Anda di halaman 1dari 93

1st Sunday after PentecostSunday of All Saints

(Hebrews 11:33—12:2; Matthew 10:32–33, 37–38; 19:27–30)

Mengikut Kristus yaitu mengerjakan keselamatan kita sendiri. Orang yang mengikut Yesus
mengakui Yesus di depan semua manusia yang berarti mereka bersaksi tentang Kristus di depan
manusia. Ketika kita tidak mengakui Dia, maka Ia akan menyangkal kita pada hari penghakiman
(2 Tim 2:12). Pengakuan akan Yesus Kristus bukan hanya pengakuan dari mulut saja tetapi
pengakuan secara batin atau hati sebab pengakuan inilah yang menentukan kita itu siapa
sebenarnya (Rom 10:9). Mengikut Yesus bukan hanya pengakuan literal saja tetapi ada tindakan
yang konkrit yang harus kita lakukan yaitu memikul salib sama seperti Dia yang telah memikul
salib. Memikul Salib berarti menerima hukuman. Sama ketika Yesus di dalibkan Ia menerima
hukuman tetapi setelah selesai Ia memikul salib bukan hukuman yang ada tetapi kebebasan atau
keselamatan yang di alami oleh semua manusia. Memikul salib sama artinya kita mengambil
bagian dalam penderitaan yang di alami oleh Yesus Kristus. Memikul salib berarti kita sedang
menuju satu kemuliaan yang sedang Tuhan persiapkan yang menjadi prioritas utama hidup kita
adalah mengasihi Kristus bukan keluarga. Kita mengasihi Kristus lebih utama karena Ia adalah
kasih. Ketika kita mengasihi Kristus berarti kita sedang berada di dalam kasih itu. energy kasih
inilah yang membuat kita mengasihi orang lain. Kita bisa mengasihi karena Allah lebih dahulu
mengasihi kita melalui pengorbanannya di atas kayu salib (1 Yoh 4:19). Bukti bahwa kita
mengasihi Allah yaitu kita mengasihi sesama kita yang kita lihat setiap hari, sebba barangsiapa
yang mengasihi sesamanya yang kelihatan berarti mengasihi Allah yang tidak kelihatan. Kita
manusia tidak bisa mengasihi sesama kita sebelum kita mengasihi Yesus sebab ketika kita lebih
dahulu mengasihi Yesus baru kasih yang di berikan-Nya kepada kita yang akan kita salurkan
kepada sesama kita. Jadi jalan salib yang kita kerjakan mendapatkan upah yaitu berjalan
bersama-sama dengan Dia untuk bersemayam di takhta kemuliaan yaitu untuk memperoleh
kehidupan yang kekal yang tidak berkesudahan (Mat 19:27-30)

Menurut St. Theophan minggu pertama ini setelah pentakosta yaitu Gereja suci memperingati
para orang suci setiap hari. Tetapi karena ada orang-orang yang berkenan kepada Allah yang
berjuang dalam ketidakjelasan dan tidak di wahyukan kepada Gereja suci, Gereja telah
menetapkan hari dimana kita memuji semua orang yang telah menyenangkan Allah selama
berabad-abad, sehingga mereka semua dapat dimuliakan oleh Gereja. Gereja melembagakan
peringatan ini segera setelah turunnya Roh Kudus, karena semua orang kudus telah di buat dan di
jadikan orang-orang kudus oleh kasih karunia Roh Kudus. Kasih karunia Roh Kudus membawa
pertobatan dan pengampunan dosa yang menuntun seseorang ke dalam pertempuran dengan
nafsu dan nafsu, dan memahkotai lkerja ini dengan kemurnian dan tanpa gairah. Jadi minggu ini
mengajarkan kita bagaimana melakukan ini yaitu menuntut pengakuan iman yang tak kenal takut
kepada Tuhan, cinta khususnya kepada-Nya, mengangkat salib penyangkalan diri, dan penolakan
sepenuh hati dari segalanya yang berasal dari dunia ini.

Orang-orang kudus adalah saksi hidup dari kesembuhan Kristus atas pribadi manusia
dalam gambar dan rupa ilahi. Arti dasar dari kata Martir adalah saksi dan tidak ada cara yang
lebih kuat untuk memberikan kesaksian tentang kebenaran kemenangan Tuhan kita atas
kematian dari pada mempersembahkan hidup seseorang karena kesetiaan kepada-Nya. Allah
memanggil kita semua untuk mengakui Dia dihadapan orang lain. Jika kita melakukannya, Dia
akan mengakui kita di hadapan Bapa-Nya. Tetapi jika kita menyangkal Dia, Dia akan
menyangkal kita. Kita mengakui Juruselamat kita yang di salibkan, bangkit, dan naik ketika kita
memikul salib kita dan mengikuti Dia yang berarti menempatkan kesetiaan kepada-Nya di atas
segalanya. Bahkan mereka yang paling kita cintai dalam dunia ini, seperti anggota keluarga kita,
tidak dapat menaklukkan kematian atau menyembuhkan jiwa kita. Dunia yang mengimbau kita
untuk menghasilkan uang, kesenangan, dan menguatkan standar keberhasilan, kita harus
menyadari bahwa kepatuhan terhadap panggilan Juruselamat untuk mengaki Dia dengan
memikul salib kita tidak akan pernah menjadikan kita yang pertama di matanya. Salib yang perlu
kita ambil untuk mengakui Dia di hadapan orang lain tempat yang perlu untuk memulai adalah
dengan mengasihi musuh-musuh kita. Silouan, orang Athoit, memandang kisah para musuh
sebagai tanda yang jelas akan kehadiran Roh Kudus yang menyembuhkan dalam kehidupan
seseorang. Dia mengajarkan bahwa ketika jiwa “tumbuh rendah hati, Tuhan memberi rahmat-
Nya, dan kemudian dia berdoa untuk musuh-musuhnya seperti dirinya sendiri dan mencurahkan
air mata yang membara untuk seluruh dunia.”kita harus belajar kerendahan hati untuk berdoa
bagi musuh kita karena dia godaan yang kuat untuk penghakiman yang benar sendiri. Itu berarti
kita harus meninggalkan ilusi kita yang sombong tentang di benarkan dalam mengutuk orang
lain dan terobsesi dengan kesalahan mereka yang hanya merupakan gangguan dari mengenali
kebenaran tentang kelemahan jiwa kita sendiri. Kristus datang bukan untuk menghancurkan
orang berdosa, tetapi untuk menyelamatkan mereka. Dia berkata “Bapa ampunilah mereka
karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan”dari mereka yang memakukan-Nya ke keyu
salib ketika Dia mati diatasnya. Jika kita benar-benar menyesuaikan diri kepada-Nya dengan
kuasa Roh Kudus, kasih-Nya yang penuh belas kasihan akan menjadi ciri khas.

Banyak orang dewasa berpikir bahwa itu adalah tanda kelemahan untuk mencintai dan
mengampuni seperti yang dilakukan Kristus karena mereka mengharagai kekuatan, reputasi, atau
kepentingan mereka sendiri di dunia ini sebelum menjalankan ras yang di tetapkan dihadapan
kita, memandang Yesus pelopor dari kesempurnaan dari iman kita. Jika kita benar-benar didalam
Dia, maka kita harus mengambil resiko menjadi yang terakhir dimata dunia untuk masuk ke
dalam sukacita kerajaan-Nya. Kita harus meminta Tuhan untuk mengampuni dosa-dosa kita
dengan doa-doa mereka karena kita tahu kehancuran rohani kita sendiri dengan kejelasan yang
jauh lebih besar dari pada yang mungkin kita tahu dari orang lain. Penggunaan doa Yesus secara
teratur adalah alat yang ampuh untuk memalingkan hati kita kepada Allah dalam kerendahan hati
yang sejati dan menjauh dari penghakiman orang lain yang adil terhadap diri sendiri. Marilah
kita mengakui Dia dengan cara kita memperlakukan mereka yang telah berbuat salah terhadap
kita karena tidak ada hal lain yang dengan jelas mengungkapkan keadaan jiwa kita yang
sebenarnya.

Reference:

http://orthochristian.com/59573.html

http://orthochristian.com/122045.html
2nd Sunday after Pentecost
(Romans 2:10–16; Matthew 4:18–23)

Minggu ini terjadi dua minggu setelah pentakosta. Menurut St. Theophan minggu ini
adalah minggu ketika Tuhan memanggil Petrus dan Andreas dan segera meninggalkan semuanya
yang mereka kerjakan dan mengikuti Yesus saat itu juga. Yesus memanggil Yakobus dan
Yohanes, dan mereka juga segera meninggalkan semua dan mengikuti Tuhan. Mengapa mereka
mengikuti Yesus begitu cepat dan dengan sukarena tanpa ada bantahan dan memikirkan terlebih
dahulu? Mereka mengikuti Yesus karena mereka melihat sesuatu yang lebih baik. Demikian
jugalah hukum yang kita miliki di dalam jiwa kita, bahwa begitu ia merasakan dan mengetahui
apa yang lebih baik, ia di tolak oleh apa yang lebih buruk dan meninggalkannya. Artinya kita
manusia memiliki hukum di dalam diri kita yaitu kita manusia bisa membedakan mana yang baik
yang dapat membuat diri kita di selamatkan dan mana yang buruk yang dapat membinasakan diri
kita. Disini di capai hal yang sama yang kemudian di gambarkan dalam perumpamaan-Nya
tentang harta yang disembunyikan di ladang, dan tentang mutiara yang sangat berharga. Harta
dan mutiara ini adalah iman kita kepada Tuhan dan persekutuan dengan Tuhan sesuai dengan
kekuatan iman sebab imanlah yang menentukan seberapa kuatnya persekutuan atau hubungan
kita dengan Tuhan. Manusia telah dinyatakan memiliki iman dalam baptisan. Mengapa kita
begitu menghargai harta ini dan ketika kita menukarnya dengan barang lain tidak ada artinya?
Karena kita tidak di besarkan untuk menumbuhkan rasa untuk harta dan itu menjadi asing bagi
kita. Hati manusia tidak tahu hal yang lebih baik ini. Ia hanya tahu bahwa ada yang buruk, sangat
buruk, dan tidak begitu buruk dan mendasarkan pandangannya pada penialaiannya sendiri.
Inilah seluruh alasan mengapa Tuhan memanggil beberapa dan mereka datang atau merespon
panggilan dari Tuhan tersebut karena hati mereka menilai bahwa hal itu adalah baik untuk
kehidupan mereka tetapi kita yang terpilih lari dari-Nya sebab dalam penilaian kita bahwa hal itu
akan membawa hal yang buruk dalam diri kita. Jadi minggu ini mengajarkan kita bahwa kita
harus merespon panggilan Allah itu ketika Ia memanggil kita dan jangan lari ketika Ia memilih
kita sebab ketika Ia memilih kita berarti Ia memberikan yang terbaik untuk kehidupan kita dan
menjadikan kita sebagai saksi bagi-Nya. Ketika Ia memanggil kita tinggalkanlah semua yang ada
di sekitar kita baik itu harta, keluarga kita karena itu semua hanya sia-sia dan tidak memberikan
jaminan kehidupan bagi kita karena hanya bersifat sementara tetapi ketika kita mengikuti akan
panggilan-Nya, Ia akan memberikan jaminan bagi kehidupan kita di masa yang akan datang.

Pada waktu Yesus Kristus emanggil mereka untuk meninggalkan segalanya dan
mengikuti-Nya, tidak ada pertanyaan apa yang Dia ingin mereka lakukan. Pesennya jelas dan
mereka melakukan apa yang di perintahkan. Ketika mereka di panggil oleh Yesus mereka tidak
memiliki pemahaman yang jelas tentang siapa sebenarnya Kristus sampai setelah kebangkitan-
Nya. Tidak ada latar belakang mereka yang mempersiapkan mereka untuk jenis Mesias yang
tidak biasa atau pengorbanan besar yang dilakukan untuk mengikuti Dia. Tetapi pada hari itu
Tuhan memanggil murid-murid-Nya yang pertama. Dia tidak membutuhkan pemahaman yang
sempurna, Dia hanya meminta agar mereka meninggalkan kehidupan yang telah mereka ketahui
dan mengambil langkah pertama dalam mengikuti-Nya. Dia ingin kita melepaskan satu-satunya
pekerjaan yang pernah kita kenal, tinggalkan keluarga kita, dan benar-benar mengikuti Dia.
Ketika Dia keliling mengajar, berkhotbah, dan menyembuhkan orang sakit. Pada hari itu,
terlepas dari besarnya panggilan-Nya kepada mereka dan menjadi penjala manusia untuk
kerajaan Allah.

St. Paulus tahu bahwa Allah tidak meninggalkan bangsa-bangsa lain, karena Ia memberi setiap
orang hati nurani, pengetahuan tentang yang benar dan yang salah terukir di hati kita, itu adalah
bagian penting dari apa artinya menjadi manusia dalam gambar dan rupa Allah. St. Paulus
mengajarkan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan gagal mencapai kemuliaan Allah. Tidak
seorang pun berada dalam posisi untuk menyombongkan status istimewa di hadapan Tuhan atau
untuk menghakimi orang lain, karena baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi (semua
manusia) membutuhkan kasih karunia dan belas kasihan sampai kedalam jiwa kita. Setiap orang
membutuhkan Juruselamat yang mengalahkan dosa dan kematian dan membawa kita ke dalam
kehidupan kekal Allah. Para murid meninggalkan Dia pada saat penangkapan dan penyaliban-
Nya dan baru setelah Dia menampakan diri kepada mereka setelah kebangkitan-Nya dan
memberi mereka ukuran Roh Kudus, mata mereka benar-benar terbuka. Baru pada saat turunnya
Roh Kudus pada hari pentakosta, mereka dengan berani dan efektif menjadi “ penjala
manusia”yang pelayanan pemberitaan Injil dan mukjizat membawa banyak orang ke dalam
kehidupan Kristus. Sebagai konsekuensi dari pelayanan mereka kerasulan mereka, mereka
memikul salib mereka dalam penderitaan penganiayaan, segala jenis kesulitan dan bahkan
kematian sebagai martir. Tuhan tidak memanggil mereka ke kehidupan yang mudah dengan hak
istimewa khusus tetapi kepada orang yang sangat menuntut pengorbanan demi kerajaan. Pada
akhirnya, Dia melakukan hal yang sama dengan kita semua. Yesus Kristus memanggil kita
masing-masing dengan urgensi bahwa Dia memanggil para murid dan rasul pertama itu. kita
sama bertanggung jawab untuk menaati-Nya seperti mereka, bahkan lebih bertanggung jawab
kita mendapat manfaat dari teladan mereka. Mereka harus menunggu tiga tahun untuk
kebangkitan Kristus dan memperdayaan Roh Kudus, sementara kita tidak. Dia telah memberikan
kita panggilan besar untuk berbagi secara pribadi dalam kehidupan kekal dan kudus-Nya.Jadi
ikutlah Dia ketika memanggil kita dan ikutilah perintah-Nya sebab kita di pilih untuk
mendapatkan sukacita di kerajaan-Nya.

Reference:

http://orthochristian.com/calendar/20190617.html

https://blogs.ancientfaith.com/easternchristianinsights/2015/06/14/follow-me-applies-to-us-all-
homily-for-the-second-sunday-after-pentecost-in-the-orthodox-church
3rd Sunday after Pentecost
(Romans 5:1–10; Matthew 6:22–33)

Mata adalah pelita tubuh. Mata yang di maksudkan disini adalah mata
rohani/pikiran/Nous kita. Orang yang sudah mengikut Yesus harus sudah bisa mengolah dan
menjaga batinnya dengan baik dari segala kejahatan dunia yang ada. Menjaga batin ini dengan
baik adalah disebut dengan purification (pemurnian) yang sering di sebut dengan latihan badani
dan latihan jiwani. Mata ini adalah pelita atau terang diri kita sendiri sebab jika mata kita terang
maka seluruh tubuh kita pun terang tetapi jika mata kita gelap maka seluruh tubuh kita juga akan
mengalami yang namanya kegelapan (Luk 11:34). Mata adalah terang yang berasal dari dalam
dan akan terpancar keluar dan dapat dilihat dan di rasakan oleh orang yang ada di sekitar kita.
Untuk itu kita perlu memperhatikan diri kita jangan sampai kegelapan itu tinggal atau berdiam di
dalam diri kita (Luk 11:35). Sebab barangsiapa yang menyukai kegelapan dan mau tinggal dalam
kegelapan tersebut ia akan mengalami kecelakaan pada hari penghakiman yang akan di berikan
Tuhan kepada mereka.Tetapi terkadang kita manusia lebih suka tinggal dalam kegelapan sebab
kita telah jatuh kedaam dosa sehingga perbuatan-perbuatan yang kita lakukan adalah perbuatan-
perbuatan jahat akibat dari kejatuhan kita ke dalam dosa (Yoh 3:19). Tetapi kegelapan itu telah
menjadi terang sebab Tuhan telah menyelamatkan kita dari dosa yang telah kita lakukan dan kita
telah di ubahkannya menjadi anak-anak terang jika kita takut dan taat akan kepada-Nya (Ef 5:8).
Inilah alasan mengaa hanya Yesus yang bisa menerangi mata kita ini sebab Dia adalah terang itu
sendiri melaui Roh kudus. Ketika kita ingin mata kita selalu terang kita harus bisa berhubungan
dengan Yesus atau bersynergi dengan Yesus supaya terang itu dapat di salurkan ke dalam hati
kita. Mengapa harus berhubungan kepada Yesus? Sebab Yesus adalah terang itu sendiri yang
menerangi setiap kegelapan yang ada di dunia ini. Minggu ke tiga setelah pentakosta ini adalah
minggu yang mengajarkan kita untuk menjaga batin kita melalui latihan rohani (askesis).
Menurut St. Theophan mengatakan jika karena itu matamu tunggal (satu) seluruh tubuhmu akan
penuh dengan cahaya. Tetapi jika matamu jahat, seluruh tubuhmu akan gelap. Disini pikiran di
sebut sebagai mata dan seluruh kompoisi jiwa di sebut tubuh. Jadi, ketika pikiran sederhana
maka itu adalah cahaya di dalam jiwa; ketika pikiran jahat, maka gelap di dalam jiwa. Apa itu
pikiran sederhana dan pikiran jahat? Pikiran sederhana adalah seseorang yang menerima Firman
Allah seperti yang tertulis dan di yakinkan tanpa keraguan bahwa semua memang seperti yang
tertulis. Ia tidak memiliki tipu daya,tidak ada keraguan atau keraguan. Pikiran jahat adalah
pikiran yang mendekati Firman Allah dengan licik, berselisih dan mempertanyakan. Ia tidak bisa
secara langsung percaya, tetapi menundukkan Firman Allah dengan kecanggihannya. Ia
mendekati kata itu bukan sebagai murid, tetapi sebagai hakim dan kritikus, untuk menguji
sesuatu yang di nyatakan di sana, dan kemudian mengejeknya atau mengatakan dengan angkuh “
Ya, tidak buruk.” Pikiran seperti itu tidak memiliki prinsip yang kuat karena jelas tidak
mempercayai Firman Allah dan alasannya sendiri selalu tidak stabil hari ini satu cara besok lain.
Ia hanya memiliki keraguan, kebingungan, pertanynaan tanpa jawaban, semuanya tidak pada
tempatnya dan berjalan dalam gelap, meraba-raba jalannya sebab yang ia masih hidup dalam
kegelapan. Pikiran yang sederhana melihat segalanya dengan jelas. Setiap benda di dalamnnya
memiliki karakter yang pasti, di tentukan oleh Firman Allah. Itulah sebabnya setiap benda
didalamnya memiliki tempatnya, dan ia tahu persis bagaimana harus bersikap terhadap hal-hal
lain. Ia berjalan di sepanjang jalan yang terbuka dan terlihat dengan keyakinan penuh bahwa
mereka mengarah pada tujuan yang sebenarnya. Jadi minggu ini mengajarkan kita supaya kita
memliki mata yang terang sebab dari mata yang terang timbullah pikiran yang benar. injil dalam
Matius 6:22-23 ini mengatakan lampu tubuh adalah mata. Salah satu dari karakter kebutaan
rohani adalah bahwa kita tidak tahu bahwa kita menderita karena mata kita. Ketika kita
memikirkan para martir orang-orang Kristen yang kuat dan setia yang luar biasa dan kita kagum.
Tampaknya ekstrem bagi kita bahkan harus berpikir untuk menyerahkan hidup kita dan mati kita
untuk Kristus. tetapi kemartiran adalah bentuk kehidupan Kristen bagi kita semua, tidak peduli
apakah kita sudah menikah, lajang. Salib adalah salah satu dan sama untuk semua. Beberapa
banyak bagian yang memberi tahu kita bahwa kita harus mati bagi dunia dan karena itu kita
hidup untuk Kristus. Dalam Mat 6:24 mengatakan tidak ada yang bisa melayani dua tuan, karena
dia akan membenci yang satu dan mencintai yang lain atau dia akan setia kepada yang satu dan
membenci yang lain. Kita manusia memang memiliki kehendak bebas untuk memilih. Ini berarti
kita harus meilih. Anda tidak dapat melayani Ttuhan dan mammon. Ini berarti kita masih hidup
untuk diri sendiri dan keinginan diri sendiri untuk nilai-nilai dunia, untuk mamon tetapi untuk
pengorbanan yang dimulai ketika kita tenggelam di bawah air pembaptisan dan mati agar kia
dapat muncul dan mulai tumbuh dalam kehidupan baru di dalam Kristus. St. Paulus memberi
tahu kita dalam Gal 6:3 mengatakan “atau tidak tahukah kamu bahwa sebanyak kita yang
dibaptis dalam Kristus telah di baptis dalam kematia-Nya. dan Kol 3:3 “karena kamu telah mati
dan hidupmu tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah, kehidupan yang indah ini di dalam
Kristus (theosis) sampai kita lulus pada kematian fisik kita menuju kehidupan yang sejati.
Kristus telah mengalahkan maut yang mengubahnya dari akhir kehidupan menjadi awal
kehidupan yang sejati. Bertumbuh dalam Kristus datang dari masa hidup yang terus menerus
memilih cara-cara Tuhan dari pada cara-cara pemberotak alami kita. kebijaksanaan dunia sangat
berbeda dengan kebijaksanaan Tuhan. Apakah kita masih memikirkan apa yang akan kita makan
dan apa yang akan kita minum? Apa yang akan kita kenakan? Bagaimana kita akan membayar
tagihan dan menabung untuk masa pensiun? Inil semua dapat membuat hati kita gelap dan mata
rohani ita menjadi gelap yang membuat kita memikirkan hal yang salah. Dalam Mat 6:32-33
mengingatkan kita Bapa disurga tahu bahwa kamu memerlukan semua hal ini. Tetapi carilah
dahulu kerajaan Allah dan kebenaran0Nya, dan semua itu akan di tamgahkannya kepadamu.
Marilah kita memohon kepada Tuhan secara terus menerus untuk menyembuhkan kebutaan kita.
sehingga kita membiarkan caha-Nya yang berharga menerangi area-area dalam kehidupan kita
yang menjaga rahmatnya dan kasih yang lembut mencapai kedalam hati kita dan untuk memberi
kita kekuatan dan keberanian untuk memilih, melayani Dia dari pada melayani kekayaan.

Referense:

http://orthochristian.com/calendar/20190624.html

http://www.saintaidan.ca/2018/06/17/3rd-sun-pentecost-matt-622-33-rom-51-10/
4th Sunday after Pentecost
(Romans 6:18–23; Matthew 8:5–13)

Pada minggu ini adalah minggu dimana Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di
Kapernaum. Karakter yang kita bangun yaitu cara memperlakukan harta yang kita miliki
(menjaga Nous dan membuang keserakahan) yang pada akhirnya akan menghasilkan dispassion
dan love (kasih). Melakukan vertucs yang Tuhan ajarkan yaitu ucapan bahagia, berdoa, menjaga
pikiran dan takut akan Tuhan. Dasar dari ini semua adalah percaya atau iman, sebab iman adalah
langkah awal menuju kesempurnaan. Esensi dari iman adalah mengakui Tuhan menjadi Allah
atas segala sesuatu. Apapun yang kita kerjakan yang baik Tuhan tetap ikut bekerja di dalamnya.
Ketika kita mempunyai iman Tuhanlah yang memiliki kuasa didalamnya. Segala sesuatu di
bawah otoritas kuasa Allah baik itu alam, manusia dan lain sebagainya yang ada di dunia ini.
Orang yang sudah memliki iman tau apa yang akan terjadi dalam dirinya dan menerima semua
yang dimintanya, sebab iman adalah anugerah dari Allah dan kita harus memintanya sehingga
kita tidak mengandalkan kekuatan kita sendiri sebab kekuatan yang kita miliki tidak sekuat
kekuatan yang Tuhan berikan kepada kita. Menurut St. Theophan mengatakan iman yang
dimiliki perwira itu jika kit abaca dalam Mat 8:5-13 adalah iman yang luar biasa. Mengapa?
Karena Tuhan sendiri kagum. Inti dari iman ini adalah bahwa ia mengakui Tuhan sebagai Allah
dari segala sesuatu, penguasa yang berkuasa dan penguasa dari semuanya yang ada. Karena
alasan inilah dia memohon, hanya mengucapkan kata dan hamba-Ku akan di sembuhkan.
Theophan percaya bahwa semmuanya berada dibawah otoritas kita dan semuanya mematuhi
isyarat yang sekecil apapun. Tuhan juga menuntut iman yang sama dari kita. Dia yang memiliki
iman ini tidak mengenal kekurangan dan apapun yang dia minta dia terima. Demikianlah janji
Tuhan itu sendiri. Tetapi iman itu juga merupakan hadiah. Kita harus memintanya. Jadi minggu
ini mengajarkan kita untuk meminta hadiah yaitu iman dengan perasaan yang sangat
membutuhkannya dengan sungguh-sunggu dan terus memintanya terus menerus melalui pikiran
yang sesuai dan tunduk pada perintah-perintah Allah.

Dalam minggu ini kemuliaan bagi Yesus Kristus. Rasul suci memberi tahu kita bahwa
dulu kita menjadi di tahan di bawah ikatan dosa tetapi sekarang kita di bawah ikatan kepada
Kristus. meskipun ia berbicara “dalam istilah manusia” penyataannya bahwa setelah dibebaskan
dari dosa, kita menjadi budak kebenaran. Bagi kebanyakan manusia, kebebasan berarti
kebebasan memilih. Tetapi kemampuan telanjang untuk memiih di antara opsi-opsi itu bukanlah
kebebasan nyata. Sama pentingnya dengan kebebasan memilih bagi kehidupan moral kita dan
hidup kita di dalam Kristus dan janganlah membuat kesalahan. Kita manusia dengan mudah
memahami mengapa dosa merusak kebebasan kita untuk memilih. Kita semua semua tahu apa
artinya terjebak dalam kemarahan atau dendam atau kekhawatiran. Kita semua di perbudak oleh
hawa nafsu dan hawa nafsu iulah Kristus datang untuk membebaskan kita semua melaui
kematian dan kebangkitan-Nya. Kita dapat merangkum seluruh kehidupan sakramental dan
asketis Gereja sebagai seseorang yang semakin terbeas dari nafsu. Kebebasan bukan hanya
masalah pilihan. Dilihat dari beberapa sudut, kita dapat memahami mengapa kebebasan tidak
melakuan apa yang kita inginka tetapi yang di sarankan oleh Paul melakukan apa yang
seharusnya kita lakukan yaitu melakukan kehendak Tuhan. Untuk itu marilah kita melakukan
kehendak Tuhan bukan apa yang kita lakukan supaya kita tidak di perbudak oleh dosa.

Reference:

http://orthochristian.com/calendar/20190701.html

https://madisonorthodox.com/tag/4th-sunday-of-pentecost
5th Sunday after Pentecost
(Romans 10:1–10; Matthew 8:28—9:1)

Dalam Mat 8:28-9:1 mengajarkan kita bahwa kita bisa memiliki kuasa ilahi melalui Roh
Kudus. Dalam cerita Mat 8:29-9:1 ini Allah memberikan kita kuasa untuk mengusir roh-roh yang
jahat yang selalu menghalangi kita untuk berjalan maju. Kita juga di beri kuasa oleh Allah untuk
melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Jika kita ingin memiliki kuasa untuk menyembuhkan kita
harus memiliki belas kasihan, iman dan kuasa ilahi. Yang uama di pikat oleh iblis adalah
pikiran/roh kita sebab ketika roh kita atau pikiran kita telah terkuasai maka tubuh kita hanya
akan menuruti apa yanh telah ada di dalam pikiran kita. Selain itu ia akan memikat roh kita. Roh
iblis bekerja secara tidak kelihatan dan ia akan menguasai roh kita. Tetapi Tuhan telah
memberikan kita roh yang lebih kuat dari roh-roh jahat. Orang yang sudah kerasukan setan takut
untuk membaca Firman Tuhan, Bapa-bapa Gereja sebab mereka takut hati nurani mereka
terganggu dan takut akan adanya hal baru. Menurut St. Theophan mengatakan para Gadaren
melihat mukjizat Tuhan yang menakjubkan, ketika Dia mengusir pasukan iblis, namun seluruh
kota keluar dan berseru kepada Tuhan bahwa Dia akan pergi dari pantai mereka. Kami tidak
mengamati mereka berhubungan dan bermmusuhan dengan Tuhan, tetapi kami juga tidak
memperhatikan iman mereka. Mereka di tangkap dengan semacam ketakutan yang tek menentu,
membuat mereka hanya menginginkan agar Tuhan melewatinya, di manapun Dia inginkan,
“hanya jangan menyentuh kita”. Ini adalah gambaran sejati dari orang-orang yang hidup damai
dengan harta milik mereka. Urutan hal telah terbentuk disekitar mereka yang tidak
menguntungkan, mereka terbiasa dengan itu, mereka tidak memiliki pikiran atau kebutuhan
untuk mengubah taau membalikkan apapun dan mereka takut untuk membuat langkan baru.
Namun mereka merasa bahwa jika suatu perintah turun dari atas, rasa takut akan Tuhan dan hati
nurani mereka akanmemaksa mereka untuk meninggalkan yang lama dan menerima sesuatu
yang baru. Oleh karena itu, mereka berusaha untuk menghindar keadaan apapun yang dapat
membawa mereka pada keyakinan seperti itu, sehingga mereka dapat terus diam-diam dalam
kebiasaan lama mereka, memohon ketidaktahuan. Mereka adalah orang-orang yang takut
membaca injil dan buku-buku patristic atau mendiskusikan hal-hal rohani. Mereka takut jika hati
nurani mereka terganggu, hal itu mungkin bangun dan mulai memaksa mereka untuk
meninggalkan apa yang mereka miliki dan mengambil sesuatu yang lain. Jadi cerita ini
mengajarkan kita bahwa dalam hidup kita manusia telah ada kuasa untuk memilih apakah kita
mau melakukan kehendak Tuhan dengan kuasa yang telah di berikan-Nya kepada kita atua
seblaiknya kita takut akan hal itu karena kita takut hal baru akan masuk dalam diri kita dan hal-
hal lama yang membuat kita nyaman kita akan tinggalkan. Jadi janganlah hidup terus dalam
kehidupan lama yang membutakan mata kita sehingaa kita tidak melihat yang baru yang sudah
memberikan kita kuasa yang sudah ada di depan mata kita. Orang-orang yang kerasukan setan
adalah oran-oramg bukan Yahudi, yang kita tahu karena kehadiran babi yang di anggap tidak
bersih oleh orang Yahudi. Para Bapa Gereja melihat kepemilikka iblis yang di anggap sebagai
lambang keadaan nene moyang kita, bangsa-bangsa lain yang menyembah berhala dan dewa-
dewa palsu. Kabar baik dari Injil adalah bahwa Anak Allah menjadi manusia untuk keselamat
semua orang, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi. Dia telah membebaskan kita semua dari
belenggu dosa dan kematia dan telah mengembalikan kita kepada gambar dan rupa-Nya. Sama
seperti orang-orang yang kerasukan setan yang di bebaskan dan dalam pikiran lurus mereka,
semua manusia di sembuhkan dan di bebaskan dalam Anak Allah yang berikarnasi. Orang-orang
yang sebelumnya kerasukan setan tidak dapat mengklaim atas pembebasan mereka. Mereka
hanya dapat mengagumi berkat besar mereka dan melakukan ang terbaik untuk menjalani
kehidupan yang layak atas apa yang telah di lakukan Kristus bagi mereka. Kita semua
menghadapi tantangan yang sama. Hidup dengan cara-cara yang mencerminkan apa yang telah
Tuhan kita lakukan untuk kita untuk memberikan kesaksian akan kesembuhan dan pemenuhan
yang telah Dia bawa ke dalam hidup kita, dan untuk terus membuka diri kita secara lebih penuh
kepada keselamatan-Nya. Untuk itulah kita harus terus berjuang melawan segala pikiran
kebiasaan dan perbuatan jahat yang telah menjadi kebiasaan kita. Dan itulah mengapa kita perlu
membangun kebiasaan suci seperti menghadiri kebaktian, berdoa,berpuasa dan memberi sedekah
ke dalam hidup kita, untuk membangunkan kita, untuk membuat kita tetap waspada, untuk
mengingatkan kita bahwa pilihan utama hidup kita sedang berlangsung adalah konstan. Dan
pilihan itu adalah apakah kita akan tumbuh dalam persekutuan dengan Kristus dalam hubungan
dengan Dia dengan iman, pertobatan, kerendahan hati dan kehidupan yang mengakui apa yang
telah Dia lakukan dan lakukan untuk kita, atau apakah sebaliknya kita lebih suka untuk kembali
kekuburan, ke kekuatan jahat untuk menyembah dewa-dewa palsu ayas kehendak kita sendiri.

Jika kita berpaling dari Kristus, kita melakukannya sebagai individu yang terisolasi yang
lebih memilih kehendak kita dari pada kehendak-Nya, yang lebih suka merenung dan membusuk
dalam kesepian di kubiran, makam yang gelap dari pada ikut serta dalam perjamuan berkat
kerajaan yang di berkati. Tetapi jika kita memeluk Kristus, kita masuk kedalam sukacita abadi
melalui tubuh-Nya, gereja; kita menjadi anggota rubuh-Nya sendiri. Dengan iman yang tulus,
pengakuan yang jujur dan pertobatan yang tulus, marilah kita bertumbuh dalam kehidupan baru
yang telah Dia bawa kedunia dan menerima rahmat dari Dia yang sangat mencintai kita sehingga
Dia menaklukan dosa dan kematian untuk membawa kita ke dalam sukacita kerajaan. Apapun
pergumulan yang kita hadapi dalam berpaling dari kegelapan keterang layak akan
menghancurkan kita. apapun alasan yang kita buat untuk tidak melakukannya hanyalah
kebohongan yang menghancurkan kita. sekarang adalah waktu untuk melakukan apapun untuk
kelur dari kegilaan dosa dan masuk ke dalam berkat yang tak terkatakan yang dengannya kita di
ciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan kita.

Reference:

http://orthochristian.com/calendar/20190708.html

http://easternchristianinsights.blogspot.com/2012/07/gentiles-demons-and-pigs-homily-for.html
6th Sunday after Pentecost

(Romans 12:6–14; Matthew 9:1–8)

Menurut St. Theophan mengatakan bahwa minggu ini adalah minggu orang lumpuh.
Tuhan mengampuni dosa yang telah di lakukan oleh orang lumpuh itu. seseorang harus
bersukacita, tetapi pikiran jahat dari ahli-ahli taurat yang terpelajar itu mengasut orang banyak
itu dengan mengatakan “Orang ini menghujat.”bahkan setelah mukjizat penyembuhan orang
yang sakit lumpuh itu selesai, konfirmasi kebenaran yang menghibur bahwa putra manusia
memiliki kuasa di bumi untuk mengampuni dosa orang-orang memuliakan Allah; tetapi tidak ada
yang dikatakan tentang para ahli Taurat, mungkin karena mereka terus menenun pertanyaan-
pertanyaan tipuan mereka bahkan setelah keajaiban seperti itu. Pikiran tanpa iman adalah
perencanaan yang terus menerus memalu kecurigaan jahatnya dan menjalin hujatan terhadap
seluruh dunia iman. Adapun mukjizat diberikan yang akan mewajibkan seseorang untuk tunduk
kepada iman, pikiran ini tidak malu berpaling darinya, memutarbalikkan atau memfitnah karya
Tuhan yang ajaib. Itu memperlakukan bukti yang tak terbantahkan tentang kebenaran Allah
dengancara yang sama. Ini cukup dan meyakinkan disajikan dengan bukti pengalaman
intelektual, tetapi bahkan menutupi dengan keraguan. Minggu orang lumpuh ini mengajarkan
kita bahwa Allah memiliki kuasa untuk mengampuni dan menyembuhkan manusia. Kita
sebaiknyabersukacita akan hal itu. tetapi banyak orang-orang yang ada di sekeliling kita seperti
orang-orang yang belum percaya kepada Tuhan (ahli-ahli taurat) memiliki pikiran jahat yaitu
mencari kesalahan Tuhan padahal dengan mata mereka sendiri melihat mukjizat yang Tuhan
lakukan. Iman tanpa pikiran adalah suatu suatu bencana pikiran yang jahat yang ada di dalam
hati kita adalah kuasa dari iblis yang menghalangi kita tetapi Yesus mengetahui setiap pikiran
kita. Jadi pikiran inilah yang harus takluk kepada iman seperti orang yang membawa orang
lumpuh itu kepada Yesus. Tetapi ahli-ahli taurat menghujat Allah. Mengapa? Sebab pikiran
mereka tidak takluk kepada iman. Mereka mempunyai pengalaman dan memiliki intelektual
tetapi tidak menghasilkan iman sedikit pun. Jadi iman ini adalah anugerah sebab berasal dari
Allah. Allah yang mengaruniakannya di dalam hati setiap manusia tetapi tergantung respon kita
manusia apakah kita mau menerimanya atau tidak. Jadi milikilah iman yang tunduk kepada
Kristus dan pikiran yang tunduk kepada iman.

Tentunya ada banyak orang yang memiliki sedikit minat pada iman Kristen karena orang-orang
Kristen yang mereka kenal tampaknya tidak berbeda dari orang lain. itu bisa dengan mudah di gunakan
sebagai alasan untuk tidak percaya, tetapi juga bisa di mengerti ketika orang tidak tertarik pada sesuatu
yang tampaknya tidak membuat banyak perbedaan positif. Paulus menjelaskan dalam Rom 12:6-14
bahwa kita harus dengan penuh semangat mengunakan karunia yang di berikan kepada kita oleh Tuhan,
yang merupsksn cara lain untuk mengatakan bahwa kita harus setia secara aktif, terlepas dari apa
kemampuan khusus kita. Rasul Paulus memanggil kita untuk tulus dalam menunjukkan kasih, belas
kasihan, dan kehormatan kepada sesama kita saat kita berpegang teguh pada apa yang baik dan
membiarkan kejahatan tidak tidak ada tempat sama sekali dalam hidup kita. Dia memerintahkan kita
untuk menanggapi tantangan yang sulit dengan harapan, kesabaran dan doa. Dan sama seperti yang
diajarkan Kristus, St. Paulus mengingatkan kita untuk, “Berkatilah mereka yang menganiaya kamu;
berkati dan jangan mengutuk mereka.” Dalam minggu ini memberi gambaran yang jelas tentang apa
artinya bertemu dengan Tuhan. Kristus tiddak puas dengan mengampuni dosa orang yang lumpuh itu. dia
juga memberikan bukti nyata pada orang-orang yang meragukan otoritas ilahi-Nya dengan
memungkinkan orang itu berdiri, membawa ranjangnya dan berjalan pulang.

Penyembuhan Kristus atas jiwa pria itu bukanlah tindakan yang tak terlihat, entah bagaimana, benar-
benar terpisah dari sisa hidupnya. Kesehatannya yang di perbaharui secara ajaib adalah tanda nyata dari
pemulihannya sebagai manusia seutuhnya dan gamabr dan rupa Allah. Tuhan memulihkan kebebasannya,
kekuatannya, dan intergritas sebagai orang yang diwujudkan. Dan Dia memerintahkan dia untuk hidup
sesuai dengnan melakukan apa yang dia tidak bisa lakukan dengan kekuatannya sendiri: untuk bangkit,
mengambil tempat tidurnya dan berjalan pulang. Sama dengan Dia yang datang untuk menyembuhkan
korupsi kita, untuk menguatkan kita sehingga kita tidak akan diperbudak dalam kelemahan terhadap dosa
dan nafsu kita dan untuk memungkinkan kita berbagi sepenuhnya dalam pemulihan-Nya atas pribadi
manusia dalam gambar ilahi dan rupa seperti Adam baru. Dia tidak puas dengan mengampuni dosa-dosa
lumpuh, tetapi memberdayakan dan memerintahkannya untuk mengejar kehidupan kekudusan, kehidupan
yang menunjukkan kepada dunia penyembuhan setiap dimensi kemanusiaan kita.

Ketika lumpuh itu dibawa kepada Kristus, Dia tidak segera menyuruhnya berdiri. Pertama, Dia
mengampuni dosa-dosanya. Itu adalah poin kunci karena keselamatan kita tidak di temukan hanya dengan
melakukan perbuatan baik atau mematuhi hukkum dengan keuatan kita sendiri. Bahkan ketika seseorang
yang lumpuh itu tidak memiliki kemampuan untuk bangkit dan berjalan, manusia yang jatuh tidak
memiliki kemampuan untuk membebaskan diri mereka dari perbudakan dosa, untuk mengangkat diri dari
kubur, dan untuk berpartisipasi dalam kehidupan kekal Allah yang Ia jadikan bagi kita di dalam milik-
Nya gambar dan rupa. Kristus pertama-tama mengampuni dosa manusia, yang berarti bahwa Ia
menyembuhkan kerusakan yang menca[ai jiwa yang dalam dan yang menjauhkannya dari persatuan
pribadi dengan Allah. Keselamatan kita adalah perjalanan tanpa batas, karena untuk menjadi sempurna
seperti Bapa adalah panggilan tanpa batas ke atas. Kristus mengatakan kepada orang lumpuh itu untuk
memulai perjalanan itu dengan berdiri, membawa ranjangnya, dan berjalan pulang. Dengan mengampuni
dosa-dosanya, Kristus dengan murah hati memberinya penyembuhan yang di perlukan baginya untuk
mengambil langkah pertama yang seharusnya tidak mungkin baginya. Kemudian pria itu harus bekerja
sama dengan Tuhan, menaati perintah-Nya dia bergerak maju dalam kehidupan, selangkah demi
selangkah.

Apakah kita meliha bagaimana kita semua sama seperti orang yang dahulu lumpuh itu, dikuatkan diluar
kuasa kita sendiri di dalam Kristus dan di perintahkan untuk maju? Itu bukanlah dimana perjalanan
spiritual kita berakhir, tetapi hanya dimana perjalanan itu dimulai. Kristus memelihara kita dengan tubuh
dan darah-Nya sendiri dalam Ekaristi dan mengampuni kita dalam pengakuan ketika kita tersandung atau
berjalan dari jalan. Setiap hari kita membuka diri kita untuk kekuatan dan penyembuhan lebih lanjut
dengan doa, membaca Alkitab, dan mempelajari kehidupan serta ajaran para orang suci. Mungkin itu
adalah perjuangan bagi seorang pria yang sebelumnya lumpuh, yang telah terbiasa terbaring diam
sepanjang hidupnya, untuk mulai berjalan-jalan. Pasti akan menjadi perjuangan bagi kita untuk membuat
kemajuan dalam mengejar kehidupan suci, tetapi itulah yang perlu bagi kita untuk berpartisipasi dalam
kepenuhan penyembuhan Kristus. Dan marilah kita gunakan disiplin puasa untuk mengembangkan rasa
ketergantungan kita terus menerus pada belas kasihan Kristus bahkan kita melangkag maju dalam
kesetiaan. Itulah sebbanya atas karunia Tuhan, kita dapat menjadi ikon nyata penyembuhan dan
keselamatan yang sangat dibutuhkan dunia.

Reference:

http://orthochristian.com/calendar/20190715.html

https://blogs.ancientfaith.com/easternchristianinsights/2016/07/31/healed-journey-active-faithfulness-
homily-6th-sunday-pentecost-6th-sunday-matthew-orthodox-church

7th Sunday after Pentecost


(Romans 15:1–7; Matthew 9:27–35)

Ketika Yesus melanjutkan perjalan-Nya. dan di tengah jalan, ada dua orang buta yang sedang
mengikuti Dia sambil berseru-seru meminta belas kasihan Yesus. Ketika Yesus masuk ke dalam
rumah, kedua orang buta itu masuk dan Yesus bertanya kepada mereka “Percayakah kamu,
bahwa Aku dapat melakukanya yaitu menyembuhkan mata mereka.”dan kedua orang buta ini
menjawab “kami percaya”Menurut St. Theophan mengatakan menurut imanmu , bagimu kata
Tuhan kepada dua orang buta itu, dan segera mata mereka terbuka. Semakin besar imannya,
semakin besar masuknya kekuatan ilahi. Iman adalah penerima, bibir, dan wadah rahmat. Sama
seperti paru-paru seseorang yang besar sementara yang lain kecil, dan yang besar mengambil
lebih banyak udara, sementara yang kecil mengambil lebih sedikit. Demikian pula satu orang
yang memiliki tingkat iman yang besar, dan yang lain sedikit dan iman seseorang menerima
lebih banyak hadiah dari Tuhan, dan lebih sedikit orang lain. Tuhan ada di mana-mana, meliputi
segalanya dan mengandung semuanya, dan suka tinggal di dalam jiwa manusia. Tetapi Dia tidak
secara paksa memasuki mereka, meskipun Dia Mahakuasa, tetapi masuk seolah-olah atas
undangan, karena Dia tidak ingin melanggar kekuasaan yang dimiliki manusia atas dirinya
sendiri atau melanggar hak manusia untuk memerintah rumahnya sendiri dan hak yang telah Dia
berikan. Siapapun yang membuka dirinya melalui iman, Tuhan memenuhi, tetapi siapa pin yang
menutup dirinya melalui ketidakpercayaan Tuhan tidak akan masuk meskipun Ia sudah dekat.
Orang-orang yang sudah di sembuhkan mempunyai iman yang di tundukkan kepada Kristus dan
pikiran yang di tundukkan kepada iman. Semakin besar iman yang kita miliki semakin besar
kuasa ilahi mengalir di dalam diri kita. Iman adalah penerimaan atau orang yang menerima yaitu
orang buta, bisu dan lumpuh. Selain itu, iman adalah pengakuan (mulut dan bibir) dan
penampung anugerah (hati). Melalui iman yang kita miliki membbuat kuasa ilahi itu bekerja.
Jadi dalam minggu yang ketujuh ini mengajarkan kita bahwa Allah tidak memaksa setiap orang
untuk selalu mengikuti apa yang Ia inginkan meskipun Ia bisa dan sepenuhnya mempunyai kuasa
atas kita. Tetapi Tuhan menginginkan kesadaran kita sebab kita yang membutukan iman itu demi
keselamatan kita. Allah hanya menyediakannya untuk kita dan memberikannya kepada kita
ketika kita memintanya dan mengerjakannya sehingga tidak mudah di goyahkan. Untuk
memperoleh iman itu kita perlu berjuang yaitu kita harus mendengarkan Firman-Nya dan kita
terus membangun hubungan dengan Tuhan, terus bersekutu dengan Dia, dengan sungguh-
sungguh kita datang kehadirat-Nya. Semakin baik hubungan kita dengan Tuhan semakin kuat
iman atau kepercayaan kita kepada-Nya. Jadi ijinkanlah Tuhan itu bekerja di dalam dirimu dan
responlah anugerah itu melalui iman yang telah kita miliki.

Dalam minggu ini mengajarkan kita bahwa setiap manusia membutuhkan penyembuhan
di luar kekuatan mereka sendiri. Dosa-dosa kita telah menggelapkan , mengubah dan
mengaburkan mata jiwa kita. Jika di biarkan sendiri, kita tidak akan pernah melihat kemuliaan
Allah. Secara rohani, kita semua datang kepada Kristus seperti orang buta, memanggil belas
kasihan-Nya untuk melakukan bagikita apa yang tidak dapat kita lakukan untuk diri sendiri.
Orang-orang itu tidak memiliki pemahaman penuh tentang siapa Kristus itu, tetapi Juruselamat
tidak meminta itu untuk memulihkan penglihatan mereka. Ketika mereka manjwab, “Ya”Dia
berkata “Menurut imanmu, itu akan terjadi padamu.” Tuhan memperlakukan Petrus, Yakobus
dan Yohanes dengan cara yang sama mura hatinya. Murid-murid ini tidak memiliki pemahaman
penuh tentang siapa Kristus sampai setelah kebangkitan-Nya. Meskipun demikian, Dia dengan
penuh belas kasihan mengungkapkan kemuliaan ilahi-Nya kepada mereka. St. Paulus
mendasarkan seruannya untuk belas kasihan yang rendah hati pada teladan Kristus: “Kita yang
kuat harus menanggung akibat dari yang lemah, dan tidak untuk menyenangkan diri kita sendiri.
Mari kita masing-masing menyenangkan sesamanya demi kebaikannya, untuk meneguhkanya.
Karena Kristus tidak menyenangkan dirinya sendiri, tetapi untuk menyembuhkan jiwa mereka
yang memungkinkan mereka pada giliran untuk mencerahkan dan melayani orang lain.

Kita semua menderita dari visi yang sangat terdistorsi dalam hubungam kita dengan Tuhan,
orang lain, dan bahkan diri kita sendiri. Visi spiritual kita lemah karena kita telah puas dengan
kegelapan dan kelemahan dalam jiwa kita. Namun, kabar baiknya adalah bahwa Kristus telah
menjadi salah satu dari kita dalam kemurahan-Nya yang tak terbatas sehingga kita dapat
mengambil bagian dalam kodrat ilahi, sehingga kita berpartisipasi secara pribadi dalam
kehidupan kekal dan kudus yang untuknya Dia menciptakan kita. Jika kita memanggil Dia
dengan iman dan pertobatan yang rendah hati, Dia akan memulihkan visi rohani kita sama
seperti Dia menyembuhkan mata orang buta. Kita harus melakukan ha yang sama setiap hari
dengan memupuk kebiasaan doa yang tetap dimana kita membuka hati dan pikiran kita kepada
Tuhan untuk penyembuhan dan kekuatan yang berada di luar kemampuan kita sendiri. Doa tidal
hanya memikirkan tentang Allah, tetapi hadir sepenuhnya bagi-Nya. sekeras apapun untuk
percaya, doa yang sejati membuka mata jiwa kita untuk kemuliaan ilahi yang sama yang si
perlihatkan oleh para murid di transfirgurasi. Kita semua dapat mempersembahkan doa Yesus
dengan tengan dan bermeditasi berkali-kali selama rutinitas harian kita : “Tuhan Yesus Kristus,
Anak Allah, kasihanilah aku, orang berdosa.”setiap kali kita tergoda untuk tidak berdoa, ingatlah
bahwa doa adalah cara kita membuka kegelapan jiwa kita dengan terang Kristus. Seperti orang-
orang buta itu, kita menampilkan diri kita dalam iman untuk penyembuhan-Nya. meskipun kita
belum memiliki mata untuk melihatnya, doa adalah bagaimana kita dapat melihat pancaran Putra
Bapa satu-satunya. Doa adalah praktik dasar dari krhidupan kekristenan dan mutlak diperlukan
kita ingin berhenti berkeliaran dalam kegelaoan.
Reference:

http://orthochristian.com/calendar/20190722.html

https://blogs.ancientfaith.com/easternchristianinsights/2016/08/07/opening-eyes-souls-brilliant-
light-christ-homily-7th-sunday-pentecost-7th-sunday-matthew-feast-transfiguration-christ

8th Sunday after Pentecost


(1 Corinthians 1:10–18; Matthew 14:14–22)

Yesus mengenyangkan orang-orang yang kelaparan dengan lima roti dan dua ekor ikan dengan
jumlah lima ribu orang. Ini semua Ia lakukan dengan penuh belas kasihan sebab Dia sendiri
adalah Maha pengasih (Mat 9:36; 15:32). Menurut St. Theophan mengatakan sebelum Yesus
memberi makan lima ribu orang, para murid mengusir orang banyak itu untuk mencari makanan
sendiri karena makana yang ada sama mereka tidak mencukupi untuk mereka makan semua. Jika
kita lihat sikap atau tindakan para murid disini adalah masih belum mempercayai Yesus
sepenihnya sehingga dalam hati mereka masih ada rasa khawatir ketika makanan tersebut tidak
kebagian kepada semua orang yang mengikuti Yesus. Mereka masih mengandalkan perasaan
mereka dan pikiran mereka yang mengatakan bahwa makanan tersebut tidak cukup. Tetapi
Yesus berkata kepada mereka “tidak perlu mereka pergi kamu yang harus memberi makan
mereka.”berikan yang ada padamu kepada mereka supaya mereka makan. Dalam hal ini Yesus
tidak menyelidiki mereka layak diberikan makan tetapi Tuhan memberikan mereka makan dan
melayani mereka dengan sama. Meskipun akhirnya di antara mereka yang makan yang akan
mengatakan atau berteriak “salibkan Dia.” Tetapi ini adalah bukti belas kasihan Allah kepada
mereka (Mat 6:45).

Lima roti dan dua ikan yang dikumpulkan oleh para murid untuk memberi makan makan lima
ribu orang lapar di tempat yang sepi pada akhir hari yang panjang. Ketika para murid tahu bahwa
makanan itu tidak cukup, mereka meminta Yesus Kristus untuk mengirim orang pergi membeli
makanan mereka sendiri. Tetapi Yesus menantang mereka untuk memberi makan orang-orang
dengan apa yang mereka miliki. Yesus menengadah kesurga, Tuhan memberkati, memecahkan,
dan mengembalikan roti kepada para murid, dan mereka pada gilirannya memberikannya kepada
orang banyak. Dan setiap orang memiliki lebih dari cukup untuk dimakan: dua belas keranjang
roti tersisa setelah beberapa ribu orang makan malam. Apa yang tampak snagat kecil, sangat
tidak penting, sangat tidak memasai, lebih dari cukup karena berkat dari Juruselamat kita. Tetapi
intinya apakah kita memiliki kekuatan atau kemampuan untuk memberi makan ribuan atau
memperbaiki masalah dunia. Kita tidak sehebat itu. Kita bukan Tuhan atau penguasa dunia. Kita
mungkin cukup berjuang untuk mengatasi masalah kita sendiri, apalagi untuk mengatur dunia
dengan benar. Semmua yang kita dipanggil untuk lakukan adalah menjadi seperti para murid,
untuk menawarkan sedikit yang kita bisa kepada Tuhan untuk restu dan percaya Dia akan
melakukan sisanya.

Persembahan semacam itu adalah inti dari ibadat di Gereja Orthodox, karena para bapa Gereja
selalu melihat Tuhan memberi makan ribuan orang dengan liam roti dan dua ikan secara ajaib
sebagai tanda Ekaristi (perjamuan kudus). Sepasang roti dan secangkir berisi anggur dan air.
Dalam liturgy ilahi, kita berdoa memohon berkah Tuhan atas roti dan anggur. Dengan kuasa Roh
Kudus, mereka menjadi tubuh dan Darah Yesus Kristus perjamuan surgawi. Kita menerima lebih
dari sekadar makanan, tetapi pengampunan dosa dan hidup kekal dalam persekutuan kita. Kita di
pelihara dengan makanan surgawi dan di bangkitkan untuk kehidupan surga dalam ekaristi. Kita
sering berkata di Gereja bahwa kita tidak hanya menghadiri liturgy ilahi, tetapi untuk
menjalaninya. Seluruh hidup kita harus menjadi persembahan bagi Tuhan, kita harus
berpartisipasi dalam ibadat surgawi dengan setiap pikiran, perkataan dan perbuatan. Tetapi
kadang-kadang kita dengan jujur bertanya-tanya bagaimana kita melakukan itu. kita memiliki
seribu hal yang melintas dalam pikiran kita sekaligus. Pikiran, kata-kata dan perbuatan kita
sering kali tampak tidak terkendali. Sangat sering kita lebih suka melakukan apa saja selain
berdoa, beribadah atau melayani Tuhan dan sesame kita. Ketika kita merasakan hal ini, kita
harus ingat bahwa persembahan kecil berupa roti dan ikan, Tuhan memberkati karunia kecil itu
dan secara ajaib memperbanyaknya untuk memberi makan ribuan orang. Mungkin kita hamper
tidak bisa menawarkan apapun kepada Tuhan. Mungkin kita bertanya-tanya apakah persembahan
doa kita atau puasa atau pelayanan apapun yang benar-benar penting. Mungkin kita tergoda
untuk berpikir bahwa itu tidak penting sehingga kita bahkan tidak perlu repot. Itu adalah
pencobaan, karena Tuhan kita selalu bekerja melalui apa yang kecil dan tampaknya tidak penting
untuk membawa keselamatan kedunia. Jika kita membaca Alkitab, kita tahu bahwa Allah selalu
menggunakan orang-orang yang tidak sempurna dan berkonflik seperti kita untuk melakukan
pekerjaan-Nya. dia memanggil kita, seperti Dia memanggil mereka, untuk menjadi setia yang
kita bisa saat ini. Dia menerima tawaran apapun itu dari waktu, energo, dan sumber daya lain
yang dapat kita buat. Dan bagaimana Dia memberkati itu merupakan urusan-Nya dari pada kita.
Jadi dalam semangat roti dan ikan, mari kita terus menawarkan hidup dan sumber daya kita
kepada Tuhan sebaik mungkin, percaya bahwa Allah yang sama yang menghasilkan banyak dari
pelayanan. Marilah kita mengingat semua orang dalam doa-doa kita dan melakukan apa yang
bisa untuk meringankan penderitaan mereka.

Reference:

http://orthochristian.com/calendar/20190729.

http://easternchristianinsights.blogspot.com/2012/07/st-timon-sunday-homily-for-eight.html
9th Sunday after Pentecost
(1 Corinthians 3:9–17; Matthew 14:22–34)

Yesus berjalan di atas air ketika Ia bertemu dengan pada muridnya. Menurut St. Theophan
mengatakan “Ketika Rasul kudus Petrus melihat Yesus berjalan di atas air dengan berani ia izin
kepada Tuhan turun dari kapal dan berjalan diatas air. Ini adalah suatu kebanggaan bagi Petrus,
dimana di antara 12 orang murid Yesus hanya dialah yang bisa berjalan di atas air. Fakta bahwa
dia memutuskan tindakan yang tidak biasa itu, berharap kepada Tuhan, tidak ada terguran yang
layak, jika tidak Tuhan tidak akan mengijinkannya melakukan itu. Teguran itu datang karena dia
tidak mempertahankan keadaan jiwanya yang asli. Dia dipenuhi dengan harapan yang diilham
dalam kemampuan Tuhan untuk melakukan apa pun, dan ini memberinya keberanian untuk
mempercayakan dirinya kepada ombak. Beberapa langkah sudah dibuat di sepanjang jalan, ia
berdiri dalam kekuatan-Nya dan menatap Tuhan yang dekat. Tetapi angina kuat, ombaknya yang
besar, airnya tidak keras, dan ini melemahkan keteguhan iman dan harapannya. Karena hal ini ia
melepaskan diri dari tangan Tuhan, dan meninggalkan operasi hukum alam mulai tenggelam.
Tuhan menegurnya dengan mengatakan “hai kamu yang kurang beriman, mengapa kamu ragu?”
Ketika Petrus berjalan secara ajaib di atas air bersama Yesus Kristus, dia tidak menerima
kenyataan tentang siapa dia dalam hubungannya dengan Tuhan. Dia mengalihkan
kepercayaannya dari seseorang yang memungkinkan melakukan apa yang tidak bisa
dilakukannya sendiri, berjalan di atas air. Sebalilknya, ia fokus pada angina dan ombak serta
kelemahannya sendiri, dan mulai tenggelam. Tampaknnya tidak tenggelam dalam pikiran Petrus
bahwa ia berjalan di atas ombak murni karena Anak Allah telah memungkinkan untuk
melakukannya. Ketika dia berbalik dari mempercayai Tuhan dan hanya mengandalkan dirinya
sendiri, dia mulai tenggelam seperti batu. Seperti yang kita semua tahu, itu kenyataan dari apa
yang terjadi pada manusia yang mencoba berjalan di atas air dengan kekuatannya sendiri.

Hal serupa akan terjadi pada sebuah bangunan yang tidak benar-benar didasarkan pada fondasi
yang kokoh. Itu akan runtuh karena beratnya sendiri. Seperti yang diingatkan oleh St, Paulus
pada jemaat Korintus, satu-satunya fondasi sejati kita dalam kehidupan adalah Anak Allah yang
sama yang menjadikan alam semesta, menjadi Adam kedua untuk memulihkan kemanusiaan kita
yang korup, dan yang mengalahkan maut dalam kebangkitan hari ketiga-Nya. dia adalah dasar
dari keberadaan dan harapan kita akan keselamatan. Ketika Kristus memungkinkan Petrus
berjalan di atas air, Dia memberi kita ikon atau gambar tentang apa artinya berbagi dalam hidup-
Nya dengan kasih karunia. Dia menunjukkan kepada kita bahwa manusia mungkin sudah
berpartisipasi dalam kemenangan-Nya atas dosa dan kematian, bahwa diadalam Dia kita dapat
mengetahui kebebasan yang di berkati yang memungkinkan kita untuk mengatasi bahkan godaan
yang paling gelap dan paling kuat sekalipun. Ketika kita tumbuh dalam persatuan pribadi dengan
Tuhan kita yang telah bangkit, Dia menyembuhkan kita dari korupsi dan memberdayakan kita
untuk kehidupan yang suci. Didalam Dia, kita menemukan pemenuhan yang jauh lebih besar dari
pada dalam kehidupan perbudakan terhadap keinginan dan ilusi kita yang berpusat pada diri
sendiri. Itulah artinya bagi kita untuk berjalan bersama-Nya melintasi lautan badai kehidupan.

St. Paulus mengingatkan jemaat Korintus bahwa mereka adalah rekan sekerja Allah, ladang
Tuhan, bangunan Tuhan. Jika para pekerja di lokasi pembangunan menjadi ceroboh dan tidak
membuat struktur pada fondasinya, proyek kemungkinan akan runtuh. Hal yang sama berlaku
bagi kita. Kita semua harus bergaulat dengan pertanyaan apakah kita bekerjasama dengan Tuhan
ketika kita membangun proyek kehidupan kita. Dia memanggil kita untuk menjadi bait suci-Nya
dan kita semua harus menahan godaan untuk menjadi teralih dari pemenuhan panggilan tinggi
itu. kuil adalah tempat di mana kita mempersembahkan diri kita kepada Allah dalam kekudusan.
Itulah panggilan paling mendasar dari kehidupan kita yang memenuhi tujuan Allah untuk
menciptakan kita. Hanya dengan mempersembahkan diri kita untuk persatuan dengan Kristus
dalam kekudusan, kita menjadi partisipasi dalam kehidupan kekal dan berkat yang dengannya
Dia menjadi kita ada. Marilah kita menggunakan kebebasan kita untuk menjadi rekan sekerja
Allah dalam menjadikan diri kita bait suci yang kudus. Marilah kita merangkul kuasa ilahi yang
memungkinkan kita berjalan dan melintasi lautan badai kehidupan kita, bahkan untuk berbagi
dalam kemenangan Juruselamat atas dosa dan kematian. Kita akan dapat melakukannya hanya
ketika kita secara pribadi memeluk kebenaran mulia bahwa sifat dan tujuan kita adalah untuk
tumbuh dalam kekudusan dan penyatuan dengan Tuhan. Jadi minggu ini mengajarkan kita
bagaimana kita mengerjakan hasil akhir dari tugas kita. Sebab ada orang yang kehidupannya
buruk tetapi di perbaharui dan menghasilkan hasil yang baik da nada yang kehidupannya baik
tetapi hasil akhirnya buruk. Jadi hasil akhirlah yang menentukan hidup kita berjalan bersama
dengan Tuhan. Iman dan pengharapan ketika kita pertahankan bersama dengan Tuhan meskipun
ada tantangan, badai, ombak, masalah kehidupan, Tuhan akan mengulurkan tangan-Nya untuk
menolong kita.

Reference:

http://orthochristian.com/calendar/20190805.html

http://orthochristian.com/96351.html

10th Sunday after Pentecost

(1 Corinthians 4:9–16; Matthew 17:14–23)

Pada minggu ini Yesus menyembuhkan orang yang sakit ayan. Yesus menyembuhkan orang
sakit dengan kuasa ilahi, iman, belas kasihan dan harapan. Dalam cerita ini mengajarkan kita
untuk berdoa dan berpuasa. Mengapa? Menurut St. Theophan mengatakan “berpuasa adalah
tindakan rohani universal. Berdoa adalah komunikasi yang universal dengan Allah yang pertama
dengan kuasa membela dari luar yang dari dalam mengarahkan senjata berapi-api melawan
musuh. Iblis akan selalu membelenggu setiap orang yang tidak pernah berdoa dan berpuasa
tetapi orang-orang yang melakukan doa dan puasa akan di jauhi oleh iblis. Iblis yang tinggal di
dalam diri kita, tidak selalu mengungkapkan kehadiran mereka, tetapi mengintai disana, dengan
diam-diam mengajar tuan rumah mereka setiap kejahatan dan memalilngkannya dari setiap hal
yang baik. Jadi orang ini yakin bahwa dia melakukan semuanya sendiri, tetapi sementara itu dia
hanya memenuhi kehendak musuhnya. Mulai saja doa dan puasa dan musuh akan pergi, lalu
tunggu di samping kesempatan entah bagaimana kembali lagi. Banyak kita pada masa kini yang
menyembah uang, kekuasaan dan bentuk-bentuk kesenangan diri sendiri, kita harus mengikuti
nasihat Tuhan sendiri kepada para murid tentang pentingnya iman, doa dan puasa. Alih-alih
percaya bahwa kesuksesan di kerajaan atau budaya duniawi adalah kebaikan tertinggi, kita harus
mempercayakan hidup kita hanya kepada Dia yang telah menaklukan kematian. Alih-alih terus
menerus terganggu oleh televise, internet, video, game, pekerjaan, olahraga, tuntutan jadwal
yang sibuk atau masalah duniawi lainnya, kita harus mengukir setidaknya beberapa kali setiap
hari untuk perenungan yang tenang dan persekutuan rohani dengan Tuhan. Alih-alih memuaskan
keinginan dalam kesenangan melalui bentuk puasa dan penyangkalan diri yang tepat secara
teratur. Alih-alih menjadikan iman kita cara untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dan
mendapatkan pujian dari orang lain. Jika iman pada dasarnya membantu kita mendapatkan apa
yang kita inginkan, maka kita akan selalu melayani diri kita sendiri dan menjadi kecandu hasrat
yang mementingkan diri sendiri. Kita akan menjadi sangat di perbudak olehperut kita, cinta akan
uang, popularitas dan pengejaran kebahagiaan yang tiada akhir sehingga kita akan menjadi
seperti para murid yaitu tidak berdaya melawan kekuatan jahat dan korupsi dalam kehidupan kita
sendiri. Jika kita melayani dan menyenangkan hanya diri kita sendiri, kita akan menjadi begitu
fokus dan mementingkan diri sendiri sehingga kita tidak akan bisa memupuk kerendahan hati
yang di perlukan untuk melayani Tuhan dan sesama kita. Kita akan menjadi sangat kecandu
dengan keinginan kita sehingga kita tidak memiliki kemampuan untuk mengatakan tidak kepada
diri sendiri dengan alasan apa pun yang pada akhirnya merupakan resep untuk apa pun kecuali
kesengsaraan. Keinginan diri kita sendiri inilah yang membutakan kita sehingga kita telah di
perbudak oleh iblis dan jatuh terus di dalam dosa.
Untuk itu kita harus berdoa dan berpuasa sebab dengan hal tersebut kita dapat berjaga-jaga
dalam melawan keinginan diri kita sendiri. Tetapi kita akan jatuh akibat kesombongan dir kita
dan meninggikan diri seperti lusifer yang jatuh akibat kesombongannya, tetapi Tuhan
menginginkan kita memiliki kerendahan hati (1 Kor 4:9-16). Kesombongan adalah karakter
utama yang sudah melekat dalam diri iblis. Ada dua hal yang Yesus kerjakan yaitu
memberitakan Injil (mengajar) dan perbauatan baik (Mat 9:35). Memberitakan Injil intinya
adalah pertobatan yang menuju kepada Kristus. Sedangkan perbuatan baik adalah melawan dosa
dan melakukan kebajikan. Melawan dosa adalah pertobatan, berjaga-jaga, doa-doa, sakramen
dan membaca hagios. Jadi dalam melawan dosa perlu askesis (latihan rohani) yaitu iman,
membaca bible. Yang kedua adalah pertobatan, perbuatan baik, kerendahan hati, ketekunan,
kesabaran, pengetahuan, kebajikan, penguasaan diri, dan kasi (2 Pet 1:5-7). Jadi teruslah berdoa
dan berpuasa sebagai senjata kita untuk melawan iblis menguasai diri kita.

Reference:

http://orthochristian.com/calendar/20190812.html

http://easternchristianinsights.com/2012/08/prayer-fasting-and-good-life-homily-for.html

11th Sunday after Pentecost

(1 Corinthians 9:2–12; Matthew 18:23–35)


Pada minggu ini berbicara perumpamaan tentang pengampunan. Jika kita baca dalan Injil Matius
18:23 ini ada seorang yang mempunyai hutang kepada rajanya tetapi raja masih memaafkannya
dan membiarkan hutangnya lunas. Tetapi ketika orang itu bertemu dengan orang yang
mempunyai hutang dengan dia, ia tidak memberi pengampunan meskipun orang itu sudah sujud
di hadapannya tetapi ia tidak mau mengampuni melainkan ia mencekik leher dan memasukkan
ke dalam penjara sampai ia bisa melunasi hutangnya. Tuhan Tuhan berkata bahwa karena
menolak untuk memaafkan orang lain adalah tanda yang jelas dari penolakan kita untuk menjadi
seperti Tuhan dalam kekudusan. Jika kita meminta pengampunan bagi diri kita sendiri tanpa
memperluasnya kepada orang lain, kita menunjukkan bahwa kita tidak tertarik untuk berbagi
dalam kehidupan Tuhan kita dengan rahmat. Kita menunjukkan bahwa kita tidak menawarkan
diri untuk transfigurasi dalam kekudusan. Sebaliknya, kita menjadi penyembah berhala yang
menyembah dewa menurut gambar kita sendiri yang kita pikir akan memberi kita apa yang kita
inginkan dan tidak menuntut apa pun yang tidak sesuai dengan kita. Pandangan agama yang
korup semacam itu hanya akan membawa kegelapan yang lebih besar ke jiwa kita dan
memperbudak kita lebih jauh ke nafsu seperti kebencian, penghakiman, dan penolakan untuk
memaafkan. Mereka membuat kita tidak mungkin ditransfigurasi dalam kekudusan.
Penerangan dan penyembuhan jiwa kita adalah proses abadi, karena tujuan kita sangat tinggi:
untuk menjadi seperti Allah dalam kekudusan. Kita tidak boleh putus asa ketika ingatan akan
kesalahan orang lain muncul di benak kita, ketika kita memiliki perasaan yang keras terhadap
mereka yang telah melukai kita, atau ketika kita tidak bisa membayangkan bagaimana kita bisa
berdamai dengan orang lain yang memiliki hubungan yang rusak dengan kita. Ini adalah tanda-
tanda bahwa kita hidup di dunia korupsi dan membutuhkan penyembuhan lebih lanjut untuk jiwa
kita. Pilihan kita adalah membuka hati kita kepada Kristus untuk partisipasi yang lebih besar
dalam belas kasihan-Nya atau mengeraskan hati kita dengan merangkul kebencian dan
penghakiman. Proses transfigurasi kita harus dimulai dengan membuka tempat-tempat yang
gelap di dalam hati kita kepada terang-Nya yang cemerlang sebaik mungkin. Kita melakukan itu
ketika kita berdoa agar Tuhan memberkati musuh kita dan untuk mengampuni dosa kita dengan
doa mereka. Kita melakukan itu ketika kita dengan sadar menolak untuk memikirkan kesalahan
orang lain atau untuk menghina mereka. Kami melakukan itu ketika kami berusaha untuk
membantu mereka. Ketika kita berjuang untuk menunjukkan belas kasihan yang sama dengan
yang kita minta kepada Kristus, kita akan tumbuh dalam kesadaran yang rendah hati akan
kehancuran dan ketergantungan kita pada kasih karunia-Nya untuk penyembuhan kita.
Inilah jalan yang harus kita semua ikuti jika kita ingin diubah rupa dalam kekudusan melalui
partisipasi pribadi dalam kehidupan Juruselamat kita.

Menurut St. Theophan ketika kita sudah diampuni berarti kita harus mempunyai belas kasihan.
Apa yang kita lakukan di dunia ini itulah yang akan di lakukan oleh Bapa kepada kita. Jika di
dalam hati kita tidk mau mengampuni saudara kita, sesama kita maka Bapa di surgawi pun akan
melakukan itu kepada kita. Ketika Anda diampuni, Anda dibawa ke dalam belas kasihan; dan
ketika Anda dibawa ke dalam belas kasihan, Anda telah menjadi peserta dalam semua harta
karun belas kasihan. Jadi inilah keselamatan, surga, dan kebahagiaan abadi. Betapa besar
perolehan untuk hal sekecil itu seperti memaafkan! Kita mungkin masih memaafkan gangguan
yang tidak disengaja yang memperlakukan kita secara pribadi sehingga tidak ada yang melihat;
tetapi jika itu hanya sedikit lebih sensitif, dan di depan orang-orang, jangan bahkan bertanya
tidak ada pengampunan.

Jadi, pesan perumpamaan ini adalah mempunyai belas kasihan untuk mendorog kita saling
mengampuni (Kol 3:13). Tanpa belas kasihan kita tidak mempunyai modal atau dasar untuk
mengampuni. Mengapa kita harus mengampuni dengan membagi belas kasihan? Karena kita
sudah di berikan belas kasihan oleh Allah. Oleh sebab itu kita harus melakukan hal yang sama
seperti yang telah di lakukan oleh Allah kepada kita dimana Allah memberikan Anak-Nya satu-
satunya untuk menyelamatkan kita (Yoh 3:16). Kita mengasihi Allah karena kita lebih dahulu di
kasihi oleh Allah sama seperti hamba yang sudah di kasihi oleh tuannya tetapi ia tidak mengasihi
sesamanya sehingga akhirnya ia di hukum. Jadi bukti kita mengasihi Allah kita yaitu dengan
mengasihi sesama kita manusia. Jadi untuk bisa mengampuni pertama kita harus menyadari
bahwa kita tidak dapat meminta atau mengharapkan pengampunan daru Tuhan, jika kita tidak
siap atau tidak dapat mengampuni orang lain dengan tulus hati. Kita harus mendekati masalah
pengampunan dengan kerendahan hati, mengetahui bahwa kita sendiri belum tentu lebih baik
dari pada mereka yang telah berbuat salah terhadap kita. Jadi proses pengampunan ini akan
membutuhkan doa untuk meminta kepada Tuhan untuk membantu kita mengampuni,
menunjukkan kepada kita bagaimana untuk mengampuni, untuk melembutkan hati kita yang
keras dan memberi kita kekuatan dan keberanian. Kita hanya bisa saling memaafkan, selama kita
berkultivasi untuk mencintai. Jika kita tidak mencintai, kita akan merasa sulit untuk berdamai.
Itu adalah cinta yang menutupi banyak dosa. Cinta yang menyelamatkan. Dan, itu adalah
pengampunan yang mengekspresikan cinta Tuhan, dalam tindakan.

Reference:

https://easternchristianinsights.blogspot.com/2018/08/personal-transfiguration-in-holiness.html

http://orthochristian.com/calendar/20190819.html

12th Sunday after Pentecost


(1 Corinthians 15:1–11; Matthew 19:16–26)

Dalam Matius 19:16-26 ini jika kita lihat ketika pemuda itu bertanya kepada Tuhan Yesus apa
yang ia lakukan untuk memiliki atau masuk kedalam kerajaan Allah. Yesus menjawab “Turutilah
perintah-Ku jangan separoh-separoh tetapi harus sempurna. Tetapi pemuda itu menjawa “Semua
itu telah aku lakukan” Tetapi Tuhan menjawa “Satu hal yang masih kurang kepadamu yaitu
juallah semua hartamu dan ikutlah Aku.” Mendengar perkataan Yesus itu, pemuda itu jadi lemah
sebab banyak hartanya. Menurut St. Theophan mengatakan “Orang kaya hampir tidak akan
masuk ke kerajaan surga. Disini dimaksudkan orang kaya yang melihat sendiri banyak metode
dan banyak kekuatan untuk kemakmurannya sendiri. Tetapi begitu seseorang yang memiliki
banyak harta benda memotong semua keterikatan pada mereka, memadamkan dalam dirinya
semua bergantung pada mereka, dan berhenti memandang mereka sebagai dukungan substansial,
maka di dalam hatinya ia sama dengan orang yang tidak memiliki apa pun karena itu adalah jalan
menuju kerajaan terbuka. Kekayaan tidak hanya menjadi penghalang, tetapi juga merupakan
bantuan, karena mereka menyediakan sarana untuk pekerjaan amal. Kekayaan bukanlah
kemalangan, tetapi lebih bergantung pada mereka. Pikiran ini dapat digeneralisasikan dengan
cara yaitu siapapun yang bergantung pada sesuatu dan melekat pada sesuatu, akan hal itu. Tetapi
siapapun yang bersandar pada Allah saja dan bersatu dengan-Nya dengan sepenuh hatinya kaya
akan Allah. siapapun yang bersandar pada sesuatu yang lain, akan mengalihkan hatinya kepada
Allah alih-alih orang yang demikian kaya akan hal itu tetapi tidak di dalam Allah. Dari sini dapat
kita simpulkan bahwa dia yang tidak kaya akan Allah tidak memiliki jalan masuk ke dalam
kerajaan Allah.

Orang muda yang kaya dalam pembacaan Injil Matius 19:16-26 ini sebagai orang-orang
yang sangat menyenangkan hati Allah. Pria itu tidak hanya mengklaim bahwa ia telah mematuhi
perintah-perintah Perjanjial Lama, tetapi kekayaannya dipahami sebagai berkat Allah kepadanya
sebagai orang yang benar. Itulah sebabnya para murid heran ketika Yesus berkata bahwa sangat
sulit bagi orang kaya untuk memasuki kerajaan Surga. Yesus mengungkapkan kelemahan dan
kehancuran spiritual pria itu dengan menantangnya secara pribadi dan kuat. Ingatlah bahwa
Juruselamat mengidentifikasi perintah terbagi sebaai : “ Kamu harus mengasihi Tuhan, Allahmu
dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu, dan
kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Mat 22:37-3).” Dengan memberikan
kekayaan kesayangannya kepada orang miskin dan meninggalkan posisinya yang istimewa untuk
mengikuti Kristus, pria itu akan memperlihatkan bahwa ia benar-benar mengasihi Allah dan
tetangganya. Namun, ia tidak memiliki kekuatan untuk mematuhi perintah itu, dan itulah
sebabnya ia pergi dengan sedih. Akan tetapi, pengakuan orang ini atas kelemahannya, tidak serta
merta membuatnya terputus dariharapan akan kehidupan kekal, karena seperti yang dikatakan
Kristus “ Bagi manusia ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu adalah mungkin.” Jika
kita baca dalam Injil Matius 19:16-26 ini yang masih kurang kepada pemuda itu adalah
mengumpulkan harta di surga (Mat 6:19-21). Yesus menyuruhnya mengumpulkan harta di surga
dengan menjual harta yang ada di bumi. Mengapa kita perlu mengumpulkan harta di surga?
Sebab harta di surga itu kekal, ngengat dan karat tidak merusaknya. Ini semua berbicara dengan
belas kasihan kita manusia supaya di dalam hati kita tidak ada yang namanya ketamakan. Selain
itu kita juga harus bermurah hati untuk menggunakan harta yang di bumi untuk mengumpulkan
harta di surga (Luk 12:13). Orang yang mengumpulkan harta di bumi jika menggunakannya
untuk kepentingan diri sendiri dan keinginan ini artinya kita sedang mengumpulkan harta di
bumi yang akhirnya habis dan ngengat. Tetapi ketika kita membagikannya, mempunyai belas
kasihan, murah hati, penuh kasih maka itulah yang kekal. Kasih itulah yang memiliki nilai yang
kekal. Tetapi bukan hanya itu saja tetapi kita juga harus mengikut Dia dalam melayani sesama
kita. Seorang kaya sukar sekali masuk kedalam kerajaan surga. Artinya orang yang hanya
melihat dirinya saja (egois). Tetapi ketika ia ingin membagikan hartanya dengan sesamanya ia
sama dengan orang yang sedang membuka kerajaan surga tetapi jika kita menutup diri dan tidak
ingin membagikan apa yang kita miliki kepada sesama kita, kita sama dengan orang yang
menutup pintu kerajaan surga. Jadi jangan sampai kekayaan itu menjadi penghambat bagi kita
tetapi jalan dan penolong serta alat bagi kita untuk mengumpulkan harta yang di surga.
Gunakanlah harta itu dengan baik. Kekayaan bukan membawa kemalangan kepada kita tetapi
gunakanlah harta itu untuk mengumpulkan harta di surga. Cukupkanlah dirimu sesuai dengan
apa yang kamu butuhkan jangan mengingikan lebih dari apa yang kamu butuhkan.

Referense:

http://orthochristian.com/calendar/20190826.html
https://blogs.ancientfaith.com/easternchristianinsights/2018/08/18/humble-faith-not-legalism-
homily-for-the-12th-sunday-after-pentecost-the-12th-sunday-of-matthew-and-the-after-feast-of-
the-dormition-of-the-most-holy-theotokos

13th Sunday after Pentecost


(1 Corinthians 16:13–24; Matthew 21:33–42)
Kebun anggur adalah tempat di mana anggur di tanam. Tuhan memberitahu perumpamaan
tentang pemilik tanah yang memiliki pekerjaan merawat kebun anggurnya. Ketika anggur sudah
siap, dia ingin buah dan mengirim pelayan untuk mendapatkannya. Tetapi para pekerja
memmukul dan membunuh siapapun yang dia kirim. Dan bahkan ketika pemilik tanah mengirim
putranya sendiri, mereka juga membunuhnya. Tentu saja, Tuhan sedang berbicara tentang para
pemipmin aama dan politik yang begitu sering menolak dan membunuh para nabi yang telah
Allah kirim kepada mereka dalam Perjanjian Lama. Dan itu juga bagaimana mereka menanggapi
Anak Allah, menolak untuk menerima ajaran-Nya dan menyerahkan-Nya kepada orang-orang
Romawi untuk mati di kayu salib. Kristus berbicara tentang perumpaman ini melawan para
imam besar dan orang-orang Farisi. Keselamatan tidak datang ke dunia ini melalui orang
munafik dan terhadap hukum Musa atau melalui pengorbanan ritual di Bait Suci. Sebaliknya,
Dia yang mereka tolak menjadi batu penjuru kepala fondasi dari sebuah kerajaan baru di mana
orang Yahudi, bukan Yahudi, pria, wanita, kaya, miskin, muda, tua, budak, dan bebas akan tahu
berkat hidup yang kekal melalui rahmat dan kasih karunia Yesus Kristus.

St. Petrus menulis dalam suratnya bahwa orang Kristen adalah “ batu hidup yang sedang di
bangun rumah rohani, iamamt kudus, untuk mempersembahkan korban rohani yang dapat di
terima Allag melalui Yesus Kristus (1 Pet 2:4-5).” Dengan kata lain, sebagai Gereja kita secara
kolektif adalah bait Allah dengan kuasa Roh Kudus. Kita adalah generasi yang di pilih, imamat
yang rajani dan bangsa yang kudus (1 Pet 2). Orang-orang Yyahudi zaman dahulu memiliki
hukum dan ajaran para nabi, tetapi kita adalah anggota tubuh Kristus sendiri, kita adalah cabang
dari pokok anggur-Nya, kita berbagi tubuh dan darah-Nya sendiri, dan Dia hidup di hati kita.
namun, kita harus berhati-hati agar tidak jatuh dalam godaan mengutuk orang-orang Farisi dan
Saduki karena kebuaan mereka dan sekadar memberi selamat kepada diri kita sendiri karena
percaya kepada Injil. Dengan kata lain, ada lebih banyak hal yang terjadi di sinidari pada berpikir
buruk bagi mereka, baik bagi kita. karena terlalu sering kita sangat seperti mereka yang menolak
Tuhan kita. Tetapi dalam sebagian besar kehidupan kita, kita tidak benar-benar menerima Dia
sebagai batu penjuru, sebagai fondasi siapa diri kita sebagai pria dan wanita suami dan istri, atau
anak laki0laki dan perempuan. Jadi alih-alih berfokus pada bagaimana para pemimpin Yahudi
menolak Mesias dua ribu tahun yang lalu, mari kita berpikirtentang bagaimana kita menolak Dia
hari ini. Kepada siapa banyak di berikan, banyak yang di harapkan. Kita telah di berikan jauh
lebih banyak dari pada orang yang paling benar dalam Perjanjian Lama dan Tuhan
mengharapkan lebih dari kita. Ketika Kristus menafsirkan hukum Perjanjian Lama kepada para
murid-Nya dalam khotbah di bukit, Ddia menuntut agar mereka lebih benar dari pada para
pemimpin agama pada zaman mereka.

Tetapi Yesus Kkristus memberi tahu mereka tidak cukup mematuhi hukum “ jangan
membunuh.” Sebaliknya, para pengikut-Nya perlu membasmi penyebab pembunuhan dari hati
mereka. Mereka harus melepaskan amarah, hinaan, dan kebencian. Itu tidak cukup bagi mereka
untuk tidak menipu pasangan mereka. Mereka harus menghilangkan afsu dai hati mereka. Selain
itu kita juga harus ada sikap saling mencintai, mengampuni, menjadi seperti Tuhan dalam
menunjukkan belas kasihan kepada orang benar dan orang yang tidak benar, bahkan harus
menajdi sempurna karena Bapa mereka di surga sempurna. Jadi intinya adalah jika kita
memandang iman kita hanya sebagai seperangkat hukum yang harus di taati, kita pada akhirnya
akan menolak Yesus Kristus sebagai batu penjuru kehidupan kita. Karena Juruselamat kita bukan
hanya guru kode etik, tetapi Dia adalah fondasi kehidupan kita. Dia pergi ke dalam hati kita. kita
adalah bait-Nya dan hidup kita ada di dalam-Nya. Setiap kali kita menolak untuk menerima
kehidupan baru dan mulia yang telah Dia berikan kepada kita, kita menolak Dia dan kita
berpaling dari diri sejati kita dan satu-satunya harapan kita. Ketika itu terjadi, kita seperti sebuah
bangunan yang tidak memiliki landasan yang kokoh. Kita berada dalam situasi yang sangat
berbahaya. Mengapa? Karena terlepas dari belas kasihan Kristus, kita orang-orang bukan Yahudi
yang tidak memiliki kaki untuk berdiri, bahkan hukum Perjanjian Lama pun tidak. Karakter hati
dan jiwa kita akan di tentukan oleh sesuatu atau seseorang. Kita akan menjadi kuil dengan satu
atau lain jenis. Tetapi jika kita ingin berbeda dari pada pekerja kebun anggur yang menolak dan
membunuh hamba pemilik tanah dan bahkan putranya, hidup kita, identitas kita harus di
dasarkan pada landasan yang kuat dan kokoh. Hati kita harus menjadi bait suci murni bagi satu-
satunya Allah yang benar dan kita harus berpaling dari berhala-berhala yang telah memasuki
hidup kita.

Jadi kita harus terus menerus memurnikan hati, pikiran, dan jiwa kita dengan menghilangkan
dari hidup kita setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan yang tidak suci. Apapun yang tidak
cocok dengan dasar Yesus Kristus tidak memiliki tempat di dalam kita. Saat kita berdoa,
berpuasa, mengampuni mereka yang salah, membantu orang miskin, menjaga pikiran kita, dan
melawan hasrat kita, kita akan mendapatkan kejelasan bahwa kita perlu memilah yang suci dari
yang tidak suci dalam hati dan kehidupan. Dan ketika kita di pelihara oleh tubuh dan datah
Tuhan kita dalam ekaristi (perjamuan kudus) dan menerima pengampunan-Nya melalui
pengakuan, kita akan menemukan kekuatan baru untuk mewujudkan kebenaran Kristus saat kita
menjalani setiap hari. Ingatlah bahwa tujuan kita bukan untuk mengikuti hukum, tetapi untuk
menjadi seperti besi dalam api, untuk bersinar dengan cahaya surga yang bersinar, untuk
menyampaikan keindahan Allah yang tak terkatakan di dunia yang sering gelap dan jelek. Ketika
kita memasuki persembahan ekaristi, marilah kita sekarang benar-benar mengangkat hati kita
dan memuji diri kita sendiri, satu sama lain dan seluruh hidup kita kepada Kristus Allah kita.
Dan ketika kita memulai minggu ini, mari kita benar-benar hidup seperti itu ketika kita menjalani
rutinitas harian kita dan bersinar dengan kemuliaan bait suci sejati yang di bangun tepat di atas
satu fondasi yang benar, batu penjuru, Tuhan kita, Allah dan Juruselamat Yesus Kristus.

Reference:

https://easternchristianinsights.blogspot.com/2012/09/of-vineyards-and-cornerstones-
homily.html

14th Sunday after Pentecost

(2 Corinthians 1:21—2:4; Matthew 22:1–14)


Sangatlah mungkin untuk memandang partisipasi dalam kehidupan Gereja sebagai beban,
sebagai kewajiban lain yang harus kita penuhi. Ketika kita berpikir seperti itu, hampir semua hal
lain dalam hidup tampaknya lebih menarik dari pada menyembah Tuhan. Semakin kita
mengabaikan kehidupan Spiritual kita, semkain sedikit minat yang kita miliki di dalamnya.
Sebelum kita menyadarkannya, kita dapat dengan mudah menutup diri dari sukacita kerajaan
karena kita berpikir kita memiliki hal yang lebih penting untuk di lakukan. Menurut St.
Theophan, seorang raja mengatur pernikahan untuk putranya, ia mengirim satu kali untuk
mereka yang di perintahkan, mengirim dua kali, tetapi karena kepedulian duniawi mereka tidak
datang, satu sibuk di rumah, yang lain sibuk dengan bisnis. Undangan baru di buat di ruang lain,
dan ruang pernikahan di lengkapi dengan tamu. Di antara mereka di temukan satu tidak
berpakaian pernikahan, yang karena itu ia di usir. Arti dari perumpamaan Tuhan Yesus ini jelas
bahwa pernikahan adalah kerajaan surga, undangannya adalah pemberitaan Injil, mereka yang
menolak adalah mereka yang tidak hidup sesuai dengan iman. Kita masing-masing harus
mencari tahu untuk diri sendiri kategori mana yang kita miliki. Memang untuk berada di antara
orang-orang percaya, dengan nama bersama, dan benar-benar kurang iman. Seseorang tidak
berpikir sama sekali tentang iman, seolah-olah itu tidak ada, yang lain tahu sesuatu tentang itu
dan dari itu, dan yang lain menafsirkan iman dengan cara yang menyimpang , yang lain
berhubungan dengan itu dengan penuh permusuhan. Semua di anggap berada di antara orang-
orang Kristen, meskipun mereka sama sekali tidak memiliki yang Kristen. Jika kita percaya, cari
tahu apakah perasaan kita, perbuatan kita sesuai dengan iman kita. Ini adalah pekaian jiwa yang
olehnya Allah melihat kita berpakaian untuk pernihkahan atau tidak. Ini adalah untuk
mengetahui iman dengan baik dan bersemangat untuk itu, tetapi dalam kehidupan nyata untuk
melayani hasrat, untuk berpakaian yaitu dalam pakaian memalukan dari jiwa yang mencintai
dosa. Orang-orang semacam itu adalah satu cara dalam kata, tetapi cara lain dalam hati. Dilidah
mereka ada Tuhan tetapi di dalam hati mereka berkata hitung aku

Juruselamat berbicara perumpamaan dalam bacaan ini dari Injil St Matius untuk melawan para
pemipin agama yang telah menjadi begitu terobsesi dengan keinginan mereka sendiri akan
kekuatan duniawi sehingga mereka menolak Mesias yang di dalamnya semua Injil Allah kepada
Abraham dipenuhi. Pengetahuan tentang Tuhan bukanlah masalah memiliki pikiran atau kata-
kata yang benar, tetapi dipersatukan dengan Dia dari kedalaman jiwa kita dengan berpartisipasi
dalam kasih karunia-Nya. ketika kita mendapati diri kita putus asa akan pengampunan dan belas
kasihan Tuhan atas kehancuran pribadi kita, kita harus membuka hati kita kepada belas kasihan
penyembuhan-Nya. alih-alih dilumpuhan oleh rasa malu, yang hanya menyakiti kesombongan,
kita harus mengolah doa hati setiap hari: “ Tuhan Yesus Kristus Anak Allah, kasihanilah aku
orang berdosa.” Dari pada membiarkan rasa bersalah yang obsesif membuat kita tetap fokus pada
belas kasihan-Nya ketika kta hadir sepenuhnya di hadapan Tuhan melalui doa. Maksud dari
Tuhan Yesus disin bukanlah untik merasakan cara tertentu atau mencoba untuk mendapatkan
seuatu daru Tuhan, tetapi untuk berbagi dalam kehidupan-Nya ketika kita menjadi lebih
manusiawi. Sebagai mereka yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, kita melakukan itu
dengan mnejadi lebih seperti Allah dalam kekudusan. Ini adalah perjalanan kerendahanhati
dimana kita tidak menyembunyikan kelemahan dan rasa sakit kita, tetapi seblaiknya
menggunakannya sebagai kesempatan untuk menyatukan diri kita kepada-Nya untuk
penyembuhan diluar kemampuan kita sendiri.

“ Banyak yang di panggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Kata-kata itu mengakhiri perumpamaan
tepat setelah raja memerintahkan agar lelaki tanpa pakaian pernikahan yang layak di buang dari
perayaan. Di waktu dan tempat itu, pembawa acara memberikan pakaian yang pantas kepada
tamu. Orang ini, setelah di undang ke perjamuan besar, tidak menanggapi dengan rasa
terimakasih dan hormat yang pantas terhadap tuan rumahnya. Dia menolak untuk mengenakan
pakaian itu, tetapi tampaknya menginginkan manfaat berada di pesta dengan caranya sendiri.
Karena itu ia mengeluarkan dirinya sendiri dari perayaan itu. Kita masuk ke dalam tubuh Kristus
melalui baptisan, dimana kita mengenakan Dia seperti pakaian. “Banyak dianata kamu yang
telah di baptis dalam Kristus, mengenakan Kristus (Gal 3:27).” Namun, itu hanyalah awal dari
kehidupan Kristen, dan kita harus memperhatikan setiap hari dengan sungguh-sungguh untuk
hidup sebagai orang yang berpartisipasi dalam kerajaan Allah karena anugerah. Jika tidak, maka
seluruh kehidupan Gereja akan membuat dingin dan kita akan menemukan disipllin spiritual
dasar sebagai beban yang lebih baik kita lakukan tanpanya. Kita manusia harus menyadari bahwa
tubuh Kristus di sini untuk memberi kita apa yang kita inginkan dengan syarat kita sendiri.
Sebaliknya, di dalam Tubuh-Nya, Gereja, Juruselamat membagikan hidup-Nya bersama kita dan
memungkinkan kita untuk masuk ke dalam sukacita surga bahkan ketika kita hidup dalam dunia
korupsi dengan semua perhatian kita sehari-hari. Liturgi Ilahi bukanlah upacara yang indah
untuk hiburan kita atau sarana untuk melarikan diri dari kenyataan, tetapi benar-benar undangan
untuk ikut serta dalam sukacita perjamuan surgawi saat kita berjuang untuk hidup dengan setia
setiap hari. Kita harus menghayati kebenaran Liturgi dalam kehidupan sehari-hari, membuat
karunia-karunia kita yang paling duniawi dan menantang kesempatan untuk menyatukan diri kita
lebih penuh dengan persembahan diri Juruselamat yang agung bagi keselamatan dunia.

Kita tidak bisa melakukan itu hanya dengan hadir untuk Liturgi Ilahi. Kita harus
mempersembahkan liturgi harian dalam hidup kita dengan: berdoa dan membaca Kitab Suci
setiap hari; berpuasa secara teratur sebagai cara merendahkan diri di hadapan Tuhan; dan
menjangkau untuk menjadi tanda berkat Tuhan bagi yang membutuhkan dan kesepian. Kita
harus terus mencermati pikiran kita, dengan sadar menolak untuk membiarkan keterpusatan diri
dalam bentuk apa pun untuk menangkap hati kita. Kita harus membuka jiwa kita kepada Kristus
untuk penyembuhan melalui penggunaan teratur misteri kudus Pengakuan, karena itulah cara kita
diyakinkan akan belas kasihan Tuhan ketika kita menyebut dan bertobat dari dosa-dosa kita.

Jika kita mengabaikan disiplin-disiplin ini, kita seharusnya tidak terkejut ketika kehidupan di
Gereja tampak lebih seperti beban daripada memberkati kita. Jika kita ingin masuk ke dalam
kegembiraan pesta pernikahan besar yang merupakan Kerajaan Allah, kita harus mempersiapkan
hati, jiwa, dan pikiran kita untuk sesuatu yang jauh lebih mendalam daripada acara keagamaan
atau budaya yang memberi kita apa yang kita inginkan sendiri. ketentuan. Kita harus benar-benar
mempersatukan diri kita dengan Kristus dalam kekudusan jika kita ingin berpartisipasi dalam
keselamatan pribadi manusia yang telah Dia bawa ke dunia. Itulah artinya menjadi manusia yang
benar-benar sebagai seseorang yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah ketika kita
mengenakan pakaian pernikahan kerajaan surga.Jadi periksalah diri kita masing-masing apakah
kita beriman dan mengenakan pakaian pernikahan kebijakan atau memakai compang-camping
yang memalukan dari dosa kesukaan.

referense:

http://orthochristian.com/calendar/20190909.html

https://blogs.ancientfaith.com/easternchristianinsights/2015/09/06/how-to-wear-a-wedding-
garment-every-day-homily-for-the-14th-sunday-of-matthew-in-the-orthodox-church
15th Sunday after Pentecost

(2 Corinthians 4:6–15; Matthew 22:35–46)

Kebanyakan dari kita manusia lebih cenderung mencintai diri sendiri, kepentingan sendiri,
kesenangan diri sendiri tanpa memperhatikan orang-orang yang ada disekitarnya. Kenyataan
yang benar-benar terjadi adalah bahwa kesenangan diri ini telah membuat kita malas secara
spiritual, lesu. Kita sebagai orang terlalu sering seperti anak kecil yang di lepaskan di took
permen tanpa ada yang memberitahu ketika kita sudah terlalu banyak makan permen. Ketaatan
pada filosofi ini, cara hidup, telah membuat kita muak. Itu menjanjikan kita kemerdekaan kita,
kebebasan kita, tetapi sebaliknya telah memperbudak kita pada pengejaran dan kesenangan hidup
ini, sambil menghalangi persiapan kita dan pengejaran akan hubungan dan persekutuan dengan
Allah yang hanya kekal. Dengan berpikir bahwa kita menjalani kehidupan sepenuhnya dengan
berfokus pada keinginan pribadi kita sendiri, kita sebenarnya telah kehilangan apa artinya yang
sesungguhnya.

Allah adalah pencipta kehidupan kita. Dialah yang memanggil kita dari ketiadaan menjadi ada
dan yang telah mengincar kita untuk hifup kekal bersama dengan Dia. dia memanggil kita untuk
di adopsi sebagai anak laki-laki, pewaris bersama Kristus. Dia ingin menjadikan kita seperti
malaikat, tetapi selallu sering kita bertukar tujuan dan panggilan ilahi ini, tawaran keabadian ini
untuk kesenangan duniawi dan melarikan diri dari realitas yang budaya kita tawarkan kepada
kita banyak melalui hiburan, mengejar keamanan finansial dan hawa nafsu kedagingan. Tuhan
menawarkan kita cinta-Nya. Dia menawarkan kita pengampunan. Dia menawarkan kita
kehidupan baru, pemulihan hidup itu melalui pengakuan dosa. Tetapi kita harus membuat
pilihan: kita berasumsi atas rahmat Tuhan atas resiko kita sendiri. Jika kita mengambil bagian
dalam kerajaan-Nya, kita harus bertobat, kembali kepada Allah, berjuang melawan hasrat kita
dan benar-benar berusaha untuk keluar dari diri kita untuk mencntai dan melayani sebab kita
tidak hidup untuk diri sendiri, tetapi untuk Engkau. Jadi kuncinya adalah keluar dari diri kita
sendiri, keinginan kita, meninggalkan gagasan keliru bahwa hidup seharusnya hanya tentang
kita, bahwa kita benar-benar menjadi seperti Tuhan dan mampu berkomunikasi dengan-Nya.
Yesus berkata kepada kita dalam Injil hari ini dengan mengatakan, “ Barangsiapa yang ingin
menyelamatkan hidupnya akan kehilangan nyawanya, tetapi siapapun yang kehilangan
nyawanya karena Aku dan Injil akan menyelamatkannya.”

Di dalam diri kita tidak ada dalam kehidupan kita sendiri, pengejaran kita sendiri, nafsu kita
sendiri yang membebaskan kita, membuat kita bahagia. Dengan melayani, memberi perpuluhan,
menyembah, berdoa, dan memanfaatkan alat yaitu pertobatan di Gereja yang memberi kikta
pemenuhan, penyembuhan, dan sukacita kerajaan yang sejati. Dengan keluar dari diri kita
sendiri, kita belajar apa itu cinta sejati, kita belajar bagaimana mencintai dengan menjadi lebih
seperti Tuhan yang merupakan pembuat cinta itu. ini adalah jalan salib, jalan penyangkalan diri,
jalan cinta sejati. Seperti kata rasul Paulus, “ kami memberitakan Kristus yang di salibkan yang
tersandung bagi orang Yahudi dan kebodohan bagi orang bukan Yahudi (1 Kor 1:23.” Mereka
yang membenci apa yang di tuntut Kristus dan Gereja-Nya dari kita belum memahami bahwa
apa yang di tunjukkan Kristus kepada kita, apa yang di perlihatkan kehidupan para orang suci
kepada kita, tidak membebani tetapi bagian dari kik yang ringan itu. Itulah resepnya
penyembuhan, pertumbuhan: cara menjadi manusia yang benar-benar didewasakan, satu-satunya
cara menuju pencerahan sejati, dan keselamatan.

Dalam kata-kata Injil yang kit abaca hari ini berkata “ Siapapun yang malu pada-Ku dan kata-
kata-Ku dalan generasi yang berzinah dan berdosa ini, akan dia Anak manusia juga akan malu
ketika Dia datang dalam kemuliaan Bapa-Nya dengan para malaikat kudus.” Jalan salib ini
adalah jalan Kristus yang menuntut penyangkalan diri kita dan bahkan kematian kita pada orang
tua adalah ajakan untuk tidak meninggalkan dunia, tetapi hidup seperti “ Ciptaan baru” didunia
sehingga kita dapat menjadi duta besar untuk Kristus, pembawa terang kebenaran-Nya yang Dia
panggil kita untuk menjadi sebagaimana Rasul Paulus mengingatkan kita hari ini “ Allah yang
memerintahkan cahaya untuk bersinar keluar dari kegelapan yang memiliki sinar di hati kita
untuk memberi terang pengetahuan akan kemuliaan Allah di hadapan Yesus Kristus (2 Kor
4:6).” Kita memegang harta ini yang Kristus telah berikan kepada kita dalam benjana tanah liat.
Kita tahu bahwa kuasa yang Dia berikan kepada kita untuk mengasihi, untuk hidup, untuk
berbicara kebenaran, berasal dari Dia. menjalani iman kita, bertumbuh dalam iman kita,
melayani dan berkontribusi untuk kebutuhan Gereja, yang merupakan cara kasih bagi dunia, cara
untuk mengubah dunia dengan kehadiran Kristus yang bekerja di dalam dan melalui kita orang
berdosa. Jika kita mau berjuang melawan hawa nafsu kita, keduniawian kita, allah-allah palsu
dan berhala-berhala yang telah kita buat, Roh Kudus akan membawa kita kesembuhan dan
pertumbuhan. Seperti yang kita katakana ya atas undanga Allah saat dan hari demi hari, Dia akan
membantu kita dalam pertempuran kita melawan kekuatan si jahat, melawan hasrat kita sendiri,
dan memungkinkan kita untuk berdiri, melayani dan mencintai dalam kekudusan-Nya.

referense:
https://www.orthodoxannapolis.org/15th-sunday-after-pentecost-sunday-after-the-cross-2012-
september-16/

16th Sunday after Pentecost

(2 Corinthians 6:1–10; Matthew 25:14–30)


Pembacaan pada minggu ke 16 setelah pentakosta ini menceritakan tentang tiga hamba yang
menerima sejumlah besar uang, yang disebut sebagai talenta, dari tuan mereka ketika ia pergi
dalam perjalanan yang panjang. Dia adalah pengusaha yang cerdik dan mengharapkan mereka
untuk memanfaatkan apa yang telah dipercayakan kepada mereka. Satu berinvestasi dengan bijak
sehingga lima talentanya berbuah menjadi sepuluh. Yang di beri dua talenta melakukan hal yang
sama dan mendapatkan dua lagi. Mereka berdua mengandalkan uang mereka dan mendapatkan
pujian dari tuan mereka ketika ia kembali. Tetapi pelayan yang ketiga, yang hanya memiliki satu
talenta untuk diinvestasikan, bukanlah pelayan yang baik. Karena takut ia akan kehilangan
sedikit uang yang dimilikinya, ia hanya mengubur uangnya di tanah dan tidak menghasilkan apa-
apa sama sekali. Sang raja memarahinya karena bahkan tidak menaruh uang di bank dan
mendapatkan bunga. Jadi dia mengambil bakatnya dan memberikannya kepada pelayan yang
pertama. Menjelang akhir perumpamaan, kita membaca bahwa “ Kepada setiap orang yang
memiliki, lebih baik banyak akan di berikan dan ia akan memiliki kelimpahan, tetapi dari dia
yang tidak memiliki, bahkan apa yang telah ia miliki akan diambil.”

Yesus Kristus menggunakan kisah ini tentang menginvestasikan uang sebagai pengingat akan
pentingnya menjadi pelayan yang produktif dari semua yang telah Allah berikan kepada kita.
Hidup itu sendiri dan semua berkat serta kemampuan kita berasal dari Tuhan. Sejak Dia
menciptakan kita dalam gambar dan rupa-Nya, Dia telah memanggil kita untuk
menginvestasikan diri kita dengan cara ang memungkinkan kita untuk berkembang sebagai putra
dan putri-Nya. dia mengundang kita untuk hidup berkelimpahan yang menghasilkan buah bagi
kerajaan, memberkati orang lain, dan memancarkan cahaya kekudusan di seluruh dunia. Seperti
dikatakan St Paul, “Lihatlah, sekarang adalah waktu yang dapat diterima; lihatlah, sekarang
adalah hari keselamatan. ”(2 Kor. 6: 2) Jika kita ingin menjadi penatalayan yang setia, kita harus
memulai dengan hidup kita seperti sekarang. Menunggu sampai semuanya sempurna dan kita
punya waktu, energi, dan sumber daya untuk disisihkan untuk menjadi mangsa ilusi, karena
kehidupan di dunia ini tidak akan pernah tanpa tantangan. Pelayan yang pengecut akan selalu
menemukan alasan untuk takut dan mengubur bakat mereka di tanah. Semakin banyak praktik
yang kita lakukan dalam melakukan itu, semakin sulit untuk menginvestasikan diri kita dengan
cara-cara yang menghasilkan buah bagi Kerajaan. Tidak lain hanyalah kebohongan dan khayalan
untuk berpikir sebaliknya. Ingatlah bahwa St. Paul mengalami pemukulan, pemenjaraan, upaya
hidupnya, kapal karam, dan begitu banyak kesulitan lain sebelum ia mati sebagai martir. Dia
tidak menunggu sampai hidup benar-benar damai dan tenang sebelum melayani Tuhan dan
memberkati tetangganya. Dia menggambarkan kehidupan para rasul “sebagai orang mati, dan
lihatlah kita hidup; seperti yang dihukum, namun belum terbunuh; sebagai sedih, namun selalu
bersukacita; sebagai orang miskin, namun membuat banyak orang kaya; tidak memiliki apa-apa,
namun memiliki segalanya. ”(2 Kor. 6:10)

Kita mungkin belum memiliki mata untuk melihatnya, tetapi jalan kita pada akhirnya sama
dengan jalannya. Tidak peduli seberapa sedih, sakit, frustrasi, atau kehilangan kita, Tuhan masih
memanggil kita untuk menginvestasikan hidup kita dalam kekudusan untuk berkat dan
keselamatan dunia. Kita mungkin tidak akan melakukan itu pada skala yang besar atau jelas
seperti St. Paulus, tetapi itu tidak relevan. Hamba yang hanya memiliki satu talenta itu masih
dipanggil untuk tetap setia dengan apa yang dimilikinya dengan yang memiliki sepuluh talenta.
Suka atau tidak, kita memiliki kehidupan di dunia ini yang kita miliki. Kita tidak bisa
mengatakan sepatah kata pun dan menjadi orang lain atau mengubah apa pun tentang masa lalu.
Kita dapat, bagaimanapun, menjadi penatalayan yang setia pada saat ini ketika kita memenuhi
identitas kita sebagai mereka yang diberkati oleh Allah dan dipanggil untuk menjadi berkat bagi
orang lain sebagai tanda kasih, kemurahan, dan kekudusan-Nya.

Tidak peduli berapa banyak atau sedikit uang yang dimiliki seseorang, prinsip dasar membuat
anggaran dan perencanaan untuk masa depan adalah sama. Itu juga benar tentang kehidupan di
dalam Kristus. Terlepas dari perinciannya, kita semua akan menginvestasikan diri kita sendiri
untuk kehidupan Kerajaan yang berlimpah melalui praktik-praktik umum dan akrab, seperti: doa;
puasa; kemurahan hati kepada yang membutuhkan; tobat; pengampunan; membaca Kitab Suci,
kehidupan para Orang Suci, dan tulisan-tulisan lain yang bermanfaat secara rohani; dan
melakukan apa pun yang dapat kita lakukan dalam pelayanan Gereja dan tetangga kita. Kita
tidak harus menjadi miliarder untuk menjalani kehidupan berkat yang berlimpah atau untuk bisa
memberkati orang lain dengan cara yang mendalam. Kita tidak harus menjadi pahlawan spiritual
untuk menjadi pelayan setia dari talenta kita dan memainkan peran kita dalam memenuhi tujuan
Allah bagi dunia. Kita hanya harus menawarkan apa yang hanya bisa kita tawarkan kepada
Tuhan dalam kepatuhan dan membiarkan Dia melakukan sisanya.
Jadi, tidak ada orang lain yang dapat menabung atau menginvestasikan uang kita selain diri kita
sendiri yang harus melakukannya. Tidak ada orang lain yang bisa menjadi pelayan setia
kehidupan dan berkat selain diri kita yang harus melakukannya. Pilihan yang kita semua hadapi
adalah apakah takut dalam kegagalan karena kita mengubur bakat kita di tanah, melemahkan diri
kita sendiri, dan menolak untuk melakukan apa yang hanya bisa kita lakukan untuk
penyembuhan dan transformasi dunia. Atau akankah kita melakukan investasi yang solid
terhadap talenta kita, tidak peduli seberapa besar atau kecilnya talenta itu, dan tumbuh dalam
kehidupan yang berlimpah yang Allah ciptakan bagi kita menurut gambar dan rupa-Nya? Tidak
seperti masalah keuangan, tidak ada perbedaan di sini antara mereka yang memiliki banyak di
dunia ini dan mereka yang tidak. Satu-satunya perbedaan adalah apakah kita akan menawarkan
hidup kita yang rendah hati kepada Tuhan seperti roti dan anggur dari Ekaristi. Jika demikian,
maka kami akan menerima kembali jauh lebih banyak daripada apa yang kami tawarkan di
tempat pertama. Dan kehidupan kita di dunia ini, terlepas dari perinciannya, akan menjadi ikon
Kerajaan, menghasilkan buah ”tiga puluh, enam puluh, dan seratus kali lipat (Mat 4:8).”

referense:
https://blogs.ancientfaith.com/easternchristianinsights/2016/02/06/investing-our-talents-and-live-
for-the-kingdom-homily-for-the-16th-sunday-of-matthew-and-the-16th-sunday-after-pentecost-
in-the-orthodox-church/

17th Sunday after Pentecost


(2 Corinthians 6:16—7:1; Matthew 15:21–28)
Yesus menceritakan tentang seorang perempuan kanaan. Perempuan itu adalah seorang
Non- Yahudi dengan anak perempuan kerasukan setan dan sangat mebutuhkan bantuan. Maka ia
berseru kepada Mesias Yahudi, “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud!” Ia tidak menjawabnya
selain mengatakan bahwa ia dikirim hanya kepada domba-domba yang hilang dari keluarga
Israel kepada orang-orang Yahudi. Tetapi dia memiliki kasih yang begitu besar kepada putrinya
dan kerendahan hati yang dalam di hadapan Kristus sehingga dia berlutut di hadapan-Nya dan
memohon bantuan. Saat itulah Kristus berbicara yang terdengar seperti kata-kata yang sangat
keras: “Tidak adil mengambil roti anak-anak dan melemparkannya ke anjing.”Dengan kata lain,
berkat Tuhan adalah untuk orang-orang pilihan Perjanjian Lama, orang-orang Yahudi, tidak
untuk orang-orang seperti dia. wanita itu tidak menanggapi dengan amarah, tetapi menunjukkan
tingkat wawasan spiritual yang menakjubkan: “Ya Tuhan, bahkan anjing-anjing memakan
remah-remah yang jatuh dari atas meja tuannya.” Kemudian Kristus memuji iman wanita itu dan
menyembuhkan putrinya.

Untuk memahami percakapan ini, kita harus ingat bahwa orang-orang Yahudi pada wakti itu
mengesampingkan seluruh dunia. Wanita bukan Yahudi cukup tahu tentang Kristus untuk
memanggil-Nya “Anak Daud,”istilah Yahudi untuk Mesias, dan bahwa Dia adalah seorang tabib.
Tetapi pada akhir pembicaraan, jelas bahwa dia memiliki iman kepada Kristus, dan pemahaman
tentang Dia, yang melampaui para murid. Karena dia tahu bahwa di dalam Yesus Kristus, berkat
Tuhan meluas kesemua orang yang memanggil-Nya dengan iman yang rendah hati, bahwa di
dalam Dia remah-remah meja Abraham tumpah untuk memberi makan dan memberkati seluruh
dunia. Kata-kata kasar Tuhan kepadanya adalah alat pengajaran untuk membantunya dan para
murid melihat kebenaran tentang keselamatan Allah. Ketika di dorong dan di uji oleh komentar-
Nya yang menantang, wanita kanaan ini menunjukkan bahwa dia tahu pesan kitab suci bahkan
lebih baik dari pada orang Yahudi, karena Allah memberi tahu Abraham bahwa melalui dia dan
keluarganya semua bangsa di dunia akan di berkati (Kej 22:18). Dan sekarang dalam nama
Yesus Kristus, orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi sama-sama menjadi anak-anak terkasih
Allah dan peserta yang hidup di bait suci-Nya yang kudus.

Penundaan nyata Juruselamat dalam menyembuhkan putrinya juga merupakan alat pengajaran
yang di rancang untuk memperkuat imannya, untuk membawa keyakinannya kepada-Nya pada
kedewasaan. Wawasan terakhirnya dalam percakapan ini adalah seperti yang terjadi di St.
Simeon ketika Kristus yang berumur empat puluh hari di hadirkan di Bait Suci: “Tuhan,
sekarang hamba-Mu yang paling hamba pergi dengan damai, menurut kata-Mu. Karen mataku
telah melihat keselamatan-Mu, yang telah Engkau persiapkan di hadapan semua orang: Terang
untuk menerangi bangsa-bangsa lain dan kemuliaan bangsa-Mu Israel (Luk 2:29-30).”
Kehidupan Simeon yang penuh dengan kesabaran menunggu Mesias datang untuk menggnapi
ketika dia menggendong bayi Yesus di tangannya di Bait Suci Yerusalem. Yang di urapi Tuhan,
Juruselamat, akhirnya datang. Betapa tidak terduga bahwa seorang wanita Kanaan yang
rendahan akan menyatakan kebenaran rohani yang sama seperti St. Simeon, seorang Yahudi
yang saleh.

Kristus panggil kita tidak harus dilakukan dengan hanya melalui gerakan persyaratan hukum.
Dia mengundang kita ke kebenaran yang lebih tinggi yang memurnikan hati dan menggigit
kuncup keinginan yang kacau yang begitu mudah berakar di sana dan mengarah peda
pembunuhan, perzinahan dan tindajan lain yang merupakan kebalikan penuh dari berkat yang
Dia ciptakan bagi kita didalam milik-Nya gambar dan rupa (Mat 5:8,20,21-30). Kita semua
memiliki begitu banyak pekerjaan yang harus di lakukan dalam memurnikan hati kita sendiri
sehingga kita tidak perlu membuang energy kita dalam membuat penilaian akhir atas kekudusan
orang lain. lita tidak akan menjadi Bait Suci Tuhan yang hidp lebih setia dengan memandang
siapa pun atau kelompok apapun sebagai bangsa bukan Yahudi. Atau orang Kanaan dalam hidup
kita. Kita harus selalu ingat bahwa kita adalah keturunan rohani dari wanita Kanaan. Jadi kita
harus berjuang untuk merangkul kekudusan Tuhan ke kedalam jiwa kita dengan pertobatan yang
dalam, rendah hati dan gigih. Jadi jika hari ini kita merasa jauh dari Tuhan seperti orang-orang
Yahudi pikirkan kita harus mengetahui bahwa Tuhan selalu ada bagi orang yang mengasihi-Nya.
Kita semua dapat menggunakan Tuhan mendorong untuk mengetahui dan berbicara kebenaran
dengan sangat fasih. Kita dapat mencurahkan waktu, tenaga dan perhatian kita pada praktik-
praktik umum dan sederhana yang melaluinya orang-orang yang hancur selalu membuka diri
mereka pada belas kasihan penyembuhan Kristus. Kita dapat tumbuh dalam kekudusan dan
berbalik dari dosa dan mengarahkan kembali diri kita selangkah demi selangkah kepada
Juruselamat yang telah membuat orang-orang kudus besar dari orang-orang berdosa dari setiap
bangsa, yang telah memulihkan orang-orang yang terluka oleh segala jenis dosa sebab hanya di
dalam Dia ada harapan kita untuk memperoleh kesembuhan.
referense:

https://blogs.ancientfaith.com/easternchristianinsights/2016/02/14/767/

18th Sunday after Pentecost


(2 Corinthians 9:6–11; Luke 5:1–11)

Dalam Injil hari ini berbicara tentang para nelayan yang ingin menangkap ikan tetapi tidak
mendapatkan apa-apa. Kristus yang sedang berkhotbah di Danau Genesaret, ketika Ia selesai
berkhotbah, Ia melihat ada dua perahu di pantai, dan Kristus telah dari salah sati dari mereka.
Disini Dia berbicara kepada Rasul Petrus dan berkata: “Luncurkan ke dalam, dan jatuhkan
jaringmu.” Petrus menjawab: “Tuan, kami bekerja keras sepanjang malam dan tidak mengambil
apa-apa (Luk 5:4-5).” Dan para rasul adalah nelayan yang berpengalaman, mereka tahu hukum
laut. Jika pada malam hari tidak ada ikan yang di tangkap, maka pada siang hari tangkapan tidak
masuk dalam pertanyaan. Dan Petrus mengatakan ini kepada Kristus. Tetapi dia menambahkan:
Namun, demikian atas firman-Mu aku akan menurunkan jala (Luk 5:5). Dan mereka
mengecewakan mereka. Dan keajaiban terjadi. perahu-perahu di penuhi ikan sehingga mereka
mulai tenggelam. Kemudian rasul Petrus jatuh di kaki Juruselamat dan berkata: “ Pergilah
dariku, karena aku orang berdosa, ya Tuhan (Luk 5:8).” Ini adalah proses iman. Rasul tahu
bahwa ikan tidak dapat di tangkap. Tetapi dia memiliki Firman Kristus di dalam dirinya sendiri,
dalam kehendaknya; dan surat wasiat ini yang sekarang adalah milik Kristus, dia di penuhi. Dan
apa yang terjadi? Sebuah keajaiban? Ya, sebuah keajaiban. Tetapi mukjizat utama bukanlah ikan
yang berlimpah, meskipun tangkapan ini adalah mukjizat. Mukjizat utama adalah perubahan jiwa
yang terjadi pada Petrus. Dia melihat dirinya sendiri, dis melihat esensinya. “tinggalkan aku,
karena aku orang yang berdosa, ya Tuhan!” Inilah proses iman yaitu menerima di dalam hatimu
Firman Kristus untuk menggenapinya. Dan kemudian bagi kita akan di ungkapkan hal yang
paling penting bagi keselamatan kita, untuk kehidupan batin kita.

Kadang orang bilang “saya tidak percaya”Itu berarti bahwa ia masih tidak menggenapi
pengajaran Kristus. Karena jika kita hanya akan berusaha untuk memenuhi Firman Kristus,
setidaknya satu perintah Kristus, maka esensi hidup kita akan di nyatakan kepada kita juga.
Tetapi kita tidak ingin melakukan ini, dank arena itu kita berkata: saya tidak punya keyakinan.
Tetapi bagaimana cara seseorang mencobanya? Seperti Rasul Petrus. Terlepas dari semua
pengalamnnya sebagai nelayan, ia mendengarkan Kristus dan menurunkan jala. Dengarkan
Firman Kristus. Jika kita mengetahui Injil dan menerapkannya dalam hidup kita, maka hidup
kita di dalam Kristus akan di nyatakan kepada kita. Dan ia akan mengisi hati kita dengan
sukacita yang tak terkatakan, dengan sukacita kehidupan kekal; dan sukacita ini tidak akan
berakhir. Jadi ketika kita melihat kelemahan dan luka dosa di dalam hati kita yang menghalangi
kita untuk memenuhi ajaran dan Firman Tuhan, ingat Tuhanlah yang menyembuhkan dan
membantu kita memulai hidup baru ketika kita mengakui-Nya di hadapan-Nya.

referense:

http://orthochristian.com/74126.html

19th Sunday after Pentecost


(2 Corinthians 11:31—12:9; Luke 6:31–36)
Pada minggu yang ke Sembilan belas setelah pentakosta ini adalah mengajarkan kita tentang
khotbah di bukit dimana khotbah ini adalah sebuah pengantar tentang jenis kehidupan yang hars
di miliki oleh setiap orang yang menginginkan kerajaan Allah. Menurut St. Theophan
mengatakan kita harus saling mengasihi tetapi tidak mudah untuk mendapatkan kasih sampai
tingkat yang di perlukan. Kita manusia harus mempertahankan belas kasihan, jika tidak egoisme
akan segera mendekati dan mengembalikan diri kita sendiri kepada keegoisan kita dan akan
mengurung diri kita sendiri. Maka kita tidak akan mengangkat jari untuk orang lain dan tidak
memandangnya meskipun ia sekarat. Ketika Tuhan Yesus berkata: kasihilah sesamamu seperti
dirimu sendiri yang artinya Dia bermaksud agar sesema kita berada di dalam kita, yaitu di dalam
hati kita bukannya diri kita sendiri. Jika kata “aku”tetap ada dalam diri kita maka kita tida bisa
mengharapkan sesuatu yang baik untuk kita lakukan kepada orang lain.

Inilah hal yang pertama yang Yesus perintahkan kepada kita agar kita lakukan. Tetapi pasti kita
bertanya siapa orang lain itu yang di bicarakan oleh Yesus? Apakah mereka teman saya, atau
orang asing? Yesus menjelaskan hal ini kepada kita bahwa orang lain itu adalah musuh kita,
orang yang telah mengeksploitasi kita, orang yang telah menyinggung kita, menghina kita,
menyakiti kita atau bahkan mereka yang telah melakukan hal terburuk yang mungkin terjadi
kepada kita. Dari sudut manusiawi kita, kita tidak bergaul dengan mereka bahkan mengasihi
mereka tetapi inilah perintah yang Yesus panggil kita ikuti “kasihilah musuhmu.” Pertanyaang
yang kedua adalah bagaimana kita bisa mengasihi musuh kita ketika mereka persis seperti itu,
musuh kita? Apa cara mudah untuk mencintai musuh. Pertama kita harus memiliki belas kasihan.
Kita jangan menganggap seseorang sebagai orang yang tersesat, pergi untuk kebaikan atau
penghapusa karena tindakan dan perbuatan mereka. Kita harus percaya bahwa seseorang tidak
pernah buruk, dan dapat berubah jika itu tidak cukup baik atau jika itu masih membuat kita ragu
inilah yang Yesus ingatkan kepada kita: Allah pertama-tama mengasihi kita, meskipun kita
selalu jatuh kedalam dosa. Jika Tuhan selalu akan mencintai orang berdosa, dan jika Tuhan
selalu siap untuk membuka lengan-Nya kepada orang berdosa, siapakah kita untuk mengambil
tempat dan memutuskan siapa yang harus atau tidak kita kasihi, ketika kita masih melakukan
dosa sendiri? Terlepas dari siapa itu atau dosa yang telah di lakukan seseorang, gambar Allah
masih ada dalam kita semua dan di musuh kita pun ada. Jadi melalui khotbah di bukit, Yesus
memanggil kita untuk memeriksa bagaimana kita mengasihi sesama kita tanpa mengharapkan
imbalan apapun dan ini termasuk musuh kita. Mencabut kasih kita dari mereka berarti
mengabaikan keberdosaan kita, dan menyangkal bahwa kita sama-sama berdosa. Tetapi ada
terang dalam semua itu, karena kita di buat menurut gambar dan rupa Allah, dan bahwa Dia
ingin agar kita semua berbagi dalam roh belas kasihan.

Jadi, ketika kita bersiap untuk menerima Yesus dalam ekaristi kudus, mari kita bertanya kepada-
Nya dan juga melalui doa-doa Bapa-Bapa Gereja untuk mendamaikan citra Allah kita dengan
gambar Allag dengan musuh-musuh kita. Mari kita juga meninggikan Dia dengan mengucapkan
doa puja Yesus untuk meminta belas kasihan Tuhan kepada kita.

referense:

http://orthochristian.com/calendar/20190930.html

20th Sunday after Pentecost


(Galatians 1:11–19; Luke 7:11–16)

Pada minggu ini berbicara tentang Tuhan Yesus yang masuk ke sebuah kota yang bernama Nain.
Ketika Ia sampai di kota itu, Ia melihat ada seorang janda yang menangisi kepergian anaknya
satu-satunya. Melihat janda itu, Yesus mempunyai belas kasihan untuk membangkitkan kembali
anak dari janda itu. Ia berkata: “jangan menangis!” dan Ia berkata kepada anak muda itu: “Hai
anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Seketika itu juga anak muda itu bangun dan
berkata-kata. Ketika orang banyak yang melihat hal itu mereka semua menjadi ketakutan dan
memuliakan Allah karena mereka kagum akan Yesus Kristus yang bisa menyembuhkan orang
yang sudah meninggal. Penyembuhan yang dilakukan Kristus dalam Injil, dan melalui para
pecinta Kristus dengan karunia penyembuhan, adalah lengkap. Kristus Allah, Logos (Firman)
Allah, yang berbicara penciptaan menjadi ada, menopang kita semua. Dia memberi kita alat di
Gereja-Nya untuk menemukan penyembuhan bagi jiwa kita dan kehidupan kekal bersama-Nya.
Kadang-kadang, Dia memberikan penyembuhan fisik bersamaan dengan penyembuhan spiritual.
Tuhan dapat bekerja melalui ilmu kedokteran, tetapi ilmu kedokteran dapat mengecewakan kita,
tubuh kita dapat mengecewakan kita dan pada akhirnya akan gagal. Tetapi jiwa yang rendah hati,
yang terbuka untuk penyembuhan dan pertumbuhan Allah dalam kekudusan dan kebenaran,
dalam persekutuan dengan Allah, seseorang yang berusaha untuk menempatkan Dia yang
pertama dalam hidup, untuk bertobat, berdoa setiap hari dan bahkan saat demi saat, akan tumbuh
lebih kuat dalam roh, bahkan jika tubuhnya aus, seperti yang dikatakan Nabi Yesaya, "seperti
pakaian." Tuhan tidak pernah mengecewakan kita dan Dia selalu bertekad untuk menyembuhkan
dan menyelamatkan kita bahkan ketika Dia memberi kita alasan nyata untuk hidup, tujuan , dan
sukacita dalam perjalanan itu semakin jauh dalam Kerajaan-Nya, hidup bersama-Nya.Permulaan
baru selalu dimungkinkan dengan Allah: Dia adalah Allah penebusan, Allah mereka yang ingin
ditebus.

Apakah Tuhan kita hanya melakukan mukjizat ini untuk menyatakan diri-Nya sebagai Allah atau
karena belas kasihan kepada janda sebagaimana dinyatakan oleh Injil? Jawaban untuk kedua
pertanyaan ini adalah ya tetapi ada makna yang lebih dalam dari mukjizat ini. Sejak awal
manusia takut akan kematian. Ketakutan akan kematian ini berasal dari tidak mengetahui apa
yang akan terjadi pada jiwa begitu kematian terjadi. Dengan demikian, ada ketakutan semua
yang bisa merenggut kehidupan biologis. Tuhan kita mengingatkan kita “janganlah takut mereka
yang membunuh tubuh, tetapi tidak dapat membunuh jiwa.” (Matius 10:28). Ini seharusnya
mengingatkan kita bahwa tubuh kita hanyalah pakaian bagi jiwa. Kita lebih lanjut diingatkan
tentang hal ini pada Jumat Agung dan Suci dalam visi Nabi Suci Yehezkiel tentang lembah
tulang kering. Dalam penglihatan ini, Allah bertanya, ”Anak manusia, dapatkah tulang-tulang ini
hidup?” Yehezkiel menjawab, ”Ya Tuhan ALLAH, kau tahu.” (Yehezkiel 37: 3) Dalam
penglihatan ini, orang mati dihidupkan kembali dan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal
dihidupkan kembali. bersatu kembali dengan tubuh mereka. Melalui nubuat ini kita melihat
bahwa tubuh menjadi usang tetapi, Allah akan memperbaruinya dengan menyatukan kembali
jiwa dan tubuh sekali lagi dalam kebangkitan.
Jika kita tidak perlu takut akan kematian jasmani kita, lalu apa yang harus kita takuti? Yang
harus kita takuti adalah apa yang bisa membunuh jiwa kita. Siapa atau apa yang bisa membunuh
jiwa kita? Jawaban untuk pertanyaan ini adalah bahwa kita membunuh jiwa kita sendiri melalui
dosa kita dan gagal merawat jiwa kita. Injil mengingatkan kita bahwa kita tidak boleh hanya
merawat tubuh dalam perumpamaan tentang orang kaya dengan banyak rumah toko. Pria dalam
perumpamaan ini berpikir bahwa ia dapat beristirahat dan menenangkannya karena banyak harta
miliknya; Tuhan kita berkata kepadanya, “Bodoh, malam ini jiwamu akan dituntut darimu.”
(Lukas 12:20) Lalu bagaimana kita dapat merawat jiwa? Jawabannya diberikan dalam Injil
Penghakiman Terakhir dengan memberi makan orang yang lapar, memberi minum kepada yang
haus, membawa orang asing, berpakaian telanjang, dan mengunjungi mereka yang sakit atau di
penjara. (Matius 25: 31-46) Sementara merawat jiwa dengan cara ini sangat membantu, hal
terpenting yang dapat kita lakukan adalah menghindari dosa. Kita harus menyadari bahwa untuk
menjalani kehidupan Kristen kita harus menjalani hidup kita sesuai dengan seperangkat aturan.
Agar tidak semuanya diizinkan sebagaimana Santo Paulus mengingatkan kita, “Segala sesuatu
halal bagiku, tetapi segala sesuatu tidak bijaksana.” (1 Korintus 6:12) Jadi kita harus selalu ingat
bahwa kita dapat melakukan apa saja melalui kehendak bebas kita, tetapi apakah itu sesuai
dengan jalan Allah sehingga kita terhindar dari dosa. Salah satu cara untuk menghindari dosa
adalah dengan mempertanyakan motif dan pikiran kita terhadap empat pertanyaan berikut.
Apakah yang akan saya lakukan atau katakan jujur? Apakah yang akan saya lakukan atau
katakan tidak mementingkan diri sendiri? Apakah yang akan saya lakukan atau katakan
mencintai?Apakah yang akan saya lakukan atau katakan murni? Jika apa pun yang kita lakukan
atau katakan tidak dapat melewati empat pertanyaan ini, itu mungkin tidak sejalan dengan
kehendak Tuhan bagi kita. Kita harus menghindari tindakan yang tidak dapat melewati
pertanyaan-pertanyaan ini karena itu akan menuntun kita ke dalam dosa yang akan membunuh
jiwa kita. Dalam kerapuhan manusia kita, kita tidak sempurna. Jadi, tidak peduli seberapa keras
kita berusaha untuk tidak berbuat dosa kita akan gagal karena ketidaksempurnaan kita sendiri.
Tuhan menyediakan cara bagi kita untuk menyembuhkan jiwa kita begitu kita telah merusak jiwa
kita melalui dosa. Kasih karunia penyembuhan datang melalui pertobatan kita. Itu adalah
pertobatan penuh untuk mengakui dosa kita di hadapan Allah dan saksi-Nya yang ditunjuk;
pendeta. Jenis penyembuhan melalui pertobatan ini hanya diberikan melalui Misteri Suci
Pengakuan. Tuhan kita memberi tahu kita tentang hal ini dalam Injil ketika Dia berkata kepada
murid-murid-Nya, "Apa pun yang akan kamu ikat di bumi akan terikat di surga: dan apa pun
yang kamu lepas di bumi akan dilepaskan di surga." (Matius 18:18) Jadi saudara-saudaraku yang
terkasih dalam Kristus merawat jiwa Anda melalui tindakan belas kasihan, menghindari dosa dan
mengakui dosa Anda karena Tuhan kita berkata, “Sesungguhnya, sesungguhnya Aku berfirman
kepadamu, Waktunya akan datang, dan sekarang, ketika orang mati akan dengarkanlah suara
Anak Allah: dan mereka yang mendengarnya akan hidup (Yohanes 5:25).”

Reference:
https://www.orthodoxannapolis.org/20th-sunday-after-pentecost-orthodox-homily-on-healing/
https://frmilan.wordpress.com/2009/10/25/20th-sunday-after-pentecost/

21st Sunday after Pentecost


(Galatians 2:16–20; Luke 8:5–15)

Seorang penabur keluar untuk menabur benihnya. Dan ketia ia menabur, beberapa jatuh di
pinggir jalan; dan itu diinjakn dan ungags di udara melahapnya. Dan beberapa jatuh di atas batu;
dan segera setelah itu muncul, ia layu karena tidak memiliki kelembaban. Dan beberapa jatuh
diantara duri, dan duri-duri muncul dengan itu dan mencekiknya. Dan yang lainnya jatuh ditanah
yang baik, lalu muncul, dan berbuah seratus kali lipat, enam puluh kali lipat dan tiga puluh kali
lipat. Dan murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya katanya: Seperti apakah perumpamaan ini?
dan Dia berkata: kepadamu diberikan untuk mengetahui misteri kerajaan Allah, tetapi untuk
orang lain dalam perumpamaan melihat bahwa mereka tidak melihat, dan mendengar mereka
mungkin tidak mengerti. Perumpamaan ini adalah berbicara tentang benih yaitu Firman Allah.
Orang-orang yang berseberangan adalah mereka yang mendengar, kemudian datanglah iblis dan
menghapus Firman itu dari hati mereka,supaya mereka tidak percaya dan tidak di selamatkan.
Mereka di atas batu adalah mereka yang ketika mendengar, menerima Firman itu dengan
sukacita; dan ini tidak memiliki akar, yang untuk sementara waktu percaya dan pada saat
pencobaan datang lenyaplah. Dan yang jatuh di antara duri adalah meerka yang ketika mereka
telah mendengar Firman Tuhan, pergi dan tersedak dengan perhatian dan kekayaan dak
kesenangan hidup ini, dan tidak menghasilkan buah dengan sempurna. Tetapi itu di tanah yang
baik adalah mereka yang dengan hati yang jujur dan baik, setelah mendengarkan Firman,
menyimpannya dan menghasilkan duah dengan kesabaran.

Perumpamaan ini juga di berikan karena Allah tidak memberi tahu kepada mereka yang tidak
layak diberi tahu hal-hal yang akan mereka hukumkan. Siapa penaburnya? Tidak lain adalah
Tuhan Yesus Kristus. Berhati-hatilah ketika kita membaca tulisan suci karena setiap kata
memiliki makna. Sang penabur pergi keluar untuk menabur benihnya. Kata keluar ini adalah
inkarnasi dari Anak Allah. Benih adalah Firman Allah, kata-kata yang Dia ucapkan. Ketika ia
menabur, beberapa benih jatuh di berbagai tanah, di pinggir jalan, diantara semak duri, dan di
tanah yang baik. Kata jath disini berarti tidak terlempar dan merata yang berarti adalah jiwa
manusia. Yang sudah ada sebelumnya, Yesus Kristus, berpikir itu bukan perampokan untuk
menjadi sama dengan kita, dan menjadi manusia. Dan Dia menaburkan ajarannya ke seluruh
alam semesta, secara setara dan bebas untuk semua orang. Ini tersedia untuk Ada empat jenis
pria yang digambarkan dalam perumpamaan ini, dan, tiga dari jenis itu lenyap. Semua umat
manusia masuk ke dalam salah satu kategori ini, dan mayoritas akan binasa. Ini berlaku di zaman
kita, dan telah berlaku di setiap zaman. Mayoritas orang tidak akan mewarisi Kerajaan Allah,
karena mereka bukan tanah yang baik. Namun Tuhan dan Juruselamat kita masih menabur
benih-Nya, dan masih memberi kesempatan kepada seseorang untuk menerima-Nya dan
mengikuti perintah-perintah-Nya.

Sebagian benih jatuh di atas batu, dan ketika muncul, ia layu, karena tidak memiliki kelembaban.
Ada sangat sedikit tanah, tetapi tidak ada cukup tanah untuk mempertahankan kelembaban, yang
merupakan intisari Kristus. Hanya ada sedikit pengetahuan, dan tidak banyak perjuangan atau
keinginan, dan pada pencobaan terkecil, orang seperti itu lenyap, dan ia binasa.Beberapa orang
adalah tanah berduri. Duri bermunculan dengan gandum yang baik, firman Allah. Duri-duri ini
mencabut perintah-perintah berikut. Mereka mencabut pengetahuan tentang Tuhan, karena kita
berpaling dari Tuhan, ke duri kita, apa pun itu, apakah mereka kaya, peduli pada dunia ini,
kesenangan indria, kesombongan kita, ketakutan kita, atau ambisi kita. Ada ratusan cara yang
dapat dilakukan seseorang untuk berpaling dari Kristus, meskipun ia tampaknya adalah seorang
Kristen. Sebagian benih, sejumlah kecil benih, jatuh di tanah yang baik. Dan itu muncul dan
menghasilkan buah. Lukas mengatakan seratus kali lipat, dan St. Matius yang juga menceritakan
kisah ini menunjukkan bahwa Tuhan memberikan informasi lain. Beberapa muncul tiga puluh,
sekitar enam puluh dan beberapa kali lipat — karena tidak semua orang suci sama. Tidak semua
orang mengikuti firman Tuhan ke tingkat yang sama.

Sekarang, bagaimana kita bisa menjadi tanah yang baik? Bukankah itu yang seharusnya kita
coba pelajari dari perumpamaan ini? Apa tanah yang baik? Tanah yang baik telah digarap
dengan hati-hati, dan digali, dan gumpalan tanah telah dipecah, dan telah diayak dengan baik,
dan pupuk telah ditambahkan ke dalamnya, dan itu telah disiram, dan dipagari sehingga hewan
tidak bisa masuk. Itu telah dijaga, sehingga tidak ada yang bisa mencuri buah yang akan
dihasilkannya. Ada upaya yang dilakukan untuk memiliki tanah yang baik. Itu tidak hanya
"terjadi". Jika kita tidak merawat benih yang ditanam di dalam diri kita, kita akan kembali ke tipe
manusia sebelumnya, dan kita akan membiarkan lalang tumbuh di dalam kita. Mereka akan
mencekik kita. Bahkan jika tidak ada lalang untuk memulai dengan - benih lalang terbang di
udara, bukan? Begitu juga iblis. Lalang dapat datang ke tanah yang baik kapan saja, dan mereka
harus terus-menerus dicabut dan dicabut dengan hati-hati. Juruselamat kita berkata tentang
orang-orang di tanah yang baik, Tetapi di tanah yang baik itu adalah mereka, yang dengan hati
yang jujur dan baik, setelah mendengar firman, menyimpannya, dan menghasilkan buah dengan
sabar. Akhirnya, saudara sekalian, apa pun yang benar, apa pun yang jujur, apa pun yang adil,
apa pun yang murni, apa pun yang indah, apa pun yang ada dalam laporan yang baik; jika ada
kebajikan, dan jika ada pujian, pikirkanlah hal-hal ini (Filipi 4: 8).

Latih dirimu! Jadi, jika kita ingin menjadi tanah yang baik, kita tidak harus menambahkan
sampah ke tanah ini. Kita tidak boleh menambahkan hal-hal seperti pikiran tidak murni, gosip,
menghakimi orang lain. Kita pasti dapat memikirkan banyak hal lain yang ada di dalam hati kita
yang kita akukan dan yang mempengaruhi tanah kita. Dan jika tanah dibiarkan sendiri, berjalan
dan tidak dirawat, itu menjadi pinggir jalan. Menjadi keras dan benih tidak lagi bisa menembus,
dan apa yang ada di dalamnya mati, atau tidak pernah berkecambah. Jadi kita memiliki pekerjaan
yang harus dilakukan, saudara-saudaraku. Kita harus terus merawat tanah kita dengan hati-hati.
Dan kita harus memiliki kesabaran.

Ada dua sisi kesabaran. Pertama, kita harus bersabar dengan posisi kita dalam hidup, dengan
status kita, dengan jumlah uang yang kita hasilkan, dengan kesulitan yang kita hadapi. Kita tidak
boleh mengutuk Tuhan atau mengatakan bahwa kita harus memiliki ini atau kita harus
memilikinya. Ini adalah salah satu jenis kesabaran.Ada jenis lain jenis kesabaran yang sangat
penting. Biarkan Tuhan bekerja! Butuh waktu bagi-Nya untuk bekerja. Kita tidak tahu berapa
banyak waktu yang kita miliki, tetapi waktu yang kita miliki adalah apa yang telah diberikan
Allah kepada kita. Dia akan menggunakan setiap saat waktu itu untuk menyempurnakan kita.
Jadi, jika kita memiliki masalah dengan dosa-dosa kita, jika ada sesuatu yang kita tanggung
setiap hari, maka setiap hari bertobat darinya dan bersabarlah! Tidak ada di antara kita saat ini
yang berada di pinggir jalan karena kita setidaknya berusaha menjadi orang Kristen. Beberapa
dari kita mungkin adalah batu karang, dan beberapa mungkin duri. Tuhan tahu, dan ini semua
akan terungkap pada akhirnya. Bahkan jika kita memiliki sangat sedikit tanah saat ini, dan
bahkan jika kita tersumbat oleh duri dan perhatian, Tuhan akan membantu Anda menjadi tanah
yang baik. Dia akan membantu siapa pun untuk menjadi tanah yang baik. Dia tidak menghargai
orang. Setiap orang yang berkeinginan akan diberikan, secara gratis, rahmat Tuhan. Jadi bawa
kemurahan Tuhan dan pegang erat-erat. Pegang erat-erat dan kembangkan, dan jadilah tanah
yang baik dan Tuhan akan menyelamatkan kita.

referense:
http://orthochristian.com/98209.html
22nd Sunday after Pentecost
(Galatians 6:11–18; Luke 16:19–31)

Dalam minggu ini berbicara tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin yang tinggal di bawah
rumah orang kaya. Orang kaya yang memiliki banyak harta itu mengabaikan Lazarus dan
melangkahi atau mengelilinginya setiap kali dia pergi kerumahnya. Hatinnya mengeras dan dia
tidak memiliki belas kasihan bahkan pada sesama orang Yahudi yang hidup dalam kemelaratan
seperti itu. Dengan mengabaikan Lazarus yang malang, orang kaya itu menunjukkan bahwa ia
hanya menyembah dirinya sendiri, bukan Tuhan Israel. Perjanjian Lama memperjelas kewajiban
orang Ibrani untuk merawat tetangga mereka yang membutuhkan, tetapi orang ini hidup seolah-
olah dia adalah tuhannya sendiri. Jadi setelah ia meninggal, dia mengalami kemuliaan Allah
yang semerlang sebagai nyala api, yang merefleksikan bagaimana dia telah di liputi oleh
kegelapan sampai menjadi benar-benar buta terhadap martabat sebagai orang yang melahirkan
gambar dan rupa Allah. Bukankah hal yang kecil untuk hidup seperti itu karena mereka
memperlakukan ikon-ikon Tuhan yang hidup sebagai makhluk-makhluk yang tidak berharga dan
juga menolak Dia dan mendatangkan hukuman atas diri sendiri. Itulah sebabnya bapak Abraham
mengatakan dalam perumpamaan ini tentang saudara-saudara lelaki kaya itu bahwa “ jika
mereka tidak mendengarkan Musa dan para nabi, mereka juga tidak akan di yakinkan jika
seseorang bangkit dari kematian.

Perumpamaan ini tentu saja menunjuk pada kebutaa rohani orang-orang yang menolak Yesus
sebagai Mesias Israel. Mereka yang telah mengabaikan memenuhi kebutuhan paling mendasar
dari nabi sampai-sampai mereka mengabaikan memenuhi kebutuhan paling mendasar dari
tetangga mereka tidak memiliki kejelasan spiritual untuk melihat banyak kebenaran Allah,
termasuk kedalaman Juruselamat yang menaklukan kematian melalui kebangkitan-Nya yang
mulia pada hari ketiga. Mereka yang begitu terikat dengan penyembahan berhala hanya untuk
melayani diri mereka sendiri dan mengabaikan kebutuhan orang lain tidak dapat mengenali da
menerima Mesias mereka sendiri. Pengakuan itu adalah pengingat mengapa St. Paulus begitu
kritis terhadap kaum Yudais yang akan mengharuskan orang-orang non-Yahudi yang masuk
Kristen untuk di sunat dalam kepatuhan terhadap hukum Perjanjian Lama. Seperti yang ia
katakana: “ Karena sunat tidak berarti apa-apa, tidak juga sunat tetap suatu ciptaan baru.”

Namun betapa bedanya sikap mereka yang tidak memandang diri mereka sendiri sebagai
pembenaran, tetapi pada salib. “ Tetapi jauh dari saya untuk kemuliaan kecuali dalam salib
Tuhan kita Yesus Kristus, yang dengannya dunia telah di salibkan bagi kita dan kita bagi dunia.”
Dengan mengakui bahwa penyembuhan utama kemanusiaan kita datang melalui persembahan
yang menawarkan diri sendiri. Sebagai orang Kristen Ortodoks yang mengakui bahwa kita telah
menerima kepenuhan iman melalui tubuh-Nya, Gereja, bagaimana seharusnya kita hidup dalam
hubungan dengan Lazarus dunia dan kehidupan kita? Kita tidak boleh melakukannya dengan
spiritualitas yang berpusat pada diri sendiri yang akan memandang membantu orang lain sebagai
cara bagi kita hanya untuk memenuhi kewajiban agama atau membangun pujian dengan Tuhan.
Tidak, kita harus melakukannya sebagai ciptaan baru, hanya sebagai hasil alami dari mereka
yang mengambil "kemuliaan ... di kayu salib Tuhan kita Yesus Kristus." Dia menawarkan
diriNya di kayu Salib untuk keselamatan seluruh dunia. Jika kita benar-benar bersekutu dengan-
Nya, maka kasih Kristus yang luar biasa kepada orang-orang yang jatuh, hancur, dan korup
seperti kita harus menjadi ciri khas kehidupan kita. Kita yang telah menerima rahmat-Nya harus
menunjukkan rahmat-Nya kepada orang lain.

Jika tidak, maka kita lebih buta secara rohani daripada orang kaya dalam perumpamaan hari ini.
Dia dimintai pertanggungjawaban pada Hukum Perjanjian Lama dan para Nabi, tetapi kita telah
menerima kepenuhan janji dalam Allah-Manusia yang bangkit dari kematian pada hari ketiga
untuk keselamatan kita. Dia menawarkan diri-Nya “atas nama semua dan untuk semua,” dan jika
kita bersekutu dengan-Nya, maka kita juga harus bersekutu dengan tetangga kita yang
membutuhkan, menjengkelkan, dan membuat frustrasi, dan pada akhirnya semua orang yang
menjadi tanda bagi kita. keselamatan-Nya dengan cara apa pun. Maksudnya bukan untuk
memandang orang lain sebagai kesempatan bagi kita untuk melakukan tugas spiritual kita, tetapi
untuk menawarkan diri kita kepada mereka dalam kasih pengorbanan. Seperti St. Paul, kita harus
memuliakan hanya di Kayu Salib Tuhan kita, yang kita lakukan dengan menyatukan diri kita
dengan persembahan diri-Nya yang agung atas nama semua orang yang memiliki citra dan rupa-
Nya. Dia yang telah bangkit dari kematian mengundang kita untuk berpartisipasi dalam cara
hidup-Nya di dunia untuk keselamatannya, pemenuhannya, dan kebaikan utamanya. Mereka
yang menjawab undangan itu akan terlihat seperti St. Maria dari Paris ketika mereka
menyerahkan diri demi orang lain. Mereka tidak akan mengabaikan Lazarus dunia ini karena
keegoisan, tetapi sebaliknya akan belajar untuk mencintai dan melayani mereka sebagaimana
Kristus telah mengasihi dan melayani kita. Jika kita benar-benar "ciptaan baru" di dalam Dia,
bagaimana mungkin hidup kita menjadi sebaliknya? Jika kita mengklaim telah menerima rahmat
Tuhan yang murah hati, bagaimana mungkin kita tidak menunjukkan berkat yang sama kepada
orang lain? Jadi mari kita mempersembahkan diri kita kepada sesama kita bahkan seperti Dia
telah menawarkan diri-Nya untuk kita.

referense:
https://blogs.ancientfaith.com/easternchristianinsights/2017/11/05/showing-others-mercy-
received-homily-22nd-sunday-pentecost-5th-sunday-luke-orthodox-church

23rd Sunday after Pentecost


(Ephesians 2:4–10: Luke 8:26–39)
Pada minggu minggu ke 13 belas ini berbicara tentang Yesus yang mengusir roh jahat dari orang
Gerasa. Setelah Yesus berlayar dengan murid-murid-Nya, Dia melangkah keluar tanah, disana
bertemu dengan Dia seorang pria dari kota yang memiliki iblis untuk waktu yang lama. Dan Da
tidak mengenakan pakaian, juga tidak hidup di rumah tetapi di kuburan. Ketika ia melihat Yesus,
dia berteriak, jatuh sebelumnya dan dengan suara nyaring berkata, “ Apa ada hubungannya
dengan-mu, Yesus, Anak dari Tuhan yang Mahatinggi? Saya mohon jangan siksa aku!” Karena
Ia telah memerintahkan roh najis untuk keluar dari pria itu. karena sering menangkapnya, dan dia
di jaga ketat, diikat dengan rantai dan belenggu; dan dia mematahkan iakatan dan di dorong oleh
iblis kepadang belantara. Yesus bertanya kepadanya, berkata “ Siapa namamu?” Dan dia berkata,
“ Legiun,” karena banyak setan memasukinya. Dan mereka memohon kepada-Nya bahwa Dia
tidak akan memerintahkan mereka untuk pergi kejurang. Sekarang kawanan babi banyak makan
di sana di gunung. Jadi mereka memohon kepada-Nya bahwa Dia akan mengijinkan mereka
untuk masuk. Dan Dia mengizinkan mereka. Kemudan roh-roh jahat keluar dari orang itu dan
memasuki babi, dan kawanan babi itu berlari dengan keras menuruni tempat curam kedanau dan
tenggelam. Jadi pembacaan hari ini, Tuhan memberi tahu orang yang di sembuhkan itu untuk
mengungkapkan misteri kesembuhannya di hadapan semua orang Gerasa.

Inilah yang di lakukan oleh pria itu ia berkata: Kalian orang gerasa telah mengenal saya sejak
kecil. Saya lahir di antara kamu dan tumbuh di antara kamu, di tanah Gadarena, tanah
pelanggaran. Kalian telah melihat apa yang terjadi. kalian hidup tidak sesuai dengan hukum yang
di wahyukan Allah kepada kalian, tetapi menurut pelanggaran hukum kalian. Dalam hasrat
kalian akan kekayaan dan penghiburan kalian terlihat dalam perdagangan yang berdosa, suatu
perdagangan yang tidak di berkati oleh Allah. Dalam pembacaan hari ini memberikan kita
jawaban dari rasul Paulus: “ Teta[I Allah, yang kaya akan rahmat, karena kasih-Nya yang besar
bersama-sama dengan Dia mengasihi kita, bahkan ketika kita mati dalam dosa, telah
mempercepat kita bersama dengan Kristus. Kamu di selamatkan melalui iman dan itu bukan dari
dirimu melainkan itu adalah hadiah Allah (Ef 2:4-5,8).” Dalam kata rasul Paulus ini memiliki
seluruh wahyu. Ketika kita telah mendengar penderitaan orang yang di rasuki dan bagaimana
Anugerah Allah membebaskannua dari mereka. Rahmat yang sama ini dapat melakukan hal yang
sama bagi kita. Tetapi Anugerah di berikan kepada kita melalui iman. Apa yang di maksud
dengan iman? Iman adalah menerima di dalam diri sendiri apa yang di katakana dan
mewujudkan apa yang di katakana. Jadi, jika kita mengingat semua hal baik yang telah kita
terima dan terima dari Tuhan, tidak akan ada orang yang tidak mencintai-Nya lebih dari apapun.
Kita di selamatkan melalui baptisan dari dosa nenek moyang kita dan smeua kebinasaannya
dalam pertobatan kita terus menerus di basuh dari dosa, yang terus melekat pada kita. Melalui
pemeliharaan Tuhan kita di lindungi dari kemalangan yang sering tidak terlihat oleh kita sendiri,
dan kita menerima arahan untuk hidup kita lebih aman bagi kita dan mendukung tujuan kita,
tetapi juga semua yang kita miliki adalah dari Tuhan.

Jadi di sini, di dalam Injil suci ini, janji diberikan kepada kita, dan juga instruksi tentang apa
yang harus kita lakukan untuk menerima janji-janji ini. mari kita terima mereka dengan iman.
Mari kita lakukan semua yang kita perintahkan untuk lakukan dalam hidup kita, dan kita akan
menerima anugerah yang sama, kedamaian yang sama, sukacita yang sama. Itulah sebabnya kita
harus menjadi milik Tuhan dengan segenap jiwa kita, menggenapi kehendak-Nya dalam segala
hal dan memuliakan nama-Nya yang kudus, terutama dalam kehidupan dan perbuatan kita, agar
kita tidak jatuh di belakang manusia Gerasa yang dimiliki oleh setan, yang segera membuktikan
dirinya begitu bijak sehingga ia menjadi contoh yang pantas di tiru semua orang.

referense:
http://www.rocor.org.au/?p=1503
http://orthochristian.com/calendar/20191028.html

24th Sunday after Pentecost


(Ephesians 2:4–22; Luke 8:41–56)
Pada minggu ini berbicara tentang kisah penyembuhan putri Yairus. Dalam Kitab Suci di
tuliskan, “ Datanglah seorang laki-laki bernaa Yairus, dan dia adalah penguasa Sinagoge dan dia
jatuh di bawah kaki Yesus, dan meminta kepadanya bahwa dia akan datang ke rumahnya: karena
dia memiliki satu-satunya anak perempuan, sekitar dua belas tahun dan dia terbaring sekarat.”
Yairu ini berbede dimana ia mendorong keumuan dan dia sujud di hadapan Yesus dan berkata, “
Aku berdoa kepadamu, datang dan taruh tanganmu padanya agar dia dapat di sembuhkan dan dia
akan hidup.” Dan Yairus akan mendapatkan apa yang dia inginkan, tetapi akan menunggu
beberapa saat, karena dia tidak memiliki iman yang teguh, seperti perwira Cornelius yang
mengatakan, "Hanya mengucapkan kata dan hamba-Ku akan disembuhkan" Dan memang putri
Yairus akan disembuhkan, tetapi setelah waktu yang sangat lama dan sangat sulit bagi pria ini
yang mencintai putrinya dan takut sekarang untuk hidupnya.   Pria ini memiliki kebutuhan yang
ekstrem dan itu mendorongnya kepada Kristus, sama seperti kita. Pria yang mengkhawatirkan
putrinya ini tidak memiliki iman Kornelius. Dia benar-benar memiliki iman, dan dia memiliki
keyakinan bahwa Tuhan akan menyelamatkan putrinya, tetapi pada saat ini dia percaya putrinya
masih hidup, dan dia memiliki gagasan bahwa ketika putrinya mati semua akan hilang.

Dan kemudian seorang wanita muncul dan menghabiskan lebih banyak waktu, lebih banyak
waktu yang berharga, karena jam terus berdetak dan putrinya sekarat.   "Dan seorang wanita
yang memiliki masalah darah dua belas tahun, yang telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk
dokter, tidak ada yang bisa disembuhkan dari siapa pun, Datang di belakangnya, dan menyentuh
perbatasan pakaiannya: dan segera masalah darahnya mereda." Dan St. Markus memberikan
sedikit informasi lebih lanjut di sini, sangat penting. Dia berkata, "Karena dia berkata, “Jika aku
bisa menyentuh pakaian-Nya, aku mungkin utuh.” Dia memiliki iman yang besar. Ada banyak
yang bisa dipelajari dari mukjizat yang sangat sederhana ini. Wanita ini bahkan tidak disebutkan
namanya dalam tulisan suci, meskipun kita tahu namanya. Pendarahan pada hari itu membuat
seseorang menjadi najis. Seseorang tidak dapat pergi ke kuil jika mereka berdarah. Jadi wanita
ini berada di luar komunitas iman. Dia tidak bisa pergi ke kuil. Dia tidak bisa beribadah. Dia
tidak berada di bait suci selama dua belas tahun yang panjang, dan dia dianggap najis selama
periode waktu itu. Dia telah menghabiskan semua uangnya untuk dokter, dan masih tidak dapat
disembuhkan. Dia menderita penyakit tanpa harapan. Dia pasti sangat sedih atas penyakit ini.  
Dan penyakit ini, pendarahan ini, juga menunjukkan dosa-dosa kita. Bukankah kita berdosa?
Wanita ini memiliki masalah darah. Dan dengan cara yang sama ketika wanita ini disembuhkan,
kita harus disembuhkan. Dia menyentuh Kristus. Bukan kebetulan, tidak ada pundak yang
menyentuh dia di jalan kerumunan. Tapi dia menyentuh pakaiannya dengan keyakinan dan
keyakinan dan harapan. Dan dia menjadi utuh, karena pendarahan adalah tanda kurangnya
keutuhan, tanda penyakit. Tetapi Tuhan kita adalah Tabib yang agung. Misteri hidup kita adalah
bagaimana kita menjadi utuh, bagaimana kita dibuat lengkap. Dan Tuhan membuat kita lengkap.
Dan kita bisa melihatnya pada wanita ini.

Nah, wanita ini ditemukan. Dia benar-benar tidak boleh melakukan apa yang dia lakukan dalam
hal hukum, karena dia najis. Dia seharusnya menjauh dari orang-orang yang bersih, sama seperti
orang kusta akan menjauh dari orang-orang yang bersih, dan berteriak, "najis, najis" ketika orang
lewat, sehingga mereka tidak akan menyentuh mereka secara tidak sengaja dan menjadi dinodai,
karena dengan begitu mereka harus pergi dan mencuci diri menurut hukum Yahudi. Dan dia
ditemukan oleh Tuhan, karena Tuhan tahu segalanya. Dan Dia membuat keributan tentang ini
karena dia ingin menunjukkan sesuatu, kepada kita dan kepada Yairus. “Dan Yesus berkata,
Siapa yang menyentuhku? Ketika semua orang menyangkal, Petrus dan mereka yang bersama
dia berkata, Guru, orang banyak itu mengerumunimu dan mendesakmu, dan katakan kepadamu,
Siapa yang menyentuhku? Dan Yesus berkata, Seseorang telah menyentuhku, karena aku
merasakan bahwa kebajikan hilang dari diriku. Dia mengatakan hal itu untuk menunjukkan
imannya, dan Dia juga mengatakan ini untuk menunjukkan apa yang benar-benar menyentuh
Kristus. Murid-muridnya belum mengerti. Mereka masih belum berbentuk, dan masih berdebat
tentang siapa yang terbesar. Sentuhan ini adalah doa dengan iman. “Dan ketika wanita itu
melihat bahwa dia tidak bersembunyi, dia datang dengan gemetar, dan jatuh di hadapannya, dia
menyatakan kepadanya di hadapan semua orang untuk alasan apa dia menyentuh dia, dan
bagaimana dia segera disembuhkan. Dan dia berkata kepadanya, Anak perempuan, menghiburlah
dengan baik: imanmu telah membuatmu utuh; pergi dengan damai. ”  Dia menyatakan alasannya.
Lihatlah imannya. Tuhan memuji dia karena imannya. Dia tidak memuji Yairus. Dia
menyembuhkan putri Yairus, tetapi Yairus berada di anak tangga yang lebih rendah daripada
wanita ini. Dia seperti Kornelius dulu, sama seperti Wanita Kanaan, seperti Lazarus, dengan luka
dekat gerbang orang kaya itu. Ini adalah contoh untuk kita tiru. Inilah sebabnya Tuhan membuat
wanita ini dikenal oleh semua orang. Keputusasaan ini mirip dengan apa yang dimiliki wanita
dengan masalah darah, St. Veronica, tetapi ia memiliki keyakinan besar di tengah
keputusasaannya, dan disembuhkan. Dan Yesus mendengar percakapan sampingan ini, seseorang
berkata 'Jangan ganggu Dia', dan sebelum Yairus bahkan bisa mulai menangis, Dia berkata:
"Jangan takut: hanya percaya, dan dia akan menjadi utuh." Dan Anda, Yairus, juga akan menjadi
utuh, karena Anda akan melihat apa yang dapat saya lakukan.   "Percaya saja" itu tidak berarti
tidak melakukan apa-apa selain percaya! Itu berarti bertindak menurut apa yang Anda yakini!
Inilah kehidupan Kristen. Dalam kehidupan Kristen, kita tidak hanya percaya, kita bertindak
sesuai dengan cara kita percaya.

Iman hidup sesuai dengan Siapa Allah-manusia itu! Kita melihat iman ini hidup di St. Veronica
dan Yairus. Kita melihat Kristus sebagai tabib. Ia menyembuhkan apa yang lemah. Dia
melengkapi apa yang kurang. Kita melihat bahwa masalah darah ini menunjukkan kenajisan,
derasnya dosa-dosa kita, keterasingan dari Allah, keputusasaan. Dan kematian adalah untuk
banyak orang, keputusasaan, dan itu pasti sesuatu di luar kekuatan kita.  Jadi Surat hari ini adalah
pemikiran Kristologis klasik tentang manusia-Allah, iapa Dia, dan dengan kesimpulan, mengapa
kita bisa percaya kepada-Nya dan mengapa kita akan diselamatkan jika kita mengikuti-Nya? 
Rasul Paulus berkata:   “Karena dialah damai sejahtera kita, yang telah menciptakan keduanya,
dan telah merobohkan tembok tengah pemisah di antara kita; Telah menghapuskan permusuhan
dalam dagingnya, bahkan hukum perintah yang terkandung dalam tata cara; untuk membuat
dalam dirinya sendiri dari dua pria baru, sehingga berdamai; "

Ini merujuk pada dua kodrat Kristus, Allah dan manusia, dibatasi dalam satu orang, dipersatukan
dalam cara mistik, tetapi nyata yang tidak dapat kita pahami, tetapi itulah yang mempengaruhi
keselamatan kita. Dan dia melanjutkan   “Dan agar dia dapat mendamaikan keduanya dengan
Allah dalam satu tubuh melalui salib, yang telah memusnahkan permusuhan dengan demikian:
Dan datang dan memberitakan damai kepada Anda yang berada jauh, dan kepada mereka yang
dekat.”  Dia berbicara kepada orang-orang bukan Yahudi di sana, dan kita semua harus
menganggap diri kita sebagai orang bukan Yahudi.   “Karena melalui dia kita berdua memiliki
akses oleh satu Roh kepada Bapa. Sekarang oleh karena itu kamu bukan lagi orang asing dan
asing, tetapi sesama warga negara dengan orang-orang kudus, dan dari keluarga Allah; Dan
dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, Yesus Kristus sendiri menjadi batu penjuru; Di
mana semua bangunan yang dirangkai dengan tepat tumbuh menjadi bait suci yang kudus di
dalam Tuhan: Di dalam siapa kamu juga dibangun bersama untuk tempat tinggal Allah melalui
Roh. ”  Saya harap kita tahu sesuatu tentang siapa Tuhan-manusia itu, dan akan semakin tahu
saat kita terus hidup. Dan pegang jubah Kristus dengan iman. Dan Tuhan akan menyembuhkan
kita dari semua kelemahan kita jika iman memiliki iman. Jadi milikilah iman seperti wanita
yang memiliki penyakit pendaharan dengan berani memegang Yesus, teruslah berdoa dan
berharap kepada-Nya.

referense:
http://www.orthodox.net/sermons/pentecost-sunday-24_1998+the-healing-of-the-woman-with-
an-issue-of-blood-and-the-raising-of-the-daughter-of-jairus.html

25th Sunday after Pentecost

(Ephesians 4:1–6; Luke 10:25–37)

Hari ini adalah Hari Minggu ke Dua Puluh Lima setelah Pentakosta, dan pada hari ini kita
membaca tentang Perintah Agung dan kisah tentang Orang Samaria yang Baik Hati. Jika kita
baca ada seorang ahli taurat yang mencobai Yesus, dia berkata “ Guru, apa yang harus saya
lakukan untuk mewarisi kehidupan kekal? Dia berkata kepadanya “apa yang tertulis dalam
hukum taurat? Bagaimana kamu membaca? Dan dia menjawab “engkau harus mengasihi Tuhan,
Allahmu dengan segenap hatimu, dan dengan segenap kekuatanmu dan denngan segenap akal
budimu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Dan Dia berkata kepadanya “
jawabanmu itu benar, perbuatlah demikian maka engkau akan hidup.” Tetapi ahli taurat ini
sombong dan penipu. Dia datang untuk menguji Tuhan, dan dia membayangkan bahwa dia akan
menjatuhkan Tuhan dengan jawaban yang Dia berikan. Ketika hukum mengatakan, dengan
segenap akal budimu, hukum itu berbicara tentang kekuatan yang unik bagi manusia,
kecerdasan. Dengan segenap kekuatanmu berarti kita harus menggunakan semua kekuatan ini
untuk menarik [diri kita yang keras kepala kepada Tuhan]. Kita harus memanfaatkan bahkan
kekuatan jiwa kita yang organik seperti tumbuhan bagi kasih Kristus. Bagaimana? Dengan
kekuatan, dan tidak lemah-lembut. Kita juga harus tunduk, dengan kekuatan, kekuatan semua
indera kita kepada kasih Kristus. Adapun kekuatan jiwa rasional kita, ini juga kita harus tunduk
dengan semua kekuatan kita untuk kasih Kristus. Jadi, kita harus menyerahkan semua diri kita
kepada Tuhan, dan kita harus menundukkan kekuatan biologis kita, kekuatan indera kita, dan
kekuatan intelektual kita pada kasih Allah. Dan sesamamu seperti dirimu sendiri. Hukum belum
dapat mengajarkan kesempurnaan karena ketidakdewasaan rohani para pendengarnya. Karena
itu, hukum mendesak seorang pria hanya untuk mencintai sesamanya seperti dirinya sendiri.
Tetapi Kristus mengajar manusia untuk mengasihi sesama lebih dari diri sendiri. Karena Dia
berkata, cinta yang lebih besar tidak memiliki manusia selain ini, bahwa manusia menyerahkan
hidupnya untuk teman-temannya. (Joh 15:13) Karena itu Ia berkata kepada pengacara, "Engkau
menjawab dengan benar." Karena kamu masih tunduk pada hukum, kamu telah menjawab
dengan benar, karena pikiran kammu sesuai dengan hukum lama.

Ayat 29-37. Tetapi dia, yang ingin menunjukkan bahwa dirinya benar, berkata kepada Yesus,
Dan siapakah sesamaku manusia? Jawab Yesus: "Seorang pria turun dari Yerusalem ke Yerikho,
dan jatuh di antara para pencuri, yang menanggalkan pakaiannya, dan melukainya, dan pergi,
meninggalkannya setengah mati. Dan ketika itu terjadi, datanglah seorang imam tertentu ke arah
sana: dan ketika dia melihatnya, dia lewat di seberang. Dan demikian pula seorang Lewi, ketika
dia berada di tempat itu, datang dan memandangnya, dan lewat di sisi yang lain. Tetapi seorang
Samaria tertentu melakukan perjalanan dan datang kepadanya: dan ketika dia melihat dia, dia
memiliki belas kasihan kepadanya, dan pergi kepadanya, dan mengikat lukanya, menuangkan
minyak dan anggur, dan menempatkannya di atas binatangnya sendiri, dan membawanya ke
penginapan, dan merawatnya. Dan pada keesokan harinya ketika dia pergi, dia mengambil dua
pence, dan memberikannya kepada pemilik penginapan, dan berkata kepadanya, Jaga dia; dan
apa pun yang kamu habiskan lebih banyak, ketika aku datang lagi, aku akan membalas kamu.
Manakah di antara ketiganya, yang manakah di antara kamu yang merupakan tetangganya yang
jatuh di antara pencuri? Dan dia berkata, Dia yang menunjukkan belas kasihan padanya. Lalu
kata Yesus kepadanya, Pergilah, dan lakukan juga demikian. Setelah Juruselamat memujinya,
para pengacara bangga dan sombong tidak mengenal batas. Itu sebabnya dia berkata, Dan siapa
tetangga saya? yaitu, "Siapa yang dekat dengan saya?" Ia membayangkan dirinya sebagai orang
benar dan berpikir bahwa tidak ada orang seperti dia dan bahwa tidak ada yang bisa dekat
dengannya dalam kebajikan. Dia membayangkan bahwa orang yang benar dapat memiliki
"tetangga" hanya orang benar yang lain. Karena itu ingin menunjukkan dirinya sebagai orang

yang benar dan lebih unggul dari semua orang, dia berkata dengan angkuh, Dan siapa tetangga
saya?

Tetapi Juruselamat sebagai Pencipta semua, mengetahui bahwa semua manusia adalah satu
ciptaan, mendefinisikan sesama bukan berdasarkan perbuatan atau pahala, tetapi menurut sifat
manusia. "Jangan berpikir," katanya, "bahwa hanya karena kamu benar, tidak ada yang seperti
kamu. Semua umat manusia memiliki sifat yang sama dan karenanya semua manusia adalah
tetangga kamu. Karena itu, kamu juga harus menjadi tetangga bagi mereka dan dekat untuk
semua, bukan oleh lokasi, tetapi oleh disposisi hati kamu dan oleh perhatian kamu untuk orang
lain. Karena itu saya mempersembahkan kepada kamu seorang Samaria sebagai contoh, untuk
menunjukkan kepada kamu bahwa tidak peduli betapa berbedanya atau asing ia tampak, ia
adalah yang tetangga yang membutuhkan belas kasihan. Kmu juga harus menunjukkan diri
sebagai tetangga dengan kasih sayang kamu dan bahkan tanpa diminta kamu harus pergi ke
bantuan orang lain. " Karena itu kita belajar dari perumpamaan ini untuk selalu siap untuk
menunjukkan belas kasihan dan untuk bergegas berada di dekat mereka yang membutuhkan
bantuan kita. Tetapi perumpamaan ini juga mengajarkan kita tentang kebaikan Allah terhadap
manusia. Sifat manusiawi kita yang turun dari Yerusalem, yaitu, turun dari ketenangan dan
kedamaian, karena Yerusalem berarti visi perdamaian. Di mana pria turun? Bagi Yerikho,
sebuah tempat yang tenggelam rendah dan tercekik oleh panas, yaitu kehidupan yang penuh
gairah. Pastikan bahwa Dia tidak berkata, "turun," tetapi, turun. Karena sifat manusia yang jatuh
selalu cenderung ke bawah, tidak hanya sekali, tetapi terus turun menuju kehidupan yang penuh
gairah. Dan manusia jatuh di antara pencuri, yaitu di antara iblis. Karena jika seseorang tidak
turun dari tempat tinggi di mana pikiran spiritual berkuasa, ia tidak akan jatuh di antara setan
yang menelanjangi pria itu, merampasnya dari pakaian kebajikannya, dan kemudian
menimbulkan luka-luka dosa. Jadi jadikanlah kasih itu sebagai alat kita untuk mengasihi Kristus
kepada sesama kita sebelum iblis menguasai kita.

Reference:

https://www.chrysostompress.org/c_25th_pentecost

26th Sunday after Pentecost (Ephesians 5:9–19; Luke 12:16–21)

Pada minggu ini berbicara tentang orang kaya yang bodoh yang menyimpan hartanya untuk
hidup bersenang-senang. Dalam perumpamaan tersebut orang kaya yang menjadi kaya dan
berencana untuk hanya makan, minum dan bersenang-senang. Orang yang telah mejadi kaya
akan melupakan Tuhan sebba mereka hanya memikirkan harta yang mereka miliki, pikiran
mereka berpusat kepada harta, bagaimana mengelola harta tersebut sehingga waktu mereka
untuk Tuhan tidak ada sebab telah habis untuk memikirkan harta yang mereka miliki. Tetapi
Allah menginginkan kita ketika kita kaya bukan untuk diri sendiri melainkan kaya hanya kepada
Allah. Mengapa kekayaan hanya kepada Allah? Karena kekayaan yang kita miliki datangnya
dari Allah. Ia yang mencurahkan berkat kepada kita. Ketika Tuhan memberkati kita, Ia
menginginkan kita membagikan harta itu kepada orang lain jika kita mempunyai kelebihan
sesuai dengan kebutuhan mereka. Jangan menjadi seperti orang kaya yang bodoh yang
menyimpan hartanya dan menikmatinya tanpa ia menyadari bahwa Tuhan datang kapan pun Ia
inginkan. Ketika kita membagikan harta yang kita miliki kepada orang lain sama artinya kita
sedang mengembalikan kepada Tuhan apa yang telah Ia berikan kepada kita. Ketika kita
memberi berarti kita telah menyalurkan kasih Allah kepada orang lain dan telah melakukan
perintah Allah.

Tuhan telah berfirman bahwa kehidupan manusia tidak diperpanjang oleh banyak harta. Tuhan
melakukan bagian-Nya dan menunjukkan belas kasihan-Nya; karena semua tanah orang kaya itu
ditimbulkan dengan berlimpah, bukan hanya satu bidangnya. Tetapi orang kaya itu sendiri
menghasilkan begitu sedikit buah dari belas kasihan yang menunjukkan kepadanya bahwa
bahkan sebelum dia mengumpulkan hasil panen, dia membayangkan mereka sudah dikunci
untuk dirinya sendiri. Lihat juga kesenangan orang kaya: Apa yang harus saya lakukan?
Bukankah orang miskin mengatakan hal yang sama juga, "Apa yang harus saya lakukan? Saya
tidak punya apa-apa untuk dimakan atau dipakai." Pikirkan, jika Anda mau, tentang kata-kata
orang kaya. Apa yang harus saya lakukan, karena saya tidak punya tempat untuk mengumpulkan
hasil panen saya? Paling tidak, dia bisa beristirahat dengan baik. Jika kedua orang miskin itu
berkata, "Apa yang harus saya lakukan karena saya belum?" dan orang kaya itu berkata, "Apa
yang harus saya lakukan karena saya belum?" lalu apa yang kita dapat dengan mengumpulkan
lebih banyak dan lebih banyak lagi? Kita tidak mendapatkan istirahat apa pun, dan jelas dari
semua kepedulian yang datang dari upaya lebih lanjut kita bahwa kita menumpuk untuk diri kita
sendiri hanya banyak sekali dosa.

Namun pria bodoh itu berkata, saya akan merobohkan lumbung saya, dan membangun yang
lebih besar. Dan jika tanah Anda menghasilkan lebih banyak lagi di masa depan, apakah Anda
akan merobohkannya dan membangunnya lagi? Tetapi apa yang dibutuhkan untuk menarik dan
membangun? Kita telah menyediakan bagi kita sebagai gudang perut orang miskin yang dapat
menampung banyak, dan tidak dapat dihancurkan dan tidak dapat binasa. Mereka sebenarnya
adalah gudang surgawi dan ilahi, karena dia yang memberi makan orang miskin, memberi makan
Allah. Lihat hal lain yang bodoh: buah dan barang saya. Orang kaya itu tidak menganggap
bahwa ia telah menerima hal-hal ini dari Allah. Jika dia melakukannya, dia akan memperlakukan
hal-hal ini seperti seorang penatalayan Allah. Tetapi dia membayangkan bahwa hal-hal ini
adalah buah dari kerja kerasnya sendiri, itulah sebabnya dia mengambilnya untuk dirinya sendiri,
menyebutnya buah-buahan dan barang-barang saya. "Aku adalah satu-satunya pemilik,"
pikirnya, "dan tidak ada orang lain yang berhak mendapat bagian. Hal-hal ini bukan milik Tuhan,
tetapi milikku, dan oleh karena itu aku sendiri yang akan menikmatinya. Aku sekarang tidak
akan mengambil Tuhan dalam sebagai mitra untuk menikmati laba saya. " Karena dia berbicara
dengan bodoh, mari kita lihat apa yang terjadi. Jiwa, kamu telah meletakkan banyak barang
selama bertahun-tahun. Dia menentukan bahwa dia akan memiliki umur yang panjang, seolah-
olah panjang tahun adalah hal lain yang bisa dia dapatkan dengan mengerjakan tanahnya. Tetapi
umur panjang bukanlah tanaman yang bisa Anda tanam, dan itu bukan milik Anda. "Makan,
minum, dan bergembiralah. Tiga sorakan untuk hal-hal baik dari jiwaku!" Tetapi makan dan
minum adalah hal-hal baik hanya dari jiwa yang tidak rasional. Karena pria ini memiliki jiwa
yang tidak rasional, sudah sepantasnya ia berencana untuk menghargai dirinya dengan hal-hal
ini. Tetapi hal-hal yang baik dari jiwa yang rasional adalah untuk memahami, menalar, dan
senang dalam hukum Allah dan dalam pikiran yang baik. Apakah makan dan minum tidak cukup
bagimu, bodoh, tetapi kamu juga harus memesan untuk jiwamu yang menyertai hal-hal ini, yaitu
kesenangan yang memalukan dan mendasar? Secara halus Tuhan menggunakan kata-kata riang,
yang menunjukkan oleh mereka nafsu yang paling buruk yang merupakan konsekuensi dari
terlalu banyak makanan dan minuman.

Perhatikan juga kata-kata, mereka akan membutuhkan. Seperti beberapa perwira kekaisaran yang
keras menuntut upeti, malaikat yang menakutkan akan meminta jiwamu, dan kamu tidak akan
mau memberikannya karena kamu mencintai hidup ini dan mengklaim hal-hal dalam hidup ini
sebagai milikmu. Tetapi mereka tidak menuntut jiwa orang yang benar, karena dia sendiri
menyerahkan jiwanya ke tangan Tuhan dan Bapak roh, dan dia melakukannya dengan sukacita
dan kegembiraan, tidak sedikit pun sedih bahwa dia menyerahkan miliknya jiwa kepada Tuhan.
Baginya tubuh adalah beban yang ringan, mudah ditumpahkan. Tetapi orang berdosa telah
membuat jiwanya berdaging, sesuatu yang dalam substansi seperti tubuh dan seperti bumi,
menjadikannya sulit untuk dipisahkan dari tubuh. Inilah sebabnya mengapa jiwa harus dituntut
darinya, dengan cara yang sama seperti pemungut pajak yang keras memperlakukan debitur yang
menolak membayar apa yang sudah jatuh tempo. Pastikan bahwa Tuhan tidak berkata, "Aku
akan menuntut jiwamu padamu," tetapi, mereka akan menuntut. Sebab jiwa-jiwa orang benar
sudah ada di tangan Allah. Sungguh pada malam hari jiwa orang berdosa seperti itu dituntut
darinya. Ini adalah malam bagi orang berdosa ini yang digelapkan oleh cinta kekayaan, dan
kepada siapa cahaya pengetahuan ilahi tidak bisa menembus, dan kematian menyusulnya. Jadi
dia yang memberikan harta untuk dirinya sendiri disebut bodoh: dia tidak pernah berhenti
menyusun rencana dan mati di tengah-tengahnya. Tetapi jika dia telah menyimpan harta untuk
orang miskin dan untuk Tuhan, itu tidak akan terjadi.

Karena itu, marilah kita berusaha untuk menjadi kaya terhadap Allah, yaitu percaya pada Allah,
menjadikan Dia sebagai kekayaan kita dan harta kekayaan, dan tidak berbicara tentang barang-
barang saya tetapi tentang "hal-hal baik dari Allah." Jika itu adalah milik Allah, maka janganlah
kita merampas barang milik-Nya sendiri. Inilah artinya menjadi kaya terhadap Tuhan: percaya
bahwa bahkan jika saya mengosongkan diri saya dan memberikan segalanya, saya tidak akan
kekurangan kebutuhan. Tuhan adalah perbendaharaan saya untuk hal-hal baik, dan saya
membuka dan mengambil dari perbendaharaan itu apa yang saya butuhkan.

Reference:

https://www.chrysostompress.org/c_26th_pentecost

27th Sunday after Pentecost


(Ephesians 6:10–17; Luke 13:10–17)

Minggu ke 27 ini adalah minggu dimana Yesus menyembuhkan perempuan yang telah delapan
belas tahun di rasuki roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat lagi
berdiri tegak (Luk 13:11). Ketika Yesus melihatnya, Dia memanggilnya kepada-Nya dan berkata
kepada perempuan itu “engkau telah terlepas dari kelemahanmu.” Dan Dia telah meletakkan
tangan-Nya ke atas perempuan itu dan segera dia menjadi teguh dan memuliakan Allah. Dan
penguasa rumah ibadat menjawab dengan marah, karena Yesus telah menyembuhkan pada hari
sabat, dan berkata kepada orang-orang, Ada enam hari di mana orang harus bekerja: di dalamnya
datang dan disembuhkan, dan bukan pada hari sabat. . Tuhan kemudian menjawabnya, dan
berkata, “Engkau munafik, apakah kalian masing-masing pada hari Sabat tidak melepaskan
lembu atau keledainya dari kandang, dan membawanya pergi ke tempat penyiraman? Dan
bukankah perempuan ini, yang merupakan anak perempuan Abraham, yang telah diikat Setan,
lihatlah, delapan belas tahun ini, dilepaskan dari ikatan ini pada hari Sabat? Dan ketika Dia
mengatakan hal-hal ini, semua musuh-Nya merasa malu: dan semua orang bersukacita atas
semua hal mulia yang dilakukan oleh-Nya. Wanita itu menderita dari kesengsaraan ini sebagai
akibat dari serangan setan, seperti yang Tuhan katakan sendiri, Wanita ini, yang Setan telah ikat,
lihat, delapan belas tahun ini. Mungkin Tuhan telah meninggalkannya karena dosa-dosa tertentu,
dan akibatnya Setan menghukumnya. Karena Setan adalah sebagian penyebab semua kesulitan
yang menimpa tubuh kita, ketika Allah Yang Mahabesar mengizinkannya. Sejak awal, Setanlah
yang menyebabkan kejatuhan kita yang dengannya kita kehilangan kebobrokan di mana kita
diciptakan; Setanlah yang menyebabkan kita terikat pada tubuh yang sakit yang rentan terhadap
penderitaan, dilambangkan dengan pakaian kulit mati yang di dalamnya Adam dan Hawa
dibungkus (Kej 3:22). Tetapi sekarang Tuhan, dengan suara Keagungan yang agung, penuh
kuasa, mengusir kelemahan wanita ini. Dia meletakkan tangan-Nya pada perempuan itu,
sehingga kita dapat belajar bahwa daging-Nya yang kudus memberi baik kuasa maupun energi
dari Logos. Karena daging-Nya adalah milik-Nya, dan bukan milik pribadi manusia lain di
samping-Nya, terpisah dari-Nya dalam hypostasis, seperti yang dipikirkan Nestorius yang tidak
beriman.

Begitu besar kebaikan Tuhan, yang dengan cara ini menaruh belas kasihan pada ciptaan-Nya
sendiri. Tetapi Setan, yang telah mengikat wanita itu sejak semula, merasa jengkel pada
pembebasannya karena dia menginginkan kesengsaraannya yang berkelanjutan, dan karenanya
dia mengikat penguasa rumah ibadat dengan dendam, dan melalui mulut pria ini, Setan mencaci
maki mukjizat. Inilah bagaimana dia selalu menyerang yang baik. Karena itu Tuhan
menggunakan contoh yang tepat dari hewan irasional untuk menegur pria yang marah bahwa
penyembuhan telah terjadi pada hari Sabat. Dan dengan demikian bukan hanya orang ini, tetapi
semua musuh Yesus yang lain, juga dipermalukan oleh perkataan Kristus. Karena itu gila untuk
menghalangi penyembuhan seseorang pada hari Sabat dengan menggunakan sebagai dalih
perintah bahwa hari Sabat menjadi hari istirahat. Begitulah, bahwa bahkan ketika orang-orang
bersukacita atas perbuatan Tuhan, musuh-musuh-Nya dipermalukan oleh kata-kata-NyaBagi
musuh-musuh ini, alih-alih bergabung dalam kegembiraan yang mengikuti pekerjaan
penyembuhan-Nya, terbakar amarah yang telah Dia sembuhkan sama sekali. Tetapi orang
banyak, karena mereka mendapat manfaat dari tanda-tanda-Nya, bersukacita dan menikmati
penyembuhan ini. Kita juga harus memahami mukjizat ini untuk merujuk pada manusia batiniah.
Jiwa dibungkukkan dalam kelemahan setiap kali ia cenderung ke pikiran duniawi saja dan tidak
membayangkan apa pun yang surgawi dan ilahi. Dapat dikatakan bahwa jiwa seperti itu telah
lemah selama delapan belas tahun. Karena ketika seseorang lemah dalam menaati perintah-
perintah hukum ilahi, yang jumlahnya sepuluh, dan lemah dalam harapannya akan usia ke
delapan, zaman yang akan datang, dapat dikatakan bahwa ia telah dibungkukkan selama sepuluh
dan delapan tahun. Bukankah manusia itu benar-benar membungkuk siapa yang terikat pada
bumi, dan yang selalu berdosa tanpa mengindahkan perintah-perintah, dan siapa yang tidak
mencari zaman yang akan datang? Tetapi Tuhan menyembuhkan jiwa seperti itu pada hari Sabat
dalam pertemuan rumah ibadat. Karena ketika seseorang berkumpul bersama dalam dirinya
sendiri pikiran pengakuan dan memelihara Sabat, yaitu, ia beristirahat dari melakukan kejahatan,
maka Yesus menyembuhkannya, tidak hanya dengan kata-kata ketika Ia berkata kepadanya,
Engkau kehilangan dari kelemahanmu, tetapi juga dengan perbuatan. Karena ketika Dia telah
meletakkan tangan-Nya ke atas kita, Dia menuntut kita untuk menerima energi dari tangan ilahi-
Nya untuk bekerja sama dengan-Nya pekerjaan kebajikan. Kita tidak boleh puas hanya
menerima kesembuhan yang datang melalui kata dan dengan instruksi. Jadi marilah kita bersuka
cita atas penyembuhan dari Tuhan yang Ia berikan kepada kita dan mengalahkan setiap orang
yang ingin menjauhkan kita dari kesembuhan Tuhan yang Ia berikan kepada kita. Mintalah
kesembuhan dari Tuhan (kesembuhan rohani dan jiwani) dengan kerendahan hati dan teruslah
berdoa meminta belas kasihan dari Dia.

Reference:

https://www.chrysostompress.org/c_27th_pentecost
28th Sunday after Pentecost
(Colose 1:12-18; Luke 18:35–43)

Pada minggu ke tiga puluh satu setelah pentakosta ini adalah minggu di mana Yesus
menyembuhkan seorang buta di Yerikho. Ayat 35:43 dimana ketika Dia mendekati Yerikho,
seorang buta duduk di pinggir jalan memohon. Dan mendengar orang banyak lewat dia bertanya
“apa itu.” Kata orang kepadanya “ Yesus dari Nazaret lewat.” Orang buta itu menangis dan
berkata “ Yesus anak Daud, kasihanilah aku.” Dan mereka menegurnya supaya ia diam, tetapi
dia semakin menangis dan teriak “ Yesus Anak Daud, kasihanilah aku.” Dan Yesus berhenti dan
memerintahkan dia untuk di bawa kepadanya. Dan ketika Dia sudah dekat, Dia bertanya
kepadanya “Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?.” Dan dia berkata “ Tuhan,
agar ak dapat menerima pengllihatanku.” Dan Yesus berkata “ terimalah penglihatanmu, imanmu
telah menyelamatkan engkau.” Dan seketika iyu ia bisa melihat, mengikuti Dia, memuliakan
Allah. Dan semua orang yang melihat memuji Allah. Tuhan melakukan mukjizat di pinggir jalan
dari orang buta ini sehingga bahkan perjalanan-Nya di sepanjang jalan akan menghasilkan
pengajaran yang menguntungkan bagi para murid-Nya dan bagi kita: bahwa kita harus dalam
segala hal, setiap saat, dan di setiap tempat melakukan apa yang bermanfaat dan bermanfaat.
jangan pernah diamOrang buta itu percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang ditunggu-tunggu;
Setelah dibesarkan di antara orang Yahudi, dapat dipastikan bahwa dia tahu bahwa Kristus akan
menjadi keturunan Daud. Karena itu ia berseru dengan suara nyaring, Anak Daud, kasihanilah
aku. Kata-katanya berbelas kasihan kepada saya menunjukkan bahwa ia memahami Yesus
sebagai ilahi dan bukan hanya manusia. Kagumi pengakuannya yang teguh: meskipun ditegur
oleh banyak orang, dia tidak berdiam diri, tetapi terus berteriak, didorong oleh semangat yang
kuat dalam dirinya. Karena itu Yesus memanggil dia sebagai orang yang benar-benar layak
untuk mendekati-Nya, dan bertanya kepadanya, Apa yang akan kamu lakukan kepadamu? Dia
mengajukan pertanyaan, bukan karena ketidaktahuan tentang apa yang diinginkan orang buta itu,
tetapi agar tidak terlihat oleh orang lain yang hadir bahwa Tuhan memberikan sesuatu yang
berbeda dari yang diinginkan orang itu. Kalau tidak, beberapa orang mungkin mengatakan
bahwa Tuhan, dalam suatu pertunjukan kekuasaan yang berani, menyembuhkan kebutaan para
lelaki itu ketika lelaki itu hanya meminta sedekah. Iri hati mungkin telah mengilhami beberapa
orang untuk memfitnah Tuhan dengan kebodohan seperti ini. Karena itu Tuhan bertanya kepada
orang buta itu apa yang dia inginkan, dan ketika Dia mendengar bahwa dia menginginkan
penglihatannya, Dia memberikan penglihatannya. Lihat tidak adanya kesombongan Tuhan
berkata,“ Imanmu telah membuatmu utuh. Karena kamu telah percaya dengan iman bahwa
Akulah Anak Daud, Kristus, yang sekarang dinyatakan, dan kamu telah menunjukkan semangat
yang kamu lakukan tidak berdiam diri bahkan ketika ditegur. " Kita dapat belajar dari ini bahwa
ketika kita bertanya dengan iman, Tuhan tidak memberikan sesuatu selain dari apa yang kita
minta, tetapi hal yang sama. Namun, ketika kita meminta satu hal dan menerima sesuatu yang
lain, jelaslah bahwa kita tidak mengajukan permintaan yang baik atau kita tidak meminta dengan
iman. Jika kita lihat juga kuasa Tuhan yaitu terimalah penglihatanmu. Siapakah dari para nabi
yang pernah disembuhkan dengan cara ini, dengan kekuatan seperti itu? Suara-Nya, yang berasal
dari Dia Yang adalah Cahaya sejati, menjadi terang bagi orang buta. Lihat juga rasa terima kasih
dari orang yang disembuhkan: dia mengikuti Yesus, memuliakan Allah, dan membuat orang lain
melakukan hal yang sama.

Untuk belajar memiliki iman, kita mendekati Tuhan sebagai anak kecil, percaya bahwa Tuhan
akan memimpin kita, bahkan ketika kita ragu atau takut. Langkah demi langkah, Tuhan
membangun di dalam kita, sebanyak yang kita izinkan, karakteristik warga negara surga yang
diperlukan bagi setiap orang yang ingin menghabiskan kekekalan di hadirat Allah yang dekat.
Kalau tidak, jika kita lebih suka cara kita sendiri, keyakinan kita sendiri, atau orang-orang dari
budaya kita, kita mungkin menemukan diri kita menolak cinta-Nya pada hari yang luar biasa dari
penampilan kedua-Nya. Dengan kata lain, iman lebih dari sekadar keyakinan. Iman adalah
keinginan untuk lebih: untuk penyembuhan dari penyakit dosa kita, 'kebutaan' rohani kita. Iman
adalah keinginan, seruan hati, untuk masuk dan berjalan dalam terang Kristus, sejauh apa pun
kita dapat merasakan hal itu. terang dan kebenaran sekarang, ditimpa dengan keraguan,
ketakutan, fokus diri yang sombong, dosa kebiasaan, suara budaya humanistik, apa pun. Iman
adalah keinginan untuk transfigurasi, untuk pertanggungjawaban dan pertumbuhan dalam
kerendahan hati - untuk kemajuan nyata dalam kehidupan di dalam Kristus. Adalah keinginan
bagi Allah untuk membawa kita maju dalam iman, dalam hidup, dalam cinta. Orang buta dalam
Injil hari ini menunjukkan iman seperti ini kepada kita: Dia merindukan Tuhan, merindukan
kesembuhan. Dia tidak akan dibungkam. Dia menenggelamkan suara-suara lain di sekitarnya,
berusaha menenangkannya, sehingga Kristus Allah akan mendengar seruannya, menggunakan
gelar yang dinubuatkan tentang Mesias, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.” Kristus memang
mendengar dan menyembuhkannya. dia dari kebutaannya dan Tuhan Kristus akan
menyembuhkan kita juga dari kebutaan rohani kita, di mana pun ia berada. Jadi, tanyakan pada
diri Anda, di mana kebutaan rohani saya? Di mana kebutuhan terbesar saya untuk penyembuhan?
Kristus, Tabib Agung jiwa dan tubuh kita, berdiri lebih dari siap untuk mendengarkan kita, untuk
membantu kita, untuk menyembuhkan kita seperti Dia melakukan orang buta ini yang menerima
penglihatan-Nya dalam Injil hari ini. Jadi Berseru kepada Tuhan dalam hatimu seperti orang
buta. Jika Anda menemukan diri Anda mencoba untuk menghindari menyesuaikan diri dengan
beberapa aspek dari Iman Ortodoks, jangan takut, jangan menyerah; alih-alih, rendah hati, akui
bahwa Anda tidak memiliki semua jawaban, bahwa Anda tidak dapat melakukannya sendiri.
Allah akan memegang tangan Anda dan menuntun Anda lebih jauh dan lebih jauh di Kerajaan
kekal-Nya.

Reference:

https://chrysostompress.org/c_31st_pentecost

https://www.orthodoxannapolis.org/31st-sunday-after-pentecost-orthodox-homily-on-faith/
29th Sunday after Pentecost
(Colossians 3:12–16; Luke 17:12–19)

Minggu ke dua puluh sembilan ini berbicara tentang Tuhan Yesus yang menyembuhkan sepuluh
orang yang sakit kusta. Dalam mukjizat ini, seperti kebanyakan mukjizat dalam Injil, disajikan
kepada kita makna batin dan makna luar. Makna batiniah adalah tentang apa sebenarnya iman
yang sejati, dan juga tentang ketidaksetiaan dan ketidaksukaan orang Yahudi. Makna luar
tampaknya jelas, bahwa kita dalam segala hal harus bersyukur kepada Tuhan, terutama ketika
kita diberikan karunia-karunia besar. Hanya satu orang yang bersyukur kepada Tuhan atas
anugerah besar yang diberikan kepadanya - penyembuhan dari penyakit kustanya. Dan ketika dia
memasuki sebuah desa tertentu, di sana bertemu dengannya sepuluh orang yang menderita kusta,
yang berdiri jauh: Dan mereka mengangkat suara mereka, dan berkata, Yesus, Tuan, kasihanilah
kami (Luk. 17:14). Kusta adalah penderitaan yang mewakili kenajisan. Seorang penderita kusta
dikeluarkan dari komunitasnya. Dia tidak bisa masuk ke dalam kuil, dan dia bahkan tidak bisa
mendekati seorang Yahudi, apalagi menyentuh satu. Seseorang yang mendekati atau
menyentuhnya akan dianggap najis, sampai ia memenuhi berbagai upacara yang ditentukan
dalam hukum. Seorang penderita kusta benar-benar diasingkan di antara bangsanya sendiri.

Kusta-kusta ini "jauh". Mereka jauh karena mereka harus menjauh dari orang-orang Yahudi,
karena kenajisan mereka. Mereka juga jauh karena kita tidak bisa mendekati Tuhan, penuh
dengan dosa. Kusta adalah metafora untuk dosa-dosa kita. Seseorang yang memiliki dosa tentu
jauh dari Allah. Ketika mereka mengangkat suara mereka untuk meminta belas kasihan Tuhan,
kita diingatkan tentang dua orang buta. Di tempat lain, tertulis: Dua orang buta mengikutinya,
menangis, dan berkata, Engkau putra Daud, kasihanilah kami (Mat 9:27). Mereka ngotot, sama
seperti kusta ini pasti ngotot. Menjadi jauh, mereka pasti harus berteriak keras dan sering, karena
dengan kesibukan dan tekanan dari kerumunan, akan sulit untuk membuat suara mereka
diketahui. Mereka pastilah harus berseru meminta belas kasihan kepada Allah, jauh dari-Nya,
dalam dosa-dosa mereka. Setidaknya mereka tahu mereka jauh. Begitu banyak dari kita yang
tidak mengerti seberapa jauh kita sebenarnya, dan seberapa banyak kita perlu berseru kepada
Tuhan, dan meminta pengampunan atas dosa-dosa kita, seperti pemungut cukai, 1 atau seperti
orang buta, 2 atau seperti orang kusta ini. Dan ketika dia melihat mereka, dia berkata kepada
mereka, Pergi tunjukkan dirimu kepada para imam. Dan terjadilah, bahwa, ketika mereka pergi,
mereka dibersihkan (Luk. 17:15) Dia mengikuti hukum Yahudi ke surat di sini. Dia tidak selalu
melakukannya dengan cara ini. Dan, lihatlah, datang seorang kusta dan menyembahnya, berkata,
Tuhan, jika Engkau mau, Engkau dapat membuat aku bersih. Dan Yesus mengulurkan tangan,
dan menyentuh dia, berkata, Aku akan; jadilah bersih. Dan segera kusta itu dibersihkan. Dan
Yesus berkata kepadanya, "Tidak tahukah kamu siapa-siapa?" tetapi pergilah, tunjukkan dirimu
kepada imam, dan tawarkan hadiah yang diperintahkan Musa, untuk kesaksian kepada mereka
(Mat 8: 2-4). Tuhan kita mengikuti hukum Yahudi sehingga Dia tidak akan dihakimi sebelum
waktuNya, tetapi kita dapat melihat dari contoh lain ini bahwa Tuhan kita akan menyentuh yang
najis dan membuatnya bersih. Dia juga menunjukkan dari apa yang kita baca hari ini, bahwa
kepatuhan dapat membuat pria bersih. Dia hanya berkata kepada para penderita kusta, sebelum
mereka disucikan, Pergi ke para imam. Sekarang, mengapa di dunia ini seseorang pergi ke
seorang imam, ketika dia masih penuh dengan kusta? Ini mirip dengan pria, yang dilahirkan
buta, bahkan tanpa mata, pergi ke kolam Siloam, dan mencuci, masih buta. Karena kepatuhan,
orang-orang ini dibersihkan. Bahkan mereka yang tidak berterima kasih kepada Tuhan
dibersihkan karena, bagaimanapun juga, mereka juga patuh; tetapi mereka kehilangan pahala
mereka, seperti yang akan kita lihat sebentar lagi.

Dan salah satu dari mereka, ketika dia melihat bahwa dia telah disembuhkan, berbalik, dan
dengan suara yang keras memuliakan Allah, Dan jatuh di wajahnya di kakinya, mengucapkan
terima kasih: dan dia adalah seorang Samaria (Luk. 17:16) .Pria ini menggunakan kepalanya,
atau harus saya katakan, dia menggunakan hatinya. Dia diperintahkan untuk pergi ke pendeta,
dan kemudian dia dibersihkan di jalan. Dia tahu bahwa Imam Besar Agung telah
menyembuhkannya, jadi dia mematuhi perintah itu. Dia pergi ke Imam Besar dan memujanya.
Pria ini mengerti. Dia memiliki mata untuk melihat, dan telinga untuk mendengar. Dia melihat
keajaiban besar telah berhasil, dan dia tahu hanya Tuhan yang bisa melakukan hal seperti itu.
Pria ini adalah pria yang bijaksana. Dia mempertimbangkan banyak hal. Sembilan lainnya ini,
bahkan setelah melihat contoh dari salah satu saudara mereka, tidak bijaksana. Tidak terpikir
oleh mereka mengapa mereka dibersihkan, dan Siapa yang baru saja mereka temui. Mereka baru
saja melihat manusia-Tuhan, dan disembuhkan oleh belas kasihan-Nya, namun mereka tidak
benar-benar mengerti. Hukum adalah tentang cinta dan syukur. Hukum adalah tentang menjadi
seperti Tuhan. Hukum Yahudi sangat rumit, dan Anda akan kagum betapa banyak hal dalam
hukum Yahudi yang masih kita ikuti hingga hari ini, tetapi esensinya adalah hukum Kristen.
Esensi itu adalah menjadi seperti Tuhan, menjadi tercerahkan; dan, tercerahkan oleh-Nya, untuk
menjadi seperti Dia — bukan dalam esensi-Nya, tetapi dalam tindakan-Nya. Penuh cinta untuk
setiap pria; menjadi api. Kusta ini mengerti bahwa dia baru saja menemui api, dan dia kembali ke
sana. Sembilan orang ini, yang juga telah disembuhkan, tidak mengerti, karena mereka tidak
berpikir dengan hati mereka. Mereka tidak tercerahkan. Injil yang lain mengatakan sesuatu yang
sangat terkait dengan apa yang kita pertimbangkan di sini. Ia mengatakan: Karena itu
perhatikanlah bagaimana kamu mendengar: karena barangsiapa, dia akan diberikan; dan
barangsiapa yang tidak, dari padanya akan diambil apa yang tampaknya miliknya (Luk 8:18).

Penyembuhan nyata dari penderita kusta adalah apa yang akan kita lihat. Penyembuhannya dari
kusta hanyalah permulaan, seperti halnya orang yang dilahirkan buta.Ketika dia pergi ke kolam
Siloam dan kembali, setelah diberi mata untuk melihat, dia tercerahkan untuk melihat Allah-
manusia, dan untuk kenal Dia, dan benar-benar disembuhkan pada saat itu.Kita dapat melihat ini
berulang kali. Kristus menyembuhkan orang luar dan dalam. Kami hanya melihat sebagian
penyembuhan sejauh ini hari ini. Si penderita kusta masih memiliki sedikit obat yang harus
diberikan, dan penyembuhannya akan selesai. Dan Yesus menjawab, "Apakah tidak ada sepuluh
orang yang disucikan? tapi di mana sembilan? Tidak ada yang ditemukan untuk mengembalikan
kemuliaan kepada Allah, kecuali orang asing ini (Luk. 17: 17-18). Seorang Samaria adalah sesat,
polos dan sederhana. Mereka menyembah dewa-dewa palsu, dan juga Dewa Abraham dan Ishak
dan Yakub, karena mereka secara keliru memahami-Nya, dan menolak semua kitab suci kecuali
Pentateukh lima buku pertama. Mereka dijauhi oleh orang-orang Yahudi, sebagaimana
seharusnya, karena mereka adalah orang-orang yang najis, namun, bahkan di antara orang-orang
itu, ada orang-orang dengan jiwa besar, yang dapat disentuh Allah, seperti halnya St. Photini,
yang a orang Samaria wanita di sumur.Sembilan orang Yahudi yang tidak kembali mewakili,
dalam mikrokosmos, bangsa Yahudi. Seseorang di antara hadirin itu tentu mengerti apa yang
sebenarnya Dia maksudkan. Penyembuhan ini, seperti juga banyak tindakan Juruselamat kita
lainnya, adalah pertanda akan datangnya hal-hal yang akan terjadi — membawa bangsa-bangsa
untuk bersekutu dengan Allah. Adapun mereka yang pertama kali diberikan janji begitu banyak
dari mereka akan menolaknya, sama seperti sembilan orang kusta yang menolak Tuhan dengan
tidak mengucapkan terima kasih kepada-Nya. Dan dia berkata kepadanya, Bangunlah, pergilah,
imanmu telah membuatmu utuh (Luk. 17:19).

Iman adalah cara kita hidup. Iman adalah cara kita bertindak. Iman adalah ketika Allah
menerangi kita, dan Dia memenuhi kita, dan ada begitu banyak di dalam diri kita sehingga kita
tidak bisa tidak bertindak dengan cara yang menyenangkan Dia. Mata air meluap dari hati kita!
Itu artinya iman. Iman tidak hanya mempercayai sesuatu. Itu dipenuhi dengan Tuhan, sehingga
kita bertindak seperti Tuhan, dalam belas kasih dalam kasih, dalam kasih sayang, dan bahwa kita
mengenali Tuhan, dan kita menyembah Dia sebagai Siapa Dia. Itu adalah iman, dan penderita
kusta ini, mantan penderita kusta, memiliki iman, karena Ia melihat manusia-Allah dan tersentuh
oleh-Nya dan ia bereaksi terhadap-Nya! Apa yang bisa kita pelajari dari cerita pendek dan kecil
ini, hanya beberapa baris? Kita tentu dapat melihat bahwa seseorang harus bersyukur kepada
Tuhan, tetapi yang lebih mendasar, makna batinnya adalah bahwa penderita kusta ini memiliki
mata untuk melihat, dan telinga untuk mendengar, dan melihat manusia-Tuhan, dan bertindak
atas apa yang dia pelajari dan apa yang dia ketahui . Kemudian, manusia-Tuhan, benar-benar
menyembuhkannya, dan membuatnya dipenuhi dengan pengetahuan, sehingga ia akan
membuahkan hasil. Itu adalah prinsip yang sama untuk kita. Gereja memberi kita begitu banyak
karunia yang luar biasa, begitu banyak kekayaan yang tak terhitung, namun sering kali kita tidak
menghargai mereka sama sekali. Kami tidak mengerti betapa hebatnya kami telah diberikan.
Pada tingkat intelektual mungkin kita mengerti, tetapi kita tidak bertindak dengan iman yang
kuat karena mereka. Karunia yang telah diberikan kepada kita sangat luar biasa sehingga
memacu kita, dan membuat kita hidup di dalam Kristus.

Hidup dalam Kristus tidak hanya mengetahui hal-hal yang telah Allah ungkapkan kepada kita
dalam buku-buku dan tradisi gereja kita. Semua itu diilhami oleh Allah, dan diilhami oleh Allah;
tetapi kita harus menjadikan hal-hal ini sebagai definisi siapa kita, bukan hanya apa yang kita
ketahui. Kita harus memiliki penguasaan belas kasihan Allah sedemikian besar dalam hidup kita
sehingga kita akan bereaksi dengan cara yang baik dan suci secara alami. Itu wajar bagi
penderita kusta ini. Bagi kita seperti halnya penderita kusta ini, ini datang melalui kerja keras,
melalui upaya. Si kusta sakit untuk waktu yang lama; dia harus menanggung banyak hal untuk
waktu yang lama. Sayangnya, kita juga kebanyakan karena dosa-dosa kita. Jadi, mari kita
bertahan, mari kita lanjutkan, dan mari kita coba untuk menangkap rahmat Tuhan di hati kita,
dan biarkan itu menghangatkan kita dan mencerahkan kita.

Reference:

https://chrysostompress.org/c_29st_pentecost

30th Sunday after Pentecost


(Colossians 3:12–16; Luke 18:18–27)
Orang Kaya Penguasa muda yang kaya dalam Injil hari ini telah mematuhi perintah-perintah
utama Allah. Di mata dunia, ini adalah 'pria baik,' terhormat. Dia memeriksa semuanya dari
daftar; dia tidak secara lahiriah melakukan 'dosa besar'. Di mata banyak orang, dia akan dianggap
sebagai pria yang baik, benar, dan bahkan 'moral'. Sekarang, sebelum kita menyelidiki jawaban
Kristus untuk pertanyaan penguasa, "apa yang masih kurang dari saya?" Kita dapat mengakui
perintah-perintahnya, yaitu, dia tidak mencuri, dia tidak melakukan perzinahan, dll. Inilah yang
akan kita lakukan suka melihat pada orang lain, yaitu, untuk bertemu seseorang yang 'bermoral',
'takut akan Tuhan,' kan? Tetapi ini tidak semua yang Tuhan inginkan untuk kita. Faktanya,
menaati perintah secara lahiriah, melakukan 'tugas' kita di hadapan Allah hanyalah permulaan
dan bukan garis akhir dari 'ras iman kita,' hubungan kita dan persekutuan dengan Allah yang
hidup. Jadi apa masalah penguasa? Mengapa ia mendapat tanggapan seperti itu dari Kristus?
Karena penguasa ini, mengetahui bahwa ia mengikuti ajaran Hukum Taurat, datang dengan
penuh percaya diri, bahkan dengan bangga, di hadapan Kristus, seolah-olah ingin menyanjung-
Nya tetapi tanpa mengakui Siapa Dia. Dia mempercayakan kepada Kristus pertanyaan
pamungkas, yaitu kehidupan abadi, tetapi tanpa mengakui kuasa-Nya untuk menjawab
pertanyaan itu: “Guru yang Baik, Apa yang harus saya lakukan untuk mewarisi kehidupan
kekal?” Jawaban yang ia dapatkan mengejutkannya: ia tidak diberi tahu, “Oh , kamu sudah
begitu baik, kamu sudah siap. "Tidak, sebagai gantinya, Kristus mengguncangnya sampai ke inti,
berkata," Mengapa kamu menyebut Aku baik? Tidak ada yang baik kecuali Satu, itu adalah
Tuhan. " Kristus tidak mengatakan bahwa Dia bukan Tuhan. Sebaliknya, Dia mengoreksi
kesalahan pertama pria itu, di mana dia berbicara kepada Allah dari semua ciptaan, Allah
menjelma, sebagai, hanya, "Guru yang baik." Hanya Allah yang dapat menjawab pertanyaan
yang demikian penting, kekal, dan penilaian abadi. Persis! Jika Anda gagal mengenali siapa
Kristus Allah itu, jika Anda gagal memahami prioritas mengikuti-Nya, mengutamakan-Nya,
maka kita tidak memiliki apa-apa: tidak ada kesopanan atau “kebaikan”, atau peningkatan diri
yang dapat menyelamatkan Anda, menyelamatkan Allah sendirian. Yang lainnya hanya "ganti
jendela."

Allah pertama-tama mengasihi kita, meskipun kita selalu berisiko jatuh ke dalam dosa. Jika
Tuhan selalu akan mencintai orang berdosa, dan jika Tuhan selalu siap untuk membuka lengan-
Nya kepada orang berdosa, siapakah kita untuk mengambil tempat Tuhan dan memutuskan siapa
yang harus atau tidak kita kasihi, ketika kita masih melakukan dosa sendiri untuk memulainya?
Terlepas dari siapa itu, atau dosa yang telah dilakukan seseorang, "gambar Allah" masih ada di
dalam kita semua, dan di musuh kita. Mungkin pertanyaan yang paling penting di sini tetap ada:
Bagaimana bisa "gambar Allah" dalam diri saya, seorang berdosa, memenuhi "gambar Allah" di
dalam musuh saya, sesama pendosa?Melalui Khotbah di Bukit, Yesus memanggil kita untuk
memeriksa bagaimana kita mengasihi sesama kita tanpa mengharapkan imbalan apa pun, dan ini
termasuk musuh kita. Mencabut cinta kita dari mereka berarti mengabaikan keberdosaan kita,
dan menyangkal bahwa kita sama-sama berdosa. Tetapi ada Terang dalam semua itu, karena kita
dibuat menurut gambar rupa Allah, dan bahwa Dia ingin agar kita semua berbagi dalam roh belas
kasihan-Nya. Ketika kita bersiap untuk menerima Yesus dalam Ekaristi Kudus, mari kita
bertanya kepada-Nya, dan juga melalui doa-doa dari Ibu-Nya yang murni, untuk mendamaikan
"citra Allah" kita dengan "gambar Allah" dengan "gambar Allah" dengan musuh-musuh kita
sebelum menerima Ekaristi . Mari kita juga meninggikan Dia dengan mengucapkan doa ini, yang
dikatakan secara diam-diam oleh imam sebelum akhir Liturgi kita.

Reference:

https://cmnunis.wordpress.com/2012/09/30/homily-19th-sunday-of-pentecost2nd-sunday-after-
holy-cross-luke-631-36/

31st Sunday after Pentecost


(Colossians 1:12–18; Luke 18:35–43)
Pada minggu ke tiga puluh satu setelah pentakosta ini adalah minggu di mana Yesus
menyembuhkan seorang buta di Yerikho. Ayat 35:43 dimana ketika Dia mendekati Yerikho,
seorang buta duduk di pinggir jalan memohon. Dan mendengar orang banyak lewat dia bertanya
“apa itu.” Kata orang kepadanya “ Yesus dari Nazaret lewat.” Orang buta itu menangis dan
berkata “ Yesus anak Daud, kasihanilah aku.” Dan mereka menegurnya supaya ia diam, tetapi
dia semakin menangis dan teriak “ Yesus Anak Daud, kasihanilah aku.” Dan Yesus berhenti dan
memerintahkan dia untuk di bawa kepadanya. Dan ketika Dia sudah dekat, Dia bertanya
kepadanya “Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?.” Dan dia berkata “ Tuhan,
agar ak dapat menerima pengllihatanku.” Dan Yesus berkata “ terimalah penglihatanmu, imanmu
telah menyelamatkan engkau.” Dan seketika iyu ia bisa melihat, mengikuti Dia, memuliakan
Allah. Dan semua orang yang melihat memuji Allah. Tuhan melakukan mukjizat di pinggir jalan
dari orang buta ini sehingga bahkan perjalanan-Nya di sepanjang jalan akan menghasilkan
pengajaran yang menguntungkan bagi para murid-Nya dan bagi kita: bahwa kita harus dalam
segala hal, setiap saat, dan di setiap tempat melakukan apa yang bermanfaat dan bermanfaat.
jangan pernah diamOrang buta itu percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang ditunggu-tunggu;
Setelah dibesarkan di antara orang Yahudi, dapat dipastikan bahwa dia tahu bahwa Kristus akan
menjadi keturunan Daud. Karena itu ia berseru dengan suara nyaring, Anak Daud, kasihanilah
aku. Kata-katanya berbelas kasihan kepada saya menunjukkan bahwa ia memahami Yesus
sebagai ilahi dan bukan hanya manusia. Kagumi pengakuannya yang teguh: meskipun ditegur
oleh banyak orang, dia tidak berdiam diri, tetapi terus berteriak, didorong oleh semangat yang
kuat dalam dirinya. Karena itu Yesus memanggil dia sebagai orang yang benar-benar layak
untuk mendekati-Nya, dan bertanya kepadanya, Apa yang akan kamu lakukan kepadamu? Dia
mengajukan pertanyaan, bukan karena ketidaktahuan tentang apa yang diinginkan orang buta itu,
tetapi agar tidak terlihat oleh orang lain yang hadir bahwa Tuhan memberikan sesuatu yang
berbeda dari yang diinginkan orang itu. Kalau tidak, beberapa orang mungkin mengatakan
bahwa Tuhan, dalam suatu pertunjukan kekuasaan yang berani, menyembuhkan kebutaan para
lelaki itu ketika lelaki itu hanya meminta sedekah. Iri hati mungkin telah mengilhami beberapa
orang untuk memfitnah Tuhan dengan kebodohan seperti ini. Karena itu Tuhan bertanya kepada
orang buta itu apa yang dia inginkan, dan ketika Dia mendengar bahwa dia menginginkan
penglihatannya, Dia memberikan penglihatannya. Lihat tidak adanya kesombongan Tuhan
berkata,“ Imanmu telah membuatmu utuh. Karena kamu telah percaya dengan iman bahwa
Akulah Anak Daud, Kristus, yang sekarang dinyatakan, dan kamu telah menunjukkan semangat
yang kamu lakukan tidak berdiam diri bahkan ketika ditegur. " Kita dapat belajar dari ini bahwa
ketika kita bertanya dengan iman, Tuhan tidak memberikan sesuatu selain dari apa yang kita
minta, tetapi hal yang sama. Namun, ketika kita meminta satu hal dan menerima sesuatu yang
lain, jelaslah bahwa kita tidak mengajukan permintaan yang baik atau kita tidak meminta dengan
iman. Jika kita lihat juga kuasa Tuhan yaitu terimalah penglihatanmu. Siapakah dari para nabi
yang pernah disembuhkan dengan cara ini, dengan kekuatan seperti itu? Suara-Nya, yang berasal
dari Dia Yang adalah Cahaya sejati, menjadi terang bagi orang buta. Lihat juga rasa terima kasih
dari orang yang disembuhkan: dia mengikuti Yesus, memuliakan Allah, dan membuat orang lain
melakukan hal yang sama.

Untuk belajar memiliki iman, kita mendekati Tuhan sebagai anak kecil, percaya bahwa Tuhan
akan memimpin kita, bahkan ketika kita ragu atau takut. Langkah demi langkah, Tuhan
membangun di dalam kita, sebanyak yang kita izinkan, karakteristik warga negara surga yang
diperlukan bagi setiap orang yang ingin menghabiskan kekekalan di hadirat Allah yang dekat.
Kalau tidak, jika kita lebih suka cara kita sendiri, keyakinan kita sendiri, atau orang-orang dari
budaya kita, kita mungkin menemukan diri kita menolak cinta-Nya pada hari yang luar biasa dari
penampilan kedua-Nya. Dengan kata lain, iman lebih dari sekadar keyakinan. Iman adalah
keinginan untuk lebih: untuk penyembuhan dari penyakit dosa kita, 'kebutaan' rohani kita. Iman
adalah keinginan, seruan hati, untuk masuk dan berjalan dalam terang Kristus, sejauh apa pun
kita dapat merasakan hal itu. terang dan kebenaran sekarang, ditimpa dengan keraguan,
ketakutan, fokus diri yang sombong, dosa kebiasaan, suara budaya humanistik, apa pun. Iman
adalah keinginan untuk transfigurasi, untuk pertanggungjawaban dan pertumbuhan dalam
kerendahan hati - untuk kemajuan nyata dalam kehidupan di dalam Kristus. Adalah keinginan
bagi Allah untuk membawa kita maju dalam iman, dalam hidup, dalam cinta. Orang buta dalam
Injil hari ini menunjukkan iman seperti ini kepada kita: Dia merindukan Tuhan, merindukan
kesembuhan. Dia tidak akan dibungkam. Dia menenggelamkan suara-suara lain di sekitarnya,
berusaha menenangkannya, sehingga Kristus Allah akan mendengar seruannya, menggunakan
gelar yang dinubuatkan tentang Mesias, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.” Kristus memang
mendengar dan menyembuhkannya. dia dari kebutaannya dan Tuhan Kristus akan
menyembuhkan kita juga dari kebutaan rohani kita, di mana pun ia berada. Jadi, tanyakan pada
diri Anda, di mana kebutaan rohani saya? Di mana kebutuhan terbesar saya untuk penyembuhan?
Kristus, Tabib Agung jiwa dan tubuh kita, berdiri lebih dari siap untuk mendengarkan kita, untuk
membantu kita, untuk menyembuhkan kita seperti Dia melakukan orang buta ini yang menerima
penglihatan-Nya dalam Injil hari ini. Jadi Berseru kepada Tuhan dalam hatimu seperti orang
buta. Jika Anda menemukan diri Anda mencoba untuk menghindari menyesuaikan diri dengan
beberapa aspek dari Iman Ortodoks, jangan takut, jangan menyerah; alih-alih, rendah hati, akui
bahwa Anda tidak memiliki semua jawaban, bahwa Anda tidak dapat melakukannya sendiri.
Allah akan memegang tangan Anda dan menuntun Anda lebih jauh dan lebih jauh di Kerajaan
kekal-Nya.

Reference:

https://chrysostompress.org/c_31st_pentecost

https://www.orthodoxannapolis.org/31st-sunday-after-pentecost-orthodox-homily-on-faith/

32nd Sunday after Pentecost


(1 Timothy 4:9–15; Luke 19:1–10)
Orang berdoa, Zakheus adalah seorang pemungut cukai dengan senioritas melebihi pemungut
cukai lainnya. Dia memiliki kekayaan yang signifikan seperti yang berhubungan dengan Injil,
mengisyaratkan tentang cara dia memperoleh kekayaan itu. Pemungut cukai adalah pemungut
pajak yaitu menggoda uang. Injil menunjukkan bahwa ia kaya karena ia menjadi kaya dengan
tidak adil sebab dosanya adalah pemerasan. Penyakit jiwanya yang sangat kotor dan tanpa belas
kasihan dan kurangnya kasih sayang yang datang darinya. Karena dosa-dosanya yang serius dan
kecenderungannya yang criminal, Zakheus disebut hilang atau tersesat. Zakheus telah menjadi
orang yang berdosa yang keras, untuk mengumpulkan kekayaan melalui pelanggaran, orang
harus melakukannya terus menerus dan untuk waktu yang lama.

Alasan kehidupan Zakheus berdosa terdiri dari apa yang juga menjadi alasan kehidupan berdosa
yaitu mengikuti perilaku yang di terima secara umum yang melanggar hukum Allah. Pemungut
cukai biasanya tertarik oleh sifat buruk rakus, demikian pula Zakheus. Dan Zakheus puas akan
hal ini. Tetapi Firman Tuhan berbunyi “banyak di sana yang masuk ke sana: Karena selat adalah
pintu gerbang, dan jalan sempit adalah jalan, yang menuntun pada kehidupan, dan hanya sedikit
yang menemukannya (Mat. 7: 13-14).” Gerbang selat adalah studi hukum Allah yang cermat dan
teliti dalam Kitab Suci dan kehidupan; jalan sempitnya adalah aktivitas yang sepenuhnya
diarahkan oleh perintah-perintah Injil. Zakheus menjalani kehidupan yang biasa dalam
perseteruan dengan Allah dan dunia, dan mengatur bagi dirinya sendiri apa yang disebut
kebijaksanaan duniawi sebagai situasi yang baik, bukan tanpa kepentingan dan kemewahan,
namun secara rohani ia adalah orang berdosa yang terhilang, telah diasingkan untuk kekal
mendekam dalam ruang bawah tanah neraka, sementara pada saat yang sama Juruselamat dunia
berjalan di bumi dalam wilayah dua belas suku Israel. Zakheus ditangkap oleh keinginan untuk
melihat Tuhan, dan dia membuktikan ketulusan keinginannya dengan tindakan. Tuhan, pelihat
hati menerima keinginannya, dan berkenan untuk mengunjungi Zakheus di rumahnya. Orang
berdosa diliputi kegembiraan ketika dia melihat Tuhan datang kepadanya, dan dosa-dosa menjadi
menjijikkan bagi orang berdosa; dari cinta, hatinya kehilangan keterikatannya pada buah-buah
kehidupan yang penuh dosa dan kerusakan kekayaan. Berdiri di hadapan Tuhan, pelihat Hati,
Zakheus berkata, Lihatlah, Tuhan, setengah dari barang-barang saya saya berikan kepada orang
miskin; dan jika saya mengambil sesuatu dari siapa pun dengan tuduhan palsu, saya
mengembalikannya empat kali lipat (Luk. 19: 8). Dalam janji ini terdiri pengakuan dosa,
pertobatan, dan koreksi yang disatukan dengan penyangkalan diri yang besar. Zakheus mengakui
kemurniannya dan memutuskan untuk menebus kesalahan karena menindas tetangganya dengan
menghadiahi mereka dengan berlimpah. Zakheus mengakui keserakahannya dan bertekad untuk
membersihkan dirinya sendiri, untuk menguduskan hartanya dan hatinya dengan sedekah yang
berlimpah. Tuhan cepat menerima pertobatan Zacchaeus. Tuhan menyatakan tentang orang
berdosa yang hanya beberapa menit sebelumnya berada di antara barisan orang-orang yang
tersisih, Hari ini keselamatan datang ke rumah ini, karena dia juga adalah putra Abraham (Luk.
19: 9).

Zakheus adalah keturunan Abraham menurut daging; hanya dengan penghakiman Allah dan
hanya karena perbuatan baiknya ia menjadi anak angkat Abraham. Kata rumah dapat dipahami
sebagai jiwa Zacchaeus, di mana keselamatan telah datang setelah pertobatannya, yang
membersihkan jiwanya dari dosa. Kata-kata Tuhan juga dapat berhubungan dengan keluarga
Zacchaeus, yang, pada contoh kepala mereka dan dengan penyangkalan diri yang sama,, seperti
yang sering terjadi, menjadi pengetahuan sejati tentang Tuhan dan kehidupan yang
menyenangkan Tuhan. Semua yang melihat bahwa Tuhan mengunjungi rumah Zacchaeus
bergumam dengan amarah, menganggap tidak pantas dan merendahkan Tuhan untuk
mengunjungi orang berdosa seperti pendapat umum masyarakat berpendapat bahwa Zacchaeus
adalah. Yang tidak dapat dipahami oleh pikiran kedagingan adalah masih merupakan misteri
penebusan, yang menyembuhkan semua dosa manusia dengan kekuatan dan kemudahan yang
sama, baik yang kecil maupun yang besar, dan merenggut orang berdosa dari jurang kehancuran,
tidak peduli seberapa dalam jurang maut yang mungkin terjadi. Untuk pekerjaan luar biasa
seperti itu, iman kepada Penebus dan pertobatan yang tulus dituntut dari seseorang. Murmur
bergumam karena mereka tidak mengerti; mereka tidak mengerti karena pekerjaan Allah
dilakukan di depan mata mereka sendiri suatu pekerjaan yang tidak dapat dipahami oleh akal
manusia yang tidak tercerahkan oleh kasih karunia. Menjelaskan yang tak terduga, dan
mengungkapkan kuasa penebusan yang tak terbatas, Tuhan berfirman, Anak manusia datang
untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Setelah mengambil kemanusiaan atas diri-Nya,
Allah, yang tidak dicari atau dipanggil oleh manusia, keluar dari kebaikan-Nya sendiri yang tak
terungkapkan untuk mencari dan menyelamatkan umat manusia, hilang karena keterasingannya
dari Allah. Dia datang untuk mencari dan menyelamatkan setiap orang yang tertarik pada
kehancuran oleh dosa, jika saja orang itu tidak mau menolak Allah, yang mencari dan ingin
menyelamatkannya.

Allah Anak menyebut diri-Nya manusia karena Ia mengambil rupa manusia dan hidup di antara
manusia, tidak berbeda dalam penampilan dengan manusia. Ini adalah hasil dari cinta ilahi yang
tak terbatas dan kerendahan hati ilahi yang tak terungkapkan. Anak manusia memiliki hak untuk
mengampuni semua dosa manusia sebagai seseorang yang membawa diri-Nya, Allah yang
sempurna sebagai korban penebusan bagi umat manusia dan sebagai pribadi yang memusnahkan
semua dosa manusia baik yang kecil maupun yang sangat terbesar dan tidak terukur.
Penghakiman Anak Manusia atas manusia, seperti yang kita lihat dalam Injil, sama sekali
berbeda dari manusia biasa, yang menghakimi tetangga mereka dari kebenarannya sendiri
kebenaran yang ditolak Allah dan rusak oleh dosa. Juruselamat telah membenarkan semua orang
berdosa yang menerima penebusan melalui pertobatan dan iman meskipun orang lain mengutuk
mereka; dan sebaliknya, Dia telah mengutuk semua orang yang telah menolak penebusan dengan
menolak pertobatan dan iman walaupun orang menganggap mereka benar, dan pantas untuk
dihormati dan dihargai.

Kita telah melihat hari ini di dalam Injil mencerminkan seorang berdosa yang diberikan kepada
nafsu keserakahan, bertindak dari keinginan ini dengan pengumpulan pajak yang tidak adil dan
banyaknya pelanggaran terhadap tetangganya. Kita telah melihat orang berdosa ini, dikutuk oleh
orang-orang, dibenarkan oleh Allah karena iman dan pertobatannya yang sejati. Ini adalah
adegan yang menghibur dan menggembirakan! Dan seperti yang Dia janjikan dengan setia,
Juruselamat masih tinggal di antara kita; Dia masih menyembuhkan jiwa kita yang terluka
karena dosa. Dan tata cara Ilahi-Nya belum berlalu: Anak Manusia datang untuk mencari dan
menyelamatkan yang hilang.

Reference :

http://orthochristian.com/59573.html

Anda mungkin juga menyukai