Anda di halaman 1dari 10

Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi

Berbasis Syariah

PEMBERDAYAAN PETANI TEBU DI DESA LUNDO MELALUI


PEMBENTUKAN KOPERASI BERBASIS SYARIAH
Sriningsih1, Nur Wijawati2, Alifah Nur Farindha3
1
Akuntansi, Fakultas Ekonomi
ningsihsri795@gmail.com
2
Akuntansi, Fakultas Ekonomi
alifahnurfarindha@gmail.com
3
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
nurwijawatiexo@gmail.com
Universitas Negeri Semarang

Abstrak
Penduduk Desa Lundo di Kabupaten Pati sebagian besar berprofesi sebagai
petani tebu, 60% dari keseluruhan wilayah desa merupakan lahan pertanian tebu.
Namun, banyak dari petani tebu tersebut masih dalam kondisi keterbatasan
perekonomian. Hampir 40% dari petani tebu tersebut berada di bawah garis
kemiskinan. Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh petani tebu diantaranya
adalah: akses modal yang sangat terbatas, pupuk tidak tersedia tepat waktu, tidak
menguasai teknologi pascapanen, tidak mempunyai akses terhadap sumber daya
pertanian, dan mempunyai posisi tawar yang rendah. Terlebih lagi petani
membutuhkan waktu 1 tahun untuk menunggu tebu sampai siap di panen. Untuk
memecahkan permasalahan tersebut, diperlukan suatu mekanisme pengelolaan
pertanian tebu di Desa Lundo. Solusi yang digagas adalah melalui pembentukan
Koperasi Usaha Tebu Berbasis Syariah. Koperasi tersebut diharapkan mampu menjadi
wadah bagi petani tebu dan buruh tebu untuk mengintegrasikan seluruh kegiatan
pertanian tebu dengan berlandaskan atas prinsip-prinsip syariah. Dalam rangka
merealisasikan koperasi tersebut, kegiatan dilaksanakan melalui pelatihan dengan
metode ceramah interaktif serta pendampingan secara intensif hingga terbentuknya
Koperasi. Hasil dari pengabdian masyarakat ini adalah terbentuknya Pra Koperasi
dengan nama Koperasi Syariah “Tebu Jaya Mandiri” yang beranggotakan petani tebu,
buruh tebu dan perangkat desa. Koperasi tersebut juga sudah memiliki Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Koperasi usaha tebu syariah dibangun dengan
harapan dapat memberdayakan masyarakat dan jangka panjangnya untuk
pengentasan kemiskinan petani tabu serta bisa menjadi rujukan model bagi daerah-
daerah lain.
Kata kunci: Pemberdayaan Petani, Koperasi Syariah, Pertanian Tebu

Abstract
Lundo Village residents in Pati Regency mostly work as sugar cane farmers, where
60% of the total village area was sugar cane farming land. However, many of the sugar
cane farmers were still in a state of economic limitations. Nearly 40% of the sugar cane
farmers were below the poverty line. Various problems faced by sugar cane farmers
consist of: very limited capital access, unavailability of fertilizer on time, inability to
master the postharvest technology, not having access to agricultural resources, and
having a low bargaining position. In addition, farmers acquired one year to wait for
sugar cane to be ready to harvest. To solve this problem, it is necessary a mechanism
for managing sugar cane farming in Lundo Village. The solution initiated was through

1
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah

the establishment of a Syariah-based Sugar Cane Cooperative. The cooperative was


expected to be able to become a forum for sugar cane farmers and sugar cane laborers
to integrate all sugar cane farming activities based on Syariah principles. In order to
realize the cooperative, activities are carried out through training with interactive
lecture methods and intensive mentoring until the Cooperative formed. The Syariah
sugar cane cooperative was built with the expectation of empowering sugar cane
farmers and could be a role model for other regions.
Keywords: Farmers Empowerment, Syariah Cooperative, Sugar cane Farming

1. PENDAHULUAN
Pertanian tebu di Indonesia bukan hal baru mengingat pada masa tanam paksa,
tebu merupakan salah satu komoditas yang diwajibkan. Pada tahun 2013 sendiri,
luas areal perkebunan tebu Indonesia tercatat seluas 470,94 ribu hektar, kemudian
mengalami kenaikan pada tahun 2014 sekitar 0,37 persen menjadi 472,68 ribu
hektar. Pada tahun 2015 luas areal perkebunan tebu Indonesia mengalami
penurunan menjadi 455,82 ribu hektar atau turun sekitar 3,57 persen. Untuk
perkembangan produksinya, Pada tahun 2013 produksi Tebu (setara gula)
mencapai 2,55juta ton dan mengalami kenaikan sebesar 0,86 persen pada tahun
2014 menjadi sebesar 2,58 juta ton. Sementara tahun 2015 produksi tebu
mengalami penurunan sebesar 1,57 persen atau menjadi 2,53 juta ton (Sub
Direktorat Statistik Tanaman Perkebunan, Badan Pusat Statisik, 2015). Data dari
BPS tersebut memberikan bukti bahwa setiap tahun terjadi penurunan lahan
maupun produksi tebu. Berbagai alasan mendasari kasus tersebut, diantaranya
banyak petani yang beralih untuk menanam komoditas lain dan bahkan
kehilangan lahannya untuk dijadikan lahan permukiman.

Keterangan: PBS (Perkebunan Besar Swasta), PBN (Perkebunan Besar Nasional), PR (Perkebunan Rakyat)
Gambar 1. Luas Lahan Perkebunan Tebu dan Tingkat Produktivitas
Perkebunan Tebu di Indonesia tahun 2011-2015

2
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah

Gambar 1 memberikan informasi bahwa lahan pertanian tebu masih


didominasi oleh perkebunan rakyat. Namun sayangnya produktivitas perkebunan
rakyat masih rendah di bawah perkebunan yang dikelola swasta. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ketergantungan terhadap perkebunan rakyat atas produksi
gula nasional masih mendominasi, sehingga perhatian terhadap pengelolaan
perkebunan tebu masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, perguruan
tinggi, maupun masyarakat umum.
Tidak jauh berbeda kondisinya terhadap pertanian tebu di Kabupaten Pati
Jawa Tengah. Pati merupakan sentra penghasil tebu terbanyak di Jawa Tengah.
Data Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Tebu menunjukkan bahwa pada
tahun 2015 Pati memiliki 11.697 Ha lahan tanam tebu. Jumlah tersebut
merupakan lahan terluas yaitu sebanyak 22% dari jumlah seluruh lahan yang
tersebar di Jawa Tengah. Dari area lahan tebu tersebut, sebanyak 3.358 petani
mampu menghasilkan sekitar 50.500 ton tebu setiap tahunnya.
Desa Lundo adalah desa yang terletak di Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati,
Jawa Tengah. Kabupaten Pati secara geografis berbatasan dengan Laut Jawa di
Utara, Kabupaten Rembang di Timur, Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan
di sebelah Selatan, serta Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara di Barat.
Kabupaten ini mengusung semboyan Pati Bumi Mina Tani. Sebagian besar
penduduknya berprofesi sebagai petani, baik petani di sawah, kebun, maupun
petani tambak. Begitu pula dengan Desa Lundo, sebagian besar warganya bekerja
sebagai petani maupun buruh di perkebunan tebu. Dari sejumlah petani tebu
tersebut, mereka mengelola lahan pertanian yang mencapai 60 % dari keseluruhan
wilayah Desa Lundo. Namun, sebagian besar dari petani tebu tersebut masih
dalam kondisi ekonomi yang kurang bahkan banyak yang hidup di bawah garis
kemiskinan.
Penelitian Suyono (2008) di Kabupaten Pemalang menunjukkan bahwa
petani tebu menghadapi permasalahan yang sangat kompleks, diantaranya modal
yang sangat terbatas, pupuk tidak tersedia tepat waktu, tidak menguasai teknologi
pascapanen, tidak mempunyai akses terhadap sumber daya pertanian, mempunyai
posisi tawar yang rendah, dan penguasaan lahan yang sangat terbatas. Demikian
juga dengan studi di Kabupaten Kendal oleh Lestyani et al. (2012) yang
menyimpulkan bahwa tingginya biaya sewa lahan, besarnya modal usaha tani tebu
yang dibutuhkan, dan waktu perputaran uang yang lama menyebabkan petani
enggan untuk menanam tebu. Permasalahan-permasalahan tersebut makin
memperkuat pentingnya pemberdayaan petani tebu di Indonesia. Menurut Hanani
et al. (2012), salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memberdayakan petani
tebu adalah melalui penguatan peran koperasi.
Di Desa Lundo sudah terdapat Koperasi Unit Desa (KUD) yang terbentuk,
namun realitasnya KUD tersebut sekarang tidak berjalan. Kurangnya edukasi dan
pelatihan tentang koperasi tersebut menjadikan KUD yang sudah ada sebelumnya
terhenti. Dimana koperasi itu juga belum terfokus pada sektor yang potensial

3
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah

seperti pengelolaan perkebunan tebu. Menyikapi permasalahan tersebut, tim


pengabdian masyarakat memotori kegiatan pelatihan dan pembentukan Koperasi
Usaha Tebu dengan Prinsip Ekonomi Syariah di Desa Lundo.
Tujuan program ini untuk mengedukasi masyarakat terkait dengan manfaat
dan manajemen pengelolaan koperasi. Kemudian melalui mekanisme koperasi
tebu yang berprinsip syariah, tentu akan memudahkan para petani tebu dalam
mendapatkan pupuk, pinjaman modal tanpa riba yang tidak akan memberatkan
mereka, dan penjualan hasil panen perkebunan tebu ke koperasi. Dengan
demikian program pemberdayaan masyarakat ini dalam jangka panjang dapat
meningkatkan kesejahteraan petani tebu di Desa Lundo.

2. METODE
Metode pengabdian masyarakat diawali dengan penyadaran para petani
tebu, buruh tebu, dan perangkat desa tentang pentingnya wadah yang terintegrasi
untuk mengelola hasil panen pertanian tebu. Penyadaran ini dilakukan melalui
sosialisasi dan seiring dengan berjalannya kegiatan pengabdian. Pelaksanaan
sosialisasi bersamaan dengan penyebaran pamflet dan undangan.
Selanjutnya pemberian materi lewat skema ceramah interaktif, peserta
pelatihan koperasi usaha tebu syariah tidak hanya disuguhi materi namun juga
komunikasi dua arah atau diskusi (sharing) mengenai materi yang sudah
disampaikan. Materi yang diberikan berupa konsep koperasi usaha tebu syariah,
prinsip-prinsip syariah, manajemen koperasi, serta materi tambahan mengenai
media sosial sebagai sarana pencarian anggota koperasi. Pelatihan ini terbagi
menjadi tiga tahapan. Tahap 1 pada tanggal 1 Juni 2018, tahap 2 pada tanggal 2
Juni 2018, dan tahap 3 pada tanggal 9 Juni 2018. Seluruh tahapan pelatihan di
laksanakan di Balai Desa Lundo
Kemudian bagian inti pelatihan koperasi usaha tebu syariah adalah rapat
pembentukan koperasi dan pembahasan hingga penentuan AD/ART. Masyarakat
khususnya petani tebu, buruh tebang tebu, dan perangkat desa diajak untuk
mempraktikkan langsung segala materi yang sudah disampaikan sebelumnya
melalui rapat pembentukan koperasi. Rapat pembentukan dilaksanakan pada
tanggal 20 Juli 2018 di Balai Desa Lundo. Pada rapat tersebut ditentukan struktur
organisasi dan juga AD/ART koperasi tebu syariah. Kemudian dilakukan
pendampingan kepada pengurus koperasi dengan penguatan dasar-dasar
manajemen maupun materi lain agar mampu mengelola koperasi yang sudah
berdiri.
Pengembangan koperasi usaha tebu syariah diwujudkan dengan
memasukkannya menjadi unit usaha BUMDes di Desa Lundo. Kemudian
berdasarkan komitmen dengan kepala desa, koperasi usaha tebu syariah diberikan
suntikan modal dari dana desa yang penentuannya pada Musrembagdes akhir
tahun 2018. Koperasi usaha tebu syariah tentu membutuhkan pendampingan pada
setiap bagian manajemennya, maka dari itu ke depannya akan dilaksanakan

4
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah

pengabdian masyarakat lanjutan untuk penguatan manajemen koperasi tebu


syariah.
Secara singkat tahapan tersebut diringkas menjadi skema berikut :
TAHAP I : Pemberian materi tentang sistem koperasi syariah dan prinsip-
prinsip syariah secara umum.
TAHAP II : Pemberian materi tentang manajemen koperasi dan tata kelolanya
mulai dari penyiapan (permodalan, penyediaan pupuk), panen (penyediaan buruh
panen tebu, quality control) dan pascapanen (pemasaran dan distribusi ke pabrik).
TAHAP III : Melakukan simulasi manajemen koperasi dan simulasi promosi
dengan melibatkan para petani dan aparatur desa dalam mencari anggota dan
simulasi rapat anggota.
TAHAP IV : Praktik pembentukan koperasi melalui rapat anggota, dilanjutkan
penentuan pengurus, dan penyusunan AD/ART.
TAHAP V : Penguatan prinsip syariah melalui pelatihan intensif kepada
pengurus.

Gambar 2. Penyampaian Materi kepada Warga dan Perangkat Desa

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Terbentuknya Koperasi Usaha Tebu Syariah
Setelah dilaksanakan serangkaian pelatihan terbentuknya koperasi usaha tebu
syariah. Koperasi tebu syariah yang terbentuk bernama Koperasi Syariah “Tebu
Jaya Mandiri”. Koperasi Syariah “Tebu Jaya Mandiri” merupakan Pra Koperasi
karena belum berbadan hukum. Koperasi tebu syariah ini beranggotakan petani
tebu, buruh tebu dan perangkat desa. Koperasi yang terbentuk telah memiliki
Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) sebagai pedoman
berjalannya manajemen koperasi tersebut. Berikut adalah logo Koperasi Syariah
“Tebu Jaya Mandiri”.

Gambar 3. Logo Koperasi Syariah “Tebu Jaya Mandiri”

5
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah

Selain itu, Koperasi Syariah “Tebu Jaya Mandiri” beranggotakan petani tebu,
buruh tebu, dan perangkat desa. Berikut adalah struktur organisasi Koperasi
Syariah “Tebu Jaya Mandiri” :
Rapat Anggota Tahunan (RAT)
Badan Pengawas
Dewan
Denny Augus Pengawas
Cahyana Syari’ah
Kusnan Jamhari
Dinas Koperasi dan Badan Pengurus
Sarjono
UMKM
Ketua : Kasmuri

Sekretaris : Sri
Rejeki

Bendahara :
Warikhah

Auditorial Internal

Dinas Koperasi dan


UMKM

Manajer Manajer
Manajer SDM Manajer
Operasional Pemasaran
dan Umum Funding
Sanhaji Wardono
Umbar Patkur

Karyawan Karyawan Karyawan


Karyawan
Wasito (P. Sutris) Mujib Sakimin
Harun Purnomo

Anggota
Gik Sumono Sudarno Sulistyowati
Fatimah Suyadi Ngaijan Suwardi
Supardi Sumono Juwadi Suroso
Maryono Sukadar Suparlan Sri Hartini
Sugiati Suyono Nyardi Wanto
Warisih Wardi Sardi Pardi
Sulastri Sarjono Sudar Warsono
Sugiyono Haryanto Yasman Kamini
Garus

Bagan 1. Struktur Organisasi Koperasi Syariah “Tebu Jaya Mandiri”


3.2 Konsep Koperasi Syariah “Tebu Jaya Mandiri”
Koperasi Syariah “Tebu Jaya Mandiri” adalah koperasi yang menjadi wadah
bagi aparatur desa, petani tebu, dan buruh tebu untuk mengintegrasikan seluruh
kegiatan pertanian tebu. Segala bentuk kegiatan tersebut berlandaskan atas

6
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah

prinsip-prinsip syariah. Fokus utama koperasi ini tentu menekankan pada


pertanian tebu. Segala bentuk pengelolaan pertanian tebu menjadi bagian
kebijakan koperasi.
Anggota koperasi merupakan pihak-pihak yang terkait dengan pertanian
tebu. Anggota koperasi adalah aparatur desa, petani tebu, dan buruh tebu.
Aparatur desa diharapkan menjadi pengelola (manajemen) koperasi. Petani tebu
dan buruh tebu sebagai bagian anggota aktif yang diharapkan mampu
menghidupkan skema koperasi. Anggota koperasi sendiri dalam perekrutannya
terdapat persyaratan, antara lain:
1. Pekerjaan berhubungan atau terkait dengan pertanian tebu
2. Diutamakan akan atau sedang dalam usaha pertanian tebu
Anggota koperasi sebagai pengurus koperasi, syaratnya antara lain:
1. Merupakan anggota koperasi
2. Memiliki pengalaman di bidang pertanian tebu/perkoperasian
3. Memiliki kejujuran, dedikasi, dalam pengembangan koperasi
Bentuk permodalan koperasi salah satu bagian penting dalam manajemen
koperasi. Modal dibutuhkan untuk membiayai usaha dan organisasi koperasi.
Modal usaha terdiri atas modal investasi dan modal kerja. Berikut skema
permodalan koperasi usaha tebu syariah.

Diagram 1. Skema Permodalan Koperasi Syariah “Tebu Jaya Mandiri”


Keterangan:
1. Simpanan pokok anggota adalah sejumlah uang yang sama banyaknya, yang
wajib dibayarkan oleh masing-masing anggota kepada koperasi saat masuk
menjadi anggota.
2. Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama
banyaknya, yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada periode
tertentu.
3. Simpanan sukarela adalah simpanan yang jumlahnya tidak ditentukan serta
dapat diambil sewaktu-waktu oleh anggota. Simpanan sukarela sifatnya seperti
tabungan.
Bentuk simpanan sukarela ini memiliki dua jenis karakter antara lain:

7
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah

a. Karakter pertama bersifat dana titipan yang disebut (Wadi’ah) dan diambil
setiap saat. Titipan (wadi’ah) terbagi atas dua macam yaitu titipan
(wadi’ah) Amanah dan titipan (wadi’ah) Yad Dhomamah.
b. Karakter kedua bersifat investasi, yang memang ditujukan untuk
kepentingan usaha dengan mekanisme bagi hasil (Mudharabah) baik
Revenue Sharing, Profit Sharing, maupun Profit and Loss Sharing.
4. Dana desa adalah sumbangan dari pihak desa sebagai syarat berdirinya
BUMDES.
Koperasi Syariah”Tebu Jaya Mandiri” dapat dikatakan BUMDES apabila
51 % modalnya berasal dari dana desa.
5. Sumber lain adalah pemasukan modal yang berasal dari sumber selain tiga
pokok besar modal koperasi di atas. Modal bisa berasal dari hasil kerja sama
dengan berbagai pihak.
Koperasi usaha tebu mencerminkan bentuk koperasi syariah salah satunya
terletak pada produknya. Produk koperasi ini memang seperti koperasi lainnya
khususnya koperasi syariah, yang membedakan adalah sektor potensial tebu
menjadi bagian utamanya. Berikut produk koperasi usaha tebu syariah.
1. Permodalan
Pemodalan di sini menyediakan bentuk permodalan kepada anggota
koperasi. Produk koperasi ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan
keterbatasan modal yang dialami dalam pengelolaan pertanian tebu. Berikut
jenis permodalan antara lain:
a. Permodalan Tunai
Permodalan tunai sesuai prinsip mudharabah. Koperasi
mengusahakan pemberian dana kepada petani tebu dalam pengelolaan
pertanian tebu. Dana disesuaikan dengan pengajuan, persyaratan, dan
kelayakan. Karena prinsip mudharabah, maka dari pihak pengguna yaitu
petani tebu atau buruh tebu, memberikan bagi hasil laba dari usahanya sesuai
akad pertama. Kesepakatan akad diatur dalam rapat anggota.
b. Permodalan bahan baku atau bahan pelengkap pertanian tebu
Bahan baku antara lain bibit tebu.
Bahan pelengkap antara lain obat tebu, pupuk Za, dan Urea.
Permodalan ini berdasarkan prinsip jual beli atau al’Bai. Terdiri atas dua
jenis akad :
a. Jual beli secara tangguh antara penjual dan pembeli dimana
kesepakatan harga si penjual menyatakan harga belinya dan si pembeli
mengetahui keuntungan penjual, transaksi ini disebut  Bai Al
Mudharabah.
b. Jual beli secara pararel yang dilakukan oleh 3 pihak, sebagai contoh
pihak 1 memesan bahan baku yang diinginkan kepada koperasi syariah
dan koperasi syariah memesan dari tempat penjualan bahan baku.
Koperasi membayarnya terlebih dahulu, setelah selesai diserahkan ke

8
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah

pihak 1 dan pihak 1 membayarnya baik secara tunai maupun diangsur,


pembiayaan ini disebut Al Bai Istishna. Jika koperasi membayarnya
dimuka disebut Bai’ Salam.
2. Pemasaran
Pihak koperasi menyediakan wadah bagi petani tebu untuk menjual
tebunya, pihak koperasi sebagai perantara antara petani dan pabrik tebu.
Koperasi mendapatkan balas jasa sebagai kompensasi dan pihak 1 mengetahui
hal tersebut.
3. Jasa penyedia buruh tebang tebu
Koperasi juga menjadi sebuah wadah bagi para buruh tebu untuk
memperoleh jasa tebang tebu dari anggota koperasi yang membutuhkan,
begitu sebaliknya anggota koperasi bisa mendapatkan buruh tebang tebu lewat
koperasi. Akad berdasarkan margin, besarnya margin disepakati di awal.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Pemberdayaan petani tebu melalui koperasi usaha tebu syariah bermuara pada
peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan petani tebu. Melalui
Koperasi Syariah “Tebu Jaya Mandiri” yang terbentuk pengelolaan pertanian tebu
yang terintegrasi memberikan keterjaminan harga tawar hasil pertanian tebu.
Koperasi Syariah “Tebu Jaya Mandiri” yang nantinya menjadi unit usaha
BUMDes yang legal akan mengatasi penguasaan pengelolaan tebu oleh tengkulak.
Kedepannya apabila koperasi sudah berjalan pada setiap bagian pertanian tebu
maka kesejahteraan petani tebu meningkat. Namun, keberhasilan dan tindak lanjut
dari program ini tentu saja masih diperlukan pendampingan intensif dari berbagai
pihak diantaranya adalah peran serta pemerintah maupun dunia pendidikan. Oleh
karena itu ke depannya diharapkan ada kegiatan lanjutan dari program ini.
Pelatihan lanjutan tersebut lebih baik apabila menggandeng stakeholder dari
pemerintah dan swasta untuk terjun langsung ikut dalam program itu sehingga
koperasi usaha tebu syariah bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5. UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu pelaksanaan program ini. Terima kasih kepada:
a. Dirjen dikti yang telah menyetujui program ini.
b. Badingatus Sholikah S.E., M.Si., C.A sebagai dosen pendamping atas
bimbingan, motivasi, dan kepercayaannya.
c. Deny Augus Cahyana sebagai kepala Desa Lundo atas izin, partisipasi, dan
dukungannya.
d. Masyarakat Desa Lundo khususnya petani tebu, buruh tebu, dan perangkat
desa atas partisipasinya.
REFERENSI

9
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Statistik Perkebunan Indonesia 2015-2017


Tebu. Jakarta: Sekretariat Jenderal Perkebunan.
Asmara, Rosihan, Rhomsia N. 2010. Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tebu Dalam Keanggotaan Suatu
Koperasi. Agrise, X (2): 1412-1425.
Hanani N, Sujarwo, Asmara R. 2012. Peran koperasi dalam sistem agribisnis
tebu rakyat. Dalam: Krisnamurthi B, editor. Ekonomi gula. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Suyono. 2008. Memberdayakan petani tebu melalui pengembangan kapasitas
kelembagaan Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) (Studi kasus di KPTR "Raksa
Jaya" Kelurahan Paduraksa Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang). Tesis.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ariningsih, E. 2013. Economies Of Scale Of Sugarcane Cooperatives In East Java
Province And Their Influencing Factors. Indonesian Center for Agricultural Socio
Economic and Policy Studies (ICASEPS), 31(1), 53-69.
Supriyadi, A. 2003. Sistem Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah (Suatu
Tinjauan Yuridis Terhadap Praktek Pembiayaan di Perbankan Syariah di
Indonesia). Al-Marawid X.
Tutik, I. Noor, Ainul H. 2014. Peran Stakeholder Dalam Pengembangan Tebu
Rakyat (Studi Pada Wilayah Kerja Pabrik Gula Redjosarie Kabupaten Magetan).
Jurnal Administrasi Publik (JAP),2(5),823-829.
Ariningsih, E. 2012. Peran Koperasi Tebu Dalam Upaya Pemberdayaan Petani
Tebu Di Jawa Timur. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 325-333.
Lestyani D, Maria, P. 2012. Keengganan petani berusaha tani tebu di Kabupaten
Kendal, Jawa Tengah. Agric, 24(1), 81-90.
Ariningsih, E. 2014. Impacts Of Cooperative Membership On Sugarcane
Farmers’ Income In East Java. Indonesian Center for Agricultural Socio
Economic and Policy Studies (ICASEPS), 32(2),147-165.

10

Anda mungkin juga menyukai