Anda di halaman 1dari 4

(molo tung mangurupi)

Kotbah Bahasa Indonesia ROMA 15 : 7 – 13 (partangiangan)

15:7 Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk
kemuliaan Allah.

15:8 Yang aku maksudkan ialah, bahwa oleh karena kebenaran Allah Kristus telah menjadi pelayan
orang-orang bersunat untuk mengokohkan janji yang telah diberikan-Nya kepada nenek moyang kita,

15:9 dan untuk memungkinkan bangsa-bangsa, supaya mereka memuliakan Allah karena rahmat-Nya,
seperti ada tertulis: "Sebab itu aku akan memuliakan Engkau di antara bangsa-bangsa dan menyanyikan
mazmur bagi nama-Mu."

15:10 Dan selanjutnya: "Bersukacitalah, hai bangsa-bangsa, dengan umat-Nya."

15:11 Dan lagi: "Pujilah Tuhan, hai kamu semua bangsa-bangsa, dan biarlah segala suku bangsa memuji
Dia."

15:12 Dan selanjutnya kata Yesaya: "Taruk dari pangkal Isai akan terbit, dan Ia akan bangkit untuk
memerintah bangsa-bangsa, dan kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan."

15:13 Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai
sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam
pengharapan.

Saudara-saudara seiman di dalam Kristus:

Setiap orang pasti berdosa, dan manusia tidak punya kuasa untuk melepaskan dirinya dari dosa.
Akibatnya, upah bagi si pendosa adalah maut (Rom 6 : 23). Karena manusia tidak dapat melepaskan
dirinya dari kuasa dosa, maka Allah mengaruniakan Anak yang dikasihiNya untuk membebaskan
manusia dari belenggu dosa (band. Yoh 3 : 16).

Hanya dua jenis reaksi manusia atas tindakan Allah tersebut: Percaya dan tidak percaya. Tidak ada yang
abu-abu. Kalau pun ada yang abu-abu, itu masih tergolong ke dalam golongan yang tidak percaya.
Percaya kepada Yesus, tidak hanya sebatas ucapan namun harus dengan sepenuh hati, jiwa dan pikiran,
serta tindakan yang baik. Percaya kepada Yesus artinya hanya DIA saja yang menguasai hidup kita.
Sebenarnya orang percaya ini, pun dulunya juga tergolong ke dalam manusia yang berdosa, namun
karena mereka percaya kepada karya penyelamatan Kristus, maka mereka pun dibenarkan. Itulah yang
biasa disebut dengan istilah “Simul Yustus Et Peccator” (Orang berdosa yang sudah dibenarkan).
Dibenarkan bukan karena kita sejak awal adalah benar, namun karena kasih Kristus maka kita
diselamatkan dari segala kesalahan dan dosa. Jadi, gambaran manusia di dunia ini hanya dua: Yang tidak
mau dibenarkan dan yang dibenarkan. Maka bersyukurlah, kalau oleh karena kasihNya dan oleh karena
kita percaya kepadaNya, maka kita pun telah dibenarkan oleh Kristus.

Namun, oleh karena keegoisan kita manusia, banyak di antara kita yang belum menyadari bahwa kita
sudah dibenarkan dan diselamatkan Kristus. Itu makanya, masih banyak di antara kita yang memiliki
perilaku “menyimpang” walau pun ia memiliki status sebagai Kristen.

Kotbah ini bukan semata-mata untuk menuduh siapa di antara kita yang masih memiliki perilaku
“menyimpang” tersebut. Namun lebih menyadarkan kita bahwa jika kita sudah mengaku sebagai
pengikut Kristus, maka Kristuslah yang menjadi teladan kita (band. Filp 2 : 5).

Teladan Kristus yang sangat nyata kita lihat adalah bahwa karya keselamatan yang DIA perbuat, bukan
semata-mata hanya untuk orang Yahudi (bersunat tubuh), namun bagi seluruh manusia tanpa
terkecuali. Itulah bukti bahwa Tuhan menerima kita semua, untuk menjadi kemuliaan Allah (ay 7). Jadi
kalau Allah di dalam Kristus telah membenarkan dan menerima kita sebagaimana apa adanya, maka
tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak saling menerima. Coba dibayangkan, betapa menyedihkan
apabila kita pernah mengalami yang namanya penolakan. Betapa sedihnya, jika kita ditolak di dalam
satu komunitas. Namun sebaliknya, betapa bahagianya jika keberadaan kita diterima. Sebab penerimaan
adalah merupakan suka-cita. Demikian kata ayat 10: Bersukacitalah, hai bangsa-bangsa.

Saudaraku:

Apa sebenarnya “masalah” pada saat itu? Dalam ayat 8 ada disinggung tentang yang “bersunat”. Tentu
kata ini identik dengan bangsa Yahudi yang pada saat itu menganggap bahwa mereka adalah bangsa
yang kudus oleh karena telah menjalankan sunat, sementara bangsa yang lain adalah kafir karena tidak
menjalankan sunat. Hal ini mengingatkan bangsa Yahudi kepada Abraham yang menerima janji Tuhan
dan sebagai tanda janji itu maka setiap laki-laki harus menjalankan sunat. Demikianlah mereka selalu
menganggap bahwa oleh karena sunat, merekalah yang pantas disebut sebagai bangsa yang kudus.
Hingga perasaan seperti itu terbawa-bawa ke dalam jemaat Kristen di Roma pada saat itu. Jemaat
Kristen di Roma merupakan perpaduan dari kalangan non-Yahudi (yang tidak bersunat) dan Yahudi yang
selalu mengagungkan sunat. Akibatnya, sangat sulit bagi mereka untuk saling menerima walau pun
sama-sama Kristen dan dalam satu jemaat pula, sebab masing-masing pihak telah membenarkan diri.
Jika dalam suatu persekutuan ada terdapat perselisihan, maka akan sangat sulit untuk saling menerima
satu dengan yang lain.

Paulus ingin mengingatkan jemaat di Roma bahwa bukan sunat yang menyelamatkan manusia dari dosa
namun hanya darah Kristus saja. Di dalam Kristus, orang yang bersunat dan yang tidak bersunat sama-
sama diselamatkan. Hanya di dalam Kristus-lah keselamatan itu terjadi, bukan karena sunat. Demikian
yang tertulis dalam ayat 9: untuk memungkinkan bangsa-bangsa, supaya mereka memuliakan Allah
karena rahmat-Nya. Maka rahmat Tuhan di dalam Kristus juga terbuka bagi bangsa-bangsa lain. Jauh
sebelum ayat 9 ini, hal itu telah dinubuatkan bahwa bangsa lain juga akan menerima rahmat Tuhan, dan
akan ikut memuliakaNya, hingga Paulus pun mengutip perkataan itu dari kitab Mazmur 18 : 50.

Kalau begitu, yang paling utama adalah masing-masing harus saling menerima sebagai manusia yang
juga sama-sama diselamatkan / dibenarkan oleh Kristus. Itu makanya, ketika kita membaca sepintas ayat
5-6 yang mendahului kotbah ini, disana ada dituliskan: Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan
dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus,
sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.
Disana ada terdapat kata “kerukunan” dan juga “satu hati”. Kita diingatkan lagi kepada Mazmur 133 : 1
“Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun”.
Maka, di dalam kesatuan hati akan terdapat kerukunan dan di dalam kerukunan juga akan terdapat
kesatuan hati.

Untuk itu, sangatlah penting buat kita melihat apa yang telah diperbuat Yesus:

Apakah kedatangan Yesus ke dunia ini ingin mencari kehormatan dan kemuliaan? Tentu tidak, sebab Dia
memang agung dan mulia. Apakah kedatangan Yesus untuk mencari kebenaran? Tentu tidak, sebab Dia
sendiri adalah kebenaran. Apakah kedatangan Yesus untuk mencari kekayaan? Tidak juga, sebab Dia
sendiri adalah pemilik semesta alam. Apakah Yesus disalibkan oleh karena dosaNya? Tidak juga, sebab
Dia tidak berdosa. Justru Dia datang untuk memberikan nyawaNya sebagai tebusan dosa-dosa manusia.

Kalau memang Yesus itu adalah Tuhan yang agung, kaya, benar dan kudus, apakah Dia tinggi hati? Tidak
juga. Justru di dalam keagunganNya, Dia datang di dalam kerendahan. Dia adalah yang maha agung, tapi
tidak angkuh. Dia adalah yang maha kaya tapi tidak menyombongkan diri. Dia adalah yang maha benar,
namun tidak pernah menyalahkan. Dia malah berkata saat disalibkan: Bapa, ampunilah mereka sebab
mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Coba dibayangkan bapaak-ibu, bahkan sampai di ujung
hidupNya, Yesus masih memaafkan manusia yang berdosa tersebut. Dia memaafkan kita lewat caraNya.
Dia menerima kita para manusia berdosa ini. Dia memberikan darahNya agar kita memperoleh
kehidupan. Dia tidak jijik kepada kita manusia berdosa ini. Mengapa Yesus berbuat demikian? Itu semua
demi kemuliaan Bapa-Nya. Demikianlah betapa besarnya kasihNya kepada kita. Maka jika Yesus mau
menerima kita, maka mari kita juga saling menerima.

Sekarang ini banyak orang yang tidak lagi saling menerima. Kita akan dengan mudah saling curiga. Tidak
jarang kita mendengar ada penolakan di dalam komunitas gereja dan juga komunitas keluarga. Sangat
penting bagi kita masing-masing untuk melihat karya Yesus. Tidak penting mempertahankan kebenaran
diri, atau menganggap diri paling benar. Sebagaimana Yesus sendiri mau mengalah dan memberi diri
agar manusia diselamatkan, hendaknya setiap manusia khususnya orang Kristen harus mampu saling
mengalah dan menerima satu dengan yang lain. Sekali lagi, penerimaan adalah suatu sukacita yang
besar. Manusia bersuka-cita dan Tuhan semakin dimuliakan.

Hal yang kedua yang patut kita lakukan ketika kita bersuka-cita oleh karena keselamatan adalah mari
memuji Tuhan (ay 11). Kita puji Tuhan oleh karena besarnya kasih karuniaNya kepada manusia. Kita
memuji Tuhan oleh karena Dia adalah sumber keselamatan kita. Kita puji Tuhan karena Dia telah
membenarkan kita. Kita puji Tuhan karena Dia adalah sumber pengharapan buat kita (ay 12). Jauh
sebelum kitab Roma ini, Yesaya telah menubuatkannya, bahwa akan tumbuh taruk dari pangkal Isai –
Yesaya 11 : 10, dan hal itu nyata di dalam Yesus Kristus. Yesuslah yang berkuasa atas dunia ini, dan
segala bangsa akan menaruh harapan padaNya.

Demikianlah pengharapan kita bahwa kedamaian dan suka-cita akan nyata di antara kita jika kita
mampu saling menerima. Tiap-tiap jemaat saling menerima maka akan ada kedamaian dan suka-cita di
dalam persekutuan gereja. Tiap-tiap anggota keluarga saling menerima maka akan ada kedamaian dan
suka-cita di tengah keluarga. Demikianlah dikunci kotbah ini di dalam ayat 13. Amin.

Semoga Tuhan memberkati kita semua. Amin.

#selamat_mengikuti_partangiangan

#salam

wm.hutapea

Anda mungkin juga menyukai