Berbasis Syariah
Abstrak
Penduduk Desa Lundo di Kabupaten Pati sebagian besar berprofesi sebagai
petani tebu, 60% dari keseluruhan wilayah desa merupakan lahan pertanian tebu.
Namun, banyak dari petani tebu tersebut masih dalam kondisi keterbatasan
perekonomian. Hampir 40% dari petani tebu tersebut berada di bawah garis
kemiskinan. Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh petani tebu diantaranya
adalah: akses modal yang sangat terbatas, pupuk tidak tersedia tepat waktu, tidak
menguasai teknologi pascapanen, tidak mempunyai akses terhadap sumber daya
pertanian, dan mempunyai posisi tawar yang rendah. Terlebih lagi petani
membutuhkan waktu 1 tahun untuk menunggu tebu sampai siap di panen. Untuk
memecahkan permasalahan tersebut, diperlukan suatu mekanisme pengelolaan
pertanian tebu di Desa Lundo. Solusi yang digagas adalah melalui pembentukan
Koperasi Usaha Tebu Berbasis Syariah. Koperasi tersebut diharapkan mampu menjadi
wadah bagi petani tebu dan buruh tebu untuk mengintegrasikan seluruh kegiatan
pertanian tebu dengan berlandaskan atas prinsip-prinsip syariah. Dalam rangka
merealisasikan koperasi tersebut, kegiatan dilaksanakan melalui pelatihan dengan
metode ceramah interaktif serta pendampingan secara intensif hingga terbentuknya
Koperasi. Hasil dari pengabdian masyarakat ini adalah terbentuknya Pra Koperasi
dengan nama Koperasi Syariah “Tebu Jaya Mandiri” yang beranggotakan petani tebu,
buruh tebu dan perangkat desa. Koperasi tersebut juga sudah memiliki Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Koperasi usaha tebu syariah dibangun dengan
harapan dapat memberdayakan masyarakat dan jangka panjangnya untuk
pengentasan kemiskinan petani tabu serta bisa menjadi rujukan model bagi daerah-
daerah lain.
Kata kunci: Pemberdayaan Petani, Koperasi Syariah, Pertanian Tebu
Abstract
Lundo Village residents in Pati Regency mostly work as sugar cane farmers, where
60% of the total village area was sugar cane farming land. However, many of the sugar
cane farmers were still in a state of economic limitations. Nearly 40% of the sugar cane
farmers were below the poverty line. Various problems faced by sugar cane farmers
consist of: very limited capital access, unavailability of fertilizer on time, inability to
master the postharvest technology, not having access to agricultural resources, and
having a low bargaining position. In addition, farmers acquired one year to wait for
sugar cane to be ready to harvest. To solve this problem, it is necessary a mechanism
for managing sugar cane farming in Lundo Village. The solution initiated was through
1
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah
1. PENDAHULUAN
Pertanian tebu di Indonesia bukan hal baru mengingat pada masa tanam paksa,
tebu merupakan salah satu komoditas yang diwajibkan. Pada tahun 2013 sendiri,
luas areal perkebunan tebu Indonesia tercatat seluas 470,94 ribu hektar, kemudian
mengalami kenaikan pada tahun 2014 sekitar 0,37 persen menjadi 472,68 ribu
hektar. Pada tahun 2015 luas areal perkebunan tebu Indonesia mengalami
penurunan menjadi 455,82 ribu hektar atau turun sekitar 3,57 persen. Untuk
perkembangan produksinya, Pada tahun 2013 produksi Tebu (setara gula)
mencapai 2,55juta ton dan mengalami kenaikan sebesar 0,86 persen pada tahun
2014 menjadi sebesar 2,58 juta ton. Sementara tahun 2015 produksi tebu
mengalami penurunan sebesar 1,57 persen atau menjadi 2,53 juta ton (Sub
Direktorat Statistik Tanaman Perkebunan, Badan Pusat Statisik, 2015). Data dari
BPS tersebut memberikan bukti bahwa setiap tahun terjadi penurunan lahan
maupun produksi tebu. Berbagai alasan mendasari kasus tersebut, diantaranya
banyak petani yang beralih untuk menanam komoditas lain dan bahkan
kehilangan lahannya untuk dijadikan lahan permukiman.
Keterangan: PBS (Perkebunan Besar Swasta), PBN (Perkebunan Besar Nasional), PR (Perkebunan Rakyat)
Gambar 1. Luas Lahan Perkebunan Tebu dan Tingkat Produktivitas
Perkebunan Tebu di Indonesia tahun 2011-2015
2
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah
3
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah
2. METODE
Metode pengabdian masyarakat diawali dengan penyadaran para petani
tebu, buruh tebu, dan perangkat desa tentang pentingnya wadah yang terintegrasi
untuk mengelola hasil panen pertanian tebu. Penyadaran ini dilakukan melalui
sosialisasi dan seiring dengan berjalannya kegiatan pengabdian. Pelaksanaan
sosialisasi bersamaan dengan penyebaran pamflet dan undangan.
Selanjutnya pemberian materi lewat skema ceramah interaktif, peserta
pelatihan koperasi usaha tebu syariah tidak hanya disuguhi materi namun juga
komunikasi dua arah atau diskusi (sharing) mengenai materi yang sudah
disampaikan. Materi yang diberikan berupa konsep koperasi usaha tebu syariah,
prinsip-prinsip syariah, manajemen koperasi, serta materi tambahan mengenai
media sosial sebagai sarana pencarian anggota koperasi. Pelatihan ini terbagi
menjadi tiga tahapan. Tahap 1 pada tanggal 1 Juni 2018, tahap 2 pada tanggal 2
Juni 2018, dan tahap 3 pada tanggal 9 Juni 2018. Seluruh tahapan pelatihan di
laksanakan di Balai Desa Lundo
Kemudian bagian inti pelatihan koperasi usaha tebu syariah adalah rapat
pembentukan koperasi dan pembahasan hingga penentuan AD/ART. Masyarakat
khususnya petani tebu, buruh tebang tebu, dan perangkat desa diajak untuk
mempraktikkan langsung segala materi yang sudah disampaikan sebelumnya
melalui rapat pembentukan koperasi. Rapat pembentukan dilaksanakan pada
tanggal 20 Juli 2018 di Balai Desa Lundo. Pada rapat tersebut ditentukan struktur
organisasi dan juga AD/ART koperasi tebu syariah. Kemudian dilakukan
pendampingan kepada pengurus koperasi dengan penguatan dasar-dasar
manajemen maupun materi lain agar mampu mengelola koperasi yang sudah
berdiri.
Pengembangan koperasi usaha tebu syariah diwujudkan dengan
memasukkannya menjadi unit usaha BUMDes di Desa Lundo. Kemudian
berdasarkan komitmen dengan kepala desa, koperasi usaha tebu syariah diberikan
suntikan modal dari dana desa yang penentuannya pada Musrembagdes akhir
tahun 2018. Koperasi usaha tebu syariah tentu membutuhkan pendampingan pada
setiap bagian manajemennya, maka dari itu ke depannya akan dilaksanakan
4
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah
5
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah
Selain itu, Koperasi Syariah “Tebu Jaya Mandiri” beranggotakan petani tebu,
buruh tebu, dan perangkat desa. Berikut adalah struktur organisasi Koperasi
Syariah “Tebu Jaya Mandiri” :
Rapat Anggota Tahunan (RAT)
Badan Pengawas
Dewan
Denny Augus Pengawas
Cahyana Syari’ah
Kusnan Jamhari
Dinas Koperasi dan Badan Pengurus
Sarjono
UMKM
Ketua : Kasmuri
Sekretaris : Sri
Rejeki
Bendahara :
Warikhah
Auditorial Internal
Manajer Manajer
Manajer SDM Manajer
Operasional Pemasaran
dan Umum Funding
Sanhaji Wardono
Umbar Patkur
Anggota
Gik Sumono Sudarno Sulistyowati
Fatimah Suyadi Ngaijan Suwardi
Supardi Sumono Juwadi Suroso
Maryono Sukadar Suparlan Sri Hartini
Sugiati Suyono Nyardi Wanto
Warisih Wardi Sardi Pardi
Sulastri Sarjono Sudar Warsono
Sugiyono Haryanto Yasman Kamini
Garus
6
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah
7
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah
a. Karakter pertama bersifat dana titipan yang disebut (Wadi’ah) dan diambil
setiap saat. Titipan (wadi’ah) terbagi atas dua macam yaitu titipan
(wadi’ah) Amanah dan titipan (wadi’ah) Yad Dhomamah.
b. Karakter kedua bersifat investasi, yang memang ditujukan untuk
kepentingan usaha dengan mekanisme bagi hasil (Mudharabah) baik
Revenue Sharing, Profit Sharing, maupun Profit and Loss Sharing.
4. Dana desa adalah sumbangan dari pihak desa sebagai syarat berdirinya
BUMDES.
Koperasi Syariah”Tebu Jaya Mandiri” dapat dikatakan BUMDES apabila
51 % modalnya berasal dari dana desa.
5. Sumber lain adalah pemasukan modal yang berasal dari sumber selain tiga
pokok besar modal koperasi di atas. Modal bisa berasal dari hasil kerja sama
dengan berbagai pihak.
Koperasi usaha tebu mencerminkan bentuk koperasi syariah salah satunya
terletak pada produknya. Produk koperasi ini memang seperti koperasi lainnya
khususnya koperasi syariah, yang membedakan adalah sektor potensial tebu
menjadi bagian utamanya. Berikut produk koperasi usaha tebu syariah.
1. Permodalan
Pemodalan di sini menyediakan bentuk permodalan kepada anggota
koperasi. Produk koperasi ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan
keterbatasan modal yang dialami dalam pengelolaan pertanian tebu. Berikut
jenis permodalan antara lain:
a. Permodalan Tunai
Permodalan tunai sesuai prinsip mudharabah. Koperasi
mengusahakan pemberian dana kepada petani tebu dalam pengelolaan
pertanian tebu. Dana disesuaikan dengan pengajuan, persyaratan, dan
kelayakan. Karena prinsip mudharabah, maka dari pihak pengguna yaitu
petani tebu atau buruh tebu, memberikan bagi hasil laba dari usahanya sesuai
akad pertama. Kesepakatan akad diatur dalam rapat anggota.
b. Permodalan bahan baku atau bahan pelengkap pertanian tebu
Bahan baku antara lain bibit tebu.
Bahan pelengkap antara lain obat tebu, pupuk Za, dan Urea.
Permodalan ini berdasarkan prinsip jual beli atau al’Bai. Terdiri atas dua
jenis akad :
a. Jual beli secara tangguh antara penjual dan pembeli dimana
kesepakatan harga si penjual menyatakan harga belinya dan si pembeli
mengetahui keuntungan penjual, transaksi ini disebut Bai Al
Mudharabah.
b. Jual beli secara pararel yang dilakukan oleh 3 pihak, sebagai contoh
pihak 1 memesan bahan baku yang diinginkan kepada koperasi syariah
dan koperasi syariah memesan dari tempat penjualan bahan baku.
Koperasi membayarnya terlebih dahulu, setelah selesai diserahkan ke
8
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah
5. UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu pelaksanaan program ini. Terima kasih kepada:
a. Dirjen dikti yang telah menyetujui program ini.
b. Badingatus Sholikah S.E., M.Si., C.A sebagai dosen pendamping atas
bimbingan, motivasi, dan kepercayaannya.
c. Deny Augus Cahyana sebagai kepala Desa Lundo atas izin, partisipasi, dan
dukungannya.
d. Masyarakat Desa Lundo khususnya petani tebu, buruh tebu, dan perangkat
desa atas partisipasinya.
REFERENSI
9
Sriningsih, Pemberdayaan Petani Tebu di Desa Lundo Melalui Pembentukan Koperasi
Berbasis Syariah
10