Anda di halaman 1dari 96

Sambutan Vice President Refining Technology

Assalamu’alaikum warohmatullahi wa barokatuh,

Para Pengelola, praktisi dan pekerja yang saya banggakan,

Diiringi ucapan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, saya


menyampaikan rasa senang, bangga dan bersyukur atas usaha-usaha
dan peran seluruh anggota tim telah mewujudkan dan menyusun
sebuah karya buku yang berjudul “Buku Panduan Optimasi Boiler &
Furnace Kilang”. Hal ini merupakan prestasi yang menggembirakan bagi Direktorat
Pengolahan yang sedang mempersiapkan diri menjadi kilang yang memiliki sistem produksi
yang berkelas dunia. Karya ini merupakan salah satu wujud menuju kearah yang
dimaksudkan. Buku ini memiliki manfaat bagi semua pihak yang memerlukan panduan
dalam mengoperasikan boiler & furnace secara aman, handal, efisien dan berwawasan
lingkungan.

Buku ini tidak akan mencapai manfaat maksimal, berdaya guna dan berhasil guna, apabila
tidak benar-benar dan sungguh-sungguh diterapkan didalam pekerjaan sehari-hari secara
konsisten. Oleh karenanya, kami berharap dukungan dan komitmen semua pihak agar tetap
dengan semangat menerapkan dan memperbaiki hal-hal yang belum sempurna. Dalam
penerapannya, hendaknya mempertimbangkan dan menyesuaikan kondisi nyata di
lapangan dan melakukan penyesuaian-penyesuaian agar lebih komprehenship dan tepat
sasaran. Dalam penerapan buku ini, saya berharap pengguna buku ini memberikan masukan
untuk penyempurnaan, sedemikian hingga dapat dipergunakan secara praktek dan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.

Semoga usaha kita senantiasa mendapat bimbingan dan petunjukNya untuk membangun
proses pembelajaran, pengelolaan dan mewujudkan kilang semakin handal dan profitable
serta pada akhirnya dapat memberikan kontribusi dan kepercayaan dari stakeholder.

Selamat bertugas dan berkarya.

Jakarta, 01 April 2010

Wassalamu’alaikum warochmatullahi wa barokatuh,

Heru Supandriyo

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Kata Pengantar
Buku ini merupakan edisi perdana yang disusun oleh tim khusus yang terdiri dari tim pusat
dan unit dalam upaya membangun Sistem Produksi Pertamina – Pertamina Production
System (PPS). Buku ini memiliki judul “Buku Panduan Optimasi Boiler dan Furnace Kilang”
yang diperlukan untuk menjalankan kilang dan menjadi pelengkap dari operating manual
dan standard yang sudah ada operasional dalam kegiatan produksi kilang minyak secara
keseluruhan.

PPS merukapan serangkaian aktifitas yang menggabungkan seluruh kompetensi-kompetensi


dasar yang secara khusus dan dipadukan secara sinergi untuk menjalankan tujuan PPS
secara spesifik (dalam hal ini PPS Optimasi Boiler & Furnace) dan memberikan dampak yang
signifikan. PPS sendiri mengandung makna dua proses pembelajaran. Yaitu (1) Proses
pembelajaran dalam pengembangan dan pembuatan PPS dan (2) Proses pembelajaran
dalam penerapan (deployment).

Proses pembelajaran dalam pengembangan dan pembuatan PPS yang terdiri dari proses
pembentukan tim penyusun, proses mencari dan mengumpulkan pengalaman-pengalaman
di lapangan, proses mengembangkan model dan yang terakhir proses membuat materi dan
ini buku.

Proses pembelajaran dalam penerapan (deployment) yang meliputi proses penerapan atau
pengguliran PPS, proses akademi (upskilling, pembimbingan, pengarahan) penerapan buku
dalam aktifitas rutin, proses akreditasi dan proses evaluasi & penyempurnaan yang dalam
hal ini untuk kegiatan optimasi operasi boiler dan furnace di kilang minyak.

Pada akhir proses pembelajaran, diharapkan buku ini dapat membantu mewujudkan
sasaran: (1) terbentuk budaya pengelola dan operator boiler dan furnace yang lebih peduli
terhadap keselamatan operasi, kehandalan peralatan dan efisiensi penggunaan energi, (2)
peningkatan kompetensi operator yang kredible dan memenuhi persyaratan operasional
boiler dan furnace secara utuh. Dalam buku ini juga diberikan modul untuk keberlanjutan
program untuk optimasi boiler dan furnace.

Cetakan Perdana, 2010


Tim Penyusun

PT. PERTAMINA (PERSERO)


1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Dalam bisnis kilang modern yang sangat dinamis dan kompetitif, mendorong kilang-
kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki kinerja operasionalnya, agar mampu
memenangkan persaingan.

Kilang Minyak PT Pertamina (Persero) saat ini sedang melakukan proses


transformasi menuju kilang kelas dunia. Upaya yang ditempuh antara lain dengan
membangun sistem manajemen energi yang dikelola dengan baik dan
berkelanjutan.

Optimasi boiler dan furnace merupakan salah satu dari komponen dalam
pengelolaan sistem manajemen energi untuk kilang. Pertimbangan utama dalam
pengeloaan operasi furnace dan boiler dapat ditinjau dari beberapa perspektif:

a. Keamanan Operasi.
Keamanan operasi menjadi landasan utama untuk mencapai tujuan optimalisasi
boiler dan furnace. Keleluasaan pengaturan parameter operasi menjadi cukup
bebas hingga mencapai kondisi optimal dengan aman.

b. Kehandalan Peralatan.
Untuk menjamin roda operasi industri pengolahan kilang memerlukan tingkat
kehandalan peralatan. Pengelolaan kesiapan peralatan menjadi kunci untuk
kehandalan.

c. Efisiensi.
Konsumsi energi adalah komponen terpenting yang memiliki pengaruh langsung
terhadap tingkat keuntungan kilang. Rendahnya efisiensi energi dapat
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah rendahnya reliabilitas
peralatan, sistem manajemen energi yang buruk dan tidak optimalnya kondisi
operasi. Selain itu terdapat faktor eksternal yang terkait yaitu semakin ketatnya
peraturan lingkungan.

d. Lingkungan.
Emisi gas hasil pembakaran terdiri dari CO2, H2O, Sox, Nox, O2, dll. Semakin
banyak bahan bakar yang dibakar, semakin banyak pula emisi hidrokarbon yang

PT. PERTAMINA (PERSERO)


terbuang ke atmosfir. Hal ini akan mempengaruhi radiasi panas lingkungan dan
selanjutnya akan mempercepat efek rumah kaca.

Sehubungan dengan tujuan tersebut, maka pengelolaan dan kompetensi dari


aspek keselamatan operasi, kehandalan atau kesiapan peralatan boiler dan
furnace yang yang lebih intensif agar menghindari terjadinya kegagalan operasi
boiler dan furnace di kilang dan mingikatkan efisiensi boiler dan furnace,
menjaga lingkungan dan dampak yang dapat dirasakan selanjutnya adalah
meningkatnya daya saing perusahaan melalui penurunan biaya operasi kilang.

Hampir 60% biaya operasi dianggarkan untuk konsumsi energi atau bahan bakar
kilang. Dominasi penggunaan energi untuk operasi furnace dan boiler sendiri
mencapai hampir 90% dari biaya energi kilang.

Satu sisi kilang harus menjamin kelangsungan operasi boiler dan furnace, dan di
sisi lain terjadi perubahan secara alamiah sejalan dengan waktu terhadap
operator yang mengoperasikan boiler termasuk upaya pembinaan. Untuk
mempertahankan kompetensi dan ketersediaan tenaga kerja operasi boiler dan
furnace, maka sumber daya manusia (operator) harus dikelola dengan cermat.

Membangun Sistem Produksi Pertamina (Pertamina Production System - PPS) –


Optimasi Boiler & Furnace menjadi salah satu solusi yang perlu ditempuh.
Dengan jalan ini, maka kegagalan atau kejadian pada boiler dan furnnace harus
dieliminasi atau diantisipasi dengan meningkatkan keselamatan dan
meningkatkan kehandalan operasi furnace dan boiler. Selain itu, upaya
mempertahankan daya saing dan profitabilitas, memerlukan operasi boiler yang
lebih optimal dan efisien.

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan Buku Panduan Optimasi Boiler & Furnace Kilang mencakup 3
aspek people, proses, dan peralatan untuk mencapai kondisi yaitu:

1. Keselamatan operasi furnace dan boiler (Safe operation).


2. Kehandalan peralatan furnace dan boiler (Reliability dan equipment readiness).
3. Optimasi dan efisiensi furnace & boiler dan
4. Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari menjalankan panduan ini antara lain diperolehnya
kepercayaan stake holder kepada PT. Pertamina dalam pengoperasikan furnace dan
boiier karena:
1. Terhindarnya peristiwa insiden safety terkait boiler dan dapur
2. Terjaminnya kelangsungan operasi boiler dan dapur
3. Tercapainya tingkat efisiensi energi yang tinggi dan terwujudnya pengelolaan
energi kilang kelas dunia
4. Tumbuhnya kepedulian lingkungan hidup dengan mengurangi emisi gas buang.
5. Tersedianya sarana pengembangan operator boiler dan furnace.

1.4 Metoda yang Dipergunakan


Pembuatan buku ini berdasarkan pengalaman praktis pekerja atau para praktisi
boiler atau furnace, referensi teknis yang umum dipakai, dan best practice.
Pengalaman yang dipakai dalam hal ini adalah pengalaman yang telah teruji
memberikan cara yang tepat dan aman. Sedang referensi teksnis dan best practice
diperoleh berdasarkan penggunaan referensi atau acuan secara luas oleh kilang-
kilang sejenis di dunia.

Program akreditasi PPS BFO setelah akan dilakukan setiap periode 2 tahun.
Pengujian penerapan di lapangan dilakukan secara terpadu, pekerja diminta
menyampaikan pemahamannya dalam (paper test dan field interview) dan harus
mendemontrasikan ketrampilan pada setiap tahapan dengan menyebutkan secara
tertulis dan demo di lapangan secara langsung.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


2 Pengenalan dan Gambaran Umum

2.1 Prasyarat
Pengetahuan dasar yang harus dimiliki untuk menjalankon program optimasi boiler
dan furnace diantaranya:

1. Combustion
2. Furnace
3. Kilang Dasar
4. Boiler / Ketel Uap
5. Utilities Dasar
6. Water Treatment
7. Instrumentasi dasar
8. Distributed Control System
9. Programable Logic Control
10. Listrik Dasar
11. Pembangkit Listrik dan Distribusi Listrik
12. Kompresor
13. Pompa

2.2 Konsep Pembakaran


2.2.1 Reaksi Pembakaran

Pembakaran adalah reaksi kimia dari komponen bahan bakar yang terdiri dari
karbon, hidrogen dan sulfur dengan oksigen.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Tabel 2.1 Reaksi Pembakaran

Keterangan : 1 kj/kg = 0.429 BTU/lb


Oksigen untuk pembakaran diambil dari udara, yang terdiri dari 21% oksigen dan
79% nitrogen.

2.2.2 Excess Air

Karena percampuran yang sempurna antara bahan bakar dan sejumlah kebutuhan
teoritis udara pembakaran tidak selalu tercapai di dalam heater, maka perlu
menambah kebutuhan udara pembakaran berlebih (excess air).

Meski nitrogen tidak berperan dalam reaksi pembakaran, namun menyerap


sejumlah panas yang telah dibangkitkan dari reaksi pembakaran dan terbawa keluar
melalui cerobong. Oleh karena itu, untuk menghindari kehilangan panas melalui
cerobong yang berlebihan, perlu diatur excess air yang secukupnya.

Pembakaran tidak sempurna tidak saja menimbulkan pemborosan tetapi juga sangat
berbahaya, karena:
 Bahan bakar yang tak terbakar akan terbakar dan kemungkinan terjadinya
ledakan seandainya bertemu dengan udara.
 Bahan bakar yang tak terbakar dapat menyala pada saluran-saluran (ducting)
pada cerobong jika ada udara masuk (bocor).

2.3 Konsep Perpindahan Panas

Heater adalah alat penukar panas yang memiliki ukuran relatif sangat besar. Energi
dipindahkan dari panas yang dibebaskan dari pembakaran fuel. Perpindahan panas
radiasi merupakan perpindahan panas yang paling signifikan dalam heater.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Radiasi

Perpindahan panas radiasi terjadi seperti gelombang ringan. Ada sinar yang tampak
dipancarkan oleh nyala api. Hal ini disebut dengan radiasi nyala api. Bahan bakar gas
terdiri dari hidrokarbon, ketika hidrokarbon terbakar akan menghasilkan CO 2 dan
H2O. Keduanya merupakan molekul polar yang bergetar dan melepaskan pancaran
panas sampai suhu tertentu. Nitrogen dari udara tidak meberikan panas pada radiasi
ini.

Perpindahan panas oleh gelombang secara langsung dari sumber panas atau
dipancarkan ulang refleksi permukaan.

Q = T4hot - T4cold
Perpindahan panas secara radiasi mengikuti persamaan berikut :
Qradiant = σ є A (T4-t4), dimana:
σ = konstante Stefan Boltzman.
є = emmisivity dari gas
A = luas permukaan absorbsi radiasi
T= temperature gas hasil pembakaran ( flue gas)
t = temperature dari permukaan dingin yang mengabsorbsi panas radiasi

2.3.1 Konveksi

Perpindahan panas konveksi, adalah aliran gas panas melintasi tube. Hal ini adalah
mekanisme perpindahan panas utama pada daerah konveksi heater.

Perpindahan panas melalui aliran fluida atau uap yang memerlukan kontak langsung.
Perpindahan panas ini memiliki driving force perbedaan temperature. Tergantung
dari sifat fluida dan geometris.

Q = h A (Thot - Tcold)
Perpindahan panas secara konveksi, mengikuti persamaan sebagai berikut :
Q= (U)(A)(LMTD), dimana :
U= Overall heat transfer coefficient
A= Luas permukaan pipa
LMTD = log mean temperature difference
Bila fuel dibakar, panas yang dihasilkan akan menaikkan temperature flue gas,
dengan mengikuti persamaan sebagai berikut :

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Bila fuel dibakar, panas yang dihasilkan akan menaikkan temperature flue gas,
dengan mengikuti persamaan sebagai berikut :
∆ Hc= ∑ (Wi)( Cpi)(∆ T),
dimana :
∆ Hc = panas pembakaran dari fuel
Wi = mass ( berat) dari component flue gas
Cp = heat capacity dari component flue gas
∆ T = temperature akhir dari campuran flue gas dikurangi temperature dari fuel
dan dan udara yang masuk ke burner.

2.3.2 Konduksi

Perpindahan pakas konduksi, adalah aliran perpindahan panas melalui benda padat
seperti ketebalan tube. Panas harus dipindahkan ke tube dan dari tube ke fluida
proses. Laju perpindahan panasnya relatif lambat karena sejumlah massa logam. Hal
ini mengapa temperature controller pada heater diset lambat.

Perpindahan panas melalui benda padat ini sangat tergantung pada thermal
conductivity dari benda padat tersebut (dalam hal ini logam). Driving force yang
mendorong perpindahan panas adalah perbedaan temperature.

k
Q A(Thot  Tcold )
L

Baja yang digunakan biasanya memiliki konduktivitas yang tinggi. Resistance


aliran panas biasanya 15°F-50°F (7°C-25°C) diatas suhu film proses.

2.4 Heater dan Boiler


Heater adalah alat penukar panas yang memiliki ukuran relatif sangat besar. Energi
dipindahkan dari panas yang dibebaskan dari pembakaran fuel. Perpindahan panas
radiasi merupakan perpindahan panas yang paling signifikan dalam heater.

Beberapa variasi rangkaian heater misalnya single and double fired, Top and bottom
supported tubes, Vertical and Horizontal radiant tubes. Vertical Cylindrical sering
digunakan di kilang minyak.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Fungsi heeter untuk keperluan operasi kilang meliputi pemanas aliran fluida
sebelum masuk reaktor, pemanas aliran fluida sebelum masuk fraksionator,
pemanas untuk craking black oil dan fungsi lainnya.

Gambar 2.1 Bagian-bagian Furnace

Tube dalam heater adalah berbentuk pipa. Karena firebox beroperasi pada kisaran
1450°F (790°C), refractory lining diperlukan untuk menjaga casing sekitar 200°F
(93°C).

Fluida proses masuk pada sisi atas bagian konveksi dan mengalir ke bawah
berlawanan arah dengan aliran gas hasil pembakaran (flue gas). Sebagian besar
perpindahan panas terjadi pada bagian radiasi. Kira-kira 70% beban proses diserap di
daerah radiasi dan 30% diserap daerah konveksi.

Campuran bahan bakar dengan udara pembakaran mengahasilkan panas untuk


aliran proses. Tinggi nyala api antara 1/3 sampai 1/2 dari tinggi firebox. Gas hasil
pembakaran membutuhkan waktu tinggal untuk memindahkan panas pada heater.
Shock tubes menerima laju perpindahan panas secara penuh, biasanya 10,000
Btu/h-ft2 (27,125kcal/h-m2) ditambah aliran gas panas berupa perpindahan
konveksi sebesar 5,000 Btu/h-ft2 (13,563kcal/h-m2),

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Gambar 2.2 Susunan Furnace Lengkap

Kebanyakan rancangan heater jenis lama berbentuk kabin. Heater jenis horizontal
memerlukan luas tanah yang lebih banyak. Biasanya 15-20% lebih mahal dibanding
heater jenis vertikal.

Dalam perkembangan saat ini, jenis heater yang sering digunakan adalah jenis
silinder vertikal untuk menghemat biaya dan bidang tanah. Jenis silinder vertikal
memiliki bagian radiant yang lebih tinggi dan cocok untuk burner yang menghasilkan
nyala api tinggi dan rendah NOx.

Permasalahan umum heater silinder vertikal adalah jarak antara tube dan burner
yang tidak cukup untuk menjaga atau menghindari sentuhan api pada tube.

Rancangan heater yang murah memiliki rasio L/D 2.7 sd 3.0. Hal ini menghasilkan
jarak tube dan burner yang tidak baik dan meimbulkan jilatan api. UOP menemukan
rancangan rasio L/D optimal 1.5 sd 2.0 untuk tube vertikal. UOP membatasi panjang
api 60 feet (18.3 meters) untuk heater vertikal.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Gambar 2.3 Tipe-tipe Furnace

Gambar 2.4 Tipe Furnace Lengkap

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Tabel berikut memberi gambaran berbagai penggunaan heater di kilang
perminyakan, uraian keperluan proses, fungsi heater pada sistem proses, beban
panas heater, temperature fluida (COT) yang dihasilkan oleh heater.

Tabel 2.2 Kebutuhan Panas untuk Proses Kilang

Sebelum menjalankan optimasi boiler dan furnace, perlu mempelajari komponen


dasar yang terkait pada heater atau boiler. Pemahaman ini bermaksud memberikan
batasan topik yang terkait.

2.4.1 Sootblowers

Deposit dari akibat proses pembakaran cenderung muncul pada permukaan luar
tube di bagian konveksi. Deposit ini akan mengurangi laju perpindahan panas dari
gas hasil bakar ke aliran fluida yang mengalir di dalam tube. Jika terus dibiarkan akan
menghambat aliran gas buang yang mengalir keluar heater. Hal ini akan
menyebabkan loss of draught di dalam firebox.

Dampak dari fouling pada sisi konveksi adalah penggunaan fined tubes dan oil firing.
Beberapa heater dilengkapi dengan sootblower untuk membersihkan jelaga atau
deposit pada tube konveksi dengan bantuan steam.

Ada dua tipe sootblower yaitu fixed lances atau retractable lances yang biasanya
dipasang pada sisi dinding konveksi.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Burners
Ada beberapa jenis bahan bakar yang dipergunakan pada heater. Bahan bakar cair
dari distillate ringan sampai dengan minyak residue berat seperti visbroken residue.
Bahan bakar gas mengandung campuran komponen gas dari hidrogen hinga butana.

Kebanyakan heater mampu mengakomodasi bahan bakar cair dan gas. Dalam
beberapa kasus bahan bakar cair dan gas dibakar pada saat bersamaan (dual firing).

Komponen rakitan burner terdiri dari:


a. Plenum
b. Air register
c. Windbox
d. Quarl (Muffle block)
e. Oil burner
f. Oil burner safety interlock
g. Gas burner
h. Pilot burner
i. Igniter port
j. Primary block (Recon title)
k. Swirler

Beberapa heater dilengkapi dengan pemantik (Igniter) dan sebagian tidak dilengkapi
dengan pemantik.

2.4.2 Tubes

Pada pembahasan tube difokuskan pada jenis tube dan batasan maksimum tube skin
temperature-nya.

Mengapa?, dengan mengenal jenis tube kita dapat memprediksi kemampuan dan
ketahanan tube terhadap beban panas. Indikasi yang paling praktis mengetahui
kemampuan ketahanan tube adalah tube skin temperature dan bridge wall
temperature yang dapat dipantau secara langsung menggunakan thermocouple atau
alat deteksi portable.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Tabel 2.3 Batasan Maksimum Skin Temperature

Choice of heater –tube materials is restricted by limiting design metal temperature


o
Material Type or grade Limiting metal temperature, F
Carbon steel B 1,000
Carbon - ½ Mo T1 orP1 1,100
1¼ Cr - ½ Mo T11 or P11 1,100
2¼ Cr - 1 Mo T22 or P22 1,200
5 Cr - ½ Mo T5 o5 P5 1,200
7 Cr - ½ Mo T7 or P7 1,300
9 Cr – 1 Mo T9 or P9 1,300
18 Cr – 8 Ni 304 or 304 H 1,500
16 Cr – 12 Ni – 2 Mo 316 or 316 H 1,500
18 Cr – 10 Ni - Ti 321 or 321 H 1,500
18 Cr – 10 Ni - Cb 347 or 347 H 1,500
Ni- Fe - Cr Alloy 800 H 1,800
25 Cr – 20 Ni HK-40 1,800

Maximum tip temperature for some materials used in extended surface devices

Extended surface material Tip temperature, oF


Fins:
Carbon steel 850
5 Cr 1,100
11-13 Cr 1,200
18 Cr- 8 Ni 1,500

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Studs:
Carbon steel 950
5 Cr 1,100
11-13 Cr 1,200
18 Cr- 8 Ni 1,500

Limiting metal temperatures for some materials used to fabricate tube supports

Material Type or grade Limiting design metal


temperature, oF
Carbon steel A-283 Grc 800
5 Cr - ½Mo Gr C5 1,150
Alloy cast iron A319 Class III Type C 1,200
18 Cr – 8 Ni Gr CFB 1,400
25 Cr – 12 Ni Type II 1,800
50 Cr – 50 Ni 1,800
50 Cr – 50 Ni - Cb IN 657 1,800
60 Cr – 40 Ni 1,900
25 Cr – 20 Ni Gr HK 40 2,000

Flue gas temperature restricts use of damper materials

Material Gas temperature, oF


Carbon steel 900
Cast Iron 900
Alloy cast Iron 1,000
11 ~13 Cr 1,200
18 Cr – 8 Ni TP 304 1,500
25 Cr – 12 Ni TP 309 1,800
25 Cr – 20 Ni TP 310 1,800

PT. PERTAMINA (PERSERO)


PT. PERTAMINA (PERSERO)
Gambar 2.5 Oil Burner Safety Interlock

PT. PERTAMINA (PERSERO)


2.5 Sistem-Sistem Terkait
2.5.1 Sistem Bahan Bakar

a. Sistem Pilot

Ada 3 tipe pilot gas yang umum digunakan yaitu:

 Low voltage carbon arc type, sangat cocok untuk penyalaan pilot (dan
burner gas bila pilot tidak tersedia).
 Low voltage high tension spark type, menghasilkan percikan seperti pada
spark plug kendaraan bermotor, cocok untuk pilot dan burner gas.
 Propane flame torch dengan pipa pasokan udara, sangat cocok untuk
pilot, burner gas dan burner oil.

Sistim pilot, gas dipasok dari sumber gas yang bersih (sweet gas – bebas gas
Hidrogen Sulfida) yang terpisah dari sistem bahan bakar gas. Jika termasuk
dalam sistem fuel gas, maka pasokan gas harus digunakan.

Gas untuk pilot dipasok ke heater melalui:


 Condensate KO Drum
 Kerangan yang dipasang pada lokasi yang aman
 Dua buah filter untuk menyaring benda pata yang dapat membuntu
pilot tip
 Bubble tight shut-off valves.
 A Self operating pressure reducing valve untuk mengotrol tekanan
pasokan gas pada 0.35 bar.
 Local isolating valve pada masing-masing burner.

b. Sistem Bahan Bakar Gas

Beberapa kilang menampung gas yang terdiri dari methana, ethana, propana,
butana, hidrogen dan beberapa hidrogen sulfida.

Methana dan ethana bisanya dibakar karena terlalu mudah menguap


(volatile) sebagai bahan bakar gas.

Propana dan butana dapat dimasukkan ke sistem bahan bakar gas bila
memperoleh kondisi permintaan pasar telah dicukupi atau off-specification.
Meskipun demikian harus dipertimbangan nilai pasar bila harus
PT. PERTAMINA (PERSERO)
menggunakan bahan bakar gas (LPG) bila dibandingkan dengan bahan bakar
cair.

Hampir sebagian besar kilang membersihkan dahulu hidrogen sulfida dari


bahan bakar gas sebelum masuk ke dalam sistem bahan bakar. Hal ini untuk
menghindari buntunya burner tip karena kerak produk korosi. Pertimbangan
lain misalnya membatasi jumlah sulfur dioksida yang bakal terjadi di atmosfir.

c. Sistem Bahan Bakar Cair

Bahan bakar cair yang dimaksud misalnya vacuum residue, atau campuran
dari beberapa sumber. Kualitasnya sangat bervariasi tetapi nilai bakar per
kilogramnya relatif konstan. Sifat utama yang mempengaruhi operasi burner
yang efisiensi adalah viscositas bahan bakar cair (fuel oil) pada burner.
Viscositas pada burner yang baik terletak pada kisaran 15 – 20 centistokes.

Untuk mencapai heater, fuel oil harus melewati:


 Remote isolating valve yang terletak pada tempat yang aman
 Dual filter untuk memisahkan material padat yang dapat membuntu
burner
 Bubble tight safety shut-off valves.
 Process control valve (PCV) untuk mengontrol tekanan aliran
downstream.
 Local isolating valve pada masing-masing burner.

Sambungan untuk purging dipasang pada daerah downstream valve (local


atau remote) untuk membersihkan sisa fuel oil dalam pipa sampai dengan
burner. Sedang media untuk melakukan purging adalah dari sumber yang
sama dengan atomizing steam.

2.5.2 Sistem Kontrol

Komponen Sistem Kontrol terdiri dari 4 komponen yang memiliki peran yang
berbeda. Keempat komponen yang dimaksud terdiri dari (1) Sensor, berfungsi
memberi sinyal dari parameter yang diukur. Biasanya sensor berupa orifice,
temperature element, switch, dll ; (2) Transmiter, berfungsi menerjemahkan
sinyal analog menjadi sinyal digital dan selanjutnya mengirimkan ke controller.
Transmiter ini berupa integrator ; (3) Controller, berfungsi memproses
(melakukan komputasi) terhadap selisih sinyal dan set point dan mengubahnya

PT. PERTAMINA (PERSERO)


menjadi suatu informasi arus listrik (4 – 20 mA) yang digunakan untuk
memerintahkan perubahan pada final elemen; (4) Final Element, berfungsi
sebagai komponen dalam sistem kontrol yang menjalankan perintah dari
controller.

Untuk mengontrol dan memonitor kondisi sebuah Heater maka dilengkapi


dengan suatu pengendali sederhana yang dapat dioperasikan dengan manual
atau sistim otomatis baik menggunakan teknologi sederhana ataupun dengan
teknologi baru yang sangat canggih. Sebuah loop sistem kendali proses (Process
Control System) terdiri dari sensor (Flow, Temp,Pressure, Level, analyzer dll),
transmitter (4-20 mA/ maupun pneumatic 3-15 Psig), controller (berisi PID
algorithm maupun Advanced Process Control sperti MPC, Fuzzy, JSTdll), final
element (control valve, damper, motor). element2 loop kontrol tersebut saling
mempengaruhi, contohnya secanggih apapun controllernya (DCS/PLC/SCADA) yg
dilengkapi dgn algoritma canggih (MPC, JST dll) namun apabila control valvenya
jelek (Oversized or undersized), maka pengendalian tidak stabil.
Instrumentasi pada suatu unit proses ditempatkan sesuai kebutuhan
pengoperasian unit tersebut yaitu local (field Instrument) atau jarak jauh
(Remote Location). Seorang operator diwajibkan untuk mampu mengoperasikan
dan memahami semua indikasi yang ditunjukkan oleh peralatan-peralatan
Instrument proses pembakaran, kebutuhan proses heater dan seluruh
pengendali heater di lingkungannya.

1. Sensor

Beberapa peralatan Sensor yang digunakan untuk mengukur kondisi sebuah


Furnace/Boiler adalah :
- Temperatur
- Pressure (Tekanan)
- Flow (Aliran)
- Analyzer
• Temperature

Alat yang digunakan untuk mengukur temperature Furnace/Boiler digunakan


Thermocouple sebagai sensor. Temperatur tersebut dapat dilihat dari local
ataupun Control Room. Untuk Temperatur lokal biasanya dapat langsung dilihat
pada jarum yang ditunjukkan oleh indicator tersebut, untuk temperatur yang
dilihat di control room didapat dari sinyal yang dibangkitkan thermo element
(thermocouple) yang alirkan ke Control Room.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Secara tipikal, untuk temperature sampai dengan 400 °C, memiliki tingkat
keakurasi ± 3°C, sedangkan untuk pengukuran pada 1000 °C, memiliki tingkat
keakurasi ± 10°C.

Gambar 2.6 Local Temperature

Gambar 2.7 Thermo element

Thermocouple harus selalu diperiksa dan dilakukan perbaikan/penggantian bila


terjadi indikasi yang dianggap tidak sesuai atau rusak.

Beberapa temperatur yang harus diperhatikan dalam pengoperasian


boiler/furnace adalah :
a. Temperature Firebox
b. Temperature Bagian Konveksi
c. Temperature Cerobong
d. Temperature Fluida Proses
e. Tube Skin Temperature
f. Temperature Bahan Bakar
g. Temperature Udara Pembakaran
h. Temperature flue gas
i. Temperature fuel oil

• Pressure/Tekanan

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Untuk memonitor tekanan dalam Furnace/Boiler System digunakan Local
Pressure Indicator baik analog (Pressure Gauge) maupun digital. Sedangkan
untuk monitoring pada control room sinyal diperoleh dari Pressure Transmitter
sesuai dengan tekhnologi yang digunakan.

Gambar 2.8 Pressure Indicator

Gambar 2.9 Pressure Transmitter

Beberapa Pressure/tekanan yang harus diperhatikan dalam sistim boiler/furnace


adalah :
a. Tekanan aliran proses dan pressure drop masing-masing pass.
b. Tekanan fuel oil, fuel gas dan pilot gas pada header dan pada manifold
burner. Perbedaan tenakan mengindikasikan adanya kebuntuan filter.
c. Tekanan atomizing steam pada sisi hilir control valve..
d. Tekanan udara pembakaran
e. Draft (Draught) pada plenum burner, firebox pada sejajar tingkatan burner,
inlet/outlet sisi konveksi, sebelum/sesudah damper cerobong (atau IDF).

PT. PERTAMINA (PERSERO)


• Flow/Aliran

Jumlah dan jenis alat ukur flow/aliran tergantung dengan beban dan jumlah serta
rangkaian pass di dalam heater.

Flow/aliran yang harus diperhatikan dalam sistim boiler/furnace adalah :


a. Aliran fulida proses, diukur pada sisi masukan gabungan (common inlet) dan
aliran masing-masing pass (individual pass flow). Yakinkan tidak ada penguapan
saat melintasi orifice plate, hal ini akan mengakibatkan fluktuasi dan aliran yang
tidak stabil. Pada kondisi ini operator harus meningkatkan tekanan sistem atau
menurunkan temperature preheat.
b. Aliran Bahan Bakar dan udara (fuel oil, fuel gas dan udara pembakaran),
diukur untuk kebutuhan efisiensi operasi
c. Aliran atomizing steam dan aliran pilot gas, juga memiliki tujuan
pertimbangan efisiensi.

• Analyzer (Alat Ukur Analitik)

Gas hasil bakar harus dianalisa terutama kandungan oksigen, untuk keperluan
memeriksa kelebihan udara pembakaran dan perhitungan.

Instrumentasi yang digunakan untuk pengukuran kandungan gas/udara dalam


suatu furnace/boiler biasanya menggunakan instrument analyzer.

Carbon monoxide (combustible) dari gas hasil pembakaran (flue gas) diukur
untuk menilai defisiensi udara pembakaran.

Smoke density analyser juga diperlukan untuk melihat tingkat defisiensi udara
pembakaran dan tingkat pembakaran fuel oil.

• Controller (Analog Controller / Digital Controller)


Controller adalah suatu alat pengendali yang berfungsi untuk mengatur kondisi
operasi suatu unit operasi. Kontroller ada dua jenis yaitu Local Controller (posisi
detempatkan di area unit operasi (field) dan Remote Controller yaitu controller
yang dioperasikan dari control room(analog/digital/Micro Processor/Komputer).

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Gambar 2.10 Analog Controller

Final Element (control valve, damper, motor)

• Control Valve

Control valve adalah salah satu jenis final element yg paling banyak digunakan di
industri proses, nyaris 95 %, dan memerlukan perhatian khusus mengingat
berhubungan langsung dengan fluida proses dan harganya yang sangat mahal.
control valve adalah barang yg canggih (gabungan antara mekanikal, electric &
proses).
Tugas sebuah Control Valve adalah melakukan langkah koreksi terhadap variabel
termanipulasi, sebagai hasil akhir sistem pengontrolan/pengendalian. Beberapa
Type Control Valve :
• Globe Valve
• Ball Valve
• Butterfly Valve
• Gate Valve

Gambar 2.11 Control Valve

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Dilihat dari action terhadap sinyal dari controller, sebuah control valve dibedakan
dalam 2 jenis :
- ATO (Air To Open) atau FC (Failure Close)
Control valve type ini akan membuka jika diberikan supply angin dan akan
menutup jika terjadi kegagalan (tidak ada supply angin)
- ATC (Air To Close ) atau FO (Failure Open)
Control valve type ini akan menutup jika diberikan supply angin dan akan
membuka jika terjadi kegagalan (tidak ada supply angin)

Di Pertamina jenis action control valve ini ditandai dengan warna hijau untuk
ATC/FO dan warna merah untuk ATO/FC. Sedangkan warna kusus untuk
emergency valve diberikan warna orange pada body membrannya.

Pada prinsipnya mengakomodasi aspek safety operasi, menghindari resiko bila


tidak tersedia udara instrument. Berikut contoh penggunaan sistem kontrol di
furnace/boiler:
 Untuk sistem fuel, biasanya menggunakan ATO
 Untuk sistem flow ke furnace, biasanya menggunakan ATC

2. Safe Guarding Sistem

Untuk melindungi dan menjaga kondisi operasi agar tetap dalam kondisi aman
setiap proses operasi dipasang suatu system yang dinamakan Safe Guarding
System (SGS). Safe Guarding System pada furnace/boiler dapat berupa alarm
ataupun automatic system untuk men-tripkan sebuah furnace/boiler. Untuk
Alarm system biasanya ditandai/diberi kode dengan L(low)/H(high) alarm, sedang
untuk triping system diberi code LL (low low) atau HH (high high). Beberapa safe
guarding system yang terpasang pada furnace/boiler adalah :
• Pre-Ignition (Pre-Purge, Purging Cycle)
• Manual Trip (emergency trip)
• Lower Fuel Pressure
• High Fuel Pressure
• Low Pilot Gas Pressure
• Low Fuel Oil Temperature
• Low/High Stack Temperature
• Loss Off Flame

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Contoh Safe Guarding System sederhana sbb:

Gambar 2.12 Safe Guarding System

2.6 Optimasi Boiler & Furnace


Optimasi boiler dan furnace dapat dilakukan dalam beberapa langkah yang
terpadu. Langkah-langkah tersebut dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok
langkah dasar dan langkah wajib. Sedang untuk menjamin keberlanjutan
program optimasi boiler dan furnace dapat dilakukan 4 langkah-langkah
strategis.

2.6.1 Langkah – Langkah Dasar

Yang termasuk dalam kelompok - Langkah-Langkah Dasar antara lain:

 Kepedulian safety dan mechanical integrity boiler dan furnace


 Perilaku dan kepemimpinan operasi boiler dan furnace
 Review kondisi awal dan akhir boiler dan furnace

2.6.2 Langkah – Langkah Wajib

Yang termasuk dalam kelompok - Langkah-Langkah Wajib antara lain:

 Kontrol nyala api


 Optimalkan oksigen level
 Minimize stack loss
 Minimize cabin loss
 Minimize coking and fouling

PT. PERTAMINA (PERSERO)


 Optimalkan flow
 Optimalkan proses kontrol
.

1 Kepedulian keselamatan

2 3 Kontrol nyala api 10

4 Optimalkan O2

5 Minimize stack loss

Review kondisi awal 6 Minimize cabin loss Evaluasi kondisi


Minimize coking
7
dan fouling
8 Optimalkan flow
Optimalkan
9
proses kontrol

11 Perilaku dan kepemimpinan

Gambar 2.13 Model Boiler Furnace Optimization

2.6.3 Langkah Keberlanjutan

Yang termasuk dalam langkah-langkah untuk menjamin keberlanjutan terdiri dari


4 langkah sebagaimana model di bawah ini. Langkah-langkah yang dimaksud
terdiri dari:
 Pemberian contoh panutan yang nyata
 Membangun pengertian dan pemahanan secara konsisten
 Penerapan mekanisme formal yang tegas
 Pembangunan keterampilan dan kemampuan secara rutin

PT. PERTAMINA (PERSERO)


1▪ Pemberian contoh ▪ Membangun
2
panutan secara nyata pengertian dan
(visible role-modeling) pemahaman
▪ Menciptakan daftar kegiatan (understanding and
manajemen; seperti: conviction)
kunjungan dapur ▪ Menciptakan sebuah
manajemen, dll kisah perubahan; contoh:
sosialisasi manajemen
tentang pentingnya
efisiensi dapur, dll
Optimasi
boiler dan dapur

3▪ Penerapan
▪ Keterampilan dan
4 mekanisme formal
kemampuan ▪ Hasil-hasil dikaji dalam
▪ Meningkatkan keterampilan rapat operasi
frontline ▪ Visual board untuk
▪ Kunjungan lapangan untuk kemajuan yang dicapai
menunjukkan cara ▪ Peran dan
mengoptimasi dapur tanggungjawab
▪ Daftar kompetensi dan jadwal ▪ KPI

Gambar 2.14 Model Langkah untuk Menjamin Keberlajutan

PT. PERTAMINA (PERSERO)


3 Langkah-Langkah Optimasi Boiler &
Furnace

Optimasi boiler dan dapur (boiler and furnace optimization atau BFO) merupakan
serangkaian langkah yang diambil untuk meningkatkan operasi boiler dan dapur
secara berkesinambungan. Model yang digunakan sebagaimana gambar di
bawah ini.

1 Kepedulian keselamatan

2 3 Kontrol nyala api 10

4 Optimalkan O2

5 Minimize stack loss

Review kondisi awal 6 Minimize cabin loss Evaluasi kondisi


Minimize coking
7
dan fouling
8 Optimalkan flow
Optimalkan
9
proses kontrol

11 Perilaku dan kepemimpinan

Gambar 3.1 Model Optimasi Boiler & Furnace untuk Kilang

Kepedulian akan keselamatan (butir - 1) merupakan aktivitas yang menentukan


keberhasilan pelaksanaan PPS BFO.
Perilaku dan kepemimpinan (butir - 11) menjadi fondasi yang diperlukan
sepanjang proses menjalankan seluruh aktivitas didalam BFO.
Sedangkan butir 2 – 10, adalah aktivitas utama yang secara berurut dan atau
serentak dilakukan untuk mengoptimalkan boiler dan furnace.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


3.1 Operasi yang aman dan handal
Langkah-langkah BFO
Keselamatan hanya terjamin bila telah ada perilaku, prosedur, dan
peralatan yang aman

Perilaku aman Prosedur yang aman


▪ Pola pikir aman ▪ Prosedur startup,operasi
▪ Safety Golden Rules dilaksanakan normal, shutdown, dan ESD
secara disiplin ▪ Normal operating window

Pr
le

oc
op

es
Pe Safety

s
Equipment

Peralatan yang aman


▪ Safeguarding systems harus berada dalam
kondisi aktif, tanpa ada by pass
▪ Aksesoris yang lengkap sangat penting untuk
memudahkan pengendalian

SOURCE: BFO PERTAMINA 11


Gambar 2 Segitiga Safe & Reliable Operation

3.1.1 Perilaku yang Aman dan Handal

3.1.1.1 Pola pikir aman


 Berhenti apabila tidak aman! Keselamatan adalah yang utama

 Jaga di dalam batas operasi aman. Jangan pernah mengabaikan alarm

 Tanya apabila anda tidak yakin apa yang harus dilakukan

 Laporkan apabila anda mengetahui ada peralatan yang tidak berfungsi baik atau rusak

 Hubungi Section Head anda melalui Shift Supervisor anda segera apabila anda mencurigai
ada sesuatu yang tidak benar

3.1.1.2 Safety Golden Rules utk Perilaku Aman pada Boiler dan Furnace
a. Ijin Kerja dan JSA yang benar
- Membuat Surat Ijin Kerja Aman (SIKA) sebelum memulai pekerjaan
apapun di lokasi Kerja.
- Memahami & melaksanakan persyaratan yang tertulis pada SIKA
- Memastikan periode SIKA masih berlaku.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


- Menyiapkan Job Safety Analysis (JSA) sebelum melaksanakan
pekerjaan yang kritikal.
- Memberhentikan pekerjaan bila ditemukan kegiatan tidak aman.

b. Bekerja pada Ketinggian Secara Aman


- Menyiapkan otorisasi untuk bekerja di ketinggian.
- Memastikan bahwa tangga, scaffolding dan papan dalam kondisi
terikat kuat & kokoh strukturnya.
- Memahami bagaimana menggunakan Body Harness & dapat
terpasang erat di badan.
- Selalu dalam posisi terikat saat berada di tempat yang tinggi.

c. Bekerja dengan Bahan Kimia Secara Aman


- Memahami MSDS (Material Safety Data Sheet) Bahan Kimia
- Memahami prosedur penanganan bahan kimia dan cara-cara
penanggulangannya bila terpapar.
- Menyiapkan sarung tangan, masker, face shield, kacamata, chemical
coat/apron yang khusus untuk bahan kimia tertentu.
- Memastikan peralatan pengamanan yang dipergunakan memang
sesuai peruntukannya dan berfungsi dengan baik.
- Memperhatikan lingkungan sekitar termasuk arah angin

d. Mengamankan Sumber Energi


- Menyiapkan SIKA & JSA (bila diperlukan)
- Memastikan peralatan sudah diamankan, di de-energized, dan di Lock
Out & Tag Out (LOTO)
- Memastikan bahwa Petugas Pertamina berada di lokasi &
menyatakan bahwa pekerjaan aman untuk dilaksanakan
- System override dilaksanakan dengan kewajiban:
 Memahami prosedur pelaksanaan Override System yang
berlaku
 Mendapatkan otorisasi dari Petugas Pertamina sebelum
menonaktifkan peralatan kritis safety
 Memasang tagging pada peralatan yang dioverride dan hanya
dilepas oleh Petugas PERTAMINA

e. Bekerja dengan Alat Angkat


- Jangan melintas / berada di bawah beban yang sedang diangkat
- Mengikuti instruksi dari petugas pemandu alat angkat (Rigger)

PT. PERTAMINA (PERSERO)


- Menandai area tidak aman dengan memasang rambu dan cross line
di area tersebut
- Memastikan tidak seorangpun melintas di bawah beban yang sedang
diangkat

f. Mengendalikan Pemicu Nyala Api


- Tidak mengaktifkan handphone di hazardous area
- Tidak mengoperasikan peralatan elektronik tanpa ijin K3LL di
hazardous area
- Tidak membawa pemantik api ke dalam kilang
- Mematuhi larangan merokok dalam kilang
- Melakukan intervensi (peneguran lisan) bila melihat kondisi tidak
aman diatas
- Menghindari kegiatan yang dapat menimbulkan percikan api.

g. Mencegah Pencemaran Lingkungan


- Membatasi cemaran gas buang
- Membatasi cemaran radiasi panas gas buang
- Membatasi cemaran kebisingan suara
- Membuang limbah sisa hasil pekerjaan pada lokasi yang sudah
ditentukan.

3.1.2 Prosedur yang Aman dan Handal

a. Prosedur Start Up

Langkah-langkah persiapan

 Kenakan alat pelindung diri (safety helmet, safety google, ear plug, coverall,
hand gloves, safety shoes)

 Periksa posisi control valve pilot gas, fuel gas, fuel oil, atomizing steam dan flow
pass heater

 Lakukan simulasi untuk memastikan semua trip system bekerja dengan baik

 Tutup block valve fuel gas, fuel oil, pilot gas dan atomizing steam ke masing-
masing burner

 Drain kondensat pada line snuffing steam

 Memasukkan snuffing steam ke furnace selama min. 15 menit

PT. PERTAMINA (PERSERO)


 Gas test radiant section dan area di sekitar dapur dengan explosimeter

 Yakinkan steam trace dan steam trap di fuel oil system bekerja baik dan
atomizing steam siap digunakan

 Buka semua valve block pilot gas, fuel gas, fuel oil di B/L

 Lakukan drain kondensat untuk pilot gas dan fuel gas. (Untuk boiler, yakinkan
dilakukan prosedur leak test)

 Jalankan sirkulasi fuel oil: fuel oil supply (B/L) → by pass furnace/boiler→ fuel oil
return (B/L)

 Pastikan tidak terjadi valve passing pada pilot gas, fuel gas dan fuel oil ke
masing-masing burner

 Pastikan guilotine, stack damper, air door, planum dan air register dalam posisi
terbuka

 Siapkan ignitor

 Pemeriksaan area sekitar heater

 Menyiapkan APAR di area sekitar dapur

 Menyiapkan mobil pemadam kebakaran

Langkah-langkah pelaksanaan

 Memastikan sudah ada aliran di seluruh pass heater. (Untuk boiler, yakinkan
sudah tersedia sejumlah B/W di dalam steam drum dengan level yang aman)

 Mengatur bukaan damper dan air register (Untuk boiler/furnace yang


menggunakan APH, jalankan FDF/IDF hingga kondisi normal)

 By pass pilot gas dari Panel / DCS / Control Room

 Mereset solenoid control valve pilot gas

 Memastikan tekanan pilot gas sebelum dan sesudah regulator valve

 Masukkan ignitor ke lubang penyalaan pilot kemudian buka valve pilot gas ke
burner, atur udara pembakaran jika diperlukan

 Setelah semua pilot menyala, normalkan Safeguarding System di Panel / DCS /


Control Room

 Informasikan ke Panel bahwa semua pilot sudah menyala

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Penyalaan burner fuel gas (untuk yang memiliki fasilitas fuel gas)

 Memeriksa block valve fuel gas ke masing-masing burner

 Reset solenoid untuk control valve fuel gas

 Mengatur tekanan fuel gas

 Membuka block valve fuel gas ke burner perlahan-lahan sampai terbuka penuh

 Yakinkan burner fuel gas menyala dan informasikan ke Panel bahwa burner fuel
gas telah menyala

 Mengatur flow udara melalui air register

 Mengatur bukaan damper

Penyalaan burner fuel oil

 Memeriksa block valve fuel oil ke masing-masing burner

 By pass switch PSLL untuk atomizing steam di Control Room

 Mengatur setting PDIC/PDCV atomizing steam dan fuel oil

 Reset solenoid untuk fuel oil supply dan fuel oil return

 Membuka valve by pass atomizing steam line fuel oil ke burner (spool)

 Mengatur setting tekanan fuel oil

 Normalkan kembali PSLL untuk atomizing steam di Control Room

 Membuka block valve individual burner fuel oil dan block valve atomizing steam
ke masing-masing burner

 Yakinkan burner fuel oil menyala dan informasikan ke Panel bahwa burner fuel
oil telah menyala

 Mengatur flow udara melalui air register

 Mengatur bukaan damper

b. Prosedur Normal

Hal utama yang harus dilakukan dalam kondisi normal

 Menjaga kondisi operasi dalam operating window (batasan operasi aman)

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Parameter utama yang harus diperhatikan agar selalu dalam operating window:

1. Flow per pass

2. Temperature outlet

3. Tubeskin temperature

4. Bridgewall temperature

 Melakukan monitoring kondisi menggunakan log sheet

 Mengidentifikasi potensi gangguan/masalah dan mengambil tindakan


pencegahan

c. Prosedur Shut Down

Ada tiga jenis penyebab shutdown system dalam operasi dapur.

- Individual main fuel trip; untuk mencegah akumulasi fuel yang tidak
terbakar dalam fire box, apabila terjadi tekanan fuel yang rendah atau
pengabutan yang jelek sehingga burner mati karena nyalanya tidak
stabil

- Heat off; menyetop fuel ke dapur tanpa mematikan pilot burner. Heat
off dilakukan bila terjadi kondisi operasi yang tidak normal pada down
stream proses (misalnya tekanan fraksinator terlalu tinggi, level
fraksinator terlalu rendah dll).

- Emergency shutdown; bermaksud memutus semua sumber panas


yang masuk ke dalam furnace/boiler (termasuk pilot). ESD dipakai
dalam keadaan :

 bahaya kebakaran yang tidak dapat dipadamkan,


 kebocoran gas yang berpotensi terjadinya eksplosion /
kebakaran,
 tube burst,
 gangguan single IDF/FDF,
 gangguan pasokan udara instrumen,

PT. PERTAMINA (PERSERO)


 power failure.

Langkah-langkah (generalized)

1. Gunakan alat pelindung diri sesuai untuk operasional furnace/boiler


(safety helmet, safety google, face mask, ear plug, coverall, hand gloves,
safety shoes).
2. Hubungi fungsi terkait (Utilities, HSE, MA-2, EC&LC) untuk shut down
furnace/boiler
3. Menyiapkan APAR dan fasilitas proteksi lainnya (steam and water) di area
sekitar furnace/boiler
4. Matikan burner satu persatu sesuai kebutuhan proses shut down unit
(boiler). Gunakan grafik penurunan temperature (bila ada).
5. Matikan semua burner yang tersisa jika COT sudah mencapai 250oC
(untuk boiler; sesuaikan ketentuan boiler vendor/minimum load).
6. Tutup semua kerangan fuel oil
7. Flushing semua burner fuel oil yang sudah dimatikan sebelumnya.
8. Tutup semua kerangan fuel gas, pilot gas dan steam atomizing
9. Purging fuel gas yang tersisa dalam ruang bakar (gunakan bukaan damper
untuk Natural draft, atau tetap jalankan FDF/IDF hingga yakin free gas)
10. Yakinkan semua kerangan / control valve / solenoide valve fuel oil, fuel
gas dan pilot gas dalam posisi tertutup.

d. Prosedur Emergency Shutdown

Langkah-langkah (generalized)

1. Tekan push button emergency shutdown di Control Room. Hal ini secara
otomatis menutup shut off valve Fuel Oil/fuel .
2. Yakinkan shut off valve fuel ke furnace/boiler menutup
3. Tutup kerangan burner Fuel Oil, steam atomizing, dan fuel gas.
4. Buka peep hole, secondary air, stack damper full open
5. Jalankan snuffing steam secara bertahap selama 15 menit (pastikan steam
telah kering dengan melakukan drain kondensat).
6. Flushing semua burner fuel oil yang sudah dimatikan sebelumnya.
7. Sirkulasi fuel oil dipertahankan (agar terhidar kebuntuan pipa fuel oil).

Tabel x. Perbedaan antara heat off dan ESD


Heat Off ESD

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Main burner isolated Isolated

Waste burner Isolated Isolated

Pilot burner In service Isolated

Atomizing steam In service In service

IDF Isolated Isolated

FDF Isolated Isolated

IDF by pass damper isolated open

Sumber: Safe operation of fired heater, BP, 1986

e. Prosedur kondisi peralihan/transient

Pengertian kondisi transient: kondisi yang tidak normal, biasanya disebabkan


oleh perubahan kondisi operasi, cuaca, dan kerusakan instrumentasi

Contoh kondisi transient

 Over heat duty

 Tinggi api (flame pattern) melebihi 50 % untuk standar burner

 Flame impingement

 Perubahan draft

 Perubahan tekanan gas

 Pompa fuel oil, pompa feed mengalami trip

 Gangguan supply steam, dll

Communication matrix

Tujuan: menentukan standar tindakan/tanggungjawab pekerja terkait pada setiap


kondisi transien

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Cara penggunaan: Communication matrix harus secara fisik ada di dalam control
room dan dijadikan acuan tindakan semua pihak pada saat kondisi transien terjadi.

Contoh penggunaan Communication matrix kondisi transien (tidak normal).


Apa yang anda lakukan pada kondisi transien? CONTOH

Contoh situasi Apa yang anda lakukan?

▪ Over heat duty ▪ Menurunkan intake hingga duty dapur < duty desain.
Hubungi shift supervisor
▪ Mengacu kepada communication matrix, shift supervisor
akan berkoordinasi sbb
– Informasikan kepada Head of Process HSC, SS, Prod.
Man
– Dapatkan advice dari HSE, CE/EKLC, MPS/REL/ME
– Ambil keputusan oleh Section Head
– Instruksikan oleh Shift Supervisor, dijalankan operator

▪ Tinggi api (flame pattern) ▪ Atur air register/ damper, kurangi beban, potong tekanan
melebihi 50 % untuk standar fuel oil. Hubungi shift supervisor
burner ▪ Bila belum berhasil, bersihkan burner tip dan rencanakan
penyetelan burner

Supervisor dan operator


▪ Mengacu kepada communication matrix, shift supervisor
harus selalu mengacu pada akan berkoordinasi sbb
communication matrix dalam – Informasikan kepada head of process, section head,
kondisi transien and shift superintendent
– Dapatkan advice dari contact engineer/ EKLC
– Ambil keputusan oleh operator
SOURCE: analisis tim PERTAMINA 35

Pendekatan yang digunakan dalam mengingatkan / membimbing rekan kerja


agar bertidak aman:
 Diskusi informal dan formal tentang materi BFO
 Pendampingan dalam operasi dan optimasi B/F

PT. PERTAMINA (PERSERO)


f. Prosedur khusus untuk kondisi Substandar

Kondisi substandard tidak diperbolehkan terjadi. Yang termasuk dalam


pengertian kondisi Substandar misalnya:

 Pengunaan spare parts atau material yang tidak sesuai spesifikasi

 Safeguard system yang tidak berfungsi atau dalam kondisi bypassed

Apabila kondisi Substandard masih terjadi, berikut hal yang harus dilakukan operator

 Segera stop dan lakukan perbaikan untuk mengembalikan ke dalam kondisi


standard. Dengan koordinasi dengan Shift Supervisor dan pejabat terkait sesuai
wewenang

 Dalam kondisi khusus di mana stop tidak dapat dilakukan segera, pejabat terkait
bertanggungjawab atas prosedur khusus dan resiko yang harus disiapkan atas
keputusan tersebut

3.1.3 Peralatan yang Aman dan Handal

a. Safe Guard System

Safe Guarding System (SGS) adalah alat/system yang berfungsi untuk


melindungi dan menjaga kondisi operasi agar tetap dalam kondisi aman
dalam suatu unit proses (termasuk didalamnya furnace dan Boiler).

Safe Guarding System pada furnace/boiler dapat berupa alarm ataupun


automatic system untuk men-tripkan sebuah furnace/boiler.

b. Komponen Boiler dan Furnace

Pada dasarnya seluruh kelengkapan (peralatan) yang terpasang pada Boiler


dan Furnace memiliki peran mempermudah dan mengamankan operasional
Boiler dan Furnace.

Yang tergolong sebagai kelengkapan Boiler dan Furnace diantaranya :


- Kelengkapan pengapian (Firing)
- Kelengkapan pasokan udara
- Kelengkapan Indikator Temperature

PT. PERTAMINA (PERSERO)


- Kelengkapan Sootblowing
- Kelengkapan Pengaturan Tekanan
- Kelengkapan Pengaturan Aliran
- Kelengkapan Proses Kontrol
- Kelengkapan Batu Tahan Api
- Tube pass
- Dll.

Yang harus dilakukan

 Patroli Peralatan
 Pencatatan EquipmentReadiness Tracking

3.2 Review Kondisi Awal


3.2.1 Audit Kondisi Awal

Kegiatan audit atau pemeriksaan meliputi pemeriksaan dan pencatatan


parameter operasi boiler dan dapur saat ini, analisa informasi yang ada,
penentuan target yang kemungkinan bisa dicapai, dan mengkomunikasikan hasil
audit. Wilayah audit terdiri dari 2 wilayah yaitu wilayah produksi atau
operasional dan wilayah peralatan atau pemeliharaan.

Dari kedua wilayah tersebut, masing-masing memfokuskan pada materi audit


terdiri dari 4 kategori yaitu:

a. Kategori: Instrumentasi

Mengatur aliran dalam tube dan temperature sangat penting, karena dengan
mengusahakan batas minimum aliran dan berimbangnya temperature
masing-masing pass dari tube, maka terbentuknya coking dan fouling dalam
tube dapat dihindarkan.

Beberapa hal penting untuk audit yang harus diperhatikan adalah:


 Penunjukan aliran (Flow) pada masing-masing pass dimana terdapat
aliran 2 fasa. Aliran (flow) masing-masing pass harus berimbang dengan
perbedaan ±5%.
 Kinerja dan bukaan control valve masing-masing pass dimana terdapat
aliran 2 fasa harus berimbang. Perbedaan bukaan flow control valve >10%
menunjukkan adanya kebuntuhan pass.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


 Batasan low flow shutdown dan pengendali aliran minimum (flow
controllers). Pembakaran tanpa adanya aliran adalah penyebab kedua
kegagalan tube (tube failure) yang disebabkan oleh jilatan nyala api pada
tube.
 Mengamati temperature masing-masing pass bila terdapat aliran dua fasa
dan mengusahakan dalam kondisi yang berimbang. Peringatan (alarm)
temperatur tinggi dapat mendeteksi kondisi aliran rendah. Perbedaan
temperature yang besar dapat disebabkan oleh aliran yang tidak stabil,
nyala api yang tidak stabil dan adanya fouling yang tidak merata

PT. PERTAMINA (PERSERO)


b. Kategori: Combustion

Audit atau pemeriksaan proses pembakaran bertujuan untuk menjamin


kesempurnaan pembakaran dan bentuk nyala api yang aman. Parameter
operasi yang perlu diperhatikan antara lain bentuk nyala api secara visual,
kandungan oksigen berlebih pada daerah radiant, adanya peristiwa after
burning, kinerja kerangan bahan bakar, kinerja air registers, dan kebersihan
burner tips.

Sehingga kondisi yang diamati selama audit atau pemeriksaan antara lain:
 Kondisi dan lokasi jilatan nyala api. Jilatan nyala api ini merupakan
penyebab nomor 1 dari tube failure dan kerugian lainnya pada furnace
atau boiler.
 Kondisi tinggi atau panjang nyala api, berapa % terhadap tinggi fire box.
Panduan berdasarkan best practice, bahwa panjang nyala api harus <
50% tinggi fire box dan panjang nyala api masing-masing burner harus
seragam. Terdapat beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan
nyala api yang panjang diantaranya adanya kebuntuan pasa orifices
bahan bakar, air register yang tidak berfungsi dengan baik. Draft yang
tidak sempurna.
 Hasil pengukuran kandungan oksigen berlebih dari ruang radiant (diukur
pada gas buang dari cerobong). Pada kondisi gas firing, maka kandungan
oksigen min 2%, pada pengoperasian Forced draft kandungan oksigen
min 3% (equal flow) dan dan min 5% (non-equal flow). Selain itu
pengaturan kandungan oksigen tersebut dapat juga mengurangi panjang
nyala api. Pengaturan rasio bahan bakar dan udara yang seimbang
menghindari terjadinya peristiwa after burning yang sangat
membahayakan keselamatan operasi furnace atau boiler.
 Bukaan kerangan bahan bakar yang baik. Yang perlu dihindari adalah
adanya kerangan pipa gas yang terjepit..
 Air registers dapat dioperasikan dengan baik dan terbuka secara
berimbang / sama, hindari air register tertutup.
 Kondisi burner tips yang bersih dan tidak buntu menjadi syarat untuk
pengoperasian burner. Hal-hal yang perlu dilengkapi antara lain
strainers, fuel filters. Dalam beberapa kasus perlu ditambahkan
coalescers yang dapat mengurangi kebuntuan burner tips.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


c. Kategori: Firebox

Komponen-komponen yang diperhatikan dalam melakukan audit atau


memeriksa firebox adalah kondisi radiant draft/ draft gauge, kondisi damper,
kinerja dan penunjukan O2- meter, kondisi firebox, kondisi viewports/peep
hole, tube hangers, dan refractory.

 Draft gauge bekerja dengan baik dan penunjukkan radiant draft. Dalam
beberapa referensi atau best practice disebutkan bahwa penunjukan
draft berkisar 0.1-0.3 inH2O, Tekanan positif menyebabkan firebox
heater rusak. Biasanya hal ini dapat menimbulkan furnace stop atau
trip.
 Damper berfungsi dengan baik untuk pengaturan draft furnace atau
boiler.
 Firebox dan viewports atau peep hole tertutup (sealed). Hal ini
menghindari adanya infiltrasi udara masuk ke ruang bakar. View
port/lubang intip dapat digunakan untuk melihat semua tube, hal ini
mempermudah antisipasi kondisi tidak aman pada seluruh tube.
 O2-meter bekerja dengan baik. O2-analysers yang terkalibrasi secara
rutin (setiap triwulan) dan dicek dengan Testo analyser, akan
membantu mempertahankan kondisi pembakaran yang terkendali.
 Tube hangers tidak patah atau terjadi pergeseran. Temperature yang
sangat tinggi merupakan faktor risiko terjadinya tube hanger yang patah
atau begreser. Beberapa kasus bisa dipasang isolasi tube support.
 Refractory dalam kondisi baik. Temperature firebox yang tinggi
menyebabkan kerusakan refractory.

d. Kategori: Pantauan Infrared

Tube bagian atap (roof tubes), tube yang berhadapan dengan paparan api
(Side wall tubes), penahan atap (roof supports), penahan dinding yang
berhadapan dengan paparan api (side wall supports), penahan dinding
terpanas (hottest side wall support), Lantai (floor), sudut-sudut refractory
(end wall refractory).

 Kondisi tube bagian atap (roof tubes)


 Kondisi tube yang berhadapan dengan paparan api (Side wall tubes)
 Kondisi penahan atap (roof supports)

PT. PERTAMINA (PERSERO)


 Temperature penahan atap (roof support temperatures) harus merata
dan tidak terlalu tinggi.
 Kondisi penahan dinding yang berhadapan dengan paparan api (side
wall supports)
 Kondisi penahan dinding terpanas (hottest side wall support)
 Ko0ndisi lantai (floor)
 Kondisi sudut-sudut refractory (end wall refractory)

Pergunakan formulir khusus untuk pemeriksaan atau audit secara periodik.


Contoh formulir dapat dilihat pada Lampiran – 1 Tabel Pemeriksaan Kondisi
Awal.

3.2.2 Penetapan Baseline

a. Baseline dari Aspek Operasional

Setelah pelaksanaan audit atau pemeriksaan rutin dan pengumpulan data


pemantauan, maka disusunlah gambaran terhadap kondisi baseline yang
akan dipergunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan program optimasi
boiler dan furnace. Format dan bentuk laporan penetapan baseline seperti
contoh di bawah ini (Lihat Lampiran – 2 Hasil Pengamatan Kondisi Awal).

Berdasarkan data tersebut, selanjutnya dapat dilakukan analisa data dengan


menggunakan tool alat bantu analisa sebagai berikut:
 Perhitungan efisiensi furnace atau boiler (Lampiran – 3 metode UOP atau
yang metode sederhana).
 Analisa kualitas bahan bakar (Lampiran – 4)
 Perhitungan temperature tube skin (Lampiran – 5)
 Generik troubleshooting gas firing (Lampiran – 6)
 Generik troubleshooting oil firing (Lampiran – 7)

b. Baseline dari Aspek Peralatan

Kondisi baseline peralatan dapat dilihat dari kesiapan (readiness) peralatan


kelengkapan furnace dan boiler yang meliputi safeguarding dan
instrumentasi lainnya.

Bentuk dan format hasil pemantauan readines yang dimaksud dapat dilihat
pada Lampiran – 8.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Adapun upaya penyelesaian readiness melalui langkah strategi pemeliharaan
suku cadang harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar
berikut ini.
 Seberapa sering saya harus menginspeksinya?
 Bagaimana kondisinya saat ini?
 Kapan saya perlu menggantinya?

Tabel 3.1 Formulir untuk kondisi base pemeliharaan

Formulir untuk Kondisi Baseline Pemeliharaan


Furnace/Boiler :

Frekuensi
Tanggal Tanggal Frekuensi
Suku cadang penggantian yang Kondisi Statrus
Pemasangan penggantian Inspeksi
disarankan

3.3 Pengaturan Nyala Api


Nyala api yang baik memenuhi kondisi sebagai berikut:

 Nyala api tidak berasap


 Tidak ada tetesan minyak.
 Nyala api lurus dan tidak menyentuh tube atau fire brick.
 Ketinggian nyala api <50% dari tinggi fire box (radiant section).
 Memiliki warna jernih sesuai dengan bahan bakar-nya (Gambar di bawah
ini). Untuk berbagai tipe burner, lihat di API 535- Burners for Fired Heaters
in General Refinery Services.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyala api adalah sebagai berikut:


 Kondisi dapur, yang meliputi kevakuman (draft) dan temperature udara
masuk ( jika ada APH). Draft pada inlet convection yang dikehendaki
adalah -2.5 mm H2O
 Kondisi burner/ gun, yang meliputi kondisi air register untuk mengatur
aliran udara primer/ secunder. Pastikan burner gun posisinya benar,
check kondisi atomizernya, bersihkan oil gun secara berkala, bandingkan
kondisi actual steam atomizing pressure dengan design nya.
 Rasio kecukupan udara pembakaran. Target excess air untuk natural draft
(FG firing 20%, FO firing 25%), dan untuk forced draft ( FO/FG firing 20%)

PT. PERTAMINA (PERSERO)


 Kondisi fuel ( FO/FG), meliputi spesifikasi , temperature dan pressure
nya. Untuk memperoleh atomizing yang baik, maka viscositas fuel oil di
burner tip sebesar 15 Cstokes. Temperature tanki fuel oil dijaga pada
range 93 ~ 120oC.

Cara memonitor atau mendeteksi kondisi nyala api adalah sebagai berikut
 Melalui lubang intip dari bawah dan samping (jangan lupa harus memakai
kaca mata anti silau)
 Untuk meyakinkan dapat pula diprediksi dengan mengamati gas buang
keluar cerobong apakah mengeluarkan asap hitam atau putih.

Apabila nyala api tidak baik, resiko yang dapat terjadi adalah adanya potensi asap
atau menjilat tube, panjang api melebihi 1/2 tinggi ruang bakar, warna api keruh
dan mengakibatkan tube burst

Cara menyalakan burner pertama kali

Persiapan awal:
 Meyakinkan ruang bakar bebas bahan bakar.
 Meyakinkan kesiapan burner system.
 Meyakinkan ketersediaan pasokan bahan bakar dan steam.

Alat apa yang digunakan:


 Siapkan pemantik dan nyalakan pilot dan yakinkan pilot berhasil nyala.
 Swict by pass control valve.
 Nyalakan burner utama dengan cara membuka valve bahan bakar dan
buka air register yang cukup.

Apa yang diperhatikan:


 Yakinkan bahwa burner menyala dengan kondisi yang aman dan baik

Hal utama yang harus dilakukan untuk mendapatkan nyala api yang aman dan
baik
 Mengamati kondisi nyala api
 Mengamati kondisi operasi yang terkait dengan nyala api (tekanan fuel,
steam, PDIC, bukaan air register, draft, bukaan damper, temperature fuel,
steam, TWT, BWT dll)
 Mengamati kondisi burner tip

PT. PERTAMINA (PERSERO)


 Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan kondisi operasi pengamatan
kepada petugas terkait
 Mengatur kondisi operasi (tekanan fuel, steam, PDIC, bukaan air register,
draft, bukaan damper)

Apabila nyala api yang menyentuh tube/refractory, beberapa hal berikut harus
dilakukan
 Mengamati kondisi operasi (tekanan fuel, steam, PDIC, bukaan air
register, draft, bukaan damper, temperature fuel, steam, TWT, BWT dll)
yang terkait dengan nyala api)
 Mengamati kondisi burner tip
 Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan kondisi operasi pengamatan
kepada petugas terkait
 Mengatur kondisi operasi (tekanan fuel, steam, PDIC, bukaan air register,
draft, bukaan damper ).
 Pengaturan dan penyeuaian beban burner

Agar nyala api tidak berasap dan berwarna jernih sesuai jenis bahan bakarnya,
api tetap berbentuk lurus; tidak menjilat tube, refractory dan burner tile serta
panjang api tidak lebih dari 1/2 tinggi ruang bakar, dan menjaga proses
pembakaran untuk menghindari terjadinya peristiwa after burning, selain
komunikasi dan koordinasi hasil pengaturan dengan pihak terkait (panelman,
supervisor, maintenance), berikut adalah beberapa hal berikut harus dilakukan

Burner:
 Mengatur jumlah udara pembakaran melalui bukaan air register dan
pengaturan damper IDF/FDF (bila ada).
 Pengaturan PDIC untuk atomisasi.

Furnace:
 Mengatur draft melalui bukaan damper,

Fuel:
 Memeriksa dan menjagakualitas bahan bakar

Beberapa permasalahan yang tipikal dan analisa yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut

PT. PERTAMINA (PERSERO)


 Primary / secondary air tidak cukup dan namun proses pembakaran tetap harus
berjalan dengan aman dan baik

Analisa:
Reaksi pembakaran tidak terjadi secara sempurna, yang akan mengakibatkan nyala
api berasap, melambai, afterburning, api tidak nyala (padam).
Cek beban furnace/boiler.

Langkah-langkah mengatasinya:
Tambahkan pasokan udara pembakaran yang cukup, amati kondisi burner (air
register).
Atur atau sesuaikan beban furnace/boiler.

 Tekanan positif dalam firebox furnace namun draft harus tetap terjaga negatif
(vakum)

Analisa:
Nyala api tidak terkendali (liar) dan menjilat tube
Terjadi akumulasi panas pada firebox, berdampak pada kenaikan TWT dan BWT
Terjadi semburan api keluar melalui lubang intip (peep hole), explosion door dan
akan merusak struktur dapur.

Langkah-langkah mengatasinya:
Buka damper sesuai kebutuhan (lihat profil draft dapur)
Atur kondisi operasi dapur lainnya (tuning combustion)

 Kualitas bahan bakar (viscositas dan heating value) mengalami penurunan secara
signifikan

Analisa:
Proses atomisasi tidak sempurna, pembakaran tidak sempurna, after burning,
terjadi lelehan fuel oil pada tip, kebakaran pada burner box, menimbulkan
soot (jelaga) pada tube dan bisa mengakibatkan hotspot/mengurangi umur
tube.
Burner tidak dapat nyala.

Langkah-langkah mengatasinya:
Naikkan temperature fuel oil, atur steam-fuel ratio melalui PDIC
Bersihkan burner set sesuai kebutuhan
Melakukan sootblowing pada sisi konveksi
Usulkan online cleaning

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Gambar 3.3 Pola Nyala Api (Flame Pattern)

Ada 4 kondisi penting untuk mendapatkan nyala api (flame) yang baik yaitu
dapur, burner, burner gun/tips, dan fuel. Perlu dicatat bahwa jika peralatan tidak
dalam kondisi baik, pastikan bahwa peralatan tersebut termasuk dalam work
scope pemeliharaan/TA.

3.3.1 Kondisi Dapur

 Pengaturan draft dengan menyesuaiakn bukaan stack damper atau IDF/FDF


damper (jika ada). Sesuaikan dengan kondisi desain bila menggunakan APH.
Lampiran - 9

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Gambar 3.4 Draft/ft vs Temperature Gas

Gambar 3.5 Draft Patterns in Fired Heaters

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Gambar 3.6 Draft vs Ketinggian Stack

Gambar 3.7 Berbagai Profil Draft

Heater dirancang pada tekanan draft negatif (0.1 sd 0.25) inH2O atau negatif (3
sd 6) mmH2O pada bagian atas sisi radiant. Heater harus dioperasikan dalam
kondisi tekanan draft negatif. Agar udara dari luar dapat masuk masuk dan gas
hasil pembakaran bisa keluar melalui cerobong.

Jika damper cerobong terlalu menutup, maka draft pada ruang bakar bagian atas
akan positif. Tekanan positif dapat mengakibatkan korosi baja (logam) karena
kondensasi gas bersifat asam.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Jika damper cerobong terlalu membuka, maka draft akan semakin negatif tinggi
pada titik burner. Hal ini menyebab oksigen level menjadi tinggi pada ruang
pembakaran.

Stack damper berfungsi untuk mengontrol tekanan draft firebox dan air register
di burner mengontrol excess air. Tekanan positif sering terjadi pada saat
operator mengotrol execss air menggunakan stack damper.

3.3.2 Kondisi Burner

 Periksa atau cek kondisi burner primer dan sekunder

Gambar 3.8 Skema Burner Fuel Oil & Gas

Burner menjadi penyebab signifikan pada permasalahnan di heter, adapun


fungsi burner diantarnya (1) harus dapat memberikan campuran udara dan
fuel secara proporsional dan (2) membentuk dan mengarahkan nyala api
(flame pattern).

Untuk kepentingan pembersihan dan pemeliharaan, burner sistem dual firing


lebih menjadi pilihan yang tepat.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Jenis-jenis burner

Raw Gas Burner:


Dapat membakar berbagai jenis gas
Nyala api yang pendek
Turndown ration yang tinggi
Kecil kemungkinan flash back
Berpotensi timbulnya kebuntuan pada tips
Peran masing-masing komponen dari burner.

 Burner tile: sebagai orifice udara. Mengontrol udara pada masing-masing


burner.
 Burner tip. Orifice fuel ditanam di dalam burner tip
 Flame holder. Membelokkan udara menjauh dari burner tip, sehingga
combustion terjadi pada velocity rendah di burner tip. Tanpa flame
holder, flame akan mematikan tikan tip.
 Pengatur air register. Aligment & centering burner tile, burner tip dan air
register akan mengoptimalkan operasi heater.

Premix Gas Burner:


 Burner tertua yang pernah dirancang
 Memerlukan 30-50% udara pembakaran
 Mengatur excess secara otomatis dengan
bantuan tekanan gas
 Orifice gas besar dan menghindari
kebuntuan
 Nozzle yang panjang
 Berpotensi terjadinya flash back
(kecepatan nyala melebihi kecepatan
percampuran
 Nox tinggi

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Ultra Low NOx Burner:
 Pembakaran bertingkat
 30 % bahan bakar primer
 70% bahan bakar sekunder
 Excess air tinggi pada primary tip, sehingga
menghasilkan temperature nyala rendah.
 O2 rendah pada tip sekunder, sehingga waktu
pembakaran lambat.
 50% panjang api

Combination Burner:
 Kombinasi burner gas dan oil
 Tidak direkomendasikan penggunaan untuk kedua fuel sekaligus
Catatan: Tekanan fuel yang rendah membuat ataomisasi yang jelek dan
pencampuran yang jelek pula.

3.3.3 Kondisi Gun / Burner Tips

 Bersihkan oil gun secara rutin1


 Gunakan jangka sorong untuk mengukur tip
 Pastikan burner gun ada di posisi yang benar
 Bandingkan kondisi aktual steam atomisasi △P dengan desainnya
 Cek kondisi atomizer

3.3.4 Kondisi Fuel

 Bandingkan kondisi aktual fuel dan desain spesifikasinya


 Bandingkan kondisi fuel T & P dengan desainnya

PT. PERTAMINA (PERSERO)


3.4 Optimalkan Kelebihan Oksigen Pembakaran

Yang dimaksud dengan oksigen level pada hasil pembakaran di furnace adalah
prosentase kelebihan oksigen yang dihasilkan dari proses pembakaran hidrokarbon.

Oksigen level berkaitan dengan kelebihan udara (excess air - EA) karena unsur
oksigen merupakan bagian dari udara dengan komposisi 21% vol oksigen dan 79%
vol nitrogen, sehingga hubungan atau korelasinya dapat menggunakan rumus
praktis berikut:

EA = O2/(21-O2) x 100 %

Variabel yang mempengaruhi O2 level

 Jenis bahan bakar (FO/FG), rasio C/H, komposisi hidrokarbon


 Jumlah oksigen untuk rekasi pembakaran
 Akurasi analiser O2, jenis alat ukur dan kinerja air register, damper,
FDF/IDF
 Pemahaman pekerja terhadap proses pembakaran dan cara
pengukurannya

Oksigen level yang berlebihan ataupun kurang dari kebutuhan akan memiliki
beberapa dampak sebagai berikut
Bila lebih:

 Nyala api bisa memanjang dan kemungkinan melebihi batasan yang


ditentukan.
 Temperature stack akan meningkat
 Heat loss meningkat (penurunan efisiensi)

Bila kurang:

 Nyala api berasap, berkabut, timbul karbon, bentuk api melambai-lambai,


warna tidak jernih
 Boros bahan bakar

Bila terdapat perubahan bahan bakar dari fuel gas ke fuel oil maka yang terjadi
adalah peningkatan kebutuhan oksigen untuk pembakaran

PT. PERTAMINA (PERSERO)


 Untuk fuel gas: Oksigen level = 2-3%
 Untuk fuel oil: Oksigen level = 4-5%

Gambar 3.9 Mengontrol Draft Furnace

3.5 Pengaturan Oksigen


Mengontrol dan mengatur kelebihan oksigen pembakaran melalui:

 Fan
Mengurangi FDF output melalui discharge valve.

 Furnace
Mengecek perbandingan draft dengan desain-nya, atur jika terlalu tinggi atau
terlalu rendah, dgn menggunakan stack damper atau IDF/FDF (jika
menggunakan).

 Burner
Atur air register primer dan sekunder untuk distribusi udara pembakaran.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Secara umum langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatur oksigen level
untuk mendapatkan kondisi operasi normal adalah sebagai berikut

 Melihat nyala api,


 Melihat atau mengukur oksigen level
 Mengatur bukaan air register.
 Mengatur draft dengan cara melalui bukaan damper
 Melihat nyala api kembali dan mengukur ulang oksigen level hingga
mendapatkan oksigen level sesuai operasi normal

Komunikasi Field Operator dan Panelman sangat penting dalam pengaturan


Oksigen level. Terutama apabila terjadi kondisi di mana level O2 berada pada
batasan operasi normal, maka berikut adalah beberapa langkah yang harus
dilakukan field operator

 Memberitahu panelman, kepala jaga atau supervisor terhadap perubahan


inidikasi oksigen level dengan terlebih dahulu mengamati melalui lubang
intip samping / bawah, mengamati gas buang keluar cerobong dan
kondisi operasi lainnya yang terkait dengan nyala api.
 Meminta bantuan pihak terkait untuk mengukur ulang dengan portable
O2 analiser

Sambil secara intensif melakukan komunikasi dan koordinasi hasil pengaturan


dengan pihak terkait (panelman, supervisor, maintenance), setelah pengaturan
dilakukan, maka untuk menjaga oksigen level tetap dalam batasan operasi
normal perlu dilakukan beberapa langkah berikut di bawah ini:

Burner:
 Mengukur oksigen level
 Mengatur jumlah udara pembakaran melalui bukaan air register dan
pengaturan damper IDF/FDF (bila ada)
 Pengaturan PDIC untuk atomisasi

Furnace:
 Mengatur draft melalui bukaan damper

Fuel:
 Memeriksa dan menjaga kualitas bahan bakar

PT. PERTAMINA (PERSERO)


3.5.1 Pengukuran Kelebihan Oksigen Pembakaran

 Online atau in-situ


O2 analyzer yang terpasang (tetap/fixed) di dapur. Lakukan dan buat
program perawatan secara rutin, pasang pada lokasi yang tepat sesuai API
560.

 Portabel Analyser
O2 analyzer yang bisa dibawa operator untuk mengukur kandungan oksigen
pada cerobong gas buang.

 Perhitungan Secara Empiris


Spreadsheet yang menghitung level O2 berdasarkan persamaan
stoichiometric dan kalibrasi empiris.

Gambar 3.10 Relation Between Stack Loss and Stack Temperature for O2%

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Gambar 3.11 Kisaran O2

Hal-hal yang dapat dikendalikan atau diatur untuk memperoleh kondisi oksigen level
(kelebihan O2 dari kebutuhan stoichiometriknya) yang diinginkan pada proses pembakaran
antara lain:

 Jenis bahan bakar dan komposisi bahan bakar (FO/FG),


 Tingkat kesempurnaan pencampuran udara dan bahan bakar.
 Akurasi alat ukur O2 (dilakukan kalibrasi secara rutin)
 Kinerja air register
 Kinerja IDF/FDF Damper

Dalam operasional di lapangan, fluktuasi maupun penyimpangan adalah hal yang


normal terjadi. Untuk itu berikut adalah beberapa langkah troubleshooting yang
dilakukan untuk menjaga oksigen level pada range normalnya.

 Mengumpulkan data oksigen level.


 Mendapat batasan operasi dan mendapatkan gaps
 Memeriksa dan meyakinkan peralatan terkait air register, FDF/IDF, dll
 Mereview prosedure dengan bantuan diagram untuk penyempurnaan
prosedur
 Mengkomunikasin atasan, bawahan dan rekan kerja

PT. PERTAMINA (PERSERO)


 Mengkoordinasi penyelesaian masalah.
 Mengukur ulang Oksigen level

3.6 Minimalisasi Kehilangan Panas Melalui Cerobong

Stack adalah suatu bagian dari unit furnace atau boiler yang berfungsi untuk
mengalirkan gas sisa pembakaran ke atmosfir

Stack loss adalah nilai panas yang hilang karena terbawa gas hasil pembakaran (
flue gas ) melalui stack.

Flue gas adalah gas buang yang dihasilkan dari proses pembakaran yang terdiri
dari unsur Carbon, Uap air, Panas dan gas emisi.

Draft adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengatur jumlah aliran udara pada
unit boiler/ furnace agar terjadi pembakaran yang sempurna

Temperatur stack sangat berhubungan dengan efisiensi dapur (biasanya


penurunan 20’C ≈ 1% efisiensi)

Stack loss salah satu factor yang mempengaruhi efisiensi furnace. Cara
meminimize stack losses adalah sebagai berikut :

 Melakukan pembersihan fin tube/stud tube di daerah convection section


dengan soot blowing ( operasional routine)

 Pembersihan fin tube/ stud tube didaerah convection section dengan


secara online menggunakan chemical cleaning, sdengan cara
disemprotkan.

 Pembersihan fin tube/ stud tube didaerah convection section dengan cara
mechanical cleaning ( dilakukan pada saat unit/ dapur stop).

Tipe stack berdasarkan ketinggiannya adalah :

 Stack "rendah" dengan ketinggian sekitar 40 m


 Stack "menengah" dengan ketinggian antara 40 - 125 m.
 Stack "panjang" dengan ketinggian 200 m atau lebih.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Parameter yang perlu diperhatikan pada stack, terkait dengan operasi Boiler dan
Furnace yang efisien adalah:

 Temperature stack
 Kandungan O2 excess

Tinggi rendahnya stack loss seringkali dipengaruhi oleh beberapa hal berikut,
termasuk:

 Bukaan dumper.
 O2 level.
 Stack temperature

Target sebaiknya ditentukan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:


 Design
Periksa perbandingan target dan desainnya
 Fuel
Berdasarkan S di fuel, tentukan titik embun asam (acid dew point) dan target
terendah stack T
 Operasional
Bergantung pada besarnya pengendapan karbon (coking) atau scaling pada
tube, target semestinya lebih longgar

Salah satu contoh pengaruh fuel terhadap temperatur stack adalah sebagai
berikut:
Suatu boiler beroperasi menggunakan bahan bakar fuel oil, jika temperature
stacknya rendah < 200 °C, maka hal ini akan menyebabkan terbentuknya
condensate uap air yang terkontaminasi sulphur oxcide dari hasil pembakaran
fuel oil. Hal ini menyebabkan terbentuknya asam sulphur sehingga berpotensi
menyebabkan korosi dan fouling pada stack

Secara umum apabila temperature stack lebih dari 200 °C maka berikut adalah
hal-hal yang perlu dilakukan

 Mengatur draft gauge.


 Mengatur O2 level melalui air register.
 Mengatur pembakaran/ bentuk nyala api.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Untuk meyakinkan bahwa kondisi temperatur stack pada kondisi optimal (losses
minimum), hal-hal yang penting diperhatikan adalah

 Pengaturan draft gauge sudah optimal dengan diindikasikan dengan nyala


api yang sudah baik.
 O2 level sudah optimal.

Untuk dapat meminimasi stack loss, berikut adalah hal utama yang harus
diperhatikan

 Menjaga temperatur stack pada 200 °C


 Mengatur pembakaran/ bentuk api yang sempurna
 Menjaga O2 level pada 4 - 5% (untuk FO), 2 - 3% (untuk FG)

Dalam mengatur pembakaran agar sempurna, draft berfungsi vital. Salah satu
faktor utama yang mempengaruhi fungsi draft pada Boiler/ furnace adalah

 Perbedaan temperatur antara flue gas dengan udara luar


 Ketinggian stack

Apabila flue gas temperature menyimpang secara signifikan dari kondisi operasi
normal, maka selain komunikasi dan koordinasi hasil pengaturan dengan pihak
terkait (panelman, supervisor, maintenance), sangat penting untuk memastikan
terjadinya hal berikut

Burner:
 Mengatur oksigen level
 Mengatur jumlah udara pembakaran melalui bukaan air register dan
pengaturan damper IDF/FDF (bila ada)
 Mengatur bentuk api

Furnace/ Boiler:
 Mengatur draft melalui bukaan damper
 Melakukan soot blowing

Fuel:
 Mengamati dan menjaga kualitas bahan bakar

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Pendekatan yang dilakukan untuk mengevaluasi apakah flue gas sesuai dengan
batasan operasi normal:

 Mengumpulkan data temperatur flue gas.


 Mendapat batasan operasi dan mendapatkan gaps
 Memeriksa dan meyakinkan peralatan terkait air register, FDF/IDF, dll
 Mereview prosedure dengan bantuan diagram untuk penyempurnaan
prosedur
 Mengkomunikasin atasan, bawahan dan rekan kerja
 Mengkoordinasi penyelesaian masalah.
 Mengukur ulang temperatur flue gas

Temperatur stack sangat berhubungan dengan efisiensi dapur (biasanya


penurunan 20’C ≈ 1% efisiensi).

Target sebaiknya ditentukan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:

 Design
Periksa perbandingan target dan desainnya

 Fuel
Berdasarkan S di fuel, tentukan titik embun asam (acid dew point) dan target
terendah stack T.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


 Operasional
Bergantung pada besarnya pengendapan karbon (coking) atau scaling pada
tube, target semestinya lebih longgar.

Gambar 3.12 Bagaimana mencapai stack loss minimum

3.6.1 Sootblowing

Cleaning yang dilakukan dengan bantuan steam yang disemprotkan ke tube bagian
konveksi. Cleaning ini dilakukan secara rutin untuk mencegah ‘hard’ deposit” atau
kotoran debu yang tebal. Steam yang digunakan harus kerung (tidak boleh dalam
kondisi basah / terjadi kondensasi).

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Gambar 3.13 Rotary Fixed Soot Blower

Cara yang dilakukan agar pelaksanaan sootblowing berjalan dengan aman dan
baik:

 Komunikasikan dengan kepala jaga dan panelman mengenai jadwal


sootblowing ( biasanya shift pagi, karena untuk mengamati jelaga yang
keluar dari stack akan terlihat jelas kalau siang hari).

 Hubungi utilities, untuk memberitahu jadwal soot blowing, kemungkinan


pada saat soot blowing akan diperlukan tambahan steam.

 Tekan tombol start tombol sootblowing.

 Soot blowing facilities diprogram secara automatis (ada periode buang


steam condensate, lalu dilanjutkan prosess soot blowing secara bertahap,
yaitu dengan rotary fixed soot blower).

 Selama soot blowing, maka kotoran jelaga yang menempel pada fin tube
akan rontok dan terbawa flue gas keluar stack, sehingga warna flue gas
menjadi hitam/ abu-abu.

 Lakukan pengamatan temperature stack sebelum dan setelah soot


blowing. Seharusnya temperature stack setelah soot blowing akan
menurun (karena fin tube nya sudah bersih, perpindahan panas menjadi
lebih efisien).

PT. PERTAMINA (PERSERO)


3.6.2 On-line Cleaning (Chemical Cleaning)

Cleaning ini dilakukan dengan larutan kimia yang disemprotkan pada tube.
Dianjurkan untuk menggunakan jasa kontraktor yang sudah teruji dengan prosedur
yang tepat.

Manfaat online cleaning:


 menaikkan troughput
 efisiensi energi di heater
 menurunkan biaya fuel
 kehandalan tube terjaga
 extend interval T/A

Tahapan program on-line :

1. Approved Technology

Uji Chemical :
Pengaruh terhadap material tube.
Metode thickness measurement dan penetrant test
Observasi Field
Witness online cleaning untuk menggali informasi best practice performance
chemical dan efek operasional heater

2. Approved Brand

Pelaksanaan Uji Coba di Pertamina

3.6.3 Offline Cleaning (Chemical atau Mechanical Cleaning)

Cleaning yang dilakukan saat peralatan distop / dimatikan. Lakukan pemeriksaan


bersama antara ECLC, Inspeksi, Operasi dan vendor.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


3.7 Minimalisasi Kehilangan Panas Melalui Dinding Dapur

Cabin adalah ruang/tempat terjadinya pembakaran. Untuk tejadinya pembakaran


sempurna di cabin, diperlukan beberapa hal berikut

 Bahan bakar ( Fuel oil/fuel gas)


 Oksigen ( Udara Pembakaran)
 Sumber panas/sumber api.

Pengamatan kondisi api dalam cabin furnace/boiler dilakukan melalui kaca intip
dengan menggunakan kacamatan safety.

Cabin loss adalah banyaknya energi/panas yang hilang di area cabin (ruang bakar)

Beberapa penyebab terjadinya cabin cabin loss furnace/boiler yaitu :

 manhole terdapat bocoran


 peep hole terbuka

 Explossion door tidak terpasang isolasi tahan panas
 Header box terbuka atau tidak terisolasi
 castable refractory pada roof dinding, floor , end wall, mengalami retak

Berikut ini langkah-langkan mengurangi cabin loss dari aspek operasi

Kehilangan panas melalui kabin dapat dipantau melalui cara:

 Menetapkan batasan maksimum temperatur kabin. Furnace wall T (maks


80-85’C dari aspek safety).
 Ukur dengan menggunakan alat batu, misal thermal gun atau thermal
imaging camera (IR Camera).
 Catat profil atau sebaran spektrum warna dari hasil pengukuran dengan
alat tersebut di atas.
 Biasanya pengukuran dilakukan periode tertentu (satu kali per triwulan).
 Tetapkan penanggungjawab (dalam hal ini ECLC dengan bantuan
Reliability).

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Langkah-langkah BFO
Minimalisasi cabin loss

Minimalisasi cabin loss lewat perawatan Bagaimana cara memonitor cabin loss?
operator dasar dan pemeliharaan integritas
heater box dan refractory
▪ Tutup semua lubang (manhole,
▪ Furnace wall T (maks 80-85’C
peephole) Tolok
▪ Pastikan explosion door tersegel rapat ukur dari aspek safety)
▪ Memastikan tidak ada bocoran di cabin
Operasional
▪ Mengendalikan kondisi nyala api
▪ Thermal gun infra merah
▪ Menjaga draft dengan cara mengatur Alat bantu
bukaan damper ▪ Kamera thermal imaging
▪ Mengatur temperatur furnace wall

▪ Produksi perlu memperhatikan kualitas fuel ▪ Furnace wall heat map


dari sifat korosif Catat
Pemeliharaan ▪ Produksi perlu memperhatikan bentuk
untuk nyala api guna menghindari
pencegahan pelanggaran impact dari nyala api yg tdk
baik
▪ Triwulan
Frekuensi
▪ Produksi perlu memperhatikan kurva
pengeringan (dry-out curve) yang
disarankan vendor refractory
Pe- ▪ Enkon akan mengukur dan
▪ Pemeliharaan untuk menjamin bahwa mencatat
Perbaikan pemasangan refractory sudah sesuai
nanggung
desain jawab
▪ Pemeliharaan untuk menjalankan uji
asap (smoke test) setelah penambalan
heater box

SOURCE: BFO PERTAMINA 20


Gambar 3.14 Minimasi cabin loss

Pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi apabila cabin loss terlalu tinggi
adalah sebagai berikut:

 Mengumpulkan data furnace wall temperature


 Mendapat batasan operasi dan mendapatkan gaps
 Memeriksa dan meyakinkan peralatan terkait air register, FDF/IDF, dll
 Mereview prosedure dengan bantuan diagram untuk penyempurnaan
prosedur
 Mengkomunikasin atasan, bawahan dan rekan kerja
 Mengkoordinasi penyelesaian masalah

Cara mengurangi kehilangan panas dapat ditempuh melalui langkah operasional,


perawatan dan perbaikan

PT. PERTAMINA (PERSERO)


3.7.1 Langkah Operasional

 Menutup manhole,
 Menutup peep hole jika posisi dalam keadaan terbuka
 Melaporkan ke atasan dan atau rekan kerja untuk perbaikan isolasi jika
rusak
 Mengendalikan bentuk nyala api apa sesuai dengan yang diharapkan
 Memastikan explosion door tertutup rapat
 Memastikan tidak ada bocoran di cabin.
 Menjaga draft dengan cara mengatur bukaan damper.
 Mengatur temperature furnace wall

3.7.2 Langkah Perawatan

 Produksi perlu memperhatikan kualitas fuel dari sifat korosif


 Produksi perlu memperhatikan nyala api guna menghindari jilatan pada
refractori

3.7.3 Langkah Perbaikan

 Produksi perlu memperhatikan kurva pengeringan (dry-out curve).


Drying out dari setiap heater dimaksudkan untuk menghilangkan
kelembaban batu tahan api (misalnya didaerah radiant section, convection
section dan stack. Prosedur yang dipakai harus sesuai dengan curve yang
dibuat oleh vendor
 Pemeliharaan menjamin bahwa pemasangan refractory sudah sesuai desain.
 Pemeliharaan untuk menjalankan uji asap (smoke test) setelah penambalan
heater box.

3.8 Menghindari Timbulnya Fouling


Fouling bisa didefinisikan sebagai sesuatu bentuk phase padat yang tidak diharapkan
yang terbentuk selama proses pemanasan pada tube furnace/boiler.

Sebagian besar peristiwa fouling pada internal tube disebabkan oleh Coking dari
organic fouling dan scaling (salt deposit) dari inorganic fouling.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


3.8.1 Coking

Coking adalah peristiwa fouling yang terbetuk karena adanya insoluble asphlatene
pada temperature Thermal Cracking. Langkah-langkah yang ditempuh untuk
menghindari coking yaitu:

 Memeriksa dan memastikan kandungan asphaltene didalam fluida proses


tidak melebihi batasan dipersyaratkan (max 0.02 %wt). Mengapa? karena
dengan terlalu banyaknya kandungan asphaltene daripada pelarutnya
(toluene) didalam fluida proses akan menyebabkan coking.
 Menjaga temperature operasi tidak melebihi temperature thermal
cracking (misal di CDU max 350 C) dan mengatur laju alir fluida diatas
minimum flow.

3.8.2 Scaling

Scaling adalah peristiwa pembentukan deposit garam-garam sodium, calcium, dan


magnesium chloride di dalam tube.

Faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya peristiwa scaling tersebut diatas


antara lain:
a. Adanya kandungan (konsentrasi) garam didalam aliran fluida proses yang
melebihi batas pembentukan deposite. Hal ini akan mempengaruhi
perpindahan panas dari tube ke fluida, bahkan bisa berpotensi terjadinya hot
spot.

Langkah praktis yang perlu dilakukan adalah memeriksa dan memastikan


kandungan garam (salt content) didalam fluida proses tidak melebihi kondisi
yang dipersyaratkan (batasan spesifikasi) misalnya untuk CDU diberi batasan
maksimum 4 ptb (pound per thousand barel).

b. Temperature operasi yang tinggi sampai melebihi temperature design


sehingga berpotensi terbentuk deposite.

Hal yang perlu dilakukan adalah mengoperasikan temperature fluida pada


kondisi normal operasi dan menjaga aliran fluida yang balance dan cukup.

3.9 Mengoptimalkan Laju Alir (Flow Rate)

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Laju alir (flow rate) adalah ukuran volumetric aliran fluida dalam tube per satuan
waktu untuk memenuhi keperluan proses tertentu. Ukuran laju alir biasanya dalam
m3/jam, liter / detik, atau barel / hari, dll.

Adapun linear velocity adalah menunjukkan besaran kecepatan aliran fluida


(dimensi panjang) per satuan waktu. Ukuran lenear velocity misalnya m/s, ft/s,
m/jam, ft/jam dll.

Beberapa peristiwa gangguan operasi furnace/boiler disebabkan oleh kondisi aliran


fluida yang tidak dikendalikan sesuai batasan yang ditetapkan.

Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk mengoptimalkan flow rate


sebagai berikut :

a. Mengusahakan distribusi aliran (laju alir) antar pass secara balance yang
bertujuan untuk memeratakan keseimbangan beban panas disetiap pass
dengan cara:

 Kalibarasi instrument yang berkaitan dengan flow controller (FC)


 Atur dan perbaiki penunjukan flowrate
 Membersihkan perpipaan pada system instrumentasi dari kotoran
(misalnya tubing, nozzle, flapper dll)
 Memeriksa selisih laju alir antar pass (best practice : max 1% vol.)

b. Mengatur aliran (laju alir) agar tidak terlalu rendah atau melebihi batas
maksimum flow rate (design) dengan cara:

 Mengatur laju alir agar tetap diatas minimum flowrate yang diijinkan
 Mengatur laju alir agar tidak melebihi batasan design.

3.10 Mengoptimalkan Proses Kontrol


3.10.1 Memahami Cara Kerja Sistim Kontrol

Sistem control/pengendalian proses sangat dibutuhkan di dalam dunia industri


dikarenakan untuk menghasilkan produk yang bagus maka diperlukan suatu sistem
pengendalian yang stabil. Dengan pesatnya kemajuan dibidang teknologi dan teori di

PT. PERTAMINA (PERSERO)


bidang kontrol maka dikembangkanlah berbagai sistem pengendalian. Sistem kontrol
PID (Proportional, Integral, Derivative) merupakan salah satu dasar dari sistem
kontrol yang banyak dipakai.

Gambar 3.15 PID Controller

Tujuan keseluruhan sistem kontrol pada furnace/boiler adalah untuk


pengendalian aliran, temperature dan tekanan agar tetap sesuai dengan
rancangan atau pola operasi.

Gambar 3.16 Controh Sistem Kontrol Furnace

PT. PERTAMINA (PERSERO)


 Pengendalian Temperature Keluaran Proses

Mengendalikan temperature aliran proses dengan mengatur tekanan


pasok bahan bakar ke burner.
Pengendali kaskade sering digunakan dimana variable yang dikontrol
(tekanan bahan bakar) sering berubah karena perubahan pada sistem
bahan bakar.

Coil outlet temperature dapat dikendalikan dengan pengendali


temperature (TRC) memberi sinyal pada PIC dan memerintahkan control
valve untuk mengatur bukaan bahan bakar aliran menuju burner.

- Mengetahui batasan COT yang diharapkan


- Cek set point COT di panel DCS
- Atur TRC pada mode ”Manual”
- Resetting sesuai dengan target (batasan COT)
- Monitor respon kenaikan / penurunan indikasi COT. Bila belum stabil
lakukan pengaturan bukaaan MV sedemikian hingga memberikan
respon sesuai target
- Bila COT sudah sesuai dengan target atau stabil arahkan TRC ke mode
”Auto”.
- Monitor sistem pembakaran (nyala api, O2 level, dll), sehingga tetap
pada kondisi optimal
- Monitor dan jaga secara terus menerus indikasi COT

PT. PERTAMINA (PERSERO)


 Pengendalian Aliran Proses

Pentingnya menjaga aliran masing-masing pass dan menyeimbangkan


temperature keluaran dalam heater. Tergantung dari beban dan sifat
alami proses, terdapat beragam cara untuk mengatur aliran proses.

Aliran proses keseluruah dapat dikontrol dan aliran masing-masing pass


dapat diseimbangkan dengan menggunakan pipa simetris dan
berpressure drop cukup kecil.

Pada heater yang memungkinkan terjadi peristiwa coking seperti crude


distillation, maka aliran masing-masing pass harus benar-benar dikotrol.
Pada kondisi ini dapat dicapai dengan menggunakan master flow
controller pada combined feed yang kaskade dengan flow ratio controller
pada masing-masing pass. Jika ada perubahan pada total feed dengan
mengatur master controller yang secara otomatis memerintahkan kontrol
masing-masing pass.

 Pengendalian Pembakaran

Pilot gas, fuel gas dan fuel oil yang masuk ke heater diatur dengan
pengendali tekanan untuk mengendalikan heat release pada burner.

Pilot gas controller pada umumnya menggunakan self-regulating pressure


control valve (PCV).

Fuel gas and fuel oil dikotrol dengan PIC dan FCV masing-masing dan
sisanya diautr dengan

 Pengendalian Fuel / Air Flow Control


Untuk menjaga agar pembakaran didalam heater tetap stabil dan
optimum maka konsumsi fuel dan udara yang masuk harus diatur. Untuk
itu dipasang flow control dan temperature control. Sinyal masukan
diperoleh dari Flow Transmitter atau Temperatur element yang
diteruskan ke sebuah control di control room dan hasilnya digunakan
untuk membuka/menutup control valve.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


3.10.2 Langkah Mengoptimalkan Proses Kontrol

Langkah-langkah mengoptimalkan proses kontrol pada operasional boiler dan


furnace dibagi dalam 2 lingkup yaitu:

a. Lingkup Operator
 Mengusahakan sistem kontrol beroperasi dengan mode otomatis “Auto
Mode”
 Melakukan tindakan alternatif untuk mengatasi kondisi tidak normal
(kerusakan peralata dan kondisi operasi) yang berubah secara
mendadak.

b. Lingkup Peralatan atau sistem kontrol


 Mengkomunikasikan dengan pihak terkait (instrumentasi) untuk
melakukan pemeriksaan dan kalibrasi sistem instrumentasi antara lain
sensor, transmitter, tunning control, dll.

3.11 Review Kondisi Akhir


Tujuan utama melakukan review kondisi akhir adalah menilai pencapian dari
pengaturan optimasi dan memberikan umpan balik pada langkah optimasi
mendatang. Review kondisi akhir ini biasanya akan dilakukan pada saat melakukan
audit performance secara periodik.

Dokumen dan cara yang digunakan sama dengan yang dipergunakan pada langkah
review base line diatas.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


3.12 Perilaku dan Kepemimpinan
3.12.1 Aktualisasi Nilai, Perilaku dan Kepemimpinan Pribadi

Pesan kunci dalam konsepsi tata nilai pribadi diantaranya:


 Memiliki tujuan (visi) untuk merealisasikan peran
 Memiliki nilai-nilai pribadi yang mendukung dan menjadikan sebagai
perannya.
 Mengerahkan segala daya upaya untuk mengajak kearah yang benar

Aktualisasinya dalam program BFO yaitu mewujudkan peran sebagai peribadi, yaitu:
 Mampu menselaraskan tujuan pribadi dengan tujuan yang diharapkan
dari optimasi Boiler / Furnace (termasuk tujuan perusahaan).
 Mendedikasikan tenaga, pengetahuan, dan ketampilan untuk
menwujudkan sasaran BFO
 Faham peran dan tanggungjawab dalam tugas sehari-hari.

3.12.2 Pemahaman Visi, Pola Pikir, Perilaku Organisasi

Pesan kunci dalam konsepsi tata nilai pribadi diantaranya:


 Men-deliver nilai-nilai luhur pada lingkungannya.
 Membangun kerjasama kelompok.
 Bertanggungjawab mewujudkan tujuan ditetapkan organisasi
(perusahaan).

Aktualisasinya dalam program BFO yaitu mewujudkan peran dalam kelompok, yaitu:
 Mampu menselaraskan tujuan pribadi dengan tujuan yang diharapkan
dari optimasi Boiler / Furnace (termasuk tujuan perusahaan).
 Mendedikasikan tenaga, pengetahuan, dan ketampilan untuk
menwujudkan sasaran BFO
 Faham peran dan tanggungjawab dalam tugas sehari-hari.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Konsepsi Pesan Aktualisasi

Nilai Pribadi,  Memiliki tujuan (visi) untuk Mewujudkan peran sebagai peribadi
Perilaku dan merealisasikan peran
kepemimpinan  Memiliki nilai-nilai pribadi yang  Mampu menselaraskan tujuan
mendukung dan menjadikan pribadi dengan tujuan yang
sebagai perannya. diharapkan dari optimasi Boiler /
 Mengerahkan segala daya upaya Furnace (termasuk tujuan
untuk mengajak kearah yang benar perusahaan).
 Mendedikasikan tenaga,
pengetahuan, dan ketampilan untuk
menwujudkan sasaran BFO
 Faham peran dan tanggungjawab
dalam tugas sehari-hari.

Kefahaman visi,  Men-deliver nilai-nilai luhur pada Mewujudkan peran dalam kelompok
pola pikir, perilaku lingkungannya.
organisasi  Membangun kerjasama kelompok  Mampu menceritakan visi/tujuan BF
 Bertanggungjawab mewujudkan kepada lingkungan kerjanya
tujuan ditetapkan organisasi dengan jelas
 Mengajak, mendorong, memotivasi
(perusahaan)
lingkungan kerjanya untuk
menjalankan langkah-langkah BFO
dengan benar
 Mewujudkansuasana kerja yang
harmonis kondusif, sehingga
tercipta kelompok kerja yang solid,
saling mendukung

Gambar 3.17 Perilaku dan kepemimpinan

PT. PERTAMINA (PERSERO)


4 Langkah-langkah untuk Menjamin
Keberlanjutan
Peserta BFO harus memperhatikan hal berikut untuk sustainability of
impact
▪ Saya akan melatih dan memberi contoh pada ▪ Saya mengerti BFO akan membantu pekerjaan
yang lainnya bagaimana melakukan hal yang saya agar menjadi aman, reliable dan lebih baik
benar dari sebelumnya.
▪ Saya akan Iangsung memberi feedback jika yang ▪ Saya tahu bahwa PPS adalah cara bagi saya
lain tidak melakukan hal yang aman dan reliable. untuk berkontribusi, dari bottom-up, cara
▪ Saya akan menjamin BFO beroperasi yang lebih baik.
sebagai living book dengan
cara memberi feedback Role-modeling Mengembang- ▪ Saya yakin kita semua harus
kan berkembang, atau kompetitor
secara aktif untuk
pemahaman akan merebut bisnis dan
pengembangan BFO. dan dan pekerjaan kita.
keyakinan
Perubahan
▪ Saya mengerti BFO skills yang perilaku dan ▪ Saya tahu bahwa akreditasi
dipelajari selama training. Mindset dalam BFO adalah baik
Developing Reinforcing
▪ Saya bisa melaksanakan BFO untuk karir saya.
talent and with formal
dalam tugas saya. Pengemba-
skills
Memperkuat
mechanisms ▪ Saya tahu bahwa BFO
ngan dengan membantu saya mencapai
talenta & mekanisme
target dan metriks
skill formal
▪ Saya tahu cara meningkatkan keahlian saya ▪ Saya tahu bahwa perkembangan diri saya
dengan training dan buku PPS tambahan. tercatat, sehingga Pertamina mengetahui usaha-
usaha dan perkembangan saya.

PERTAMINA 0
Source: McKinsey
Gambar 4.1 Perubahan Perilaku dan Mindset untuk Sustainability

PT. PERTAMINA (PERSERO)


4.1 Pemberian Panutan (Role-Modeling)

Gambar 4.1 Pemberian Contoh Panutan (Role Modeling)

4.1.1 Bagaimana Anda Menggunakan Waktu Anda?

 Manajemen (GM, SMAM, ManProd, ManEng, dll) berdiskusi tentang BFO


secara rutin
 Manajemen menjadi “pemilik” BFO
 Kepala Bagian memimpin BFO
 Frontline saling mendukung dan juga harus dapat menjadi contoh panutan

4.1.2 Pertanyaan Apa yang Anda Tanyakan?

 Pandu pertanyaan untuk mencapai target-target BFO


- Apa saja penghalangnya?
- Bantuan apa yang bisa saya berikan?

PT. PERTAMINA (PERSERO)


4.1.3 Bagaaimana Reaksi Anda Terhadap Kondisi di Luar Kebiasaan?

 Mengkaji hasil-hasil RCPS dan memastikan kembali akar permasalahannya


(baik teknis maupun non teknis) sudah teridentifikasi
 Memastikan bahwa solusi sudah dijalankan dan isu-isu yang ada sudah
diselesaikan

4.1.4 Hal apa yang Anda Beri Imbalan?

 Memberi pengakuan terhadap pencapaian-pencapaian tonggak BFO, kinerja


lapangan yang bagus serta terealisasinya target-target.

4.1.5 Tindakan Simbolik Anda yang Anda Ambil?

 Menunjukkan komitmen untuk menyelesaikan isu-isu.


 Memberikan komitmennya dan mempercepat pengadaan aksesosi yang
dibutuhkan.
 Memberi pengakuan kepada frontline yang sudah bekerja melampaui
deskripsi pekerjaannya guna meningkatkan operasi boiler dan dapur.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


4.2 Pembangunan Pengertian dan Pemahaman

Gambar 4.2 Pembangunan Pengertian dan Pemahaman

4.3 Pembangunan Keterampilan dan Kemampuan


Peningkatan keterampilan dan pemeliharaan kompetensi yang berkelanjutan dapat
menggunakan akademi operasi, komunitas praktisi, dan Modul kompetensi dan
penilaian konpetensi.

 Akademi operasi
- PIC dari RU dan OPI akan menghadiri workshop pra-deployment
selama 2 hari
- Modul-modul kompetensi akan dibawakan di awal BFO
- Ada on-the-job training dengan workshop check-in dan lesson learnt
- Tim sentral akan mengadakan pulse check untuk:
- Tingkat ketaatan terhadap metodologi
- Kemajuan inisiatif

 Komunitas praktisi
- Informal: email kelompok, newsletter

PT. PERTAMINA (PERSERO)


- Formal: telekonferensi bulanan untuk berbagi pengetahuan, forum
pengetahuan Triwulanan

 Modul kompetensi dan penilaian konpetensi.


- Akan disediakan modul kompetensi
- Akan diadakan penilaian kompetensi melalui pengamatan lapangan
serta wawancara dengan menggunakan daftar checklist yang sudah
dirancang sebelumnya

4.4 Penerapan Mekanisme Formal


Program penerapan mekanisme formal harus dilakukan dengan
mempertimbangkan pencapaian kinerja melalui proses yang berkelanjutan di
antaranya:
a. Penetapan bisnis dan strategi
b. Penetapan dan kesepakatan KPI/SMK
c. Penetapan dan kesepakatan target
d. Melakukan tracking kinerja
e. Diskusi kinerja
f. Pemberian apresiasi dan konsekuensi.

Gambar 4.3 Gambaran penerapan mekanisme formal

PT. PERTAMINA (PERSERO)


5 Akreditasi
5.1 Konsep akreditasi
Akreditasi memerlukan tim PPS brick/ element untuk menentukan suatu target
pembelajaran/pengaplikasian individu berdasarkan standar tertentu,
mengidentifikasi metode untuk memastikan tingkat pembelajaran/pengaplikasian
tersebut, mengumpulkan dan mengkaji hasil penilaian, dan kemudian menentukan
sasaran serta mengalokasikan sumber daya untuk improvement

5.2 Mengapa harus diakreditasi


 Akreditasi memberikan standar kompetensi, menjamin kualitas kompetensi yang
dimiliki oleh individu yang telah terakreditasi.
 Akreditasi memastikan bahwa PPS brick/element materials telah melewati
kajian-kajian menyeluruh untuk memastikan bahwa kriteria dasar keamanan,
kehandalan, dan optimasi telah tercapai, serta diharapkan dapat berlanjut
 Akreditasi memberikan pengakuan bagi individu
 Akreditasi melibatkan komitmen kepada perbaikan (improvement) berkelanjutan
 Akreditasi berperan sebagai salah satu komponen utama dalam pengembangan
karir individu di Pertamina

5.3 Apa saja jenjang yang akan diberlakukan


Akreditasi dilakukan dalam dua jenjang, yaitu Pemula dan Praktisi. Penjenjangan ini
dilakukan berdasarkan tingkat pemahaman (knowledge) dan
keterampilan/pengalaman (skill/experience) peserta akreditasi
 Pemula diharapkan dapat melakukan operasi boiler yang optimal dengan
supervisi dari atasan
 Praktisi tidak hanya diharapkan dapat melakukan optimasi boiler/furnaces secara
mandiri, tetapi juga bisa meng-coach orang lain untuk mengoptimasi. Selain itu,
Praktisi juga diharapkan dapat menemukan potensi perbaikan dan melakukan
perbaikan/pengembangan prosedur optimasi boiler/furnace menjadi lebih baik

PT. PERTAMINA (PERSERO)


5.4 Mengapa harus dijenjangkan
 Penjenjangan memberi solusi kepada dua persoalan. Pertama, kebutuhan untuk
akreditasi PPS bervariasi sesuai dengan tanggung jawab fungsional, dan kedua,
kebutuhan pembinaan dan pengembangan karir masing-masing individu
 Jenjang Pemula mengakomodir kepada individu-individu yang pekerjaannya
membutuhkan mereka untuk diakreditasi, atau mereka yang tertarik untuk
pindah ke posisi yang membutuhkan akreditasi ini
 Jenjang Praktisi mengakomodir secara spesifik hanya untuk individu-individu
yang pekerjaannya membutuhkan untuk akreditasi tersebut

5.5 Apa manfaat penjejangan


Penjenjangan akan memberikan kesempatan kepada individu untuk memfokuskan
upaya pada jenjang yang diperlukan
Jenjang akan menyaring hanya individu yang qualified untuk mengikuti tahap-tahap
upskilling yang semakin lama semakin kompleks, sehingga mengoptimalkan coaching
resource yang diperlukan. Demikian juga sehingga
Levels serve to filter through only qualified individuals to participate in increasingly
complex upskilling process, hence optimizing the coaching resource, as well as
protecting the reliability of assets used in the upskilling process towards advanced
accreditation

5.6 Bagaimana melakukan akreditasi


5.6.1 Proses akreditasi

Akreditasi dilakukan kepada individu yang sudah mengikuti training mengenai BFO.
Cara melakukan akreditasi berbeda untuk jenjang Pemula dan Praktisi

 Pemula Akreditasi pemula dilakukan dengan menggunakan dua alat ukur, yaitu
tes tertulis dan wawancara lapangan (field interview). Field interview hanya
dilakukan apabila individu sudah melewati tes tertulis

Tes tertulis meliputi 24 butir soal yang menguji peserta tentang 8 langkah utama
dalam BFO. Untuk setiap langkah utama tersebut individu akan diuji dalam tiga
tingkatan pemahaman yang berbeda, yaitu:

PT. PERTAMINA (PERSERO)


(1) Pemahaman dasar
(2) Pemahaman komprehensif
(3) Kemampuan eksekusi dengan supervisi
Wawancara lapangan dilakukan oleh individu yang berhasil menjawab seluruh
pertanyaan tertulis. Wawancara dilakukan oleh satu orang tim pengawas
terhadap individu, dengan mengacu kepada jawaban tes tertulis yang sudah
dilakukannya. Wawancara dilakukan untuk memastikan bahwa individu
memahami tidak hanya teori tetapi paham hal-hal yang penting untuk diketahui
di lapangan

 Praktisi Akreditasi praktisi hanya dilakukan kepada individu terakreditasi Pemula


yang memiliki akses terhadap tools optimasi – yaitu individu yang
mengoperasikan boilers/furnaces secara langsung, melalui dua tahapan, yaitu
eksekusi workbook dan review oleh panel. Kedua tahap ini memastikan bahwa
individu memiliki tingkat pemahaman yang diperlukan seorang praktisi PPS, yaitu

(4) Kemampuan eksekusi tanpa supervisi


(5) Kemampuan melakukan coaching kepada orang lain
(6) Kemampuan mengidentifikasi peluang dan melakukan perbaikan prosedur
Exercise dalam workbook akan membimbing individu untuk melakukan sejumlah
aktivitas yang penting dilakukan oleh praktisi BFO. Dalam melakukan aktivitas
dalam workbook ini, individu perlu didampingi (dalam pengawasan atau
bimbingan) seorang coach se-level supervisor. Selain itu seorang engineer (ECLC
atau PE) perlu mengetahui proses pelaksanaan aktivitas ini. Peserta diharapkan
dapat melaksanakan aktivitas dalam workbook ini dengan sempurna, yang
ditandai dengan tercapainya tujuan-tujuan aktivitas dan terlaksananya seluruh
deliverables yang diharapkan

Review oleh Panel dilakukan setelah individu menyelesaikan seluruh aktivitas


yang ada di dalam workbook. Dalam tahap ini individu akan mempresentasikan
apa yang telah dilaksanakannya dan mendapat challenge dari panel untuk
memastikan tingkat pemahaman keterampilan yang diharapkan dari seorang
praktisi. Panel terdiri atas Tim BFO dari Pusat, MK (most-knowledgeable)
supervisor, engineer (ECLC/PE), dan Section Head ECLC.

5.6.2 Kriteria akreditasi

PT. PERTAMINA (PERSERO)


 Pemula
Untuk lulus diakreditasi menjadi seorang Pemula, individu harus bisa menjawab
100% dari 3 level pertanyaan yang diajukan dalam tes tertulis, dan menjawab
100% pertanyaan

 Praktisi
Untuk lulus diakreditasi menjadi seorang Praktisi, seorang individu harus
menyelesaikan 100% exercises yang ada di dalam workbook dan melewati review
dari panel sehingga dinyatakan lulus oleh Panel. Panel akan menyatakan lulus
apabila individu betul-betul menguasai 100% exercise yang diguide dalam
workbook

Akreditasi
Akreditasi BFO akan dilakukan dalam dua langkah: Pemula dan Praktisi
BFO accreditation

Process BFO Tim Pengawas


manager Trainer2 RU1

Overall
process In-class
“Praktisi”
and field “Pemula” accreditation Exercises
accreditation
training

BFO BFO MK Written Admin: Field RU Work RU Work BFO RU


book Trainer test ECLC/PE interview ECLC/ book ECLC/ book Trainer MK
▪ Classroom materials questions Checker: questions PE exer- PE exer-
▪ Field training materials BFO cises cises
Trainer 2-3 days/
1-2 days 1 day person 3-6 months 1-2 days
Criteria Pass written test and field interview Complete workbook exercises and pass a
covering 3 levels of comprehension final-review by panel covering 3 aspects
▪ Basic understanding ▪ Executing independently
▪ Comprehensive understanding ▪ Coaching others
▪ Execution with a coach supervision ▪ Improving/developing procedures
Feedback for
Feedback for
improvement Are the fundamentals for … improvement
People development (CPDP/EPPD)

BFO 'pre-
Module 1, Module 4, Module 7, requisite'
Module 2, Module 5, Module 8,
Module 3, … Module 6, … Module 9, …

1 Tim Pengawas RU: Kabag ECLC, Proc.Eng, ECLC Eng (admin: ECLC), MKs, OPI RU
2 BFO trainer: spesialis, OPI Central (admin)
SOURCE: BFO PERTAMINA 1

Gambar 5.1 Gambaran proses akreditasi BFO secara umum

PT. PERTAMINA (PERSERO)


5.7 Siapa yang diakreditasi
Untuk level Pemula, ada dua kelompok individu yang layak untuk melakukan
akreditasi
 Mandatory individu yang harus melakukan akreditasi karena pekerjaannya
berkaitan langsung dengan operasi Boilers/Furnaces. Kelompok ini meliputi

 Panelman

 Field operator

 Pengawas utama produksi

 Engineer ECLC

 Section head ECLC

 Optional individu yang ingin diakreditasi untuk mendukung pengembangan


karirnya. Kelompok individu ini misalnya termasuk Process engineers dan
engineer lainnya

Untuk level Praktisi hanya kelompok individu yang pekerjaannya langsung berkaitan
dengan operasi Boilers/Furnaces yang akan bisa melakukan akreditasi. Dengan
demikian, hanya Pemula dari kelompok Mandatory di atas yang akan diakreditasi
sebagai Praktisi.

5.8 Siklus akreditasi


Kegiatan akreditasi Pemula, meliputi tes tertulis dan interview lapangan, dilakukan
secara berkala, empat kali dalam setahun. Secara umum akreditasi Pemula
direncanakan untuk dilakukan bulan Januari, April, Juli, dan Oktober.

Kegiatan akreditasi Praktisi, yaitu kegiatan panel review, direncanakan untuk


dilakukan dua kali dalam setahun setiap bulan April dan Oktober. Sebelum waktu
panel review ini lah para Pemula bisa mulai mengerjakan dan menyelesaikan
workbook exercises nya.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


5.9 Pengelolaan dan tracking
Pengelolaan proses dan konten akan dilakukan oleh tim di Pusat dan RU.

Tim di Pusat meliputi

5. VP Refining Technology -- pillar leader

6. BFO trainers/central experts including OPI coach

Tim di RU meliputi

1. Kabag ECLC

2. ECLC & PE engineers

3. Most-knowledgeable supervisors

Tracking progress akreditasi – mencatat siapa yang sudah diakreditasi dan siapa yang
sedang dalam proses, akan dilakukan dengan satu database terpusat yang diupdate
di RU dan dikonsolidasi di Pusat. Database ini akan terintegrasi dengan Knowledge
Portal yagn dimiliki Pertamina Pengolahan. Administrator utama – akan menjadi
owner dari tracking database— adalah OPI coach (Pusat) dan ECLC engineer (RU).

5.10 Proyeksi
Pada tahun 2010 diharapkan Pengolahan akan menyelesaikan akreditasi untuk
Pemula dan Praktisi sebanyak lebih dari 400 orang. Hal ini didasarkan pada asumsi
bahwa akreditasi Pemula dan Praktisi akan memiliki yield atau success rate tertentu,
yaitu 50% untuk Pemula dan 30% untuk Praktisi

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Akreditasi
Pada tahun 2010 sejumlah 420 karyawan bisa diakreditasi hingga level
Pemula dan 100 operator level Praktisi ESTIMASI AWAL

Asumsi
• Pre-akreditasi di awal meliputi 20 MK dan 4 engineers (ECLC, PE) di setiap RU
▪ Setiap RU rata-rata 10 unit proses @ 2 orang MK (dari dua shift berbeda)
▪ 4 orang engineers (2 PE & 2 ECLC)
• Akreditasi operator
▪ RU rata-rata memiliki 120 operator B/Fs (10 unit proses @ 3 operator per shift)
▪ 50% yang diakreditasi Pemula lulus pada kesempatan pertama
▪ 30% yang diakreditasi Praktisi lulus pada kesempatan pertama

Jumlah karyawan yang terakreditasi pada kesempatan pertama

Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Approx. 20 MK +
Pemula

4 Eng + 60 Ops
in each RU

Approx. 20 Ops
Praktisi

Exercise berdasarkan workbook


in each RU

Total 420 Total 100


Pemula Praktisi

SOURCE: BFO PERTAMINA 7

Gambar 5.2 Akreditasi Pemula dan Praktisi tahun 2010

PT. PERTAMINA (PERSERO)


6 Penutup
Buku ini mengupas langkah-langkah praktis dilapangan.

Buku ini akan bermanfaat, apabila diikuti dan diterapkan dalam aktifitas sehari-hari dan
terus dilakukan penyempurnaan sejalan dengan kondisi di lapangan.
Memberikan panduan akreditasi secara lengkap dan praktis, untuk menjamin
ketersediaan kompetensi pekerja.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Daftar Pustaka
Agustian, Ary Ginanjar, “ESQ Power”, PT Arga, Jakarta 2003.

Baker I, “Safe Operation of Fired Heaters”, BP International Ltd, Operation Support Division,
BTS, Group Engineering and Technical Center, Britanic House, London EC2Y
9BU, 1986.

Charles E. Baukal, JR, “The John Zink Combustion Handbook”, John Zink Company, CRC
Press, 1st Edition, 2001.

Perry, “Perry’s Chemical Handbook”, 1983.

Tambunan, Emil, “Kunci Sukses dalam Manajemen Kepemimpinan”, Indonesia Publishing


House, Bandung, 1998.

Wiehe, IA, “Petroleum Fouling: Causes, Tools and Mitigation Methods”, Journal, 2002”.

_________ “Materi Kursus Heater & Boiler”, UOP, 2010.

_________ “Materi Kursus Heater & Boiler”, Shell Global Solution, 2008.

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Daftar Istilah
Akreditasi Mengikuti persyaratan pada posisi tertentu

Antisipasi Penganganan

Best Practice Penerapan terbaik dilapangan

Balanced draught Digunakan sebagai kombinasi antara induced draught dan


forced draught.
Deposite Endapan yang mengeras

Driving force Gaya yang mempengaruhi

Efisiensi Tepat Guna

Eleminasi Pengurangan

Emisi Buangan dalam ukuran tertentu

Excess Air Udara Berlebih

Field Interview Ujian wawancara dilapangan

Firebox Ruang Bakar

Fluida Sesuatu yang dapat mengalir

Frontline Pekerja yang memberikan dampak langsung

Fuel Bahan Bakar

Forced draught Jika percampuran udara dan bahan bakar dikehendaki lebih
baik, maka diperlukan forced draught fan (FDF). FDF
digunakan untuk memasok udara pembakaran pada burner.
Pada kondisi ini, terjadi tekanan positif dalam windbox yang
digunakan untuk mengalirkan (meniupkan) udara pada
burner.
Insiden Kejadian fatal

Induced draught Jika tinggi cerobong tidak mencukupi, maka induced draught
fan diperlukan. IDF ditempatkan dalam ducting antara heater
dan cerobong dan gas hasil bakar keluar dari heater.
Kompetitif Berdaya saing

Konsisten Taat Azas

PT. PERTAMINA (PERSERO)


MOC (Management Of Change) Pengaturan dari perubahan/modifikasi
yang akan dilakukan

Natural draugt Jika draft diperolehdari hanya menggunakan cerobong.


Offspesification Persyaratan tidak terpenuhi

Optimasi Perubahan kondisi menuju optimum

Otorisasi Aturan untuk wewenang penuh

Paper Test Ujian tertulis

Profitabilitas Keuntungan

Prosedur Tata Kerja

Readiness Kesiapan fungsi peralatan

Refractory Lining Lapisan Tahan Api

Reliabilitas Kehandalan

Resistance Hambatan

Review Peninjauan kembali

Solusi Penyelesaian masalah

Thermal Conductivity Daya hantar panas pada padatan

Transformasi Perubahan menyeluruh

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Daftar Singkatan

PT. PERTAMINA (PERSERO)


Daftar Lampiran
Lampiran - 1. Lembar Kerja Pemeriksaan atau Audit Furnace atau Boiler.
Lampiran - 2. xxx
Lampiran - 3. xxx
Lampiran - 4. xxx
Lampiran - 5. xxx

PT. PERTAMINA (PERSERO)

Anda mungkin juga menyukai