Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NARDA YUNIATI

NIM : 13.16.4.0147

KELAS : EKONOMI ISLAM D

 Rumus perhitungan zakat


Zakat fitrah perorang = 3,5 x harga besar dipasaran perliter
Contohnya :
Harga beras atau makanan pokok lokal yang biasa kita makan dan layak komsumsi
dipasar rata-rata harganya Rp.10.000, maka zakat fitrah yang harus dibayar setiap
orang mampu adalah sebesar Rp.35.000.
Kalau menghitung dari segi berat pengalinya adalah 2,5 x harga besar atau bahan
makanan pokok lokal perkilonya.
 Rumus perhitungan zakat profesi/pekerjaan
Zakat profesi = 2,5% x (penghasilan total – pembayaran hutang/cicilan).
Menghitung nizab zakat profesi :
Jika bang jarwo punya gaji 2juta perbulan dan penghasilan tambahan dan kios jual
pulsa dan perdana sebesar 8juta perbulan maka total penghasilan bang jarwo sebesar
10juta tiap bulan. Bang jarwo membayar cicilan kredit apartment tidak bersubsidi
pemerintah sebesar 5juta perbulan. Harga beras sekilo yang biasa dikomsumsi yaitu
sebesar Rp.8000/kg, sehingga nizab zakatnya adalah Rp.4.160.000, karena bang jarwo
penghasilan bersihya 5juta dan dikas nisab maka bang jarwo harus bayar zakat profesi
sebesar Rp.5juta x 2,5% = Rp.125.000,- dibulan itu untung bulan selanjutnya.
Dihitung kembali sesuai situasi dan kondisi yang ada.

Zakat profesi memang menjadi perdebatan karena tidak ada dalil yang mengenai,
dikantor pemerintah umumnya setiap penghasilan otomatis terpotong 2,5% (penuh)
untuk zakat profesi. Dengan begitu institusi resmi (ulama) agama islam diindonesia
berarti belum mengeluarkan fatwa haram untuk zakat profesi artinya bukan bid’ah
jika anda tidak sependapat maka sebaiknya ikhlaskan saja dan anggap sebagai amal
sadokah anda atau tidak mengeluarkan zakat profesi tetapi membayar zakat maal.
 Menghitung zakat maal/ harta kekayaan.
Zakat maal = 2,5% x jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun (tabungan dan
investasi).

Menghitung nizab zakat maal = 85 x harga emas pasaran per gram.


Contoh perhitungan dalam zakat maal harta :
Nyonya upit merupit punya tabungan dibank 180 juta rupiah, deposito sebesar 200
juta rupiah, rumah kedua yang dikontrakkan senilai 500 juta rupiah dan emas perak
senilai 200 juta. Total harta yakni 1 miliar rupiah, semua harta sudah dimiliki sejak
satu tahun yang lalu. Jika harga 1 gram emas sebesar Rp.250.000 maka batas nizab
zakat maal adalah Rp.21.250.000. karena harta nyonya upit merupitlebih dari limit
nizab. Maka ia harus membayar zakat maal sebesar Rp.1 miliar x 2,5% = 25 juta
rupiah per tahun.
Harta yang wajib dibayarkan zakat maal/zakat harta :
Emas, perak, uang simpanan, hasil pertanian, binatang ternak, benda usaha (uang,
barang dagangan, alat uasaha yang menghasilkan).
Perhitungan untuk hasil pertanian, peternakan, dan harta temuan ada ketentuan yang
berbeda dalam hal nizab maupun besaran zakatnya. Ada juga buku yang berpendapat
nizab emas adalah 93,6 gram dan perak 672,90. Untuk lebih mudah bisa kita konversi
lebih dulu.
Sesungguhnya allah tidak menyukai orang yang menimbun harta. Oleh karena itu
hiduplah sederhanan dan gunakan harta untuk diputar kembali dalam perekonomian
secara halal. Jangan lupa perbanyak sedekah.

http://www.lampuislam.org/2013/07/rumus.cara-menghitung-zakat-maalharta.html?
m=i

MANAJEMEN MUTU LEMBAGA PENGELOLAAN ZAKAT (LPZ)

1. Prinsip-prinsip al-syariah dalam pengelolaan lpz


Sebagai sebuah lembaga LPZ memiliki asas-asasnya menjadi pedoman kerjanya.
Dalam UU No.23 tahun 2011, disebutkan bahwa asas-asas LPZ adalah:
a. Syariat islam, dalam menjalankan tugas dan fungsinya LPZ haruslah
berpedoman sesuai dengan syariat islam mulai dari tatacara perekrutan
pegawai hingga tatacara pendistribusian zakat.
b. Amanah, LPZ haruslah menjadi lembaga yang dapat dipercaya
c. Kemanfaatan, LPZ haruslah mampu memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi mustahik
d. Keadilan, dalam mendistribusikan zakat LPZ harus mampu bertindak adil
e. Kepastian hukum, muzakki dan mustahik harus memiliki jaminan dan
kepastian hukum dalam proses pengelolaan zakat.
f. Terintegrasi, pengelolaan zakat harus dilakukan secara hierarkis sehingga
mampu meningkatkan kinerja pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
g. Akuntabilitas, pengelolaan zakat harus bisa dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat dan mudah diakses oleh masyarakat dan pihak lain yang
berkepentingan.

Pengelolaan zakat juga berasaskan iman dan taqwa, keterbukaan dan kepastian
hukum sesuai dengan pancasila dan undang-undang dasar 1945 (pasal 4)

2. Prinsip-prinsip manajemen kualitas LPZ


Dalam pengelolaan zakat terdapat beberapa prinsip-prinsip yang harus diikuti dan
ditaati agar pengelola dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan, diantaranya :
a. Prinsip keterbukaan, artinya dalam pengelolaan zakat hendaknya dilakukan
secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat umum.
b. Prinsip sukarela, artinya dalam pemungutan atau pengumpulan zakat
hendaknya senantiasa berdasarkan pada prinsip sukarela dari umat islam yang
menyerahkan harta zakatnya tanpa ada unsur pemaksaan atau cara-cara yang
dianggap sebagai suatu paksaan.
c. Prinsip keterpaduan, artinya dalam melakuka tugas dan fungsinya harus
dilakukan secara terpadu diantara komponen-komponen yang lainnya.
d. Profesionalisme, artinya dalam pengelolaan zakat harus dilakukan oleh
mereka yang ahli dibidangnya baik dalam administrasi/ dan sebagainya.
e. Prinsip kemandirian, prinsip sebenarnya merupakan kelanjutan dari prinsip
profesionalisme diharapkan LPZ dapat mandiri dan mampu melaksanakan
tugas dengan baik.

3. Kinerja LPZ
4. Mutu SDM LPZ

Sumber:

http://www.lampuislam.org/2013/07/rumus-cara-menghitung-zakat-maalharta.html?m=I

MANAJEMEN PENGHIMPUNAN DAN ZIS


1. Prosedur penghimpun dana zis
a. Komparasi manjamen beberapa lembaga pengelola dana ZIS
Dalam pelaksanaan pembayaran zis, agama islam memberikan kebebasan kepada
masing-masing individu, apakah akan langsung memberikan kepada kaum dhuafa
(mustahik), dititipkan kepada orang atau lembaga pengelola zakat. Dalam hal ini
penyaluran dana zakat, infak dan sedekah (zis) ini pemerintah telah mengatur dalam
UU RI No.30 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Didalam UU tersebut dijelaskan
tentang adanya badan amil zakat (BAZ) dan lembaga amil zakat (LAZ), sebagai
pengelola zis terus tumbuh dimana-mana banyaknya lembaga amil zakat (LAZ) yang
muncul sebagai pengelola dana zis semakin membuat masyarakat minim indonesia
kebingungan untuk mengeluarkan dana zis mereka. Titambah banyaknya laz yang
berada dalam satu wilayah saja. Untuk informasi program kerja yang akan dan telah
dilakukan oleh pihak lembaga amil zakat menjadi informasi tersendiri bagi
masyarakat muslim indonesia, lalu digunakan untuk apa saja dana zis tersebut? Dan
tidak hanya sekedar bagi-bagi saja hal itu akan menyediakan para mustahik (dhuafa)
menjadi manusia yang hanya mau menerima saja.
Dalam hal itu akan menjadikan mereka (para mustahik penerima dana zis) sebagai
pemalas, maka output dari dana zis tersebut kurang efektif bahkan hanya melestarikan
mustahik menjadi seorang pemalas. Akan lebih baik jika penyaluran dana zis dapat
menjadikan mereka si penerima manfaat (mustahik), menjadi orang yang dapat
membayar zis juga (muzakki).
b. Membangun manajemen lembaga pengelola dana ZIS yang ideal.
- Membangun transparasi dan akuntabilitasi lembaga pengelola ZIS
- Akuntabilitas pengelolaan zakat
- Tiga kata kunci pengelola zakat
1. Amanah
2. Profesional
3. Transparan.

Sumber:

http://andiblogku.blogspot.co.id/2011/04/proses-dan-tahapan-manajemen-
zakat_09.html?m=I
POTENSI ZIS DI INDONESIA DAN SOLUSI PERMASALAHAN KEUANGAN PUBLIK

1. Potensi zis di indonesia


Menurut zaid aqiel munawar pertahunnya mencapai Rp.7,5 triliun. Sementara hasil
survei yang dilakukan PIRAC (publik interect research and advocary center)
mengenai pola dan kecenderungan masyarakat berzakat di 11 kota besar menyebutkan
bahwa nilai zakat yang dibayarkan para muzakki berkisar antara Rp.44.000 sampai
Rp.339.000/tahun. Dari data tersebut PIRAC memperkirakan sekitar Rp.4 triliun.
Berdasarkan potensi dana zis ini dikarenakan ajaran agama menjadi motivasi utama
masyarakat untuk berderma. Hal ini tercermin dari salah satu hasil survei” potensi dan
perilaku masyarakat dalam menyumbang” yang dilakukan PIRAC di 11 kota besar di
indonesia. Salah satu temuan menarik dari survei yang melibatkan 2.500 orang
responden tersebut adalah dominannya peran ajaran agama dalam mempengaruhi
seseorang untuk menyumbang, hampir seluruh responden (99%) mengaku
menyumbang karena dorongan ajaran agama. Hanya sebagian kecil saja yang
mengaku dalam setahun ini tidak pernah menyumbang oraganisasi atau kegiatan
keagamaan.
2. Urgensi dana ZIS bagi solusi permasalahan keuangan publik.
Keuangan islam dalam hal ini pengelolaan dana publik oleh lembaga keuangan publik
islamyang didalamnya ada filantropi islam secara umum terdiri dari instrusi zakat.
Infak dan sedekah (ZIS) dan wakaf yang belum mampu secara optimal berperan
sebagai sumber dana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat indonesia,
padahal potensi dana zis dan wakaf sangat memungkinkan pelaksanaannya.
Beberapa persoalan yang merupakan problem yang harus dicarikan solusinya,
permasalahan tersebut adalah :
a. Mengapa dana dilembaga keuangan publik islam seperti ZIS dan wakaf
diindonesia belum berperan secara optimal dalam mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
b. Bagaimana memberdayakan lembaga keuangan publik islam di indonesia.

Menjawab persoalan diatas menggunakan paradigma positivistik yang disebut juga


paragadigma fakta sosial. Dalam hal ini fakta sosial sehubungan dengan peran
lembaga keuangan publik islam yang mengelola dana zis dan wakaf dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat di indonesia belum berperan secara optimal.

Sumber:

http://timodita.blogspot.co.id/2011/01/peran-lembaga-keuangan-publik-islam.html?
m=I

MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA ZIS DAN PENDAYAGUNAAN DANA ZIS

1. Pengelolaan dana zis


Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat, apa lagi yang memiliki hukum
formal. Akan memiliki beberapa keuntungan:
a. Untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat.
b. Untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan
langsung untuk menerima zakat dari para mustahik.
c. Untuk mencapai efisien dan efektivitas serta sasaran yang tepat dalam penggunaan
harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat.
d. Untuk memperlihatkan syiar islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintah
yang islami.

Sebalikanya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahik


meskipun secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi disamping akan
terbaikannya hal-hal tersebut diatas. Juga hikma dan fungsi zakat terutama yang
berkaitan dengan kesejahteraan umat akan sulit diwujudkan.
Jenis dana yang dapat dihimpun oleh organisasi pengelola zakat tidak terbatas
hanya zakat. Selain zakat, dana yang dihimpun menurut uu no.38 tahun 1999
tentang pengelolaan zakat adalah :
Infaq/shadaqah, wasiat, waris, tafarat, wakaf, hibah lembaga lain, hibah
pemerintah, dll.

Sumber:
http://aliciakomputer.blogspot.co.id/2008/06/bab-i-pendahuluan-5264.html?m=I

Anda mungkin juga menyukai