Juni, 2012
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Thohir Zubaidi
ABSTRAK
Kegiatan ini merupakan suatu upaya untuk mengetahui tingkat capaian dari
kinerja alat penyiang. Dalam kegiatan ini telah dilakukan uji kinerja alat mesin
penyiang padi type single-row. Kegiatan uji-efektivitas alat penyiang ini merupakan
kegiatan BPTP Jawa Timur dan bekerjasama dengan salah satu Pengusaha Bengkel
Alsintan di daerah Bojonegoro. Pelaksanaan kegiatan ujicoba dilakukan pada tahun
2011 menggunakan lahan sawah milik petani di daerah Babakan-Karangploso. Untuk
alat penyiang gulma ini digunakan roda penyiang model tapakan rata tanpa pencakar,.
Adapun dari uji-efektivitas alat diketahui untuk fungsi kerja sebagai penyiang diperoleh
data sebagai berikut : kecepatan jalan alat mencapai 5–8 meter/menit., kebutuhan bahan
bakar 0,57–0,75 liter/jam, tingkat efisiensi 76–89 persen dengan kapasitas alat 20,2–
23,8 jam/ha.
PENDAHULUAN
Penyiangan atau pembersihan gulma pada tanaman padi merupakan salah satu
tahapan penting yang harus dilakukan dalam usahatani padi (Grisonta.1990). Hal ini
karena dengan kehadiran gulma akan menjadi pesaing bagi tanaman padi dalam
mendapatkan pencahayaan matahari, nutrisi, gas, air dan mineral lain yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan pada gilirannya akan menurunkan produksi ( Sugito, 1999 dan
Gardner, 1991), dimana untuk padi sawah dapat mencapai 17 persen, sedangkan untuk
padi gogo sampai 40 persen. Menurut Nyarko et al (1991) tanaman gulma mampu
menurunkan produktifitas tanaman padi hingga mencapai 53 persen. Selain untuk
mengendalikan gulma penyiangan juga ditujukan untuk mengaduk tanah di sekitar
daerah perakaran sehingga meningkatkan udara di dalamnya.
Kegiatan pemberantasan gulma hingga sekarang ini masih banyak dilakukan
dengan cara manual yaitu mencabut gulma dengan tangan atau secara mekanis yaitu
seperti osrok atau landak. Penyiangan secara manual membutuhkan waktu 172 jam/ha,
sedangkan secara mekanis (osrok atau landak) dibutuhkan waktu 132 jam/ha dengan
jumlah tenaga kerja mencapai 25 orang. Disini diketahui bahwa proses penyiangan yang
ada masih berkapasitas rendah dan dibutuhkan biaya kerja yang cukup tingginya.
Selama masa pertumbuhan padi biasanya dilakukan 2 kali penyiangan yaitu penyiangan
pertama pada waktu padi berumur 15-17 hari dan penyiangan kedua pada waktu padi
berumur 50-55 hari.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Juni, 2012
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Yang sekarang sedang dihadapi petani dan menjadi tantangan kedepan adalah
masalah ketersediaan tenaga kerja yang memiliki kecenderungan semakin berkurang.
Keadaan ini disebabkan karena kesempatan kerja diluar sektor pertanian cukup luas,
lebih menarik serta menawarkan pendapatan yang lebih baik. Selain itu profesi sebagai
petani bagi kalangan muda masih dipandangan kurang bergengsi dan tidak menjanjikan
bagi masa depan. Dengan kurangnya tenaga kerja di sektor pertanian, secara tidak
langsung mengakibatkan mahalnya upah kerja yang harus dibayar oleh petani.
Penerapan alat mesin pertanian telah banyak dilakukan oleh petani di pedesaan
(Chatib, et al., 2004), namun khusus penggunaan alat mesin penyiang gulma untuk padi
sawah masih sangat terbatas. Walaupun telah diproduksi secara pabrikan, masih jarang
ditemukan petani yang menggunakan alat tersebut dalam usaha taninya. Menurut Pitoyo
(2007) kapasitas alat penyiang yang sudah ada dibutuhkan waktu antara 15 s/d 27 jam
untuk setiap 1 hektarnya. Permasalah yang dihadapi adalah harga yang relatih masih
tinggi, sehingga untuk berinvestasi petani masih harus berpikir dulu. Selain itu desain
alat mesin penyiang yang ada adalah type double-row, sehingga untuk menyiang
tanaman padi yang sudah agak tinggi tidak memungkinkan karena poros roda akan
menabrak tanaman yang dapat mengakibatkan batangnya patah.
Penggunaan alat mesin penyiang dalam pengendalian gulma dewasa ini sudah
harus digiatkan. Salah satu alternatif yang perlu dilakukan adalah memberikan pilihan
bagi petani untuk menggunakan alat mesin penyiang yang lebih murah dan efektif
(Handoyo,1990; Pane, 1993). Dalam penelitian ini dilakukan uji-coba alat mesin
penyiang gulma untuk tanaman padi sawah model single-row. Kegiatan ini merupakan
salah satu kegiatan BPTP Jawa Timur tahun 2011, dimana dalam desain alat mesin
dilakukan kerjasama dengan Pengusaha Bengkel Alsintan di daerah Bojonegoro.
METODE
Kegiatan uji efektivitas alat mesin penyiang ini mengambil lokasi di bengkel
alsintan di Bojonegoro dan lahan sawah di wilayah Malang sejak bulan Maret s/d
September 2011. Tahapan kegiatan meliputi rekayasa pembuatan dan perakitan alat
mesin penyiang di bengkel alsin dan dilanjutkan dengan uji-coba alat di lahan sawah
yang dilakukan pada tanaman padi berumur 2–3 minggu dan 7–8 minggu. Uji coba di
lapang merupakan tahapan utama dalam proses pengumpulan data. Berfungsinya unit
alat menjadi output kegiatan, sedangkan parameter seperti kecepatan jalan alat
(meter/menit), kapasitas alat (jam/ha), konsumsi bahan bakar (liter/jam), gulma yang
tercabut ( persen), dan kerusakan tanaman ( persen) menjadi data pendukung.
Komponen yang digunakan dalam merekayasa alat dan ujicoba lapang dapat
dikatagorikan menjadi dua bagian yaitu komponen alat mesin dan komponen uji di
lapangan. Alat mesin tersusun atas beberapa komponen standar dan komponen buatan.
Komponen standar dari terdiri dari : 1). Mesin bensin 2 tak sebagai motor penggerak
utama, 2). Gear box sebagai pengubah dan pereduksi putaran, 3). Roda gigi dan rantai
sebagai transmisi putaran, sedangkan komponen buatan meliputi roda penyiang beserta
asesoris pendukungnya, plat sepatu sebagai perata dan pengatur kedalaman roda
penyiang, dan rangka atau bodi sebagai dudukan bagi komponen keseluruhan. Khusus
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Juni, 2012
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
untuk fungsi alat pemanen ada penambahan komponen yaitu pisau sirkel lengkap
dengan stang dan asesoris lainnyasebagaimana fungsi “mower”.
Untuk komponen atau bahan dan alat yang digunakan untuk uji dilapangan
meliputi : bensin campur sebagai bahan bakar mesin penyiang, gelas ukur untuk
mengetahui konsumsi bahan bakar yang digunakan, meteran rol untuk mengukur jarak
kerja alat, stop watch untuk mengukur waktu kerja alat, counter untuk menghitung
jumlah gulma yang tidak tercabut dan jumlah tanaman padi yang rusak akibat mesin
beroperasi, dan areal tanaman padi yang akan digunakan sebagai obyek uji coba alat.
Rangka Mesin
Bahan yang dipakai untuk membuat kontruksi rangka terdiri dari besi pipa
ukuran ¾ inchi, pipa persegi empat ukuran 2x4 cm, besi siku 4x4 cm dan plat besi
ketebalan 3 mm. Rangka bagian depan berbentuk garpu merupakan tempat dudukan
roda penyiang, bagian tengan didesain sedemikian rupa sehingga dapat menjadi tempat
dudukan mesin penggerak dan gear box. Sedangkan bagian belakang merupakan stang
kemudi dan tempat mengatur kecepatan mesin.
Roda Penyiang
Roda penyiang sekaligus berfungsi sebagai roda jalan merupakan komponen
yang langsung berfungsi mencabut dan membenamkan gulma kedalam lumpur. Agar
mampu mencabut dan membenamkan gulma, roda harus berputar dan berjalan dengan
slip. Bahan yang dipakai untuk membuat roda adalah adalah besi beton segi empat yang
dibuat sedemikian rupa dan dilengkapi dengan poros sumbu yang akan tersambung pada
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Juni, 2012
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
garpu pada rangka. Roda penyiang dilengkapi dengan sirip sebanyak 8 buah dengan
model tapakan rata tanpa pencakar. Salah satu ujung dari poros dipasang roda gigi
(gear) yang merupakan bagian dari sistem penggerak.
Sistem transmisi
Sistem transmisi merupakan komponen yang berfungsi untuk memindahkan
putaran dari motor penggerak ke roda penyiang. Komponen ini merupakan satu
rangkaian yang terdiri dari as utama yang menghubungkan motor ke gear box, gear box
yang dilengkapi dengan roda gigi, rantai penghubung yang menghubungkan gear box
dengan roda penyiang, dan roda gigi yang tersambung dengan as roda penyiang. Untuk
mengatur kekencangan bentangan rantai digunakan roda gigi pengatur. Sistem transmisi
ini didesain sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pembuatan maupun
pemasangannya.
Motor Penggerak
Sebagai sumber tenaga penggerak utama digunakan mesin bensin 2 tak dengan
tenaga 1,85 Pk, yaitu jenis motor pengerak untuk standar mesin pemotong rumput
gendong. Pemilihan mesin type ini diasumsikan dengan beberapa pertimbangan yaitu :
1) mudah untuk mendapatkan dan harganya relative murah, 2) tenaga mesin tidak
terlalu besar sehingga sesuai dengan yang dibutuhkan, 3) sistem koplingnya sedemikian
rupa sehingga pada saat digas baru as utama ikut bergerak, hal ini sangat sesuai dengan
sistem kerja alat penyian ini.
Plat Penggaruk
Plat penggaruk atau dapat juga disebut plat sepatu berfungsi untuk menggaruk
dan membenamkan sisa gulma atau rumput yang tercabut oleh roda penyiang namun
tidak serta merta terbenam oleh putaran roda penyiang. Selain itu plat penggaruk juga
berfungsi sebagai perata permukaan tanah yang habis dilalui oleh roda penyiang.
Komponen ini dibuat dari plat besi yang diberi bingkai dan didesain sedemikian rupa
sehingga menyerupai plat sepatu. Karena berfungsi sebagai penggaruk dan perata maka
keberadaannya terletak dibagian belakang dari roda pennyiang.
Kapasitas Penyiangan
Kapasitas atau kemampuan alat penyiang untuk membersihkan gulma sangat
tergantung berapa kecepatan alat mesin tersebut mampu berjalan saat dioperasikan.
Kecepatan jalan pada saat mesin ini tidak mendapatkan beban pada roda penyiangnya
mampu mencapai kecepatan 50 meter/menit. Hasil pengamatan selama percobaan
berlangsung diketahui bahwa kecepatan jalan alat pada saat dioperasikan mampu
mencapai kecepatan 33 meter/menit untuk penyiangan padi umur 2–3 minggu,
sedangkan pada umur padi 7–8 minggu mencapai kecepatan 28 meter/menit. Dengan
kecepatan tersebut kapasitas alat mencapai 20,2 jam/ha untuk menyiang tanaman padi
umur 2–3 minggu, dan 23,8 jam/ha untuk tanaman padi pada umur 7–8 minggu.
Kapasitas tersebut sedikit agak rendah apabila dibandingkan dengan alat lainnya yaitu
mencapai 8 s/d 27 jam/ha (Pitoyo 2006; Fatah, 2008, dan Anonim, 2008). Sedangkan
hasil percobaan yang dilakukan oleh Nizarul (2011) penyiangan dengan alat power
weeder memakan waktu 15 – 27 jam/ha.
KESIMPULAN
Dalam uji-efektivitas alat penyiang gulma ini secara teknis dapat dikatakan
mampu berfungsi dan layak operasional. Berdasarkan hasil uji lapang diperoleh data
sebagai berikut : kecepatan jalan alat mencapai 5–8 meter/mnt., kebutuhan bahan bakar
0,57–0,75 liter/jam, tingkat efisiensi 76–89 persen dengan kapasitas alat 20,2–23,8
jam/ha.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Juni, 2012
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Alat-Alat Penyiang Gulma. Bank Pengetahuan Padi Indonesia. Balai
Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. Tangerang.
Chatib dan Charmyn. 2004. Alat dan Mesin Pertanian . Fakultas Pertanian. Universitas
Andalas. Padang.
Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya
(Terjemahan Herawati Susilo). Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Grisonta.1990. Budidaya Tanaman Padi . Kanisus. Yogjakarta.
Haryono, 2011. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Cetakan kedua, diterbitkan pada
Februari 2010 oleh: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Badan Litbang Pertaian
Handoyo. 1990.Alat Penyiangan Gulma Padi Sawah dari Modifikasi MesinPemotong
Rumput Bermotor. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Nyarko, K.A. and S.K. De Datta. 1991. A Handbook for Weed Control in Rice. IRRI,
Los Banos, Philippines. 113 pp
Pane, H. dan A.M. Fagi. 1993. Penelitian pengendalian gulma secara mekanis dan
kimiawi pada padi sebar langsung. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian
Tanaman Pangan Sukamandi, 1992/93. Balai Penelitian Tanaman Pangan
Sukamandi. 14 hlm.
Pitoyo Joko, 2006. Mesin Penyiang Gulma. Sinar Tani tanggal 5 Juli 2006. Banten
Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.
Internet
Nizarul Fausi, 2011. Penyiangan lebih hemat dengan power weeder.
http://pertanian.jombangkab.go.id. Diakses tanggal 20 April 2012
Pane C. Rahmadina, 2007. Rekayasa alat penyiang bermotor (Powerr Weeder) Tipe
PS.TEP.PW -01. blog.ub.ac.id/arisfanani/2012/05/25/sample/
Fatah, Gatot S. A.2008. Modifikasi Mesin Penyiang dan Penggulud Tipe Bajak Dua
Sayap dan Uji Kinerjanya Pada Tiga Jenis Tanah.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/52740/modifikasi
persen20mesin persen20penyiangan.pdf?sequence=2. Diakses tanggal 2012
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012