Anda di halaman 1dari 2

Renungan Harian Katolik, Jumad 11 Agustus 2023

Pw S, Klara, Prw
Ul 4:32-40
Mat 16:24-28

Doa
Renungan
Saudara dan saudariku yang terkasih
Dalam bacaan pertama hari ini, kita mendengar tentang bagaimana Musa kembali mengingatkan bangsa
Israel tentang segala keajaiban yang dilakukan Tuhan kepada mereka. Ini adalah pesan kenangan dan
merupakan ringkasan dari sejarah Israel. Atau kita bisa menyebutnya sebagai kesadaran kembali akan
pemberian Tuhan, fakta yang dengannya Dia telah membuktikan cintanya, tentang bagaimana Dia hadir
setiap saat. Tuhan telah bertindak seperti seorang ayah. Dia mendidik dengan kata-katanya, Dia
menunjukkan dirinya penuh cinta dan setia dalam perjanjianNya. Kata “Hari ini” adalah salah satu kata
kunci dari Bacaan pertama yang kita dengar. Itu adalah undangan yang harus kita perbarui untuk hidup
setiap hari secara penuh. Masa lalu tidak lagi di tangan kita, kita belum memiliki masa depan, tetapi “Hari
ini” ada di tangan saya, ada di tangan kita semua untuk membangunnya sesuai dengan kehendak Tuhan
yang adalah sumber kebahagiaan kita.
Tuhan memiliki cara yang unik untuk mendekati kita. Pertama dia bertindak, Dia memberi kita
kehidupan, menciptakan kita menurut gambar dan rupaNya, Dia menempatkan seluruh ciptaan untuk
melayani kita, Dia membawa orang-orang Yahudi keluar dari Mesir, Dia membuat perjanjian
persahabatan dengan mereka. Setelah melakukan pekerjaan-pekerjaan besar untuk kebaikan kita, setelah
menunjukkan kepada kita bahwa Dia mencintai kita, Dia berbicara kepada kita, mengajari kita jalan yang
harus kita ikuti untuk menjadi bahagia: “hari ini, agar kamu berbahagia”. Dan dia meminta kita untuk
tidak pernah melupakan apa yang telah Dia lakukan terhadap kita: “Berhati-hatilah untuk tidak
melupakan peristiwa yang disaksikan matamu, sehingga tidak meninggalkan ingatanmu selama
hidupmu.”
Saudara dan saudariku yang terkasih
Dalam Injil hari ini, Yesus memberi tahu kita, apa syarat untuk mengikuti Dia secara lebih dekat. Dia
berkata: “Barangsiapa ingin mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan
mengikuti Aku.” Kita tahu bahwa Murid-murid telah meninggalkan segalanya untuk mengikuti Dia, tetapi
Yesus tidak puas dengan kelekatan terhadap hal-hal materi, Dia menginginkan kesanggupan diri kita
sehingga Dia dapat menjadi pusat kehidupan kita. Tuntutan untuk menyangkal diri dan memikul salib,
tidak mudah dipahami dan dijalani. Tetapi tanpa persyaratan ini tidak ada kehidupan Kristiani yang sejati.
Hidup kita tidak dibuat untuk disimpan, tetapi untuk diberikan. Mencintai bukanlah “merasakan suatu
gairah”, “bukan juga ingin memiliki yang lain”, melainkan melupakan diri sendiri untuk memberikan diri
kepada orang lain. Rahmat Tuhan tidak akan berkurang jika kita benar-benar masuk ke dalam dinamika
untuk mengikutiNya. Salib Kristus Yesus yang mulialah yang memberi makna bagi hidup kita, yang
menuntun kita ke mana kita harus berjalan untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan bermakna itu.
Salib adalah jalan iman dan pertobatan kita yang menuntun kita menuju hidup yang kekal. Kita tahu betul
bahwa kita tidak memikul salib sendirian. Yesus membantu kita, berbagi dengan kita jalan penderitaan
yang sama. Yesus, dengan secara sukarela menerima kematianNya di kayu Salib, secara sukarela memikul
salib kita, salib semua manusia, dan yang menjadi sumber keselamatan bagi kita semua. Kita mengikuti
Kristus dari “Cinta kita kepadaNya”, yaitu mulai dari Cinta, dimana kita akan memahami pengorbanan
dan penyangkalan diri: “Siapa pun yang ingin menyelamatkan hidupnya akan kehilangannya, tetapi siapa
pun yang kehilangan nyawanya untukKu akan menemukannya.” Saudara dan saudariku yang terkasih,
menyangkal diri dan memikul salib kita sendiri adalah syarat mutlak untuk mengikuti Yesus. Jika tidak!!!
Mustahil bagi kita untuk menemukan diri kita sendiri, dan kitapun tidak dapat menyelamatkan hidup kita.
Amin.

Anda mungkin juga menyukai