Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN SEMPRO

Judul : Analisis Potensi Zakat Perkebunan Kelapa Sawit dalam Peningkatan


Muzakki (Studi Kasus Desa Sungai Sirih, Kecamatan Singingi,
Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau)

Latar Belakang : Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan sumber daya
alam yang tersebar luas diseluruh wilayah Indonesia. Dilihat dari sektor
perkebunan atau pertanian, Indonesia terkenal sebagai negara agraris
yang artinya sebagian besar masyarakat Indonesia bermatapencaharian
sebagai pekebun atau petani. Indonesia juga terkenal dengan tanahnya
yang subur sehingga sebagian besar wilayah di Indonesia digunakan
untuk lahan perkebunan atau pertanian.

Perkebunan yang terdapat di Indonesia terdiri dari beberapa jenis,


diantaranya yang utama adalah perkebunan kelapa, kelapa sawit, karet,
tebu, tembakau, kina, teh, kopi, dan kakao. Salah satu hasil perkebunan
yang unggul adalah perkebunan kelapa sawit

Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2018 mencapai


14.326.350 hektar, yang tersebar di beberapa provinsi diantaranya yang
paling luas adalah di pulau Sumatra dan Kalimantan. Selama lima
tahun terakhir (tahun 2014-2018) luas perkebunan kelapa sawit
mengalami peningkatan dengan rata-rata laju pertumbuhan 7,89% yaitu
sebanyak 3.571.549 hektar.
Pada tahun 2019 dan 2020 luas perkebunan kelapa sawit meningkat
dengan laju pertumbuhan 2,3% dan diperkirakan akan terus meningkat
karena semakin pesatnya perkembangan industri.

Dengan adanya sumber daya alam yang melimpah khususnya pada


perkebunan kelapa sawit, seharusnya hal tersebut mampu memberikan
kebaikan yang bukan hanya kepada pemilik lahan saja, melainkan
kepada segenap masyarakat dengan mengoptimalkan potensi zakat hasil
perkebunan kelapa sawit.
Dengan melihat luasnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia, tentunya
akan menghasilkan hasil yang melimpah pula ketika panen
dilaksanakan. Dan ketika telah mencapai nishab (batas minimal harta)
maka akan terkena kewajiban untuk membayar zakat.

Berdasarkan data BAZNAS pada tahun 2015, zakat yang terkumpul


secara nasional mencapai Rp. 4.412.958.056. Akan tetapi angka tersebut
masih jauh dibandingkan dengan potensi zakat Indonesia, berdasarkan
riset BAZNAS bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Islamic
Development Bank (IDB) bahwa potensi zakat mencapai 217 triliun
setiap tahunnya.
Dengan adanya potensi zakat seharusnya hal tersebut dapat menjadi
kekuatan ekonomi masyarakat selain sebagai pembangunan ekonomi
Indonesia. Jika pemasukan zakat di Indonesia tinggi maka adanya zakat
dapat membantu mengatasi berbagai masalah sosial, terutama
kemiskinan dan keterbelakangan dikalangan masyarakat muslim.

Pada tahun 2015-2020 terdapat 9 provinsi dengan penghasil kelapa


sawit yang terbesar di Indonesia, dengan total produksinya yaitu sebesar
87,46%. Berdasarkan data statistik perkebunan Indonesia bahwa
provinsi Riau menjadi provinsi dengan produksi CPO tertinggi dengan
rata-rata 8.540.182 Ton atau 21,47 %. Di provinsi Riau terdapat 12
Kabupaten/Kota yang salah satunya adalah Kabupaten Kuantan
Singingi. Desa Sungai Sirih merupakan salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Singingi, Kabupaten Kuantan Singingi, berdasarkan data
dari Kantor Desa bahwa luas wilayah Desa Sungai Sirih adalah 1190,7
Ha. Yang terdiri dari lahan perkebunan, pemukiman penduduk, kantor,
dan fasilitas umum. Dengan luas lahan perkebunan 918 Ha, luas tempat
pemukiman penduduk ± 237,7 Ha, luas kantor 2 Ha dan luas Fasiltas
umum 33 Ha. Mata pencarian masyarakat di Desa Sungai Sirih
beraneka ragam seperti petani, buruh harian, swasta, ibu rumah tangga,
pedagang, dan pegawai negeri sipil. Dengan persentasi 80% masyarakat
yang berprofesi sebagai petani kebun kelapa sawit.

Melihat luasnya lahan perkebunan yang tersedia menunjukkan bahwa


potensi zakat di sektor perkebunan cukup besar, namun masyarakat
yang berada di Desa Sungai Sirih masih sedikit yang melaksanakan
zakat hasil perkebunan. Karena bagi mereka yang terpenting adalah
sedekah pada waktu selesai panen, dan mereka beranggapan bahwa
sedekah/infaq sudah cukup untuk menggugurkan kewajibannya.
Masyarakat desa masih kurang terhadap pemahaman serta pengetahuan
untuk membayarkan zakat perkebunan, dan terdapat masyarakat yang
membayarkan zakatnya tanpa melalui badan atau lembaga zakat. Oleh
karena itu sangat diperlukan perhatian lebih dari semua pihak, termasuk
pemerintah agar potensi dari petani untuk membayar zakat perkebunan
semakin besar, serta tercapainya tujuan zakat yaitu untuk kesejahteraan
umat. Dengan begitu pemahaman dan pengetahuan masyarakat akan
lebih baik dan dapat meningkatkan potensi zakat perkebunan serta
tingkat kesejahteraan masyarakat akan lebih merata.

Tujuan Penelitian 1.: 1. Untuk mengetahui potensi zakat perkebunan di Desa Sungai Sirih.
2. 2. Untuk mengetahui peran lembaga zakat dalam peningkatan muzakki
zakat perkebunan.
3.
Teori : 1. Pengertian potensi zakat
Merupakan kemampuan dalam upaya pemanfaatan zakat yang
digunakan dan dimanfaatkan secara optimal.
Apabila potensi zakat digunakan dengan pemanfaatan dan mekanisme
yang tepat, maka dapat mengentaskan kemiskinan dikalangan umat
muslim. Potensi zakat di suatu daerah akan berbeda sesuai dengan
struktur dan tingkat kemajuan suatu daerah, dengan semakin majunya
suatu daerah maka akan semakin besar pula potensi zakat yang tersedia.

2. Zakat pertanian/ perkebuan


Adalah semua hasil pertanian yang ditanam dengan menggunakan bibit,
biji-bijian yang hasilnya dapat di konsumsi oleh manusia, serta hewan
dan lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan hasil pertanian dan
perkebunan adalah hasil tumbuh-tumbuhan yang dikeluarkan Allah
SWT dari bumi untuk dikelola dan dimanfaatkan oleh manusia yang
dapat menghasilkan nilai ekonomi, seperti buah-buahan, biji-bijian,
umbi, sayur dan sebagainya.

3. Peningkatan muzakki
Adalah dengan mengoptimalkan potensi zakat agar dapat berjalan
dengan lancar antara lain:
- Pertama, Penyadaran masyarakat akan kewajiban menunaikan
zakat, dengan adanya kesadaran masyarakat dalam kewajiban
mereka membayar zakat akan menambah pemasukan bagi
lembaga pengelola zakat.
- Kedua, Kepercayaan masyarakat kepada sebuah lembaga amil
zakat merupakan sesuatu yang asasi yang harus dimiliki.
- Ketiga, Sosialisasi, jika tidak adanya sosialisasi maka
masyarakat tidak mungkin mengetahui eksistensi zakat dan
eksistensi lembaga pengelola zakat. Keempat, Pemahaman
kepada masyarakat tentang tata cara perhitungan dan prosedur
pengeluaran zakat.

Metode Penelitian : Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan yang
sumbernya berasal dari individu, kelompok, masyarakat/ organisasi
secara menyeluruh dan rinci serta hasilnya dapat di
pertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun tujuan penelitian kualitatif
adalah untuk menggambarkan suatu realita yang terdapat di Desa
Sungai Sirih mengenai potensi zakat perkebunan kelapa sawit dalam
peningkatan muzakki.
PERTANYAAN TENTANG SEMINAR

1. Alasan memilih judul Judul ‘Analisis Potensi Zakat Perkebunan Kelapa Sawit dalam Peningkatan
Muzakki (Studi Kasus Desa Sungai Sirih, Kecamatan Singingi, Kabupaten
Kuantan Singingi, Provinsi Riau)’
Alasannya karena masih masyarakat yang berada didesa sungai sirih yang
kurang paham dan kurangnya pengetahuan untuk membayar zakat hasil
perkebunan kelapa sawit.

2. Perbedaan dengan Pada penelitian sebelumnya, peneliti hanya fokus membahas pada potensi,
penelitian pelaksanaan, dan faktor yang menjadi penyebab masyarakat yang masih
sebelumnya kurang dalam membayarkan zakat hasil perkebunan kelapa sawit.
Nah pada penelitian ini, saya ingin mengetahui upaya apa saja yang
dilakukan oleh lembaga zakat dalam peningkatan jumlah muzaki yang
berada di desa sungai sirih. Karena jika melihat luasnya lahan perkebunan
yang ada, maka potensi zakat tersebut dapat menjadi peluang besar dan
dapat meningkatkan jumlah muzakki.

3. Mengapa lokasi Dilihat dari keadaan idealitas atau keadaan yang seharusnya terjadi,
penelitian di Sungai bahwa zakat hasil perkebunan kelapa sawit harus dibayarkan apabila telah
Sirih mencapai nishab atau batas minimal mengeluarkan zakat.
Nah hal tersebut terdapat dalam alquran yaitu salah satunya dalam surah at-
Taubah: 103, dan juga sesuai dengan UU No 23 tahun 2011 mengenai
pengelolan zakat.
- Setela saya melakukkan observasi bahwa masyarakat desa sungai
sirih memiliki lahan perkebunan sawit yang cukup, akan tetapi
masih sedikit yang melaksanakan zakat hasil perkebunan. Karena
bagi mereka yang terpenting adalah sedekah pada waktu selesai
panen, dan mereka beranggapan bahwa sedekah/infaq sudah cukup.

Dilihat dari keadaan realitas atau keadaan yang sebenarnya terjadi bahwa
masyarakat di desa sungai sirih masih banyak yang belum membayarkan
zakat hasil perekbunannya. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor
yaitu;
- Masyarakat desa masih kurang terhadap pemahaman dan
pengetahuan untuk membayarkan zakat perkebunan, dan terdapat
masyarakat yang membayarkan zakatnya tanpa melalui badan atau
lembaga zakat.
- Oleh karena itu sangat diperlukan perhatian lebih dari semua pihak,
termasuk pemerintah agar potensi dari petani untuk membayar zakat
perkebunan semakin besar, serta tercapainya tujuan zakat yaitu
untuk kesejahteraan umat
Alasan lain yang menjadi alasan saya melakukkan penelitian di desa sungai
sirih adalah karena desanya mudah dijangkau oleh penulis, dan didesa
tersebut memiliki lahan yang cukup luas sehingga penulis tertarik
melakukkan penelitian tersebut.

4. Mengapa metode Pada penelitian kualitatif akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-
penelitiannya kata atau lisan yang sumbernya berasal dari individu, kelompok,
kualitatif masyarakat/ organisasi secara menyeluruh dan rinci serta hasilnya dapat di
pertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun tujuan penelitian kualitatif
adalah untuk menggambarkan suatu realita yang terdapat di Desa Sungai
Sirih mengenai potensi zakat perkebunan kelapa sawit dalam peningkatan
muzakki.

5. Bagaimana teknik Teknik pengumpulan data ada 3 yaitu;


pengumpulan 1. Observasi atau pengamatan, dilakukan langsung ke lokasi
datanya penelitian untuk melihat secara dekat khususnya terhadap para
petani sawit yang terdapat didaerah tersebut untuk memperoleh data
yang berkaitan dengan penelitian.
2. Wawancara, dilakukan dengan wawancara terstruktur yang telah
disusun oleh penulis sebelum melakukkan wawancara kepada
narasumber taerkait. Metode wawancara ini dilakukan dengan cara
langsung bertatap muka ataupun melalui media perantara yang
nantinya akan dituju kepada narasumber.
3. Dokumentasi, adalah sebuah metode yang bersumber dari buku,
jurnal, karya ilmiah, maupun dari sumber yang relevan yang
berkaitan dengan penelitian ini.

6. Tenik analisis data Teknik analisis data dengan:


1. Reduksi Data (Data Reduction)
Yaitu proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan,
pengabstakan, dan transformasi yang muncul dari catatan-catatan di
lapangan.
Hal tersebut dapat memberikan gambaran yang jelas dan terperinci
untuk memudahkan penulis dalam melakukkan pengumpulan data
dari penelitian tersebut.
2. Penyajian Data (Data Display)
Yaitu berisi sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan
tindakan.
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori dan sejenisnya untuk memudahkan penulis
dalam memperoleh penyajian data.
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)
Penarikan kesimpulan dapat diartikan sebagai bentuk dalam
menjawab sebuah rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian
tersebut.
Akan tetapi bisa juga tidak menjawab sebuah rumusan masalah
karena penelitian kualitatif bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti berada di lapangan. (Hardani dkk, 2020).
7. Sumber data dari 1. Sumber Data Primer, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan
mana oleh peneliti secara langsung dari sumber terkait dilapangan.
2. Sumber Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh atau
dikumpulkan peneliti dari beberapa sumber yang telah ada. Data
sekunder diperoleh dari beberapa sumber diantaranya Biro Pusat
Statistik (BPS), buku, jurnal, thesis atau disertasi, dan lainnya yang
berkaitan dengan penelitian ini. (Sandu, 2015).

8. Siapa yang 1. Petani sawit, yaitu 75 orang dari keseluruan kelompok tani,
diwawancara sedangkan sampel dari penelitian ini adalah 20 orang dari 75 orang
yang tergabung dalam satu kelompok tani.
2. Karyawan lembaga zakat

9. Pertanyaan kepada Pertanyaan untuk masyarakat/ petani


petani 1. Sudah berapa lama bapak/ibu bekerja sebagai petani sawit?
2. Berapa luas kebun sawit yang bapak/ibu miliki?
3. Berapakah keuntungan dari setiap hasil panen bapak/ibu di kebun
sawit?
4. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang zakat perkebunan?
5. Apakah bapak/ibu mengeluarkan zakatnya? Jika iya dengan
kemauan sendiri atau paksaan?
6. Kepada siapa bapak/ibu memberikan zakat hasil perkebunan?
7. Menurut bapak/ibu apakah manfaat dari membayar zakat
perkebunan?

10. Pertanyaan kepada Wawancara untuk lembaga zakat


lembaga zakat 1. Berpakah jumlah zahat hasil perkebunan kelapa sawit yang terdapat
di desa sungai sirih ?
2. Apasaja upaya yang dilakukkan agar masyarakat taat untuk
membayar zakat hasil perkebunan ?
3. Bagaimana cara pendistibusian zakat tersebut ?
4.
5.
6.
7.

Anda mungkin juga menyukai