Anda di halaman 1dari 6

IBADAT TRIDUUM HARI KEDUA ST.

YOSEF FREINADEMETZ
Yogyakarta, 27 Januari 2024

1. Lagu Pembuka
2. Tanda Salib
3. Kata Pengantar
Sama saudara yang terkasih dalam Kristus…
Hari ini kita memasuki Triduum hari kedua St. Yosef Freinademetz. Tema yang akan kita
renungkan adalah tentang Spiritualitas Salib Sebagai Ciri Khas Seorang Pengikut Kristus.
Dalam bacaan Injil Matius, kita akan mendengarkan tentang pemberitahuan pertama
tentang penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikuti Yesus. Tawaran Yesus ini ada
konsekuensinya. Ketika kita menyadari dan mengalami secara pribadi tawaran Yesus ini
dilema selalu muncul. Hal ini adalah indikasi yang normal bahwa kita masih manusia.
Sering kali sifat kemanusiawiaan kita menghalangi kita untuk menjawabi panggilan Tuhan
dengan tegas dan bersedia menjadi pengikut Kristus yang rela. Untuk itu, sebelum
melanjutkan ibadat Triduum ini, kita memohonkan kekuatan Tuhan untuk meneguhkan
langkah kita dengan memohon ampun dariNya.
4. Pernyataan tobat
Saya mengaku…
Semoga Allah yang Mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita, dan menghantar
kita kepada hidup yang kekal, amin.
5. Doa Pembukaan
Allah Bapa kami, kami bersyukur kepadaMu karena Engkau telah memilih St. Yosef
Freinademetz untuk menjadi teladan dalam mewartakan misi perdana di Negeri China.
Kami bersyukur karena hingga saat ini kami juga masih mengambil bagian dalam jejak
PuteraMu Yesus Kristus untuk mengemban misi yang sama seperti teladan kami St. Yosef
Freinademetz. Kami mohon, semoga kami semua mendapat kekuatan lewat doa St. Yosef
Freinademetz agar tetap setia dan tabah dalam menjalani misi Kristus dengan memikul
salib kami masing-masing. Kami juga berdoa bagi seluruh misionaris SVD, SSpS, dan
SSpS AP di seluruh dunia agar selalu dikuatkan dalam setiap tantangan oleh Kristus yang
tersalib dan bangkit. Sebab Dialah Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang masa,
amin.
6. Bacaan Injil
Pemberitahuan Pertama Tentang Penderitaan Yesus Dan Syarat-Syarat Mengikut
Dia (Matius 16:21-28)
16:21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus
pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam
kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. 16:22 Tetapi
Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah
menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." 16:23 Maka Yesus
berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-
Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang
dipikirkan manusia." 16:24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang
IBADAT TRIDUUM HARI KEDUA ST. YOSEF FREINADEMETZ
Yogyakarta, 27 Januari 2024

yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut
Aku. 16:25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan
apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? 16:27 Sebab Anak Manusia akan
datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan
membalas setiap orang menurut perbuatannya. 16:28 Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka
melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya.
Demikianlah Sabda Tuhan…
7. Homili
SPIRITUALITAS SALIB SEBAGAI CIRI KHAS SEORANG PENGIKUT KRISTUS
(MATIUS 16:21-28)
Sama saudara yang terkasih dalam Kristus…
Pada novena hari kedua St. Yosef Freinademetz ini, saya mengajak kita semua untuk
merenungkan spiritualitas salib sebagai ciri khas seorang pengikut Kristus. Dalam bacaan
Injil yang barusan kita dengar, ada dua sisi tawaran untuk mengikuti Kristus. Tawaran
pertama adalah tawaran profan digambarkan dalam diri Petrus yang meminta Yesus agar
mencari jalan pintas untuk mengatasi setiap persoalan hidup yang dihadapi. Kata Petrus
kepada Yesus, Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan
menimpa Engkau." Tetapi, Yesus menolak bahkan sampai membentak Petrus, enyahlah
Iblis! Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang
dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia. Tawaran kedua adalah tawaran
Ilahi. Tawaran ini mengajak kita untuk berproses. Dalam berproses kita dimampukan untuk
mengenal Allah dan kehendakNya, lalu kita mewartakanNya. Kata Yesus, “Setiap orang
yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut
Aku”. Sebelum kita memaknai spiritualitas salib pada zaman kita saat ini, St. Yosef
Freinademetz telah lebih dahulu menginternalisasikannya dalam misi di tanah China. Bagi
seorang misionaris, salib adalah makanan sehari-hari. Proses memikul salib telah dimulai
dalam keluarga St. Yosef Freinademetz. Dikisahkan bahwa, sejak St. Yosef Freinademetz
lahir ia langsung dibaptis pada saat itu. Keluarganya mewarisi pola iman bersahaja dan
ulet, setia pada kehendak Tuhan dan berjuang untuk mewujudkannya. Kerohanian keluarga
ini berpengaruh besar pada karya pelayanannya di kemudian hari, terutama sebagai
misionaris di negeri China. Dalam konteks kita sebagai pengikut Kristus saat ini pun, kita
melewati berbagai proses, mulai dari formasi dasar hingga profes kekal sebagai seorang
bruder dan ditahbiskan menjadi imam untuk seorang calon imam. Melewati proses tersebut
kita harus mengorbankan banyak hal, mulai dari meninggalkan keluarga dan masuk ke pola
hidup biara yang dituntut untuk selalu bangun pagi dan menyediakan waktu untuk memuji
Tuhan, bersyukur dalam doa dan perayaan ekaristi. Merubah pola hidup dari keluarga ke
IBADAT TRIDUUM HARI KEDUA ST. YOSEF FREINADEMETZ
Yogyakarta, 27 Januari 2024

dalam hidup membiara adalah salib-salib kecil yang menyiapkan kita untuk menerima
salib-salib yang lebih besar dan berat dalam perjalanan misi ke depan. Salib ini pun telah
dilewati oleh St. Yosef Freinademetz dalam kisahnya. Ia memulai pendidikan sebagai
calon imam di Keuskupan Bressanone atau Brixen. Dalam masa pendidikan ini, ia sudah
sering berpikir tentang bermisi di tanah asing. Pada tanggal 25 Juli 1875 ia ditahbiskan
menjadi imam dan ditugaskan di Gereja San Martino, Badia, dekat dengan kampungnya
Austria pada waktu itu. Wataknya yang penuh kasih dan dedikasinya yang tinggi langsung
menarik simpati umat yang dilayani. Akan tetapi di dalam hatinya, panggilan untuk bermisi
tak pernah mati. Karena itu, sesudah dua tahun berkarya sebagai imam, ia menghubungi P.
Arnoldus Janssen, pendiri rumah misi yang baru di Steyl, Belanda, untuk bergabung.
Ketika memohon ijin dari Uskup Gasser, dengan berat hati uskup itu memberi
persetujuannya. "Sebagai uskup Brixen, saya harus katakan Tidak, tetapi sebagai uskup
Gereja Katolik saya katakan Ya, karena ini kehendak Tuhan", kata uskup kepada P. Yosef
Freinademetz waktu itu. Kemudian kepada Arnoldus Janssen yang secara khusus bertemu
dengan dirinya ia berkata, "Silahkan ambil puteraku, Freinademetz, dan jadikanlah dia
seorang misionaris sejati." Demikianlah Freinademetz dilepaskan dari segala ikatan dengan
keuskupan”. Pada tanggal 11 Agustus 1878, P. Yosef Freinademetz merayakan Ekaristi
perpisahan dengan umat paroki San Martino, tempat ia berkarya. Dalam kotbahnya ia
menyatakan keyakinan dan tekadnya menjadi seorang misionaris. “Atas kebaikan Tuhan
yang tak terselami, Gembala Baik yang Ilahi telah berkenan mengundang saya supaya pergi
bersama dengan Dia ke padang gurun, dan membantu Dia mencari domba-domba yang
tersesat. Apa yang harus saya buat selain dengan sukacita dan dengan rasa syukur saya
mengecup tanganNya dan mengucapkan perkataan Kitab Suci, ‘Lihat, saya datang!’
Seperti Abraham, saya tinggalkan rumah dan orangtuaku, kampung halaman dan Anda
sekalian yang saya cintai, dan pergi ke tanah yang akan ditunjukkan Tuhan kepadaku. Saya
merasa berat meninggalkan orangtuaku yang tercinta dan begitu banyak penderma dan
sahabat. Tapi pada akhirnya, manusia itu ada bukan untuk dunia ini. Dia diciptakan untuk
sesuatu yang lebih besar, bukan untuk menikmati hidup ini, melainkan untuk bekerja di
tempat Tuhan yang memanggilnya. Sungguh, sebuah proses memikul salib yang menuntut
pengorbanan besar dan tekad yang kuat. Selepas perpisahan itu, ia pun berangkat ke Steyl,
Belanda, dan diterima masuk ke dalam rumah misi yang baru ini dan selang beberapa bulan
kemudian, yakni pada tanggal 2 Maret 1879, ia diutus menjadi misionaris perdana ke Cina,
bersama dengan seorang misionaris lain, yakni P. Yohanes Baptis Anzer.
Sama saudara yang terkasih dalam Tuhan…
Tawaran untuk menjadi pengikut Kristus tidak serta-merta membuat kita menyangkal atau
menolak secara radikal semua tawaran-tawaran profan. Hal ini tidak mungkin, karena kita
masih berada di bumi dan kecenderungan sifat-sifat kemanusiawian kita masih tetap
melekat bersama kita sampai mati. Hal itu juga tidak berarti kita memanfaatkan alasan
kemanusiawian tersebut untuk terlena dan bertindak seturut keinginan daging, tetapi
biarlah semuanya ini terjadi dan mengalir seturut proses yang alamiah. Proses yang alamiah
itu kalau capai, katakan capai, kalau sibuk katakan sibuk. Jangan menyematkan kata malas
di dalamnya untuk menjadikannya tak berdaya. Ketika kita kalah dan tak berdaya kita akan
terperangkap dan cenderung mengikuti keinginan daging, kita akan menjadi orang yang
IBADAT TRIDUUM HARI KEDUA ST. YOSEF FREINADEMETZ
Yogyakarta, 27 Januari 2024

permisif dalam banyak hal, termasuk permisif dalam menjalani rutinitas kita sebagai
seorang biarawan dan di dalam tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepada kita
masing-masing. Melawan rasa malas adalah bentuk pengorbanan terbesar dan bagian
terberat dalam memikul salib sebagai pengikut Kristus. Konsekuensi ini terungkap dalam
bacaan Injil tadi, bahwa "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan
nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena
Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi
kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-
Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya”. Pernyataan
terakhir Yesus inilah yang juga merupakan salah satu alasan kita untuk mengikutiNya,
karena akan mendapatkan ganjaran surgawi seturut iman dan perbuatan kita.
Sama saudara yang berbahagia dalam triduum hari kedua St. Yosef Freinademetz…
Pernyataan Yesus tentang barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya
adalah kalimat sakti yang menjadi kekuatan dalam perjalanan misi perintis St. Yosef
Freinademetz di negeri China. Perjalanan menuju China ini ternyata menjadi perjalanan
misi satu-satunya tanpa sekalipun ia kembali ke tanah kelahirannya di Benua Eropa. Lima
minggu berlayar menuju China, P. Yosef Freinademetz dan P. Yohanes Anzer tiba di
Hongkong. Sesudah dua tahun persiapan di Hongkong, pada tahun 1881, P. Yosef beralih
ke Shantung Selatan, sebuah provinsi di Cina, dengan dua belas juta penduduk, tetapi
hanya ada 158 orang Kristiani. Kita semua tahu, bahwa tahun-tahun awal merintis sebuah
misi baru itu sangat berat, karena penuh dengan perjuangan dan tantangan dalam
membentuk komunitas Kristiani. Ketika komunitas itu mulai menampakkan bentuk, P.
Yosef Freinademetz mendapat tugas dari uskupnya untuk meninggalkan semua itu dan
beralih ke tempat lain dan memulai lagi karya yang baru, dengan situasi baru, orang baru
dan tantangan baru pula. Menghadapi semua ini, P. Yosef Freinademetz hanya berpegang
pada kata-kata Kristus bahwa, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku". Inilah kekuatan P. Yosef Freinademetz
yang paling menonjol pada waktu itu dan ia lukiskan kerinduannya dalam surat-suratnya
kepada tanah kelahirannya, tetapi kerinduan itu tidak sekalipun diwujudkannya, karena ia
ingin selalu hadir di tengah umat yang dilayaninya. Pada tahun 1900, ketika ada perayaan
25 tahun SVD di Steyl, P. Yosef Freinademetz memutuskan untuk tidak menghadirinya
karena mau hidup dan senasib dengan umatnya. Di kala itu umatnya sering dianiaya oleh
"Kaum Boxer” China yang sangat anti pengaruh asing. Ia sadar akan gawatnya keadaan
ini, tetapi memutuskan untuk tidak meninggalkan umatnya, karena ia mau senasib dengan
mereka. Kata-kata terkenalnya ialah, “Saya mencintai China dan orang-orang China. Saya
ingin mati dan dikuburkan di antara mereka, dan di surga nanti saya pun mau tetap menjadi
orang China”.
Sama saudara yang terkasih…
Kemampuan St. Yosef Freinademetz dalam mempelajari bahasa China dan keterbukaan
hatinya untuk berinkulturasi secara China membuatnya menemukan kebesaran dan
IBADAT TRIDUUM HARI KEDUA ST. YOSEF FREINADEMETZ
Yogyakarta, 27 Januari 2024

keindahan budaya China. Ia begitu menyatu dengan budaya itu dan mengasihi orang-orang
China. Ia men- dharmabhaktikan diri untuk pewartaan Injil, membawa pesan cinta Tuhan
kepada umat manusia, dan sungguh mewujudkan cinta itu di dalam komunitas Kristiani di
China. Ia menggerakkan komunitas-komunitas umat beriman agar terbuka dan menyatu
dengan masyarakat sekitar. Ia mendorong orang-orang Kristiani China untuk menjadi
misionaris bagi masyarakat mereka sendiri, sebagai katekis, biarawan dan biarawati serta
imam. Ia percaya kasih Tuhan mampu mengalahkan segala perbedaan. Keyakinan ini
terungkap dalam kalimat emasnya bahwa, "Satu-satunya bahasa yang bisa dimengerti oleh
semua orang ialah Bahasa Cinta." Marilah sama saudara sekalian, sebagai pengikut Kristus
di masa kini yang ditunjang oleh sarana-prasarana moderen, kita berproses seperti St.
Yosef Freinademetz sambil memikul salib-salib kecil kita sehari-hari untuk menemukan
Kristus, mengenalNya dan menghidupiNya serta menjadikan hati Yesus hidup dalam hati
semua manusia, amin.

8. Aku Percaya
9. Doa Umat
1) Bagi Para Pemimpin Gereja
Semoga Allah Bapa menganugerahkan rahmat kebijakan bagi para pemimpin gereja
seluruh dunia, Paus Fransiskus, para pemimpin gereja lokal, para uskup, dan para
pastor paroki dan rekannya, agar tetap setia dan tekun menjalankan tugas-tugas yang
dipercayakan dan semakin bijak memperhatikan kebutuhan iman umat di zaman ini,
Kami mohon…
2) Bagi para misionaris SVD, SSpS, SSpS AP
Semoga oleh doa St. Yosef Freinademetz, sang misionaris sulung kami, kami semua
yang mengambil bagian dalam misi Kristus lebih mengenal Kristus dan kehendakNya,
mewartakanNya dalam setiap tugas dan pelayanan, serta bertanggung jawab dengan
tugas yang dipercayakan kepada kami masing-masing. Kami mohon…
3) Bagi Mitra awam SVD, SSpS dan SSpS AP
Semoga kesetiaan dan keikhlasan para mitra awam SVD dan SSpS dan SSpS AP dalam
mendukung karya misi kami, mendapat berkat kesehatan, kesuksesan dan keteguhan
iman dalam berbagi kasih kepada sesama yang membutuhkan di sekitar kami dan untuk
kebutuhan misi di seluruh dunia. Kami mohon…
4) Bagi komunitas kita
Semoga berkat doa St. Yosef Freinademetz, komunitas kami ini semakin diteguhkan
dalam kasih persaudaraan, dikuatkan dalam iman dan saling terbuka dan mendukung
satu sama lain dalam tugas dan tanggung jawab kami masing-masing. Kami mohon…
10. Bapa Kami
11. Doa Penutup dan berkat
Allah sumber cinta kasih, Engkau telah menunjukkan kasihMu lewat PuteraMu yang
tersalib untuk menebus salah dan dosa kami. Kami mohon, semoga oleh kekuatan Kristus
yang tersalib dan bangkit, iman kami selalu dibaharui untuk tetap setia dan berbakti
kepadaMu dalam situasi-situasi hidup kami. Buatlah kami merasa bersyukur dalam
mengalami sukacita dan kebahagiaan hidup dan tetap berpasrah pada kehendakMu pada
IBADAT TRIDUUM HARI KEDUA ST. YOSEF FREINADEMETZ
Yogyakarta, 27 Januari 2024

saat mengalami situasi-situasi salib dalam hidup kami. Semoga kami berani menjalani
hidup, panggilan dan misi yang Engkau percayakan kepada kami dengan selalu berpegang
teguh pada penyelenggaraan IlahiMu, dengan perantaraan Kristus Tuhan dan Juruselamat
kami, kini dan sepanjang masa, amin.
12. Lagu Penutup

Anda mungkin juga menyukai