Terobos Trauma Pasca Pandemi Melalui Budidaya Dan Pemanfaatan TOGA Di Gudep Karangasem 01.177-01.178 Pangkalan SLB Negeri 1 Karangasem - Ni Putu Willia Natasari - Karangasem
Terobos Trauma Pasca Pandemi Melalui Budidaya Dan Pemanfaatan TOGA Di Gudep Karangasem 01.177-01.178 Pangkalan SLB Negeri 1 Karangasem - Ni Putu Willia Natasari - Karangasem
Abstrak
Pasca pandemi kegiatan ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan merupakan
salah satu wadah guna mengembalikan semangat belajar di sekolah bagi anak
berkebutuhan khusus. Kegiatan kepramukaan dapat menanamkan kecakapan
bertahan hidup dan kewirausahaan yang dapat digunakan sebagai bekal untuk
melanjutkan hidup bagi anak berkebutuhan khusus yang memiliki berbagai
keterbatasan. Gudep Karangasem 01.177 – 01.178 Pangkalan SLB Negeri 1
Karangasem memanfaatkan dan budidaya TOGA untuk mengedukasi peserta didik
berkebutuhan khsus tentang kepedulian terhadap lingkungan sekitar serta
penggunaan tanaman obat alami untuk menjaga imunitas tubuh pasca pandemi.
Pemanfaatan TOGA dilakukan dengan cara pengolahan hasil panen untuk dijadikan
minuman berupa jamu yang kedepannya dapat dibuat kembali dan dipasarkan
melalui media sosial yang dimiliki sekolah. Kegiatan ekstrakuler wajib pendidikan
kepramukaan dengan pemanfaatan dan budidaya TOGA dapat memberikan suasana
dan semangat baru belajar di luar kelas setelah pelaksanaan pembelajaran daring
yang menimbulkan kejenuhan dan menurunnya motivasi anak berkebutuhan khusus
untuk belajar.
Kata Kunci : Pramuka, Pasca pandemi, TOGA, Kewirausahaan
Abstract
Post-pandemic compulsory extracurricular activities of scouting education are one
of the platforms to restore the spirit of learning at school for children with special
needs. Scouting activities can instill survival and entrepreneurship skills that can be
used as provisions to continue life for children with special needs who have various
limitations. Gudep Karangasem 01.177 - 01.178 Base of SLB Negeri 1 Karangasem
utilizes and cultivates TOGA to educate students with special needs about caring
for the surrounding environment and the use of natural medicinal plants to maintain
body immunity after pandemic. The utilization of TOGA is carried out by
processing the harvest to be used as a drink in the form of herbal medicine which
in the future can be made again and marketed through social media owned by
school. Mandatory extracurricular activities of scouting education with the
utilization and cultivation of TOGA can provide a new atmosphere and enthusiasm
for learning outside the classroom after the implementation of online learning which
causes boredom and decreased motivation for children with special needs to learn.
Keywords: Scouting, Post-pandemic, TOGA, Entrepreneurship
1
I. Pendahuluan
Pandemi Covid-19 sudah menanamkan luka yang mendalam bagi
masyarakat. Banyak hal yang dikorbankan masyarakat, mulai dari pekerjaan,
anggota keluarga, sekolah serta kegiatan-kegiatan produktif di luar rumah yang
dulunya menjadi skala prioritas bagi beberapa kalangan. Hari serasa bagaikan
kiamat menyaksikan setiap detiknya korban-korban berjatuhan di segala penjuru,
dan tidak tahu kapan akan berakhir masa itu. Segala hal dilakukan oleh masyarakat
agar mampu bertahan hidup dengan memanfaatkan kecangihan teknologi yang
menjadi perantara saat komunikasi tatap muka dibatasi. Pembatasan kegiatan tatap
muka terjadi di berbagai lini bidang kehidupan salah satunya yaitu di bidang
Pendidikan dengan penerapan “Belajar Dari Rumah”(BDR) atau “Pembelajaran
Jarak Jauh” (PJJ).
2
Pembelajaran pasca pandemi (new normal) di SLB Negeri 1 Karangasem
tidak dapat dilaksanakan seperti pada masa sebelum pandemi. Hal tersebut
diakibatkan oleh anak berkebutuhan khusus yang telah terbiasa dengan rutinitas di
rumah saat PJJ. Sekolah mulai melakukan penyesuaian dengan penerapan
pembelajaran yang dapat memberikan kenyamanan pada peserta didiknya baik
kegiatan di dalam maupun di luar kelas termasuk pada pemberian ekstrakurikuler
yang mulai dapat dilaksanakan secara bertahap. Kegiatan ekstrakurikuler wajib
pendidikan kepramukaan pasca pandemi di Gudep Karangasem 01.176-01.177
Pangkalan SLB Negeri 1 Karangasem mengajarkan kemampuan bertahan hidup
dan kewirausahaan bagi peserta didik berkebutuhan khusus untuk meningkatkan
daya tahan tubuh serta mengasah kreativitas. Pasca pandemi, pembina pramuka
membimbing peserta didik untuk mengenal tanaman obat tradisional melalui
pemanfaatan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) di sekolah.
3
obat tradisional tersebut dapat berupa kunyit, jahe, sereh, lengkuas, cocor bebek,
sirih, kayu manis dan kelor yang penanamannya mudah dan tidak membutuhkan
lahan yang luas. TOGA juga dapat menjadi salah satu penjaga imunitas tubuh jika
diolah menjadi minuman atau jamu dan bumbu masakan. Keberhasilan dari
kegiatan ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan dalam penanaman TOGA
di lingkungan sekolah dapat memberikan suasana baru belajar di luar kelas dan
membentuk karakter untuk mencintai lingkungan sekitar setelah trauma
berkepanjangan akibat pandemi Covid-19. Tidak hanya menanam TOGA, peserta
didik berkebutuhan khusus yang dibimbing oleh pembina untuk meningkatkan
kreativitas kewirausahaan sederhana dengan mempublikasikan TOGA yang telah
berhasil ditanam di sekolah serta pemanfaatan TOGA dalam bentuk jamu atau
minuman herbal dengan memanfaatkan teknologi informasi seperti media sosial
yang dimiliki oleh sekolah. Maka dari itu, kegiatan ekstrakuler wajib pendidikan
kepramukaan pasca pandemi dapat lebih bermanfaat bagi pemulihan kehidupan
peserta didik dan membangun adaptasi baru mengenai kegiatan pembelajaran di
sekolah yang nyaman dan menyenangkan setelah PJJ selama 2 tahun.
4
Hasil kajian pada artikel ini juga dilengkapi dengan berbagai sumber
dokumen berupa gambar kegiatan kepramukaan mulai dari pengenalan TOGA,
penanaman dan perawatannya serta pemanfaatan TOGA untuk memelihara sistem
imun tubuh serta buku dan artikel lain yang memiliki keterhubungan dengan
permasalahan yang diulas. Sesuai dengan metode penelitian deskriptif kualitatif
maka analisis data yang digunakan pada penelitian adalah analisis data interaktif
dengan model Miles & Huberman dengan melakukan Langkah-langkah sebagai
berikut; (1) reduksi data; (2) display data/penyajian data; dan (3) mengambil
kesimpulan serta verifikasi (Rukajat, 2018).
III. Pembahasan
1. Pengenalan TOGA pada Anak Berkebutuhan Khusus di Gudep
Karangasem 01.177 – 01.178 Pangkalan SLB Negeri 1 Karangasem
TOGA sudah tidak asing lagi di kalangan satuan Pendidikan. Di masing-
masing sekolah diharapkan terdapat lahan yang dimanfaatkan sebagai TOGA.
TOGA memiliki peranan penting dalam upaya meningkatkan kepedulian peserta
didik pada lingkungan dan menjaga Kesehatan dengan memanfaatkan bahan-bahan
alami dari tumbuhan. Tidak hanya di sekolah, di pekarangan rumah masyarakat
tentu banyak yang memanfaatkan lahannya sebagai tempat untuk menanam
tanaman obat keluarga. SLB Negeri 1 Karangasem merupakan salah satu satuan
Pendidikan yang juga membudidayakan TOGA sebagai bagian dari pembelajaran
dan keterkaitkan dengan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) yang dikembangkan di
sekolah. Letak TOGA di SLB Negeri 1 Karangasem adalah di belakang ruang guru
dan di sekitar Gedung asrama. TOGA di SLB Negeri 1 Karangasem seringkali
menjadi sorotan pada ajang lomba UKS Berseri yang beberapa kali diikuti oleh
pihak sekolah. Namun pada masa pandemi yang melarang adanya kerumunan dan
sekolah mulai ditutup untuk memutus penyebaran COVID-19, TOGA sekolah
menjadi terbengkalai. Banyak tanaman yang mati dan tidak terawat akibat
kurangnya perhatian dari warga sekolah, dan yang tersisa hanya rumput liar yang
menutupi bangkai-bangkai TOGA yang sudah mati.
5
Gambar 1. TOGA pada Masa Pandemi (Sumber:Dokumentasi Pribadi)
6
didik yang terjatuh atau terkena benda tajam jika di UKS tidak tersedia obat luka
maka guru dapat memanfaatkan kunyit yang berperan sebagai antiseptik. Dalam
pengobatan tradisional kunyit memiliki khasiat sebagai antiseptik yang tersedia
untuk luka dan luka bakar. Kunyit berpotensi dalam mengobati dan mengurangi
gejala yang terkait dengan berbagai kondisi Kesehatan karena efek antioksidan,
antitumor, anti-inflamasi, dan antibakterinya (Siregar, 2021). Tidak hanya tanaman
kunyit yang dapat dijadikan sebagai P3K alami di sekolah tanaman obat lainnya
juga dapat dimanfaatkan secara langsung seperti jahe, sirih, sereh, lengkuas, kelor
dan cocor bebek.
Peserta didik mulai dibimbing untuk menanam beberapa TOGA pada lahan
yang telah disediakan. Mereka belajar dengan melihat tata cara yang telah
dipraktekkan oleh pembina pramuka sebelumnya. Namun dengan keterbatasan
yang dimiliki oleh pramuka berkebutuhan khusus di Gudep Karangasem 01.177 –
01.178 Pangkalan SLB Negeri 1 Karangasem yang sangat beraneka ragam maka
hanya beberapa peserta didik yang dapat menanam dengan cara yang baik. Kakak
pembina dengan sabar menuntun dan memberikan penjelasan mengenai cara
menanam TOGA agar dapat tumbuh dengan baik. Mereka mulai dari mengambil
bibit dan mulai menyiapkan lubang pada lahan dan menanam dengan perlahan
sampai tanaman tersebut benar-benar sudah tertanam dengan baik.
7
3. Perawatan TOGA di Gudep Karangasem 01.177 – 01.178 Pangkalan SLB
Negeri 1 Karangasem
Perawatan TOGA di SLB Negeri 1 Karangasem dilakukan oleh seluruh
warga sekolah dan tidak terkecuali. Kebersihan pada taman TOGA dilakukan
secara berkala oleh seluruh warga sekolah. Sekolah mengadakan jumat bersih untuk
memelihara kebersihan dan keasrian lingkungan sekolah. Pada kegiatan
ekstrakurikuler pramuka yang diadakan pada 1 kali dalam sebulan diprogramkan
juga untuk merawat TOGA di samping kegiatan pramuka yang lain seperti PBB,
Persari, Jelajah alam maupun kegiatan prioritas lain yang terdapat pada
ekstrakurikuler. Perawatan yang dimaksud adalah membersihkan rumput liar,
pembaharuan tanaman yang mati, panen, dan membabat tanaman yang sudah
tumbuh terlalu besar sehingga tidak mengganggu tanaman yang lain serta
menghindarkan dari datangnya binatang berbahaya seperti ular. Selain kegiatan
bersih-bersih anak berkebutuhan khusus diajarkan untuk mencintai lingkungan
sekitar dengan merawat TOGA, menyiramnya secara rutin serta menjaga Kesehatan
dengan memanfaatkan tanaman obat alami. Anak berkebutuhan khusus sangat
antusias belajar di luar kelas karena mereka dapat merasakan hawa segar belajar di
luar kelas dan berbaur dengan alam.
Panen pada TOGA sekolah juga tidak boleh sembarangan. Jika ada warga
sekolah yang akan memanfaatkan TOGA sebagai obat diluar kepentingan sekolah
tentu diizinkan namun tetap sepengetahuan dari Kepala Sekolah yang
bertanggungjawab terhadap keamanan dan kenyamanan sekolah sebagai tempat
belajar. Panen yang berlebih dan sembarangan akan menjadikan TOGA rusak atau
bahkan mati. Seperti misalnya tanaman jahe yang di panen berlebih tentu akan
membuat tanaman tersebut tidak dapat terbaharukan apalagi jika jumlah tanaman
tersebut sangat terbatas. Maka warga sekolah ditekankan untuk menjaga bersama-
sama keasrian dan kelangsungan TOGA dan tanaman lain yang ada di lingkungan
sekolah agar tetap hidup dan bermanfaat positif dalam menjaga lingkungan sekolah
yang aman dan nyaman bagi anak berkebutuhan khusus dengan berbagai
keterbatasan yang dimiliki.
8
Gambar 4. Perawatan TOGA
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
9
saat mestruasi karena adanya kandungan curcumin yang dapat meredakan nyeri
(Army, 2018).
Peserta didik yang dipilih untuk diajarkan membuat jamu pada tahap
pertama adalah siswa SMPLB dan SMALB, hal tersebut didasari bahwa anak
berkebutuhan khusus pada jenjang tersebut sudah bisa mandiri dan memperhatikan
instruksi dengan baik. Namun tidak semua peserta didik pada jenjang SMPLB dan
SMALB dapat dilatih untuk membuat jamu dengan kondusif dikarenakan pada
peserta didik yang memiliki ketunaan dalam kategori berat tentu mereka tidak dapat
mengerjakan hal-hal seperti memarut atau atau memotong dengan menggunakan
benda tajam dengan aman. Dengan memperhatikan keselamatan dan keamana dari
peserta didik maka pemanfaatan dari tanaman TOGA ini dilakukan oleh beberapa
peserta didik yang mumpuni misalnya dengan ketunaan tunarungu. Bagi peserta
didik yang sudah mahir membuat jamu maka dapat membantu para pembina saat
menuntun peserta didik berkebutuhan khusus lainnya dalam pembuatan jamu
tersebut sehingga jumlah guru yang terbatas dapat diseimbangkan dengan adanya
peserta didik yang telah mampu mandiri membuat jamu.
Pembuatan jamu kunyi dilakukan di asrama sekolah dengan memanfaatkan
alat-alat yang tersedia seperti kompor, pisau, panci, timbangan, botol air, gelas
ukur, saringan, corong, nampan dan mangkuk. Adapun bahan-bahan dari
pembuatan jamu kunyit tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kunyit 200 gram
2. Asam jawa 100 gram
3. Gula merah 200 gram
4. Garam 1/2 sendok teh
5. Air bersih 1500 ml
Cara membuat :
10
5. Tuangkan air bersih yang telah ditakar ke dalam panci dan kemudian
masukkan parutan kunyit, gula merah dan asam jawa secara bergantian
(gula merah dan asam jawa sudah ditakar agar rasanya yang dihasilkan
sesuai).
6. Jika air rebusan jamu telah mendidih kecilkan nyala kompor dan mulai
masukkan garam.
7. Tes rasa jamu sambil diaduk-aduk hingga seluruh bahan larut.
8. Jika sudah semua bahan larut dan rasa suda sesuai matikan kompor dan
tunggu jamu dingin.
9. Setelah jamu dingin saringlah jamu sebelum dimasukkan ke dalam kemasan
berupa botol agar jamu bersih dari ampas parutan kunyit serta kotoran asam
dan gula merah.
10. Jamu siap di simpan di lemari es atau bisa diminum langsung.
Jamu yang telah siap bisa dimasukkan ke dalam botol air yang bersih dan
kemudian dijual kepada warga sekolah baik guru, tenaga pendidikan maupun orang
tua siswa yang mengantar anaknya ke sekolah. Hasil penjualan jamu dapat
dimanfaatkan untuk membelian bahan jamu dan pembaharuan tanaman TOGA
yang sidah tidak layak. Secara tidak langsung kegiatan ekstrakurikuler pramuka
juga dapat mengajarkan kecakapan bertahan hidup dengan menjaga imunitas tubuh
melalui pemanfaatan TOGA sekolah serta keterampilan kewirausahaan sederhana
yang juga dapat diterapkan di rumah maupun di masyarakat setelah anak
berkebutuhan khusus tersebut menamatkan Pendidikan di SLB Negeri 1
Karangasem. Banyak pelajaran pasca pandemic yang dapat diterapkan pada
ektrakurikuler pramuka sehingga nantinya dapat menyembuhkan trauma peserta
didik pada ketakutan akan Virus Corona yang merajalela dan menimbulkan luka
yang mendalam secara psikis pada anak berkebutuhan khusus. Mereka terkekang
di dalam rumah dengan rutinitas biasa yang membuat mereja jenuh dan
menghilangkan niat untuk belajar yang setidaknya dapat berguna bagi
keberlangsungan hidup mereka.
11
Gambar 5. Kegiatan Pembuatan Jamu Kunyit
(Sumber:Dokumentasi Pribadi)
12
di SLB Negeri 1 Karangasem. Penulisan artikel ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga masig diperlukan adanya penelitian lebih lanjut dan penyempurnaan data
yang menjadi sumber dari artikel ini.
Daftar Pustaka
Army, Rifqa. 2018. Jamu Ramuan Tradisional Kaya Manfaat. Jakarta : Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikdud
Mallaleng, Husin Rayesh, dkk. 2022. Tanaman Obat Keluarga. Malang : Rena
Cipta Mandiri
Rukajat, Ajat. 2018. Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Research
Approach). Yogyakarta : Deepublish
Siregar, Rahmad Syukur. 2021. Tanaman Obat : Imunitas Ekonomi Subsektor
Hotikultura di Provinsi Sumatera Utara. Medan : Umsupress
Yuyut, dkk. 2021. Antologi Esai Jilid 2. Guru Mengajar Nusantara
13