Buku ini tidak akan mencapai manfaat maksimal, berdaya guna dan berhasil guna, apabila
tidak benar-benar dan sungguh-sungguh diterapkan didalam pekerjaan sehari-hari secara
konsisten. Oleh karenanya, kami berharap dukungan dan komitmen semua pihak agar tetap
dengan semangat menerapkan dan memperbaiki hal-hal yang belum sempurna. Dalam
penerapannya, hendaknya mempertimbangkan dan menyesuaikan kondisi nyata di
lapangan dan melakukan penyesuaian-penyesuaian agar lebih komprehenship dan tepat
sasaran. Dalam penerapan buku ini, saya berharap pengguna buku ini memberikan masukan
untuk penyempurnaan, sedemikian hingga dapat dipergunakan secara praktek dan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
Semoga usaha kita senantiasa mendapat bimbingan dan petunjukNya untuk membangun
proses pembelajaran, pengelolaan dan mewujudkan kilang semakin handal dan profitable
serta pada akhirnya dapat memberikan kontribusi dan kepercayaan dari stakeholder.
Heru Supandriyo
Proses pembelajaran dalam pengembangan dan pembuatan PPS yang terdiri dari proses
pembentukan tim penyusun, proses mencari dan mengumpulkan pengalaman-pengalaman
di lapangan, proses mengembangkan model dan yang terakhir proses membuat materi dan
ini buku.
Proses pembelajaran dalam penerapan (deployment) yang meliputi proses penerapan atau
pengguliran PPS, proses akademi (upskilling, pembimbingan, pengarahan) penerapan buku
dalam aktifitas rutin, proses akreditasi dan proses evaluasi & penyempurnaan yang dalam
hal ini untuk kegiatan optimasi operasi boiler dan furnace di kilang minyak.
Pada akhir proses pembelajaran, diharapkan buku ini dapat membantu mewujudkan
sasaran: (1) terbentuk budaya pengelola dan operator boiler dan furnace yang lebih peduli
terhadap keselamatan operasi, kehandalan peralatan dan efisiensi penggunaan energi, (2)
peningkatan kompetensi operator yang kredible dan memenuhi persyaratan operasional
boiler dan furnace secara utuh. Dalam buku ini juga diberikan modul untuk keberlanjutan
program untuk optimasi boiler dan furnace.
Dalam bisnis kilang modern yang sangat dinamis dan kompetitif, mendorong kilang-
kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki kinerja operasionalnya, agar mampu
memenangkan persaingan.
Optimasi boiler dan furnace merupakan salah satu dari komponen dalam
pengelolaan sistem manajemen energi untuk kilang. Pertimbangan utama dalam
pengeloaan operasi furnace dan boiler dapat ditinjau dari beberapa perspektif:
a. Keamanan Operasi.
Keamanan operasi menjadi landasan utama untuk mencapai tujuan optimalisasi
boiler dan furnace. Keleluasaan pengaturan parameter operasi menjadi cukup
bebas hingga mencapai kondisi optimal dengan aman.
b. Kehandalan Peralatan.
Untuk menjamin roda operasi industri pengolahan kilang memerlukan tingkat
kehandalan peralatan. Pengelolaan kesiapan peralatan menjadi kunci untuk
kehandalan.
c. Efisiensi.
Konsumsi energi adalah komponen terpenting yang memiliki pengaruh langsung
terhadap tingkat keuntungan kilang. Rendahnya efisiensi energi dapat
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah rendahnya reliabilitas
peralatan, sistem manajemen energi yang buruk dan tidak optimalnya kondisi
operasi. Selain itu terdapat faktor eksternal yang terkait yaitu semakin ketatnya
peraturan lingkungan.
d. Lingkungan.
Emisi gas hasil pembakaran terdiri dari CO2, H2O, Sox, Nox, O2, dll. Semakin
banyak bahan bakar yang dibakar, semakin banyak pula emisi hidrokarbon yang
Hampir 60% biaya operasi dianggarkan untuk konsumsi energi atau bahan bakar
kilang. Dominasi penggunaan energi untuk operasi furnace dan boiler sendiri
mencapai hampir 90% dari biaya energi kilang.
Satu sisi kilang harus menjamin kelangsungan operasi boiler dan furnace, dan di
sisi lain terjadi perubahan secara alamiah sejalan dengan waktu terhadap
operator yang mengoperasikan boiler termasuk upaya pembinaan. Untuk
mempertahankan kompetensi dan ketersediaan tenaga kerja operasi boiler dan
furnace, maka sumber daya manusia (operator) harus dikelola dengan cermat.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan Buku Panduan Optimasi Boiler & Furnace Kilang mencakup 3
aspek people, proses, dan peralatan untuk mencapai kondisi yaitu:
Program akreditasi PPS BFO setelah akan dilakukan setiap periode 2 tahun.
Pengujian penerapan di lapangan dilakukan secara terpadu, pekerja diminta
menyampaikan pemahamannya dalam (paper test dan field interview) dan harus
mendemontrasikan ketrampilan pada setiap tahapan dengan menyebutkan secara
tertulis dan demo di lapangan secara langsung.
2.1 Prasyarat
Pengetahuan dasar yang harus dimiliki untuk menjalankon program optimasi boiler
dan furnace diantaranya:
1. Combustion
2. Furnace
3. Kilang Dasar
4. Boiler / Ketel Uap
5. Utilities Dasar
6. Water Treatment
7. Instrumentasi dasar
8. Distributed Control System
9. Programable Logic Control
10. Listrik Dasar
11. Pembangkit Listrik dan Distribusi Listrik
12. Kompresor
13. Pompa
Pembakaran adalah reaksi kimia dari komponen bahan bakar yang terdiri dari
karbon, hidrogen dan sulfur dengan oksigen.
Karena percampuran yang sempurna antara bahan bakar dan sejumlah kebutuhan
teoritis udara pembakaran tidak selalu tercapai di dalam heater, maka perlu
menambah kebutuhan udara pembakaran berlebih (excess air).
Pembakaran tidak sempurna tidak saja menimbulkan pemborosan tetapi juga sangat
berbahaya, karena:
Bahan bakar yang tak terbakar akan terbakar dan kemungkinan terjadinya
ledakan seandainya bertemu dengan udara.
Bahan bakar yang tak terbakar dapat menyala pada saluran-saluran (ducting)
pada cerobong jika ada udara masuk (bocor).
Heater adalah alat penukar panas yang memiliki ukuran relatif sangat besar. Energi
dipindahkan dari panas yang dibebaskan dari pembakaran fuel. Perpindahan panas
radiasi merupakan perpindahan panas yang paling signifikan dalam heater.
Perpindahan panas radiasi terjadi seperti gelombang ringan. Ada sinar yang tampak
dipancarkan oleh nyala api. Hal ini disebut dengan radiasi nyala api. Bahan bakar gas
terdiri dari hidrokarbon, ketika hidrokarbon terbakar akan menghasilkan CO 2 dan
H2O. Keduanya merupakan molekul polar yang bergetar dan melepaskan pancaran
panas sampai suhu tertentu. Nitrogen dari udara tidak meberikan panas pada radiasi
ini.
Perpindahan panas oleh gelombang secara langsung dari sumber panas atau
dipancarkan ulang refleksi permukaan.
Q = T4hot - T4cold
Perpindahan panas secara radiasi mengikuti persamaan berikut :
Qradiant = σ є A (T4-t4), dimana:
σ = konstante Stefan Boltzman.
є = emmisivity dari gas
A = luas permukaan absorbsi radiasi
T= temperature gas hasil pembakaran ( flue gas)
t = temperature dari permukaan dingin yang mengabsorbsi panas radiasi
2.3.1 Konveksi
Perpindahan panas konveksi, adalah aliran gas panas melintasi tube. Hal ini adalah
mekanisme perpindahan panas utama pada daerah konveksi heater.
Perpindahan panas melalui aliran fluida atau uap yang memerlukan kontak langsung.
Perpindahan panas ini memiliki driving force perbedaan temperature. Tergantung
dari sifat fluida dan geometris.
Q = h A (Thot - Tcold)
Perpindahan panas secara konveksi, mengikuti persamaan sebagai berikut :
Q= (U)(A)(LMTD), dimana :
U= Overall heat transfer coefficient
A= Luas permukaan pipa
LMTD = log mean temperature difference
Bila fuel dibakar, panas yang dihasilkan akan menaikkan temperature flue gas,
dengan mengikuti persamaan sebagai berikut :
2.3.2 Konduksi
Perpindahan pakas konduksi, adalah aliran perpindahan panas melalui benda padat
seperti ketebalan tube. Panas harus dipindahkan ke tube dan dari tube ke fluida
proses. Laju perpindahan panasnya relatif lambat karena sejumlah massa logam. Hal
ini mengapa temperature controller pada heater diset lambat.
Perpindahan panas melalui benda padat ini sangat tergantung pada thermal
conductivity dari benda padat tersebut (dalam hal ini logam). Driving force yang
mendorong perpindahan panas adalah perbedaan temperature.
k
Q A(Thot Tcold )
L
Beberapa variasi rangkaian heater misalnya single and double fired, Top and bottom
supported tubes, Vertical and Horizontal radiant tubes. Vertical Cylindrical sering
digunakan di kilang minyak.
Tube dalam heater adalah berbentuk pipa. Karena firebox beroperasi pada kisaran
1450°F (790°C), refractory lining diperlukan untuk menjaga casing sekitar 200°F
(93°C).
Fluida proses masuk pada sisi atas bagian konveksi dan mengalir ke bawah
berlawanan arah dengan aliran gas hasil pembakaran (flue gas). Sebagian besar
perpindahan panas terjadi pada bagian radiasi. Kira-kira 70% beban proses diserap di
daerah radiasi dan 30% diserap daerah konveksi.
Kebanyakan rancangan heater jenis lama berbentuk kabin. Heater jenis horizontal
memerlukan luas tanah yang lebih banyak. Biasanya 15-20% lebih mahal dibanding
heater jenis vertikal.
Dalam perkembangan saat ini, jenis heater yang sering digunakan adalah jenis
silinder vertikal untuk menghemat biaya dan bidang tanah. Jenis silinder vertikal
memiliki bagian radiant yang lebih tinggi dan cocok untuk burner yang menghasilkan
nyala api tinggi dan rendah NOx.
Permasalahan umum heater silinder vertikal adalah jarak antara tube dan burner
yang tidak cukup untuk menjaga atau menghindari sentuhan api pada tube.
Rancangan heater yang murah memiliki rasio L/D 2.7 sd 3.0. Hal ini menghasilkan
jarak tube dan burner yang tidak baik dan meimbulkan jilatan api. UOP menemukan
rancangan rasio L/D optimal 1.5 sd 2.0 untuk tube vertikal. UOP membatasi panjang
api 60 feet (18.3 meters) untuk heater vertikal.
2.4.1 Sootblowers
Deposit dari akibat proses pembakaran cenderung muncul pada permukaan luar
tube di bagian konveksi. Deposit ini akan mengurangi laju perpindahan panas dari
gas hasil bakar ke aliran fluida yang mengalir di dalam tube. Jika terus dibiarkan akan
menghambat aliran gas buang yang mengalir keluar heater. Hal ini akan
menyebabkan loss of draught di dalam firebox.
Dampak dari fouling pada sisi konveksi adalah penggunaan fined tubes dan oil firing.
Beberapa heater dilengkapi dengan sootblower untuk membersihkan jelaga atau
deposit pada tube konveksi dengan bantuan steam.
Ada dua tipe sootblower yaitu fixed lances atau retractable lances yang biasanya
dipasang pada sisi dinding konveksi.
Kebanyakan heater mampu mengakomodasi bahan bakar cair dan gas. Dalam
beberapa kasus bahan bakar cair dan gas dibakar pada saat bersamaan (dual firing).
Beberapa heater dilengkapi dengan pemantik (Igniter) dan sebagian tidak dilengkapi
dengan pemantik.
2.4.2 Tubes
Pada pembahasan tube difokuskan pada jenis tube dan batasan maksimum tube skin
temperature-nya.
Mengapa?, dengan mengenal jenis tube kita dapat memprediksi kemampuan dan
ketahanan tube terhadap beban panas. Indikasi yang paling praktis mengetahui
kemampuan ketahanan tube adalah tube skin temperature dan bridge wall
temperature yang dapat dipantau secara langsung menggunakan thermocouple atau
alat deteksi portable.
Maximum tip temperature for some materials used in extended surface devices
Limiting metal temperatures for some materials used to fabricate tube supports
a. Sistem Pilot
Low voltage carbon arc type, sangat cocok untuk penyalaan pilot (dan
burner gas bila pilot tidak tersedia).
Low voltage high tension spark type, menghasilkan percikan seperti pada
spark plug kendaraan bermotor, cocok untuk pilot dan burner gas.
Propane flame torch dengan pipa pasokan udara, sangat cocok untuk
pilot, burner gas dan burner oil.
Sistim pilot, gas dipasok dari sumber gas yang bersih (sweet gas – bebas gas
Hidrogen Sulfida) yang terpisah dari sistem bahan bakar gas. Jika termasuk
dalam sistem fuel gas, maka pasokan gas harus digunakan.
Beberapa kilang menampung gas yang terdiri dari methana, ethana, propana,
butana, hidrogen dan beberapa hidrogen sulfida.
Propana dan butana dapat dimasukkan ke sistem bahan bakar gas bila
memperoleh kondisi permintaan pasar telah dicukupi atau off-specification.
Meskipun demikian harus dipertimbangan nilai pasar bila harus
PT. PERTAMINA (PERSERO)
menggunakan bahan bakar gas (LPG) bila dibandingkan dengan bahan bakar
cair.
Bahan bakar cair yang dimaksud misalnya vacuum residue, atau campuran
dari beberapa sumber. Kualitasnya sangat bervariasi tetapi nilai bakar per
kilogramnya relatif konstan. Sifat utama yang mempengaruhi operasi burner
yang efisiensi adalah viscositas bahan bakar cair (fuel oil) pada burner.
Viscositas pada burner yang baik terletak pada kisaran 15 – 20 centistokes.
Komponen Sistem Kontrol terdiri dari 4 komponen yang memiliki peran yang
berbeda. Keempat komponen yang dimaksud terdiri dari (1) Sensor, berfungsi
memberi sinyal dari parameter yang diukur. Biasanya sensor berupa orifice,
temperature element, switch, dll ; (2) Transmiter, berfungsi menerjemahkan
sinyal analog menjadi sinyal digital dan selanjutnya mengirimkan ke controller.
Transmiter ini berupa integrator ; (3) Controller, berfungsi memproses
(melakukan komputasi) terhadap selisih sinyal dan set point dan mengubahnya
1. Sensor
• Pressure/Tekanan
Jumlah dan jenis alat ukur flow/aliran tergantung dengan beban dan jumlah serta
rangkaian pass di dalam heater.
Gas hasil bakar harus dianalisa terutama kandungan oksigen, untuk keperluan
memeriksa kelebihan udara pembakaran dan perhitungan.
Carbon monoxide (combustible) dari gas hasil pembakaran (flue gas) diukur
untuk menilai defisiensi udara pembakaran.
Smoke density analyser juga diperlukan untuk melihat tingkat defisiensi udara
pembakaran dan tingkat pembakaran fuel oil.
• Control Valve
Control valve adalah salah satu jenis final element yg paling banyak digunakan di
industri proses, nyaris 95 %, dan memerlukan perhatian khusus mengingat
berhubungan langsung dengan fluida proses dan harganya yang sangat mahal.
control valve adalah barang yg canggih (gabungan antara mekanikal, electric &
proses).
Tugas sebuah Control Valve adalah melakukan langkah koreksi terhadap variabel
termanipulasi, sebagai hasil akhir sistem pengontrolan/pengendalian. Beberapa
Type Control Valve :
• Globe Valve
• Ball Valve
• Butterfly Valve
• Gate Valve
Di Pertamina jenis action control valve ini ditandai dengan warna hijau untuk
ATC/FO dan warna merah untuk ATO/FC. Sedangkan warna kusus untuk
emergency valve diberikan warna orange pada body membrannya.
Untuk melindungi dan menjaga kondisi operasi agar tetap dalam kondisi aman
setiap proses operasi dipasang suatu system yang dinamakan Safe Guarding
System (SGS). Safe Guarding System pada furnace/boiler dapat berupa alarm
ataupun automatic system untuk men-tripkan sebuah furnace/boiler. Untuk
Alarm system biasanya ditandai/diberi kode dengan L(low)/H(high) alarm, sedang
untuk triping system diberi code LL (low low) atau HH (high high). Beberapa safe
guarding system yang terpasang pada furnace/boiler adalah :
• Pre-Ignition (Pre-Purge, Purging Cycle)
• Manual Trip (emergency trip)
• Lower Fuel Pressure
• High Fuel Pressure
• Low Pilot Gas Pressure
• Low Fuel Oil Temperature
• Low/High Stack Temperature
• Loss Off Flame
1 Kepedulian keselamatan
4 Optimalkan O2
3▪ Penerapan
▪ Keterampilan dan
4 mekanisme formal
kemampuan ▪ Hasil-hasil dikaji dalam
▪ Meningkatkan keterampilan rapat operasi
frontline ▪ Visual board untuk
▪ Kunjungan lapangan untuk kemajuan yang dicapai
menunjukkan cara ▪ Peran dan
mengoptimasi dapur tanggungjawab
▪ Daftar kompetensi dan jadwal ▪ KPI
Optimasi boiler dan dapur (boiler and furnace optimization atau BFO) merupakan
serangkaian langkah yang diambil untuk meningkatkan operasi boiler dan dapur
secara berkesinambungan. Model yang digunakan sebagaimana gambar di
bawah ini.
1 Kepedulian keselamatan
4 Optimalkan O2
Pr
le
oc
op
es
Pe Safety
s
Equipment
Laporkan apabila anda mengetahui ada peralatan yang tidak berfungsi baik atau rusak
Hubungi Section Head anda melalui Shift Supervisor anda segera apabila anda mencurigai
ada sesuatu yang tidak benar
3.1.1.2 Safety Golden Rules utk Perilaku Aman pada Boiler dan Furnace
a. Ijin Kerja dan JSA yang benar
- Membuat Surat Ijin Kerja Aman (SIKA) sebelum memulai pekerjaan
apapun di lokasi Kerja.
- Memahami & melaksanakan persyaratan yang tertulis pada SIKA
- Memastikan periode SIKA masih berlaku.
a. Prosedur Start Up
Langkah-langkah persiapan
Kenakan alat pelindung diri (safety helmet, safety google, ear plug, coverall,
hand gloves, safety shoes)
Periksa posisi control valve pilot gas, fuel gas, fuel oil, atomizing steam dan flow
pass heater
Lakukan simulasi untuk memastikan semua trip system bekerja dengan baik
Tutup block valve fuel gas, fuel oil, pilot gas dan atomizing steam ke masing-
masing burner
Yakinkan steam trace dan steam trap di fuel oil system bekerja baik dan
atomizing steam siap digunakan
Buka semua valve block pilot gas, fuel gas, fuel oil di B/L
Lakukan drain kondensat untuk pilot gas dan fuel gas. (Untuk boiler, yakinkan
dilakukan prosedur leak test)
Jalankan sirkulasi fuel oil: fuel oil supply (B/L) → by pass furnace/boiler→ fuel oil
return (B/L)
Pastikan tidak terjadi valve passing pada pilot gas, fuel gas dan fuel oil ke
masing-masing burner
Pastikan guilotine, stack damper, air door, planum dan air register dalam posisi
terbuka
Siapkan ignitor
Langkah-langkah pelaksanaan
Memastikan sudah ada aliran di seluruh pass heater. (Untuk boiler, yakinkan
sudah tersedia sejumlah B/W di dalam steam drum dengan level yang aman)
Masukkan ignitor ke lubang penyalaan pilot kemudian buka valve pilot gas ke
burner, atur udara pembakaran jika diperlukan
Membuka block valve fuel gas ke burner perlahan-lahan sampai terbuka penuh
Yakinkan burner fuel gas menyala dan informasikan ke Panel bahwa burner fuel
gas telah menyala
Reset solenoid untuk fuel oil supply dan fuel oil return
Membuka valve by pass atomizing steam line fuel oil ke burner (spool)
Membuka block valve individual burner fuel oil dan block valve atomizing steam
ke masing-masing burner
Yakinkan burner fuel oil menyala dan informasikan ke Panel bahwa burner fuel
oil telah menyala
b. Prosedur Normal
2. Temperature outlet
3. Tubeskin temperature
4. Bridgewall temperature
- Individual main fuel trip; untuk mencegah akumulasi fuel yang tidak
terbakar dalam fire box, apabila terjadi tekanan fuel yang rendah atau
pengabutan yang jelek sehingga burner mati karena nyalanya tidak
stabil
- Heat off; menyetop fuel ke dapur tanpa mematikan pilot burner. Heat
off dilakukan bila terjadi kondisi operasi yang tidak normal pada down
stream proses (misalnya tekanan fraksinator terlalu tinggi, level
fraksinator terlalu rendah dll).
Langkah-langkah (generalized)
Langkah-langkah (generalized)
1. Tekan push button emergency shutdown di Control Room. Hal ini secara
otomatis menutup shut off valve Fuel Oil/fuel .
2. Yakinkan shut off valve fuel ke furnace/boiler menutup
3. Tutup kerangan burner Fuel Oil, steam atomizing, dan fuel gas.
4. Buka peep hole, secondary air, stack damper full open
5. Jalankan snuffing steam secara bertahap selama 15 menit (pastikan steam
telah kering dengan melakukan drain kondensat).
6. Flushing semua burner fuel oil yang sudah dimatikan sebelumnya.
7. Sirkulasi fuel oil dipertahankan (agar terhidar kebuntuan pipa fuel oil).
Flame impingement
Perubahan draft
Communication matrix
▪ Over heat duty ▪ Menurunkan intake hingga duty dapur < duty desain.
Hubungi shift supervisor
▪ Mengacu kepada communication matrix, shift supervisor
akan berkoordinasi sbb
– Informasikan kepada Head of Process HSC, SS, Prod.
Man
– Dapatkan advice dari HSE, CE/EKLC, MPS/REL/ME
– Ambil keputusan oleh Section Head
– Instruksikan oleh Shift Supervisor, dijalankan operator
▪ Tinggi api (flame pattern) ▪ Atur air register/ damper, kurangi beban, potong tekanan
melebihi 50 % untuk standar fuel oil. Hubungi shift supervisor
burner ▪ Bila belum berhasil, bersihkan burner tip dan rencanakan
penyetelan burner
Apabila kondisi Substandard masih terjadi, berikut hal yang harus dilakukan operator
Dalam kondisi khusus di mana stop tidak dapat dilakukan segera, pejabat terkait
bertanggungjawab atas prosedur khusus dan resiko yang harus disiapkan atas
keputusan tersebut
Patroli Peralatan
Pencatatan EquipmentReadiness Tracking
a. Kategori: Instrumentasi
Mengatur aliran dalam tube dan temperature sangat penting, karena dengan
mengusahakan batas minimum aliran dan berimbangnya temperature
masing-masing pass dari tube, maka terbentuknya coking dan fouling dalam
tube dapat dihindarkan.
Sehingga kondisi yang diamati selama audit atau pemeriksaan antara lain:
Kondisi dan lokasi jilatan nyala api. Jilatan nyala api ini merupakan
penyebab nomor 1 dari tube failure dan kerugian lainnya pada furnace
atau boiler.
Kondisi tinggi atau panjang nyala api, berapa % terhadap tinggi fire box.
Panduan berdasarkan best practice, bahwa panjang nyala api harus <
50% tinggi fire box dan panjang nyala api masing-masing burner harus
seragam. Terdapat beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan
nyala api yang panjang diantaranya adanya kebuntuan pasa orifices
bahan bakar, air register yang tidak berfungsi dengan baik. Draft yang
tidak sempurna.
Hasil pengukuran kandungan oksigen berlebih dari ruang radiant (diukur
pada gas buang dari cerobong). Pada kondisi gas firing, maka kandungan
oksigen min 2%, pada pengoperasian Forced draft kandungan oksigen
min 3% (equal flow) dan dan min 5% (non-equal flow). Selain itu
pengaturan kandungan oksigen tersebut dapat juga mengurangi panjang
nyala api. Pengaturan rasio bahan bakar dan udara yang seimbang
menghindari terjadinya peristiwa after burning yang sangat
membahayakan keselamatan operasi furnace atau boiler.
Bukaan kerangan bahan bakar yang baik. Yang perlu dihindari adalah
adanya kerangan pipa gas yang terjepit..
Air registers dapat dioperasikan dengan baik dan terbuka secara
berimbang / sama, hindari air register tertutup.
Kondisi burner tips yang bersih dan tidak buntu menjadi syarat untuk
pengoperasian burner. Hal-hal yang perlu dilengkapi antara lain
strainers, fuel filters. Dalam beberapa kasus perlu ditambahkan
coalescers yang dapat mengurangi kebuntuan burner tips.
Draft gauge bekerja dengan baik dan penunjukkan radiant draft. Dalam
beberapa referensi atau best practice disebutkan bahwa penunjukan
draft berkisar 0.1-0.3 inH2O, Tekanan positif menyebabkan firebox
heater rusak. Biasanya hal ini dapat menimbulkan furnace stop atau
trip.
Damper berfungsi dengan baik untuk pengaturan draft furnace atau
boiler.
Firebox dan viewports atau peep hole tertutup (sealed). Hal ini
menghindari adanya infiltrasi udara masuk ke ruang bakar. View
port/lubang intip dapat digunakan untuk melihat semua tube, hal ini
mempermudah antisipasi kondisi tidak aman pada seluruh tube.
O2-meter bekerja dengan baik. O2-analysers yang terkalibrasi secara
rutin (setiap triwulan) dan dicek dengan Testo analyser, akan
membantu mempertahankan kondisi pembakaran yang terkendali.
Tube hangers tidak patah atau terjadi pergeseran. Temperature yang
sangat tinggi merupakan faktor risiko terjadinya tube hanger yang patah
atau begreser. Beberapa kasus bisa dipasang isolasi tube support.
Refractory dalam kondisi baik. Temperature firebox yang tinggi
menyebabkan kerusakan refractory.
Tube bagian atap (roof tubes), tube yang berhadapan dengan paparan api
(Side wall tubes), penahan atap (roof supports), penahan dinding yang
berhadapan dengan paparan api (side wall supports), penahan dinding
terpanas (hottest side wall support), Lantai (floor), sudut-sudut refractory
(end wall refractory).
Bentuk dan format hasil pemantauan readines yang dimaksud dapat dilihat
pada Lampiran – 8.
Frekuensi
Tanggal Tanggal Frekuensi
Suku cadang penggantian yang Kondisi Statrus
Pemasangan penggantian Inspeksi
disarankan
Cara memonitor atau mendeteksi kondisi nyala api adalah sebagai berikut
Melalui lubang intip dari bawah dan samping (jangan lupa harus memakai
kaca mata anti silau)
Untuk meyakinkan dapat pula diprediksi dengan mengamati gas buang
keluar cerobong apakah mengeluarkan asap hitam atau putih.
Apabila nyala api tidak baik, resiko yang dapat terjadi adalah adanya potensi asap
atau menjilat tube, panjang api melebihi 1/2 tinggi ruang bakar, warna api keruh
dan mengakibatkan tube burst
Persiapan awal:
Meyakinkan ruang bakar bebas bahan bakar.
Meyakinkan kesiapan burner system.
Meyakinkan ketersediaan pasokan bahan bakar dan steam.
Hal utama yang harus dilakukan untuk mendapatkan nyala api yang aman dan
baik
Mengamati kondisi nyala api
Mengamati kondisi operasi yang terkait dengan nyala api (tekanan fuel,
steam, PDIC, bukaan air register, draft, bukaan damper, temperature fuel,
steam, TWT, BWT dll)
Mengamati kondisi burner tip
Apabila nyala api yang menyentuh tube/refractory, beberapa hal berikut harus
dilakukan
Mengamati kondisi operasi (tekanan fuel, steam, PDIC, bukaan air
register, draft, bukaan damper, temperature fuel, steam, TWT, BWT dll)
yang terkait dengan nyala api)
Mengamati kondisi burner tip
Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan kondisi operasi pengamatan
kepada petugas terkait
Mengatur kondisi operasi (tekanan fuel, steam, PDIC, bukaan air register,
draft, bukaan damper ).
Pengaturan dan penyeuaian beban burner
Agar nyala api tidak berasap dan berwarna jernih sesuai jenis bahan bakarnya,
api tetap berbentuk lurus; tidak menjilat tube, refractory dan burner tile serta
panjang api tidak lebih dari 1/2 tinggi ruang bakar, dan menjaga proses
pembakaran untuk menghindari terjadinya peristiwa after burning, selain
komunikasi dan koordinasi hasil pengaturan dengan pihak terkait (panelman,
supervisor, maintenance), berikut adalah beberapa hal berikut harus dilakukan
Burner:
Mengatur jumlah udara pembakaran melalui bukaan air register dan
pengaturan damper IDF/FDF (bila ada).
Pengaturan PDIC untuk atomisasi.
Furnace:
Mengatur draft melalui bukaan damper,
Fuel:
Memeriksa dan menjagakualitas bahan bakar
Beberapa permasalahan yang tipikal dan analisa yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut
Analisa:
Reaksi pembakaran tidak terjadi secara sempurna, yang akan mengakibatkan nyala
api berasap, melambai, afterburning, api tidak nyala (padam).
Cek beban furnace/boiler.
Langkah-langkah mengatasinya:
Tambahkan pasokan udara pembakaran yang cukup, amati kondisi burner (air
register).
Atur atau sesuaikan beban furnace/boiler.
Tekanan positif dalam firebox furnace namun draft harus tetap terjaga negatif
(vakum)
Analisa:
Nyala api tidak terkendali (liar) dan menjilat tube
Terjadi akumulasi panas pada firebox, berdampak pada kenaikan TWT dan BWT
Terjadi semburan api keluar melalui lubang intip (peep hole), explosion door dan
akan merusak struktur dapur.
Langkah-langkah mengatasinya:
Buka damper sesuai kebutuhan (lihat profil draft dapur)
Atur kondisi operasi dapur lainnya (tuning combustion)
Kualitas bahan bakar (viscositas dan heating value) mengalami penurunan secara
signifikan
Analisa:
Proses atomisasi tidak sempurna, pembakaran tidak sempurna, after burning,
terjadi lelehan fuel oil pada tip, kebakaran pada burner box, menimbulkan
soot (jelaga) pada tube dan bisa mengakibatkan hotspot/mengurangi umur
tube.
Burner tidak dapat nyala.
Langkah-langkah mengatasinya:
Naikkan temperature fuel oil, atur steam-fuel ratio melalui PDIC
Bersihkan burner set sesuai kebutuhan
Melakukan sootblowing pada sisi konveksi
Usulkan online cleaning
Ada 4 kondisi penting untuk mendapatkan nyala api (flame) yang baik yaitu
dapur, burner, burner gun/tips, dan fuel. Perlu dicatat bahwa jika peralatan tidak
dalam kondisi baik, pastikan bahwa peralatan tersebut termasuk dalam work
scope pemeliharaan/TA.
Heater dirancang pada tekanan draft negatif (0.1 sd 0.25) inH2O atau negatif (3
sd 6) mmH2O pada bagian atas sisi radiant. Heater harus dioperasikan dalam
kondisi tekanan draft negatif. Agar udara dari luar dapat masuk masuk dan gas
hasil pembakaran bisa keluar melalui cerobong.
Jika damper cerobong terlalu menutup, maka draft pada ruang bakar bagian atas
akan positif. Tekanan positif dapat mengakibatkan korosi baja (logam) karena
kondensasi gas bersifat asam.
Stack damper berfungsi untuk mengontrol tekanan draft firebox dan air register
di burner mengontrol excess air. Tekanan positif sering terjadi pada saat
operator mengotrol execss air menggunakan stack damper.
Combination Burner:
Kombinasi burner gas dan oil
Tidak direkomendasikan penggunaan untuk kedua fuel sekaligus
Catatan: Tekanan fuel yang rendah membuat ataomisasi yang jelek dan
pencampuran yang jelek pula.
Yang dimaksud dengan oksigen level pada hasil pembakaran di furnace adalah
prosentase kelebihan oksigen yang dihasilkan dari proses pembakaran hidrokarbon.
Oksigen level berkaitan dengan kelebihan udara (excess air - EA) karena unsur
oksigen merupakan bagian dari udara dengan komposisi 21% vol oksigen dan 79%
vol nitrogen, sehingga hubungan atau korelasinya dapat menggunakan rumus
praktis berikut:
EA = O2/(21-O2) x 100 %
Oksigen level yang berlebihan ataupun kurang dari kebutuhan akan memiliki
beberapa dampak sebagai berikut
Bila lebih:
Bila kurang:
Bila terdapat perubahan bahan bakar dari fuel gas ke fuel oil maka yang terjadi
adalah peningkatan kebutuhan oksigen untuk pembakaran
Fan
Mengurangi FDF output melalui discharge valve.
Furnace
Mengecek perbandingan draft dengan desain-nya, atur jika terlalu tinggi atau
terlalu rendah, dgn menggunakan stack damper atau IDF/FDF (jika
menggunakan).
Burner
Atur air register primer dan sekunder untuk distribusi udara pembakaran.
Burner:
Mengukur oksigen level
Mengatur jumlah udara pembakaran melalui bukaan air register dan
pengaturan damper IDF/FDF (bila ada)
Pengaturan PDIC untuk atomisasi
Furnace:
Mengatur draft melalui bukaan damper
Fuel:
Memeriksa dan menjaga kualitas bahan bakar
Portabel Analyser
O2 analyzer yang bisa dibawa operator untuk mengukur kandungan oksigen
pada cerobong gas buang.
Gambar 3.10 Relation Between Stack Loss and Stack Temperature for O2%
Hal-hal yang dapat dikendalikan atau diatur untuk memperoleh kondisi oksigen level
(kelebihan O2 dari kebutuhan stoichiometriknya) yang diinginkan pada proses pembakaran
antara lain:
Stack adalah suatu bagian dari unit furnace atau boiler yang berfungsi untuk
mengalirkan gas sisa pembakaran ke atmosfir
Stack loss adalah nilai panas yang hilang karena terbawa gas hasil pembakaran (
flue gas ) melalui stack.
Flue gas adalah gas buang yang dihasilkan dari proses pembakaran yang terdiri
dari unsur Carbon, Uap air, Panas dan gas emisi.
Draft adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengatur jumlah aliran udara pada
unit boiler/ furnace agar terjadi pembakaran yang sempurna
Stack loss salah satu factor yang mempengaruhi efisiensi furnace. Cara
meminimize stack losses adalah sebagai berikut :
Pembersihan fin tube/ stud tube didaerah convection section dengan cara
mechanical cleaning ( dilakukan pada saat unit/ dapur stop).
Temperature stack
Kandungan O2 excess
Tinggi rendahnya stack loss seringkali dipengaruhi oleh beberapa hal berikut,
termasuk:
Bukaan dumper.
O2 level.
Stack temperature
Salah satu contoh pengaruh fuel terhadap temperatur stack adalah sebagai
berikut:
Suatu boiler beroperasi menggunakan bahan bakar fuel oil, jika temperature
stacknya rendah < 200 °C, maka hal ini akan menyebabkan terbentuknya
condensate uap air yang terkontaminasi sulphur oxcide dari hasil pembakaran
fuel oil. Hal ini menyebabkan terbentuknya asam sulphur sehingga berpotensi
menyebabkan korosi dan fouling pada stack
Secara umum apabila temperature stack lebih dari 200 °C maka berikut adalah
hal-hal yang perlu dilakukan
Untuk dapat meminimasi stack loss, berikut adalah hal utama yang harus
diperhatikan
Dalam mengatur pembakaran agar sempurna, draft berfungsi vital. Salah satu
faktor utama yang mempengaruhi fungsi draft pada Boiler/ furnace adalah
Apabila flue gas temperature menyimpang secara signifikan dari kondisi operasi
normal, maka selain komunikasi dan koordinasi hasil pengaturan dengan pihak
terkait (panelman, supervisor, maintenance), sangat penting untuk memastikan
terjadinya hal berikut
Burner:
Mengatur oksigen level
Mengatur jumlah udara pembakaran melalui bukaan air register dan
pengaturan damper IDF/FDF (bila ada)
Mengatur bentuk api
Furnace/ Boiler:
Mengatur draft melalui bukaan damper
Melakukan soot blowing
Fuel:
Mengamati dan menjaga kualitas bahan bakar
Design
Periksa perbandingan target dan desainnya
Fuel
Berdasarkan S di fuel, tentukan titik embun asam (acid dew point) dan target
terendah stack T.
3.6.1 Sootblowing
Cleaning yang dilakukan dengan bantuan steam yang disemprotkan ke tube bagian
konveksi. Cleaning ini dilakukan secara rutin untuk mencegah ‘hard’ deposit” atau
kotoran debu yang tebal. Steam yang digunakan harus kerung (tidak boleh dalam
kondisi basah / terjadi kondensasi).
Cara yang dilakukan agar pelaksanaan sootblowing berjalan dengan aman dan
baik:
Selama soot blowing, maka kotoran jelaga yang menempel pada fin tube
akan rontok dan terbawa flue gas keluar stack, sehingga warna flue gas
menjadi hitam/ abu-abu.
Cleaning ini dilakukan dengan larutan kimia yang disemprotkan pada tube.
Dianjurkan untuk menggunakan jasa kontraktor yang sudah teruji dengan prosedur
yang tepat.
1. Approved Technology
Uji Chemical :
Pengaruh terhadap material tube.
Metode thickness measurement dan penetrant test
Observasi Field
Witness online cleaning untuk menggali informasi best practice performance
chemical dan efek operasional heater
2. Approved Brand
Pengamatan kondisi api dalam cabin furnace/boiler dilakukan melalui kaca intip
dengan menggunakan kacamatan safety.
Cabin loss adalah banyaknya energi/panas yang hilang di area cabin (ruang bakar)
Minimalisasi cabin loss lewat perawatan Bagaimana cara memonitor cabin loss?
operator dasar dan pemeliharaan integritas
heater box dan refractory
▪ Tutup semua lubang (manhole,
▪ Furnace wall T (maks 80-85’C
peephole) Tolok
▪ Pastikan explosion door tersegel rapat ukur dari aspek safety)
▪ Memastikan tidak ada bocoran di cabin
Operasional
▪ Mengendalikan kondisi nyala api
▪ Thermal gun infra merah
▪ Menjaga draft dengan cara mengatur Alat bantu
bukaan damper ▪ Kamera thermal imaging
▪ Mengatur temperatur furnace wall
Pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi apabila cabin loss terlalu tinggi
adalah sebagai berikut:
Menutup manhole,
Menutup peep hole jika posisi dalam keadaan terbuka
Melaporkan ke atasan dan atau rekan kerja untuk perbaikan isolasi jika
rusak
Mengendalikan bentuk nyala api apa sesuai dengan yang diharapkan
Memastikan explosion door tertutup rapat
Memastikan tidak ada bocoran di cabin.
Menjaga draft dengan cara mengatur bukaan damper.
Mengatur temperature furnace wall
Sebagian besar peristiwa fouling pada internal tube disebabkan oleh Coking dari
organic fouling dan scaling (salt deposit) dari inorganic fouling.
Coking adalah peristiwa fouling yang terbetuk karena adanya insoluble asphlatene
pada temperature Thermal Cracking. Langkah-langkah yang ditempuh untuk
menghindari coking yaitu:
3.8.2 Scaling
a. Mengusahakan distribusi aliran (laju alir) antar pass secara balance yang
bertujuan untuk memeratakan keseimbangan beban panas disetiap pass
dengan cara:
b. Mengatur aliran (laju alir) agar tidak terlalu rendah atau melebihi batas
maksimum flow rate (design) dengan cara:
Mengatur laju alir agar tetap diatas minimum flowrate yang diijinkan
Mengatur laju alir agar tidak melebihi batasan design.
Pengendalian Pembakaran
Pilot gas, fuel gas dan fuel oil yang masuk ke heater diatur dengan
pengendali tekanan untuk mengendalikan heat release pada burner.
Fuel gas and fuel oil dikotrol dengan PIC dan FCV masing-masing dan
sisanya diautr dengan
a. Lingkup Operator
Mengusahakan sistem kontrol beroperasi dengan mode otomatis “Auto
Mode”
Melakukan tindakan alternatif untuk mengatasi kondisi tidak normal
(kerusakan peralata dan kondisi operasi) yang berubah secara
mendadak.
Dokumen dan cara yang digunakan sama dengan yang dipergunakan pada langkah
review base line diatas.
Aktualisasinya dalam program BFO yaitu mewujudkan peran sebagai peribadi, yaitu:
Mampu menselaraskan tujuan pribadi dengan tujuan yang diharapkan
dari optimasi Boiler / Furnace (termasuk tujuan perusahaan).
Mendedikasikan tenaga, pengetahuan, dan ketampilan untuk
menwujudkan sasaran BFO
Faham peran dan tanggungjawab dalam tugas sehari-hari.
Aktualisasinya dalam program BFO yaitu mewujudkan peran dalam kelompok, yaitu:
Mampu menselaraskan tujuan pribadi dengan tujuan yang diharapkan
dari optimasi Boiler / Furnace (termasuk tujuan perusahaan).
Mendedikasikan tenaga, pengetahuan, dan ketampilan untuk
menwujudkan sasaran BFO
Faham peran dan tanggungjawab dalam tugas sehari-hari.
Nilai Pribadi, Memiliki tujuan (visi) untuk Mewujudkan peran sebagai peribadi
Perilaku dan merealisasikan peran
kepemimpinan Memiliki nilai-nilai pribadi yang Mampu menselaraskan tujuan
mendukung dan menjadikan pribadi dengan tujuan yang
sebagai perannya. diharapkan dari optimasi Boiler /
Mengerahkan segala daya upaya Furnace (termasuk tujuan
untuk mengajak kearah yang benar perusahaan).
Mendedikasikan tenaga,
pengetahuan, dan ketampilan untuk
menwujudkan sasaran BFO
Faham peran dan tanggungjawab
dalam tugas sehari-hari.
Kefahaman visi, Men-deliver nilai-nilai luhur pada Mewujudkan peran dalam kelompok
pola pikir, perilaku lingkungannya.
organisasi Membangun kerjasama kelompok Mampu menceritakan visi/tujuan BF
Bertanggungjawab mewujudkan kepada lingkungan kerjanya
tujuan ditetapkan organisasi dengan jelas
Mengajak, mendorong, memotivasi
(perusahaan)
lingkungan kerjanya untuk
menjalankan langkah-langkah BFO
dengan benar
Mewujudkansuasana kerja yang
harmonis kondusif, sehingga
tercipta kelompok kerja yang solid,
saling mendukung
PERTAMINA 0
Source: McKinsey
Gambar 4.1 Perubahan Perilaku dan Mindset untuk Sustainability
Akademi operasi
- PIC dari RU dan OPI akan menghadiri workshop pra-deployment
selama 2 hari
- Modul-modul kompetensi akan dibawakan di awal BFO
- Ada on-the-job training dengan workshop check-in dan lesson learnt
- Tim sentral akan mengadakan pulse check untuk:
- Tingkat ketaatan terhadap metodologi
- Kemajuan inisiatif
Komunitas praktisi
- Informal: email kelompok, newsletter
Akreditasi dilakukan kepada individu yang sudah mengikuti training mengenai BFO.
Cara melakukan akreditasi berbeda untuk jenjang Pemula dan Praktisi
Pemula Akreditasi pemula dilakukan dengan menggunakan dua alat ukur, yaitu
tes tertulis dan wawancara lapangan (field interview). Field interview hanya
dilakukan apabila individu sudah melewati tes tertulis
Tes tertulis meliputi 24 butir soal yang menguji peserta tentang 8 langkah utama
dalam BFO. Untuk setiap langkah utama tersebut individu akan diuji dalam tiga
tingkatan pemahaman yang berbeda, yaitu:
Praktisi
Untuk lulus diakreditasi menjadi seorang Praktisi, seorang individu harus
menyelesaikan 100% exercises yang ada di dalam workbook dan melewati review
dari panel sehingga dinyatakan lulus oleh Panel. Panel akan menyatakan lulus
apabila individu betul-betul menguasai 100% exercise yang diguide dalam
workbook
Akreditasi
Akreditasi BFO akan dilakukan dalam dua langkah: Pemula dan Praktisi
BFO accreditation
Overall
process In-class
“Praktisi”
and field “Pemula” accreditation Exercises
accreditation
training
BFO 'pre-
Module 1, Module 4, Module 7, requisite'
Module 2, Module 5, Module 8,
Module 3, … Module 6, … Module 9, …
1 Tim Pengawas RU: Kabag ECLC, Proc.Eng, ECLC Eng (admin: ECLC), MKs, OPI RU
2 BFO trainer: spesialis, OPI Central (admin)
SOURCE: BFO PERTAMINA 1
Panelman
Field operator
Engineer ECLC
Untuk level Praktisi hanya kelompok individu yang pekerjaannya langsung berkaitan
dengan operasi Boilers/Furnaces yang akan bisa melakukan akreditasi. Dengan
demikian, hanya Pemula dari kelompok Mandatory di atas yang akan diakreditasi
sebagai Praktisi.
Tim di RU meliputi
1. Kabag ECLC
3. Most-knowledgeable supervisors
Tracking progress akreditasi – mencatat siapa yang sudah diakreditasi dan siapa yang
sedang dalam proses, akan dilakukan dengan satu database terpusat yang diupdate
di RU dan dikonsolidasi di Pusat. Database ini akan terintegrasi dengan Knowledge
Portal yagn dimiliki Pertamina Pengolahan. Administrator utama – akan menjadi
owner dari tracking database— adalah OPI coach (Pusat) dan ECLC engineer (RU).
5.10 Proyeksi
Pada tahun 2010 diharapkan Pengolahan akan menyelesaikan akreditasi untuk
Pemula dan Praktisi sebanyak lebih dari 400 orang. Hal ini didasarkan pada asumsi
bahwa akreditasi Pemula dan Praktisi akan memiliki yield atau success rate tertentu,
yaitu 50% untuk Pemula dan 30% untuk Praktisi
Asumsi
• Pre-akreditasi di awal meliputi 20 MK dan 4 engineers (ECLC, PE) di setiap RU
▪ Setiap RU rata-rata 10 unit proses @ 2 orang MK (dari dua shift berbeda)
▪ 4 orang engineers (2 PE & 2 ECLC)
• Akreditasi operator
▪ RU rata-rata memiliki 120 operator B/Fs (10 unit proses @ 3 operator per shift)
▪ 50% yang diakreditasi Pemula lulus pada kesempatan pertama
▪ 30% yang diakreditasi Praktisi lulus pada kesempatan pertama
Approx. 20 MK +
Pemula
4 Eng + 60 Ops
in each RU
Approx. 20 Ops
Praktisi
Buku ini akan bermanfaat, apabila diikuti dan diterapkan dalam aktifitas sehari-hari dan
terus dilakukan penyempurnaan sejalan dengan kondisi di lapangan.
Memberikan panduan akreditasi secara lengkap dan praktis, untuk menjamin
ketersediaan kompetensi pekerja.
Baker I, “Safe Operation of Fired Heaters”, BP International Ltd, Operation Support Division,
BTS, Group Engineering and Technical Center, Britanic House, London EC2Y
9BU, 1986.
Charles E. Baukal, JR, “The John Zink Combustion Handbook”, John Zink Company, CRC
Press, 1st Edition, 2001.
Wiehe, IA, “Petroleum Fouling: Causes, Tools and Mitigation Methods”, Journal, 2002”.
_________ “Materi Kursus Heater & Boiler”, Shell Global Solution, 2008.
Antisipasi Penganganan
Eleminasi Pengurangan
Forced draught Jika percampuran udara dan bahan bakar dikehendaki lebih
baik, maka diperlukan forced draught fan (FDF). FDF
digunakan untuk memasok udara pembakaran pada burner.
Pada kondisi ini, terjadi tekanan positif dalam windbox yang
digunakan untuk mengalirkan (meniupkan) udara pada
burner.
Insiden Kejadian fatal
Induced draught Jika tinggi cerobong tidak mencukupi, maka induced draught
fan diperlukan. IDF ditempatkan dalam ducting antara heater
dan cerobong dan gas hasil bakar keluar dari heater.
Kompetitif Berdaya saing
Profitabilitas Keuntungan
Reliabilitas Kehandalan
Resistance Hambatan