Anda di halaman 1dari 37

184/SOSIOLOGI PEDESAAN

USULAN PENELITIAN
PENELITIAN BIDANG UNGGULAN LPPM
(SKIM DOSEN PEMULA)

STRATEGI NAFKAH PETANI KELAPA SAWIT DALAM


MENGHADAPI REPLANTING KELAPA SAWIT DI
KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI
PROVINSI JAMBI

TIM PENGUSUL
AULIA FARIDA, SP, MSI. NIDN: 0011078201
ZAKKY FATHONI, SP,. M.SC. NIDN 0008098103

UNIVERSITAS JAMBI
MARET 2017

1
2
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

Judul Penelitian : Strategi Nafkah Petani Kelapa Sawit Dalam


Menghadapi Replanting Kelapa Sawit Di
Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro
Jambi Provinsi Jambi
1. Tim Peneliti

No Nama Jabatan Bidang Keahlian Instansi Alokasi


Asal waktu/ jam
1 Aulia Farida, SP, M.Si Ketua Sosiologi Pedesaan/perubahan Faperta 6x4x6
sosial UNJA
2 Zakky Fathoni, SP, M.Sc Anggota Agribisnis Faperta 6x4x6
UNJA

2. Objek Penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian): Rumah Tangga
Petani Kelapa Sawit Swadaya dan Petani Kelapa Sawit Bermitra yang siap dan telah
melaksanakan Replanting di Sungai Bahar
3. Masa Pelaksanaan
Mulai : bulan: April tahun: 2017
Berakhir : bulan: September tahun: 2017
5. Usulan Biaya Rp 20.000.000,-
6. Lokasi Penelitian : Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
9. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu : Dengan Adanya Penelitian ini,
diharapkan dapat menjadi masukan bagi petani lainnya serta pemerintah tentang
bagaimana petani menghadapi replanting pada kebun mereka, terutama bagi
petani swadaya dengan modal yang terbatas. Selain itu agar bisa menjadi
pertimbangan pemerintah, sehingga lebih mempermudah memperoleh bantuan
dana peremajaan kelapa saswit.

3
Ringkasan
Berbicara tentang pertanian, kita tidak bisa memisahkannya dengan perkebunan. Hal
ini karena salah satu bentuk pertanian adalah perkebunan. Banyak komoditas perkebunan
yang terdapat di Indonesia. Propinsi Jambi, juga merupakan salah satu wilayah yang memiliki
jumlah kebun yang relative luas. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas perkebunan yang
memiliki persentase cukup besar di Jambi. Propinsi Jambi, yang memiliki luas perkebunan
sawit cukup luas, sebagian besar masih didominasi oleh perkebunan rakyat. . Lebih dari 60%
perkebunan sawit yang ada di Jambi, adalah perkebunan rakyat. Kelapa sawit sendiri mulai
masuk ke Propinsi Jambi sejak akhir tahun sembilan puluh. Perkebunan kelapa sawit banyak
menggunakan pola kemitraan antara petani dengan pihak perusahaan. Pola kemitraan petani
dengan perusahaan dimulai sejak akhir tahun sembilan puluh. Salah satu kabupaten yang
memiliki luas lahan perkebunan kelapa sawit yang cukup besar adalah Kabupaten Muara
Jambi. Muara Jambi termasuk wilayah yang sudah lama menghasilkan sawit sebagai
komoditas andalan.
Salah satu wilayah di Kabupaten Muara jambi tersebut adalah petani yang terdapat
di kecamatan Sungai Bahar. Hingga sekarang, perkebunan kelapa sawit di Sungai Bahar
masih berlangsung. Kecamatan Sungai Bahar adalah wilayah yang memiliki luas lahan dan
produksi kelapa sawit tertinggi di Muara jambi. Hal ini dapat berarti bahwa kelapa sawit
merupakan komoditas utama yang menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat di sungai
bahar. Namun demikian, walaupun memiliki luas lahan dan jumlah produksi tertinggi, namun
produktivitasnya adalah yang terendah. Hal ini disebabkan, kelapa sawit di Sungai Bahar
adalah pohon-pohon yang berusia tua, dan telah melewati masa puncak panen. Rata-rata
kelapa sawit di kecamatan Sungai Bahar, berusia 25 tahun hingga 30 tahun. Pada usia tua
tersebut, petani sawit sudah harus memulai melakukan replanting. Jika tidak segera
dilakukan, petani akan mengalami kerugian, karena hasil panen tidak lagi mampu memenuhi
kebutuhan. Selain itu, dilakukannya replanting juga untuk keberlanjutan usahatani mereka
terutama diperkebunan kelapa sawit. Petani harus memiliki modal yang cukup untuk
melakukan repalnting. Walaupun modal yang dimiliki sudah ada, keputusan melakukan
replanting juga tidaklah mudah. Hal ini karena, sawit merupakan tanaman tahunan, yang
ketika baru ditanam tidak segera memberikan hasil. Sehingga ketika petani melakukan
replanting, mereka harus memikirkan cara memperoleh pemasukan untuk menghidupi
keluarga. Oleh karena itu, menarik untuk diteliti bagaimana strategi nafkah yang dilakukan
petani di dalam menghadapi replanting.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bentuk strategi nafkah petani sawit dalam
menghadapi replanting di Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi. Pendekatan
yang digunakan di dalam penelitian ini adalah dan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian
ini, populasi yang akan diambil adalah petani kelapa sawit di kecamatan Sungai Bahar yang
usia perkebunannya sudah diatas 25 tahun. Sample dibagi menjadi dua kelompok yaitu,
mereka yang telah melakukan replanting dan mereka yang belum melakukan replanting,
tetapi sedang mempersiapakan untuk melakukan replanting.

Kata Kunci: Strategi Nafkah, Replanting, Pengambilan Keputusan

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Salah satu sumber pendapatan utama bagi masyarakat Indonesia adalah dari
sektor pertanian, khususnya bagi masyarakat desa. Sumbangsih yang diperoleh dari
sektor pertanian untuk mendukung pembangunan masyarakat desa cukup besar.
Pertanian identik dengan ketersediaan sumberdaya alam. Ketika berbicara tentang
pertanian, kita tidak bisa memisahkannya dengan perkebunan. Hal ini karena salah
satu bentuk pertanian adalah perkebunan. Banyak komoditas perkebunan yang
terdapat di Indonesia. Propinsi Jambi, juga merupakan salah satu wilayah yang
memiliki jumlah kebun yang relative luas. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas
perkebunan yang memiliki persentase cukup besar di Jambi. Bentuk perkebunan di
Jambi terdiri dari beberapa bentuk, diantaranya adalah perkebunan rakyat, perkebunan
milik pemerintah, perkebunan milik swasta, dan perkebunan yang merupakan
kerjasama antara rakyat dan swasta.
Propinsi Jambi, yang memiliki luas perkebunan sawit cukup luas, sebagian
besar masih didominasi oleh perkebunan rakyat. Luas lahan perkebunan tersebut pada
tahun 2014 mencapai 436.035 Hektar dari total luas perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Jambi secara keseluruhan. Lebih dari 60% perkebunan sawit yang ada di
Jambi, adalah perkebunan rakyat. Kelapa sawit sendiri mulai masuk ke Propinsi Jambi
sejak akhir tahun sembilan puluh. Kelapa sawit mulai diperkenalkan kepada petani-
petani transmigran. Perkebunan kelapa sawit banyak menggunakan pola kemitraan
antara petani dengan pihak perusahaan. Pola kemitraan petani dengan perusahaan
dimulai sejak akhir tahun sembilan puluh. Seiring dengan jalannya waktu,
pertumbuhan perkebunan kelapa sawit di Propinsi Jambi semakin pesat. Dari tahun
ketahun, luas lahan kelapa sawit terus meningkat. Hal tersebut dapat dilihat pada table
berikut.

5
Tabel 1. Perkembangan Luas Lahan, Produksi, Kelapa Sawit Rakyat di
Provinsi Jambi 2011-2015

Jumlah Petani
Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)
(KK)
2011 532.293 1.426.081 181.079
2012 589.340 1.472.852 186.385
2013 593.433 1.555.697 187.631
2014 662.846 1.571.535 200.991
2015 689.966 1.619.896 206.787
Rata-rata 613.576 1.529.212 192.575
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2016

Tabel di atas megambarkan bahwa, tiap tahunnya luas lahan perkebunan sawit
rakyat terus bertambah. Hal ini diikuti pula dengan pertambahan jumlah petani. Salah
satu kabupaten yang memiliki luas lahan perkebunan kelapa sawit yang cukup besar
adalah Kabupaten Muara Jambi. Muara Jambi termasuk wilayah yang sudah lama
menghasilkan sawit sebagai komoditas andalan. Di kabupaten ini, juga terdapat
wilayah transmigrasi yang menjadi program pemerintah, dimana petani transmigran
menjadi petani mitra dengan perusahaan. Program ini sudah dilakukan sejak akhir
tahun Sembilan puluh. Salah satu wilayah di Kabupaten Muara jambi tersebut adalah
petani yang terdapat di kecamatan Sungai Bahar. Hingga sekarang, perkebunan kelapa
sawit di Sungai Bahar masih berlangsung. Table berikut ini menggambarkan luas
lahan perkebunan kelapa sawit yang terdapat di Kabupaten Muara jambi, yang
menunjukkan bahwa Sungai Bahar merupakan wilayah perkebunan kelapa sawit.
Tabel 3. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit Rakyat
Menurut Kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi 2015

Luas Lahan Produksi Produktivitas


No. Kecamatan
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Jambi Luar Kota 4.875 16.350 3,35
2 Sekernan 17.616 37.390 2,12
3 Kumpeh Ilir 12.364 24.726 2,00
4 Muaro Sebo 11.047 15.995 1,45
5 Mestong 3.416 6.569 1,92
6 Kumpeh Ulu 14.908 39.210 2,63
7 Sungai Bahar 32.312 46.414 1,44
8 Sungai Gelam 1.092 1.880 1,72
Jumlah/Total 97.630 188.534 2,08
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2016

6
Tabel tersebut, menunjukkan bahwa Kecamatan Sungai Bahar adalah wilayah
yang memiliki luas lahan dan produksi kelapa sawit tertinggi di Muara jambi. Hal ini
dapat berarti bahwa kelapa sawit merupakan komoditas utama yang menjadi sumber
pendapatan bagi masyarakat di sungai bahar. Namun demikian, walaupun memiliki
luas lahan dan jumlah produksi tertinggi, namun produktivitasnya adalah yang
terendah. Hal ini disebabkan, kelapa sawit di Sungai Bahar adalah pohon-pohon yang
berusia tua, dan telah melewati masa puncak panen. Rata-rata kelapa sawit di
kecamatan Sungai Bahar, berusia 25 tahun hingga 30 tahun. Pada usia tersebut, hasil
sawit yang diperoleh telah mengalami penurunan. Pada usia tua tersebut, petani sawit
sudah harus memulai melakukan replanting. Jika tidak segera dilakukan, petani akan
mengalami kerugian, karena hasil panen tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan.
Selain itu, dilakukannya replanting juga untuk keberlanjutan usahatani mereka
terutama diperkebunan kelapa sawit.
Replanting bukan merupakan hal yang mudah bagi petani. Biaya yang
diperlukan untuk melakukannya cukup besar untuk ukuran petani. Petani harus
memiliki modal yang cukup untuk melakukan repalnting. Walaupun modal yang
dimiliki sudah ada, keputusan melakukan replanting juga tidaklah mudah. Hal ini
karena, sawit merupakan tanaman tahunan, yang ketika baru ditanam tidak segera
memberikan hasil. Sehingga ketika petani melakukan replanting, mereka harus
memikirkan cara memperoleh pemasukan untuk menghidupi keluarga. Dalam hal ini,
keputusan petani melakukan repalanting akan dipengaruhi juga oleh kesiapan mereka
setelah sawit tidak lagi dan belum memberikan penghasilan. Oleh karena itu, menarik
untuk diteliti bagaimana strategi nafkah yang dilakukan petani di dalam menghadapi
replanting. Hal ini karena, ketika replanting dilakukan, sawit mereka yang lama akan
dimusnahkan, dan ditanam dengan sawit yang baru. Namun, mereka harus menunggu
beberapa tahun hingga sawit baru mulai memberikan hasil.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat rumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi nafkah petani kelapa sawit di dalam menghadapi replanting?
2. Apa yang menjadi Kendala Petani melakukan replanting?

7
3. Factor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan petani di dalam memutuskan
melakukan replanting?

1.3.Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bentuk strategi nafkah petani sawit
dalam menghadapi replanting di Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi.
Jadi secara ringkas tujuan penelitian yang dilakukan ini antara lain:
1. Bagaimana strategi nafkah petani kelapa sawit di dalam menghadapi replanting?
2. Apa yang menjadi Kendala Petani melakukan replanting?
3. Factor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan petani di dalam memutuskan
melakukan replanting?

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Usahatani


Menurut Mubyarto (1989), usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber
alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti
tanah, air, perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari bangunan yang
didirikan diatas tanah dan sebagainya. Dalam pendapat lain Hernanto (1996),
mendefinisikan usahatani merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh produksi
dilapangan yang memperhitungkan biaya yang akan dikeluarkan untuk semua kegiatan
yang berhubungan dengan produksi usahataninya dan penerimaan yang diperoleh dari
usahatani tersebut. Dalam usahatani terdapat empat unsur pokok yang selalu ada, unsur
tersebut dikenal juga dengan istilah faktor produksi yang terdiri dari tanah, tenaga
kerja, modal dan pengelolaan.
Suratiyah (2009), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
seorang petani menentukan mengusahakan dan mengkoordinasikan penggunaan
faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien dapat berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal, agar memberikan manfaat yang sebaik-baiknya sehingga
usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.
Soekartawi (2002), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk
tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila
petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang
dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut
menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).
Istilah Usahatani lebih tepat digunakan pada Pertanian Rakyat, karena
mencakup pengertian yang lebih luas, yaitu mulai dari bentuk yang paling bersahaja
sampai pada bentuk yang paling modern. Sedangkan Perkebunan merupakan suatu
usaha yang semata-mata mengejar keuntungan. Perusahaan dapat dilihat pada usaha-
usaha perkebunan. Sehingga istilah Perkebunan lebih tepat diberikan pada Perusahaan
Pertanian. Pada Pertanian Rakyat bukanlah keuntungan yang menjadi tujuan utamanya
akan tetapi kebutuhan keluargalah yang menjadi tujuan berproduksi.

9
Pada kenyataannya, Usahatani dan Perkebunan menggunakan faktor-faktor
produksi yang sama dalam berproduksi. Pada keduanya terdapat penyatuan faktor-
faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan untuk memperoleh
produksi di lapangan pertanian. Tetapi tidak dapat disangkal, bahwa ada juga beberapa
perbedaan dasar antara Usahatani (Pertanian Rakyat) dan Perkebunan (Perusahaan
pertanian), yakni antara tidak mencari keuntungan dan mencari keuntungan.
Perbedaan lainnya dari segi manusianya dan yang lainnya dari segi tanamannya.
Menurut Fadholi Hernanto (1989), bila ingin melihat potret usahatani, akan
melihat : (a) Adanya lahan, tanah usahatani yang di atasnya tumbuh tanaman. Adanya
lahan yang dibuat kolam, tambak, sawah, atau tegalan. Ada tanaman setahun atau
tanaman tahunan. (b) Adanya bangunan yang berupa rumah petani, gudang, kandang,
lantai jemur, dan lain-lain. (c) Ada alat-alat pertanian seperti cangkul, parang, garpu,
linggis, srayer, traktor, pompa air dan lain-lain. (d) Ada pencurahan kerja untuk
mengolah tanah, menanam, memelihara dan lain-lain. (e) Ada kegiatan petani yang
menetapkan rencana usahataninya, mengawasi jalannya usahatani, dan menikmati
hasil usahataninya.
Alam, kerja dan modal disebut sebagai unsur-unsur produksi pertanian. Alam sebagai
unsur produksi pertanian seringkalikali dinyatakan dengan tanah, tanpa menyebut
faktor alam lainnya seperti iklim (sinar matahari, angin, suhu, curah hujan dan
kelembaban nisbi) dan topografi. Hal ini dapat dimengerti oleh karena pada
hakekatnya merupakan manifestasi/resultance dari keadaan faktor-faktor tersebut
terhadap bahan induk tanah.

2.2. Karakteristik Rumahtangga Petani


Wolf (1985) dalam Lestari (2005) mendefinisikan petani sebagai pencocok
tanam pedesaan yang surplus produksinya dipindahkan ke kelompok penguasa melalui
mekanisme sistematis seperti upeti, pajak, atau pasar bebas. Menurut Shanin seperti
dikutip oleh Subali (2005), terdapat empat karakteristik utama petani. Pertama, petani
adalah pelaku ekonomi yang berpusat pada usaha milik keluarga. Kedua, selaku petani
mereka menggantungkan hidup mereka pada lahan. Bagi petani lahan pertanian adalah
segalanya yakni sebagai sumber yang diandalkan untuk menghasilkan bahan pangan
keluarga, harta benda yang bernilai tinggi, dan ukuran terpenting bagi status sosial.

10
Ketiga, petani memiliki budaya yang spesifik yang menekankan pemeliharaan tradisi
dan konformitas serta solidaritas sosial mereka kental. Keempat, cenderung sebagai
pihak selalu kalah (tertindas) namun tidak mudah ditaklukkan oleh kekuatan ekonomi,
budaya dan politik eksternal yang mendominasi mereka.
Rumah tangga petani menurut Sensus Pertanian 1993 adalah rumahtangga
yang sekurang-kurangnya satu anggota rumahtangganya melakukan kegiatan bertani
atau berkebun, menanam tanaman kayu-kayuan, beternak ikan di kolam, karamba
maupun tambak, menjadi nelayan, melakukan perburuan atau penangkapan satwa liar,
mengusahakan ternak/unggas, atau berusaha dalam jasa pertanian dengan tujuan
sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual guna memperoleh pendapatan/keuntungan
atas resiko sendiri. Menurut BPS (2000) secara umum rumahtangga diartikan sebagai
seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan
fisik atau sensus dan umumnya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Yang
dimaksud dengan satu dapur adalah bahwa pembiayaan keperluan juga pengurusan
kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama.

2.3. Strategi Nafkah Rumahtangga Petani


Di dalam rumah tangga petani, resiko menjadi faktor penentu yang cukup
berpengaruh, di dalam memutuskan pilihan-pilihan terhadap strategi yang akan
diambil. Namun demikian, resiko tersebut tidak dapat dihindari. Untuk memeperkecil
resiko yang terjadi, petani biasanya berusaha mengatur struktur nafkah yang mereka
miliki sesuai dengan sumberdaya yang tersedia (Ellis, 2000). Oleh karena itu
dilakukan berbagai diversifikasi sumber nafkah. Diversifikasi tersebut dilakukan
karena keterpaksaan (necessity) dan pilihan (choice). Istilah lain yang sering
digunakan adalah antara bertahan hidup (survival) dan pilihan (choice) atau antara
bertahan hidup (survival) dan akumulasi (accumulation). Contoh kondisi yang
memaksa seperti keterbatasan lahan atau tidak tersedianya lahan. Selain kondisi
memaksa, terdapatnya peluang lain yang bisa memberikan pendapatan tambahan,
seperti pekerja diluar pertanian yang bisa dilakukan diluar musim tanam dan panen
(Ellis, 2000).
Bentuk lain strategi nafkah rumah tangga petani adalah dilakukannya kegiatan
nafkah diluar pertanian. Salah satu penyebab perilaku kegiatan nafkah diluar pertanian

11
disebabkan oleh penyempitan lahan pertanian. White (1990) membedakan
rumahtangga petani ke dalam tiga kelompok dengan strategi nafkah yang berbeda.
Pertama, rumahtangga yang atau mengusahakan tanah pertanian luas, yang menguasai
surplus produk pertanian di atas kebutuhan hidup mereka. Surplus ini seringkali
dimanfaatkan untuk membiayai pekerjaan di luar sector non-pertanian, dengan
imbalan penghasilan yang relatif tinggi pula. Pada golongan pertama, strategi nafkah
yang mereka terapkan adalah strategi akumulasi dimana hasil pertaniannya mampu
diinvestasikan kembali baik pada sector pertanian maupun non pertanian. Kedua,
rumahtangga usaha tani sedang (usahatani hanya mampu memenuhi kebutuhan
subsisten). Mereka biasanya bekerja pada sector non pertanian dalam upaya
melindungi diri dari gagal panen atau memberikan sumber pendapatan yang
berkelanjutan mengingat usaha pertanian bersifat musiman. Strategi mereka ini dapat
disebut sebagai strategi konsolidasi. Ketiga, rumahtangga usaha tani gurem atau tidak
bertanah. Biasanya mereka bekerja dari usaha tani ataupun buruh tani, dimana
penghasilannya tidak dapat mencukupi kebutuhan dasar. Rumahtangga ini akan
mengalokasikan sebagian dari tenaga kerja mereka-tanpa modal, dengan imbalan yang
rendah-ke dalam kegiatan luar pertanian. Pada rumahtangga pada golongan ketiga ini
menerapkan strategi bertahan hidup (survival strategy).

2.4. Konsep Nafkah (Livelihood)


Pembahasan mengenai nafkah, selalu dikaitkan dengan permasalahan
matapencarian (livelihood). Konsep matapencarian (livelihood), memiliki makna cara
yang dilakukan oleh individu untuk pemenuhan kebutuhan hidup, dan untuk
meningkatkan mutu hidup mereka (Chamber et al dalam Dharmawan, 2001).
Livelihood tidak hanya membicarakan tentang cara pemenuhan kebutuhan hidup saja,
tetapi ada makna lebih di dalamnya. Elis (2000) menjelaskan bahwa di dalam
matapencarian (livelihood) tercakup di dalamnya pendapatan ‘cash’ yang berupa uang
dan pendapatan ‘in kind’ yaitu pembayaran dengan menggunakan hasil bumi atau
barang atau pun berupa bentuk-bentuk lainnya, seperti institusi (saudara, kerabat,
tetangga, desa), relasi jender, atau hak milik yang dapat digunakan untuk mendukung
standar hidup yang sudah ada. Jika dilihat dari konteks strategi nafkah, di dalam
Dharmawan (2006), ketika berbicara livelihood, juga akan dimaknai sebagai strategi

12
nafkah, namun tidak hanya sekedar aktifitas pencarian nafkah. Strategi nafkah bisa
dilikat secar individu ataupun kolektif, dimana strategi nafkah bisa dipadang sebagai
cara untuk bertahan hidup ataupun memperbaiki taraf kehidupan. Jadi bisa dikatakan
bahwa strategi nafkah merupakan strategi yang dilakukan oleh individu ataupun
kolekstif dengan tujuan untuk mempertahankan hidup, dimana eksistensi infrastruktur
sosial, struktur sosial dan sistem nilai yang sudah ada dimasyarakat, tetap
dipertahankan.
Terdapat banyak pilihan ketika individu atau kelompok menentukan strategi
nafkah yang akan dilakukan. Pilihan tersebut tergantung kepada sumber-sumber
nafkah yang ada di dalam masyarakat. Menurut Chambers dan Conway (Ellis, 2000)
ada beberapa modal yang harus dimiliki oleh rumah tangga agar bisa memenuhi
kebutuhan nafkah mereka. Modal tersebut adalah :
4. Modal manusia yang meliputi jumlah (populasi manusia), tingkat pendidikan
dan keahlian yang dimiliki dan kesehatannya.
5. Modal alam yang meliputi segala sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan
manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Wujudnya adalah air, tanah, hewan,
udara, pepohonan dan sumber lainnya.
6. Modal sosial yaitu modal yang berupa jaringan sosial dan lembaga dimana
seorang berpartisipasi dan memperoleh dukungan untuk kelangsungan
hidupnya.
7. Modal finansial yang berupa kredit dan persediaan uang tunai yang bisa diakses
untuk keperluan produksi dan konsumsi.
8. Modal fisik yaitu berbagai benda yang dibutuhkan saat proses produksi,
meliputi mesin, alat-alat, instrumen dan berbagai benda fisik lainnya.
Selain modal-modal tersebut, di dalam pemenuhan nafkah rumah tangga,
individu atau kelompok harus menerapkan beberapa aspek agar pemenuhan nafkah
tersebut sesuai dengan yang diharapkan (Crow, dalam Dharmawan 2001). Aspek-
aspek tersebut adalah :
1. Harus ada pilihan yang dapat dipilih oleh seseorang sebagai tindakan alternatif.
2. Kemampuan melatih “kekuatan”. Mengikuti suatu pilihan berarti memberikan
perhatian pada pilihan tersebut. Dengan demikian, memberikan perhatian pada
suatu pilihan akan mengurangi perhatian pada pilihan yang lain. Dalam konteks

13
komunitas, seseorang yang memiliki lebih banyak kontrol (aset) akan lebih
mempunyai kekuatan untuk dapat memaksakan kehendaknya. Oleh karena itu
strategi nafkah dapat dipandang sebagai suatu kompetisi untuk mendapatkan
aset-aset yang ingin dikuasai.
3. Dengan merencanakan strategi yang mantap, ketidakpastian (posisi) yang
dihadapi seseorang dapat diminimalisir.
4. Strategi dibangun sebagai respon terhadap tekanan yang hebat yang menerpa
seseorang.
5. Harus ada sumberdaya dan pengetahuan sehingga seseorang bisa membentuk
dan mengikuti berbagai strategi yang berbeda.
6. Strategi biasanya merupakan keluaran dan konflik yang terjadi dalam rumah
tangga
Merujuk pada Scoones (1998), dalam penerapan strategi nafkah, rumah tangga
petani memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimiliki dalam upaya untuk dapat
bertahan hidup. Scoones membagi tiga klasifikasi strategi nafkah (livelihood strategy)
yang mungkin dilakukan oleh rumah tangga petani, yaitu: (1) Rekayasa sumber nafkah
pertanian, yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan
efisien baik melalui penambahan input eksternal seperti teknologi dan tenaga kerja
(intensifikasi), maupun dengan memperluas lahan garapan (ekstensifikasi); (2) Pola
nafkah ganda (diversifikasi), yang dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman
pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah
pendapatan. Atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu dan anak)
untuk ikut bekerja –selain pertanian- dan mamperoleh pendapatan; (3) Rekayasa
spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan melakukan mobilitas ke
daerah lain di luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh
pendapatan.
2.5. Konsep Pengambilan Keputusan
2.5.1. Pengertian Keputusan
Dalam usahatani, seorang petani memiliki beberapa pertimbangan untuk
mengambil suatu tindakan. Ada banyak faktor yang menyebabkan petani melalukan
tindakan di dalam usahatani mereka. Setiap tindakan yang dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan rumah tangga. Di dalam rumah tangga seorang petani,

14
sering dijumpai, pendapatan dari satu komoditas usahatani belum mampu mencukupi
seluruh kebutuhan keluarga. Kekurangan pendapatan yang diperoleh dari usahatani,
biasanya diatasi petani dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan tambahan untuk
mememnuhi kebutuhan rumahtangga. Bahkan, tidak sedikit dari petani yang
melakukan perubahan fungsi lahan pertanian mereka, baik itu dengan menjual lahan,
menyewakan, atau mengganti komoditas usahatani. Keputusuan yang dilakukan oleh
petani, di dasari oleh banyak faktor. Sehingga keputusan yang diambil disesuaikan
dengan kondisi yang dibutuhkan oleh petani.
Keputusan memiliki beberapa definisi. Ada banyak ahli menjelaskan teori
keputusan. Berikut ini adalah definisi-definisi keputusan menurut beberapa tokoh (di
dalam Hasan, 2004)
1. Diantaranya adalah pengertian keputusan menurut Ralph C. Davis, keputusan
adalah hasil pemecahan masalah yang didapat secara tegas, dimana keputusan
tersebut menjadi jawaban yang pasti dari suatu pertanyaan, yang mampu
menjawab pertanyaan yang terkait dengan perencanaan.
2. Pengertian keputusan menurut James A.F.Stoner, yaitu Keputusan merupakan
pilihan-pilihan diantara alternatif yang ada. Pengertian pilihan tersebut terdiri
dari :

a. Pilihan berdasarkan logika atau pertimbangan .

b. Pilihan yang diambil dari beberapa alternatif dan yang dipilih adalah yang
terbaik.

c. Pilihan tersebut memiliki tujuan yang akan dicapai, dan keputusan yang
diambil haruslah keputusan yang semakin mendekatkan pada tujuan.

Beberapa pengertian keputusan di atas bisa disimpulkan bahwa keputusan


merupakan hasil pemecahan masalah yang diharapkan mampu menjawab pertanyaan-
pertanyaan tentang situasi yang ada. Dimana di dalamnya terdapat beberapa alternatif
pilihan sehingga, pilihan keputusan yang diambil, adalah pilihan yang
dipertimbangkan secara logika, pilihan yang terbaik, dan pilihan yang paling sesuai
dengan tujuan dari situasi yang terjadi.

15
2.5.2.Konsep Pengambilan Keputusan

Keputusan merupakan tindakan nyata yang dilakukan oleh seorang individu.


Namun demikian, ada banyak langkah yang dilakukan oleh seseorang di dalam proses
pengambilan keputusan, sebelum menjadi keputusan akhir. Menurut George R. Terry,
pengambilan keputusan merupakan tindakan dipilihnya suatu alternatif dari beberapa
alternatif yang ada. Hampir senada dengan pengertian tersebut, Stoner menambahkan
bahwa pengambilan keputusan tersebut dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan
yang ada.

Proses pengambilan keputusan memiliki tujuan untuk menyelesaikan masalah.


Agar keputusan yang diambil menjadi lebih terarah, ada beberapa komponen
pengambilan keputusan yang harus diketahui, yaitu (1) memiliki tujuan; (2) terdapat
identifikasi alternatif keputusan di dalam pemecahan masalah; (3) perhitungan tentang
faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya atau di luar jangkauan manusia;
dan (4) sarana dan perlengkapan untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu
pengambilan keputusan. Selain itu George. R. Terry, menjelaskan bahwa ada 5 dasar
yang mempengaruhi seseorang mengambil keputusan, yaitu :
1. Intuisi.
Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah pengambilan
keputusan yang berdasarkan perasaan yang sifatnya subyektif. Dalam
pengambilan keputusan berdasarkan intusi ini, meski waktu yang digunakan untuk
mengambil keputusan relatif pendek, tetapi keputusan yang dihasilkan seringkali
relatif kurang baik karena seringkali mengabaikan dasar-dasar pertimbangan
lainnya.
2. Pengalaman.
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi
pengetahuan praktis, karena dengan pengalaman yang dimiliki seseorang, maka
dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung-ruginya
dan baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan.
3. Wewenang.
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh
pimpinan terhadap bawahannya, atau oleh orang yang lebih tinggi kedudukannya
kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Hasil keputusannya dapat

16
bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan memiliki otentisitas
(otentik), tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan dengan
praktek diktatorial dan sering melewati permasalahan yang seharusnya
dipecahkan sehingga dapat menimbulkan kekaburan
4. Fakta.
Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat memberikan
keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap
pengambil keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima
keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
5. Rasional.
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang
dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk
memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat
dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.
Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan
yang ideal.

2.5.3. Resiko Keputusan Yang Diambil

Setiap keputusan yang diambil memiliki beberapa tahapan yang harus


diperhatikan oleh individu. Sehingga ketika alternatif yang menjadi pilihan telah
ditentukan, tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Dalam pengemabilan keputusan,
terdapat beberapa tahapan yang harus diperhatikan yaitu (Ahyari Agus, 1983):
1. Perumusan / penemuan masalah.
Sebelum menentukan sikap ataupun langkah yang akan dilakasnaan, terlebih
dahulu masalah yang dihadapi harus dicarai kejelasannya. Dijelaskan bahwa dan
diteliti apakah memang terdapat permasalahan disitu, ataukah hanya sekedar
akibat dari kejadian yang lain. Apabila masalah tersebut sudah jelas barulah
kemudian dimulai tahap kedua.
2. Pengumpulan Data
Data terdapat dua macam yaitu data sekunder adalah data yang sudah ditulis
atau dikumpulkan oleh peneliti – peneliti sebelumnya.
Data primer adalah data yang harus dikumpulkan sendiri langsung dari
responden atau obyek peneliti.

17
3. Analisa Data
Jika data sudah terkumpul, maka data tersebut disusun analaisa pemecahan
masalah. Dari hasil analisa ini dimaan tidak hanya satu jalan pemecahan masalah
dibuatlah alternatif-alternatif pemecahan masalah tersebut.
4. Rangking alternatif
Atas dasar hasil analisa data, maka setiap alternatif pemecahan persoalan
tersebut diperhitungakan keuntungan dan kerugian. Atas dasar ini kemudian
disusun urutan alternatif pemecahan masalah tersebut.
5. Pengambilan Keputusan
Berdasarkan rangking alternatif tersebut dijajagi kemungkinan-kemungkinan
penerapannya. Alternatif yang paling mengutungkan dan mempunyai
kemungkian penerapan yang cukup besar itulah yang dipilih sebagai keputusan.
Tahapan-tahapan pengambilan keputusan di atas dilakukan untuk menghindari
resiko-resiko yang tidak diinginkan dikemudian hari. Namun demikian, resiko pada
tiap tindakan keputusan adalah satu hal yang tidak bisa dihindarkan. Dalam
pengambilan suatu keputusan satu hal yang harus diingat yaitu, bahwa keputusan yang
dipilih memiliki tingkat kepastian yang berbeda. Tingkat ketidakpastian yang berbeda
menyebabkan resiko yang muncul juga berbeda.
Resiko adalah kata atau kondisi yang hampir selalu dihadapi dalam hidup, tidak
mungkin manusia hidup tanpa resiko, begitu juga dengan bisnis atau usaha . Terdapat
beberapa faktor yang terkait dengan resiko, yaitu: (1) Ketidak pastian mengenai
sesuatu; (2) Kejadian yang tidak diinginkan; (3) Sesuatu yang terjadi diluar tujuan
semula; (4) Kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan. Resiko adalah kejadian
yang tidak diinginkan merupakan bagian dari kehidupan yang dapat terjadi tetapi tidak
selalu dapat dihindari. Oleh karena itu, alternatif yang menjadi keputusan, haruslah
dipilih yang memiliki resiko paling kecil diantara semua alternatif yang ada.

2.6.Kerangka Pemikiran
Kecamatan Sungai Bahar di Kabupaten Muara Jambi merupakan wialyah dengan luas
lahan perkebunan kelapa sawit terbesar di Kabupaten Muara Jambi. Walaupun merupakan
kecamatan dengan luas lahan terbesar, produktivitas petani di Sungai Bahar adalah yang
terendah. Salah satu penyebab hal tersebut adalah perkebunan kelapa sawit di wilayah ini
sudah tergolong usia tua. Pohon-pohon kelapa sawit di perkebunan rakyat di Sungai Bahar

18
telah melewati masa panen puncak. Sebagian besar pohon berusia 25 tahun hingga 30 tahun.
Kondisi ini menyebabkan produktivitas perkebuan di Sungai Bahar rendah.
Hingga saat ini, kelapa sawit masih merupakan komoditas utama di Sungai Bahar.
Petani-petani sawit yang memiliki perkebunan sawit yang sudah tua, masih menjadikan
perkebunan sawit sebagai sumber pendapatan. Namun produktivitas yang terus menurus
karena usia sawit yang sudah tidak produktif, membuat mereka harus memikirkan replanting,
agar keberlanjutan perkebunan kelapa sawit bisa dipertahankan. Namun demikian keputusan
petani untuk melakukan replanting bukan suatu hal yang mudah. Ada banyak faktor yang
menyebabkan petani mengambil keputusan melakukan replanting. Salah satunya adalah,
kesiapan petani terhadap hilangnya sumber pendapatan dari kelapa sawit. Ketika repalnting
dilakukan, maka sawit yang menjadi sumber pendapatan tidak lagi memberikan pemasukan.
Petani harus menunggu beberapa tahun sehingga sawit yang baru ditanam bisa menghasilkan
kembali. Oleh karena itu, petani harus mempunyai beberapa strategi untuk memperoleh nafkah
guna memenuhi kebutuhan hidup.
Berdasarkan uraian diatas, maka secara sistematis kerangka pemikiran untuk
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Rumah Tangga Petani


Kelapa sawit

Strategi Nafkah Petani Faktor-faktor yang mempengaruhi


petani mengambil keputusan
Replanting

Replanting

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

19
BAB III
METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian direncanakan akan dilaksanakan di Kecamatan Sungai Bahar,
Kabupaten Muara Jambi Propinsi jambi mulai Bulan April sampai September 2017.
Pemilihan lokasi ini karena, Di kecamatan Sungai Bahar adalah salah satu wilayah
yang memiliki luas lahan perkebunan kelapa sawit rakyat yang terluas namun memiliki
produktivitas terendah. Selain itu, di kecamatan ini sudah terdapat petani yang telah
melakukan replanting dan petani yang siap melakukan replanting.

4.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


4.2.1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dari petani padi sawah di daerah
penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang bersumber dari instansi-instansi
pemerintah seperti Dinas Pertanian dan perkebunan Kabupaten Muara Jambi
Kecamatan Sungai Bahar dan juga dari literatur-literatur yang berhubungan dengan
penelitian ini
4.2.2.Metode Pengumpulan Data
Pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah dan pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif di dalam penelitian ini merupakan penelitian dengan
pendekatan konstruktivistik, yaitu cara pandang yang menganggap bahwa pemahaman
atas semesta adalah hasil dari kontruksi sosial. Penelitian kualitatif dilakukan untuk
mencari jawaban tentang pertanyaan penelitian, yaitu untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi petani di dalam melakukan replanting, mengetahui strategi
nafkah petani di dalam menghadapi replanting dan kendala-kendala yang mereka
hadapi. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan wawancara mendalam kepada pihak-
pihak yang telah melakukan replanting dan telah siap melakukan replanting.
Wawancara mendalam juga dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk strategi
nafkah yang dilakukan petani kelapa sawit di dalam menghadapi replanting. Kepada

20
petani kelapa sawit yang menjadi responden, akan diberikan kuisioner. Selain itu,
akan dilakukan focus discussion group (FGD).
Di dalam menentukan narasumber dan responden pada pendekatan kualitatif,
dilakukan terlebih dahulu survai deteksi awal. Data yang dikumpulkan terdiri dari data
primer dan data sekunder. Dalam menentukan sumber data, ada dua cara yang
dilakukan peneliti, yaitu secara purposive (sengaja) dan dengan simple random
sample.
4.3 Metode Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, populasi yang akan diambil adalah petani kelapa sawit di
kecamatan Sungai Bahar yang usia perkebunannya sudah diatas 25 tahun. Sample
dibagi menjadi dua kelompok yaitu, mereka yang telah melakukan replanting dan
mereka yang belum melakukan replanting, tetapi sedang mempersiapakan untuk
melakukan replanting. Di dalam penentuan responden dilakukan secara simple
random sample. Dimana responden yang diambil adalah 80 orang..

4.4 Metode Analisis Data


Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang
dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa data secara deskriptif terutama
dilakukan pada data-data kualitatif. Karena data-data tersebut diperoleh dari hasil
wawancara mendalam dari responden-responden petani yang diambil. Sedangkan
analisa secara kuantitatif, digunakan sebagai data pendukung di dalam penjelasan
kualitatif. Data-data kuantitatif yang diperoleh akan ditabulasi silang dan dibuat
berupa tabel frekuensi untuk mendata strategi-strategi nafkah yang diterapkan petani
kelapa sawit di dalam menghadapi replanting sehingga dapat mempertahankan
meningkatkan pendapatan rumah tangga mereka. Selain itu juga untuk mengetahui
kendala-kendala yang mereka hadapi, serta faktor-faktor yang melatarbelakangi
mereka mengambil keputusan untuk melakukan replanting. Dari tabulasi silang yang
didapat, kemudian akan digunakan sebagai pendukung, analisa deskriftif data-data
kualitatif serta menjelaskan bentuk-bentuk strategi nafkah yang telah dilakukan.

21
IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1. Biaya
Biaya yang diusulkan dalam penelitian ini sebanyak Rp. 20.000.000,- dengan
rincian menurut masing-masing jenis pengeluaran sebagai berikut:
Tabel 3. Ringkasan Usulan Dana menurut Jenis Pengeluaran
Billing Rate Jumlah
Jumlah (Rp.) Biaya
(Rp.)
No. Uraian Orang Volume Satuan

I Honorarium Peneliti 5,780,000

a. Peneliti Utama (4 jam per hari) 1 96 OJ 30,000 2,880,000

b. Peneliti 1 (4 jam per hari) 1 96 OJ 25,000 2,400,000

c. Pengolah Data 1 1 OP 500,000 500,000

II Bahan Habis Pakai 6,520,000

Alat Tulis Kantor (ATK) 330,000

tinta 1 1 ktk 230,000 230,000

- Kertas A4 80 gram 1 2 Rim 50,000 100,000

Penggandaan dan Foto copy 1,190,000

Penggandaan 690,000

- Penggandaan Proposal 1 5 Eks 30,000 150,000

- Penggandaan Laporan Akhir 1 12 Eks 45,000 540,000

Foto Copy 500,000

- Foto Copy Bahan Sumber Data 1 10 Eks 50,000 500,000

Biaya Enumerator 5,000,000

- enumerator untuk (100 eks kuisioner) 4 25 Eks 50,000 5,000,000

III Makan, Minum & Bantuan Transportasi 7,700,000

- Kosumsi Peneliti di Lapangan 2 15 OH 50,000 1,500,000

- Kosumsi Tenaga Harian 1 8 OH 50,000 400,000

- Transport Peneliti Utama 1 15 OH 100,000 1,500,000

- Transport Peneliti 1 1 15 OH 100,000 1,500,000

- Transpor Tenaga Harian 1 8 OH 100,000 800,000


- Transport teknisi enumerator 4 5 OH 100,000 2,000,000
No Uraian Kegiatan Jumlah Biaya (Rp.)

I Honorarium 5,780,000

II Bahan Habis Pakai 6,520,000

III Makan, Minum & Bantuan Transportasi 7,700,000

Jumlah 20,000,000

22
4.2. Jadwal Penelitian

Tabel 3. Jadwal Penelitian


No KEGIATAN Waktu
1 Penulisan Usulan Penelitian 2 minggu
2 Penyiapan Bahan Kuisioner 2 minggu
3 Pra survey 1 minggu
4 Survey Lanjutan (FGD) 2 minggu
5 Pengumpulan data 11 minggu
6 Analisa Data 3 minggu
7 Penyusunan Data 2 minggu
8 Penulisan Laporan Akhir 1 minggu
Jumlah 15 minggu

23
DAFTAR PUSTAKA

Boeke, J.H. 1982. Memperkenalkan Teori Ekonomi Ganda. Bunga rampai


“Perekonomian Desa dengan penyunting Sajogyo. YOI. Jakarta.
Carswell, Grace. 2000. Livelihood Diversification in Southern Ethiopia. IDS Working Paper
117. Institute for Development Studies. Brighton.
Chambers, Robert. 1995. Poverty and Livelihoods: Whose Reality Counts?. Journal :
Environtment and Urbanization Vol. 7 No. 1 1995.
Conway, G dan R. Chambers. 1991. Sustainable Rural Livelihood: Practical Concepts
for 21st Century, IDS Discussion Paper 296 : IDS. Institute for Development
Studies. Brighton.
Crow, G. 1989. The use of concept of strategy in recent sociological literature.
Sociology, vol. 23/l, pp. 1-24
Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Darwis, Valeriana. 2004. Karakteristik Petani Miskin Berlahan Sempit dan Analisa
Usahatani Tembakau pada Lahan Tadah Hujan (Kasus: Kabupaten
Bojonegoro). ICASERARDChayanov, A.V. 1966. The Theory of Peasant
Economy. Manchaster University Press
Dharmawan, AH, 2000. Farm Household Livelihood Strategies and Socio economic
Changes in Rural Indonesia. Disertasi, Goetingen, Institut Rural Development
The University of Goetingen Germany.
Dharmawan, Arya Hadi. 2007. Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan: Pandangan
Sosiologi Nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Barat dan Mazhab Bogor.
Sodality Vol. 01, No. 02, Agustus 2007 hal.169-192.
Ellis, Frank. 1998. Household Strategies and Rural Livelihood Diversification
Ellis, Frank. 1993. Peasant Economics: Farm Households and Agrarian Development.
Cambridge University Press. New York.
------------, 2000. Rural Livelihood and Diversity and Developing Countries US,
Oxford University Press.
Ellis, Frank and H. Ade Freeman. 2005. Conceptual Framework and Overview of Themes.
In Ellis, Frank and H. Ade Freeman: Rural Livelihoods and Poverty Reduction
Policies. Routledge. New York.
Etzioni, Amitai, 1987. Mixed Scaning : A thirh Approach to Decision Making, Public
Adminitrasion Review.
Firth, Raymond. 1966. Malay Fisherman: Their Peasant Economy. Routledge &
Kegan Paul LTD. London.
Hardjono, Joan. 1990. Tanah, Pekerjaan, dan Nafkah di Pedesaan Jawa Barat. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta.
Hasan M, Iqbal, 2002. Teori Pengambilan Keputusan (pokok-pokok materi),Ghalia
Indonesia, Jakarta,
Hernanto, Fadholi. 1989. Ilmu Usahatani. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lindblom, C.E. 1968.The policy Making Process, Englewood Clifts, N.J. Prentice
Hall,
Marzali, Amri. 2003. Strategi Peisan Cikalong dalam Menghadapi Kemiskinan.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Nuraeni, Ida dan Herman Hidayat. 1994. Manajemen Usahatani. Universitas Terbuka.
Penny, D.H. 1990. Kemiskinan : Peranan Sistem Pasar. UI-Press. Jakarta

Redfield, Robert. 1985. Masyarakat Petani dan Kebudayaan. CV. Rajawali. Jakarta.

24
Sairin, Sjafri; Pujo Semedi; dan Bambang Hudayana. 2002. Pengantar Antropologi
Ekonomi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sajogyo. 1998. Dimensi Kemiskinan: Agenda Pemikiran Sajogyo. Kumpulan Pemikiran
Sajogyo dengan editor: Mukhtar Sarman. Pusat P3R-YAE.
Sajogyo dan Mangara Tambunan. PT. Sekindo Eka Jaya. Jakarta. Soeharjo dan D.
`Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. IPB. Bogor.
Scoones, Ian. 1998. Sustainable Rural Livelihood: A Framework for Analysis. IDS
Discussion Paper 72. Institute for Development Studies. Brighton
Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon, J. Brian Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan
Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press). Jakarta.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Pers. Jakarta.
_________1987. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers.
Jakarta.
Sri Mulyono, 1996. Teori Pengambilan Keputusan, Edisi Revisi, LPFE-UI, Jakarta,
Suratiyah, K. 2009. Ilmu usahatani. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
White, Benjamin N.F. 1980. Rural Household Studies in Anthropological Perspective.
Bunga rampai: Rural Household Studies in Asia. Singapore University Press.
Singapore.
________________. 1990. Agroindustri, Industrialisasi Pedesaan, dan Transformasi
Pedesaan. Bunga rampai: Industrialisasi Pedesaan, Editor:
Wie, T. 1981. Pemerataan Kemiskinan dan Ketimpangan. Penerbit Sinar Harapan
Jakarta.
Wolf, Eric R. 1983. Petani: Suatu Tinjauan Anthropologis. Rajawali Press. Jakarta.

25
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian

1. Honorarium
Honor Honor/Jam Waktu Minggu Honor (Rp)
(Rp) (Jam/Minggu)
Pelaksanaan 1 30,000 96 Minggu
2,880,000
Pelaksanaan 2 25,000 96 Minggu
2,400,000
Pelaksanaan 3 500,000 500,000
Subtotal (Rp) 5,780,000
2. Pembelian bahan habis pakai
Material Justifikasi Pembelian Kuantitas Harga Satuan Harga peralatan
(Rp)
Bahan habis pakai 1 Tinta Catridge 1 ktk 230,000 230,000
Bahan habis pakai 2 Kertas 2 rim 50,000 100,000
Subtotal (Rp) 330,000

Material Justifikasi Penggandaan Kuantitas Harga Satuan Harga Penggandaan


(Rp) (Rp)
Penggandaan 1 Proposal 5 eks 30,000 150,000
Penggandaan 2 Laporan Akhir 12 eks 45,000 540,000
Subtotal (Rp) 690,000
3. Fotocopy
Fotocopy 1 Bahan sumber data 10 eks 50,000 500,000
Subtotal (Rp) 500,000
4. Biaya
Enumerator
- Enumerator Untuk (100 100 eks 50,000 5,000,000
Kegiatan 1 Kuisioner)
Subtotal (Rp) 5,000,000
5. Konsumsi
Konsumsi 1 - Kosumsi Peneliti di Lapangan 2 Org 15 Hari 50,000 1,500,000
Konsumsi 2 - Kosumsi Tenaga Harian 1 Org 8 Hari 50,000 400,000
Subtotal (Rp) 1,900,000
6. Perjalanan
Perjalanan 1 - Transport Peneliti Utama 15 OH 100,000 1,500,000
Perjalanan 2 - Transport Peneliti 1 15 OH 100,000 1,500,000
Perjalanan 3 - Transpor Tenaga Harian 8 OH 100,000 800,000
Perjalanan 4 4 Orang 5 2,000,000
100,000
- Transport teknisi enumerator Hari
Subtotal (Rp) 5,800,000
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SETIAP BULAN (Rp)
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SELURUHNYA SELAMA 6 BULAN (Rp) 20,000,000

26
Lampiran. 2 . Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

No Nama NIDN Bidang ilmu Alokasi Uraian


waktu tugas
jam/minggu
1. Aulia farida, 0011078201 Sosiologi 6x4x6 Ketua
SP, Msi Pedesaan/perubahan
sosial
2. Zakky Fathoni, 0008098103 Agribisnis 6x4x6 Anggota
SP,. M.Sc.

27
Lampiran 3. Riwayat Hidup Ketua dan Anggota Peneliti
Ketua Penelitian
I. IDENTITAS DIRI
A. Identitas Diri
1 Nama lengkap (dengan gelar) : Aulia Farida, SP.MSi. L/P
2 Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
3 Jabatan Struktural : -
4 NIP/NIK/Identitas lainnya : 19820711 200604 2 001
5 NIDN : 0011078201
6 Tempat dan Tanggal Lahir : Muara. Bungo 11 Juli 1982
7 Alamat Rumah : Jl. Yulius Usman no 38 rt 23 Pematang sulur
Jambi
8 Nomor Telepon/Faks : 081310638440
9 Alamat Kantor : Fakultas Pertanian, Kampus Pinang Masak, Jalan
Raya Jambi - Muara Bulian Km 15 Mendalo
Darat, Jambi 36361
10 Nomor Telepon/Faks : (0741) 582965 / (0741) 582965
11 Alamat e-mail : auliafarida82@yahoo. Com
12 Lulusan yang telah dihasilkan : S1 = 2 orang; S2 = - orang; S3 = - orang
13 Mata Kuliah yang Diampu : 1. Sosiologi Perdesaan Pertanian
2. Perubahan Sosial
3. Sosiologi Industri
4. Pengantar Ilmu Kependudukan
5. Ekologi Manusia
6. Penyuluhan Pertanian
7. Dasar-dasar Manajemen

B. Riwayat Pendidikan
S1 S2 S3
Nama Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor -
Bidang Ilmu KPM-SOSEK Sosiologi Pedesaan -
Tahun Masuk – Lulus 2000-2005 2007-2010 -
Judul Skripsi/ Persepsi mahasiswa TPB-IPB Pertarungan Gagasan di Dalam -
Tesis/Disertasi Tahun Akademik 2004 Pemekaran wilayah Kabupaten
Terhadap Program Mencari Muara Bungo.
Bakat Di Televisi
Nama Pembimbing/ Dra. Yusalina, MSi Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, -
Promotor MAgr
Ir. Fredian Tonny, MSi

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis,


maupun Disertasi
1 2011 Kajian Efisiensi Ekonomi Usahatani DIPA 3
Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Unja
Kabupaten Kerinci. L

2 2012 Kontribusi dan Diversifikasi Pendapatan DIPA 4


Terhadap Distribusi Pendapatan Rumah Unja
Tangga Petani Padi sawah Prov Jambi

28
(Studi Kasus di Desa Niaso Kecamatan
Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi.
3 2012 Studi Optimasi Pola Tanam Hortikultura DIPA 4
Dengan Program Tujuan Ganda (Goal Unja
Programing) di Kecamatan Jambi
Selatan Kota Jambi.
4 2012 Perbandingan Pola Kemitraan bagi Hasil DIPA 15
dan Bagi Lahan terhadap Kesejahteraan Pasca
dan Keberlanjutan Petani Plasma. Sarjana
5 2013 Faktor-faktor yang mempengaruhi DIPA 5
keputusan petani karet tidak melakukan Unja
alih fungsi lahan menjadi perkebunan
kelapa sawit (studi kasus desa Niaso
Kecamatan Maro Sebo Kabupaten
Muara Jambi)
6 2014 Diversifikasi Sumber Nafkah Petani DIPA 10
Padi Pada Lahan Sawah Tadah Hujan Di Unja
Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu
Kabupaten Muaro Jambi
7 2014 Analisa Komparatif Efisiensi Ekonomi DIPA 10,5
Antara Jagung Varietas Hibrida dan Pasca
Lokal Petani di Kabupaten Muaro Jambi Sarjana

8 2015 Dinamika Kelompok Tani Anggota DIPA 10


Kelompok Tani Dalam Pengolahan Unja
Industri Hasil Pertanian Karet Pada
Kelompok Tani Sejahtera Bersama Di
Desa Muhajirin Kecamatan Jaluko
Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
9 2015 Analisis Komparasi Pendapatan Petani DIPA 15
Karet Rakyat Berdasarkan Mutu Bokar Pasca
Yang Dihasilkan Di Provinsi Jambi Sarjana

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian Jumlah
Sumber*
(Juta Rp)
1 2007 Pengenalan dan Pemanfaatan Ilmu DIPA 1
Komputer.Com Sebagai Media UNJA
Pembelajaran pada Siswa-siswi SMA
Negeri 1 Kota Jambi .
2 2007 Pelatihan E-Learning dan Mandiri
Pengembangannya pada Siswa-siswi
SMk Negeri 1 Kota Jambi

29
3 2010 Pengendalian hama tikus padi sawah Mandiri
di desa Karmio Kec. Batin VII Kab
Batanghari
4 2011 Peluang Usaha Budidaya Jamur Tiram Mandiri
5 2013 Sosialisasi Pemanfaatan Internet DIPA 3
Kecamatan untuk Meningkatkan Daya UNJA
Saing Petani (Kecamatan Dendang
Kabupaten Tanjung Jabung Timur)
6 2013 Penguatan Materi Pengelolaan DIPA 10
Pascapanen Pada Padi Sawah dan Pascasarjana
Ladang Di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat
7 2013 Penyuluhan Peran dan Fungsi Hutan DIPA 3
dalam Mencegah Banjir dan Tanah UNJA
Kongsor Kepada Siswa Sekolah Dasar
Negeri 173 Kelurahan Murni
Kecamatan Solok Sipin Jambi
8 2014 DIPA 10
Manajemen Keungan Industri Hasil
Pascasarjana
Pertanian (Ihp) Karet Pada Kelompok
Tani Sejahtera Bersama Di Desa
Muhajirin Kecamatan Jaluko
Kabupaten Muaro Jambi Provinsi
Jambi
9 2015 Introduksi Industri Hilir Pertanian DIPA 9
(IHP) Karet Kepada Petani Anggota Pascasarjana
Koperasi Al-Hikmah Di desa
Perdamaian Singkut V, Kecamatan
Singkut, Kabupaten Sarolangun

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir


No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/Tahun Nama Jurnal
1 Pemberdayaan Masyarakat Miskin Volume 13 No. 1, Juli- Jurnal Sosial
Lingkungan Kumuh. Desember 2010 Ekonomi
Pertanian.
Fak.Pertanian
UNJA
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada
Pertemuan/Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir
Nama Pertemuan Waktu dan
No. Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah/Seminar Tempat
1 seminar nasional BKS PTN Dampak Berdirinya Perusahaan Maret 2012 Universitas
wilayah Barat Perkebunan Kelapa Sawit Sumatra Utara
terhadap Perubahan
Matapencaharian Masyarakat
Sekitar.

2 Seminar Nasional Agribisnis Kajian Efisiensi Ekonomi 11 Februari 2012/


Usahatani Padi Sawah di Kampus Univ. Jambi

30
Kecamatan Air Hangat
Kabupaten Kerinci

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir


Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1
2

H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5 – 10 Tahun Terakhir


Nomor
No. Judul Penelitia/Tema HKI Tahun Jenis
P/ID
1
2

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya


dalam 5 Tahun Terakhir
Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tempat Respon
No. Tahun
Lainnya yang telah diterapkan Penerapan Masyarakat
1
2

J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 Tahun Terakhir (dari


pemerintah, asosiasi atau institusi lainya)
No Institusi Pemberi Tahu
Jenis Penghargaan
. Penghargaan n
1
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Penelitian dana Pascasarjana Program Studi agribisnis
(S2) Universitas Jambi Tahun 2017.
Jambi, Maret 2017
Anggota Peneliti

Aulia Farida, SP, MSi.


NIP. 19820711 200604 2 001

31
1. Anggota Penelitian
A. Identitas Diri
1 Nama lengkap (dengan gelar) : Zakky Fathoni, S.P., M.Sc.
L/P
2 Jabatan Fungsional : Lektor
3 Jabatan Struktural : -
4 NIP/NIK/Identitas lainnya : 19810908 200501 1 003
5 NIDN : 0008098103
6 Tempat dan Tanggal Lahir : Jambi, 8 September 1981
7 Alamat Rumah : Jl. Kamboja II No. 25 Rt 07 Kelurahan
Sungai Putri Kecamatan Telanaipura
Jambi 36122
8 Nomor Telepon/Faks : 0812 712 02981
9 Alamat Kantor : Fakultas Pertanian, Kampus Pinang
Masak, Jalan Raya Jambi - Muara Bulian
Km 15 Mendalo Darat, Jambi 36361
10 Nomor Telepon/Faks : (0741) 582965 / (0741) 582965
11 Alamat e-mail : fa_thonee@yahoo. com
12 Lulusan yang telah dihasilkan : S1 = 3 orang; S2 = - orang; S3 = - orang
13 Mata Kuliah yang Diampu : 8. Pengantar Ulmu Ekonomi
9. Ekonomi Mikro
10. Pembangunan Pertanian
11. Aplikasi Komputer
12. Kewirausahaan
13. Perdagangan Internasional

B. Riwayat Pendidikan
S1 S2 S3
Nama Perguruan Universitas Jambi Wageningen University -
Tinggi and Research, The
Netherlands
Bidang Ilmu SEP-Agribisnis Development -
Economics
Tahun Masuk – 1999/2004 2007/2009 -
Lulus
Judul Skripsi/ Analisis Pendapatan Evaluation of Market -
Tesis/Disertasi Usahatani Terpadu di System and Market
Kawasan Pengembangan Integration for Rubber
Agropolitan Rantau Rasau Cultivation in Jambi
Tanjung Jabung Timur Province- Indonesia
Nama Pembimbing/ Prof. Dr. Ir. Zulkifli, M.Sc Dr. Kees Burger -
Promotor Ir. Yanuar Fitri, M.Si

32
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis,
maupun Disertasi
Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian Jumlah
Sumber*
(Juta Rp)
1 2010 Analisis Optimasi Faktor Produksi DIPA 3
dengan Pola Tanam Usahatani Sayuran Unja
di Kecamatan Jambi Selatan
2 2012 Analisis Ekonomi Usahatani Padi DIPA 15
Sawah dengan Menggunakan Metode Penelitian
SRI di Provinsi Jambi Pasca
3 2012 Identifikasi Potensi, Kendala, dan Bank 48
Rekomendasi Ketahanan Pangan di Indonesia
Provinsi Jambi

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian Jumlah
Sumber*
(Juta Rp)
1 2007 Penyuluhan / Pemberdayaan Lembaga Mandiri 2
Keuangan mikro (LKM) Terhadap
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) Berbasis Pertanian.
2 2011 Penyuluhan Kemitraan Kelembagaan Pengabdian 10
Kelompok Tani Padi sawah di Pasca
Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo Sarjana
3 2011 Penyuluhan Kemitraan Kelembagaan Pengabdian 10
Kelompok Tani Padi sawah di Desa Pasca
Baru Pangkalan Jambu Kabupaten Sarjana
Sarolangun
4 2012 Focus Group Discussion Mendorong Pengabdian 10
Pertumbuhan Ekonomi Padi sawah Pasca
Dalam Rangka Mengembalikan Sarjana
Kejayaan Padi sawah Rakyat di
Kabupaten Bungo

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir


No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/Tahun Nama Jurnal
1 The Role and Function of Februari 2012 Jurnal Sosial
Rubber Stakeholder in the Ekonomi
Jambi Province Pertanian.
Fak.Pertanian
UNJA
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada
Pertemuan/Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir
Nama Pertemuan Waktu dan
No. Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah/Seminar Tempat

33
1 Simposium Nasional Analysis of Rubber Market 29 Maret
Ekonomi Padi sawah Integration in Jambi 2012/Kampus
Province Universitas Jambi
2 Seminar Nasional Marketing Margin and 11 Februari 2012/
Agribisnis Price Analysis of Rubber Kampus Univ.
Cultivation in Jambi Jambi
Province

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir


Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1
2

H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5 – 10 Tahun Terakhir


Nomor
No. Judul Penelitia/Tema HKI Tahun Jenis
P/ID
1
2
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya
dalam 5 Tahun Terakhir
Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tempat Respon
No. Tahun
Lainnya yang telah diterapkan Penerapan Masyarakat
1
2
J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 Tahun Terakhir (dari
pemerintah, asosiasi atau institusi lainya)
No Institusi Pemberi
Jenis Penghargaan Tahun
. Penghargaan
1
2
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertangungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyatan, saya sangup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Penelitian dana Pascasarjana Program Studi agribisnis
(S2) Universitas Jambi Tahun 2017.
Jambi, Maret 2017
Anggota

Zakky Fathoni, S.P., M.Sc.


NIP. 19810908 200501 1 003

34
35
36
37

Anda mungkin juga menyukai