Anda di halaman 1dari 8

PENATALAKSANAAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR

No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

UPTD Puskesmas Dadan Kusnanto, SKM


Karangnunggal NIP. 197001181998031007
Pengertian:
Suatu intervensi tindakan yang dilakukan untuk membantu bayi baru lahir yang tidak bernafas
spontan dan teratur.

Tujuan:
Suatu intenervensi tindakan yang dilakukan untuk membantu bayi baru lahir yang tidak
bernafas spontan dan teratur

Kebijakan:
Panduan Mutu UPTD PKM Karangnunggal.

Referensi:
1. Direktorat kesga.dirjen kesmas,kemenkes RI,2018 modul pelatian bagi
pelatih(TOT)penanganana kegawatdaruratan maternal dan neonatal bagi dokter
umum ,bidan dan perawat,kemenkes RI Jakarta
2. Kementrian kesehatan RI WHO(2013)buku saku pelayanan kesehatan ibu di
fasilitasi kesehatan dasar dan rujukan untuk tenaga kesehatan,kementrian
kesehatan RI.jakarta.
Prosedur / Langkah-langkah :
A. Persiapan resusitasi
1. Melakukan cuci tangan 7 langkah
2. Memakai APD
3. Inform consent dan komunikasi
4. Menyusun tim
5. Pengenalan faktor resiko ibu dan bayi baru lahir
6. Menyiapkan alat dan memastikan berpungsi
7. Mengetahui indikasi melakukan resusitasi (langkah awal).
B. Resusitasi pada bayi baru lahir
8. Penilaian awal (bernapas,menangis,tonus otot)jika salasatu jawban tidak maka
bayi perlu tindakan resusitasi
9. Melakukan langkah langkah
a. Memastikan bayi tetap hangat (meletakan bayi baru lahir dibawah
penghangatan dengan pemancar panas dan melakukan pemasangan
pelastikdan topi bayi sebagai metode kehngatan )
b. Atur posisi dan bersihkan jalan napas
c. Membersihkan jalan napas
d. Mengeringkan,mengganti kain basah
e. Melakukan stimulasi
f. Reposisi kepala(memposisikan kepala
10. Melakukan evaluasi(usaha napas,laju denyut jantung dan tous otot)
11. Membuat keputusan untuk langkah selanjutnya
12. Mengetahui indikasi melakukan ventilasi tekanan positif
a. Jika bayia baru lahir tidak bernafas/megap megap atau laju denyut
jantung<100X/menit maka lakukan VTP dan pasang sensor pulseoxymetri di
tangan kanan (saturasi oksigen )
13. Jika bayi baru lahir bernafas spontan dsn denyut jantung>100X/menit tetapi ada distres
respirasi (takipnea,tarikan dinding dada,merintih)maka lakukan pemasangan CPAP dan
pasang pulse oxsymeter di tangan kanan . Melakukan ventilasi tekanan positif dengan
balon sungkup + katup PEEP
14. Menentukan ukuran sungkup yang sesuai
15. Memastikan jalan napas terbuka
16. Meletakan sungkup dengan benar
17. Melakukan VTP
18. Melakukan koreksi jika dada tidak mengembang
19. Melakukan vtp dengan frekuensi 20-30 Xper 30 detik
20. Melakukan evaluasi setelah VTP selama 30 detik
21. Setelah VTP 30 detik evaluasi usaha nafas denyut jantung dan saturasi oksigen
22. Membuat keputusan untuk membuat langkah berikut.
a. Bila napas spontan denyut jntung >100 x/menit dan tidak ada tanda tanda
doistres respirasi ,lakukan perawatan paska resusitasi
b. Bila nafas spontan denyut jantung >100x/menit dan ada tanda tanda disters
respirasi berikan CPAP
c. Bila belum ada nafas spontan ,denyut jantung >60x/menit lanjutkan VTP
d. Bila bayi belum bernapas dan denyut jantung < 60x/menit lakukan vtp dan
konpres dada
e. Jika sudah kompeten lanjutkan ke vtp berkelanjutan dengan t-piece
resuscitator,jika tidak kompeten dalam melkukn kompresi dada maupun vtp
dengan t-piece lakukan rujukan dengan tetap melakukan vtp sampai ke tempat
rujukan
23. Melakukan persiapan alat untuk melakukan vtp lanjutan dengan t-piece dengan
mengatur tekanan positif akhir respirasi(end-epiratory pressure/PEEP yang akan
diberikan antara 5-8 cm H20 (umumnya dimulai dengan 7,hingga manometer
menunujukan PEEP yang di ininkan
24. Meletakan sungkup dengan ukuran yang sesuai pada wajah bayi
25. Melakukan pengamatan saturasi oksigen pada pulse oxsymetri.
26. Melakukan evaluasi saturasi oksigen
a. Jika setelah pemberian PEEP saturasi oksigen masih belum naik ,maka
pemberian FL02dinaikan betahap
b. Pada bayi cukup bulan pemberian oksigen dimulai dari konsentrasi 21%dan
pada bayi kurang bulan pemberian oksigen dimulai dari konsentrasi
30%kemudian bias di naikan bertahap sesuai dengan tabel yang telah di
tentukan
c. Pikirkan pemasangan LMA bila VTP dengn t-piece resuscitator tidak epektip
27. Petugas mampu mengetahui indikasi dilakukannya pemasangan laryngeal mask
airway (LMA)
28. Melakukan persiapan alat
29. Kempiskan cuff dan jaga agar tidak terlipat
30. Mengolesi bagian belakang dqn samping LMA dengan air liur bayi
31. Pegang LMA seperti memegang pensil dengan bagian sungkup menghadap ke
depan
32. Masukan LMA menyusuri bagian tengah langit langit mulut
33. Dorong sungkup dengan jari telunjuk menyusuri langit langit mulut ke arah faring
sampai terasa ada tahanan
34. Pegang pipa LMA agar tidak berubah posisi dengan tangan kiri jari telunjuk kanan
di tarik dari mulut bayi
35. Kembangkan cuff dengn memasukan 4ml udara dengan spuit pad waktu tersebut
tampak lma sedikit terdorong keluar
36. Hubungkan dengan alat resuitasi ventilasi
37. Peserta mengetahui indikasi dilakukannya konprensi dada
38. Kompresi dada dilakukan terkoondinasi dengan VTP satu orang melakukan
kompresi dada daan satu orang melakukan VTP
39. Posisi penolong dalm melakukan kompresi dada menghadap ke kepala dengan
kedua tangannya dalm posisi yang benar
40. Tempat melakukan kompresi dada di sepertiga distalsternum tepat di kaudal linea
intrmamiliaria dengan kedalamn penekanan sepertiga diameter anterposterior
rongga dada
41. Bisa menggunakan dua tekhnik yaitu tehnik ibu jari dengan menggunakan ujung
jari ibu jari ,jari jari yang lain melingkari dada,dan tehnik dua jari dengan
mengunakan ujung dua jari(jari tengah dan telunjuk)sedangkan tangan yang
satunya menopang di punggung bayi .
42. Rasio kompresi dada3:1 dengan total 90 kali kompresi dan 30 nafas setiap
menitnya.
43. Konsentrasi oksigen dinaikan 100% perhatian efektipitas ventilasi
44. Melakukan kompresi dada dan VTP selama 1 menit dan menjaga konsistensi
45. Melakukan evaluasi (laju denyut jantung ,usaha nafas )60 detik
46. Petugas mampu memutuskan dan melakukan
a. Menghentikan vtp-kompresi dada jika laju denyut jantung>100x/menit bayi
bernafas spontan .
b. Menghentikan kompresi dada dan melanjutkan vtp jika laju denyut jantung
>60x/menit dan bayi belum bernapas spontan
c. Opsi hanya perlu diketahui : memberikan larutan adrenalin 1:10000 dengan
dosis 0,1 0,3 ml/kg bb melalui vena umbilikal,melanjutkan kompresi dada dan
VTP jika laju denyut jntung <60x/menit dan bayi belum bernapas spontan
1) Melkuakan pemasangan kateter vena umbilikal
2) Mengidentifikasi kebutuhan pemberian volume
3) Melakukan stabilisasi pada bayi baru lahir pasca resusitasi
4) Melakukan trasportasi pada bayi baru lahir pasca resusitasi
47. Mengetahui indikasi dilakukannya katerisasi umbilikal
48. Petugas melakukan kateterisasi umbilikal
a. Persiapan alat
b. Cuci tangan dengan antiseptic
c. Memeakai sarung tangan teril
d. Isi trlebih dahulu kateter ukuran 3.5 f atau 5 f yang telah di sambung dengan
semprit dan atopcock dan garam fisiologis
e. Pasang sebuah keran 3 arah (3 way stopper)steril dan semprit pada kateter 5
FG dan isi dengan saline normal.lalu tutup keran
f. Bersihkan umbilikus dan kulit sekelilingnyah dengan larutan antiseptic,lalu ikat
longgar dengan benang mengelilingi dasar umbilicus.
g. Potong umbilicus 1-2 cm dari batas kulit dan wharton jelly dengan pisau
steril.tentukan vena umbilicus (pembulu darah yang menganga lebar)dan arteli
umbilicus (dua pembuluh darah berdinding tebal)
h. Pegang umbilicus (yang dekat dengan pembulu vena dengan forsep steril)
i. Tekan ringan bila ada perdarahan,bersihkan dan asepsis kembali.
j. Pegang bagian dekat ujung kateter dengan forcep steril dan masukan cateter
kedalam vena(kateter harus dapat menembus dengan mudah tanpa ada
tahanan)sedalam 4-6 cm .alur vena akan menuju kea rah jantung.tarik darah
sehingga mengalir dengan mudah ketika membuka thereeway stopcock kea rah
semprit dan menghisap secara perlahan .
k. Periksa kateter tidak menekuk dan darah tidak mengalir balik dengan
mudah.bila da sumbatan Tarik pelan pelan umbilicus,Tarik ke belakang
sebagian kateter dan masukan kembali.
l. Kaji jangan sampai ada udara di selang infusan dan tutup ujung set,masukan
obat-obatan atau cairan fisiologis sesuai indikasi.
m.Bila sudah di dapatkan perbaikan denyut jantung ,kateter segera di lepas
n. Asepsis kembali area pemasangan kateter umbilical.

49. Mengidentifikasi kebutuhan pemberian volume.


50. Melakukan stabilisasi pada bayi baru lahir pasca resusitasi.
51. Melakukan transportasi pada bayi baru lahir pasca resusitasi.

Unit terkait:
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang

Dokumen Terkait : RUMAH SAKIT, PONED


Rekam Historis Perubahan :

No Yang dirubah Isi Perubahan


Tanggal mulai diberlakukan
1

PENATALAKSANAAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR


No. Dokumen :
No. Revisi :
DAFTAR
Tanggal :
TILIK
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Dadan Kusnanto, SKM
Karangnunggal NIP. 197001181998031007

Unit :
Nama :
Tanggal pelaksanaan :

Ya Tidak Tidak
Berlaku

1. Apakah petugas melakukan cuci tangan 7 langkah ?


2. Apakah petugas memakai APD?
3. Apakah petugas harus mengenalkan pada pasien faktor
resiko ibu dan bayi baru lahir?
4. Apakah perlu Tindakan resusitasi ketiak bayi tidak
mengalami salah satu (bernapas,menangis,tonus otot)?
5. Apakah petugas harus memastikan kondisi bayi tetap
hangat ?
6. Apakah petugas harus Memastikan jalan napas
terbuka?
7. Apakah petugas harus melakukan koreksi jika dada
tidak mengembang?
8. Apakah harus melakukan perawatan resusitasi bila Bila
napas spontan denyut jntung >100 x/menit dan tidak
ada tanda tanda doistres respirasi ?
9. Apakah harus melakukan CPAP Bila nafas spontan
denyut jantung >100x/menit dan ada tanda tanda
disters respirasi ?
10. Apakah harus melakukan VTP Bila belum ada nafas
spontan ,denyut jantung >60x/menit ?
11. Apakah harus melakukan VTP dan kompres dada Bila
bayi belum bernapas dan denyut jantung < 60x/menit ?
12. Apakah Jika ,jika tidak kompeten dalam melakukan
kompresi dada maupun vtp dengan t-piece harus
melakukan rujukan ?
13. Apakah petugas harus mampu mengetahui indikasi
dilakukannya pemasangan laryngeal mask airway
(LMA)?
14. Apakah pasien mengetahui indikasi dilakukannya
konprensi dada ?

CR= .............

Karangnunggal, ......................................
..........

Pelaksana/ Auditor,
.................................................................
..........

Anda mungkin juga menyukai