Anda di halaman 1dari 2

MENGGENJOT VAKSINASI MENUJU HERD IMMUNITY

Oleh: José Nelson M. Vidigal, S.Kep.,Ns


(Tinggal di Ruteng)
Saat ini, warga Indonesia yang sudah menerima vaksin pertama sebanyak 121,365,081 dosis
(58,27%), sedangkan penerima vaksin dosis kedua sebesar 75,217,214 (36,12%) jiwa dengan
total target herd immunity (kekebalan kelompok) mencapai 208,265,720 jiwa. Di NTT, jumlah
penerima vaksin dosis pertama sebanyak 1,620,373 (42,29%) jiwa dan penerima vaksin dosis
kedua sebanyak 863,209 (22,53%) jiwa dari target 3,831,439 jiwa untuk mencapati target ideal
terbentuknya herd immunity (Data vaksinasi Nasional per 2/11/2021). Salah satu kendala yang
dapat menghambat penggenjotan vaksinasi saat ini ialah masih ada orang yang membangun
pretensi berdasarkan berita di media (health.detik.com), bahwa efikasi vaksin Covid-19
(Sinovac) akan menurun setelah 3-6 bulan divaksin. Jika dalih semacam ini tidak disikapi dengan
benar akan menimbulkan resistensi sebagian besar masyarakat lain yang belum divaksin.
Memang benar sebagaimana pemberitaan media di atas, bahwa efikasi vaksin (Sinovac) akan
menurun setelah 3-6 bulan divaksin. Itu sebabnya tenaga kesehatan memerlukan vaksin
ketiga/booster (penguat) untuk meningkatkan kembali imun yang sudah drop. Namun apakah
dengan demikian 2 dosis vaksin yang telah disuntikkan ke masyarakat umum tidak efektif sama
sekali? Tentu tidak. Patut diingat bahwa, tubuh memiliki sel T memori yang berfungsi mengenali
virus yang telah mempresentasikan diri sebelumnya. Hal mendasar yang perlu diketahui sebelum
memutuskan untuk divaksin atau tidak ialah, kalau kita vaksin, kita tidak harus sakit (terpapar
Covid-19) terlebih dahulu berulah tubuh membentuk antibodi. Namun apabila kita tidak
divaksin, kita terkena Covid-19 terlebih dahulu barulah tubuh membentuk antibodi. Covid-19
adalah virus baru yang belum dikenali oleh antibodi tubuh, sehingga ketika seseorang terpapar
virus ini, tubuh belum siap membentuk antibodi untuk melawan virusnya. Untuk itu, tubuh butuh
vaksin (imunitas spesifik/yang didapat) agar bisa mengaktifkan antibodi tersebut, sehingga
sesewaktu ketika kita terpapar Covid-19, tubuh sudah memiliki antibodi untuk melawan virus
tersebut. Bagi para penyintas, antibodi mereka sudah terbentuk sehingga ketika mereka terpapar
ulang oleh virus yang sama, tubuh sudah mengenali dan mampu melawan virus tersebut. Itulah
alasan mengapa para penyintas Covid-19 tidak diperbolehkan untuk divaksin dalam waktu dekat
(setelah tiga bulan). Hal ini demikian karena saat terpapar, tubuh sedang mengalami peningkatan
sistem imun melalui imunitas non spesifik, sehingga tubuh tidak terlalu membutuhkan imunitas
spesifik seperti vaksin. Lagi pula, fokus kita saat ini ialah meningkatkan cakupan vaksinasi
secara massal, karena yang mengendalikan pandemi adalah kekebalan komunal (herd immunity),
bukan individu. Jadi, tidak ada gunanya seseorang mendapatkan vaksin beberapa kali sementara
orang di sekitarnya belum mendapatkan vaksinasi sama sekali.
Hingga kini, Indonesia sudah menggunakan lima vaksin, yakni Sinovac, AstraZeneca,
Sinopharm, Moderna, dan Pfizer untuk mencapai herd immunity. Dari kelima vaksin tersebut di
atas, ada tiga vaksin yang mampu mencegah penularan Covid-19 ialah, AstraZeneca, Moderna,
dan Pfizer. Namun yang terpenting ialah, semua vaksin dapat mencegah kematian ketika
seseorang terpapar Covid-19 tanpa komorbid yang berat. Vaksin merupakan bagian-bagian
berbahaya dari patogen (virus) yang dilemahkan dengan tujuan merangsang tubuh untuk
mengenal patogen tersebut secara spesifik, sehingga ketika suatu saat tubuh terpapar virus yang
sama, sel-sel memori sigap dan siap untuk mengaktifkan antibodi untuk segera menyerang virus
tersebut. Ketika seseorang terpapar Covid-19, tubuh akan merespon paparan virus tersebut
melalui dua komponen, yakni pertahanan tubuh yang diperantarai antibodi dan pertahanan tubuh
yang diperantarai oleh sel. Kedua pertahanan tersebut memberi perlindungan yang berbeda,
namun saling melengkapi. Pertahanan tubuh yang diperantarai antibodi atau yang juga disebut
imunitas humoral (sirkulasi) memiliki limfosit/sel B, sedangkan pertahanan tubuh yang
diperantarai imunitas seluler memiliki sel T. Dalam tubuh kita terdapat dua jenis imunitas, yakni
imunitas aktif dan pasif. Pada imunitas aktif, inang membentuk antibodi sebagai respon terhadap
antigen alami (mikroorganisme infeksius) dan antigen buatan (vaksin). Saat antigen masuk, sel B
teraktivasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma, yang mensekresi antibodi dan protein serum
yang berhubungan langsung dengan zat asing dan memulai respon untuk menghancurkan
antigen. Umumnya virus baru seperti Covid-19 mampu menembus hingga lapisan ketiga dari
pertahanan tubuh manusia, yakni imunitas spesifik. Meskipun sistem imun non spesifik
(pertahanan lapis pertama dan kedua) mampu memberikan perlawanan terhadap patogen, namun
perlawanannya tidak bertahan lama sehingga diperlukan sistem imun spesifik melalui vaksinasi.
Sistem imun spesifik menciptakan sistem imun yang lebih kuat hingga terbentuknya memori
imunologi. Artinya setiap patogen yang masuk akan terus diingat oleh pengenal antigen. Respon
imun spesifik terhadap antigen tertentu membutuhkan pengenalan antigen non-self tertentu pula
selama proses yang disebut presentasi antigen. Sistem imun spesifik berkembang karena
diaktifkan oleh sistem imun non spesifik dan memerlukan waktu untuk dapat mengerahkan
respon pertahanan yang lebih spesifik/kuat. Itu sebabnya terciptanya vaksin dan alasan mengapa
kita harus divaksin. Meskipun patogen seperti Covid-19 dapat berevolusi dengan berbagai varian
begitu cepat agar terhindar dari identifikasi dan penghancuran oleh sistem imun, namun
mekanisme pertahanan tubuh yang divaksin juga mampu berevolusi untuk mengenali patogen
tersebut. Jadi, tidak perlu takut divaksin dengan berbagai dalih yang belum terbukti secara klinis.
Mengenai kebenaran ini, Rose Mini Agoes Salim pernah berkata, manusia akan melakukan
sesuatu secara sukarela bila ia mendapat pemahaman yang jelas dan hal itu akan melekat pada
dirinya. Mari sebarkan kebaikan dengan mengajak banyak orang untuk divaksin. Penurunan
kasus Covid-19 saat ini adalah juga bukti kesahihan dari vaksinasi. Namun, penurunan kasus
Covid-19 saat ini tidak berarti memberi ruang untuk bebas dari protokol kesehatan. Mari nikmati
menurunnya kasus Covid-19 dengan tanggung jawab tanpa kebablasan. Mendukung vaksinasi
dengan mau divaksin adalah sebuah bentuk tanggung jawab moril terhadap bangsa.

Anda mungkin juga menyukai