupnya ”Akan berharga” jika dia sudah mencapai standard tertentu
dengan adanya : Perfeksionis, mengejar Kesuksesan dengan cara apa pun, membuktikan dirinya
dengan persaingan, dan tidak berani mengambil resiko. Sedangkan menurut kebenaran yang
disampaikan Allah, bahwa kita dibenarkan bukan karena banyaknya perbuatan kita atau
melakukan hukum taurat, melainkan kita dibenarkan/kita berharga dibenarkan karena IMAN.
2. Takut tertolak atau dengan kata lain adanya ketagihan menyenangkan orang
Manusia berpikir bahwa hidupnya berharga jika dia dapat diterima oleh orang lain. Tindakan yang
dilakukannya adalah : berusaha menyenangkan orang supaya dapat diterima, takut kesepian, rasa
tidak nyaman, mudah tersinggung, dan takut dikritik oleh orang lain. Prinsip yang disampaikan
oleh Allah adalah bahwa kita tidak menerima roh perbudakan tetapi roh yang menjadikan kita
menjadi Anak Allah (Roma 8:15)
3. Takut dihukum atau dengan kata lain adanya ketagihan rasa tertuduh
Menusia berfikir bahwa setiap kali dia melakukan kesalahan maka perasaan yang ada yaitu merasa
tertuduh dan layak dihukum. Ciri-ciri yang ada adalah : Mudah mengalami terintimidasi, sulit
mengalami atau masuk hadirat Tuhan, suka menghakimi orang lain, selalu menyalahkan orang atau
menyalahkan situasi sewaktu gagal. Sedangkan prinsip yang di sampaikan oleh Allah adalah bahwa
Tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus (Roma 8:1)
4. Rasa Malu atau dengan kata lain adanya ketagihan kebiasaan buruk.
Manusia berfikir bahwa dirinya tidak dapat berubah dari kekurangannya dan akibatnya selalu
dituruh oleh perasaan Malu dan tidak Berharga. Ciri-ciri yang dapat dilihat adalah : adanya
perasaan Minder atau sulit untuk bergaul, adanya perasaan tertutup dengan cara menjaga image
(Jaim), pelarian dengan terikat kebiasaan buruk(seperti onani, masturbasi, pornografi, dll), Mau
bunuh diri. Sedangkan Allah mengatakan bahwa sesungguhnya ”siapa yang ada di dalam Kristus,
ia adalah ciptaan yang Baru (2 Korintus 5:17)
Kepercayaan yang salah atau dikarenakan tipu daya iblis yaitu : bahwa saya adalah hasil dari apa
kata orang (adanya penilaian manusia terhadap diri saya). Iblis menyatakan bahwa harga diri saya
adalah PERBUATAN SAYA & APA KATA ORANG LAIN tentang saya. Dari perbuatan saya, maka harga
diri saya ada, dengan adanya harga diri yang saya miliki, maka itulah diri saya. Sebagai contoh dapat
kita lihat KAIN (Kej.4:5-12): memiliki hati yang pahit (berharga karena adanya persaingan), masalah
pribadi yang belum pulih yang berdampak pada masalah hubungan dengan orang lain,
Sedangkan kepercayaan yang benar adalah : Bahwa harga diri saya adalah PRIBADI SAYA dalam
YESUS dan APA KATA TUHAN. Kepercayaan ini dibangun pada pribadi dalam Kristus, kemudian
tercipta harga diri sebagai contoh, dapat dilihat pada mentalitas SET dan HENOKH (Kej 4:25-5:5, 21-24):
mereka memiliki HATI YANG PULIH yang berfokus pada HUBUNGAN.
2. Citra Diri yang Kuat membawa keberhasilan
Citra diri atau Self Image seseorang sangat menentukan kehidupannya. Bila mana seseorang
memiliki citra diri yang benar, maka ia dapat hidup benar dan bahagia. Alkitab menyatakan bahwa siapa
yang percaya kepada Yesus sebagai Anak Allah yang menebus dosa dunia, maka dia akan diselamatkan
(Kisah Rasul 16:31) juga mereka yang percaya kepada Yesus kristus akan diberi kuasa untuk menjadi anak
anak Allah (Yohanes1:12). Jika orang-orang berdosa sadar dan bertobat, maka dosanya akan dihapuskan
(Kisah Rasul 3:19). Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia (Allah) adalah setia dan adil, sehingga Ia akan
mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yohanes 1:9).
Hanya ada satu contoh yang sempurna yaitu Yesus Kristus, Anak Allah. Dan
image yang harus kita teladani adalah Yesus Kristus. Allah menghendaki kita memiliki citra diri seperti
Yesus. Mengapa? Karena kebenaran firman Tuhan menyatakan bahwa :
a) Roma 8:29
b) 1 Yohanes 3:1-2
c) 1 Korintus 13:11-12
17
d) 1 Korintus 13:10
e) Yohanes 1:12
3. Kesaksian diri Yesus dan Manusia yang Kuat
Supaya kita menjadi anak-anak Allah, haruslah percaya Yesus adalah Tuhan. Akan tetapi karena
manusia adalah makhluk trikotomi yaitu terdiri dari tubuh, jiwa dan roh, maka haruslah ada kesaksian
bahwa kita adalah anak-anak Allah.
a. Kesaksian diri Yesus
Kita adalah anak-anak Allah. Dalam 1 Yohanes 5:6-10, menunjukkan bahwa Yesus adalah anak
Allah, dan bila kita percaya kepada Yesus sebagai anak Allah, maka dalam ayat 10, kita dapatkan
bahwa kita mempunyai kesaksian di dalam diri kita bahwa kita adalah anak-anak Allah.
b. Kesaksian diri manusia
Dalam diri manusia kita, ada tiga yang memeberikan kesaksian yaitu (1). Allah mengirimkan Roh
sebagai saksi yang pertama (Roma 8:16, Roma 8:14, 2 Korintus 1:21-22, 2 Korintus 5:5). Roh Kudus
adalah saksi pertama bahwa kita adalah Anak Allah. (2). Saksi yang kedua adalah Air atau Firman.
Yesus menguduskan orang-orang yang BERTOBAT dengan MEMANDIKANnya dengan FIRMAN
(Efesus 5:26-27, Filipi 2:5). (3). Saksi yang ketiga adalah Darah. Kita telah diberi dengan darah
Yesus dan sudah lunas dibayar (1 Korintus 6:19-20, Ibrani 10:19-21).
BAB V
KELUARGA YANG KUAT
DALAM PENGAJARAN TENTANG KEJATUHAN MANUSIA DALAM DOSA
Firman Tuhan menyatakan bahwa “tidak ada yang benar, seorang pun tidak (Roma
3:10). Semua orang telah berdosa dan telah kehilangan Kemuliaan Allah (Roma
18
3:26). Dosa telah masuk ke dalam dunia ini oleh satu orang yang bernama dan oleh dosa itu juga maut,
demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa (Roma
5:12). Pada bab ini dijelaskan bagaimana membangun keluarga yang kuat dalam pengajaran tentang
kejatuhan manusia dalam dosa.
Dosa digambarkan dalam Alkitab sebagai pelanggaran hukum Allah (1 Yohanes 3:4) dan
pemberontakan melawan Allah (Ulangan 9:7; Yosua 1:18). Dosa berawal dari Lucifer, “si Bintang Timur,
Putra Fajar,” yang paling cantik dan gagah perkasa dari semua malaikat. Karena tidak puas dengan semua
ini, dia ingin menjadi Allah yang mahatinggi dan hal ini menyebabkan kejatuhannya dan awal dari dosa
(Yesaya 14:12-15). Dengan nama baru, Iblis, dia membawa dosa kepada umat manusia di taman Eden ketika
dia mencobai Adam dan Hawa dengan godaan yang sama, “engkau akan menjadi sama seperti Allah.”
Kejadian 3 menjelaskan pemberontakan mereka melawan Allah dan perintah-perintah-Nya. Sejak saat itu
dosa diwariskan kepada semua generasi umat manusia dan kita, sebagai keturunan Adam, mewarisi dosa
dari dia. Roma 5:12 memberitahukan bahwa melalui Adam dosa masuk ke dalam dunia dan kematian
diwariskan kepada semua orang karena “upah dosa adalah maut” (Roma 6:23).
Melalui Adam kecenderungan untuk berbuat dosa masuk ke dalam umat manusia dan manusia
menjadi orang yang secara natur sudah berdosa. Ketika Adam berdosa naturnya diubah oleh dosa dan
pemberontakannya mengakibatkan kematian secara rohani dan kejatuhan yang diwariskan pada semua
yang lahir setelah dia. Manusia menjadi orang-orang berdosa bukan karena mereka berbuat dosa, mereka
berbuat dosa karena mereka adalah orang-orang berdosa. Inilah keadaan yang disebut sebagai dosa
warisan. Sama seperti kita mewarisi karakteristik fisik dari orangtua kita, kita mewarisi natur dosa dari
Adam. Raja Daud meratapi natur kejatuhan manusia ini dalam Mazmur 51:7 “Sesungguhnya, dalam
kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.”
Jenis dosa yang lain dikenal sebagai dosa dikenal sebagai dosa yang diimputasikan. Dalam dunia
keuangan dan hukum, kata Bahasa Yunani yang diterjemahkan dimputasikan berarti mengambil sesuatu
dari orang lain dan memperhitungkan itu kepada orang lainnya lagi. Sebelum hukum Musa diberikan,
dosa tidak diperhitungkan kepada manusia sekalipun manusia tetap berdosa karena dosa warisan. Setelah
Hukum Taurat diberikan, dosa-dosa yang melanggar Hukum Taurat dimputasikan (diperhitungkan)
kepada manusia (Roma 5:13). Bahkan sebelum pelanggaran Taurat diperhitungkan pada manusia,
hukuman yang paling berat terhadap dosa (kematian) tetap berlaku (Roma 5:14). Semua orang, dari Adam
sampai Musa, takluk kepada kematian, bukan karena mereka melanggar hukum Musa (yang tidak mereka
miliki), namun karena natur dosa yang mereka warisi. Setelah Musa, umat manusia mengalami kematian
karena dosa warisan dari Adam dan karena dosa yang diimputasikan karena pelanggaran hukum Tuhan.
Allah mempergunakan prinsip imputasi untuk keuntungan umat manusia ketika
Dia memperhitungkan dosa orang-orang percaya kepada Yesus Kristus yang telah
membayar hutang dosa (kematian) di atas salib. Karena memperhitungkan dosa kita
kepada Yesus, Allah memperlakukan Dia seperti Dia adalah orang berdosa
walaupun sebetulnya Dia tidak berdosa, dan mengakibatkan Yesus mati bagi dosa-
19
dosa semua orang yang percaya kepadaNya. Penting untuk dimengerti bahwa dosa diperhitungkan kepada
Yesus namun Dia tidak mewarisinya dari Adam. Dia menanggung hukuman dosa, namun Dia tidak pernah
menjadi orang berdosa. Natur Yesus yang suci dan sempurna tidak tersentuh oleh dosa. Sekalipun Dia
tidak pernah berbuat dosa, Dia diperlakukan sepertinya Dia yang bersalah karena dosa-dosa yang
dilakukan oleh orang-orang yang akhirnya percaya kepada-Nya. Sebagai gantinya, Allah
memperhitungkan kebenaran dan keadilan Kristus kepada orang-orang percaya sama seperti Dia
memperhitungkan dosa kita kepada Yesus (2 Korintus 5:21).
Dosa pribadi adalah dosa yang dilakukan setiap hari oleh setiap orang. Karena kita telah mewarisi
natur dosa dari Adam, kita berbuat dosa secara individu, dosa pribadi – segala sesuatu, mulai dari dosa
yang paling polos sampai pada pembunuhan. Mereka yang tidak beriman pada Yesus Kristus harus
menanggung hukuman untuk dosa-dosa pribadi ini, sekaligus dosa-dosa yang diwarisi dan diimputasikan.
Namun demikian, orang-orang percaya telah dibebaskan dari hukuman kekal untuk dosa (kematian rohani
dan neraka). Sekarang kita bisa memilih apakah akan melakukan dosa pribadi atau tidak karena melalui
Roh Kudus yang berdiam di dalam kita, yang menguduskan dan meyakinkan kita akan dosa, kita sekarang
memiliki kuasa untuk menolak dosa (Roma 8:9-11). Setelah kita mengakui dosa pribadi kita kepada Allah
dan mohon pengampunanNya, hubungan dan persekutuan kita dengan Tuhan dipulihkan kembali. “ Jika
kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan
menyucikan kita dari segala kejahatan.”
20
Penyebab manusia jatuh dalam dosa karena: manusia tidak memegang teguh Firman Allah, sehingga
tidak taat dan setia kepada firman-Nya, tidak peka akan suara Tuhan (Roh), lebih peka kepada suara
iblis, meresponi iblis sehingga memutarbalikkan kebenaran. (Kejadian 3).
3. Hukuman dan Neraka Menanti Orang Berdosa
Daniel 12:2; Matius 25:46 bahwa manusia berdosa akan masuk ke tempat siksaan kekal. Orang yang
menabur kejahatan akan menuai hukuman dan kebinasaan. Luk. 16:19-31. Neraka itu nyata, bukan
semu, dan itu dipersiapkan bagi iblis dan pengikut-pengikutnya dan orang-orang yang hidup dalam
kejahatan dan yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus. Setiap orang akan dipertanggungjawabkan
perbuatannya di hadapan Tuhan, dan mereka dihukum dan dihakimi menurut perbuatannya masing-
masing. (Wahyu 20:11-15). Banyak orang sadar akan hukuman yang akan datang ini, sebab itu mereka
berusaha untuk mencari jalan untuk terhindar dari kematian kekal.
BAB VI
KELUARGA YANG KUAT
DALAM PENGAJARAN TENTANG KESELAMATAN
Tujuan pembelajaran :
1). Siswa SOM dapat memiliki wawasan yang memadai tentang Keselamatan
2). Siswa SOM mensyukuri dan menjaga keselamatan yang Tuhan berikan.
21
3). Siswa SOM memberitakan keselamatan yang ada dalam Yesus Kristus baik di tengah lingkungan
sekolah, pekerjaan, lingkungan tempat tinggal dan terkhusus ditengah-tengah keluarga
Metode Pengajaran :
Materi untuk pengajaran tentang Keselamatan disampaikan dengan metode ceramah, diskusi, tanya
jawab, ilustrasi, studi kasus, dll
Catatan :
- Pada Akhir pembelajaran, diadakan evaluasi ringan untuk melihat sejauhmana pelajaran dipahami
oleh siswa SOM
- Pada akhir pembelajaran, siswa SOM ditantang untuk menerima Tuhan Yesus sebagai
Juruslamatnya dan mensyukuri keselamatan yang didanugrahkan oleh Tuhan Yesus.
Keselamatan bukan hanya jalan menuju sorga, tetapi sejak saat ini sewaktu kita
hidup di dunia ini. Keselamatan yang dari Allah melalui Yesus Kristus (Yoh. 14:6;
Kis. 4:12; Rom. 10:9-10) dapat kita terima melalui kasih karunia-Nya yang begitu
besar yang tiada taranya (Titus 2:11-13).
Keselamatan adalah doktrin/pengajaran lengkap mengenai karya penebusan yang
dilakukan Yesus Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya.
Doktrin keselamatan disebut Soteriologi sedangkan keselamatan sendiri
disebut Soteria. Arti dasar keselamatan adalah pembebasan dari situasi di luar kemampuan seseorang
membebaskan dirinya. Menurut Alkitab, Keselamatan adalah karya Allah dalam pengupayaan umat bebas
dari perbudakan dosa dan membawanya ke situasi kemuliaan melalui Yesus Kristus(1 Tim.1:15, Roma
56:9). Keselamatan adalah dinamika pengalaman yang terus berlangsung. Roh Kudus selalu berkarya
dalam hati orang-orang percaya dan memperkuat iman mereka (Ef.3:16).
Kata keselamatan mengungkapkan pandangan tentang pembebasan atau pemerdekaan. Pada saat
pembebasan dari dosa dan kesalahan, Allah melimpahkan anugerah kehidupan kekal kepada orang
percaya. Kehidupan kekal adalah pengalaman mengenal Allah dan memiliki persekutuan dengan-Nya
melalui Yesus Kristus ( Yoh.17:3; 1 Yoh. 5:11)
Jadi berita keselamatan adalah berita penebusan yang dilakukan Yesus Kristus. Dia mati dan
bangkit sehingga manusia memperoleh pengharapan untuk bangkit dan diselamatkan serta masuk dalam
kemuliaan kerajaan-Nya. Dasar keselamatan dibangun di atas dasar batu karang yaitu Yesus Kristus
dengan kata lain bahwa Kristus adalah jalan keselamatan. (Mat.7:13-14).
22
3. Menyatakan/menjadikan diri sebagai orang yang sudah dewasa bukanlah keselamatan (Ef. 2:1;
Gal.5:11)
Manusia tidak dapat mengerjakan sendiri untuk mendapatkan keselamatan tersebut. Manusia tidak
memiliki kebenaran /keadilan/hak untuk dating sendiri kepada Allah. Hanyalah melalui Kristus,
manusia dapat diselamatkan.
D. KEMURTATAN
Kata Apostasi (apostasia) berarti “pemberontakan (rebellion)” hal meninggalkan (abandonment) atau
“meningggalkan (falling away). Kenyataan bahwa seseorang yang memulai pengalaman keselamatan tidak
berarti bahwa ia tidak mungkin meninggalkan iman pribadinya dalam Kristus. Kemungkinan pemurtatan
selalu terjadi bagi mereka yang hidup dalam iman. (Markus 13:13).
Rasul Pulus mengakui bahwa orang-orang percaya tidak dapat memiliki jaminan kehidupan kekal
jika mereka tidak mengelola kehidupan iman dalam Kristus. Perhatian utama Paulus dalam Galatia adalah
bahwa iman orang-orang percaya dalam Kristus bisa menyeberang (Gal. 1:6; 3:3;4:9;5:4). Seperti bagian
akhir Perjanjian Baru, surat Ibrani menegaskan bahwa orang-orang percaya dapat menebus keselamatan
mereka. Masalah pokok surat ini adalah kecenderungan beberapa orang menjadi murtad dari iman mereka
dalam Kristus. Dalam Kitab Ibrani, ada lima pasal yang mengingatkan hal ini yaitu;
1. Pasal pertama : mendorong orang-orang percaya untuk tidak mengikuti dirinya sendiri “terhanyut
dibawa arus” dari Injil yang telah mereka dengar (Ibrami 2:1-4).
2. Pasal kedua : Mengingatkan perlawanan kejahatan orang-orang yang tidak percaya, yang bisa
menyebabkan individu-individu melepaskan diri dari Allh yang hidup (Ibrani 3:7-4:13)
3. Pasal ketiga : mengingatkan orang-orang percaya untuk melawan kemurtadan dengan mendorong
mereka untuk tidak terjatuh (Ibrani 6:1-20)
4. Pasal keempat : menguraikan beratnya pengadilan ilahi terhadap kemurtadan (Ibrani 10:19-39)
5. Pasal kelima : menekankan tanggungjawab pribadi atas dirinya sendiri dan untuk sesama orang
percaya (Ibrani 12:1-7).
E. PERTOBATAN
Pertobatan merupakan langkah pertama yang harus kita ambil untuk menerima keselamatan yang
ditawarkan Allah bagi kita melalui Tuhan Yesus Kristus. (Kisah Para Rasul 2:36-38, 17:30). Dalam Perjanjian
Baru bahasa kata pertobatan Bah. Yunani : metanoia) berarti “ merubah pikiran seseorang”. Perubahan
pikiran menghasilkan perubahan sikap terhadap Allah dan dosa. Perubahan pikiran adalah keadaan
pikiran yang menuju kepada keselamatan dan berdampak pada perubahan hidup dan tujuan hidup
23
seseorang (2 Korinstus 7:8-10). Pertobatan adalah aspek pokok suatu perubahan, perubahan seseorang yang
percaya dalam Kristus (Kis 11:21)
A. Pertobatan bukanlah :
a. Sekedar Perasan (Pertobatan itu sadar)…..Kisah Para Rasul 24:25
b. Hanya menyesal atas dosanya. 2 Korintus 7:10
c. Hanya berusaha menjadi orang yang baik. Yesaya 63:16
d. Sekedar taat beragama. Matius 3:7; 5:20
e. Tidak hanya mengetahui kebenaran. Roma 10:10, Yakobus 2:19-20.
B. Aspek-aspek Pertobatan
a. Pemahaman akan dosa pribadi.
Dalam pertobatan, orang berdosa melihat dosanya sebagaimana Allah melihatnya dan ia
mengakui bahwa situasi spiritualnya terhilang (Raja Daud : Mazmur 51:5-6, Anak yang hilang :
Lukas 15:18-21).
b. Kesedihan mendalam atas dosa
Pertobatan tidak hanya sekedar melibatkan pengakuan karena berbuat salah melainkan juga
pengakuan penyesalan mendalam (Mazmur 51:19; 2 Korintus 7:10; Lukas 18:13; 15:19-21)
c. Penyerahan kepada kehendak Allah.
Tidak cukup hanya mengakui dosa dan menyesalinya saja. Pengalaman pertobatan yang
sepenuhnya meliputi pencapaian perubahan radikal, penghancuran hati dan penyerahan kepada
ketuhanan Kristus. Pertobatan menuntut upaya jujur dari kehendak manusia (Amsal 28:13).
C. Petobatan yang Benar adalah :
a. Menyesali dosa-dosa kita di hadapan Allah (Maz 51:1-4, 38:8)
b. Mengakui dosa-dosa kita (Maz. 32:5; 1 Yohanes 1:9)
c. Menjauh dari dosa-dosa kita (Amsal 28:13; Zakaria1:4, Galatia 5:19-21)
d. Membenci dosa (Yehezkiel 20:43-44)
e. Bila memungkinkan membayar kembali hutang-hutang kita kepada siapa kita berhutang (Lukas
19:8, Imamat 6:1-7)
f. Pertobatan meliputi kesediaan melakukan perubahan radikal dalam kehidupan seseorang, suatu
kebutuhan untuk menyenangkan Allah.
g. Berpaling dari dunia (1 Yohanes 2:15, Yakobus 4:4)
h. Berpaling dari kekuatan diri kita sendiri (2 Korintus 5:15, Lukas 14:26)
i. Berpaling dari Iblis (Kisah Para Rasul 26:18, Kolose 1:13)
j. Berbaling kepada Tuhan (Zakaria 1:3)
k. Berpaling kepada kehidupan yang benar (Roma 6:13)
D. Langkah-Langkah Keselamatan
Bagaimana seseorang dapat menerima keselamatan dari Tuhan?
1. Bertobat (Repent) Mat. 3:2; Kis.2:38.
2. Menerima Dia (receive Him) Yoh. 1:12; Why. 3:20.
Dengan cara mengundang Dia, masuk dalam hati kita, dan berdoalah sekarang ini juga:
- Mintalah pengampunan akan segala dosa
- Berjanjilah untuk bertobat
- Bukalah hati
- Undang Dia masuk sebagai Tuhan dan Jurus’lamat
- Miliki iman dan percaya bahwa Dia dengan kuasa Roh-Nya telah masuk di hati
- Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku
- Ucapkan syukur kepada Tuhan
Inilah langkah-langkah praktis untuk berdoa menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat
kita.
3. Pengakuan (confession) Rom. 10:9-10; Mat. 10:32-33
4. Dibaptis dalam air. Rom. 6:4-5
5. Kelahiran kembali (regeneration) Yoh. 1:13; Yoh. 3:3.
6. Baca Firman Tuhan. Rom 10:17; Maz. 119:105
7. Berdoa. Ef. 6:18; 1 Yoh. 5:14-15
8. Memberitakan kabar keselamatan. Yeh. 33:8,9; Kis. 1:8
9. Berikanlah apa yang menjadi milik Tuhan (perpuluhan) Mal. 3:10; 1 Kor. 16:2
10. Beribadah dan mengunjungi gereja dengan teratur. Ibr. 10:25; Luk. 4:16; 2 Pet. 1:3; Luk. 4:16; 2
Pet.1:3
24
F. IMAN
Dalam pengalaman keselamatan, bertobat dan percaya dalam Kristus tidak dapat dipisahkan.
Keduanya muncul sekaligus. Jika tidak ada iman kepada Allah, tidak ada pertobatan yang sesungguhnya.
Iman dan pertobatan mendahului pengampunan dosa (Kis. 5:31; 10:43;13:39).
a. Apakah Iman itu?
Iman adalah ketaatan dalam meresponi apa yang dikatakan Allah. Iman yang sejati menyatakan :
Ketaatan, Perbuatan di dalam memberi tanggapan, dan Mendengar suara Allah. Iman adalah sarana
anugrah keselamatan Allah yang tepat dalam Kristus (Kis.16:31)
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak
kita lihat”. (Ibrani 11:1)
Iman berarti mempunyai kepercayaan, jaminan atau keyakinan terhadap orang lain atau
perkataannya. Iman juga bukan sekedar hanya percaya, namun juga mempercayakan diri kepada
Tuhan. Beriman kepada Allah melibatkan perubahan dari percaya kepada diri sendiri menjadi percaya
kepada Allah. Kita lepaskan semua pengetahuan kita, kita lepaskan kepercayaan diri sendiri dan mulai
menerima pengetahuan yang tidak terbatas dari Allah.
Di dalam Perjanjian Baru, tujuan iman Kristen adalah Yesus Kristus sendiri (Kis.10:43). Iman
keselamatan selalu melibatkan tanggapan manusia kepada Allah.
BAB VII
KELUARGA YANG KUAT
DALAM PENGAJARAN TENTANG BAPTISAN AIR
Tujuan Pembelajaran :
1) Siswa SOM dapat memiliki wawasan yang memadai tentang Baptisan air
2) Siswa SOM mengambil keputusan untuk menerima baptisan air.
3) Siswa SOM menyaksikan ditengah-tengah keluarga tentang perintah Tuhan untuk setiap orang
(anggota keluarga) dibabtis dalam nama Bapa, dan Anak dan Roh Kudus.
Metode Pengajaran :
25
Materi untuk pengajaran tentang Keselamatan disampaikan dengan metode ceramah, diskusi, tanya
jawab, ilustrasi, studi kasus, dll
Catatan :
- Pada Akhir pembelajaran, diadakan evaluasi ringan untuk melihat sejauhmana pelajaran dipahami
oleh siswa SOM
- Pada akhir pembelajaran, siswa SOM ditantang untuk menerima baptisan yang benar sesuai dengan
kebenaran Firman Allah.
Baptisan air adalah suatu perintah dari Tuhan Yesus Kristus yang harus
dilakukan Mat. 28:19. Baptisan air adalah langkah pertama ketaatan yang
harus dijalankan oleh setiap pengikut Kristus. Baptisan air bukan hanya
diperlihatkan dalam ketaatan secara lahiriah tetapi berfungsi di dalam
manusia batiniah kita, karena baptisan mempunyai arti rohani yang sangat
penting.
Di dalam Perjanjian Lama, Baptisan air disamakan “penyunatan” yang
walaupun digunakan secara jasmani tetapi mempunyai arti rohani, karena ini
merupakan ikatan tanda perjanjian antara Allah dan Abraham serta
keturunannya. Kej. 17:9.
Dalam Perjanjian Baru, Baptisan air merupakan suatu ikatan Perjanjian antara Allah dan Manusia.
Setiap orang yang benar-benar dilahirkan kembali oleh Roh Allah pasti mempunyai kerinduan untuk
dibaptiskan dalam air. Kol. 2:11-12; Yak. 2:18-20.
Hakikat Baptisan Air adalah : bahwa kita mengalami PENGUBURAN TABIAT MANUSIA LAMA,
serta mengalami kebangkitan untuk berjalan dengan Kristus dalam hidup yang baru. Dengan Baptisan Air
seharusnyalah tubuh dosa kita hilang kuasanya sehingga kita tidak lagi menjadi hamba dosa (Roma 6:6).
Baptisan Air menggenapi kehendak Tuhan Yesus, dan seharusnya dilakukan oleh orang percaya (Matius
3:15-17). Melalui Baptisan Air ini, kita berbicara tentang PENGUBURAN dan KEBANGKITAN. Manusia
lama kita hendaklah mengalami "kematian total" , kita menjadi satu dengan Tuhan Yesus dalam kematian-
Nya, dan mengambil bagian dalam kehidupan kebangkitan-Nya (Kolose 2:12).
Ayat-ayat referensi untuk Baptisan Air: Mat. 28:19; 3:15; Mark. 16:15-16; Kis. 2:38;8:36-38;10:47;19:5;22:16;
Gal. 3:27; 1 Pet. 3:27; Rom. 6:3-4.
2. Tuhan Yesus dan Rasul-rasul memerintahkan Baptisan air bagi setiap orang percaya.
26
" ...Siapa yang percaya dan dibaptisan akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan
dihukum" Mark. 16:15-16, Mat. 28:19; Kis. 2:38; 8:36-39
Apabila suatu perintah tidak ditaati; artinya, yang melanggarnya hidup dalam pemberontakan, ada
konsekuensi. Jadi baptisan air adalah perintah Tuhan Yesus, bukan usulan/saran.
Jadi tidak ada baptisan percik, tidak ada ayatnya yang mengatakan dibaptis percik, itu adalah
doktrin yang dibuat oleh gereja, dan tidak ada juga ayat Firman Tuhan yang berkata baptisan bagi
bayi atau anak-anak. Seperti Tuhan Yesus setelah lahir 8 hari maka ayah dan ibunya membawanya
ke Bait Allah (Yerusalem) untuk diberkati dan diserahkan kepada Bapa-Nya. (Luk. 2:21,34). Jadi
baptisan air dilakukan bagi orang yang sudah dewasa dan percaya (Mrk. 16:16) seperti Tuhan Yesus
lakukan, yang sudah mengerti kebenaran Firman Allah.
G. KITA SEBAGAI ORANG KRISTEN APA YANG HARUS KITA LAKUKAN SEKARANG?
1. Jadilah orang Kristen yang menjadikan Alkitab makanan rohani. Yer. 15:16; Yos. 1:8
2. Jadilah seorang yang berdoa/pendoa. Ef. 1:16; Mat. 7:7; Mrk. 1:35; Mrk. 6:46.
3. Beribadah dengan teratur bersama dengan yang lain. Kis. 2:42; Ibr. 10:25
4. Jadilah orang percaya yang dibaptis selam
5. Jadilah orang percaya yang dipenuhi Roh Kudus
6. Jadilah seorang pemberi bukan penerima
7. Jadilah orang percaya yang bersaksi
8. Jadilah orang percaya yang mempunyai iman, pengharapan dan kasih.
27
BAB VIII
KELUARGA YANG KUAT
DALAM PENGAJARAN TENTANG KONSEP KELUARGA
Tujuan pembelajaran :
Siswa SOM dapat memiliki wawasan yang memadai tentang Konsep Keluarga dan menjadikan
Tuhan Yesus Kritus sebagai Juruselamat dan di dalam keluarga.
Metode Pengajaran :
Materi untuk pengajaran tentang Konsep Keluarga disampaikan dengan metode ceramah, diskusi
tanya jawab, ilustrasi, dll
Catatan :
- Pada Akhir pembelajaran, diadakan evaluasi ringan untuk melihat sejauhmana pelajaran dipahami
oleh siswa SOM
- Pada akhir pembelajaran, siswa SOM ditantang untuk membawa keluarga untuk percaya kepada
Tuhan Yesus dan menjadikan Tuhan Yesus sebagai kepala Keluarga.
28
A. ASAL MULA POLA KELUARGA
Pola sebuah keluarga berasal dari Allah. kita dapat melihat hal itu dalam Alkitab.
Pola yang paling jelas dapat kita jumpai dalam Tribut Allah Trinitas; Allah Bapa,
Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Allah memperkenalkan diri-Nya kepada kita
sebagai Bapa dengan menyebut kita sebagai anakNya. Yesus juga mengajarkan kita
berdoa dengan memanggil Allah sebagai Bapa.
Cukup banyak pribadi yang hancur saat ini karena tidak adanya figur bapa
dalam hidup mereka. Dan banyak juga para pria yang frustasi karena tidak berhasil
menjadi bapa yang baik bagi anak-anak mereka, melihat anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak
mereka harapkan, pribadi yang lemah dalam menghadapi tantangan hidup, tetapi cenderung keras, suka
melawan dan memberontak terhadap orang tua. Mengapa banyak bapa yang tidak mampu menjadi bapa
yang baik dan benar? Jawabannya, karena para bapa tidak memiliki pengenalan yang benar akan Bapa di
Sorga.
Kebapaan di mulai di Sorga. Dari Allah-lah kita perlu belajar untuk menjadi orangtua yang baik,
atau lebih spesifik lagi menjadi bapa yang baik dan benar. Hanya Allah yang dapat memampukan kita
menjadi seorang bapa yang dibutuhkan oleh anak-anak dan menjadi suami bagi istri demikian juga
sebaliknya. Sebab Allah-lah Bapa kita yang sejati.
Seorang bapa penuh dengan kasih sayang, yang tetap mengasihi saat melihat anak-anaknya tidak
sempurna. Saat semua orang memberi penolakan seorang bapa menerima dengan pelukan sayang, saat
semua orang mengeluarkan kata-kata hinaan, bapa tidak pernah berhenti memuji. Saat semua orang
menuding dan menghakimi kesalahan, bapa mengoreksi dengan kasih dan membangkitkan semangat
hidup. bapa yang memiliki hati Bapa di Sorga, bapa demikianlah yang Allah kehendaki. Meski tidak
mampu sempurna sepenuhnya, tetapi berusaha untuk menjadi yang terbaik bagi keluarganya dengan
senantiasa bergaul dengan Bapa sebagai sumber segalanya dalam hidupnya.
Lihatlah bagaimana Allah rindu kita mengenal Dia sebagai Bapa, dan bagaimana kehendak Bapa di
Sorga agar kita juga belajar dari Tuhan Yesus untuk menjadi anak dan menjadi seorang Ibu yang lembut
dari Roh Kudus.
Semua itu tidak berasal dari dunia, tetapi dari Kerajaan Sorga. System ini diturunkan di bumi agar
umat manusia dapat menjadi seperti apa yang diharapkan Allah. Meskipun system ini berusaha
dihancurkan iblis, dengan merusak gambar atau figur seorang bapa dalam diri anak-anak, namun Bapa di
Sorga tidak akan tinggal diam. Dia akan menolong setiap keluarga untuk memulihkan dan memberkati
kita. Anak yang terluka akan disembuhkan lewat kasih-Nya yang sempurna, mereka yang kehilangan figur
Bapa akan berjumpa dengan-Nya dan mereka akan dipulihkan.
Berikut kita akan melihat gambaran tentang keluarga dalam Kerajaan Allah melalui peran
Allah Bapa, Allah Roh Kudus, dan Allah Anak.
29
(Yoh 3:1-5; II Kor 6:17-18). Dalam surat-suratnya, Rasul Paulus gemar sekali menyebut ‘Allah, Bapa kita’
(I Kor 1:3;II Kor 1:2; Gal 1:3;Ef 1:2; 3:14-15).
Apabila kita kenali pribadi Allah, akan tampak oleh kita sifat-sifat sejati seorang bapa.
Kasihnya, perhatiannya yang mendalam, upayanya memenuhi segala kebutuhan kita,
perlindungannya, wibawaNya dan keperkasaan-Nya semua itu ada dalam Allah. Sifat –sifat itu pula
yang Allah ingin lihat dalam diri setiap ayah di dunia ini. Bapa surgawi kita merupakan ayah ideal
yang mestinya diteladani ayah-ayah di dunia.
Kata Bapa yang digunakan dalam Alkitab di Perjanjian Lama menggunakan kata ‘Abba’, dalam
defenisi inggris berarti:
- Ayah dari seorang pribadi
- Allah sebagai bapa bagi umatnya
- Kepala atau dasar dari sebuah rumah tangga, kelompok, dan keluarga.
- Nenek moyang
- Pencipta segala sesuatu.
- Penghasil, pembangkit semangat hidup
- Kebajikan dan pemelihara
- Orang yang harus direspek dan dimuliakan
- Pemerintah atau pemimpin
Dan dalam Perjanjian Baru menggunakan kata ‘Pater’ yang berarti :
- Bapa (Allah)
- Nenek moyang (Bapa Leluhur)
- Ayah (Orangtua)
Dilihat dari awal penciptaan bumi beserta dengan isinya, dan dari arti kata yang digunakan
untuk Allah sebagai Bapa, kita dapat menemukan peranan Allah Bapa dalam hidup manusia, yaitu:
- Pencipta (Creator) Kej 1:1 : Creatio ex nihilo(Pencipta dari yang tidak ada menjadi ada)
- Mengasihi dengan kasih yang kekal (Yoh.3:16)
- Memberkati, memelihara, memberi perintah dan otoritas (Leader) Kej 1:28
- Memberi disiplin bagi yang tidak taat (Kel 34:7; Bil 14:18; II Raj 22:19; Tit 2:12; Bil 12: 10)
30
ii) Ciri-ciri seorang Ibu:
a) Ia bertanggung jawab atas keteraturan rumah tangganya.
b) Ia ingin senantiasa dekat anaknya, memperhatikan kesejahteraan si anak.
c) Ia menghibur anaknya.
d) Ia dikatakan mempunyai ciri-ciri burung merpati.
e) Ia berbuah, dalam arti melahirkan anak-anak.
f) Ia adalah hamba seisi rumah tangganya (Ams 31:27).
31
memperlebar Gereja dan menambah jumlah jemaat, sehingga tidak mengindahkan perasaan dari
saudara-saudara kita yang telah bekerja keras merintis gereja. Jangan saling ‘nyerobot’ batas milik
orang lain, tetapi hormatilah mereka, berlakulah santun, jangan saling menjelekkan Gereja, karena
Bapa di Sorga yang empunya gereja akan memperhitungkannya kepada kita kelak.
d) Saling melayani.
Prinsip pelayanan sejati dapat kita pelajari dari Allah kita yang sempurna. Mereka saling
melayani dengan tulus. Yesus melaksanakan kehendak bapa untuk menyelamatkan kita, Bapa
memberi-Nya kekuatan dan perlindungan dalam tugas-Nya dengan pelayanan malaikat-malaikat, juga
Roh Kudus yang senantiasa menghibur, memberi-Nya kuasa dalam kemanusiaan-Nya yang
menjadikan-Nya terbatas selama di bumi, sehingga Yesus kuat dan berhasil menyelasaikan tugas-Nya
sebagai Juruselamat. Mereka saling melayani agar kehendak dan kerinduan hati Allah terwujud. Oleh
sebab itulah prinsip ini diajarkan kepada kita anak-anak Allah. siapa yang melayani, dialah yang
terbesar. Keluarga bukan tempat untuk menguasai tetapi tempat dimana setiap orang belajar saling
melayani.
B. PENGERTIAN KELUARGA
1. Pengertian keluarga secara umum
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata keluarga diartikan sebagai “Sanak saudara; kaum kerabat,
orang seisi rumah, anak istri.”
Dalam Kamus bahasa Inggris kata keluarga diartikan sebagai Pertama : Sekelompok orang yang
sama asal usul keturunannya. Kedua : Sekelompok orang yang tinggal di bawah satu atap dan lazimnya
tunduk pada seorang kepala keluarga. Ketiga : Sekelompok benda yang saling berkaitan karena memiliki
ciri-ciri serta sifat-sifat yang sama. Keempat : Kesatuan dasar pembentuk masyarakat; intinya adalah dua
orang dewasa yang hidup bersama dan bekerja sama memelihara serta mendidik anak-anak kandung
dan angkatnya.
Dalam pandangan umum kata keluarga diartikan sebagai “Keluarga merupakan kelompok
manusia yan memiliki sifat dan tujuan yang sama, baik positif maupun negative”. Contoh: Keluarga
Hamba Tuhan atau keluarga Preman.
2. Pengertian keluarga dalam Alkitab Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama kata yang sering diterjemahkan sebagai keluarga yang dipakai adalah
‘Bayith’, yang dalam bahasa Inggris berarti : Keluarga, Rumah, Asal, bagian, bangunan, Bait Allah,
Tempat, Rumah dimana keluarga berkumpul dan merasa terikat, Rumah tangga, Urusan rumah tangga,
Bagian dalam (batin).
Kata yang lebih luas dari ‘Bayit’ adalah ‘Misypakha’ (Kaum). Dan kata yang paling tinggi adalah
‘Syebet’ (Suku).
Keluarga dalam PL memiliki struktur yang teratur dan digambarkan seperti kerucut, dimana
Syebet yang berarti tongkat yang menunjuk pada bapa leluhur pendiri dari suku tertentu, berada di
puncak kerucut, kemudian Misypakha berada di bawahnya dan dilanjutkan Bayit yang berada di dasar
kerucut tersebut. System keluarga ini dapat dilihat dalam Yosua 7:16-18, tentang pencarian Akhan, yang
dimulai dari Suku, Kaum dan Keluarga.
3. Pengertian keluarga dalam Alkitab Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru, Kata untuk Keluarga yang paling sering digunakan dalam Perjanjian Baru
adalah “Oikos”. Kata ini berarti : Rumah tangga, Tabernakel, Istana, Keluarga Allah, Satu keturunan.
Dan istilah yang paling mendekati untuk keluarga adalah ‘Therapeia’ yang mengandung pengertian :
Melayani, Memelihara, Memberi perhatian, Menyembuhkan. Mat 24:45; Luk 12:42.
Konsep keluarga yang sesuai dengan firman Tuhan adalah saling melayani, saling memelihara,
saling memberi perhatian, dan saling menyembuhkan. Mat 24:45; Luk 12:42.
32
Allah yang terbesar adalah pemulihan keluarga. Keserupaan dengan Allah akan menjadikan kita
mengenal apa yang Allah pikirkan tentang keluarga. Apa yang dirindukan-Nya, cara-cara apa yang
dikehendaki-Nya agar kita memiliki keluarga yang sesuai dengan harapan-Nya. Karena keluarga juga
adalah lambang dari harga diri Allah. Artinya, melalui keluarga Kristen, dunia dapat mengenal Allah
dan pola hati Allah.
Pemulihan gambar Allah dalam diri manusia memampukan seseorang untuk membina keluarga
sesuai dengan kehendak Allah, dan akibatnya mereka akan memperoleh kebahagiaan. Lihatlah
sekarang ini kita menemukan begitu banyak buku-buku yang membahas tentang keluarga, yang ditulis
oleh anak-anak Tuhan yang telah dipulihkan Tuhan, sehingga apa yang mereka pelajari dari Firman
Allah tentang keluarga, yang kemudian mereka bukukan, menjadi berkat bagi begitu banyak orang.
Mungkin saja cara pandang dan pengupasan manusia berbeda-beda, tetapi semuanya jika dipadukan,
menjadi satu paket pengajaran yang lengkap dan berdampak luar biasa bagi pemulihan keluarga.
Demikianlah manusia, yang telah dipulihkan akan menjadi pribadi yang berbeda dari keadaan
manusia di dunia pada umumnya. Perbedaan yang lahir karena perubahan pola pikir manusiawi kita,
untuk semakin serupa dengan Bapa di Sorga, sehingga kita dapat melakukan sesuatu yang
mengubahkan dunia yang cemar dengan pemikiran Allah yang kudus, yang ada di dalam kita. Seperti
apa yang difirmankan Tuhan, ‘Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah
oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang
baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.’ (Roma 12:2).
Jadi keluarga yang memiliki gambar Allah sebagai pribadi dapat dilihat dari sikap atau
pemikiran anggota keluarganya, yang senantiasa berpusat pada Allah. Apa yang menjadi pemikiran
Allah atau cara pandang Allah, keinginan atau kerinduan-Nya serta perasaan-Nya, itulah yang
berusaha mereka capai. Bukannya menjadi serupa dengan dunia ini. Hanya dosa, yang menjadi
penyebab ketidak mampuan kita mengerti secara sempurna tentang semua itu. Oleh sebab itu kita
harus dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah yang dibenarkan, sehingga gambar dan rupa Allah
dapat dibaharui kembali dalam hidup kita.
b. Gambar Moral (Kebenaran, kekudusan, pengetahuan yang benar)
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang bermoral, makhluk yang mengerti tentang
etika dan sopan santun. Moral yang ditetapkan Allah dalam hidup manusia adalah ’sifat turunan’ dari
diriNya sendiri, karena kita adalah gambar dan rupa Allah. Kebenaran dan kekudusan membuat
manusia dapat berhubungan senantiasa dengan Allah, pengetahuan yang benar memastikan manusia
tidak akan tersesat untuk mengenal dan menyembah Allah yang benar. Manusia yang senantiasa
bergaul dengan Allah, dan mengenal Allah yang benar, dapat dipastikan akan menjadi pribadi yang
kuat untuk melaksanakan rencana Allah di bumi. Inilah yang sebenarnya Allah kehendaki dari kita,
anak-anak-Nya, terutama dalam hal membina rumah tangga.
Dengan gambaran moral dari Allah, manusia dapat menjadi pribadi yang berbahagia karena
dengan hidup dalam kebenaran ia akan tetap ada dalam kehendak Allah, menjaga dirinya dan
keluarganya untuk tidak melakukan sesuatu yang jahat, baik kepada diri sendiri maupun kepada
orang lain. Orang yang hidup dalam kebenaran tidak akan dengan sengaja menyakiti orang lain,
apalagi anggota keluarga sendiri (istri, dan anak-anak). Selanjutnya, bagi Orang yang hidup dalam
kekudusan tidak akan menyimpan sesuatu yang kotor di dalam hatinya, tidak akan melakukan
perkara-perkara yang ‘gelap’ saat ia berada sendirian, sehingga ia dapat terhindar dari jerat iblis
tentang perzinahan baik jasmani maupun rohani, terhindar dari dosa-dosa lainnya yang membawa
kejatuhan. Hasilnya, ia akan menikmati berkat dan pengalaman indah bersama Tuhan. Dan dengan
pengetahuan yang benar dari Allah, manusia tidak akan berpikir atau bertindak menurut apa yang
benar menurut dunia, orang lain atau dirinya sendiri, melainkan apa yang benar menurut Allah.
Dosa menyebabkan moral manusia menjadi rusak. Kecenderungan hatinya adalah melakukan
kejahatan, dunia tidak suka dengan kekudusan melainkan kecemaran, dan dosa juga yang
menyebabkan begitu banyak terjadi penyesatan di dunia ini. Semua itu dapat dilihat dalam lembaga
terkecil di dunia, yaitu keluarga. Masing-masing keluarga memiliki falsafah sendiri, dan setiap falsafah
disusun oleh pemikiran manusia. Tanpa Allah, falsafah tersebut akan membawa anggota keluarga
kepada kesesatan yang berujung pada maut. Di sinilah kita dapat melihat betapa pentingnya
kehidupan yang bermoral itu, tentu saja yang kami maksudkan bukanlah moral yang ditetapkan
dunia, tetapi dari standar Allah. Dari sini dapat dilihat bahwa keluarga yang memiliki moral ilahi akan
menjadi pribadi yang hidup dalam kebenaran, kekudusan dan terhindar dari praktek-praktek
kehidupan yang menyesatkan.
c. Gambar Sosial
Allah adalah pribadi yang selalu berinteraksi/relationship. Itulah sebabnya Allah Bapa di Sorga
melihat tidak baik jika manusia itu seorang diri saja. ‘tidak baik’ menurut Allah adalah sebuah masalah
yang sangat serius bagi kehidupan manusia. Artinya, hal kesendirian tidak boleh terjadi dalam hidup
ini. Manusia tidak bisa hidup sendirian, sebab memang dengan cara demikianlah manusia diciptakan.
33
Gambar sosial dari Allah menjadikan kita selalu membutuhkan orang lain. Saat Adam diciptakan
seorang diri, Allah melihat sesuatu yang kurang sempurna dalam hidup ini, dan Hawa adalah
pelengkap agar kesempurnaan itu terjadi. Adam menyambut kehadiran Hawa dengan sukacita dan
bangga sambil mengatakan, ‘inilah dia tulang dari tulangku, dan daging dari dagingku’.
Dapat dibayangkan betapa indahnya kehidupan keluarga pertama di bumi ini. mereka hidup
dalam kesatuan karena mereka merasa sangat tidak nyaman sebuah kesendirian. Gambar sosial dari
Allah juga menjadikan Adam dan Hawa sepenuhnya percaya satu dengan lain, memiliki pandangan
yang positif tentang Allah dan ciptaan lainnya, termasuk pasangannya. Gambar sosial dari Allah tidak
hanya membuat mereka tidak bisa hidup sendirian, melainkan juga mengusahakan terjaganya
hubungan sosial ini dengan baik. Tidak ada sikap saling menyakiti, merugikan, egosisme dan sisi
negative yang sering kita jumpai dalam sebuah hubungan di dunia sekarang ini. Sebelum ada dosa,
hubungan pernikahan diwarnai dengan sutu hubungan timbal balik yang harmonis, antara sesama
manusia, maupun dengan ciptaan yang lain.
d. Makhluk rohani yang memiliki hubungan dengan Allah
Kita adalah makhluk rohani yang tinggal dalam tubuh jasmani. Sebelum kejatuhan manusia
dalam dosa, manusia memiliki suatu karakter sebagai mahkluk rohani yang digambarkan dengan
sebuah kecenderungan untuk melakukan kehendak Allah. Meskipun diperlengkapi dengan kehendak
bebas, manusia rohani memiliki kualitas istimewa dalam mengerti kehendak Allah dan melakukannya
setiap hari.
Kejatuhan manusia dalam dosa dikarenakan manusia pertama membiarkan kehendak bebas
mereka memegang kendali dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kelemahan manusiawi
mereka. Ini sebuah pelajaran berharga bagi kita, saat kita berhadapan dengan suatu tawaran untuk
melanggar kehendak Allah, atau dosa, jangan libatkan kehendak bebas untuk turut campur tangan
mengambil keputusan ‘boleh atau tidak’ melakukannya, melainkan aktifkan kehidupan rohani kita,
yaitu hubungan langsung dengan Allah, yang berarti kita mohon anugerah-Nya untuk menolak dosa
dan tetap hidup dalam kebenaran.
Dalam hidup kekristenan, kehidupan rohani memegang peranan yang terpenting. Banyak
masalah, luka hati bahkan akar-pahit yang terjadi dalam hidup ini, diakibatkan manusia tidak
berusaha hidup sesuai kehendak Allah. dosa membuat manusia sangat sukar melakukan semua itu,
dosa membuat manusia hidup dalam kejahatan, mementingkan masalah duniawi, yaitu kekayaan,
kehormatan, hawa nafsu, kesenangan, daripada hal-hal yang rohani, kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikkan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Tanpa dosa,
dapat kita bayangkan betapa indahnya kehidupan ini. suami istri yang hidup dalam kehendak Allah
akan sama-sama saling membahagiakan, sebagai wujud dari penyembahan mereka kepada Allah.
34
menikmati berkat yang demikian, jika kita percaya kepada Tuhan di dalam Tuhan Yesus Kristus,
kepada firman-Nya dan janji-janji-Nya, maka berkat itu menjadi bagian bagi kita dan keluarga kita.
f. Kekal
Perpisahan itu tidak mudah dan cenderung menyakitkan. Kematian untuk pandangan manusia
secara umum adalah hal yang menakutkan. Bagi orang percaya, kematian adalah awal dari suatu
kehidupan yang sesungguhnya, sebab hanya lewat kematianlah kita dapat berjumpa dengan Bapa di
sorga dan menikmati kehidupan yang kekal. Namun sebenarnya, manusia diciptakan immortal (kekal).
Tanpa kematian, tanpa perpisahan, tanpa kesedihan karena harus ditinggalkan, itulah mungkin
gambaran yang dapat kami berikan tentang immortal ini. Sekali lagi dosa-lah yang menyebabkan
manusia harus mengalami kematian, sebab upah dosa adalah maut.
Saudara dapat membayangkan betapa indahnya hidup bersama dengan orang-orang yang kita
kasihi dan juga mengasihi kita selama-lamanya, tanpa kuatir akan penyakit, musibah bencana alam,
kekacauan, perang, kecelakaan, atau yang lainnya yang dapat menyebabkan kita kehilangan mereka
dalam dunia ini. semuanya akan seperti kisah dongeng cerita anak-anak tentang sepasang kekasih
yang saling mencintai, yang pada akhirnya mereka disebut ‘akan hidup bahagia selama-lamanya’. Oleh
sebab itu, jika Anda memiliki orang-orang yang sangat Anda kasihi namun belum mengenal Yesus
sungguh-sungguh, maka selagi masih ada waktu, berdoalah dan lakukanlah sesuatu untuk membawa
mereka kepada keselamatan. Di dunia ini mungkin Anda tetap bisa melihat mereka, bersama mereka,
padahal semua yang di dunia ini fana dan akan segera berlalu. Sesungguhnya kelak ketika di sorga
nanti, kita akan kehilangan mereka selama-lamanya!
Meski dosa membawa manusia harus mengalami kematian, tetapi di dalam Yesus hidup yang
kekal itu masih ada, dan pasti. Jika dulu pada awalnya kekekalan diperuntukkan bagi semua manusia,
tetapi karena kejatuhan manusia pertama dalam dosa, keselamatan kekal hanya diperuntukkan bagi
mereka yang percaya dan menghargai karya pengorbanan Yesus di kayu Salib, yang akan memperoleh
keselamatan itu. Dan tugas penginjilan itu tidak dimulai di Gereja, tetapi di dalam rumah, di dalam
sebuah keluarga. Itu sebabnya betapa pentingnya sebuah rumah tangga harus dibangun oleh pasangan
yang telah diselamatkan sehingga keselamatan itu dapat menjadi bagian bagi generasi selanjutnya.
Untuk beberapa kasus, bagi Anda yang masih memiliki anggota keluarga yang belum diselamatkan,
tugas kita adalah memberitakan kebenaran ini kepada mereka, rasul Paulus-pun menasihatkan kita
untuk menjadi suratan Kristus yang terbuka, artinya menjadikan hidup ini kesaksian untuk membawa
orang-orang kepada Kristus. Sebab hidup berbicara lebih kuat dari pada sebuah perkataan, dan hidup
itu adalah juga sebuah kotbah yang berkuasa.
35
Dosa juga menyebabkan orang sukar menyatakan dengan terbuka apa yang menjadi
keinginannya, sehingga jika ia merasa ada yang kurang dipenuhi dalam hidupnya, ia cenderung
mengambil jalan lain dari pada ‘mengemukakan kebutuhan dan pendapatnya’. Misalnya, ia lebih
memilih selingkuh, daripada harus jujur bahwa pasangannya kurang melayaninya dengan baik,
karena menurut anggapannya biar dari semua itu pasangannya ‘ngaca’ dan berbenah diri.
Sayangnya, cara-cara demikian dapat dibenarkan untuk beberapa kasus, padahal itu dosa dan
sangat ditentang Allah, Sang Perencana keluarga ini.
Dosa mengakibatkan manusia merasa gagal dan tidak berpengharapan, dikejar rasa bersalah
yang berkepanjangan, intimidasi yang tiada henti, sehingga di zaman sekarang yang komplit
dengan masalah, banyak terjadi kasus stress, depresi, bahkan bunuh diri. Hidup manusia telah
tercemar, sehingga sangat sukar untuk memilah mana yang benar dan mana yang salah. Semua
orang merasa dirinya benar dan menyatakan yang lain salah, di saat yang lain tidak dapat
menerimanya, maka dapat terjadi konflik yang berakibat kekacuauan, panas hati bahkan
menimbulkan akar yang pahit.
Dosa menyebabkan banyak masalah, termasuk dalam keluarga. Suami istri yang belum
dipulihkan akan saling membenarkan diri, hidup dalam kehampaan dan merasa gagal jika
pasangannya tidak menghargainya atau memperhatikannya. Senantiasa menuntut tanpa
kemampuan untuk melayani. Sebaliknya, bagi yang telah lahir baru atau mengenal Tuhan sungguh-
sungguh, mereka akan belajar mengasihi dan melayani serta membahagiakan antara satu dengan
yang lain. Mereka mampu bersikap terbuka, tampil apa adanya, meminta maaf jika bersalah,
berterus terang tentang keterbatasannya tanpa takut akan ditinggalkan atau kurang dihargai lagi.
b) Kehilangan hubungan dengan Allah.
Dosa secara otomatis menjadikan manusia terpisah dari hubungan yang harmonis dengan
Allah. kehilangan ‘kontak’ dengan Allah menyebabkan manusia sukar mengerti kehendak Allah
dan kemampuan untuk melakukannya dalam dunia ini. Kehilangan hubungan dengan Allah juga
menjadikan manusia sangat rentan terhadap serangan dan tipu muslihat iblis, yang membawa
manusia kepada kegagalan dan kehancuran. Kehilangan hubungan dengan Allah juga membuat
manusia menjadi budak dosa yang senantiasa menuntut untuk segera dipenuhi keinginan hawa
nafsunya, sehingga hidup manusia jauh dari sukacita dan damai sejahtera. Hidup dalam
kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan, kemarahan, kebencian, kecurigaan, dan semua yang buruk.
Dalam dunia ini, iblis memegang kendali untuk membawa kehancuran, dan korbannya
adalah mereka yang tidak sungguh-sungguh mengenal Allah. Pengenalan akan Allah membawa
kekuatan, kelepasan dan kemenangan dalam setia persoalan sebaliknya tanpa pengenalan akan
Allah manusia akan mengalami kebinasaan. Hos 4:6. iblis membuat hati manusia keras, sehingga
manusia menjadi picik dan merasa tidak memerlukan Allah yang punya banyak aturan, sebab
manusia sangat suka dengan kebebasan.
Hubungan dengan Allah berpengaruh sepenuhnya dalam hubungan manusia satu dengan
yang lain. Amsal 16:7. Bukan hanya pasangan, tetapi musuh kitapun dapat diperdamaikan Tuhan
dengan kita. Jikalau kita memiliki hubungan yang baik dengan Allah Bapa disorga, Tuhan akan
memberi kita kekuatan untuk hidup dalam pengampunan. Dari sini kita dapat memperoleh
pelajaran bahwa banyaknya konflik berkepanjangan disebabkan oleh orang-orang yang tidak
mengenal Allah dengan benar. Dan dari diri kita-lah semua itu harus dimulai, dari keluarga kita,
dari gereja hingga dampaknya ‘shallom’ itu benar-benar dirasakan oleh masyarakat dan bangsa kita
ini.
Jika kita mengenal Allah, kita tentu ingat apa yang diajarkan pada kita dalam firman-Nya,
“Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua
orang!” Rm 12:18 dan, “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan,
sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” Ibr. 12:14. hidup damai beriringan
dengan kekudusan dimana dengan itu kita dapat berjumpa dengan Tuhan dalam hidup ini, bahkan
di tengah msalah sekalipun. Satu-satunya yang menjadi penghalang bagi kita untuk melihat Tuhan
dan mengalami kuasaNya adalah dosa.oleh sebab itu, jangan biarkan dosa berdiam dalam hidup ini
apalagi sambil ‘menjalar’ seperti penyakit kanker, karena ia tidak hanya dapat memutuskan
hubungankita dengan yang lain, tetapi juga hubungan kita dengan Allah, sumber kehidupan,
penghiburan, berkat dan kemenangan kita yang sejati.
c) Kerusakan dari keadaan manusia.
Kerusakan ini menyebabkan berbagai macam penyakit, baik fisik maupun rohani. Penyakit
inipun sangat berpengaruh pada kebahagiaan sebuah rumah tangga. Kebahagiaan sejati tentu tidak
terpenuhi jika mengetahui dirinya, atau anggota keluarganya, orang yang begitu dikasihinya, sakit.
Kebahagiaan juga tidak tercapai jika pertumbuhan rohani terganggu, keluarga dipimpin oleh
pasangan yang masih belum bertumbuh secara rohani, bahkan mungkin ada yang sedang ‘sakit’
rohani, dengan kata lain, menyimpan amarah, dendam, sakit hati, kepahitan, karena tidak mampu
36
hidup dalam pengampunan. ini semua tidak akan membuat seseorang bertumbuh secara rohani,
dan keluarga yang demikian tidak akan menikmati pengenalan dan pemakaian Tuhan yang luar
biasa, padahal Allah Bapa di sorga sangat rindu memakai kita dan keluarga kita bagi perluasan
Kerajaan-Nya di bumi ini.
Kerusakan ini terjadi karena dosa. Akibatnya manusia tidak dapat menikmati sepenuhnya
berkat-berkat yang disediakan Allah bagi kita. Meskipun demikian, dalam beberapa kasus, penyakit
fisik tertentu memiliki tujuan yang baik, misalnya agar mujizat dinyatakan dan nama Tuhan
dipermuliakan. Ada juga penyakit yang disebabkan kesalahan manusiawi, di mana melalui
perkembangan IPTEK dan Sains telah menemukan cara-cara menjaga kesehatan, namun manusia
yang cenderung ingin hidup semaunya, tidak memperhatikan peringatan-peringatan itu, padahal
itu juga sarana yang dapat Allah gunakan untuk berbicara kepada kita tentang bagaimana menjaga
tubuh ini dengan baik, sebab tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Dosa merusak dunia ini, termasuk
diri kita. Oleh sebab itu, kita harus menjaga tubuh ini sebaik-baiknya, dan senatiasa meminta
perlindungan Darah Anak Domba menutup bungkus kita setiap saat, agar apa yang kita makan,
minum dan pakai tidak dinajiskan iblis dan membuat kita sakit.
Jadi keluarga yang masih hidup dalam dosa, membuka celah bagi setiap penyakit untuk
datang dan menyerang anggota keluarganya. Meskipun demikian, tidak semua penyakit selalu
akibat dosa pribadi kita. Nasihat kami, jika Anda sedang sakit, atau memiliki anggota keluarga yang
sakit, segeralah menyelidikinya. Jika karena dosa, segeralah bertobat. Tuhan pasti akan
mengampuni kita, memulihkan keadaan kita dan menyembuhkan semua penyakit kita. Jika karena
Anda ternyata terlalu forsir tenaga melewati batas kekuatan fisik, juga tidak menjaga konsumsi
makanan atau minuman Anda, melanggar pantangan padahal Anda mengidap penyakit khusus,
untuk inipun Anda harus bertobat. Kemudian kembali pada pola hidup yang benar. Yang terakhir,
jika Anda telah berusaha hidup sesuai dengan Allah, tidak melanggar hukum tubuh, namun selama
ini penyakit Anda atau anggota keluarga yang Anda kasihi belum juga pulih, untuk hal ini
berdoalah, minta kekuatan dan anugerah Tuhan, kemungkinan besar Tuhan punya rencana besar
dalam keluarga Anda. Tetap setia mengasihi Tuhan, sesungguhnya apa yang seseorang tanggung
tidak akan melebihi kekuatannya. ‘Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-
pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak
akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan
memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya’ I Kor 10:13. Rasul
Paulus juga pernah sakit, dan ia bergumul agar penyakinya sembuh, dan berdoa kepada Tuhan,
tetapi Tuhan berkata; ‘Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab
justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah
atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.’ II Kor 12:9
d) Mengalami kematian rohani dan jasmani.
Dosa bukan hanya menjadikan pertumbuhan rohani kita terganggu tetapi akibat dosa
manusia dapat mengalami kematian rohani dan jasmani. Kematian rohani terjadi saat manusia tidak
memiliki hubungan dengan Allah, tidak mengenal Allah atau karena murtad. Jika kematian jasmani
masih dapat mempertemukan kita dengan Allah dan memperoleh hidup yang kekal, kematian
rohani tidak. Jika selama di dunia ini manusia tidak mengalami pembaharuan atau pemulihan
dalam rohnya untuk mengenal Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus, maka ia tidak akan
memperoleh hidup yang kekal, dengan kata lain mati untuk selama-lamanya.
Apa yang dari roh adalah roh. Dan kita berasal dari Allah Bapa yang Roh ada-Nya, maka
hendaknya kita juga hidup oleh Roh. Sekali lagi, buah Roh adalah kehidupan dan buah daging
adalah kebinasaan. Keluarga yang hidup oleh Roh akan melahirkan buah atau kehidupan yang
dapat dinikmati orang-orang yang ada di sekitarnya, oleh suami atau istrinya, oleh anak-anaknya,
oleh pembantunya, oleh sopirnya, oleh tetangganya hingga seluruh keluarga besarnya, dan mereka
semua akan dibawa untuk bertumbuh di dalam Kristus sebab sudah ada contoh yang hidup.
Berbeda dengan yang hidup oleh daging, dimanapun ia berada tidak dapat menjadi berkat, oleh
pasangannya ia tidak di hormati, oleh anak-anaknya juga demikian, apalagi oleh orang-orang yang
ada di sekitarnya. Dalam kondisi demikian, bagaimana mungkin Nama Tuhan dapat
dipermuliakan? Saudara-saudara yang terkasih, pelajaran ini memberikan makna kepada kita
betapa sulit dan jahatnya hidup karena dosa, tetapi di dalam Yesus kita telah dibenarkan, dosa kita
telah dihapuskan, dan kita telah di beri Kasih Karunia untuk dapat sesuai dengan kehendak Allah,
dan menjadi berkat bagi banyak orang. Oleh sebab itu hiduplah dalam kehendak Allah setiap hari,
agar meskipun upah dosa adalah maut, dan kematian fisik adalah jalan yang harus kita jalani, tetapi
kita tidak mengalami kematian rohani yang memisahkan kita selama-lamanya dengan Allah yang
Maha Baik itu.
37
Dosa menyebabkan Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden. Taman Eden adalah lambang
dari berkat dan hadirat Allah. dosa menyebabkan manusia tidak lagi mengalami ‘Taman Eden’,
padahal itu semua disediakan Allah bagi manusia.
Keluarga yang belum dipulihkan di dalam Yesus, tidak akan menikmati berkat ‘Eden’ itu.
Mencari berkat dengan bersusah payah, dan keluar dari Hadirat Allah. hadirat Allah adalah tempat
kehadiran Allah, di mana di dalam Hadirat-Nya kita dapat menikmati kehadiran-Nya dalam hidup
ini. kehadiran Allah membawa pemulihan, damai sejahtera, sukacita, kekuatan, mujizat, berkat-
berkat, dan kemenangan dari setiap peperangan yang harus kita jalani. Dosa membuat manusia
berubah tempat tinggal; dari tempat tinggal yang indah, nyaman, kaya, dan manusia menjadi
pengusahanya, menuju bumi dengan tanah yang telah terkutuk akibat dosa, dan manusia harus
mencari sendiri apa yang menjadi makanan, minuman atau pakaiannya.
Jika kita ingin menikmati berkat Eden, kita harus bertobat sungguh-sungguh, karena semua
manusia dilahirkan dalam dosa, dosa yang diwariskan Adam dan Hawa itu. Dosa warisan ini
menjadi pemicu dari terjadinya dosa-dosa lain yang dilakukan oleh setiap generasi. Bertobat dan
memberi diri sepenuh dalam pimpinan Bapa Sorgawi akan mengantarkan setiap pribadi dan
keluarga kepada rencana Allah yang besar dan ajaib bagi kita.
f) Kutuk
Selain kerusakan dan kematian, dosa juga menyebabkan kutuk. Manusia yang diciptakan
Allah dengan luar biasa harus mengalami hal-hal yang buruk karena tanah bumi ini telah terkutuk.
Ulangan 28:15-46, menyatakan berbagai macam kutuk yang dapat dialami seseorang jika tidak
mendengarkan apa yang Tuhan perintahkan, atau berbuat dosa. Semua kutuk itu tidak baik dan
mengikat, tetapi di dalam Yesus kutuk dosa sudah dipatahkan. Kutuk apa saja yang pernah
diberikan kepada kita atau kepada keluarga kita, jika kita mau hidup sunguuh-sungguh bersama
Yesus, kita dapat dibebaskan dari semua kutuk itu.
Bukankah kita lihat banyak contoh keluarga yang masih hidup di bawah kutuk? Misalnya,
kutuk sakit penyakit, kutuk hutang, kutuk maut, kutuk kegagalan berumah tangga, kutuk gagal
bekerja, dan lain-lain. Mereka yang terikat kutuk begitu menderita, tidak tahu harus berbuat apa,
sebab mereka belum mengerti kebenaran ini. Jika kita percaya kepada Tuhan sungguh-sungguh kita
mempunyai otoritas untuk mematahkan setiap kutuk itu di dalam Nama Tuhan Yesus, sebab Nama
Yesus sangat berkuasa. Rumah tangga yang telah berkomitmen untuk menjadikan Tuhan Yesus
sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamatnya juga memiliki otoritas ini, sehingga hidup
pernikahan mereka dipulihkan dan diberkati dari hari ke hari, juga melahirkan generasi-generasi
yang diberkati Tuhan.
D. KEADAAN MANUSIA DAN KELUARGA YANG BERDOSA;
1. Dalam hubungannya dengan Allah
a) Tidak layak di dalam hadirat Allah.
Setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka bersembunyi dari hadirat Allah, karena
mereka tidak layak di dalam hadirat Allah. Kej 3:8. dan juga karena dosa manusia, manusia diusir
dari Taman Eden yang menggambarkan hadirat Allah. Kej 3:23. Allah adalah kudus, sehingga
manusia berdosa tidak layak masuk hadiratNya. Karena kekudusan Allah membuat Dia tidak dapat
berhubungan dengan manusia berdosa.
b) Tidak mampu melakukan kehendak Allah.
Setiap orang berdosa adalah hamba dosa. Yoh 8:34. Oleh karena itu manusia berdosa yang
menjadi hamba dosa tidak mampu melakukan kehendak Allah dengan benar. Rm 7:19, 20.
c) Tidak peka terhadap Firman Allah
Allah berbicara kepada manusia melalui alam semesta, para nabi dan mencapai kepenuhannya
di dalam Yesus Kristus. Tetapi karena orang berdosa tidak peka terhadap Firman Allah, maka dia
tidak perduli terhadap firman-Nya. Rm 1:18-23; Ibr 1:1-4.
38
Manusia itu ingin bebas dan tercemar dengan dosa, sangat menentang peraturan. Tidak mau
tunduk kepada otoritas dan suka ‘nyerobot’ batas kerja orang lain. Dalam keluarga, para istri yang
tidak mau tunduk terhadap suaminya, suami yang tidak menghargai istrinya, anak-anak yang juga
tidak menghormati orangtuanya, adalah ciri dari orang berdosa. Dalam pekerjaan, seorang atasan
yang egois dan ambisius, seorang bawahan atau junior yang tidak menghargai atasan atau
seniornya, sehingga dengan sekehendak hatinya ‘menggusur’ kedudukan rekan mereka dengan
caranya yang tidak terpuji. Ini juga akibat dosa.
d) Pertentangan dengan orang lain.
Dosa juga menyebabkan perselisihan atau pertentangan dengan orang lain. Konflik dalam
sebuah keluarga adalah hal yang wajar, jika masing-masing pihak mau berusaha untuk mencari
solusi yang terbaik dan memutuskan tetap bersama, memperbaharui cinta aksih mereka dengan
menjadi pasangan yang lebih baik atau tepat bagi pasangannya.
Tetapi dosa yang memerintah dalam hidup seseorang, akan menjadikan orang tersebut sangat
suka mencari-cari masalah dan menimbulkan pertengkaran. Amsal menyebut orang yang demikian
adalah orang bebal, yang seakan-akan meminta pukulan dipunggungnya dengan mulutnya, “Bibir
orang bebal menimbulkan perbantahan, dan mulutnya berseru meminta pukulan”. Amsal 18:6. Di
mana ia berada selalu ada masalah, selalu ada keributan, selalu ada yang mau marah-marah. Jelas
ini bukan anak Allah Bapa, karena hanya orang-orang yang membawa damai yang akan disebut
anak-anak Allah. Mat 5:9.
e) Tidak mampu mengasihi orang lain.
Dosa mengakibatkan manusia tidak mapu mengasihi orang lain, hanya sibuk dengan urusannya
sendiri. Menjadi orang yang egois adalah tabiatnya, watak orang-orang dunia ini.
Suami tidak mampu mengasihi istrinya, demikian juga sebaliknya, yang ada justru saling
menyakiti, saling menyalahkan dan membenarkan diri. Kembalilah kepada Allah, dan kita akan
memiliki tabiat Allah yang penuh kasih. Kita akan sanggup mengasihi semua orang, bahkan yang
merugikan atau menyakiti kita sekalipun. Dan dengan dasar kasih inilah sebuah rumah tangga atau
pernikahan dapat berdiri teguh.
39
dan apa yang terjadi di tengah-tengah dunia ini. Dan tentu saja rencana dan cara pandang Allah selalu
membawa kehidupan yang sempurna bagi kita.
Firman Allah menyatakan bahwa keintiman itu terjadi saat manusia masih dalam keadaan sangat
baik sebelum jatuh dalam dosa, dan perintah untuk beranak cucu diberikan sebagai bukti dari hal
tersebut. (Kej 1:28). Karena buah keintiman dalam sebuah keluarga adalah lahirnya keturunan. Keintiman
ini indah dan kudus, dan itulah salah satu karunia yang Tuhan berikan bagi pria dan wanita yang
menikah.
Iblis berusaha merusak pandangan-pandangan tersebut, termasuk pandangan Allah terhadap
keintiman. Keintiman dari pandangan dunia tidak disertai dengan kekudusan, karena penguasa dunia ini
memiliki sifat cemar. keadaan orang-orang yang hidup pada zaman Nuh, pada zaman raja-raja Israel, dan
hingga hari ini, menunjukkan bagaimana kondisi kehidupan manusia yang rusak akibat memiliki
pandangan yang salah dalam hal keintiman.
Beberapa hal yang merupakan pandangan dunia terhadap keintiman:
i. Keintiman selalu berarti perilaku sexual
ii. Keintiman sexual boleh dilakukan di luar pernikahan
iii. Keintiman sexual dalam hal ini boleh diterapkan kepada siapa saja, asal dasar suka sama suka
iv. Keintiman sexual boleh dilakukan kepada sesama jenis jika sudah kodratnya demikian, dll.
2) Keluarga tidak lagi diwarnai keintiman
Coba kita lihat kisah kejatuhan manusia pertama dalam dosa, hal pertama yang terjadi adalah
kurangnya kepercayaan dan sebagai akibatnya adalah sikap saling menyalahkan antara satu dengan yang
lain. Di sinilah awalnya manusia berani menyalahkan Tuhan atas kesalahan yang diperbuatnya. Dan
sejarah dimana manusia saling membenarkan diri dengan menyalahkan yang lain.
Keintiman dimulai dari sebuah komunikasi yang baik, hubungan yang diwarnai sikap saling
mengasihi dan saling mempercayai. Dan Dosa merusak keintiman tersebut dalam sebuah keluarga.
Keluarga merupakan lembaga yang Allah sah-kan untuk mempraktekan hubungan dengan kualitas intim.
Namun dosa menyebabkan para suami tidak lagi mengasihi istrinya dengan cara yang Allah kehendaki.
Demikian juga istri terhadap suami, yang akhirnya berakibat buruk pada anak-anak. Mereka tumbuh
menjadi pribadi yang dingin, tidak bersahabat dan menimbulkan kekacauan di tengah lingkungannya
dan di masyarakat.
Keintiman dipandang sebagai hal yang ‘tidak terlalu penting’ lagi dalam hubungan keluarga, baik
dalam hubungan suami istri maupun hubungan orang tua dan anak. Masing-masing anggota keluarga
sangat jarang menyatakan kasihnya, baik melalui kata-kata apalagi dengan perbuatan. Yang berbahaya
adalah adakalanya suami atau istri merasa lebih dekat, cocok, dan intim dengan ‘yang lain’ dari pada
dengan pasangan sendiri, atau daripada dengan keluarga sendiri. Adakalanya juga anak-anak merasa
terasing di rumah sendiri dan merasa ‘nyaman’ berada di rumah orang, lingkungan liar yang bukan
keluarganya. Mengapa demikian? Karena rumah mereka, keluarga mereka sangat tidak terbiasa, atau
tidak menganggap penting hubungan yang intim, dekat, yang membuat masing-masing merasa ‘satu
bagian’ dan ‘lengket’ dengan yang lain. Jika hal ini tidak ada di rumah, jangan heran jika akhirnya
keluarga kita akan menerima dan menerapkan pengertian dari dunia tentang keintiman, pengertian salah
dan menyesatkan, yang akhirnya membinasakan.
Dosa menyebabkan banyak kesukaran dan berujung pada maut. Tetapi syukur kepada Allah kita
yang luar biasa baik. Dengan pengorbanan Yesus di kayu salib, Ia telah mematahkan kutuk dosa dan
menjadikan kita yang percaya kepadaNya menjadi orang-orang merdeka dari perbudakan dosa. Hidup
kita diubahkan, dari keinginan melakukan dosa menjadi kerinduan untuk menyenangkan hati Allah.
dosa-dosa kita semua telah diampuni, kita dibenarkan dengan darahNya dan kasih sayangNya
memulihkan kita. Meski kita memiliki masa lalu dan latar belakang keluarga yang tidak baik bahkan
suram, di dalam Yesus kita diubahkan. Kutuk dosa, kutuk keturunan, sumpah serapah yang pernah
dilontarkan kepada kita dan keluarga kita telah diputuskan di dalam nama Tuhan Yesus. Oleh sebab itu
bersyukurlah karena Ia telah memulihkan kita. Jaga setiap langkah kita selanjutnya agar sesuai dengan
jalan Allah, agar perlindungan dari siasat musuh kita dapatkan.
Bagi Anda yang sedang menantikan pemulihan dalam kehidupan pribadi dan keluarga, jangan
menyerah. Tuhan kita hidup, Dia datang untuk memulihkan. Bukalah hati dan terimalah anugerahNya
yang menyelamatkan kita. Pelajaran-pelajaran berikut akan membantu Anda membenahi diri, dan masa
depan keluarga Anda menjadi berkat. Pribadi yang kuat, membentuk keluarga yang kuat, gereja menjadi
kuat, sehingga Kerajaan Allah akan dikenal di muka bumi ini.
40
BAB IX
KELUARGA YANG KUAT
DALAM PENGAJARAN TENTANG MEMBANGUN KELUARGA
Tujuan pembelajaran :
Siswa SOM dapat memiliki wawasan yang luas tentang bagaimana membangun keluarga menurut
Firman Tuhan.
Metode Pengajaran :
Materi untuk pengajaran tentang membangun Keluarga disampaikan dengan metode ceramah,
diskusi tanya jawab, ilustrasi, dll
Catatan :
- Pada Akhir pembelajaran, diadakan evaluasi ringan untuk melihat sejauhmana pelajaran dipahami
oleh siswa SOM
- Pada akhir pembelajaran, siswa SOM ditantang untuk menerapkan Firman Tuhan dalam
membangun keluarga.
Pondasi yang kuat akan membuat beban seberat apapun tetap tidak goyah,
demikian juga halnya dengan membangun keluarga. Diperlukan pondasi yang
benar sehingga bahtera rumahtangga yang ada dapat kuat dan kokoh di dalam
kehendak Tuhan. Berikut ini dipaparkan bagaimana membangun keluarga yang
benar yang meliputi tahap-tahap yaitu sebagai berikut :
41
Pada umumnya sebelum menjalin suatu hubungan, baik hubungan persahabatan, kekeluargaan,
atau hubungan yang lebih khusus dengan orang lain, setiap orang pasti melewati tahap-tahap tertentu.
Tahap-tahap itu antara lain komunikasi awal, perkenalan, persahabatan, (Pacaran, tunangan kemudian
pernikahan). Akan tetapi dasar dari semua hubungan itu adalah kasih.
Memang harus diakui standar kasih dari sudut pandang orang yang tidak mengenal Tuhan dengan
orang yang mengenal Tuhan sangat berbeda. Dan adalah kehendak Tuhan jika kita mengasihi orang lain
dengan kasih yang telah Dia berikan kepada kita. Dengan kasih Tuhanlah kita bisa mengasihi siapa saja
dan dalam keadaan yang bagaimanapun juga. Kasih seperti inilah yang harus menjadi dasar setiap orang
untuk membangun suatu hubungan khusus dengan lawan jenisnya. Baik hubungan pacaran, tunangan dan
masuk dalam pernikahan yang kudus.
Ada empat kata Yunani untuk kasih yang penting dimengerti orang Kristen. Kata-kata itu adalah
agape, phileo, storge, dan eros. Tiga kata di antaranya muncul di dalam Alkitab. Jika kita hendak mengerti
Alkitab dan dunia alkitabiah, penting bagi kita untuk mengerti apakah arti kata-kata ini dan di manakah
perbedaannya.
1. Kata Yunani yang menunjuk kepada kasih terhadap Tuhan, salah satu jenis kasih yang harus kita miliki
untuk orang lain, adalah agape. Agape adalah sifat inti Tuhan, karena Tuhan adalah kasih (1 Yoh. 4:7-12,
16b). Kunci utama untuk mengerti agape adalah menyadari bahwa itu dapat dikenal dari tindakan yang
mendorongnya. Sebenarnya, kadang kala kita berbicara tentang ”teladan perbuatan” dari kasih agape.
Orang-orang pada masa kini terbiasa berpikir tentang kasih sebagai suatu perasaan, tetapi tidak
demikian halnya dengan kasih agape. Agape adalah kasih karena apa yang dilakukannya, bukan karena
bagaimana perasaannya.
Tuhan sangat “mengasihi” (agape) sehingga Dia memberikan Anak-Nya. Tuhan tidak merasa
nyaman untuk melakukan itu, tetapi itu adalah perbuatan yang penuh kasih. Kristus sangat mengasihi
(agape) sehingga Dia memberikan hidup-Nya. Dia tidak mau mati, tetapi Dia mengasihi, jadi Dia
melakukan apa yang diminta oleh Tuhan. Seorang ibu yang mengasihi bayinya yang sakit akan jaga
semalaman untuk merawatnya, yang merupakan sesuatu yang tidak mau dilakukannya, tetapi ini
adalah suatu tindakan kasih agape yang sesungguhnya.
Pada dasarnya kasih agape bukan sekadar sebuah gerakan hati yang lahir dari perasaan.
Sebaliknya kasih agape adalah gerakan kehendak, pilihan yang sengaja dilakukan. Itulah sebabnya Tuhan
dapat memerintahkan kita untuk mengasihi musuh kita (Mat. 5:44; Kel. 23:1-5). Dia tidak
memerintahkan kita untuk ”memiliki perasaan yang baik” terhadap musuh kita, tetapi untuk bertindak
di dalam cara yang penuh kasih terhadap mereka. Kasih agape berhubungan dengan ketaatan dan
komitmen, dan tidak selalu perasaan dan emosi. ”Mengasihi” seseorang adalah mentaati Tuhan demi
kebaikan orang lain, mengupayakan berkat dan keuntungan orang lain untuk jangka panjang.
Cara untuk mengetahui bahwa kita mengasihi (agape) Tuhan adalah bahwa kita melakukan
perintah-perintah-Nya. Yesus berkata, “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah
yang mengasihi Aku...” (Yoh. 14:21a). Ada orang-orang Kristen yang berkata bahwa mereka mengasihi
Tuhan, tetapi gaya hidup mereka bertentangan dengan kehendak Tuhan. Orang-orang ini salah mengerti
perasaan kasih mereka kepada Tuhan dengan kasih agape yang sesungguhnya. Yesus memperjelas ini:
”Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku ...” (Yoh. 14:24a).
Kasih adalah karakter khusus dari kehidupan Kristen dalam hubungan dengan orang-orang
Kristen lain dan kepada semua umat manusia. ”Mengasihi” mungkin tidak selalu mudah, dan kasih
yang sesungguhnya bukanlah ”sentimentalisme yang lembut.” Sering kali terdapat harga yang dibayar
untuk kasih yang sejati. Misalnya, menghukum penjahat untuk menjaga keamanan masyarakat adalah
tindakan mengasihi tetapi hal itu tidak mudah atau menyenangkan, dan meminta seseorang
meninggalkan persekutuan Kristen Anda karena dia bertahan di dalam dosa yang keji adalah sikap yang
baik tetapi tidak mudah (1 Kor. 5:1-5). Itu tidak berarti kasih agape tidak menyangkut perasaan di
dalamnya, dan situasi ideal yang muncul ketika hal yang baik dilakukan juga adalah apa yang ingin kita
perbuat. Orang-orang Kristen dikenal karena saling mengasihi (Yoh. 13:35).
Agape, ini bisa diumpamakan kasih “Meskipun“
Meskipun kamu manusia berdosa, Aku tetap mengasihimu
Meskipun kamu sering memberontak, Aku tetap mengasihimu
Meskipun kamu jahat, Aku tetap mengasihimu
2. Kata kedua untuk “kasih” yang perlu diteliti adalah phileo, yang berarti “memiliki minat yang spesial
kepada seseorang atau sesuatu, sering kali dengan fokus kepada kerja sama yang dekat; memiliki kasih
sayang terhadap, seperti memandang seseorang sebagai sahabat.” Mungkin menolong jika phileo tidak
pernah diterjemahkan sebagai “kasih” dalam Perjanjian Baru, karena kata ini menunjuk kepada
perasaan suka yang kuat atau persahabatan yang kuat. Tentu saja, kita melihat bagaimana phileo
diterjemahkan sebagai “kasih,” karena di dalam budaya modern kita berkata kita “mengasihi” hal-hal
yang kita sangat gemari: “Saya suka (love) es krim,” “Saya suka (love) mobil saya,” “Saya suka (love)
model rambutmu,” dsb. Kata phileo menyiratkan hubungan emosional yang kuat, oleh sebab itu dipakai
42
sebagai “kasih,” atau persahabatan yang dalam, antara sahabat. Anda dapat agape musuh Anda, tetapi
Anda tidak dapat phileo mereka.
Perbedaan antara agape dan phileo menjadi sangat jelas dalam Yohanes 21:15 dst, tetapi sayang itu
kabur dalam hampir semua terjemahan Inggris. Setelah bangkit dari antara orang mati, Yesus bertemu
Petrus.
Fhileo, ini bisa diumpamakan kasih “Supaya“
Supaya kamu mengasihi saya, maka saya mengasihimu
Supaya kamu baik kepada saya, maka saya baik kepadamu
Supaya kamu membantu saya, maka saya membantumu
3. Kata Yunani ketiga yang perlu dimengerti adalah storge, yaitu kasih dan sayang yang muncul secara
alamiah antara orang tua dan anak-anak, dapat muncul di antara saudara kandung, dan muncul di
antara suami dan istri dalam pernikahan yang baik. Kata itu muncul dalam Roma 12:10 dengan kata,
philostorgos, yang merupakan gabungan kata philos (bentuk kata benda dari phileo) dan storge. Roma
12:10 adalah ayat yang sangat penting, mengarahkan kita untuk sangat mengasihi dan saling berbuat
baik.
Roma 12:10
Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. (Sehubungan
dengan kasih persaudaraan, biarlah ada persahabatan yang dalam dan kasih keluarga terhadap satu dengan yang
lain – terjemahan bebas)
Jika seseorang ingin memiliki kehidupan Kristen yang sangat baik, taat kepada suara Tuhan dan
memiliki persekutuan yang kuat dengan orang Kristen lain, dia perlu melatih ketiga jenis kasih ini. Kita
membutuhkan kasih agape karena beberapa hal yang dituntut dari Tuhan tidaklah menyenangkan atau
mudah dilakukan, tetapi harus diperbuat. Kita memerlukan kasih phileo karena kita membutuhkan
sahabat sejati untuk berdiri bersama kita, orang yang berhubungan dengan kita secara emosi dan kita
dapat berbagi perasaan serta pikiran kita yang terdalam bersamanya. Yang terakhir, kita sebagai orang
Kristen perlu memiliki kasih storge di antara kita, sebuah kasih sayang persaudaraan yang menghibur
dan menolong kita merasa terikat dengan semua keluarga rohani kita.
4. Kata Yunani yang ke- empat untuk kasih seksual atau hasrat kasih adalah eros, dan kita memperoleh
kata Inggris seperti ”erotic.” Ketika eros dipakai sebagai kata benda, kata itu menunjuk kepada dewa
kasih Yunani. Kata Yunani eros tidak muncul dalam teks alkitabiah, jadi kita tidak akan meluangkan
waktu dalam artikel ini mengenai itu, tetapi kata ini sudah memiliki dampak terhadap bahasa Inggris
dan pandangan kita tentang kasih seksual sehingga itu penting untuk disinggung.
Eros, Ini bisa diumpamakan kasih “Karena“.
Karena kamu cantik, saya cinta kamu
Karena kamu ganteng, saya cinta kamu
Karena kamu seksi, saya cinta kamu
Karena kamu langsing, saya cinta kamu
Hubungan yang baik dengan Kristus akan membuat kita mampu menjalin philia dan storge dengan
baik dan juga akan menjaga eros tetap berada sesuai fungsinya.
A. MASA PACARAN
1. Defenisi Pacaran
Pacaran adalah Perasaan ketertarikan antara seorang pria dan wanita yang terikat menjadi satu,
kemudian hal itu berpengaruh pada semua aktivitas yang dilakukan bersama yang ditetapkan dengan
perjanjian-perjanjian.
Tanda-tanda ketertarikan antara seorang pria dan wanita ditandai dengan adanya : Blushing (Pipi
yang memerah), Kontak mata, Jamahan (pegang tangan), Cara berbicara(berbicara dengan terbata-bata,
terpatah-patah, kacau, ragu dan konsentrasi yang tidak penuh)
Dalam menjalin hubungan dengan orang lain dalam hidup bermasyarakat, kita sebagai anak-anak
Tuhan, perlu memiliki standar pergaulan yang sesuai dengan Firman Tuhan. Karena ‘cara bergaul’
sangat menentukan cara hidup kita. Firman Tuhan menasihatkan “Pergaulan yang buruk merusak
kebiasaan yang baik” (I Kor 15 : 33) dan lagi “ Dengan apakah seorang muda mempertahankan
kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan Firman-Mu” (Mzm 119 : 9)
2. Saat untuk Berpacaran
Kapan waktu untuk pacaran? Apakah ada ketentuan yang menyatakan waktu untuk pacaran?
Berikut ini saat pacaran yang benar adalah
Ketika saya (dan dia) menyadari keuntungan dan bahaya berpacaran.
Ketika saya secara pribadi telah mengetahui dari Firman Allah tentang standar dari berpacaran.
Ketika saya telah bertujuan (mengambil keputusan) bahwa saya tidak akan merendahkan
standar Allah sekalipun ini berarti : kehilangan pacar !!!
43
3. Tujuan Utama dari Berpacaran :
Tujuan utama dari berpacaran Mencapai kesatuan Roh (Intimacy of Spirit in Dating). Ketika hal ini
tercapai Kasih Allah akan melimpah. Ada damai sejahtera dan Tuhan menjadi pusat segalanya. Dalam
fase ini, laki-laki akan bertanggung jawab sebagai pemimpin rohani dalam pacaran. Sedangkan wanita
bertanggung jawab menjadi teladan rohani dan menantang pria untuk terus berjalan bersama Allah.
Ketika mereka semakin dekat kepada Allah maka mereka akan semakin dekat satu sama lain.
Saat ini, telah banyak yang yang menghilangkan tujuan utama dari pacaran. Sehingga dosa
masuk dan melumpuhkan rohani orang tersebut. Salah satunya adalah dengan membiarkan adanya
seks diluar nikah. Persetubuhan hanya diperuntukkan bagi pernikahan sebab hubungan seksual ini
begitu istimewa sehingga hanya dapat berkembang paling baik bila dilakukan di dalam lingkungan
yang terlindungi. Masalah-masalah dalam seks seringkali muncul bukan karena kita terlalu menghargai
seks, melainkan karena kita kurang menghargainya. Seks yang dilakukan di luar pernikahan akan
kehilangan tujuan yang untuknya Allah merencanakannya, yaitu untuk menyatukan dua orang
bersama-sama pada segala segi, bukan saja secara fisik. Allah berkata bahwa hubungan seksual jauh
melampaui persetubuhan fisik, jadi kita merusak dan merendahkannya ketika kita membatasi diri kita
“pada seks saja.”
Barangkali suami istri yang telah lama menikah berpendapat bahwa masalah seks pranikah
sudah tidak relevan dan tidak perlu dibicarakan lagi. Sebenarnya hal ini termasuk hal yang sangat
penting dalam sebuah rumah tangga. Orang tua harus mendidik putra dan putri mereka yang kelak
akan akan memasuki pernikahan. orang tua harus mempunyai pandangan yang benar tentang masalah
seks pranikah menurut Firman Tuhan.
Untuk mengetahui masalah seks pranikah ini secara mendetail kita akan melihat suatu kisah
yang di ceritakan dalam Kej 34 : 1-19. Kisah ini adalah kisah antara Dina, anak Yakub yang dilahirkan
oleh Lea dengan seorang pangeran muda yang bernama Sikhem. Dina dan Sikhem adalah dua orang
muda yang saling tertarik dan akhirnya Sikhem tidak dapat mengendalikan diri sehingga ia
memperkosa Dina. Ada dua alasan mengapa Sikhem melakukan perbuatan itu, yang dikatakan oleh
Kej 34 : 3-4, “Lalu terikatlah hatinya kepada Dina, anak Yakub; ia cinta kepada gadis itu. Sebab itu
berkatalah Sikhem kepada Hemor, ayahnya: “Ambillah bagiku gadis ini untuk menjadi istriku. “
Yang pertama karena Sikhem mencintai Dina, yang kedua Sikhem mau bertanggung jawab.
Bukankah 2 alasan ini seringkali digunakan oleh muda mudi saat ini untuk membenarkan tindakan
mereka? Alkitab dengan jelas mengisahkan akibat dari perbuatan mereka.
44
a) Terlalu keras kepala.
Orang yang keras kepala biasanya tidak mau kepada siapapun. Nikah itu adalah penyesuain diri
dari dua pribadi yang berbeda.
b) Terlalu Idealis,
Akibatnya sangat sukar menemukan pasangan hidup. Memiliki kriteria dalam memilih pasangan
hidup bukan suatu kesalahan tetapi akan menjadi masalah bagi diri sendiri jika kriteria yang kita
inginkan begitu tinggi atau sempurna. Karena tidak ada satupun manusia dalam dunia ini yang
sempurna. Justru karena ketidak sempurnaan inilah maka Allah menjadikan seorang wanita untuk
menopang kekurangan atau kelemahan laki-laki (Kej 2 : 18).
c) Terlalu sembarangan.
Carilah kehendak Tuhan dengan sungguh-sungguh, karena pernikahan adalah untuk seumur
hidup. Tempat yang tepat untuk menemukan pasangan hidup adalah dalam rumah Allah sendiri
dan dalam lingkungan persekutuan Kristen.
2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mencari pasangan hidup.
a) Matang Jasmani (Sehat secara Jasmani)
Umur (Di atas 20 Th).
Memiliki kepribadian yang matang yang bisa memikul tanggung jawab keluarga, tidak
kekanak-kanakan.
Bisa mandiri dalam segala bidang, khususnya dalam hal nafkah.
b) Matang Rohani (Sehat secara rohani)
Dewasa Rohani artinya bisa hidup dalam kekudusan dan berjalan dalam Roh, dan tidak
jatuh bangun dalam dosa.
Bisa jadi pemimpin dan pelindung (pria), dan bertanggung jawab untuk ke-selamatan
rohani keluarga.
Tuhan sudah menghendaki kedua orang itu menikah, karena sudah saatnya. Waktu di
sini sangat penting, artinya jangan terburu-buru memutuskan untuk menikah. Masa bujang
dengan Tuhan itu indah. Gunakan kesempatan ini untuk tumbuh dan berbuah-buah semaksi-mal
mungkin, sebab sesudah menikah kesempatan ini tidak akan terulang lagi.
Memiliki kriteria dalam memilih pasangan hidup bukan suatu kesalahan tetapi akan menjadi
masalah bagi diri sendiri jika kriteria yang kita impikan begitu tinggi dan sempurna.
45
Mempunyai pendidikan rohani yang sama (pengertian rohani yang sama). Ini
banyak berfaedah dalam menyesuaikan diri satu sama lain dan menjadi landasan bersama
untuk bisa bersekutu dengan manis.
Persetujuan orang tua/pemim-pin rohani mudah diberikan, sebab mudah
dipantau.
6. Bagaimana seorang bisa yakin bahwa itu adalah pasangan dari Tuhan?
1. Ia sendiri harus tinggal di dalam Tuhan, sudah lahir baru dan hidup dalam
kesucian. Pribadi seperti ini biasanya bisa mendengar suara Tuhan dan punya pengertian Firman
Tuhan yang cukup dan bertumbuh.
2. Calon pasangannya juga adalah orang percaya kepada Tuhan Yesus dengan
sungguh-sungguh, dan masih sendiri.
3. Ada kasih yang murni dan tidak didominan oleh kasih eros. Kasih yang
murni memberikan kemampuan bagi kita untuk tetap mengasihi setelah melihat kekurangan /
kelemahan pasangan kita.
4. Bisa bekerja sama dengan baik. orang-orang yang berasal dari satu gereja
pada umumnya memiliki pengertian sama (khususnya dalam hal pengajaran) sehingga mudah
sehati.
5. Kedua pribadi yang bersangkutan yakin, ada damai sejahtera bahwa itulah
pasangan yang dari Tuhan.
6. Peneguhan orang tua (yang juga harus bertanya-tanya pada Tuhan) itu perlu
sekali.
7. Peneguhan dari pemimpin-pemimpin rohani. Hal ini penting sebab di
dalamnya ada penyaringan, nasihat, pengarahan dan doa yang sangat dibutuhkan dalam masa-
masa penentuan ini.
POLA ALLAH :
1. Roh (Pacaran) Spiritual Intimacy Share About Gods Dealing In Their Lives To Enhance Spiritual growth
2. Jiwa(Tunangan) Intimacy Of Soul Plan Together For Future
3. Tubuh (Pernikahan) Physical Intimacy
46
boleh diceraikan manusia (Mat 19:4-6)”. Kemudian, menanggapi pertanyaan mengenai perceraian, Yesus
berkata: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan istrimu, tetapi sejak semula tidaklah
demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan istrinya, kecuali karena zinah, lalu kawin
dengan perempuan lain, ia berbuat zinah (Mat 19:-8-9).Karena itu, janji pernikahan adalah ungkapan dari
sebuah komitmen seumur hidup. Arti dari janji “mulai hari ini” berlangsung sepanjang hidup
seseorang. Itulah janji yang tidak dapat dibatalkan (Pkh 5:4).
Pada kenyataannya banyak pasangan suami isteri yang gagal mempertahankan komitmen ini
ketika berada dalam konflik. Karena itu hal yang harus diketahui dan direnungkan adalah alasan
mereka menikah. Banyak pernikahan goyah dan mulai tidak lagi mempertahankan komitmen mereka
karena hal ini, mereka tidak memiliki alasan dan dasar yang cukup untuk membangun sebuah
pernikahan.
2. Dasar yang ke-dua adalah Membagi Hidup
Dasar kedua dalam pernikahan yang harmonis adalah pentingnya (suami dan istri) melihat bahwa
mereka adalah satu. Pria tidak lagi hanya memperhatikan dirinya sendiri, demikian pula istri.
Sekarang ada kesatuan yang baru, keluarga baru, unit masyarakat baru. Adam mengungkapkan
“hidup yang dibagi” ini ketika Allah membawa seorang perempuan kepadanya. Ia berkata: “inilah
dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil
dari laki-laki (Kej 2:23). Ayat berikutnya disimpulkan dengan kalimat: “sehingga keduanya menjadi
satu daging” (ay 24).
Namun tidaklah mudah untuk hidup dalam kesatuan setiap hari. Penyebabnya adalah karena
suami maupun istri memiliki berbagai perbedaan menyangkut kebiasaan, latar belakang, orangtua,
pendidikan, kepribadian, dan lain-lain. Disamping itu, Hawa tidaklah sama dengan Adam. Ia unik,
sebagaimana setiap manusia unik adanya. Ia tidak diciptakan dengan cetakan yang sama. Ia berbeda,
baik secara fisik maupun emosional. Ia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda - termasuk
kebutuhan yang hanya dapat dipenuhi oleh Adam. Dan, hanya ia sendiri yang dapat memuaskan
kebutuhan Adam.
Dalam pernikahan, pria dan wanita dibawa ke dalam kesatuan. Mereka menjadi satu, saling
membaurkan diri. Hal itu terjadi sekali untuk selamanya, walaupun semua itu memerlukan proses.
Waktu, kasih, kesabaran, dan pengampunan adalah hal-hal yang dibutuhkan untuk membuat
keduanya semakin dewasa dalam pernikahan. Semua itu akan menghasilkan sesuatu yang indah.
Keduanya telah menjadi satu. Meskipun mereka adalah dua orang dengan perbedaan yang amat
banyak, tetapi mereka telah sepakat untuk menjalani kehidupan ini sebagai satu kesatuan, dengan
saling membagi hidup.
3. Dasar yang ke-tiga adalah Kesetiaan Mutlak
Pernikahan bukan hanya masalah komitmen seumur hidup dari dua orang yang saling membagi
hidup, tetapi keduanya juga dipanggil untuk setia secara total, baik sebagai suami atau istri. Mereka
harus berkata benar satu sama lain. Penulis kitab Amsal memperingatkan:
“Dapatkah orang membawa api dalam gelumbung baju dengan tidak terbakar pakaiannya? Atau dapatkah
orang berjalan di atas bara, dengan tidak hangus kakinya? Demikian juga orang yang menghampiri istri
sesamanya; tidak seorangpun, yang menjamahnya, luput dari hukuman (Ams 6:27-29).
Alkitab tidak mengkompromikan tuntutannya dalam hal kesetiaan seksual. Paulus memberitahu
Titus supaya perempuan-perempuan yang lebih tua mendidik perempuan-perempuan muda dalam
gereja untuk “mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci…”( Titus 2 :3-5). Sebagai
seorang wanita yang telah memasuki hubungan pernikahan, ia dituntut untuk memberikan dirinya
hanya kepada suaminya.
Penyelewengan amat ditentang dalam Alkitab. Perintah keenam yang diberikan di Gunung Sinai
adalah “Jangan berzinah” (Kel 20:14). Yesus menunjukkan perintah ini dalam percakapanNya dengan
orang muda yang kaya (Mat 19:18). Dan Paulus menempatkan penyelewengan dalam urutan pertama
dalam daftar dosa kedagingan (Gal 5:19). Kesetiaan pernikahan adalah pemenuhan janji yang diucapkan di
hadapan Allah dan manusia tatkala upacara pernikahan berlangsung: “Dan kepadamu saya berjanji untuk setia.”
Inilah beberapa implikasi dari kesetiaan mutlak dalam pernikahan:
Memusatkan kasih pada pasangan kita.
Setia termasuk dalam hal-hal kecil.
Tidak terlibat perselingkuhan dengan orang lain.
Menghindari pencobaan.
Mengontrol fantasi-fantasi kita.
Dalam membangun keluarga, maka ada beberapa pintu yang nantinya harus ditutup, supaya
keluarga tersebut tetap bertahan sesuai dengan Firman Allah.
a. Perceraian.
Tidak ada alasan dalam Alkitab yang menyebabkan perceraian selain ketidak setiaan.
Mempertimbangkan kemungkinan perceraian sebagai pilihan yang dapat dilakukan akan
47
menghalangi proses penyesuaian. Sebagai Anak Tuhan perceraian bukanlah alternatif, hal ini adalah
pelanggaran seksual yang sangat serius, dan merupakan bencana yang dapat merusak perjanjian
antara dua orang dengan Allah. Pernikahan adalah suatu kontrak seksual yang eksklusif seumur
hidup. Tuhan dalam firmanNya berkata :” Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah
Israel…” (Mal 2 16a). Jikalau Tuhan begitu benci dengan perceraian, sebagai gereja Tuhan kita juga
harus menunjukkan hal yang sama. Ingatlah fondasi yang pertama dalam pernikahan, karena
pernikahan berlaku untuk selama-lamanya.
b. Orang Ketiga.
Cinta pernikahan berbeda dengan cinta paternal yang memperbolehkan seseorang mem-berikan
cintanya pada beberapa anak pada waktu yang sama. Cinta seorang suami kepada seorang isteri
hanya cinta untuk satu orang dan harus dilandasi dengan kasih Allah (Agape). Tanpa Agape,
persoalan/konflik yang muncul akan memberi kesempatan untuk masuknya orang ketiga yang
‘terlihat’ lebih baik dari pasangan yang sudah ada bersama dengan kita. Ingatlah bahwa Asmara itu
tidak stabil, tergantung dari perasaan manusia. Tutup pintu untuk hal ini selama-lamanya ketika
Anda masuk dalam pernikahan, dan miliki komitmen pribadi yang kuat di hadapan Tuhan untuk
mempertahankan pernikahan Anda apapun yang terjadi di dalamnya.
4. Mengapa orang akhirnya memutuskan untuk menikah?
Ada beberapa alasan, salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar yang tidak dapat
dipenuhi dengan hidup sendiri. Kebutuhan yang hanya dapat dipuaskan oleh seseorang dengan jenis
kelamin berbeda. Kita membutuhkan sahabat intim, ekspresi seksual, rumah kita sendiri, anak-anak
yang menyenangkan dan seterusnya.
Allah sendiri telah melihat bahwa kesendirian itu tidak baik, sehingga Ia berfirman, “…Aku akan
menjadikan seorang penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Kej 2 : 18. Manusia membutuhkan
penolong yang sepadan dengan dirinya untuk membantunya hidup dan menggenapkan rencana
Allah dalam dunia ini. Tujuan Allah membentuk sebuah keluarga adalah agar manusia melahirkan
generasi ilahi yang membentuk suatu umat yang memuliakanNya. Mengenai isi dari komitmen
dalam sebuah pernikahan bila dijabarkan dalam kalimat, ada banyak sekali. Beberapa di antaranya
adalah : “Aku hanya membahagiakan dan berbahagia dengan pasanganku. “Aku seorang pria satu
wanita (Aku seorang wanita satu pria). Tidak ada istilah SALAH PILIH.
Komitmen yang pertama ini, menyatakan adanya tekad kuat dalam hati kita tentang prioritas
hubungan dengan pasangan kita. Ini adalah hubungan eksklusif yang tidak boleh kita bagikan
dengan seorang pria atau wanita lain. Hati-hati dengan tipuan iblis yang sering menggoda pasangan
suami istri untuk melakukan perzinahan, dengan memberikan gambaran-gambaran indah tentang
suami/istri orang lain. Pikiran sangat menentukan dalam hal ini, karena itu kuasailah pikiran Anda
dalam kuat kuasa anugerahNya. Seseorang tidak akan memikirkan sesuatu jika ia tidak mengijinkan
pikiran itu masuk dalam pikirannya.“Tidak ada kata CERAI/PISAH dalam pikiran kita”.
Maleakhi 2 : 16 dengan tegas mengatakan bahwa Allah membenci perceraian. Sebagai pasangan
suami-isteri Kristen jangan membiasakan diri dengan menggunakan kata cerai dalam pertengkaran
untuk memberikan ultimatum kepada pasangan Anda. Kebiasaan mengucapkan kata “cerai” juga
akan menyebabkan tumbuhnya ide untuk bercerai ketika konflik datang.
Kebiasaan seorang istri untuk pulang ke rumah orangtua bila terjadi konflik yang tidak kunjung
selesai, juga merupakan suatu hal yang tidak baik. Salah satu alasan yang menunjukkan pentingnya
surat kawin, sehingga seorang pendeta meminta sepasang suami istri untuk segera mencatatkan diri
di catatan sipil setelah menikah di gereja adalah untuk melindungi sang istri dari bahaya perceraian.
Surat itu sebagai salah satu bukti sah bahwa di antara pasangan suami istri itu pernah berikrar hidup
bersama untuk selama-lamanya. “Kita mau melakukan segalanya demi keberhasilan pernikahan kita.”
Dari hal ini tampaklah komitmen dari suami/istri untuk mau membayar harga seberapapun
mahalnya demi keberhasilan pernikahan mereka, yang tentunya sesuai dengan kehendak dan cara
Allah. Tambah tinggi kesediaan mereka untuk berkorban bagi pasangannya, tambah tinggi artinya
mereka menganggap nilai pernikahan mereka. Sehingga mereka akan melakukan apa saja agar
pernikahan mereka diselamatkan dari kehancuran dan perceraian. “Kita tidak membolehkan ORANG
LAIN/SITUASI/MATERI mengurangi keberhasilan pernikahan kita.”
Hubungan yang harmonis dalam pernikahan juga ditandai dengan usaha suami-istri untuk
menjaga dan melindungi pernikahan mereka. Mereka tidak akan membolehkan apapun dan
siapapun, termasuk uang, karir, orangtua, saudara, boss dan perusahaan, untuk merusak pernikahan
mereka. Seorang suami sebagai kepala keluarga harus mampu mengambil tindakan-tindakan tegas
untuk melindungi keluarganya dari pengaruh-pengaruh luar yang akan merusak keluarganya.
Keempat macam komitmen di atas adalah beberapa contoh komitmen besar yang biasanya ada
pada suami istri yang memiliki hubungan yang harmonis. Ada tugas yang Tuhan beri bagi semua
keluarga di muka bumi ini, keluarga yang telah Dia bentuk pada awalnya di Taman Eden dan
berlanjut hingga saat ini. Tugas untuk menguasai bumi, menguasai semua situasi yang datang dalam
48
dunia. Tuhan menciptakan keluarga sebagai subjek dari kehidupan bukan objek, artinya keluarga
yang memulai sesuatu terjadi dan bukan korban dari kejadian yang terjadi dalam dunia ini. Beberapa
pasangan yang tidak mengerti hal ini bisa salah membawa bahtera keluarganya.
Mereka mungkin berpikir keluarga yang bahagia adalah keluarga yang kaya raya, sehingga
mereka bisa menjadi budak pekerjaan, uang dan aktivitas lainnya yang menguntungkan. Semula
dengan tujuan untuk membahagiakan keluarga tetapi akhirnya mereka harus kehilangan
keluarganya. Pernikahan adalah penyingkapan. Ketika dua orang berdiri di hadapan pendeta dan
mengucapkan janji setia mereka di hadapan Allah dan para saksi yang diundang, mereka berjanji,
“Saya akan mengasihi dan menghargaimu seumur hidup.” Intinya mereka menegaskan, “Karena aku
menerima janji kasih dan setiamu, maka aku akan menyatakan diriku seluruhnya kepadamu – bukan
hanya secara fisik, tetapi juga secara psikologis.
Komitmen untuk bersama seumur hidup perlu dibaharui senantiasa. Komitmen inilah yang akan
menjadi sauh yang kuat bagi setiap goncangan yang datang menyerang bahtera pernikahan Anda.
Komitmen yang dibangun dalam Kristus akan menjaga setiap pasangan suami isteri untuk tetap setia
dengan pasangannya dan menumbuhkan sikap saling mempercayai.
49
Dukungan Finansial Dukungan Rumah Tangga
Kejujuran & keterbukaan Pasangan yang Menarik
Komitmen Keluarga Kebanggaan
b) Tujuan dari konflik:
Penyesuaian (Adaptasi) antara seorang dengan yang lain.
c) Cara menghadapi konflik:
Seorang konselor pernikahan, H. Horman Wright mengemukakan cara-cara praktis berikut ini :
Jangan mendiamkan pasangan Anda. Dalam hal ini harus dibedakan antara
mendiamkan dengan berdiam diri.
Jangan menimbun perasaan atau emosi Anda. Seringkali kita mengubur perasaan
kita karena kita menganggap kita tidak perlu mengutarakannya kepada pasangan kita. Namun yang
terjadi adalah, perasaan-perasaan yang telah kita timbun cenderung mengendap, bukan menguap.
Dengan kata lain, perasaan-perasaan itu tetap ada dan tersimpan. Alhasil, perasaan-perasaan itu
bertumpuk dan pada suatu ketika akan meledak.
Jangan ‘melemparkan’ perasaan Anda kepada pasangan Anda. Yang dimaksud
dengan ‘melemparkan’ perasaan disini adalah mengeluarkan kemarahan semaunya. Mungkin
dengan cara mencaci maki atau memarahi pasangan supaya atau sampai kita puas.
Seranglah masalahnya, bukanlah orangnya. Berselisih yang sehat berarti membatasi
diri hanya pada masalahnya saja, dan menahan diri tidak menyerang pribadi seseorang.
Jangan lari dari pokok pembicaraan. Ibarat orang yang kehabisan amunisi acapkali
kita beralih topik demi memperoleh ‘kemenangan’ dalam perselisihan. Jangan mengajukan dan
membangkitkan masalah-masalah lain karena kita sukar mengakui kesalahan kita.
Jangan menggunakan kritikan atau lelucon. Alasannya sederhana, yakni kritikan
yang berjubah lelucon memberi kesan penghinaan karena tanpa kita sadari kita telah merendahkan
dan menertawakan kelemahan pasangan kita.
Jika memungkinkan siapkan suasa-na, tempat, dan waktu untuk me-nyatakan
ketidaksepakatan Anda.
Sediakanlah jalan pemecahan bagi setiap kritikan yang Anda lontarkan.
Apabila Anda salah, akuilah; apabila Anda benar, lebih baik diam.
3) Masa Dewasa.
Ini adalah masa yang menjadi tujuan pernikahan. Mereka dapat saling menerima pasangan mereka,
meskipun tahu sedalam-dalamnya semua kelebihan dan kekurangan pasangannya. Mereka merasa
tenang berdampingan dalam pernikahan, dan tidak perlu bersandiwara. Mereka merasa bebas
sebagimana adanya karena diterima oleh pasangannya. Ada keyakinan kuat seperti ini: “Kami
bersama-sama akan berhasil. Aku butuh dia dan aku dibutuhkannya. Aku mencintai dan aku dicintai.”
Masa ini dibawa terus sampai mereka tua dan meninggal dunia.
Dengan memahami ketiga masa ini, keinginan untuk bertumbuh setiap hari dalam kedewasaan pun
dibangkitkan, dan kemauan untuk membayar harganya dilaksanakan dengan tenaga, waktu, uang,
perhatian. Konflik yang kita alami adalah hal biasa, tidak unik, aneh, dan pernikahan kita bukanlah
satu-satunya yang mengalami konflik dan masalah berat, karena pernikahan-pernikahan lain juga
mengalaminya.
Kunci kebahagiaan dalam pernikahan kristen ialah kerja dan usaha keras dalam Kristus. Jadi
kebahagiaan tidak tergantung pada nasib dan takdir, tetapi pada tekad untuk mengasihi,
mengampuni, menguasai diri dan melakukan hal-hal yang positif dalam pernikahannya.
50
hati kita dipenuhi dengan kasih Allah. Hubungan suami isteri tergantung pada persekutuan kita dengan
Kristus. Bila hubungan kita dengan Kristus baik, hubungan kita dengan pasangan kita juga akan baik.
2. Korban.
Ciri kedua, yang harus dimiliki oleh pernikahan yang mencerminkan hubungan antara Kristus
dengan jemaatNya, adalah pengorbanan. Pengorbanan me-rupakan tujuan kedatangan Yesus Kristus ke
dunia ini. Yesus mengorbankan diriNya sendiri, mati di kayu salib, demi umat yang dikasihiNya.
Demikian juga dalam pernikahan, baik suami maupun isteri harus memiliki kerelaan untuk berkorban
bagi pasangannya.
Orang yang rela berkorban adalah orang yang tidak mementingkan dirinya sendiri. Dia tidak
ingin memiliki segala sesuatu untuk dirinya sendiri, serta tidak mencari kebahagiaan bagi dirinya saja.
Hal ini akan menghindarkan pernikahan dari bahaya yang bisa mengancamnya, baik itu perselingkuhan
atau perceraian.
Kerelaan untuk berkorban yang dilandasi dengan kasih akan memampukan setiap pasangan
untuk saling melayani dan bukan memberikan tuntutan. Kedua pasangan akan bersama-sama
menciptakan ke-bahagiaan dan bukan saling menuntut kebahagiaan. Kadang-kadang untuk rela
berkorban, memang tidak enak, tetapi semua itu butuh latihan. Persoalan dan tantangan akan melatih
kita untuk belajar berkorban bagi orang lain terutama untuk pasangan yang Tuhan telah tempatkan
dalam hidup kita.
3. Kudus.
Perkawinan yang patut menjadi lambang persekutuan antara Kristus dengan jemaatNya adalah
perkawinan yang kudus. Firman Allah mengatakan, “Hendaklah kamu semua penuh homat terhadap
perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur..”(Ibr 13:4).
Kekudusan perkawinan harus dijaga, sebab “istri tidak bekuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi
suaminya. Demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi istrinya” (I Kor 7:4).
Baik suami maupun istri harus saling melayani dengan tubuh mereka, dan wajib menjaga tubuh
mereka dari segala hal yang bisa mencemarkan baik dari dalam maupun dari pengaruh luar yang bisa
merusak kekudusan perkawinan mereka.
BAB X
KELUARGA YANG KUAT
DALAM PENGAJARAN TENTANG TANGGUNGJAWAB KELUARGA
Tujuan pembelajaran :
Siswa SOM dapat memiliki wawasan yang luas tentang apa saja tanggungjawab masing-masing
anggota keluarga menurut Firman Tuhan.
Metode Pengajaran :
Materi untuk pengajaran tentang tanggungjawab keluarga disampaikan dengan metode ceramah,
diskusi, tanya jawab, ilustrasi, studi kasus, dll
Catatan :
- Pada Akhir pembelajaran, diadakan evaluasi ringan untuk melihat sejauhmana pelajaran telah
dipahami oleh siswa SOM
- Pada akhir pembelajaran, siswa SOM diajak untuk menerapkan prinsip tanggungjawab ditengah-
tengah keluarganya masing-masing(Dalam bentuk doa dan Penyembahan).
Sebelum membahas tentang tanggungjawab keluarga, maka pertama kali yang harus di
pahami adalah bagaimana sesungguhnya hirarki keluarga menurut Firman Allah.
Berikut ini di jelaskan hirarki yang ada di dalam keluarga tesebut.
51
A. HIRARKI KELUARGA
Di dalam Alkitab dijelaskan tentang peran suami-istri dan bila dipraktekkan, sebuah pernikahan akan
berlangsung harmonis.
Bagan di atas menggambarkan hirarki keluarga Kristen yang sesuai dengan kehendak Allah.
“Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu kepala dari tiap laki-laki ialah Kristus, kepala
dari perempuan ialah laki-laki dan kepala dari Kristus ialah Allah.” (I Kor 11 : 3).
Allah yang menciptakan keluarga, tahu setepat-tepatnya kebutuhan tiap anggota keluarga. Dalam
kebijaksanaanNya ia menetapkan hirarki seperti di atas, dan adalah kehendak Tuhan setiap keluarga
mengikuti kehendakNya karena itulah yang terbaik.
Kita akan melihat beberapa pandangan yang berbeda dengan hirarki menurut Alkitab.
Isteri
Suami
Anak
Di atas letak suami dan isteri ditukar. Isteri menjadi kepala dari suaminya dan sekaligus
menjadi kepala keluarga. Hal ini mungkin terjadi antara lain bila pendidikan istri jauh lebih tinggi dari
suaminya atau istri berasal dari keluarga yang lebih kaya dan memiliki uang yang lebih banyak.
Akibat dari hirarki yang seperti ini :
1) Suami tidak akan berfungsi sebagai keluarga yang baik karena merasa rendah diri.
2) Anak-anak perempuan akan menjadi dominan, dan anak laki-laki sebaliknya, demikian juga ketika
kelak mereka dewasa akan mencari pasangan orang yang seperti orang tuanya. Karena kesalahan
orang tua akan diturunkan dan terulang kembali.
3) Hilangnya penghargaan anak-anak terhadap orang tua mereka.
Dalam persoalan ini Firman Tuhan berkata; “Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah
kepada suamimu, supaya jika ada diantara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga
tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan
salehnya hidup isteri mereka.” (I Pet 3 : 1-2b).
Anak
Isteri/Suami
Sering juga hirarki seperti ini kita jumpai, artinya anak dipandang lebih penting daripada
pasangannya. Seorang anak, meskipun tidak pernah mempelajari psikolog, adalah psikolog kecil
secara alami. Kalau ia merasa bahwa salah seorang dari orangtuanya lebih mengutamakannya dari
pada orang tunya yang lain, ia akan mengadu domba kedua orang tuanya.
Salah satu alasan mengapa seorang anak bisa lebih diutamakan dari suami atau isteri adalah:
pasangan itu sudah lama menikah, tetapi belum dikaruniai anak. Kerinduan suami untuk mempunyai
anak mungkin besar sekali sehingga bila suatu saat mereka dikaruniai anak, ia akan sangat
memanjakan anak itu. Alasan lain yang memungkinkan hirarki ini terjadi apabila hubungan suami
isteri sedang bermasalah. Persaingan yang sering timbul antara ayah dan ibu semacam ini adalah
untuk memenangkan kasih anak mereka, dan ini merupakan suatu beban yang berat bagi anak.
Anak harus tetap berada di bawah kedua orang tuanya. Kalau tampak ada usaha-usaha anak
untuk memanipulasi orangtuanya, kedua orangtua itu harus segera mempunyai tindakan bersama dan
52
mendisiplin anak itu. Seorang ayah harus menunjukkan pada anak bahwa betapa ia sangat mengasihi
ibunya dan demikian juga sebaliknya seorang ibu terhadap ayahnya.
Orang Tua
Suami/Istri
Anak
Kej 2 : 24 yang menyatakan : “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan
ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya akan menjadi satu daging.” Dalam ayat ini
tegas dinyatakan bahwa keluarga yang dibentuk itu harus terlepas dari pengaruh orang tua. Kata
“Meninggalkan ayahnya dan ibunya” berlaku secara harafiah dalam arti mereka tidak tinggal serumah
dengan orangtuanya. Dari mulanya Pencipta kita sudah tahu akan mudahnya timbul konflik antara
mertua dan menantu. Sebab itu Ia melarang campurnya keluarga yang baru dibentuk itu dengan orang
tua mereka. Persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam sebuah keluarga dalam hirarki yang seperti
ini antara lain :
o Suami/Isteri tidak dapat leluasa mengambil keputusan sehingga menghambat proses
pendewasaan pasangan tersebut.
o Seorang istri cenderung lebih tunduk kepada ayahnya bila tinggal dengan orangtuanya,
daripada terhadap suaminya.
o Campur tangan orang tua dalam persoalan rumah tangga anaknya sehari-hari, termasuk dalam
mendisiplin anaknya.
Kebebasan yang terhambat menyebabkan ketidaknyamanan, misalnya :
Menantu yang tidak bebas memakai celana pendek
Menantu yang tidak bebas tidur di siang hari walaupun lelah dan mengantuk
Menantu yang tidak bebas memerintah pembantu di rumah untuk melakukan sesuatu atau masak
suatu masakan kesukaannya.
Dalam sebuah hirarki yang benar menurut Alkitab, orang tua memang tidak termasuk di
dalamnya. Orang tua tidak mempunyai hak menentukan dan campur tangan dalam rumah tangga
anaknya. Orang tua bisa memberikan nasihat tetapi keputusan tetap ada di tangan suami dengan tetap
memperhatikan pertimbangan isteri.
Prinsip seperti ini juga berlaku terhadap anggota-anggota keluarga yang lain seperti: paman,
bibi, saudara tertua, kakek, nenek, dan lain-lain. Mereka semua hanyalah penasihat kalau diminta
nasihatnya saja.
Pernikahan adalah alat yang efektif di tangan Allah untuk mendewasakan kita. Dengan adanya
persoalan dalam rumah tangga hal itu berarti mengajak setiap pribadi (Suami/Isteri) untuk menjadi
seorang konselor yang baik dalam keluarganya. Karena itu campur tangan pihak orangtua dalam
rumah tangga anaknya akan menghambat proses ini sehingga mereka lambat untuk menjadi dewasa.
Salah satu sikap orangtua yang baik ialah tidak membolehkan anak-anak perempuannya yang sudah
menikah pulang ke rumah orangtua bila ada konflik dengan suami mereka. Konflik itu harus mereka
selesaikan sendiri dan nasihat diberikan kalau diminta. Hal ini tidak berarti putusnya hubungan
dengan orangtua setelah menikah. Hubungan dan sikap menghormati harus tetap ada antara orang tua
dan anak, tetapi untuk persoalan yang terjadi dalam rumah tangga anaknya, orang tua tidak boleh
turut campur tangan.
Hal ini cukup banyak dipertentangkan oleh adat-istiadat tertentu. Tetapi Alkitab yang
mengharuskan seorang anak untuk meninggalkan orangtua dan hidup bersama menjadi satu daging
dengan pasangannya, dan bukan dengan orangtuanya.
Suami
Isteri
Anak
Sama seperti kedudukan orangtua, pendeta/gembala sidang juga tidak boleh ada dalam hirarki
keluarga inti yang Alkitabiah. Seorang suami harus bertanggung jawab untuk kehidupan dan
kesejahteraan isteri dan anak-anaknya. Ia tidak dapat aktif di gereja seperti ketika masih bujangan.
53
Kegiatannya di gereja pada umumnya akan berkurang karena harus mencari nafkah bagi keluarganya.
Demikian juga dengan seorang isteri, ia harus bisa bertindak bijaksana dalam segala hal. Ketika belum
menikah mungkin bisa aktif dalam kegiatan gereja dalam satu minggu berturut-turut, tetapi setelah
menikah keluarganya adalah fokus utama dalam hidupnya, setelah Kristus. Dia harus
mempertimbang-kan pertimbangan dan keputusan suaminya dalam segala sesuatu yang akan dia
lakukan, bukan keputusan pendetanya.
Dalam organisasi gereja tertentu, pendeta (gembala sidang) adalah ‘direktur’ jemaatnya, artinya
mengurus dan mengambil keputusan dalam jemaat yang dipercayakan kepadanya. Ia juga ‘direktur’
keluarganya sendiri, tetapi ia bukan direktur dalam urusan pernikahan dan keluarga anggota-anggota
jemaatnya. Ia hanya bertindak sebagai penasihat, kata-katanya bukan perintah atau keputusan bagi
keluarga mereka.
Dalam kebijaksanaanNya Allah sama sekali tidak memberi hak kepada pendeta atau pemimpin
rohani untuk campur tangan (tanpa diundang) dalam masalah keluarga. Sekali lagi mereka hanyalah
konselor, atau penasihat, kalau diminta.
54
kuasa berkat dari Allah yang diucapkan oleh orang tua mereka, anak-anak ini berhasil dan
mengerjakan perkara-perkara yang besar.
Sebagai bapa, Anda harus memberkati istri dan anak-anak Anda. Di kala saudara
berbicara dengan istri atau anak, berkatilah mereka dalam nama Tuhan. Apa yang saudara katakan
dengan otoritas Allah akan terjadi. Apa yang saudara katakan dalam bentuk berkat atau kutuk hal
itu akan mengikuti anak-cucu saudara seumur hidup mereka.
Alkitab mengatakan bahwa suami adalah kepala istri. Paulus menulis: “tetapi
aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap laki-laki
ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus
ialah Allah (I Kor 11:3).Karena suami adalah kepala istri…(Efs 5:23). Apakah
arti dari ayat-ayat tersebut? Artinya bahwa suami harus menjalankan
kepemimpinan yang bertanggung jawab tanpa menjadi seorang diktator. Secara alkitabiah,
kepemimpinannya haruslah seperti di bawah ini:
i. Mengasihi istri (Efs 5:25,Kol 3:19).
55
Istri memiliki kelebihan yang kuat di perasaan. Hal ini merupakan perbedaan yang
dimilikinya disbanding dengan para suami. Istri harus diperlakukan dengan lembut. Istri yang
diperlakukan dengan kasar, cenderung akan memiliki akar pahit, kebencian, kecewa dan
menyesali dirinya dalam pernikahannya. Para suami, diharapkan untuk memperhatikan akan hal
ini(Kol 3:19).
v. Memuji istri.
Salah satu kebutuhan wanita adalah bahwa ia mendapatkan pujian yang diucapkan oleh
seseorang kepada dirinya(Sebagai penghargaan). Baik itu dikarenakan keberhasilannya dalam
melakukan sesuatu atau hanya pekerjaan ringan yang dikerjakannya. Suami yang memuji istrinya
akan menciptakan suatu suasana yang bahagia. Tetapi jika suami tidak pernah memuji istrinya,
maka si istri akan mencari pujian dari orang lain : Ams 31:28
vi. Menyenangkan.
Hal-hal yang menyenangkan haruslah ditumbuh kembangkan ditengah-tengah keluarga.
Siapa pun anggota dalam keluarga mengharapkan hal-hal yang menyenangkan. Istri yang
mendapatkan hal-hal yang menyenangkan dari suaminya cenderung akan memperlakukan
anggota keluarga dengan menyenagkan juga. Namun jika sebaliknya, maka istri akan susah untuk
berbuat hal-hal yang menyenangkan didalam keluarga tersebut( Ams 5:18; Pkh 9:9).
vii. Menghibur istri.
Kewajiban suami selanjutnya dapat dijumpai dalam 1 Sam 1:8 sebagai berikut : Lalu
Elkana, suaminya, berkata kepadanya, “Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak
mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu daripada sepuluh anak laki-
laki?” dari kisah ini kita melihat contoh Alkitab mengenai seorang suami yang tahu kewajibannya
untuk menghibur istrinya di kala istri sedang dirundung duka yang amat dalam.
Kebanyakan suami mengesampingkan kewajiban yang satu ini. Padahal, justru
sesungguhnya ini merupakan salah satu kunci meningkatkan keharmonisan suami-istri. Suami
menganggap bahwa jika ia dapat menghidupi istrinya dengan baik, maka hal itu sudah cukup.
Sebenarnya ada kewajiban lain yang harus dipenuhi, kewajiban yang lebih penting dari materi.
Istri sangat memerlukan penghiburan dari suaminya. Karena tugas yang dilakukan seorang istri
sehari-hari sangat berat dan tugas ini rutin namun pelik.
Sebagai suami yang takut akan Tuhan, sudah seharusnya suami memperhatikan istrinya
senantiasa. Karena itu, Firman Allah memerintahkan agar Anda menghibur istri anda setiap kali
memerlukan dan mengharapkan pertolongan Anda.
56
Anak-anak akan mengikuti pola hidup orang tua (Yeh 16:44).
Punya potensi.
Penerus dari sebuah kebudayaan (Mzm 78:4-9; 145:4-5).
b) Kapan harus dimulai?
Mendidik anak dimulai sejak bayi (Child-Brephos)
c) Bagaimana Caranya ?
Bekerjasama antara ayah dan ibu.
Mengadakan Family Altar (Mezbah keluarga) – jam malam – waktunya sesingkat
mungkin (U/ usia 1-2 th) + 10 menit.
Contoh dari kehidupan Orang tua:
- Ayah dan Ibu harus saling mengasihi, ada ekspresi yang tampil (Contoh: Ayah merangkul ibu
di depan anak-anak), sehingga anak-anak akan merasa aman.
- Jangan tampilkan perbedaan pendapat/pandangan di depan anak-anak, selesaikan di kamar
pribadi.
- Contoh lain: orang tua bisa mengajarkan untuk memberi dengan oranglain kepada anak-anak.
Saling menghormati satu dengan yang lain.
Dari kecil anak-anak diajar untuk saling respek terhadap orang lain, mulai dari bayi. Usia
anak 2-3 tahun merupakan usia anak yang paling aktif.
d) Akibat dari pendidikan.
i. Ams 29:17 (Memberikan ketentraman & sukacita bagi orang tuanya).
ii. Ams 23:14 (Anak diselamatkan). Ams 22:6 (Kehidupan anak-anak akan membawa
pengaruh yang positif bagi dunia di mana mereka berada).
e) Fokus Utama mendidik anak:
Takut Tuhan
Mencintai Tuhan dan sesama
Ini adalah salah satu contoh tentang betapa pentingnya peran orangtua untuk
mendidik anak-anaknya dalam firman dengan membicarakannya.
a. Tugas mendidik menuntut waktu.
Sudah tentu keinginan atau kerinduan menjadi ayah yang baik adalah penting,
namun tekad tersebut haruslah diwujudkan dalam bentuk waktu yang diberikan bagi anak
kita. Tanpa waktu, tidak akan ada kesempatan “mengajarkan dengan cara membicarakan”
pedoman hidup yang berasal dari Firman Tuhan. Jika Bapak Edi tidak menyediakan waktu
untuk bermain basket dengan anaknya, tidak akan ada peluang menyaksikan kelakuan
anaknya sekaligus mengoreksi sikapnya.
Waktu yang dimaksud tidak berarti sekedar ada di rumah, bersama keluarga, tapi
tanpa keterlibatan dengan anak-anak. Percayalah bahwa anak-anak Anda menghendaki
Anda bersama mereka. Libatkan diri Anda dalam kegiatan atau pembicaraan mereka, meski
hal itu sangat tidak menarik bagi Anda. Buatlah komitmen untuk lebih meluangkan waktu
bersama mereka sesuai jadwal yang Anda mampu berikan. Mungkin satu hari dalam satu
minggu, bisa juga dalam waktu-waktu lainnya. Dan di saat Anda bersama anak Anda,
berikan waktu yang berkualitas bagi mereka, lepas dari kesibukan Anda sendiri, pastikan
anak-anak Anda menikmati ‘keberadaan Anda sebagai bapa’ bagi mereka sepanjang hari itu.
b. Tugas mendidik membutuhkan kesediaan untuk melihat kelemahan anak kita.
Kita perlu terbuka untuk menerima kenyataan bahwa anak kita bukan saja tidak
sempurna, namun akibat dosa, ia pun berpotensi merugikan orang lain. Adakalanya sulit
bagi kita untuk mengakui kelemahan anak kita karena kelemahannya sedikit banyak
merefleksikan kekurangan kita sebagai orang tua.
Kesibukkan adalah alasan utama yang sering dipakai orangtua untuk dibenarkan
saat dimintai tanggung jawab tentang apa yang dilakukan anak-anaknya. Akibatnya
orangtua tidak benar-benar mengenal anaknya. Jika terjadi suatu masalah, maka di lain sisi
ada orangtua yang demikian hebatnya membela sang anak, tanpa melihat kebenarannya. Di
matanya anaknya ‘selalu’ baik dan jika ada masalah pasti sumbernya berasal dari orang lain.
Apapun yang dikatakan sang anak selalu benar, meski hal itu sebenarnya mendeskreditkan
orang lain.
Situasi yang demikian cukup berbahaya, karena orangtua terutama sang bapak akan
mudah dimanipulasi keinginan anak. Oleh sebab itu orangtua harus lebih bijaksana dalam
mencermati masalah, terbukalah jika memang kesalahan terletak pada anak Anda, dan
perbaikilah. Sebab hal itu akan berdampak lebih baik di kemudian hari bagi sang anak
daripada selalu memberi pembelaan secara buta.
Orangtua yang menerima kelemahan anaknya adalah orangtua yang bijaksana, hal
ini melatih sang anak untuk rendah hati dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya,
yang akan berdampak hingga ia dewasa.
57
c. Tugas mendidik lebih mendahulukan pendekatan kasih daripada konfrontasi.
Kadang kita perlu memperhadapkan anak kita dengan perbuatannya secara tegas;
sekali-kali kita perlu menghukumnya. Namun yang harus lebih sering dan diutamakan
adalah menegurnya dengan kasih. Makin keras kita menegurnya, makin bersikeras ia
menyangkalnya. Sebaliknya, tatkala dengan lemah lembut kita menegurnya, ia pun luluh
dan bersedia menerima perkataan kita.
d. Tugas mendidik yang kristiani menuntut kita menjadi ayah yang mengenal Firman
Tuhan.
Tanpa pengenalan akan Firman Tuhan, kita tidak bisa mendidiknya seturut dengan
Firman Tuhan. Anak- anak membutuhkan figur dan menuntut orangtua untuk menjadi
model yang sejati dari apa yang disampaikan orangtua.
Pelajaran terdahulu telah memberikan kepada kita pengertian bahwa seorang bapa
adalah kepala dari perjanjian antara Allah dan keluarganya. Seorang bapa adalah pribadi
yang menentukan arah kemana keluarganya akan pergi. Tujuan yang harus dan utama
dimiliki oleh semua keluarga Kristen adalah Kristus. Pengenalan akan Yesus yang sejati akan
membawa hidup seseorang berkemenangan, dan seharusnya dari seorang Bapa-lah semua
itu dimulai.
Perintah untuk mengajarkan firman Tuhan meski harus dilakukan bersama-sama
antara suami dan istri, tetapi tanggung jawab ‘khusus’ ada pada suami (bapa). Seorang pria
sangat dipengaruhi oleh nilai atau pedoman yang dipegangnya. Jika nilai hidupnya adalah
firman, maka ia akan berjalan sesuai dengan firman Tuhan. Tetapi jika nilai hidupnya adalah
uang, harta, kedudukan, maka nilainya sesuai dengan nilai harta atau kedudukannya.
Demikian juga hal ini akan menjadi standar ia menilai sesuatu atau seseorang. Semakin
mahal, semakin berkelas berarti semakin bagus barang itu. Semakin kaya atau semakin
tinggi pangkatnya, semakin baik orang itu.
Kembalilah berpegang pada firman Tuhan, baca, renungkan dan lakukan. Firman
Tuhan berjanji bahwa orang yang takut akan Tuhan, keturunannya akan perkasa di bumi.
Anda rindu melihat anak-anak Anda berhasil dan menjadi orang berpengaruh di muka bumi
ini? Ketahuilah bahwa Bapa di Sorga lebih rindu melihat semua itu terjadi. Sekali lagi,
kembali kepada firman Tuhan. Jadikan itu menjadi kesukaan Anda, dan percayalah Anda
akan diberkati. Hormatilah dan kasihilah Firman Tuhan, sebab firman adalah Yesus sendiri
yang telah menjelma menjadi manusia. Yoh 1:1.
Kita dapat juga melihat dalam Ulangan 6:7; “haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang
kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang
dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” Dan Ulangan 11:19, “Kamu
harus mengajarkannya (perintah Tuhan) kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau
duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila
engkau bangun;”
Hal lain dalam mendidik anak-anak, seorang bapa harus mengajarkan Firman Tuhan
dengan;
1. Berulang-ulang.
Mengapa perlu berulang-ulang? Penelitian menyebutkan bahwa kecenderungan manusia
untuk mengingat sesuatu dalam jangka waktu yang lama adalah sangat sedikit sekali. Daya ingat
manusia perlu diasah berkali-kali sehingga apa yang diketahuinya atau dipelajarinya benar-benar
masuk dan menjadi apa yang diharapkan.
Demikian halnya dengan firman Tuhan. Firman Tuhan minggu lalu lebih mudah diingat
daripada kotbah yang sudah satu bulan lalu kita dengar. Oleh sebab itulah dalam mengajarkan
firman Tuhan kepada anak-anak, Tuhan memberi perintah kepada orangtua untuk
mengajarkannya berulang-ulang. Agar anak-anak yang manusia adanya dapat mengingat dan
menyerap firman Tuhan serta menjadikan firman Tuhan sebagai gaya hidupnya sehari-hari.
Diajarkan berulang-ulang juga mengandung pengertian betapa pentingnya Firman Tuhan
dalam hidup ini. Tanpa firman Tuhan manusia akan tersesat dan masuk dalam kebinasaan kekal.
Firman Tuhan-lah yang mengarahkan setiap langkah kita agar selalu sesuai dengan kehendak
Tuhan. Firman Tuhan juga yang mengingatkan kita jika ada bahaya dosa yang sudah masuk
dalam hati kita, sehingga dengan segera kita dapat datang kepada Tuhan, bertobat dan tahir
kembali. Jika tidak, maka tanpa kita sadari bahwa dengan berlalunya waktu kehidupan rohani
kita akan merosot, hidup kita telah kehilangan maknanya karena lebih cenderung tersandung
dan menjadi sandungan dari pada menjadi berkat bagi orang lain. Betapa bahayanya keadaan
yang demikian, yang jika tidak segera bertobat akan menuai kehancuran.
Menjadi pelaku Firman adalah sasaran yang diwajibkan bagi para orangtua saat
mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anaknya. Hal ini menuntut para orangtua untuk
58
menjadi contoh yang pertama bagi anak-anak mereka. Memberi pengertian kepada anak-anak
mereka lewat contoh hidup betapa indahnya hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Ajarkan hal
yang indah dan utama ini berulang-ulang kepada keluarga Anda, serta raihlah berkat yang luar
biasa yang sudah dijanjikan Tuhan kepada orang yang taat dan setia.
2. Membicarakannya
Ada saat kita mengajarkan firman Tuhan melalui contoh atau teladan hidup. Tetapi Tuhan
juga menghendaki agar kita mengajarkan perintah Tuhan dengan cara membicarakannya.
Mungkin ada beberapa orangtua yang sulit melakukan hal ini, karena tidak adanya waktu dan
cara yang tepat bagi mereka karena pekerjaan yang mengharuskan mereka berada di luar rumah
hampir satu hari penuh dan ini berlangsung setiap hari.
Pada awalnya si bungsu tidak mau ditegur dan tetap mempertahankan bahwa dirinya yang
benar. Tetapi setelah diberi nasihat dengan landasan firman Tuhan, khususnya dalam Matius
7:12, yang instisarinya berbunyi demikian; bahwa apapun yang kamu ingin orang lain lakukan
kepadamu, lakukanlah hal yang demikian juga kepada mereka. Edi kemudian mengajak anaknya
berkomitmen untuk bermain secara jujur dan adil, sebab jika tidak ia akan kehilangan semua
teman-temannya, dan setelah itu ia memeluknya. Si bungsu meneteskan air mata dan sang
ayah kemudian mengajaknya bermain kembali. Kali ini si bungsu sudah dapat bermain jujur dan
adil seperti apa yang diharapkan.
3. Mengasihi
Bagian terpenting dari tugas seorang suami adalah mengasihi istrinya dan seluruh
anggota keluarga yang ada. Allah terlebih dahulu telah mengasihi suami sebagai kepala
keluarga, demikianlah juga suami harus mengasihi istrinya dengan kasih Tuhan. Kasih itu harus
diwujudnyatakan. Jika seorang suami mengasihi istri dan anak-anaknya, maka dia harus
mewujudkan kasihnya dalam banyak hal. Misalnya dalam pengorbanan waktu, perhatian,
tenaga, haknya dan lainnya. Suami yang mengasihi istrinya akan memancarkan kepada anak-
anaknya juga kasih yang sama. Tidak mungkin suami mengasihi istrinya dan membenci anak-
anaknya(Tit 2:4; Ams 13:24).
4. Mendisiplin anak (Ams 13:24; 22:15; 29:17).
a. Maksud dan tujuan dari disiplin:
Memanifestasikan kepedulian & kasih kepada anak (Ams. 13:24).
Memberi harapan dan bukan melampiaskan kemarahan! (Ams. 19:18).
Membersihkan batin anak (Ams 20:30).
Membebaskan seorang anak dari kebodohan (Ams 20:30; 22:15).
Menyelamatkan dari kebinasaan (Ams 23:13-14).
Mengajar anak (Ams 10:13; 29:15)
Untuk menunjukkan tanggungjawab terhadap tindakan (Mzm 53:3-5; Yer 17:10).
Mendukung dan bukannya meremehkan ajaran yang diberikan istrinya yang saleh kepada
anak-anaknya (1:8-9).
Memperingatkan anak-anaknya tentang yang jahat.
Mengajar anak-anakNya untuk percaya kepada Allah (3:5).
Mengajar tentang kasih (3:27-28).
Mewariskan kesalehan (4:1-9).
Mengajarkan kesetiaan dalam pernikahan kepada anak-anaknya (5; 6:20-35).
Mendorong anak-anaknya untuk giat bekerja (6:6-11).
Mencari perkenan Allah (12:2).
Mewariskan sesuatu bagi cucunya (13:22).
Mendisiplin anak-anaknya (13:24).ii
Yang perlu diperhatikan: Jangan mendisiplin anak pada saat marah!
b. Cara mendisiplin anak:
Dengan teguran disertai dengan tindakan yang tegas.
Jangan memberi pukulan pada anak di depan orang lain, pukulan harus dirasakan sakit oleh
anak.
Jelaskan dan terangkan mengapa mereka bisa terima pukulan.
Peluk dengan erat dan lama setelah diberi disiplin. Hal ini akan memberi rasa aman pada
anak, karena pada saat dipukul mungkin anak menganggap bahwa orangtuanya
membencinya.
Doa bersama.
Perintahkan untuk membuat penyelesaian, jika sedang mengalami pertengkaran. Hal ini
dengan tujuan agar seorang dengan yang lain saling menghargai/respek.
59
Jangan pernah ungkit-ungkit kesalahan yang sudah diselesaikan.
5. Memberkati anak-anaknya (Kej 48).
Hal ini merupakan pelayanan orangtua seumur hidup.
Caranya:
- Salah satunya dengan mengatakan pada anak ‘(sebut nama mereka)’ sangat berharga
bagi kami (Orang tuanya).
- Gunakan kata-kata yang positif untuk mendukung anak.
6. Memelihara dan menjaga mereka (Kej 6-8; Ibr 11:7).
Mengapa anak perlu dipelihara dan dijaga?
Mzm 127:3 (Nilai seorang anak lebih dari segalanya. Mereka adalah milik pusaka Tuhan).
Sebab mereka dapat diterpa oleh badai dunia ini.
Karena mereka dapat binasa, jika tidak dipelihara.
Yang perlu dipelihara: Roh, jiwa dan tubuh.
Tubuh : Anak-anak tidak perlu sakit-sakitan. (Suasana rumah yang kondusif,
aman & damai adalah faktor penentu bagi kesehatan anak. Selain itu kita juga
perlu memperhatikan makanan dan minuman anak-anak serta kebersihan
keluarga).
Jiwa : Pikiran, perasaan, kehendak dalam pergaulan.
Roh : (orangtua harus menjadi sahabat dari anak-anaknya) dan harus berani
berkata ‘tidak’ pada anak.
c. Tanggungjawab sebagai Istri
60
waktu dan menyimpan sebagian energinya, maka ia akan dapat memberi perhatian yang cukup
bagi setiap anggota keluarganya. Salah satu karakteristik dari keluarga yang berhasil adalah daya
tarik cinta kasih seorang ibu. Kasih ini tak dapat digantikan oleh apapun.
Pernikahan berlangsung harmonis bila suami dan istri menerima perannya masing-masing.
Inilah kebutuhan fungsional, suatu kebutuhan yang dicontohkan oleh kepemimpinan Allah sendiri.
perhatikan kata-kata Kristus: “…sebab Bapa lebih besar besar daripada Aku”(Yoh 14:28). Dia juga
berkata,”Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30).
Yesus datang ke dunia untuk melaksanakan kehendak dan rencana Bapa secara rinci.
Meskipun Dia sama dengan Bapa, Dia menundukkan diriNya pada kepemimpinan Bapa. Demikian
pula halnya pernikahan. Suami akan menemukan kepenuhan dalam kepemimpinannya, istri akan
menemukan sukacita dalam penundukannya, maka pernikahan yang seperti ini akan diberkati
Allah.
61
d.9. Suka bekerja keras (Amsal 6:6-11).
d.10. Menyenangkan hati ayahnya (Amsal 10:1)
d.11. Tidak menolak didikan (Amsal 15:5)
d.12. Tidak mengutuki orangtuanya (Amsal 20:20).
62
Menganggap penting setiap kesempatan untuk mengatakan sesuatu yang positif dan
membangkitkan semangat pasangan Anda setiap hari.
Tidak membiarkan sesuatu atau seseorang, kecuali pasangan anda, mengambil tempat yang
terutama dalam hidup Anda. Bukan anak-anak, bukan pekerjaan, bukan pula hobi Anda.
iv. Tidak mendahulukan hal-hal yang penting tetapi yang terpenting.
Para orangtua, perlu memikirkan apakah semua kegiatan, tugas dan pekerjaan yang Anda
lakukan hari ini lebih bernilai abadi dibandingkan pasangan hidup Anda atau anak-anak Anda?
Waktu dan komitmen yang Anda persembahkan untuk keluarga akan memberi keuntungan yang
lebih besar dibandingkan dengan proyek manapun yang Anda kerjakan. Kesehatan rohani dan
emosional keluarga Anda harus menjadi hal yang terpenting bagi Anda.
v. Suka menghamburkan uang.
“Karena akar segala kejahatan adalah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang
telah menyimpang dari iman” (I Tim 6:10).
Masyarakat kita terobsesi dengan kekayaan. Bayangkan bagaimana kelonggaran
pembayaran yang didapat dari kartu kredit, kemudahan untuk menggadaikan barang, orang
terjerat dalam hutang hipotik, dan ‘kebutuhan’ akan perlengkapan rumah tangga berteknologi
tinggi yang makin meningkat, akan mempengaruhi pola lama penggunaan uang Anda.
Di tengah daya pikat ini berdirilah keluarga, yang berusaha keras mencukupi kebutuhan,
mendukung pekerjaan Tuhan, sekaligus mendidik anak-anak tentang cara mengelola uang. Ini
merupakan suatu perjuangan, tetapi kita dapat memenangkannya.
Berilah lebih dulu untuk pekerjaan Tuhan.
Mintalah nasihat untuk mengelola keuangan Anda.
Berhati-hatilah dalam menggunakan kartu kredit.
Jangan terbujuk tipuan iklan yang mengatakan bahwa semakin besar rumah Anda atau
semakin bagus mobil, maka Anda akan semakin bahagia.
Jangan biarkan masalah keuangan menjadi penyebab pertengkaran. Belajarlah untuk
berdiskusi tentang keuangan dengan cara dewasa.
Tetaplah percaya pada Tuhan, bukan pada uang
vi. Hidup menurut standar dunia.
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu”
(Rm 12:2).
Waspada terhadap pesan yang merusak, seperti:
Humanisme : Manusia adalah pusat dunia. Kita tidak membutuhkan Allah karena manusia
dapat mengerjakan sendiri apa yang ingin dilakukannya.
Materialisme : Mereka yang telah mengumpulkan paling banyak uang dan harta benda akan
memperoleh kebahagiaan.
Keakuan : Hal yang terpenting dalam hidup ini adalah diri sendiri. setiap orang merupakan
pribadi tunggal yang tidak membutuhkan orang lain dan tidak dibutuhkan oleh
orang lain.
Hedonisme : Hidup ini singkat, jadi kejarlah sebanyak mungkin kesenangan yang bisa Anda
dapatkan dengan cara apa pun. “Anda hidup hanya sekali”.
Relativisme : Tidak ada kebenaran yang mutlak dalam kehidupan. Kita dapat menyusun
peraturan sambil menjalani peraturan.
vii. Membiarkan anak-anak bertindak sekehendak hati mereka sendiri.
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak
akan menyimpang dari pada jalan itu” (Ams 22:6).
Tugas orangtua akan menjadi sedikit lebih mudah bila ‘melatih’ anak-anak dan bukannya
‘menghukum’ mereka.
Ada suatu perbandingan yang menarik dalam Ams 29. ayat 15 mengatakan,”…anak yang
dibiarkan mempermalukan ibunya.” Ayat 17 mengatakan, “Didiklah anakmu, maka ia akan
memberikan ketentraman kepadamu.” Tentang hal ini tak dapat disangkal lagi, orangtua harus
mengawasi anak-anak secara aktif jika mereka ingin membantu anak-anak mereka.
viii. Kalah Terhadap Tekanan Hidup.
63
“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam
berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan
katekunan” (Yak 1:2-3).
Krisis merupakan bagian dari kehidupan. Itulah sebabnya keluarga-keluarga yang dapat
bertahan dikatakan sebagai keluarga-keluarga yang tahu bagaimana caranya mengatasi kesulitan-
kesulitan hidup.
BAB XI
KELUARGA YANG KUAT
DALAM PENGAJARAN TENTANG KELUARGA YANG BERKEMENANGAN
(Pemulihan Keluarga)
Tujuan pembelajaran :
Siswa SOM dapat memiliki wawasan yang luas tentang keluarga yang berkemenangan menurut
Firman Tuhan.
Metode Pengajaran :
Materi untuk pengajaran tentang keluarga yang berkemenangan disampaikan dengan metode
ceramah, diskusi, tanya jawab, ilustrasi, studi kasus, dll
Catatan :
- Pada Akhir pembelajaran, diadakan evaluasi ringan untuk melihat sejauhmana pelajaran telah
dipahami oleh siswa SOM
64
- Pada akhir pembelajaran, siswa SOM diajak untuk menerapkan prinsip keluarga yang
berkemenangan ditengah-tengah keluarganya masing-masing
Berikut ini dapat dilihat perbedaan lain antara pria dengan wanita.
a. Perbedaan Pertama
Pria
1. Otak kiri besar – angka, logika,matematika 10.
Mengutamakan harga diri/posisi
2. Mangutamakan analisa 11.
Menaklukkan
3. Kuat dimata/penglihatan 12. Harga
sebuah hadiah
4. Kuat diperut 13.
Acuh tak acuh terhadap kritik
5. Merasa berharga jika dihormati 14.
Suka melihat lawan jenis Wanita
6. Merasa berarti jika bekerja 15. Masa akan
1. Otak kanan besar – emosi, perasaan
10.Mengutamakan relasi/sahabat
2. Mangutamakan intuisi
11.Ditaklukkan dengan lemahlembut
3. Kuat ditelingan/pendengaran 12. Nilai
pribadi dari hadiah
4. Kuat dimulut/lidah dan hidung 13.
Lebih peka terhadap kritik
5. Merasa berharga jika dikasihi 14. Suka
melihat sesama jenis
6. Merasa berarti jika berkeluarga 15.
b. Perbedaan ke-dua
Perbedaan lain yang bisa ditemukan adalah: bahwa peneliatian menunjukkan mayoritas pria
memiliki otak kiri yang lebih berkembang dari otak kanannya, sedangkan wanita otak kanannya lebih
berkembang daripada orak kirinya. Mayoritas laki-laki hidup dengan 60–80% pikiran dan 20-40%
perasaan. Sedangkan wanita dengan 70% perasaan dan 305 pikiran. Laki-laki lebih kuat dipikiran(otak
kiri) sedangkan wanita lebih kuat diperasaan(otak kanan). Contoh di dalam Alkitab dapat ditemui di
dalam :1. Pria : Kejadian 26:9” (karena Pikirku), Kejadian 31:31” (karena Pikirku),1 Sam 13:12’(Maka
pikir ku), 1 Tawarikh 22:5”(Karena pikir Daud), 2. Wanita : 1 Samuel 1:10”(dengan hati);13”(berkata-
kata dalam hatinya);15”(Mencurahkan isi hati ku)
c. Perbedaan Ke-tiga.
Tim LaHaye menjelaskan tentang temperamen ini dengan baik sekali. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa temperamen mempengaruhi 20 - 35 % dalam tingkah laku seseorang.
Temperamen adalah kombinasi sifat-sifat yang kita warisi dari orang tua kita. Tidak ada seorangpun
yang tahu di mana letak temperamen itu, tetapi tampaknya ada dalam pikiran atau pusat emosi yang
sering dirujuk sebagai hati. Temperamen seseorang membuat ia ramah dan ekstrover, atau murung
dan introver. Temperamen mendorong sebagian orang menyukai seni dan musik, sementara yang lain
olah raga atau industri. Memang temperamen bukan satu-satunya yang mempengaruhi perilaku kita,
tetapi temperamen mendominasi hidup kita karena bersifat menetap dalam hidup kita.
Temperamen adalah kombinasi sifat-sifat bawaan sejak lahir yang dibawah sadar mempengaruhi
perilaku manusia. Sifat-sifat tersebut dibentuk secara genetis dalam basis bangsa, ras, jenis kelamin,
dan faktor keturunan lainnya yang diturunkan lewat gen. Karakter merupakan temperamen yang
65
sudah diubah, dan merupakan diri kita sendiri. Kepribadian adalah ekspresi luar dari diri kita yang
bisa sama atau tidak sama dengan karakter kita, tergantung seberapa asli kita. Kepribadian seringkali
merupakan bagian luar yang tampak menyenangkan dari karakter yang tidak menyenangkan atau
yang lemah.
“Sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan
satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” (Mark 10 : 8 -
9). Satu daging di disini bukan hanya kesatuan tubuh tetapi kesatuan roh dan jiwa, dan di dalamnya
termasuk temperamen.
Setiap temperamen memiliki keunikan tersendiri, baik kelemahan dan kelebihan maupun
tingkatan emosional dan reaksi dalam menghadapi tekanan/-persoalan.
Temperamen Melankolik/Hijau
Kekuatan Kelemahan
a) Berbakat a) Bergantung pada suasana hati
b) Analistis b) Sangat perasa
c) Perfeksionis c) Mudah terluka hatinya
d) Disiplin d) Pesimis
e) Rajin e) Negatif
f) Rela berkorban f) Kritis
g) Suka keindahan g) Teoritis dan tidak praktis
h) Kreatif h) Curiga dan balas dendam
i) Peka i) Berpusat pada diri sendiri, ragu-ragu
j) Setia (Sukar mengambil keputusan)
Temperamen Kholerik/Merah
Kekuatan Kelemahan
a) Berkemauan keras a) Dingin dan tidak emosional
b) Gigih b) Puas diri
c) Mandiri c) Keras
d) Pengambil keputusan d) Suka menguasai
e) Aktif dan energik e) Sulit mengampuni
f) Praktis f) Kasar
g) Pemimpin alamiah yang kuat g) Tidak sabar
h) Produktif h) Tidak simpatik
i) Berorientasi pada tujuan i) Keras kepala
Temperamen Phlegmatik/
Kekuatan Kelemahan
a) Tenang a) Pasif, dingin dan tidak bermotivasi
b) Tidak khawatir b) Suka menunda-nunda
c) Dapat diandalkan c) Tidak dapat mengambil keputusan
d) Objektif d) Penakut
e) Efesien e) Tidak pasti
f) Teratur f) Keras kepala
g) Praktis g) Egois
h) Pelucu h) Pelit
i) Lambat dan malas
66
yang serius. Individu yang rendah hati menyadari bahwa ia tidak sempurna sehingga; dapat
dimotivasi untuk memperbaiki diri dan menerima ketidaksempurnaan orang lain.
2. Menerima fakta bahwa pasangan Anda dan orang lain, tidak sempurna.
Pernikahan adalah penyatuan dua gudang kelemahan. Hal ini harus kita ketahui yaitu kita tidak
menikah dengan malaikat tetapi dengan manusia yang memiliki kelemahan dalam dirinya.
Persoalan besar akan segera timbul ketika salah satu pasangan memiliki prinsip untuk mengubah
atau ‘membetulkan’ pasangan-nya, karena hal itu jarang berhasil. Hal terbaik yang bisa kita lakukan
adalah berusaha menerima kelemahan pasangan kita dan bersama-sama Roh Kudus kita juga akan
berusaha keluar dari kelemahan kita. Mulai dari diri sendiri lebih dulu. (Mat 7 : 12).
3. Hadapilah kelemahan pasangan Anda dengan kasih.
Kasih itu sabar dan murah hati (I Kor 13 : 4). Jangan menyerah ketika pasangan kita berulang kali
memperlihatkan kelemahannya dan seakan-akan merasa tidak bersalah. Komunikasi yang dilandasi
dengan kasih untuk mengungkap-kan apa yang Anda rasakan bisa dilakukan. Tunjukkan kasih
lewat kesabaran dan kemurahan untuk memberikan pengampunan ketika diperlukan.
4. Menyerahkan masalah itu pada Allah.
Tuhan Yesus adalah perancang bangunan yang terbaik. Dia mampu membangun sebuah kehidupan
yang luar biasa, sekalipun dari kehidupan yang telah rusak. Dia tidak akan pernah menyerah untuk
membuat perbaikan meskipun itu berarti Dia harus memulainya dari dasar kembali. Demikian pula
dengan kehidupan kita, tidak ada hidup yang terlalu rusak bagi Dia untuk diperbaiki. Hanya Roh
Kudus yang dapat mengubah setiap hati dan mengikis setiap kelemahan dari setiap pribadi milik
kepunyaanNya yang diserahkan kepadaNya.
5. Bekerja sama dengan kelemahan pasangan Anda, jangan menentang – dan jangan mengkritik.
Apapun temperamen pasangan Anda, ingatlah bahwa Anda telah membuat pilihan untuk bersatu
dengannya. Hal yang bisa Anda lakukan adalah mempelajari pasangan Anda. Temukan apa yang
dia sukai, yang tidak dia sukai, prasangka, dan kelemahan-kelemahannya. Kemudian cobalah untuk
tidak menekan atau menuntut di bagian tersebut. Kasih itu menutupi segala sesuatu tetapi
keegoisan menuntut. Hindari kecenderungan sikap untuk menekan ataupun mengkritik ketika
pasangan Anda menunjukkan kelemahannya, bantulah dia untuk mengatasi kelemahannya dan
ijinkan pasangan Anda untuk membantu Anda mengatasi kelemahan Anda. Jadilah rekan kerja
yang baik dalam hal ini dan bukan sebaliknya.
67
menjalankan perannya yang benar di hadapan Tuhan. Pria dan wanita dirancang untuk saling
mendukung, jadi berpikirlah sebagai tim.
Sejak kejatuhan manusia pertama dalam dosa (Kej 3) warna keluarga telah ikut tercemar. Kain
membunuh Habel (Kej 4:1-16), Lot yang tidak berfungsi sesuai kehendak Allah, hidup di tengah bangsa
yang berdosa, dan ia melakukan zinah dengan anak-anak perempuannya (Kej 19:30-38), Imam Eli (I Sam
4:1b-22), Keluarga Daud, Salomo, dan raja-raja Israel serta Yehuda, yang memiliki keluarga yang hancur.
Banyak orang berpikir bahwa keluarga yang berhasil adalah hasil kerja keras kita semata-mata.
Dalam banyak persoalan yang terjadi dalam hidup pernikahan saat ini, mungkin hanya sedikit yang
menyadari bahwa titik persoalan itu terletak dalam kehidupan kerohanian suami-istri yang bermasalah.
Disinilah peranan imam diperlukan. 1 Petrus 2:9, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, Imamat yang rajani,
bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar
dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib.” Ayat tersebut
menjelaskan bahwa panggilan imam diperuntukkan bagi setiap orang percaya, dalam hal ini termasuk
suami dan isteri. Masing-masing pihak harus dapat menjalankan perannya sebagai imam dihadapan
Tuhan, bagi seluruh keluarganya. Panggilan seorang imam itu sendiri adalah panggilan untuk melayani.
Di dalam sebuah keluarga yang benar tidak ada yang berperan sebagai ‘Bos’. Semuanya harus
menjadi hamba, yaitu masing-masing melayani. Demikian dikatakan Woen Soen lan. Banyak kasus
terjadi dalam keluarga yang bermasalah disebabkan masing-masing pihak saling menuntut agar orang
lain berubah, suami terhadap isteri, anak-anak terhadap orangtua demikian sebaliknya. Matius 7:12
mengatakan “segala sesuatu kamu kehendak supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada
mereka. Itulah isi seluruh hukum taurat dan kitab para nabi.” Demikianlah peranan sebagai imam harus
dipulihkan dalam setiap keluarga anak-anak Tuhan. Imam sendiri memiliki fungsi yang sangat penting
dalam pertumbuhan kerohanian umat Tuhan. Dalam keluarga hal yang sama juga berlaku. Suami dan
isteri dipanggil untuk menjadi pribadi yang bertanggungjawab terhadap pertumbuhan rohani seluruh
anggota keluarganya. Hal ini sangat serius dihadapan Tuhan.
Ketika suami atau isteri gagal dalam menjalankan peranan imam dalam keluarganya, maka akan
terjadi kemerosotan dalam berbagai segi kehidupan, karena kehidupan yang sejati dalam kekristenan
dimulai dari kehidupan rohani. Tanggung jawab terbesar dalam memimpin rumah tangga memang
diemban oleh suami. Karena itu isteri harus tunduk kepada suami dalam hal ini berarti menghormati,
mendukung setiap keputusan yang diambil oleh suami. Suami adalah orang yang pertama-tama
dimintai tanggungjawab atas apa yang terjadi dengan keluarganya. Sebagai kepala, suami perlu
dukungan dari seluruh keluarganya terutama dari isterinya agar ia mampu menjalankan tugasnya
dengan baik.
Peranan imam dalam keluarga secara hirarki dan tanggungjawab dipegang oleh suami. Hal ini
mengandung pengertian agar para suami dapat membawa seluruh anggota keluarganya mengenal
Tuhan yang benar di dalam Yesus dan berjaga-jaga atas keselamatan jiwa bagi seluruh anggota
keluarganya. Namun dalam menjalankan perannya, suami akan bekerjasama sebagai satu team dengan
isterinya, memperkenalkan Tuhan kepada anak-anaknya melalui sikap, pola hidup-teladan hidup, dan
peraturan yang mereka buat dalam rumah mereka. Kerjasama yang baik akan menghasilkan keputusan
yang dapat dipertanggungjawabkan. Jauh dari sikap saling menyalahkan dan menuntut. Ketika
seseorang hidup dekat dengan Tuhan, mengandalkan Tuhan, menjadikan Tuhan sebagai prioritas yang
utama dan berusaha setiap saat untuk hidup menyenangkan hati Tuhan, maka keberhasilan, berkat dan
perlindungan menjadi bagian dalam kehidupan mereka. Hal yang sama berlaku dalam keluaga.
Keluarga yang hidup sebagai imam yang benar dihadapan Tuhan akan menikmati keberhasilan-
keberhasilan dalam berbagai segi kehidupan mereka, meskipun harus menghadapi banyak tantangan,
namun bersam-sama dengan Tuhan mereka akan tetap kuat, dijagai dari segala yang jahat. Mazmur 91.
Berhasilnya sebuah keluarga ditentukan siapa yang mempimpin keluarga tersebut. Seorang anak
akan pintar dengan adanya pembimbingan dari seorang ibu. Namun berhasilnya seorang anak di dalam
pekerjaan dikarenakan berfungsinya peran seorang ayah. Jika sebuah pesawat jatuh, maka yang harus
disalahkan adalah pilot dan co pilotnya. Jika ada kapal laut yang tenggelam maka yang harus disalahkan
adalah kaptennya. Jika ada kreta api mengalami kecelakaan maka yang yang harus disalahkan adalah
masinis yang menjalankannya. Jika ada Bus yang mengalami kecelakaan maka yang disalahkan adalah
supirnya. Jika ada keluarga yang hancur atau tidak lagi sejalan, maka yang harus disalahkan adalah
kepala keluarganya(suami/imamnya). Mengapa demikian? Dikarenakan tidak berfungsinya imam
68
ditengah-tengah keluarga tersebut. Dalam hal ini, pemulihan imam ditengah-tengah keluarga adalah hal
yang terutama. Jika imam dipulihkan, maka seluruh anggota keluarga akan mengalami lawatan Tuhan
dan mendapatkan kedamaian, sukacita, kebahagiaan, berkat Allah, perjumpaan dengan Tuhan.
Kegagalan iman yang tidak berfungsi dimulai dari kejatuhan manusia dalam dosa. Adam sebagai
imam/kepala keluarga tidak dapat berfungsi sebagaimana rencana Allah yang semula dalam
penciptaannya (Kej. 3:6). Akibatnya adalah bahwa fungsi imam sesungguhnya telah dikaburkan oleh
dosa sehingga terjadi saling menyalahkan, ada dosa yang masuk dan menguasai keluarga tersebut.
Kisah lain yang bisa kita lihat adalah kisah keluarga imam Eli. Semasa tuanya, imam Eli tidak lagi
berfungsi untuk anak-anaknya. Akibatnya, anak-anaknya melakukan apa yang jahat dimata Tuhan(1
Samuel 2:11-36).
Untuk pemulihan hubungan keluarga dengan Tuhan harus dimulai dari imamnya sendiri. Apa
yang datang dari atas akan mengalir ke bawah. Jika imam (kepala keluarga) mengalami pemulihan,
maka secara otomatis, istri dan anak-anak juga akan mengamai pemulihan. Dalm kitab perjanjian baru
dikisahkan adanya perkawinan di Kana. Disitu dapat ditemukan bahwa Allah sangat konsentrasi untuk
membawa sebuah keluarga mengalami pertolongan, mengalami sukacita dan Allah tidak memiliki
rencana jahat terhadap keluarga sebab lembaga keluarga didirikan oleh Allah.
2. Pemulihan Hubungan Suami Istri
Pemulihan hubungan suami istri dimulai dari pemulihan ke-intiman. Apa kata Tuhan tentang ke-
intiman? Esensi dari pernikahan adalah keintiman. Keintiman dalam pernikahan bagi sepasang suami
istri merupakan perintah Tuhan. (Kej 2:24-25; I Kor 7:3-4). Keintiman yang dimaksud selain dalam hal
hubungan suami istri adalah keintiman dalam hal rela berbagi dalam hal apapun. Keintiman menjadikan
sepasang suami istri menjadi satu.
Hubungan dalam kualitas keintiman adalah hubungan yang membedakan suatu hubungan
keluarga dengan hubungan yang lain. Hubungan yang intim tidak selalu berarti hubungan sexual,
melainkan hubungan yang membuat kita mengenal dekat anggota keluarga kita, dan menjadikan kita
masing-masing menjadi satu kesatuan (satu tubuh). Hubungan yang intim sebagai satu keluarga
membuat kita sangat peduli dengan keadaan orangtua dan saudara kita. Hubungan yang membuat kita
merasa saling membutuhkan dan saling menerima satu dengan yang lain, baik kelebihan maupun
kekurangan sifat dan sikapnya, karena kita merasa bahwa kita adalah satu. Satu sakit, semua sakit, satu
bersukacita, semua ikut bersukacita. Itulah hubungan keluarga. (I Kor 12:26-27).
3. Pemulihan Hubungan Orangtua & Anak
a. Rencana Allah untuk pemulihan orangtua dan anak
“Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang
besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-
anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi hingga musnah” (Mal 4:5-6).
“Kristus itu harus tinggal di Sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan
Allah dengan perantaraan nabi-nabiNya yang kudus di zaman dahulu” (Kis 3:21).
Peringatan Tuhan dalam kitab Maleakhi merupakan peringatan yang sangat serius.
Mempelajari kisah bangsa Israel dan raja-rajanya, kita mengetahui bahwa betapa tidak setianya
bangsa Israel kepada Allah. Pengalaman masa lalu yang mereka alami bersama Allah tidak mampu
menggoreskan kesan yang dalam bagi generasi yang lahir selanjutnya. Orangtua terdahulu yang
diberi mandate untuk mengajarkan taurat kepada anak-anaknya, dan juga mengingat apa yang
dilakukanNya bagi mereka sejak dari Mesir hingga Kanaan, tidak sepenuhnya dilakukan oleh peran
orang tua, terutama bapa-bapa.
Kelalaian ini menyebabkan generasi yang lahir kemudian, termasuk para raja-raja Israel,
hidup dalam kejahatan. Rasa hormat dan takut akan Tuhan sudah tidak ada pada mereka. Justru
mereka membangkitkan murka Tuhan dengan berbalik dari Allah penyelamat mereka, kepada
berhala yang mati dan bisu. Allah Bapa sangat murka, anak-anak Israel hidup dalam dosa yang
melahirkan tabiat ini kepada anak-anak mereka selanjutnya. Itu sebabnya Allah mengijinkan mereka
di tawan bangsa asing, bahkan Allah mengijinkan mereka masuk dalam masa kegelapan, masa
tanpa sedikitpun wahyu atau firman dari Allah. Allah berdiam diri ratusan tahun, karena keluarga
tidak menjalankan tanggung jawabnya dengan benar. Ya, Allah murka, saat keluarga tidak
berfungsi, anak-anak mereka menjadi suka dengan dosa.
Tetapi semua itu ada masanya. Allah memperingatkan bangsa Israel dan juga kita, bahwa
jika kelak ia berbicara kembali, Ia akan mengutus hambaNya untuk satu tujuan, ‘membalikkan hati
bapa kepada anak, dan hati anak kepada bapanya’. Akan terjadi pemulihan keluarga, dan
sekaranglah itu terjadi, agar jangan Allah memukul bumi hingga musnah. Mal. 4:6.
Zaman yang semakin modern ini membawa pengaruh gaya hidup anak muda yang
cenderung bebas, suka memberontak dan anti agama. Kita telah mempelajari bagaimana peranan
keluarga, khususnya orangtua yang diberi mandat untuk mendidik anak-anak menjadi pribadi yang
69
dapat diandalkan generasinya. Jika orang tua tidak mampu menjalankan peranannya dengan benar
maka anak-anak yang dilahirkan tidak akan menjadi pribadi yang diharapkan.
b. Perkataan Tuhan Tentang Orang Tua
Saat Allah menjadikan manusia, Allah memberikan perintah kepada mereka untuk
beranakcucu dan menguasai bumi. Banyak keluarga tidak sukses melahirkan generasi yang berhasil
di masa depan dikarenakan mereka tidak mengenal Allah dan mengenal rencana-Nya dalam hidup
mereka, khususnya bagi para orang tua. Kita perlu mengingat kembali bahwa peran orangtua tidak
berhenti pada tugas ‘melahirkan anak atau beranak cucu’ , tetapi lebih kepada tugas ‘membentuk
generasi untuk ‘menjadi orang yang menguasai bumi’, alias menjadi seseorang yang luar biasa,
orang-orang yang ‘hebat’ dan berpengaruh di bumi ini.
Menjadi orangtua adalah peran yang mulia namun bukanlah tugas yang ringan. Kepada
orangtua-lah Allah memberikan perintah untuk mengajar anak-anak mereka mengenal Allah dan
kehendakNya, dengan mengajarkan firman Tuhan yang telah mereka terima kepada anak-anak
berulang-ulang.( Ul 6:7). Kepada orangtua juga Allah memberikan tanggung jawab untuk
membentuk generasi yang akan datang menjadi sumber daya manusia yang siap memegang
tangung jawab yang besar bagi kemajuan bangsanya. Di sinilah pentingnya peranan keluarga.
Di awal pelajaran ini kita sudah mengetahui bahwa pola dan prinsip keluarga dimulai di
Sorga oleh Allah Bapa kita. Oleh sebab itu kita harus belajar prinsip keluarga dan bagaimana
menjadi orangtua dari Dia, karena hanya dari Allah Bapa di Sorga kita memperoleh pengajaran
yang paling benar dan efektif. Bukan dari dunia ini, sebab dosa sudah merusak makna dan fungsi
keluarga yang sebenarnya.
Orangtua ditetapkan Allah untuk membawa ‘figur’ Allah di bumi. Melalui orangtua-lah
anak-anak dapat mengenal keberadaan Allah. Allah Bapa yang penuh kasih, Allah Bapa yang
lembut, Allah Bapa yang setia dan bertanggung jawab, Allah Bapa yang berkuasa, Allah Bapa yang
layak dihormati bukan ditakuti, dan sebagainya. Beberapa pengalaman menceritakan kepada kita
bagaimana sulitnya anak-anak mengenal Bapa di Sorga yang penuh kasih sayang karena
pengalaman mereka mengatakan bahwa seorang bapa itu kejam, tidak bertanggung jawab dan
kasar, bahkan cenderung suka menyakiti yang lemah. Saat anak-anak melihat Ayah mereka sering
bertingkah kasar terhadapnya atau kepada ibu mereka, atau melihat ibu mereka yang susah
didekati karena terlalu sibuk, sering marah-marah, tidak hormat pada ayah mereka, bahkan ada
yang harus menghadapi kenyataan orangtua mereka berpisah dan menikah dengan pria atau wanita
lain, juga saat belaian atau dekapan kasih sayang telah menjadi hal yang ‘langka’ bagi mereka, dapat
dipastikan bahwa mereka sangat sulit mengenal Allah sebagai Bapa atau Ibu yang mengasihi
mereka. Sebaliknya, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang liar dan menjadi ‘masalah’ di
tengah-tengah masyarakat.
Allah sangat mengasihi keluarga, karena dalam keluargalah Allah ingin memanifestasikan
kasih dan kuasaNya yang besar. Allah juga sangat mengasihi Anda para orangtua. Allah mengenal
Anda dan mengerti betapa berat pergumulan Anda untuk mendidik anak-anak Anda menjadi
pribadi yang berhasil. Allah mengerti saat Anda merasa tidak sanggup dan ingin menyerah dengan
tanggung jawab sebagai orangtua karena melihat anak-anak sangat sulit diarahkan. Allah
mengetahui semua itu, karena Dia-lah yang menjadikan Anda.
d. Tipe pola pengasuhan orangtua
Dalam ilmu psikologis dikenal adanya pola asuhan parental yang dapat membentuk
kepribadian anak. Dalam buku Psikologi II, yang disusun oleh Rita L. Atkinso, Richard C. Atkinson,
Edward E. Smith,dan Daryl J. Bem, mereka menulis bahwa ‘setelah tahun pertama kehidupan anak,
pengasuhan anak menjadi lebih kompleks saat orangtua menangggung tugas mengajarkan disiplin,
kendali, dan membentuk karakter.
Orangtua memiliki cara yang sangat berbeda satu sama lain dalam hal bagaimana mereka
mendekati tugas tersebut. Sebagian bersikap hangat, pengasuh dan santai; yang lain bersikap
dingin, menjauh dan tegang. Sebagian bersikap mengendalikan; yang lain cenderung menuruti
anaknya. Sebagian berpusat pada anak, dengan sangat terlibat dalam kehidupan anak; yang lain
berpusat pada orangtua, lebih terfokus dengan minat dan aktivitas sendiri. Tugas dasar untuk
psikologis adalah mengkategorikan dan meringkaskan banyak perbedaan tersebut dan menentukan
apakah dan bagaimana mereka membantu membentuk kepribadian anak.
Pola pengasuhan orang tua dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) bagian; yaitu;
1) Kategori Autoritatif.
Kategori ini adalah tipe orangtua yang mengkombinasikan kendali dengan penerimaan
dan keterlibatan yang berpusat pada anak. Mereka memiliki tingkat pengendalian yang tinggi dan
mengharuskan anak-anaknya bertindak pada tingkat intelektual dan sosial yang konsisten dengan
usia dan kemampuan mereka. Tetapi orangtua Autoritatif mengkombinasikan kendali dan tuntutan
mereka dengan kehangatan, bimbingan, dan komunikasi dua arah.
70
Mereka mendengarkan pendapat dan perasaan anak saat mengambil keputusan untuk
keluarga, mereka memberikan penjelasan dan alasan untuk hukuman atau larangan jika mereka
merasa harus melakukannya. Para peneliti menemukan bahwa anak-anak dari orangtua seperti ini
akan cendeurng bersikap mandiri, tegas terhadap diri sendiri, ramah dengan teman sebayanya, dan
mau bekerja sama dengan orangtua. Mereka juga kemungkinan berhasil baik secara intelektual
maupun sosial, mereka tampaknya menikmati kehidupan, dan memiliki motivasi kuat untuk maju.
2) Kategori Otoriter.
Kategori yang kedua ini adalah orangtua yang menuntut dan mengendalikan yang
semata-mata menunjukkan kekuasaan mereka tanpa kehangatan, pengasuhan, atau komunikasi dua
arah. Mereka berupaya mengendalikan dan menilai perilaku dan sikap anak-anak mereka
mengikuti standar yang mutlak; mereka juga menghargai kepatuhan, rasa hormat terhadap
kekuasaan mereka, tradisi, kerja, dan mempertahankan urutan.
Anak-anak dari orangtua tersebut cenderung memiliki tingkat kompetensi dan tanggung
jawab yang sedang, tetapi juga cenderung menarik diri secara sosial dan tidak memiliki spontanitas.
Anak perempuan tampaknya cukup tergantung pada orangtuanya dan tidak memiliki motivasi
untuk maju; anak laki-laki cenderung lebih agresif dibandingkan anak laki-laki lain. Beberapa
penelitian juga menemukan kaitan antara pengasuhan parental yang otoriter dan harga diri yang
rendah pada anak.
3) Kategori Penyabar.
Sebagai kategori ketiga, adalah orangtua yang menerima, responsive, berpusat pada anak
yang sedikit memberikan tuntutan pada anak-anaknya. Anak tersebut lebih positif dalam moodnya
dan menunjukkan lebih banyak vitalitas dibandingkan anak dari keluarga otoriter, tetapi perilaku
mereka cenderung kurang matang sehingga mereka tidak memiliki kendali emosi, tanggung jawab
sosial, dan percaya diri.
Terdapat pula bukti bahwa sikap orangtua yang serba membolehkan adalah salah satu
faktor yang menyebabkan agresivitas anak. Yang menarik, walaupun orangtua otoriter dan
penyabar memiliki gaya pengasuhan yang berbeda, keduanya memiliki anak yang cenderung tidak
percaya diri dan mungkin mengalami masalah berkaitan dengan agresi.
4) Kategori Penelantar.
Sebagian orangtua dalam kategori ini sebagian besar tidak menelantarkan anaknya dalam
pengertian ekstrim seperti penyiksaan anak. Namun, mereka lebih memperhatikan aktivitas diri
mereka sendiri dan tidak terlibat dengan aktivitas anak-anaknya--mereka berpusat pada diri sendiri
ketimbang berpusat pada anak.
Sebagai orangtua mereka tidak mengetahui dimana anak-anaknya berada, apa aktivitas
anak-anaknya, dan siapa kawan anak-anaknya saat di luar rumah; mereka tidak tertarik pada
kejadian-kejadian di sekolah anak; mereka jarang bercakap-cakap dengan anak-anaknya; dan
mereka tidak mempedulikan pendapat anak-anaknya.
Finlandia menilai anak pada usia 8, 14, dan 20 tahun yang memiliki orangtua yang
berpusat pada dirinya sendiri. Pada usia 14 tahun, anak dari orangtua yang demikian bersikap
impulsive atau lebih menuruti keinginan hati, tidak mampu berkonsentrasi, pemurung,
menghabiskan uang dengan cepat dan tidak menabungnya, dan mengalami kesulitan
mengendalikan kemarahan agresif. Mereka tidak tertarik bersekolah, sering membolos, dan sering
menghabiskan waktu di jalanan dan markas mereka berkumpul. Mereka cenderung mulai minum
minuman keras, merokok, dan berkencan pada usia muda. Pada usia 20 mereka menjadi anti agama,
tidak memiliki daya tahan terhadap frustasi dan pengendalian emosi; mereka tidak memiliki tujuan
jangka panjang, minum sampai mabuk, dan seringkali memiliki catatan kejahatan.
Kasus orangtua penelantar yang lebih ekstrim adalah yang tidak memiliki ikatan
emosional dengan anak-anaknya. Mereka terpisah dari anak-anaknya, tidak memiliki ikatan
emosional, sering mengalami depresi, dan tidak peduli kepada anak-anaknya.
e. Figur BAPA
i. Defenisi Bapa
Kata ‘Bapa’ berasal dari bahasa Ibrani ”Abbah”, ini sebenarnya adalah sebutan (title) dan arti dari
kata ini adalah sumber atau pemelihara. Bahasa Yunani dari ‘Bapa’ adalah ”Pater”, yang berarti
sumber dan pemelihara atau yang mendukung. Kata Bapa disebut juga sebagai fondasi dari
semuanya. Untuk menjadi “Abbah’ saudara harus menghasilkan sesuatu untuk memeliharanya.
ii. Pentingnya Memiliki Bapa
a) Kehormatan tertinggi yang Tuhan taruh dalam kehidupan seorang pria
adalah menjadi ayah. Karena Tuhan memilih title, sebutan, panggilan untuk diriNya sebagai Bapa.
71
b) Kebapaan adalah pekerjaan yang terutama bagi para pria. Tidak ada yang
lebih lengkap bagi seorang pria untuk mencapai kepenuhan kecuali menjadi ayah. Itu bukan berarti
hanya memiliki anak jasmani.
c) Ayah adalah kunci untuk dosa dan juga kunci solusi dari dosa. Konsep
kebapaan telah merupkan penyebab manusia jatuh dalam dosa dan juga konsep pembapaan yang
akan menjadi penyelamat manusia. Kuasa dari pembapaan telah menjadi bukti dalam konsep Tuhan
yang tertulis dalam Alkitab.
d) Dosa adalah akibat dari manusia yang menyatakan independent (lepas atau
bebas) dari Bapa mereka. Dosa adalah masalah utama kita.
e) Tuhan sendiri melihat pembapaan sebagai jalan keluar.
iii. Akibat Kehilangan Figur Bapa;
a) Anak-anak akan kehilangan Identitas/ jatidiri
b) Anak-anak akan kehilangan kasih sayang
c) Anak-anak akan kehilangan tujuan hidup/ Sense of destiny.
Realitas
38% anak di Western World hidup tanpa ayah biologis (th 1999, th 1960 hanya 17,5%).
Tanpa Bapa berhubungan erat dengan mimpi buruk masyarakat seperti remaja yang bawa pistol,
gadis remaja dengan bayi.
Lebih dari 50% anak menghabiskan separuh hidup mereka tanpa ayah.
46% keluarga dengan anak yang dipimpin oleh seorang ibu saja hidup di bawah garis kemiskinan
dibandingkan keluarga lengkap (ayah ibu) hanya 8%.
43% dari orang yang ada di penjara dinyatakan hidup dan bertumbuh dalam keluarga yang tanpa
ayah.
Pakar sosiologi sekarang telah menghubungkan ketiadaan ayah dengan: dropout, jobless,
kecanduan obat, bunuh diri, ataupun target dari pelecehan seksual.
Jika seorang bapa tidak mengambil peran menjadi seorang bapa, maka ia akan melihat anak-
anaknya hidup dalam kesulitan dan kegagalan, sebagai contoh lainnya berikut ini kita akan melihat
hasil survey dari kasus bagaimana dampak jika seorang anak dibesarkan tanpa figur bapa yang
benar:
- Seorang anak dapat mengidap penyakit jantung koroner, darah tinggi, tumor ganas, gangguan
mentaldan punya kecenderungan untuk bunuh diri. (riset dari 1.337 dokter kesehatan di University
John Hopkins).
- Penyebab bagi sebagian anak wanita mengidap Anoreksia Nervosa / gangguan pola makan. (riset
dari 39 gadis remaja penderita penyakit tersebut).
- Survey dari University John Hopkins menyebutkan bahwa 60% gadis berkulit yang hidup tanpa
figur bapa terlibat dalam sex bebas.
- Anank-anak dibawah umum menjadi pelanggar hukum/sifat pemberontak. (riset dari Dr. Loren
Monshen di National instated of Mental Health – USA).
- Anak-anak tumbuh menjadi pelaku kejahatan tingkat tinggi (contoh. Hitler). Riset dari ‘Yale’
university di 48 kebudayaan di seluruh dunia.
- Percakapan saat makan malam dengan seorang ayah, akan memacu anak untuk berprestasi (survey
dari Dr. Marthin Deutsh)
- menjadikan anak-anak tidak bisa mengambil keputusan, dan saat mereka menikah tidak berani
mendisiplin anak-anak mereka. (I Sam 8:2-3)
- bagi anak perempuan akan mudah kagum dengan laki-laki lain, (Kompas, 25 Okt’ 06 – dr. Sawitri)
- ketika menikah, anak perempuan akan menjadikan suaminya menjadi bawahannya.
iv. Tujuh (7) rahasia efektif menjadi BAPA;
Untuk Anda, kami menyimpulkan cara-cara menjadi Bapa secara efektif, yang mana kami kutib dari
Dalam buku ‘The 7 Secret of effective Father’ oleh; Ken R. Canfield yang menguraikan tentang
rahasia menjadi Bapa yang sukses sesuai Firman Tuhan agar Anda dapat menjadi bapa seperti apa
yang Anda harapkan selama ini:
a) Komitmen
Hal pertama yang perlu diperbaharui dalam diri seorang ayah atau bapa adalah komitmen.
Selanjutnya kita akan melihat bersama-sama arti pentingnya komitmen seorang bapa. Figur bapa
dapat kita kenal dalam hal komitmennya. Seorang bapa yang baik dan benar akan memiliki sebuah
kerinduan yang besar bagi anak-anaknya, dan ia akan bersedia menemani mereka setiap waktu
yang ada agar kerinduannya itu menjadi kenyataan. Kerinduan ini bukan ambisi, melainkan sebuah
makna kasih, yang sangat ingin menjadikan anaknya sebagai pribadi yang kokoh dan sukses dalam
hidupnya, sesuai kemampuan atau bidang panggilan hidup anaknya.
72
Seorang bapa akan mendidik anaknya, menemaninya dan setia bersamanya saat ia
membutuhkan. Memeliharanya, melindunginya, menjadi pembela dan pendukungnya, menjadi
sahabat terbaiknya, dan menjadi andalannya. Semua ini membutuhkan komitmen, jika tidak,
seorang bapa akan dengan mudah melepas tanggung jawab yang berat itu, dan membiarkan
anaknya bertumbuh seadanya.
b) Kenali Anak-Anak Anda
Langkah selanjutnya untuk menjadi seorang bapa yang efektif adalah belajar untuk
mengenali anak-anak Anda. Mungkin sering kita temui setiap hari, bahwa tingkah laku anak-anak
sulit ditebak. Kita agak sulit mengerti apa yang diinginkannya, apa yang sedang dialaminya di
sekolah, dengan teman-temannya, ketakutan atau kekhawatirannya, dan lain-lain. Sehingga banyak
orangtua yang kaget ketika menyadari bahwa mereka tidak sungguh-sungguh mengenal anak
mereka.
Sebagai orangtua, kita dituntut bukan sekedar menjadi pribadi yang kuat untuk memelihara
dan melindungi, tetapi kita juga diharapkan dapat menjadi pribadi yang lembut, terbuka, fleksibel
untuk menjadi sahabat yang dapat dipercaya oleh anak-anak kita. Untuk itu kita perlu mengenali
mereka sungguh-sungguh, bukan hanya sekedar ‘merasa’ mengenal mereka karena ikatan darah
dan daging. Ketahuilah bahwa semua kita diciptakan berbeda, termasuk anak-anak.
Berikut beberapa hal yang dapat menjadi acuan bagi orangtua untuk mengenali Anak-anak
Anda;
v. Kapan ia menghadapi hari-hari sulit
vi. Bila ia bingung dengan sesuatu
vii. Sahabat terbaik anak anda
viii. Apa yang paling membuatnya sangat bersemangat
ix. Kapan hatinya sedang terluka
x. Kekuatan dan kelemahannya
xi. Apa yang memotivasinya melakukan sesuatu
xii. Apa yang paling membuatnya malu
xiii. Pengalaman apa yang baru-baru ini membuatnya paling kecewa
c) Konsisten
Konisten berarti Stabil. Tidak dipengaruhi mood. Bapa yang tidak konsisten suka marah-
marah. Bapa yang efektif dapat mengendalikan tingkah laku/kelakuannya. Jika keluar selalu pulang
ke rumah. Anak-anaknya juga akan tumbuh menjadi pribadi yang konsisten. Anak dari ayah yang
konsisten sangat tahu bila ayah mereka pergi untuk suatu pekerjaan, dengan memberikan ciuman
dan tatapan mata yang mengandung arti penuh bahwa ; ‘ayah pasti akan kembali’. Anak-anak dari
ayah yang tidak konsisten tidak mengetahui hal ini, karena ayah mereka sukar ditebak.
Ayah yang konsisten dapat dikenal juga saat mereka membuat janji. Ia berani berkata bahwa
‘perkataanku adalah janjiku’. Ia tidak akan berjanji sesuatu yang tidak dapat ditepatinya. Ia akan
menepati semua janjinya, dan tidak setengah-setengah. Ia juga mempraktekan apa yang ia ajarkan,
dan konsisten dalam tingkah laku moralnya. Anak dari seorang ayah yang konsisten akan tumbuh
menjadi pribadi yang kuat dan diperhitungkan di tengah lingkungannya. Ia juga akan menjadi
orang yang konsisten atau orang yang kelak akan meraih kesuksesan dalam hidup.
e) Melindungi dan Memelihara
Selanjutnya kita akan melihat tentang peran seorang bapa dalam hal melindung dan
memelihara keluarganya. Melindungi berarti; saat terjadi krisis ayah akan mengambil peran
kepemimpinan di dalam membagikan ketenangan, efektifitas, dan membangun, serta memulihkan
stabilitas di dalam keluarga. Memelihara berarti; ayah mampu menjaga/memberi rasa aman dengan
ketenangannya, memiliki kemampuan financial, dan memenuhi kebutuhan materi di dalam
keluarga.
Seorang bapa yang menjadi pelindung dan pemelihara bagi keluarganya, terutama bagi
anak-anaknya adalah seorang pribadi yang tangguh, yang tidak mudah menyerah menghadapi
kesulitan, dan tidak putus asa saat menghadapi jalan buntu. Seorang yang tetap tenang, bahkan
tetap dapat memberi dorongan hidup bagi orang-orang di sekitarnya, dan mampu melakukan
sesuatu untuk membawa pemulihan di tengah kesukaran yang terjadi.
f) Cintai Ibu Mereka
Hubungan suami istri adalah contoh kasih yang sederhana, dimana saat Anda memiliki
hubungan yang kuat pada bagian ini, Anda memiliki suasana yang aman di rumah anda, di mana
anak-anak anda dapat bertumbuh. Anda juga menjadi contoh dari sebuah pernikahan yang efektif
yang hidup, dan menjadi faktor yang menentukan bagi kesuksesan pernikahan anak-anak Anda,
saat mereka menikah nanti.
Hubungan suami istri yang kuat sangat penting. Hal itu menjadi factor bagi hubungan ayah
dan anak yang kuat, dapat membantu komunikasi ayah dan anak, melindungi anak terhadap
73
perilaku sexual liar, menguatkan komitmen kita untuk kehidupan anak-anak yang memuaskan, dan
memampukan anak-anak kuat menghadapi krisis. Apakah Anda menyayangi anak Anda? Salah
satu hal terbaik yang dapat anda lakukan bagi mereka adalah dengan mencintai ibu mereka. Hal ini
menciptakan suasana yang aman yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak Anda. Istri kita perlu
mendengar tentang komitmen kita untuk mencintai mereka secara konsisten. Jika suami membuat
janji, istri perlu mendengar janji itu diucapkan. Anak-anak juga perlu mendengar janji Anda kepada
istri anda.
Anak-anak anda akan senang melihat Anda mengekspresikan cinta Anda. Mereka akan
melihat Anda memberi contoh bagaimana menghargai wanita yang Anda cintai. Saat Anda
meminta saran mereka tentang hadiah apa yang harus diberikan kepada ibu mereka, anda tidak
hanya memperoleh ide yang bagus, tetapi hal itu berarti anda sedang mengkomunikasikan kepada
mereka bahwa ibu mereka adalah orang terpenting. Jangan buat istri Anda menderita sesuatu yang
tak perlu untuk kepentingan anak-anak anda. Jadikan istri anda kebutuhan dasar dan prioritas di
dalam pendapatan atau keuangan anda. Jika istri anda ingin membeli baju, dan anda bisa,
lakukanlah dan jadikan istri anda cantik.
Ada suami yang lebih mencintai anak daripada istrinya. Hal ini memang terlihat baik tetapi
tidak benar. Hal itu berarti Anda sedang membentuk anak-anak Anda menjadi pribadi yang tidak
saling menghargai satu dengan yang lain. Kelak ketika mereka menikah, mereka akan mengikuti
contoh Anda berperilaku terhadap ibu mereka, dan tentu saja akan bertambah jumlah wanita yang
dirugikan bukan?
Buatlah suasana rumah Anda menjadi surga bagi anak Anda, dengan mencintai dan mampu
mengekspresikan cinta Anda kepada istri Anda, kekasih yang telah Tuhan anugerahkan dalam
hidup Anda sebagai rekan pewaris dari kehidupan yang kekal.
g) Aktif Mendengarkan
Merasa didengarkan adalah kebutuhan semua orang. Saat kita sedang mendengarkan
seseorang berbicara, hal itu sedang menunjukkan kepadanya bahwa kita menghormatinya,
mengasihinya dan menyatakan padanya bahwa ia orang penting bagi kita. Hal yang sama berlaku
bagi anak-anak Anda. Jika ingin memenangkan hati anak anda, dengarkan mereka. Aktif dan tidak
pasif. Ada respon timbal balik dari anda. Anda dapat mulai menyatakan bahwa Anda senang
mendengarkan apa yang dikatakan Anak anda, meskipun mungkin Anda tidak terlalu tertarik
dengan apa yang dikatakannya. Ekspresi Anda menunjukan bahwa betapa mulia mereka sehingga
harus diketahui berita mereka dan dimengerti. Mendengarkan mereka berarti anda sedang berkata ‘I
love u’ kepada mereka tanpa kata.
Aktif mendengarkan berarti anda berusaha mengerti apa yang dipikirkan dan dirasakan anak
Anda. Mungkin Anda dapat menunjukan sikap tubuh yang menyatakan Anda serius dengan apa
yang dikatakan oleh mereka. Misalnya, dengan memperbaiki cara duduk anda, mematikan TV, dan
segala sesuatu yang menghalangi Anda untuk berkonsentrasi saat mendengarkan Anak Anda
berbicara. Jadilah ayah yang bijaksana dengan menyediakan hati dan telinga untuk mendengarkan
anak Anda saat ia berbicara. Percayalah, Anda pasti menemukan satu atau beberapa hal berharga
yang dapat menjadi berkat bagi Anda dan keluarga Anda.
74
perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur
rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar firman Allah jangan dihujat orang”. Para
ibu diminta untuk mencintai anak-anak mereka. Dalam Yesaya 49:15a Alkitab mengatakan,
“Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari
kandungannya?”. Anak adalah hadiah dari Tuhan (Mzm 127:3-5). Dalam Tit 2:4 muncul kata Yunani
“phileoteknos”. Kata ini mewakili jenis khusus dari “kasih ibu”. Ide yang mengalir keluar dari kata
ini adalah “lebih menyukai” anak-anak kita, “memperhatikan” mereka, “membesarkan” mereka,
“memeluk mereka dengan kasih sayang, mencukupi kebutuhan mereka, berteman dengan lembut”
Setiap anak adalah pribadi yang unik yang berasal dari tangan Tuhan. Kita diperintahkan
dalam Alkitab untuk memperlihatkan “kasih ibu” sebagai tanggung jawab kita. Baik para ibu
maupun para ayah diperintahkan oleh Firman Tuhan untuk melakukan beberapa hal;
Selalu Ada – pagi siang malam (Ul 6:6-7
Keterlibatan – berinteraksi, berdiskusi, memikirkan dan memproses kehidupan bersama-
sama (ef 6:4).
mengajar–Alkitab, pandangan dunia yang Alkitabiah (Mzm 78:5-6; Ul 4:10, Efs 6:4)
mendidik–menolong anak-anak mengembangkan keterampilan dan menemukan
kekuatannya (Ams 22:6)
mendisiplin–mengajarkan takut akan Tuhan, menentukan batas secara konsisten penuh
kasih dan ketegasan (Ef 6:4; Ibr 12:5-11; Ams 13:24; 19:18; 22:15; 23:13-14; 29:15-17)
Kehadiran seorang ibu akan membawa warna, kesegaran dan sukacita serta kehangatan bagi
keluarganya. Rumah tanpa kehadiran seorang ibu, seperti taman yang tidak terawat. Keluarga
yang tidak menaruh kasih dan hormat kepada seorang ibu tidak akan merasakan cinta dan
kehangatan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kebahagiaan anak-anak.
Sehubungan dengan itu kita akan melihat Ibu seperti apakah yang dapat memberikan pengaruh
yang baik buat anak-anaknya :
1. Protective (Melindungi)
Seorang ibu punya kasih yang besar dan dia akan melindungi anak-anaknya dan berkorban buat
mereka. Ibu akan memberikan cara memperoleh hikmat Allah, pengertian, cinta kasih, kebaikan dan
sebagainya kepada anak-anaknya untuk menunjukkan jalan yang benar. Dengan cara seperti ini ia
akan melindungi anak-anaknya dari yang tidak baik.
2. Instractive (Mempengaruhi)
Menceritakan tentang Timotius yang tumbuh menjadi seseorang yang berhasil karena mempunyai 2
orang wanita yang luar biasa yaitu ibunya (Eunike) dan neneknya (Lois). Timotius mempunyai mama
dan nenek yang memberikan pengaruh yang baik. Kita harus mengucap syukur bila kita dilahirkan
ke dalam keluarga Kristen, sama seperti halnya dengan Timotius. Anak-anak perlu dibimbing oleh
orang tuanya dengan bimbingan yang baik sehingga mendapat pengaruh yang baik untuk masa
depan yang baik.
3. Supportive ( Mendukung )
Hana tidak memiliki anak tetapi dia berdoa kepada Tuhan untuk bisa mendapatkan anak. Satu hal
yang dapat kita pelajari dari Hana: God Answer Prayer. Tuhan mendengar doa Hana untuk bisa
mempunyai anak dan pada akhirnya Tuhan mengaruniakan Samuel. Hana menjadi ibu yang
supportive dengan terus menerus mendukung Samuel hingga menjadi hamba Tuhan yang luar biasa.
75
i
ii