Anda di halaman 1dari 50

Daftar Isi

I. Petani Sawit Mandiri Kaya tapi Tak Berpunya ..................................................................... 1


II. Aliran Uang Rumah Tangga .................................................................................................. 9
Iii. Besar Pasak Daripada Tiang ............................................................................................... 17
IV. Keuangan-Ku (My Money) ................................................................................................. 24
V. Kebun SawitKu ................................................................................................................... 28
VI. Kebun Sawit impian ........................................................................................................... 32
VII. Hanya Sawit ? (Pengembangan Sumber Pendapatan ) ................................... ……………..32

i
I. Petani Sawit Mandiri Kaya tapi Tak Berpunya
(Dilema petani sawit mandiri terjebak Hutang)

Latar Belakang
Sub sektor perkebunan sangat besar peranannya bagi perekonomian di Indoneisa. Pada tahun
2017 saja, sub sector ini menyumbangkan PDB sebesar 3,47 % atau merupakan urutan
pertama di sektor Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian . Subsektor ini
merupakan penyedia bahan baku untuk sektor industri, penyerap tenaga kerja, dan penghasil
devisa. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang mempunyai
peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Kelapa sawit juga salah satu
komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara selain
minyak dan gas. Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar
dunia. (Statistik Kelapa Sawit Indonesia, 2017:3). Dengan luasan lahan sawit yang dibuka di
Indonesia mencapai 16,6 juta hektar, menurut Lembaga Penelitian AURIGA di tahun 2018 1,
dimana menurut Ditjen Perkebunan Kementrian pertanian, 5,8 juta hektar dikelola menjadi
lahan sawit rakyat dan lebih dari 4 juta hektar lahan belum memiliki legalitas2 .
Pembangunan perkebunan khususnya kelapa sawit di Indonesia telah membawa dampak
ekonomi terhadap masyarakat, baik masyarakat yang terlibat dengan aktivitas perkebunan
maupun terhadap masyarakat sekitarnya. Dari hasil penelitian Syahza (2007) menjelaskan
bahwa pembangunan perkebunan kelapa sawit dapat mengurangi ketimpangan pendapatan
antar golongan masyarakat dan mengurangi ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota;
menciptakan multiplier effect ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
pedesaan; dan ekspor produk turunan kelapa sawit (CPO) dapat merangsang pertumbuhan
ekonomi daerah. Tingkat kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat pedesaan telah
membawa dampak berkembangnya perkebunan di daerah, khususnya kelapa sawit 3
Saat ini ada 14,03 juta ha lahan di Indonesia yang dibuka untuk budidaya sawit dimana 5 juta
ha diantaranya dikelola oleh Rakyat.4 Namun jika dihitung rata-rata lahan yang dikelola oleh
petani sawit mandiri hanya seluas 2 ha per orang seperti dikutip pernyataan dari Asmar,
Apkasindo (2018) “ Rata-rata lahan milik petani hanya 2 ha per orang,” 5. Dengan kualitas bibit

1
https://kolom.tempo.co/read/1130118/selamat-datang-moratorium-sawit/full&view=ok
2
https://www.cnbcindonesia.com/news/20181222172001-4-47622/70-lahan-sawit-tak-bersertifikasi-
mungkinkah-wajib-ispo
3
https://media.neliti.com/media/publications/9277-ID-perkebunan-kelapa-sawit-dan-kesejahteraan-
masyarakat-di-kabupaten-sambas.pdf
4
https://industri.kontan.co.id/news/kemtan-lahan-sawit-indonesia-capai-1403-juta-hektare
5
https://industri.kontan.co.id/news/asosiasi-petani-kelapa-sawit-minta-kemudahan-sertifikasi-lahan

1
pada umumnya adalah asalan dan minimnya akses dan sumber daya keuangan sehingga
petani tidamampu menyediakan pupuk bagi kebunnya maka hal itu juga berpengaruh pada
produktivitas kebun sawit mandiri yang ada. Saat ini, produktivitas TBS banyak yang masih di
bawah 20 ton per ha6 dengan harga TBS ditingkat petani yang menyentuh dibawah Rp 1,000 per
Kg TBS maka pendapatan ideal yang diharapkan petani sawit mandiri jauh dari kata ideal. Petani
sawit mandiri dengan luasan lahan yang terbatas, banyak mencari pekerjaan tambahan sebagai
buruh di kebun sawit milik tetangga mereka guna menutupi biaya hidup mereka sehari hari.
Bahkan merekapun harus membayar hutang mereka pada para tokek atau agen pembeli buah
sawit, TBS, yang ada di desa. Para petani sawit mandiri terjebak dalam lingkaran kemiskinan,
seperti gambar dibawah ini.

(sumber:
sumber:

https://www.kompasiana.com/harizg/54f91c44a33311f4018b4700/jokowi-menghapuskan-
lingkaran-setan-kemiskinan)

Kondisi semacam ini sebenarnya dapat dihindari. Karena seringkali orang lupa untuk mengelola uang
mereka dengan baik ketika harga TBS masih tinggi, ketika kebun sawit masih Berjaya. Mereka terlena
dengan harga TBS yang tinggi, membeli barang Konsumptif seperti handphone baru, sepeda motor
baru, televisi baru, padahal mereka masih belum membutuhkan hal tersebut. Mereka lupa bahwa
produk-produk perkebunan sangat fluktuatif dan harga dari produk tersebut ditentukan oleh pasar
dunia yang tidak bisa di control oleh mereka.

Tujuan:
1. Agar peserta memahami pentingnya pengelolaan uang dalam rumah tangga
2. Agar peserta memahami factor-faktor yang mendorong atau menyebabkan petani sawit
mandiri miskin terjerat dalam hutang berkepanjangan

6
http://www.sertifikasimisb.com/berita/item/69-penyebab-rendahnya-produktivitas-sawit-petani.html

2
Pokok Bahasan:
 Pemahaman kondisi petani sawit di Indonesia
 Kondisi Petani sawit mandiri dengan produktivitas rendah terjebak dalam kemiskinan
dan beban hutang rumah tangga
 Pemahaman lingkaran kemiskinan dan pentingnya pengelolaan keuangan
 Pemahaman bahwa produk-produk perkebunan yang berorientasi pasar dunia, memiliki
fluktuasi harga yang akan mempengaruhi pendapatan rumah tangga tani
Kalimat Kunci: lahan terbatas, produksi terbatas, konsumsi terbatas, pengeluaran besar,
pendapatan kecil,Miskin, Hutang,
Metode: study kasus, diskusi kelompok, diskusi pleno
Tempat dan Waktu Belajar : 60 menit
Alat dan Bahan: Kertas koran, spidol, lakban, fotokopi studi kasus keluarga Makbul,
Gambaran Lingkaran kemiskinnan.
Tahapan Belajar
1. Buka pertemuan dengan salam dan jelaskan secara singkat dari materi dan judul
pelatihan yang akan dibahas
2. Berikan gambaran kondisi petani sawit Indonesia terkini (Bahan bacaan terlampir, luasan
terbatas, bibit asalan, produktivitas rendah, harus bekerja sambilan, fluktuasi harga
sawti, berhutang pada tokek). Ambil salah satu berita koran yang menarik dan membahas
perihal ini.
3. Ajak peserta untuk mencermati studi kasus keluarga makbul dan mintalah mereka
bekerja dalam kelompok untuk mengidentifikasi kondisi keluarga itu. Gunakan
pertanyaan dalam pertanyaan pengarah diskusi dan mintalah tiap kelompok untuk
menjawabnya serta memasukkannya dalam bahan presentasi mereka nanti
4. Minta mereka presentasi. Beri kesempatan kelompok atau peserta dari kelompok lain
untuk mengajukan pertanyaan, komentar dan saran terhadap hasil presentasi tiap
kelompok
5. Ajuka pertanyaan-pertanyaan kritis untuk terkait hasil presenasi kelompok guna
mempertajam hasil tersebut.
6. Bahas bersama hasil presentasi dan gali juga sebab akibat yang muncul dari kasus
keluarga makbul tersebut dan ajaklah peserta untuk membuat rumusan , lingkaran
kemiskinan yang dialami oleh keluarga Makbul ini.
7. Simpulkan bersama akhir sesi ini untuk mengajak petani mengenal lebih jauh pentingnya
pengelolaan keuangan rumah tangga tani agar petani sawit mandiri tidak terjebak dalam
hutang berkepanjangan yeng membua mereka tidak dapat keluar dari LINGKARAN
KEMISKINA

3
Pertanyaan Pengarah Diskusi

1. Apakah anda atau teman-teman anda pernah mengalami masalah yang sama dengan
keluarga makmul tersebut?
2. Apakah kondisi yang dialami keluarga makbul ini sering anda jumpai di kampung desa
anda?
3. Mengapa keluarga makbul terjebak pada Hutang?
4. Buatlah diagram lingkaran kemiskinan dari kasus keluarga makbul ini!
5. Bagaimana agar keluarga ini terhindar dari hutang dan memperoleh tingkat
keserjahteraan yang seperti diharapkan

Rumusan Belajar
Infomasi Teknis

 (Bacaan dari koran, internet atau launya tentang kondisi petani sawit mandiri di Indonesia
terkini)

 Lingkaran kemiskinan digunakan untuk memberikan pemahaman pentingnya pengelolaan


keuangan dalam rumah tangga petani sawit mandiri di Indonesia

4
Bahan Bacaan peserta

Harga CPO Anjlok, Makin Ramai


Petani Jual Kebunnya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Anjloknya harga sawit di pasar global secara
berkepanjangan menyebabkan puluhan ribu bahkan ratusan ribu petani sawit frustrasi. Makin
banyak yang menelantarkan bahkan menjual lahan kebun sawitnya dikarenakan kekurangan
modal, sementara pendapatan yang diperoleh tidak sebesar ketika harga sawit masih
membaik.

“Petani sawit umumnya tidak memiliki akses pendanaan ke perbankan. Akibatnya mereka
tidak bisa meningkatkan produktivitas, di saat harga rendah saat ini. Banyak yang putus asa,
akhirnya menelantarkan bahkan menjual kebun sawitnya,” kata Mansuetus Darto, Ketua
Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS), kepada satuharapan.com hari ini (25/11).
SPKS adalah serikat para petani sawit beranggotakan 40 ribu petani di Sumatera dan
Kalimantan. Dewasa ini petani mengelola lahan sekitar 5,8 juta ha dari total luas kebun sawit
Indonesia sekitar 13,5 juta ha dan dikelola oleh sekitar hampir 4 juta rumah tangga petani.
Petani mandiri dipakai sebagai predikat untuk membedakan dengan usaha sawit yang dikelola
oleh Badan Usaha Milik Negar (BUMN) maupun perusahaan besar.

Mansuetus menjelaskan, selama ini petani sawit yang umumnya memiliki lahan berskala kecil
sulit berhubungan dengan bank maupun lembaga keuangan formal. Untuk itu Pemerintah
menjembataninya dengan Peraturan Menteri Pertanian No 33 tahun 2006 tentang revitalisasi
perkebunan.

Berdasarkan peraturan ini, pendanaan dapat diberikan kepada petani jika mereka melakukan
kemitraan usaha perkebunan dengan perusahaan besar. Negara pun melalui APBN
memberikan subsidi bunga sebesar 5 % selama masa pembangunan. Jika kebun berproduksi,
diberlakukan bunga komersil atau negara tidak lagi mensubsidi bunga.

Untuk membayar pinjaman tersebut “Petani kemudian membayar cicilannya kepada


perkebunan besar,” tutur Mansuetus.

Hanya saja kata Mansuetus, kemitraan ini menerapkan pola kemitraan manajemen satu atap.
Di mana kebun-kebun petani dikelola seluruhnya oleh perusahaan. Dalam pelaksanaan pola
ini, tidak ada transparansi dan tanggungjawab ketika kebun yang dikelola perusahaan tadi
memiliki produktivitas rendah dan tidak menggunakan kredit dan subsidi bunga tadi dengan
baik. SPKS menduga, perusahaan cenderung memanipulasi kredit yang diberikan bank atau
subsidi bunga kepada perusahaan. Tidak ada satupun koperasi atau petani mengetahui proses
transaksinya karena dilakukan secara tertutup. Dalam pola manajemen satu atap ini “Praktis,
para petani hanya jadi buruh di kebunnya sendiri,” tutur Mansuetus.

5
Menurut Mansuetus, saat ini ada sekitar 200 ribu petani yang menjalankan usaha taninya
dalam skema manajemen satu atap. “Mereka miskin dengan pendapatan Rp 100-200 ribu per
hektar dan hampir semuanya berkonflik,” tutur Mansuetus. Selain itu kata Mansuetus, pola
ini seperti pola bagi hasil. Hasil produksi petani dikuasai perusahaan sekitar 50% untuk
pemeliharaan, 30% membayar kredit dan petani hanya mendapatkan 20% dari hasil kebun
per ha.

Sistem manajemen satu atap tersebut membuat banyak petani kecewa. Mereka kemudian
keluar dan membangun kebun-kebun baru dengan cara mandiri. Menurut Mansuetus,
pemberlakuan manajemen satu atap telah membuat animo petani plasma bermitra dengan
perkebunan besar menurun.

“Ini berbeda ketika dulu ada program Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Ketika itu kemitraan yang
terjadi memberi kesempatan pada petani untuk mengelola kebun. Perkebunan besar hanya
terlibat dalam pembangunan dan pemeliharaan selama 48 bulan,” kata Mansuetus.

Makin Tertinggal
Lepas dari kerangkeng kemitraan dengan perusahaan besar, kini para petani plasma itu
menghadapi masalah lain yang lebih besar. Harga sawit di pasar global yang tak kunjung
membaik dalam tempo yang sudah sangat lama, membuat mulai menekan. Mereka
kekurangan modal yang diperlukan untuk merawat lahannya.

Kantor berita Reuters melaporkan, banyak petani yang terpaksa mengurangi pupuk dan
pestisida yang diperlukan. Mereka juga tak lagi melakukan penanaman ulang karena
kekurangan uang. “Mengurangi pupuk merupakan langkah pertama yang biasanya harus
dilakukan,” kata Alvin Tai, dari RHB Research Institute. "Hal itu yang paling mudah dilakukan
dan dampaknya tidak terasa dengan segera,” tutur dia, seperti dikutip oleh Reuters.
Namun, pengurangan pupuk pada saatnya akan mengurangi hasil. Diperkirakan mulai
pertengahan 2015 produktivias kebun para petani mandiri akan semakin ketinggalan
dibandingkan dengan perkebunan besar.

“Jika harga sawit turun lebih jauh, saya menduga akan terjadi penurunan 1,5 juta ton produksi
CPO pada akhir 2015 dan 2016 dibanding sebelumnya,” kata analis dari LMC International,
James Fry.

Menjual Lahan
Terakhir kali terjadi penurunan harga CPO seperti saat ini ialah pada tahun 2008. Pada saat
itu selama delapan bulan harga CPO turun ke level yang sangat rendah, menyebabkan jumlah
petani yang bunuh diri meningkat tajam. Mereka terpaksa mengambil jalan pintas yang
mengenaskan karena terlilit utang dan tidak sanggup membayarnya. Yang masih bertahan,
terpaksa mem-PHK karyawannya, atau menelantarkan lahan maupun menjualnya.

Saat ini, kecenderungan petani sawit untuk menjual lahannya akan berhadapan dengan
keengganan perkebunan besar untuk membelinya. Ini dikarenakan belum jelasnya kebijakan
pembatasan kepemilikan asing di lahan sawit dan pembatasan ekspansi.

6
Mansuetus mengharapkan Pemerintah Jokowi-JK memberikan perhatian serius atas nasib
petani sawit ini. Salah satu harapannya adalah program pemberdayaan desa yang
mengalokasikan dana Rp 1,4 miliar per desa. Mansuetus berharap dana tersebut dialokasikan
ke desa agar dapat membangun Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) di kawasan perkebunan
sawit. Selanjutnya, BUMDesa tersebut dapat memperkuat petani kelapa sawit agar memiliki
kapasitas pengelolaan kebun, membangun jaringan dengan pasar, Mengelola pupuk,
teknologi pertanian dan menggalang tabungan petani.

“Pola manajemen satu atap itu mengebiri petani plasma. Petani terpaksa bermitra karena tak
punya pendanaan untuk membangun kebun secara mandiri. Menteri Pertanian Amran
Sulaiman harus punya perspektif baru untuk memperbarui skema petani agar petani
sejahtera, mandiri dan tanpa konflik,” kata dia

Dikutip dari: http://www.satuharapan.com/read-detail/read/harga-cpo-anjlok-makin-ramai-petani-


jual-kebunnya

7
Studi Kasus

Study Kasus Keluarga Makbul


Makbul, 46 tahun, seorang petani kecil kelapa sawit di sebuah Desa di Propinsi Riau. Dia hidup
bersama seorang isteri dan 2 orang anaknya yang masih SMP dan SD. Sudah kurang lebih 15
tahun dia hidup didesa itu. Makbul memiliki lahan kelapa sawit seluar 2 ha yang dia beli dari
warga lokal dan satu lagi adalah lahan karet seluas 1 ha. Semenjak harga Karet turun terus
beberapa tahun belakangan ini maka praktis keluarga ini hanya bergantung dari hasil kebun
kelapa sawit saja. Hasil kebun sawit seluas 2 ha itu pun tidak lah cukup untuk menghidupi
keluarga ini. Dengan harga sawit saat ini sebesar Rp 900 rupiah per kilo TBS, keluarga ini hanya
menghasilkan Rp 2,400,000 per bulannya ditambah hasil dari karet sebesar Rp 425,000.
Keluarga ini masih harus membayar hutang pada Tokek untuk biaya Pendidikan kedua anak
mereka dan ongkos pulang ke kampung halaman mereka tahun lalu.
Sejak harga sawit yang terus merosot tahun lalu dan masih berada di tingkat harga di bawah
Rp. 1,000 per Kg TBS mereka, keluarga ini harus membanting tulang untuk melanjutkan
kehidupan mereka dan membayar hutang-hutang mereka pada Tokek sawit yang ada
dikampung itu. Terkadang mereka mengambil pekerjaan sebagai buruh panen sawit dan
membersihkan kebun sawit tetangga mereka yang ada di desa dan desa tetangga

8
II. Aliran Uang Rumah Tangga

Latar Belakang
Sebuah rumah tangga, ibarat tanaman, agar tetap berjalan membutuhkan pemasukan agar
semua biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan setiap bulannya terpenuhi. Segala macam
kebutuhan, seperti makan minum pakaian sekolah, biaya telpon (komunikasi), bensin untuk
motor, membayar upah pekerja kebun, membayar listrik membayar hutang pada tokek atau
bank dll. Antara pemasukan dan pengeluaran, haruslah seimbang. Setidaknya ada sisa untuk
digunakan membiayai hal-hal yang tidak diinginkan, seperti ketika sakit, keluarga meninggal
dunia, undangan tetangga hajatan dan juga untuk tabunan masa depan guna sekolah anak,
perbaikan rumah membeli kendaraan baru dll. Jika pemasukan lebih rendah dari
pengeluaran, maka yang timbul adalah gali lubang tutup lubang. Mencari hutang setiap
bulannya guna menutup pengelauran rumah tangga dan membayar hutang sebelumnya.,
Berkebun sawit memang dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan utama bagi rumah
tangga tani di Indonesia. mengingat Indonesia salah satu negara terbesar penghasil sawit
dunia. Namun turun naiknya harga sawit yang tidak menentu dapat menyebabkan petani
jatuh miskin jika tidak mengelola keuangannya dengan baik. Tidak dapat membeli pupuk
sehingga buah tidak produksi optimal. Berhutang pada tokek atau bank gunaka menutup
kebutuhan rumah tangga yang setiap bulannya memerlukan uang guna membayar berbagai
keperluan rumah tangga. ,
Petani harus menyadari bahwa mengantungkan hidup pada sub sector perkebunan, dimana
harga produk yang mereka hasilnya sangat ditentukan oleh pasar dunia, sangatlah beresiko
terhadap sumber pendapatan rumah tangga mereka. Terkadang mereka dapat hasil
penjualan tinggi dari TBS yang mereka hasilkan. Atau terkadang malah merugi karena biaya
produksi kebun dan upah untuk membayar
orang panen di kebun tidak tertutupi oleh
harga sawit yang dihasilkan. Sementar
pengeluaran rumah tangga setiap bulannya
harus dikeluarkan sejumlah tertentu yang
sifatnya tetap dan harus keluar dengan
jumlah tesebut. Standar hidup dan gaya
hidup yang sudah telanjur tinggi membuat
biaya hidup bulana juga ikut meningkat.
Menurunkan standart hidup artinya
menurunkan gengsi yang pada sebagian
orang hal itu menjadi sulit untuk dilakukan.
Gambaran arus kas rumah tangga ibarat
aliran makanan dari akar ke bagian
tanmana untuk dikeluarkan menjadi batang
daun bunga dan buah

9
Setiap bulan, rumah tangga membutuhkan pemasukan guna membiayai keperluan rumah
tangga tersebut, seperti untuk beli beras, minyak, gula kopi, listrik, pulsa, jajan anak, uang
sekolah anak, membayar cicilan rumah, membayar hutang di Tokek atau bank dll. Apakah
sumber pendapatan yang ada, misalnya dari hasil kebun sawit atau kebun lainnya mencukupi
guna membiayai hal tersebut? Apakah setiap bulannya rumah tangga memiliki alokasi untuk
tabungan atau tidak guna hal hal yang tidak terduga, misalkan sakit atau kepeluarn mendadak
lainnya? Apakah rumah tangga juga memiliki rencana membeli kebun atau lahan baru guna
menambah penghasilan dalam rumah tangga tersebut? Hal-hal semacam itu perlulah kiranya
di kelola dengan baik sehingga kesejahteraan anggota keluarga, yang diidamkan bisa tercapai/
Gambar dibawah merupakan ilustrasi bagaimana sebuah rumah tangga memperolah
pendapatan dan menggunakannya untuk kebutuhan rumah tangga tersebut, dan apakah
masih ada sisa untuk di alokasikan untuk tabungan?

Tujuan
1. Agar peserta dapat mengidentifikasi sumber – sumber pendapatan rumah tangga
2. Agar peserta dapat mengidentifika sumber sumber pengeluaran rumah tangga
3. Agar peserta dapat memahami jenis-jenis pendapatan dan pengeluaran Tetap dan Tidak
Tetap
4. Agar peserta mampu merencanakan keuangan rumah tangganya dengan baik

Pokok Bahasan
 Pemahaman tentang arus keuangan rumah tangga, pendapatan dan pegeluaran rumah
tangga serta keseimbangan keuangan rumah tangga (Saldo Bulanan)
 Pemahaman pada petani tentang pendapatan tetap dan tidak tetap serta pengeluaran
rumah tangga sifatnya tetap dan tidak tetap (kadang-kadang muncul dalam setiap
bulannya)
 Melihat sumber pendapatan dan pengeluaran rumah tangga
 Melihat pemahaman petani mengenai pengeluaran dasar yang selalu dibutuhkan dalam
rumah tangga setiap bulannya

10
Kalimat Kunci: Pendapatan, pengeluaran, pendapatan tetap dan tidak tetap, pengeluaran
tetap/rutin/mendasar, pengeluaran yang kadang-kadang muncul, Saldo atau sisa bulanan
dari anggaran keuangan rumah tangga, anggaran keuangan rumah tangga
Metode: studi kasus, diskusi kelompok, Analisa keuangan rumah tangga, penjelasan,
presentasi dan diskusi pleno
Tempat dan Waktu Belajar: lahan belajar yang disepakati peserta, waktu 90 menit
Alat dan Bahan: kertas plano, spidol, lakban, cerita Makbul, kalkulator, format pendapatan
dan pengeluaran rumah tangga
Tahapan Belajar
1. Ajak peserta untuk melihat keluarga makbul dalam studi kasus di bagian sebelumnya.
2. Minta mereka untuk mengidentifikasi sumber pendapatan keluaraga makbul beserta apa
saja pengeluaran dalam rumah tangga makbul tersebut. Minta peserta untuk melakukan
itu dalam kelompok-kelompok kecil yang ada ( minimal 5 orang)

3. Minta wakil tiap kelompok untuk presentasi, sambil ajukan pertanyaan dalam pertanyaan
pengarah diskusi.
4. Setelah semua peserta memahami bagaimana mengidentifikasi sumber pendapatan
keluarga Makbul (dari cerita diatas) baik tetap dan tidak tetap serta apa saja sumber
pengeluaran tetap/regular dalam rumah tangga dan irregular/kadang-kadang muncul,
mintalah peserta kemabli bekerja dalam kelompok dan mengidentifita sumber pendaptan
(tetap dan tidak tetap) dan sumber pengeluaran (tetap dan tidak tetap) dari rumah tangga
mereka masing-masing. Mintalah mereka untuk mendiskusikan atau mencari infomasi
dari pasangannya yang lebih mengetahui pengeluaran rumah tangga mereka.
5. Fasilitator membantu peserta yang kesulitan

6. Presentasikan salah satunya

Pertanyaan Pengarah Diskusi


1. Apakah sumber pendapatan rumah tangga selalu tetap sifatnya, yang mana mohon
sebutkan?
2. Adakah jenis sumber pendapatan ada yang munculnya tidak setiap bulan ada? Apa itu,
sebutkan?
3. Setelah anda mengetahui sumber pendataptan tetap dan tidak tetap, apakah sumber
pendapatan anda dari sector pertanian sifatnya tetap atau tidak tetap, mohon jelaskan!
4. Apakah anda mengetahui apa saja pengeluaran tetap dirumah tangga dari cerita
mengenai keluarga makbul? Mana yang merupakan pengeluaran tetap, harus ada setiap
bulannya dan mana yang tidak tetap, yang hanya dalam bulan-bulan tertentu saja muncul
kebutuhan itu?

11
5. Untuk Analisa keuagan rumah tangga peserta: apa saja sumber pendapatan rumah tangga
anda? Apakah sumber pendapatan tersebut setiap bulan ada bagi rumah tangga anda?
Adakah sumber pendapatan musiman yang keluarga anda miliki? Apa itu?
6. Apa saja sumber pengeluaran rutin rumah tangga anda?
7. Apa saja pengeluaran rumah tangga yang terkadang harus kita keluarkan dalam bulan
tertentu?
8. Setelah anda mengetahui sumber-sumber pendapatan dan pengelauran rumah tangga
(Tetap dan Tidak Tetap),Cobalah anda menghitung, ? apakah masih ada sisa? Berapa
sisanya? Jika tidak, mengapa hal itu terjadi?
Rumusan Belajar

Infomasi Teknis

12
A. Apa itu pendapatan rumah tangga?
Pendapatan rumah tangga adalah uang yang datang dalam rumah tangga untuk
digunakan dalam pengeluaran rumah tangga dan simpanan.

Contohnya pendapatan rumah tangga


 Hasil kebun sawit, karet, rotan
 Gaji PNS
 Upah buruh panen
 Keuntungan bisnis kue
 Keuntungan penjualan durian
 Pendapatan anggota keluarga lainnya (gaji atau keuntungan dari kegiatan bisnis)
 Transfer uang (dari keluarga yang tinggal jauh, biasanya di Negara lain).

B. Pendapatan rumah tangga dapat tetap atau tidak tetap


Pendapatan Keluarga Tetap adalah uang yang datang ke dalam rumah tangga secara
terus menerus, sebagai contoh setiap minggu, dan setiap bulan dalam setahun- seluruh
bulan dalam setahun.
Contoh pendapatan tetap:
Keuntungan dari hasil kebun sawit, bisnis kios, bisnis transport atau bisnis apapun
yang dijalankan sepanjang tahun

Untuk contoh, bisnis kios:


Pendapatan mingguan = Rp. 270.000
Pendapatan bulanan = Rp. 270.000 x 4 = Rp. 1.080.000
Gaji bulanan PNS atau upah buruh mingguan
Transfer uang bulanan dari anggota keluarga

Pendapatan Keluarga Tidak tetap adalah uang yang datang hanya sekali atau dua kali
setahun.

Contoh pendapatan tidak tetap:


Mendapat kiriman uang dari keluarga saat Natal atau lebaran
Keuntungan bisnis dari kegiatan musiman seperti menjual mangga (hanya di bulan
Oktober dan November) atau durian(yang kadang dalam tahun tertentu tidak berbuah,
atau sebaliknya)

13
Contoh bisnis Mangga:
Menjual Mangga (di bulan Oktober dan November)
Total pendapatan (untuk Oct dan Nov) = Rp. 450.000
Pendapatan bulanan = Rp. 450.000/2 = Rp. 225.000
Pendapatan mingguan = Rp. 225.000/4 = Rp. 56.250 (hanya untuk October dan
November)

Tipe-Tipe Pengeluaran Rumah Tangga

A. Pengeluaran rumah tangga merupakan biaya yang dikeluarkan oleh keluarga untuk
rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga termasuk kebutuhan dasar yang terdiri dari
barang-barang yang kita butuhkan untuk bertahan hidup dan untuk melanjutkan hidup
kita beserta keluarga , seperti: makanan, listrik, bahan bakar (Gas, minyak tanah atau
kayu bakar), obat-obatan, biaya sekolah, pembayaran pinjaman ke Bank atau ke Tokek
sawit, bensin untuk kendaraan guna melansir TBS, pakaian, dan membeli pulsa untuk
menghubungi agen sawit
Pengeluaran rumah tangga termasuk keperluan mewah adalah barang-barang yang kita
tidak memerlukannya untuk bertahan hidup akan tetapi kita ingin membelinya, seperti:
rokok, TV baru, handphone baru, motor baru, mobil baru, tamasya, makan di restorant,
nongkrong bersama teman di café

B. Pengeluaran rumah tangga dapat bersifat tetap maupun tidak tetap.


Pengeluaran tetap adalah item yang kita beli setiap hari, setiap minggu atau setiap
bulan.
Contoh Pengeluaran Tetap:
Keperluan dasar:
Makanan,minuman, biaya listrik, biaya air minum, biaya pulsa, biaya bensin, uang
sekolah anak, uang jajan anak, biaya obat obatan, Gas Elpiji dll.

Contoh pengeluaran tidak tetap


Bukan kebutuhan dasar dan Barang mewah
Makan di Restoran, nongkrong di café, tamasya bersama keluarga, nonton film, beli PS
4, Rokok, Beli motor baru, beli mobil baru, beli handphone baru, jalan-jalan keluar
negeri,beli baju baru (di luar waktu lebaran/Natal) dll.
Sumber: Hartono, 2012, Modul pengelolaan keuangan CUKK, Keling Kumang-
Goodreturn.

14
Format Identifikasi Pemasukan Rumah Tangga

No Sumber pendapatan Sifatnya tiba Jumlah


(bulanan, harian,
kadang-kadang)

Sumber Pendapatan 1

Sumber Pendapatan 2

Dst……………………..

Format Identifikasi Pengeluaran Rumah Tangga

No Sumber pengeluaran Sifatnya tiba Jumlah


(bulanan, harian,
kadang-kadang)
Kebutuhan pokok:
Beli beras, beli gas, beli gula dan
kopi, bayar listrik, bayar uang
sekolah anak, uang jajan anak

Kewajiban:
Pembayaran angsuran pinjaman
ke bank

Kebutuhan sekunder:
Tamasya,
Makan direstoran

Tabungan keluarga

Dst.

15
Format Arus Kas Rumah Tangga Bulanan

Pencatatan Pengeluaran dan Pemasukan

Periode Bulan:

Tanggal Keterangan Pemasukan (Rp) Pengeluaran (Rp)

Total

16
III. BESAR PASAK DARIPADA TIANG,
Permainan Kebutuhan dan Keinginan (30 menit)

Latar Belakang
Penting kiranya peserta memahami apa itu “kebutuhan” dan “Keinginan”. Sehingga mereka
tidak akan terjebak pada pola hidup yang konsumtif ditengah gempuran iklan-iklan yang lebih
mendorong orang untuk berpola hidup yang konsumtif.

Tujuan
1. Agar peserta memhamai antara kebutuhan yang mendasar dalam hidup dan keinginan
sesaat
2. Agar peserta memiliki prioritas pengeluaran rumah tangga.
3. Agar peserta memahami pentingnya pola hidup yang produktif guna meningkatkan asset
dan pendapatan rumah tangga guna kesejahteraan keluarga yang diidamkan setiap orang.

Pokok Bahasan
1. Memberikan pemahaman pada peserta untuk memiliki prioritas pengeluaran rumah
tangga.
2. Memberikan pamahaman pada peserta untuk memiliki pola hidup yang produktif guna
meningkatkan asset dan pendapatan rumah tangga.

Kalimat Kunci:
Pengeluaran, Kebutuhan, Keinginan Gengsi dan kebiasaan
Metode” permainan dan diskusi pleno
Tempat dan Waktu Belajar: ruangan umum atau salah satu rumah peserta, 15-20 menit:
Alat dan Bahan: Gambar-gambar pengeluaran rumah tangga, mobil, rokok, motor,
handphone dll.
Tahapan Belajar
1. Ajak peserta untuk bermain sambal mengistirahatkan pemikiran setelah berdiskusi
Panjang lebar mengenai kondisi keungan dan pengeluaran rumah tangga tani.
2. Bagikan gambar-gambar pengeluaran rumah tangga (makanan, tranportasi, komunikasi,
rumah, pernikahan, bawang mewah, perhiasan, mobil mewah, handphone mahal) dan
lain-lain) kepada peserta. Tiap peserta, masing-masing akan mendapatkan satu gambar.
3. Fasilitator membuat dua kolom dipapan tulis yang bertuliskan “kebutuhan” dan
“Keinginan”.

17
4. Minta peserta maju satu persatu dengan membawa gambar-gambar tersebut dan
meletakkan pada kolom yang menurut mereka tepat, apakah “kebutuhan” atau
“Keinginan”?
5. Setelah semua peserta mendapatkan kesempatan, ajak peserta untuk membahas
bersama gambar tersebut, apakah letaknya benar sesuai dengan kolomnya “kebutuhan”
dan “Keinginan”? Lakukan ini hingga semua peserta sepakat.
6. Ajak peserta untuk merumuskan pengertian “kebutuhan” dan “Keinginan” menurut versi
mereka.
7. Tutup dan simpulkan materi sesi ini.
Pertanyaan Pengarah Diskusi:
1. Apakah selama ini kita lebih banyak memenuhi keinginan atau memenuhi apa yang
menjadi kebutuhan hidup kita dan keluarga?
2. Apakah rokok merupakan kebutuhan atau keinginan? Apa pendapat bapak/ibu sekalian?
3. Apa merek beras yang paling enak menurut anda? Apakah itu merupakan kebutuhan
ataukah sebatas keinginan kita saja?
4. Sepeda motor saat ini sudah menjadi bagian dari kehidupan kita di pedesaan dan
perkotaan. Jika anak atau isteri saya meminta dibelikan sepeda motor honda Vario,
apakah itu kebutuhan atau keinginan?
Rumusan Belajar

Infomasi Teknis:
Kebutuhan dan Keinginan

Seperti banyaknya teori yang menyebutkan bahwa kebutuhan merupakan hal dasar dalam
memenuhi keberlangsungan hidup dan harus segera terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan yang
dilakukan makhluk hidup khususnya manusia menjadi faktor dasar dalam melakukan
bisnisnya. Dalam dunia ekonomi, terdapat tingkatan terhadap pemenuhan akan kebutuhan
barang dan jasa. Tingkatan tersebut adalah keinginan dan kebutuhan.

Keinginan adalah segala kebutuhan lebih terhadap barang ataupun jasa yang ingin dipenuhi
setiap manusia pada sesuatu hal yang dianggap kurang. Keinginan tidak bersifat mengikat
dan tidak memiliki keharusan untuk segera terpenuhi. Keinginan lebih bersifat tambahan,
ketika kebutuhan pokok telah terpenuhi.

Kebutuhan adalah semua barang ataupun jasa yang dibutuhkan manusia demi menunjang
segala aktivitas dalam kehidupan sehari-sehari manusia tersebut. Kebutuhan tidak akan lepas
dari kehidupan sehari-sehari.

Kebutuhan Berdasarkan Sifat


Terbagi menjadi 2 diantaranya jasmani dan rohani. Jasmani sendiri ialah kebutuhan dalam
menjaga kesehatan fisik seperti olahraga dan istirahat. Kebutuhan rohani melingkupi
keperluan dalam pemenuhan jiwa seperti beribadah, mendapatkan hiburan dengan rekreasi.

Kebutuhan Berdasarkan Waktu


Seperti namanya, waktu menunjukkan masa dengan meliputi kebutuhan saat ini, masa depan,18
dan waktu yang tidak terduga sebelumnya. Kebutuhan saat ini ialah suatu hal yang tidak bisa
ditunda contohnya dalam kesehatan untuk menjalani operasi. Kemudian masa mendatang
ketika mempersiapkan kelahiran seorang bayi. Pada kebutuhan tidak terduga yang datang
Kebutuhan Berdasarkan Subjek
Dilatarbelakangi oleh subjek yaitu pelaku, maka terdapat 2 poin penting yang masuk dalam
kebutuhan berdasarkan subjek yaitu individu dan kelompok. Kebutuhan individu jelas yang
diperuntukan bagi perseorangan, misalnya seorang direktur membutuhkan seorang sekretaris
dalam perkerjaannya. Terakhir pada kebutuhan kelompok cenderung mengarah pada kepentingan
masyarakat yaitu pasar, rumah sakit, angkutan umum, dan lain sebagainya.

Perbedaan Kebutuhan dan Keinginan


Kebutuhan Keinginan

Sifat Objektif/ perlu/ mengikat Subjektif/ tidak harus

Dampak yang diinginkan Manfaat Kepuasan

Yang dijadikan tolok ukur Fungsi Selera

Berdasarkan tabel di atas, secara sederhana dapat kita simpulkan, jika kebutuhan adalah sesuatu
yang harus dimiliki manusia karena tingkat keperluan atau urgensinya yang tinggi. Jika seseorang
memiliki kebutuhan terhadap barang atau jasa, biasanya hal paling penting yang menjadi
pertimbangan adalah manfaat yang dapat diambil dari barang atau jasa tersebut beserta fungsinya.

Keinginan berada di sisi lain, biasanya bersifat subjektif, tidak terlalu berpengaruh pada
kelangsungan hidup seseorang. Pemenuhan terhadap ‘keinginan’ biasanya bersifat kepuasan
semata dan cenderung menyesuaikan terhadap selera individu. Keinginan bisa bersifat positif jika
pemenuhannya memberi nilai tambah atau memberi dukungan terhadap pemenuhan kebutuhan
yang telah tercapai.

Sumber: https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pengertian-kebutuhan-keinginan-dan-perbedaannya/

19
Lampiran:

Gambar-gambar permainan “Kebutuhan” dan “Keinginan”

20
21
22
23
IV. Keuangan-Ku (My Money)

Latar Belakang
Ada orang ber prinsip” Hidup untuk makan” atau “Makan untuk Hidup”, manakah dua
pernyataan tersebut yang sesuai dengan prinsip anda dan keluarga? “Hidup untuk Makan”,
artinya semua sumber daya yang kita miliki akan kita gunakan sepenuhnya untuk memenuhi
keinginan kita untuk menikmati Kuliner sepuasnya. Seperti banyak kita lihat disekeliling kita
atau mungkin pernah mendengar, “Si A baru Gajian langsung makan-makan di restoran,
giliran tengah bulan sibuk cari utangan untuk beli beras”. Namun, “Makan untuk Hidup” ,
artinya kebutuhan primer akan makan dan minum diorientasikan untuk melanjutkan hidup
kita sehari-hari saja. Bisa saja terkadang kita menikmati lezatnya makanan di restoran mewah
atau menonton film-film baru, namun itu semua bukan menjadi tujuan utama ketika kita
memiliki uang. Ada tujuan lain dalam hidup, dengan uang atau sumber pendapatan yang kita
miliki, harus kita capai.
Dala hidup, kita tidak pernah tahu kapan saatnya kita kesusahan, kapan saatnya kita tertimpa
musibah atau bahkan dicoba dengan sakit yang membutuhkan biaya banyak. Hal-hal
semacam itu dalam hidup dan keseharian kita, haruslah di antisipasi. Karenanya, perlu adanya
anggaran dana DARURAT atau tabungan, yang sewaktu-waktu dapat kita gunakan saat masa
itu tiba atau menimpa kita dan keluarga. Hiduplah tidaklah melulu senang selalu atau susah
selalu. Hidup ada dinamika susah-senang, sehat-sakit, suka dan duka, yang menjadi tugas kita
sebagai manusia harus siap menerima kondisi itu. Sehingga wajib kita mempersiapkannya.
Apakah dalam
keseharian kita hanya
perlu memikirkan biaya
untuk kebutuhan pokok
saja, seperti makan,
minum, biaya listik
sekolah anak dan lain-
lain, serta
mempersiapkan dana
darurat atau tabungan
saja? Bagaimana
kewajiban kita, jika kita
memilii hutang di bank,
Gambar. Komposisi keuangan rumah tangga tokek, dengan keluarga
atau teman? Haruskan
kita mengalokasikan atau menyisihkan penghasilan bulanan kita untuk itu agar kita tidak kena
penalty Bank atau sanksi social dari keluarga dan rekan. Berapa bagian dari penghasilan kita
yang bisa kita anggarkan untuk itu semua? Apakah semua bagian, apakah sebagian, apakah
seperempat bagian.

24
Semua hal tersebut perlulah dikelola dan dipersiapan dengan baik ada komposisi keuangan
yang banyak digunakan oleh para ahli keuangan atau konsultan keuangan di dunia, misalnya
40-30-20-10 atau 40-20-20-15-5. Yang manapun anda pilih, sebaiknya dalam penganggaran
pembelanjaan bulanan perlu ada alokasi pos untuk melanjutkan hidup (kebutuhan pokok),
Pos tabungan (untuk hal darurat dan rencana masa depan), membayar kewajiban hutang
(agar tidak terkena denda atau sanksi social), kebutuhan sekunder dan interaksi social, dan
juga ada alokasi amal jariah untuk masa depan di akhirat kelak.
Tujuan
1. Meningkatkan pemahaman peserta tentang pengelolaan pendapatan yang baik
2. Meningkatkan kesadaran peserta tentang kondisi keuangannya saat ini
3. Meningkatkan keterampilan peserta dalam membuat analisis aliran uang dalam rumah
tangganya (cash flow analysis)

Pokok Bahasan:
 Memahami komposisi keuangan yang baik
 Melihat kondisi keuangan rumah tangga berbasis teori komposisi keuangan Rumah
Tangga
 Mampu membuat alokasi keuangan Rumah tangga

Kalimat Kunci: Pendapatan, kebutuhan pokok, tabungan, kewajiban, social, komposisi,


keuangan

Metode: Curah Pendapat, Penjelasan, Diskusi Kelompok, Presentasi


Tempat dan Waktu Belajar:

Alat dan Bahan: Kertas Plano, spidol, kertas HVS, potongan kertas kecil,
kalkulator
Tahapan Belajar:
1. Berikan pengantar pada peserta, bahwa mereka telah belajar mengenai pengelolaan
keuangan dari sesi sebelumnya dan mereka telah melihat bagaiman sumber-sumber
pendaptan rumah tangga mereka selama ini serta digunakan untuk apa saja itu? Lebih
lanjut, mereka akan mempelajari mengenai KOMPOSISI KEUANGAN RUMAH TANGGA
YANG SEHAT.
2. Jelaskan Teori keuangan rumah tangga, seperti gambar berikut dan mengapa sebaiknya
seperti itu. Apa yang akan terjadi dalam rumah tangga kita jika salah satu pos
komposisinya lebih tinggi atau lebih rendah dari gambaran komposisi keuangan rumah
tangga yang sehat

25
Gambar. Komposisi keuangan rumah tangga

3. Mintalah peserta untuk kembali ke kelompok kecilnya, dan melihat komposisi


keuangan rumah tangganya yang ada selama ini, seperti format dibawah ini.

No Komponen Total
1 Pendapatan Rumah Tanggal (bulan)
Pendapatan 1
Pendapatan 2
Dst.

2 Pengeluaran Rumah tangga


Kebutuhan pokok, maks (40%) pendapatan
Beras, Gula, Kopi, sayur, ikan
Listrik, telp, air (jika ada)
Anak sekolah
Dst.

3 Kewajiban /Hutang, Maks (20-30%) pendapatan


Pembayaran pinjaman Bank
Pembayaran pinjaman Tokek
Dst.

4 Kebutuhan sekunder, maks (20%) pendapatan


Makan di restoran
Bersosialisasi dg teman
Jalan-jalan, wisata

5 Tabungan, minimal 15% pendapatan

6 Sedekah 5%

4. Bantu peserta yang terlihat mengalami kesulitan dalam menganalisis keuangan rumah
tangga mereka. Gunakan kalkulator untuk memudahkan peserta yang mengalami
kesulitan dalam melakukan perhitungan.
5. Mintalah salah satu sukarelawan dari peserta untuk mempresentasikan hasil kerja.
6. Jika menemukan ada rumah tangga yang mengalama surplus anggaran keuangan
rumah tangga dan minus, tanyakan” apa yang akan mereka lakukan kedepan, melihat
hal tersebut?” jika minus, “mana dari pos yang bisa dikurangi”? Tentunya setelah anda
mengetahui bedanya KEBUTUHAN & KEINGINAN. Jikapun SURPLUS, “Pos mana yang
akan mereka tingkatkan? Atau mereka akan membuat pos penganggaran baru untuk
meningkatkan Asset rumah tangga.

26
Catatan untuk fasilitator: Pada pelatihan ini, kita belum mempelajari tentang, ASSET, LIABILITY,
MANAGEMENT HUTANG dll. Kita lebih focus memperkenalkan konsep pengelolaan keuangan rumah
tangga dan mendorong petani sawit mandiri untuk melakukan pendokumentasian keuangan rumah
tangga dan usaha kebun mereka!

7. Tutup dan simpulkan


Pertanyaan Pengarah Diskusi:
1. Pertanyaan Pengarah Diskusi
2. Bagaimana anda merencanakan dan menganggarkan keuangan rumah tangga anda
selama ini?
3. Berdasarkan komposisi keuangan tersebut, bagaimana prosentasi untuk tiap tiap pos
tersebut di rumaht tangga anda
4. Apakah keuanga rumah tangga anda tergolong Sehat (sesuai dengan komposisi yang
ada)?
Rumusan Belajar
Infomasi Teknis
Komposisi aliran uang bulanan (Cash flow) yang baik adalah sebagai berikut:
a. Pos untuk Tabungan dan Investasi minimal 10% dari Pendapatan Bulanan
b. Pos untuk Pengeluaran Rutin maksimal 40% dari Pendapatan Bulanan
c. Pos untuk Pengeluaran Pribadi maksimal 20% dari Pendapatan Bulanan
d. Pos untuk Cicilan atau Hutang maksimal 30% dari Pendapatan Bulanan

POS TABUNGAN DAN INVESTASI


Pos untuk ini sangatlah penting. Karena seringkali kita menerapkan pola pengelolaan
uang, menyimpan jika ada sisa, dan jika hal itu dilakukan, maka kita tidak akan
pernah memiliki tabungan, atau bahkan minus! Pos ini adalah bagian dari investasi
kita, atau biasa kita sebut di CU adalah SISKA. Buat para petani sawit, mungkin
menabung guna membeli lahan untuk dibukan menjadi kebun sawit baru, bisa
menjadi bagian dari investasi. Jadi berinvestasilah semenjak dini, karena dengan
demikian uang yang kita sisihkan untuk investasi sangatlah kecil nominalnya
dibanding besarnya pengeluaran pos- pos yang lain.

POS HUTANG
Pos Hutang meliputi cicilan Pinjaman kredit kita kepada Bank, Tokek Sawit , teman
dan keluarga
Untuk bisa menabung dan berinvestasi, Pos Hutang tidak boleh melebihi 30% dari
Pendapatan Bulanan.
Bayangkan bila Anda berhutang lebih dari 30% Pendapatan Bulanan, maka Anda
bekerja hanya untuk membayar Hutang.
Bila di tahun lalu Anda masih memiliki hutang, maka prioritas utama yang perlu Anda
lakukan di tahun ini adalah membayar lunas semua hutang- hutang Anda.
Karena anda tidak bisa melakukan perencanaan keuangan dengan baik apabila
hutang Anda masih menggunung! 27
(Hartono, 2012, Modul Pelatihan Financial Literacy CU Keling Kumang dan Goodreturn.)
V. Kebun SawitKu

Latar Belakang
Berkebun sawit, seperti juga kegiatan usaha lainya memerlukan modal usaha. Seringkali,
modal usaha berkebun dimaknai petani hanya lahan pertanian yang luas dan bibit yang
tersedia untuk ditanam. Serta, mengupah orang nanti ketika akan panen atau ada serangan
hama dan gulma dikebun. Konsep tanam tinggal, masih banyak dijumpai pada perkebunan
sawit rakyat. Sejauh lahan telah tertanami sawit secara merata, maka petani tinggal
memanen saja nanti. Berkebun sawit masih dianggap sebagain petani sawit mandiri sama
perlakuannya seperti tanaman perkebunan lainnya seperti karet, kopi, kakao dan lain-lain.
Selain tanah yang bagus dan subur untuk berkebun, dalam artian , bukan rawa gambut.
Ketersediaan bibit unggul yang baik akan sangat menentukan keberhasilan kita dalam
berkebun sawit. Walaupun pada akhirnya, asupan gizi yang cukup dari pemupukan dan
perawatan serta pengendalian hama dan penyakit yang baik akan mempengaruhi tingkat
produktifitas dari kebun sawit yang dimiliki oleh petani sawit mandiri.
Ketepatan waktu panen dan cara panen juga akan sangat mempengaruhi hasil buah sawit
yang akan di jual ke PKS terdekat. Walaupun pada akhirnya harga TBS yang diterima petani
mandiri akan ditentukan oleh kondisi harga CPO yang ada. Namun perlakuan, bahan tanaman
dan input pertanian yang diberikan ke kebun akan sangat mempengahui tingkat produktivitas
sawit dari kebun mandiri milik petani.
Tujuan
1. Agar petani memahami komponen biaya yang perlu diperhatikan dalam berkebun sawit
secara mandiri
2. Agar petani memahami pentingnya penganggaran untuk pembelian input pertanian
guna berhasilnya kebun sawit milik petani sawit mandiri

Pokok Bahasan

 Kondisi perkebunan sawit mandiri saat ini


 Tingkat produktivitas kebun sawit mandiri dan kebun plasma serta perbandingan tingkat
produktivitas kebun perusahaan
 Pemahaman komponen biaya penting dalam budidaya sawit mandiri
 Pemahaman pentingnya merencanakan biaya-biaya produksi agar tanamana sawit
mandiri berproduksi optimal
 Jika memungkinkan, petani mampu menghitung tingkat profitabilitas dari berkebun
sawit mandiri dengan perlakukan standard GAP
Kalimat Kunci: Berkebun sawit, modal usaha, penganggaran, keuntungan

28
Metode: Ceramah, Diskusi kelompok kecil, presentasi

Tempat dan Waktu Belajar : lokasi pelatihan lapangan, waktu 60 menit


Alat dan Bahan:plano, spidol, format Analisa usaha tani kebun sawit, kalkulator
Tahapan Belajar:
1. Ajak petani untuk melakukan kilas balik usaha tani kebun sawit mandiri yang melakukan
saat ini.
2. Tanyakan pada peserta, ketika memulai usaha berkebun sawit mandiri hingga saat ini,
biaya apa saja yang telah mereka keluarkan. Misal: pembelian lahan, pengadaan bibit,
penanaman, perawan dan penyiangan gulma, ongkos panen dll.
3. Tanyakan pula, bagaimana produksi rata-rata per kali panen yang diperoleh saat ini.
4. Tanyakan pada peserta, apa yang mereka ketahui tentang praktek budidaya dan tingkat
produktivitas dari kebun plasma atau perusahaan perkebunan sawit yang ada di sekitar
mereka (jika ada). Mengapa ada perbedaan tingkat produktivitas dengan kebun mereka
sendiri.
5. Ajak petani untuk menghitung komponen biaya produksi dan tingkat produktivitas yang
ada dikebun mereka dengan menggunakan format yang ada dalam lampiran berikut.
6. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok kecil, untuk bekerja mengidentifikasi
komponen Biaya kebun sawit mandiri mereka.
7. Bantu peserta atau kelompok yang kesulitan untuk mengidentifikasi komponen biaya
kebun sawit. Gunakan pertanyaan diskusi dibawah ini untuk membantu petani
menganalisa dan mempertimbangkan pentingnya memasukkan komponen produksi
berdasar GAP
8. Mintalah wakil dari tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja mereka dan lihat,
komponen produksi apa saja yang telah ada dan apa yang sebaiknya kedepan perlu
dipertimbangkan untuk ditambahkan agar usaha kebun sawit mandiri petani lebih
sukses lagi.
9. Tutup dan simpulkan sesi ini
Pertanyaan Pengarah Diskusi
1. Apakah usaha kebun kelapa sawit ini membutuhkan modal? Coba sebutkan apa saja itu?
2. Apakah kelapa sawit membutuhkan pupuk? Mengapa?
3. Apa yang terjadi jika kelapa sawit kita tidak dipupuk
4. Apakah anda menganggarkan untuk kebutuhan pupuk? Dan bagaimana anda
melakukan itu
5. bagaimana dengan herbisida? Apakah anda juga menganggarkan pengeluaran untuk
pembelian Herbisida juga dan bagaimana cara anda melakukan itu?
6. Apakah anda pernah mengamati perbedaan jumlah produksi dan kualitas panen dari
kebun yang diberi pupuk dan dilakukan penyemprotan herbisida rutin?
7. Apakah penting kita menyiapkan anggaran khusus guna peningkatan produktivitas kebun sawit
kita kedepan?

29
Rumusan Belajar

Infomasi Teknis
Format Analisa usaha Kebun Sawit mandiri:

Nama Petani:
Kel Tani:
Desa:
Kec/Kab/Prop:
Periode Bulan:

No Uraian Pemasukan Pengeluaran Sisa Catatan


Pendapatan usaha Kebun
1 Pendapatan TBS jual ke PKS -
2 Pendapatan TBS jual ke Ramp/Agent/Tokek -

Pengeluaran Usaha Kebun


3 Bibit sawit (Jenis, Varietas, jumlah, harga satuan)
4 Penyiapan lahan
5 Pembelian Pupuk NPK 10000 Kg/228=43,8596 Kg
6 Pembelian pupuk Dolomit 10000 Kg/228=43,8596 Kg
7 Pembelian pupuk BORAX 195 kg/228 = 0,8552 kg
8 Biaya pembelian TSP/SP36
9 Biaya pembelian KCL
10 Biaya pembelian herbisida
11 Upah Dodos
12 Upah Kutip Berondolan (@Rp 500/kg)
13 Upah Pengetekan (@ Rp 250/Kg)
Biaya perawatan kebun
Biaya Angkut TBS (@Rp 210/Kg)
Upah Langsir Hand Traktor @ Rp 30/kg
Jasa Tenaga Kerja @Rp 15/Kg
Biaya Kelancaran Usaha @Rp 10/Kg
Upah Gaji Sopir @Rp 15/Kg
14 Upah Muat TBS @Rp 25/Kg
15 Ongkos Armada @Rp 115/Kg
16 Biaya langsir Manual (Harga Variatif)
17 Biaya Infratruktur (@Rp 100/Kg)
18 Biaya PAD @Rp1.5/Kg Jika ada
19 Angsuran Kelompok
20 Komisi pengurus Koperasi
21 Komisi pengurus Kelompok Tani
22 Simpanan Wajib anggota
23 Sebutkan biaya-biaya lain yang timbul dari usaha berkebun sawit ini
Total - - -

30
Contoh Format Analisa usaha kebun sawit

Koperasi XXX
Nama Petani:
Kel Tani:
Desa:
Kec/Kab/Prop:

No Uraian Pemasukan Pengeluaran Sisa


1 Pendapatan TBS jual ke PKS 3.041.471 3.041.471
2 Pendapatan TBS jual ke Ramp/Agent/Tokek - 3.041.471
3 Angsuran KeLompok 669.124 2.372.347
4 Upah Dodos 381.674 1.990.673
5 Upah Kutip Berondolan (@Rp 500/kg) 15.877 1.974.796
6 Upah Pengetekan (@ Rp 250/Kg) - 1.974.796
7 Biaya Infratruktur (@Rp 100/Kg) 252.768 1.722.028
8 Biaya Angkut TBS (@Rp 210/Kg) 1.722.028
Upah Langsir Hand Traktor @ Rp 30/kg 78.516 1.643.512
Jasa Tenaga Kerja @Rp 15/Kg 39.258 1.604.254
Biaya Kelancaran Usaha @Rp 10/Kg 26.172 1.578.082
Upah Gaji Sopir @Rp 15/Kg 39.258 1.538.824
Upah Muat TBS @Rp 25/Kg 65.430 1.473.394
Ongkos Armada @Rp 115/Kg 300.977 1.172.417
9 Biaya perawatan kebun 161.672 1.010.745
10 Biaya pembelian herbisida - 1.010.745
11 Biaya PAD @Rp1.5/Kg 3.792 1.006.953
12 Pembelian Pupuk NPK 10000 Kg/228=43,8596 Kg 153.509 853.444
13 Pembelian pupuk Dolomit 10000 Kg/228=43,8596 Kg 43.860 809.584
14 Pembelian pupuk BORAX 195 kg/228 = 0,8552 kg 10.263 799.321
15 Biaya langsir Manual (Harga Variatif) - 799.321
16 Komisi pengurus Koperasi 54.104 745.217
17 Komisi pengurus Kelompok Tani 59.826 685.391
18 Simpanan Wajib anggota 10.000 675.391
19 Potongan PPH 22 7.856 667.535
20 Zakat penghasilan 2,5% 16.688 650.847
Total 3.041.471 2.390.624 650.847

*) hasil ini diperoleh dari kebun sawit pada kondisi TM dengan usia tanam dari 6 hingga 13 tahun
*) contoh kasus dari kebun kelompok koerasi di sebuah propinsi di Sumatera

31
VI. Kebun Sawit impian

Latar Belakang
Setiap manusia selalu ingin yang lebih baik, dalam hidup, ibdadah, dan juga dalam usahanya.
Pun demikian dengan kebun sawit yang dimiliki! Bisa saja muncul keinginan untuk membeli
kebun baru milik tetangga yang dijual guna menambah asset kita. Atau meningkatkan
produktivitas kebun yang ada sekarang dengan cara memupuk. Atau bahkan ada rencana
ekstrim untuk melakukan peremajaan dini, sehingga diperoleh hasil kebun yang maksimal
Semua hal itu adalah wajar, manuasiawi dan alamiah.
Namun semua itu harus direncanakan dengan baik, dengan mempertimbangkan kondisi
keuangan yang ada dan kebutuhan rumah tangga selama ini. Dan, yang lebih utama adalah
membahasnya dengan pasangan kita. Sehingga mimpi keuangan rumah tangga menjadi
mimpi bersama diantara suami dan isteri.
Kita juga harus mengetahui, berapa rupiah yang harus kita sediakan atau kita miliki untuk
menggapai mimpi tersebut. Apakah kita memiliki uang cash untuk mendapatkan mimpi
tersebut? Apakah kita harus menyisihkan rupiah demi rupiah yang kita miliki agar mimpi
tersebut bisa kita raih. Ataukah, ada peluang pinjaman di sekitar kita guna meraih mimpi
tersebut sesegera mungkin.
Tujuan
1. Agar peserat mampu merumuskan mimpi keuangan rumah tangga dan usaha yang
dimiliki
2. Agar peserta mampu merencanakan untuk peningkatan produktivitas kebun sawitnya,
melalui intensifikasi lahan
3. Agar peserta mampu merencanakan peningkatan asset lahan lahan yang dimiliki
4. Agar peserta mampu menghitung besaran untuk menggapai mimpi keuangan mereka
dan melihat sumber daya yang dimiliki serta peluang yang ada.
Pokok Bahasan:

 Mendorong peserta untuk merencanakan peningkatan usaha kebun sawit mandiri


melalui intensifikasi lahan yang ada guna peningkatan produktivitas kebun
 Mendorong peserta untuk mengembangkan asset dan mempertimbangkan pinjama
produktif dimasa mendatang
 Mendorong peserta untuk melihat asset yang ada guna mencapai mimpi keuangan masa
depannya
Kalimat Kunci: Perencananaan keuangan, Penyisihan, Target keuangan, Aset
Metode: Diskusi kelompok, Pleno, presentasi, penjelasan, Curah pendapat

32
Tempat dan Waktu Belajar: Lokasi pelatihan yang telah disepakati oleh peserta dengan waktu
berkisar dari 60 hingga 90 menit efektif
Alat dan Bahan : plano, spidol, lakban, HVS, Kalkulator (jika dibutuhkan), Format perencanaan
keuangan rumah tangga (Jika dibutuhkan), meta plan
Tahapan Belajar
1. Buka sesi dan jelaskan maksud tujuan dari sesi ini
2. Tanyaka pada petani “Apakah kebun sawit menjadi salah satu unggulan dalam rumah
tangga mereka guna menopang perekonomian rumah tangga?”
3. Tanyakan juga “Apakah menurut mereka, sektor sawit masih menguntungkan untuk saat
ini dan masa mendatang, mungkin 5 atau 10 tahun kedepan?:
4. Tanyakan pada peserta, “ apa yang mereka fikirkan dan rencanakan untuk kebun sawit
mereka dimasa mendatang?” catat jawaban peserta dalam metaplan dan letakkan di
papan tulis atau kertas plano yang di pajang di depan kelas. Selanjutnya mintalah tiap
peserta menuliskan satu rencananya dalam kertas metaplan dan mintalah mereka
melekatkannya di depan kelas.
5. Setelah satu persatu peserta menuangkan impian dan rencananya di depan kelas,
mintalah mereka kembali ke kelompok kecilnya untuk mendetilkan rencana yang telah
mereka tuliskan tersebut. Jika mereka ada rencana lebih dari satu, mintalah mereka
menuangkan juga dalam format rencana kebun seperti dibawah ini. Apa yang mereka
rencanakan kedepan, berapa biaya untuk mewujudkan itu? Kapan di targetkan al tersebut
untuk tercapai? Berapa alokasi dana yang disisihkan setiap bulan atau setiap kali panen
TBS untuk mencapai mimpi tersebut?
Table. Perencanaan Program kebun sawit Masa Depan

No Program kebun sawit Target Periode Pencapaian Perkiraan Kebutuhan Dana Target Penyisihan Dana per Bulan
Masa Depan (Tahun …) (Rp) (Rp)

6. Bantu peserta yang mengalami kesulitan untuk membuat rencana pengembangan kebun
sawit mereka.
7. Buatlah Tabel diatas dengan di serta nama petani, Asal Desa, Asal Kelompok Tani (Jika
ada) dan buatlah 2 salinan. Jika peserta telah selesai mengisi mintalah membuat satu
Salinan, dimana satu untuk mereke bawa pulang dan satu di kumpulkan di fasilitator.
Sehingga kedepan bisa saling mengingatkan, apakah rencana tersebut telah direalisasikan
atau masih Sebatas mimpi.!
8. Mintalah salah satu sukarelawan untuk memrresentasikan “mimpi kebun sawitnya”

33
9. Tutuplah sesi ini, setelah sebelumnya fasilitator menyimpulkan apa yang telah dihasilkan
bersama dari sesi ini.

Pertanyaan Pengarah Diskusi:

1. Berapa kilo hasil TBS per Ha yang ingin anda capai? Dan, bagaimana anda mencapai hal itu?

2. Jika anda berpikir bahwa dengan pemupukan akan dapat membantu anda untuk mencapi target
produksi tersebut diatas, berapa kilo pupuk yang anda butuhkan dan berapa rupiah yang anda
alokasikan untuk kebutuhan tersebut?

3. Jika anda berpikir bahwa anda perlu melakukan peremajaan, kapan itu akan dilakukan dan berapa
luas serta membutuhkan berapa banyak bibit sawit untuk replanting tersebut? Berapa dana yang
anda perlukan untuk kegiatan replanting tersebut? Apakah anda akan membuat proposal ataukah
anda akan memebuhi sendiri kebutuhan bibit tersebut dan berapa yang anda alokasikan setiap
bulannya atau setiap panen untuk rencana replanting tersebut?

Rumusan Belajar

Infomasi Teknis

34
VII. Hanya Sawit? (Pengembangan Sumber Pendapatan)
Latar Belakang
Ketergantungan pada satu sector usaha akan sangat mempengaruhi kondisi keuangan rumah
tangga. Terlebih usaha perkebunan sawit mandiri milik rakyat. Ditengah kondisi industry sawit
yang sedang merana, dimana harga TBS di tingkat petani bisa menyentuh harga 600 hingga
800 rupiah per kilonya, maka akan sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat di
pedesaan. PEtani yang mengandalkan komoditas yang harganya dipengaruhi oleh pasar
dunia, seperti sector sawit akan sangat berisiko tinggi. Contoh terpuruknya harga karet, yang
dahulu menjadi primadona, kembali berulang pada komoditas se-seksi sawit. Karenanya
petani sebaiknnya memiliki beberapa sumber pendapatan. Sehingga, ketika salah satu
sumber pendapatannya sedang “bermasalah” maka yang lain dapat menutupi.
Namun memang, kendala keterbatasan modal dan pengetahuan membuat masyarakat yang
hidup di pedesaan tidak banyak pilihan alternative sumber pendapatan selain
mengoptimmalkan sumber daya lahan yang ada. Bagi petani sawit mandiri pada umumnya,
hal itu menjadi masalah utama. Karena pada umumnya petani sawit mandiri tidak banyak
memiliki lahan. Dari beberapa survey yang pernah dilakukan, rata-rata petani sawit mandiri
hanya memiliki 2 ha lahan, seperti mengutip pernyataan dari Asmar, Apkasindo (2018) “ Rata-
rata lahan milik petani hanya 2 ha per orang,” 7.
Kejelian melihat peluang pasar dan potensi yang ada merupakan kunci sukses untuk memulai
sebuah usaha baru guna peningkatan pendapatan bagi petani sawit mandiri. Apa yang ada di
sekitar kita atau kejadian di waktu tertentu perlu dicermati dan dianalisa secara teliti untuk
menentukan apakah masuk dalam kelompok potensi yang mungkin dapat dikembangkan.
Saat ini pengembangan usaha produktif berbasis aset merupakan pendekatan yang banyak
digunakan. Pendekatan ini percaya bila sesorang atau komunitas menemukan potensi yang
dimiliki, berarti mereka telah mampu menemukan kekuatannya. Dan apabila kekuatan
tersebut disatukan maka upaya-upaya yang mereka lakukan akan lebih produktif.
Pengembangan usaha produktif berbasis aset lebih banyak berpikir positif dan terus berusaha
mencari peluang untuk berkembang.
Pada dasarnya setiap orang atau komunitas mempunyai potensi yang dapat
dikembangkan. Persoalannya, tidak semua orang atau komunitas mampu melihat potensi dan
menggalinya menjadi aset perikehidupannya. Kebanyakan dari kita malah sering melihat
keterbatasan yang dimiliki atau masalah yang sedang dihadapi. Ketidak-mampuan kita
melihat potensi lebih banyak disebabkan oleh faktor perilaku yang sering tidak menghargai
apa yang telah dimiliki. Meskipun ilmu pengetahuan juga besar pengaruhnya, akan tetapi
mental menyerah sebelum bertanding dan cara berpikir negatif yang lebih banyak melihat
kekurangan yang menjadi faktor utamanya.

7
https://industri.kontan.co.id/news/asosiasi-petani-kelapa-sawit-minta-kemudahan-sertifikasi-lahan

35
Aset didifinisikan sebagai sesuatu yang berharga yang dapat digunakan untuk
meningkatkan harkat dan kesejahteraan seseorang atau komunitas. Dalam kehidupan
masyarakat aset disebut dan dikelompokkan dalam lima aset perikehidupan. Pemetaan dan
pengkajian aset perikehidupan ini menjadi salah satu acuan untuk proses menetapan potensi
yang akan dikembangkan menjadi modal usaha. Pengelompokkan potensi ke dalam lima aset
yaitu (1) aset personal/sumberdaya manusia, (2) aset sosial, (3) sumberdaya alam, (4) aset
finansial, dan (5) aset fisik. Pengelompokan ini dilakukan untuk mempermudah proses
analisanya sekaligus untuk menyadarkan kita bahwa modal usaha itu bukan sekedar uang.
Hasil pemetaan dan kajian keberadaan lima aset yang dinilai berpotensi dalam
pengembangan usaha selanjutnya dikaitkan dengan faktor internal dan faktor eksternal
pengembangan usaha. Faktor internal meliputi pelaku (modal sumber daya manusia), uang
(finansial), dan sarana (modal fisik). Sedangkan faktor luar meliputi pemasok (modal sumber
daya alam atau sosial), pelanggan (modal sosial), pesaing (modal sosial), lingkungan makro
dan lingkungan publik (modal Fisik).
Keterkaitan antara aset perikehidupan dengan potensi pengembangan usaha
merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan strategi usaha. Untuk menguji nilai
potensi secara mendalam, seorang wirausahawan biasanya menganalisa kondisi faktor
internal dan eksternal ini dengan metode SWOT (Strengthenent, Weakness, Opportunity,
Treat) atau KEKEPAN (analisa kekuatan, kelemahan, Peluang, dan ancaman). Proses analisa
ini perlu dilakukan agar keputusan melakukan usaha mempunyai peluang keberhasilan yang
luas dan mengurangi resiko kegagalan.
Selanjutnya potensi dan peluang ada, di strukturkan dalam sebuah format rencana aksi
bisnis sehingga peluang dan resiko kegagalan serta potensi keberhasilan usaha akan semakin
nyata. Apakah rencana usaha tersebut layak untuk diteruskan karena memiliki resiko kecil
dan peluang pasar yang besar ataukan beresiko besar dengan peluang pasar yang sangat
terbatas.

Tujuan
1. Agar peserta mampu melihat potensi dan peluang yang ada untuk pengembagan
rencana pengembangan usaha
2. Agar peserta mampu untuk menganalisa kelemahan yang ada dalam dirinya serta
ancaman dan resiko jika rencana usaha yang telah dipilihkan akan dilanjutkan
3. Meningkatkan kapasitas Analisa dan perenacnaan usaha bagi petani sawit mandiri di
desa
4. Mendorong munculnya berbagai jenis usaha ekonomi mikro berbasis potensi setempat
5. Mendorong semangat wirausaha dari petani sawit mandiri yang ada di Indonesia

36
Pokok Bahasan

 Mendorong petani untuk tidak hanya tergantung pada satu sumber mata pencaharian
saja, terlebih hasil dari usaha itu sangat ditentukan oleh perdagangan dunia yang sangat
dinamis.
 Mendorong petani untuk lebih jeli dalam melihat potensi yang ada guna peningkatan
kesejahteraan yang diimpikan
 Mendorong petani untuk mengembangkan jenis usaha berbasis peluang pasar, dan
 Mendorong petani untuk meningkatkan kapasitasnya guna keberhasilan jenis usaha baru
yang akan dikembangkannya, serta
 Mendorong petani untuk menganalisa berbagai potensi resiko dan kelemahan yang ada,
yang memungkinan kegagalan usaha, serta mengembangan rencana untuk meminimilasir
hal tersebut guna tercapainya keberhasilan usaha yang akan dijalankannya
Kalimat Kunci: kebutuhan pasar, potensi, asset, peluang, kelemahan, ancaman, SWOT,
Analisa sumber daya berkelanjutan, Rencana Bisnis
Metode: Penjelasan, diskusi kelompok, curah pendapat , Analisa KEKEPAN/SWOT, Analisa
SLA, Bisnis Plan,
Tempat dan Waktu Belajar: Lokasi belajar yang telah disepakati oleh para peserta
Alat dan Bahan: ATK; kertas plano, spidol besar permanen, metaplan, lakban.

Tahapan Belajar
1. Mimpi diversifikasi usaha (30 menit)
2. MEnggali potensi dan asset (SLA) (120 menit)
3. SWOT Internal eksternal (60 menit)
4. Rencana Bisnis (120 menit jam)
Setelah anda mengetahui kondisi keuangan Rumah tangga yang ada saat ini, mimpi
keuangan selain usaha sawit, apa yang akan anda bangun?
Gali peluang kebutuhan pasar yang ada
Gali potensi internal di sekitar anda dan di diri anda yang bisa di daya gunakan untuk
mencapai rencana pengembangan usaha tersebut
Tentukan jenis usaha yang akan anda lakukan
Analisis dengan SLA,
Selanjutnya analisis juga potensi bisnis, dengan menggunakan format bisnis plan
1. Analisa SLA

Modal Sumber Daya Kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan


Manusia kesehatan

37
Modal Sosial Tingkat keberdayaan masyarakat, Keanggotaan di
dikelompok serta asosiasi yang ada
Modal Keuangan Pendapatan, hutang, simpanan, saham Stocks & flows,
income, credit and savings
Modal SDA/Alam Sumber daya alam seperti keanekaragaman hayati, air
dan tanah
Modal Fisik Transport, Perlindungan, air, energi, strategi
komunikasi

Untuk mengoptimalkan keuntungan yang ada, apakah anda bisa menggunakan sumber tenaga dari
rumah tangga anda sendiri? Analisis peran dan waktu dari tiap anggota keluarga yang ada unutk
mengoptimalkan kemungkinan profit yang akan didapatkan.

Pertanyaan Pengarah Diskusi

Rumusan Belajar

Infomasi Teknis

38
PROSES
Pengantar
 Fasilitator membuka proses belajar dengan menjelaskan tema dan tujuan belajar potret
potensi diri yang akan dilakukan bersama-sama.
 Untuk memancing pengertian peserta tentang potensi diri, fasilitator bercerita tentang
katak dan keong. Dari cerita tersebut fasilitator mengajak diskusi peserta tentang
hikmah dari cerita tersebut. Selama proses diskusi fasilitator menulis beberapa kata
kunci di kertas metaplan, seperti; dibalik kelemahan ada kekuatan, dan Tuhan
menciptakan untuk keseimbangan dan kemanfaatan.
 Selanjutnya fasilitator menjelaskan bahwa dalam kehidupan kita terdapat berbagai
modal yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha. Untuk mempermudah
pemahaman lima modal perikehidupan , fasilitator memberikan ilustrasi seperti
jumlah jari di tangan, yaitu: (1) ibu jari sebagai gambaran modal SDM, (2) telunjuk
sebagai modal SDA, (3) jari tengah sebagai modal Sosial, (4) jari manis sebagai
modal finansial, dan (5) jari kelingking sebagai gambaran modal fisik.
 Berdasarkan rumusan lima modal perikehidupan, fasilitator meminta peserta untuk
mengidentifikasi apa saja yang ada disekitar kita yang dapat dimasukkan ke dalam
lima modal perikehidupan tersebut.

Diskusi dan Presentasi


 Sebelum meminta peserta untuk melakukan diskusi kelompok, fasilitator menjelaskan
proses pengembangan usaha dengan faktor internal dan eksternal serta bagaimana
menilai kondisi faktor usaha tersebut dengan metode SWOT.
 Dari hasil pengelompokkan lima modal tersebut, fasilitator meminta peserta diskusi
dalam kelompok untuk menilai modal mana saja yang bisa digunakan untuk
pengembangan usaha dan dimasukkan ke dalam faktor internal dan eksternal usaha;
 Selanjutnya, peserta diminta untuk menganalisa kondisi faktor usaha dengan metode
SWOT secara sederhana.
 Setelah diskusi selesai, mintalah setiap wakil kelompok mempresentasikan hasil
diskusi secara bergantian. Selama presentasi, fasilitator menjaga kedinamisan suasana
belajar dengan terus membangun proses tanya jawab yang mengarah.

39
Perumusan
 Proses perumusan materi ini adalah fasilitator mengajak peserta untuk berdiskusi
secara terbuka dalam menetapkan strategi usaha berdasarkan analisa SWOT.

"Berhentilah berpikir dari segi keterbatasan. Mulailah berpikir dari segi


kemungkinan."

ANALISA ASET PERIKEHIDUPAN DAN MODAL USAHA


Aset Perikehidupan Aset yang ada Faktor Internal Faktor Eksternal

 Sumberdaya
Manusia

 Sumberdaya
Alam

 Sosial

 Fisik

 Finansial

40
Format Bisnis Plan
Nama usaha (diisi sesuai nama usaha yang diajukan)

Nama pemilik (sebutkan nama pemilik bisnis/usaha, lengkap dengan jenis kelaminnya)
bisnis/usaha

Alamat lengkap (sebutkan alamat lengkap dan nomor kontak yang dapat dihubungi)
bisnis/usaha

Sifat (sebutkan status kepemilikan/badan hukum usaha – jika sudah terdaftar


kepemilikan/badan dan/atau berbentuk hukum misalnya CV, koperasi, perkumpulan, atau belum
hukum usaha memiliki badan hukum usaha)

Latar Belakang (uraikan secara singkat mengapa bisnis ini dibentuk termasuk latar belakang
sejarah pendirian bisnis)

Visi/Tujuan Bisnis (cantumkan visi bisnis yang bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan kondisi
ekonomi namun juga memastikan terjadinya hubungan yang setara antara laki
dan perempuan dalam mengembangkan bisnis bersama)

Target Capaian (cantumkan target capaian bisnis di masa depan sesuai kurun waktu
ditetapkan. Target capaian dapat dilihat dari, namun tidak terbatas pada :
keuntungan ekonomi yang didapat (dalam rupiah), keuntungan sosial yang
diraih (jumlah petani perempuan & laki-laki mendapat pelatihan), dan
keuntungan ekologi yang dicapai (jumlah hektar lahan yang mengalami
peningkatan kualitas lahan)

Bidang Usaha (sebutkan bidang usaha yang dilakukan oleh perusahaan, misalnya produksi
pupuk cair, pengemasan produk, uji laboratorium, pemasaran, dll)

Profil produk/jasa (jelaskan profil produk atau jasa telah dan akan dikembangkan termasuk
sebutkan merek produk/jasa)

41
Kapasitas usaha (sebutkan kapasitas produksi dari usaha yang dikembangkan misalnya X liter
pupuk organic cair yang dihasilkan per bulan, X kilogram pupuk organic padat
yang dihasilan per bulan, dll)

Jelaskan rantai (jelaskan elemen utama rantai pasokan terkait dengan kegiatan, produk dan
pasokan jasa yang dilakukan oleh bisnis yang diajukan. Contoh elemen rantai pasokan
bisnis/usaha adalah
- Kegiatan atau pihak yang terkait dalam menyediakan produk dan
jasa kepada bisnis yang dikembangkan
- Jumlah total pemasok yang dipakai dalam bisnis atau perkiraan
jumlah pemasok dalam rantai pasokan
- Lokasi usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi, kegiatan
demo plot, kegiatan penjualan produk

Periode usaha (sebutkan periode/waktu yang diperlukan untuk 1 siklus usaha yang diajukan
misalnya untuk bisnis pupuk organic cair diperlukan 21 hari untuk proses
fermentasi semi aerob, daya simpan pupuk cari dalam kemasan adalah
selama 3 bulan, analisa usaha dilakukan setiap semester (6 bulan sekali), dll)

ANALISA EKONOMI – SOSIAL


Analisa ekonomi (lengkapi table analisa ekonomi di bawah ini)
No URAIAN 1 Bulan 1 TAHUN
1 Investasi Usaha ……………………
2 Input Usaha …………… ……………

3 Output Usaha …………… ……………

4 Pendapatan Usaha …………… ……………

Perhitungan laba rugi dapat dilihat pada lampiran

Penjelasan narasi (sebutkan modal bisnis/usaha yang dimiliki saat ini).


terkait Input Usaha
Modal bisnis/usaha dikategorikan, namun tidak terbatas, dalam hal:
(modal bisnis/usaha)
- Sumber daya manusia yang terlibat dalam proses bisnis (misalnya
berapa jumlah tenaga kerja laki dan perempuan, keterampilan yang
dimiliki oleh pekerja laki dan perempuan, dll)
- Sumber daya teknis dan material yang dibutuhkan untuk proses
produksi (misalnya material untuk konstruksi bangunan, mesin-
mesin, dll)
- Sumber modal lainnya yang didapat dari bisnis yang sedang berjalan
(misalnya modal capital dari bisnis agrikultur, dll)

42
Penjelasan narasi (sebutkan alokasi pengeluaran bisnis/usaha)
terkait Output Usaha
Pengeluaran bisnis dikategorikan, namun tidak terbatas, dalam hal:
(pengeluaran
bisnis/usaha) - Sumber daya manusia atau kesejahteraan keluarga (misalnya alokasi
budget untuk kesehatan keluarga, meningkatnya proporsi
pengeluaran untuk makanan bergizi keluarga, alokasi budget untuk
pendidikan anak, besaran upah/gaji yang diberikan kepada pekerja
laki dan perempuan, dll)
- Sumber daya teknis dan material yang dibutuhkan untuk proses
produksi (misalnya berapa besar budget yang dialokasikan untuk
membeli material untuk konstruksi bangunan, mesin-mesin, dll)
- Sumber pengeluaran lainnya yang digunakan untuk investasi ke bisnis
lainnya atau ke bisnis yang sedang berjalan

Penjelasan narasi (sebutkan investasi yang telah dan akan dilakukan untuk mengembangkan
terkait Investasi bisnis/usaha yang sedang dijalankan misalnya investasi untuk penelitian
Usaha terkait uji lab untuk produk, investasi untuk pengembangan keahlian pekerja,
dll)

ANALISA KONSUMEN & STRATEGI MARKETING


Sasaran Konsumen (sebutkan siapa saja konsumen yang akan terlayani dari adanya produk/jasa
Produk/Jasa yang dihasilkan, misalnya X orang petani (laki – perempuan) di Desa Y,
Kecamatan Z, Kabupaten A, Provinsi B)

Informasi khusus (sebutkan informasi lain terkait konsumen misalnya apakah sudah ada survey
terkait konsumen konsumen yang dilakukan beserta hasilnya, apakah ada kebutuhan khusus
dari konsumen, dll)

Strategi Marketing (sebutkan strategi marketing untuk produk/jasa yang dikembangkan)

ANALISA KEBERHASILAN USAHA


Tingkat keberhasilan (berikan nilai 1-5 untuk tingkat keberhasilan, angka 1 terendah dan 5
tertinggi)
No Variabel Usaha Nilai Keterangan
1 Penyediaan bahan baku …. Kuantitas dan kualitas sesuai
standar teknis
2 Proses fermentasi …. Menjaga kondisi semi aerob

3 Penyaringan …. Larutan lolos saringan mess


120

43
4 Pengemasan …. Tidak bocor

5 Uji lapangan …. Berpengaruh nyata

6 Pergudangan …. Terjaga suhu dan


kelembaban ruangan
7 Promosi produk …. Memahamkan dan
meyakinkan
8 Pemasaran …. Menambah jumlah
pelangggan
Tingkat Keberhasilan Usaha: ……..%

Risiko kegagalan & (sebutkan risiko yang dapat terjadi dan sebutkan upaya untuk
Upaya penanggulangan menanggulangi risiko tersebut)
risiko

STRUKTUR ORGANISASI & PENGELOLA BISNIS


Struktur organisasi (sebutkan struktur organisasi bisnis yang dikembangkan mulai dari
bisnis pemegang keputusan tertinggi)

Pengelola usaha (sebutkan pengelola nama dan jabatan orang yang bertanggung jawab
dalam proses produksi hingga pemasaran berdasarkan struktur organisasi
bisnis, misalnya
- X (gender) sebagai Penanggung jawab pengelolaan usaha;
- X (gender) sebagai Penanggungjawab proses produksi,
- X (gender) sebagai Penanggungjawab proses promosi dan
pemasaran produk,
- Dll

44
Lampiran

Bahan bacaan Fasilitator

Mengelola Penghasilan dengan Prinsip 10 – 20 – 30 – 40


Kompas.com - 02/02/2018, 07:30 WIB BAGIKAN:
Mengelola penghasilan merupakan salah satu bagian yang sangat penting sebelum memulai investasi
di reksa dana. Sederhana saja, kalau tidak ada dana, tentu tidak bisa menjadi investor reksa dana.
Pertanyaannya, bagaimana cara mengelola penghasilan yang baik ? Untuk menjadi investor reksa dana,
tidak dibutuhkan dana yang besar. Saat ini sudah banyak manajer investasi dan agen penjual yang
menetapkan Rp 100.000 sebagai minimum investasi. Mulai ada juga yang menetapkan Rp 10.000
sebagai minimum untuk membuka rekening reksa dana. Yang menjadi permasalahan bukanlah Rp
10.000, Rp 100.000 atau bahkan Rp 10 juta yang menjadi minimum pembukaan. Sebab untuk yang
penghasilannya besar sekalipun, jika semuanya dihabiskan untuk pengeluaran konsumtif tentu tidak ada
sisa yang bisa diinvestasikan atau bahkan harus berhutang. Mengelola penghasilan juga bukan berarti
harus hidup berhemat dan tidak menikmati hidup sama sekali. Sepanjang direncanakan dengan baik,
tetap ada porsi yang bisa digunakan untuk menikmati hidup dalam batasan yang wajar. Salah satu
referensi yang bisa digunakan dalam melakukan perencanaan bagaimana menghabiskan penghasilan
adalah prinsip 10 – 20 – 30 – 40. Penjumlahan dari 10 + 20 + 30 + 40 adalah 100. Angka tersebut
menunjukkan berapa persen dari penghasilan yang sebaiknya dialokasikan 10 Persen untuk Kebaikan
Berapapun penghasilan anda, besar ataupun kecil, upayakanlah untuk selalu berbuat kebaikan. Definisi
berbuat kebaikan itu amat luas, tidak terbatas hanya pada memberikan donasi di tempat ibadah, tapi
juga hal lain seperti berbakti kepada orang tua dan memberikan bantuan secara bijaksana kepada orang
lain yang membutuhkan. Angka ini juga bukanlah angka pasti yang sifatnya wajib, jika anda masih dalam
tahap awal berkarir sehingga penghasilannya belum besar, bisa lebih kecil dari angka tersebut namun
upayakan tetap ada. Sebaliknya jika karier atau usaha anda sukses, tidak menutup kemungkinan juga
untuk memberikan di atas persentase tersebut. 20 Persen untuk Masa Depan Dalam konteks keuangan,
persiapan untuk masa depan mencakup hal seperti Dana Darurat, Asuransi Jiwa dan Kesehatan, Dana
Pendidikan Anak, Dana Pensiun, Dana untuk DP Rumah (bagi yang belum memiliki), Mengembangkan
Kekayaan dan dana untuk berbagai tujuan keuangan lainnya. Untuk pemenuhan Masa Depan tersebut
bisa menggunakan berbagai produk jasa keuangan dan investasi seperti tabungan, deposito, asuransi
dan reksa dana atau emas. Yang paling penting dalam pemilihan produk di atas adalah masyarakat
harus memahami bahwa yang namanya investasi itu mengandung risiko. Dengan memahami risiko,
cara kerja, dan juga dengan hak dan kewajiban dalam produk jasa keuangan, maka masyarakat bisa
menikmati potensi penghasilan dari produk tersebut di masa mendatang. Hal ini juga sesuai dengan
slogan reksa dana “Pahami, Nikmati”. 30 Persen Cicilan Dengan harga rumah yang semakin meningkat,
jalanan yang semakin macet, dan fasilitas tranportasi publik yang mungkin belum tersedia secara merata
di semua tempat, adalah sangat mungkin jika seseorang memiliki cicilan untuk rumah / apartemen dan
kendaraan. Memiliki hutang dan cicilan dalam konteks perencanaan keuangan masih baik sepanjang
digunakan untuk membeli rumah, kendaraan, atau peralatan untuk kebutuhan yang sifatnya produktif.
Untuk rumah dengan status sewa juga bisa dimasukkan dalam alokasi ini. Namun apabila digunakan
untuk membeli barang yang sifatnya konsumtif seperti membeli gadget mewah, jalan-jalan, maka secara
perencanaan keuangan itu kurang baik. Hal ini tidak berarti tidak boleh konsumtif, hanya saja kalau bisa
jangan berutang untuk hal yang sifatnya konsumtif tersebut. Jika memang dananya belum cukup, belilah
yang sesuai kemampuan. Bagi yang sudah terlanjur berhutang untuk pengeluaran konsumtif, jika
memungkinkan, bisa dilunasi secepatnya. Ada satu kutipan dari bapak Warren Buffet, salah satu orang
terkaya di dunia, tentang bagaimana mengatur pengeluaran. Kutipannya sebagai berikut “If you buy
things you do not need, soon you will have to sell things you need” 40 Persen Kebutuhan Persentase
inilah idealnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup termasuk didalamnya biaya makan,
transportasi, tagihan utilitas, pulsa telepon, langganan televisi, keanggotaan olahraga, hobi, pakaian,
rekreasi dan sebagainya. Semua dari yang sifatnya kebutuhan pokok, sampai gaya hidup silakan
dimasukkan dalam alokasi ini. Dalam kasus terjadi hal pengeluaran yang sifatnya darurat seperti masuk
rumah sakit atau ada kerabat yang meninggal, maka posnya diambil dari alokasi 20% untuk masa
depan.
45
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengelola Penghasilan dengan Prinsip 10 – 20 –
30 – 40", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/02/073000226/mengelola-penghasilan-dengan-
prinsip-10-20-30-40?page=all
Contoh Bisnis Plan

RENCANA BISNIS (Business Plan)

Nama usaha Produksi dan Perdagangan Pupuk Organik Cair

Latar Belakang 1. Penggunaan pupuk kimia anorganik yang mampu meningkatkan


produksi tanaman ternyata berdampak negative terhadap
keseimbangan ekosistem khususnya kualitas tanah;
2. Pupuk organik yang mengandung ekstrak organik komplek merupakan
jawaban tepat untuk menjaga keseimbangan ekosistem sekaligus
memperbaiki kualitas tanah;
3. Produksi pupuk organik yang berbahan baku dari kekayaan alam local
dengan proses yang sederhana dapat dilakukan oleh petani sendiri
sehingga ketersediaannya terjamin berkelanjutan;
4. Usaha produksi pupuk organik dengan memanfaatkan bahan-bahan
local dengan komposisi yang memperhitungkan fungsi untuk
pertumbuhan tanaman adalah peluang usaha yang besar untuk
dikembangkan di setiap daerah.

Tujuan 1. Mengelola potensi ekosistem local yang dapat dimanfaatkan untuk


meningkatkan produksi pertanian dengan tetap menjaga konservasi
alam.
2. Mengembangkan usaha pertanian di sector hulu untuk menjamin
ketersediaan sarana produksi pertanian yang sesuai dengan kondisi
ekosistem setempat dan harga yang terjangkau petani.
3. Mengembangkan pupuk organik dengan meramu bahan organik local
yang dapat menjaga kesehatan lingkungan dan manusia .

Target 1. Keuntungan Ekonomi: Rp. …..,- per bulan dari hasil penjualan pupuk
Capaian organik cair pada pasar terbuka dan pola kemitraan usaha dengan pihak
lain atau petani;
2. Keuntungan Sosial; …. Petani menyadari pentingnya penggunaan
bahan-bahan organik untuk mengurangi masukan dari luar sehingga
dapat menambah keuntungan usahatani;
3. Keuntungan Ekologi: menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem
pertanian untuk menjamin keberlanjutan daya dukung usaha pertanian
yang dikembangkan petani.

Bidang Usaha 1. Identifikasi dan ekploitasi bahan-bahan organik yang berpotensi


menjadi bahan baku produksi pupuk organik cair.

46
2. Produksi pupuk organik cair dengan proses bio-reaksi (fermentasi)
dengan standarisasi komposisi bahan dan fermentasi semi aerobik.
3. Pengemasan pupuk organik cair dengan mencantumkan informasi
lengkap pada label.
4. Uji laboratorium kandungan pupuk organik cair dan uji efektivitas multi
area untuk mengetahui manfaat produk.
5. Pemasaran produk dengan didukung aktivitas promosi yang mampu
member pemahaman pada konsumen.

Kapasitas usaha 1. Produksi pupuk organik cair ….. liter per bulan
2. Penjualan produk di pasar terbuka ….. liter dan pola kemitraan
usaha …. Liter per bulan.

Lokasi usaha 1. Produksi pupuk organik cair di ……………………….


2. Demontrasi plot penggunaan pupuk organik cair di ……………
3. Pusat penjualan di ……………………………

Periode usaha 1. Proses fermentasi semi aerob selama 21 hari.


2. Daya simpan pupuk organik cair dalam kemasan selama 3 bulan.
3. Analisa usaha dilakukan setiap enam bulan sekali

Profil produk Pupuk organik cair atau lebih tepat disebut Cairan Aktivator
Pertumbuhan (CAP) terbuat dari bahan-bahan alami bersumber dari
ekosistem sumba timur dengan diperkaya bahan-bahan lain untuk
meningkatkan efektivitas penggunaan pupuk.
Proses emulsi dan fermentasi bahan dilakukan dengan standar tinggi
sehingga menghasilkan ramuan nabati yang kaya nutrisi dalam bentuk
cairan yang mudah larut dalam air dengan bahan padatan < 1%.
Cairan ajaib ini berkasiat untuk (1) Meningkatkan produktivitas tanaman
dan mutu hasil, (2) Merangsang pertumbuhan jaringan tanaman (3)
Meningkatkan kompensasi tanaman, (4) Mengaktifkan tata kehidupan
tanah sehingga tanah menjadi gembur dan produktif

Sasaran 1. ….. orang petani di wilayah Kahaungu Eti


pelanggan 2. ….. orang petani di luar wilayah Kahaungu Eti
3. ….. orang petani melalui pola kemitraan usaha

Analisa ekonomi No URAIAN 1 Bulan 1 TAHUN


1 Investasi Usaha ……………………
2 Input Usaha …………… ……………

47
3 Output Usaha …………… ……………

4 Pendapatan Usaha …………… ……………

Perhitungan laba rugi dapat dilihat pada lampiran

Tingkat No Variabel Usaha Nilai Keterangan


keberhasilan 1 Penyediaan bahan …. Kuantitas dan kualitas
baku sesuai standar teknis
2 Proses fermentasi …. Menjaga kondisi semi
aerob
3 Penyaringan …. Larutan lolos saringan
mess 120
4 Pengemasan …. Tidak bocor

5 Uji lapangan …. Berpengaruh nyata

6 Pergudangan …. Terjaga suhu dan


kelembaban ruangan
7 Promosi produk …. Memahamkan dan
meyakinkan
8 Pemasaran …. Menambah jumlah
pelangggan
Tingkat Keberhasilan Usaha: ……..%

Asumsi 1. Adanya bencana alam atau perubahan iklim yang menyebabkan


kegagalan sumber bahan baku berkurang nyata.
2. Manfaat produk tidak terbukti di tingkat lapangan
3. Kemasan pecah atau bocor karena fermentasi tidak sempurna

Pengelola usaha 1. Penanggung jawab pengelolaan usaha Umbu Pajanji (Ketua


Koperasi)
2. Proses produksi …………………………..
3. Promosi dan pemasaran ………………..

48

Anda mungkin juga menyukai