Anda di halaman 1dari 56

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS

MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MEMFASILITASI


KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh

AUCI PERNIA
NIM 19205007

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang

berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Quantum

Teaching untuk Menfasilitasi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP”.

Penelitian ini merupakan bagian dari tugas akhir mata kuliah metodologi

penelitian semester satu.

Dalam penyelesaian proposal ini, penulis banyak mendapat bantuan dan

dukungan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan

ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas segala

bantuan yang diberikan, baik moril maupun materil, terutama kepada yang

terhormat:

1. Bapak Drs. Hendra Syarifuddin, M. Si, Ph. D dosen mata kuliah kajian

literatur yang telah membimbing selama penyusunan proposal.

2. Bapak Dr. Yerizon, M. Si, Ketua Program Studi S2 pendidikan matematika.

3. Kedua orang tua dan keluarga besar penulis yang telah memberikan

dukungan moril dan materil untuk membantu penulis dalam menyelesaikan

proposal ini.

4. Rekan-rekan mahasiswa kelas A dan matakuliah kajian literatur uang telah

membantu penulis didalam kegiatan mata kuliah ini.

5. Serta semua pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian proposal ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga bantuan, arahan, dan bimbingan

i
yang Bapak, Ibu, dan teman-teman berikan menjadi amal kebaiikan dan

mendapat pahala dari Allah SWT, Amiin.

Penulis menyadari bahwa dalam proposal ini masih banyak kekurangan di

berbagai aspek yang memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun.

Padang, Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 10
D. Spesifikasi Produk................................................................................... 10
E. Pentingnya Pengembangan..................................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis ................................................................................... 8
1. Kemampuan Komunikasi Matematis................................................ 8
a. Pengertian Komunikasi Matematis............................................. 10
b. Aspek-aspek Komunikasi Matematis.......................................... 10
c. Indikator Komunikasi Matematis................................................ 11
2. Model Quantum Teaching .............................................................. 14
3. Lembar Kerja Peserta Didik.............................................................. 16
4. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis Quantum Teaching.. 24
B. Penelitian Relevan................................................................................... 25
C. Kerangka Berpikir................................................................................... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 28
1. Lokasi Penelitian .............................................................................. 28
2. Waktu Penelitian .............................................................................. 28
B. Jenis Penelitian........................................................................................ 28
C. Model Pengembangan............................................................................. 29
D. Prosedur Pengembangan......................................................................... 30
1. Analysis............................................................................................. 30

iii
a. Analisis Kinerja .......................................................................... 30
b. Analisis Kebutuhan .................................................................... 31
2. Design............................................................................................... 33
3. Development...................................................................................... 34
4. Implementation.................................................................................. 34
5. Evaluation......................................................................................... 35
E. Metode Pengumpulan Data..................................................................... 37
F. Uji Coba Produk...................................................................................... 37
G. Instrumen Penelitian................................................................................ 38
1. Angket .............................................................................................. 38
2. Tes .................................................................................................... 39
H. Teknik Analisis Data .............................................................................. 44
1. Analisis Deskriptif Kualitatif........................................................... 44
2. Analisis Deskriptif Kuantitatif......................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 48

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

dalam mengembangkan daya pikir manusia, dengan mempelajari matematika

siswa lebih kritis dalam memahami suatu permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari. Oleh sebab itu, pelajaran matematika perlu diberikan kepada

semua siswa mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi.

Matematika merupakan ilmu universal yang mampu memberi peluang bagi

terbentuknya kemampuan berkomunikasi, berfikir, memecahkan masalah dan

bernalar bagi siswa.

Kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan gagasan dengan

simbol, tabel, diagram, grafik, atau gambar merupakan salah satu kemampuan

dasar komunikasi matematika. Matematika dalam ruang lingkup komunikasi

secara umum mencakup keterampilan atau kemampuan menulis, membaca,

diskusi, dan wacana. Menurut Handayani (dalam aditya, 2015), kemampuan

komunikasi yang bersifat matematika atau yang lebih dikenal dengan

komunikasi matematis dapat diartikan sebagai kemampuan dalam

menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui dialog pembicaraan atau

tulisan tentang apa yang mereka kerjakan, misalnya berupa konsep, rumus,

atau strategi penyelesaian masalah dalam matematika.

Kemampuan komunikasi matematis tersebut merefleksikan

pemahaman siswa dan guru bisa membimbing siswa dalam penemuan konsep

serta mengetahui sejauh mana siswa mengerti tentang materi pelajaran

1
matematika. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa

mempelajari matematika hanya mengikuti apa yang diajarkan guru, sehingga

pemahaman siswa terbatas pada apa yang dijelaskan dan diterangkan di

dalam kelas seperti menghafal konsep atau prosedur untuk menyelesaikan

soal yang menyebabkan siswa merasa kesulitan ketika dituntut untuk

mengkomunikasikan jawaban dari permasalahan matematika tersebut.

Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu tujuan

dalam pembelajaran matematika. Didalam buku noviarni mengatakan

permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyatakan tujuan pembelajaran

matematika diantaranya:

1. Memahami konsep matematika, konsep atau algoritma secara luwes,

akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari

matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2
Peneliti melakukan wawancaran dengan guru matematika di SMP N 2

Kecamatan Lareh Sago Halaban yaitu Ibu Wenda Rizky Yulianti, S. Pd.

Beliau menggunakan buku siswa Depdiknas dan LKPD yang dijual

dipasaran. Anak-anak tidak bisa memecahkan masalah yang ada di buku

siswa, karena bahasa yang didalam buku terebut anak kurang mengerti. Anak

kurang mengerti dengan buku tersebut karena tidak berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari siswa dan tidak berhubungan dengan hal-hal yang ada

di sekiling siswa. Sehingga, anak di paham dengan soal. Soal soal yang ada di

LKPD belum semua sesuai dengan kurikulum 2013, sehingga untuk soal-soal

guru juga memberikan soal yang ada di buku siswa. Model pembelajaran

yang digunakan disekolah masih model pembelajaran ceramah.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru MTsN 2 Sijunjung

ibu Evi Endah Savitri, S. Pd. Beliau menggunakan dua buku di dalam proses

pembelajaran yaitu buku matematika berlogika dan buku terbitan erlangga.

Untuk mengerjakan latihan beliau menggunakan matematika berlogika tetapi

untuk materi kurikulum 2013 lebih bagus menggunakan erlangga karena ada

proyek. Beliau mengatakan lebih baik peserta didik menggunakan bahan ajar

LKPD matematika karena peserta didik harus banyak memecahkan suatu

masalah dan banyak latihan soal-soal. Umumnya peserta didik jika diberikan

latihan yang berbeda dengan contoh, mereka akan kesulitan didalam

menjawab soal-soal tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, peneliti memperoleh

kesimpulan bahwa didalam pembelajaran matematika peserta didik harus

3
banyak latihan. Soal-soal yang diberikan harus sesuai dengan karakteristik

peserta didik agar peserta didik paham dengan masalah tersbut, dan guru

sebaiknya menggunakan model pembelajaran kepada anak.

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan salah satu alternatif

sumber belajar yang dapat membantu siswa maupun guru dalam proses

pembelajaran. Dengan menggunakan LKPD peserta didik akan dapat belajar

secara sistematis serta dapat meningkatkan kemampuan komunikasi.

Berdasarkan kondisi dan permasalah tersebut dalam upaya meningkatkan

kualitas pembelajaran matematika maka perlu dilakukan satu solusi alternatif

pengembangan lembar kerja peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan

siswa, sehingga dapat dengan mudah mempelajari materi pelajaran yang

diberikan.

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, untuk menumbuhkan

kemampuan komunikasi matematika ini, perlu dirancang suatu pembelajaran

yang membiasakan siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan

yang dapat mendukung serta mengarahkan siswa pada kemampuan untuk

berkomunikasi matematika, sehingga siswa lebih memahami konsep yang

diajarkan serta mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan matematikanya

dengan menggunakan berbagai macam model atau metode pembelajaran.

Strategi pembelajaran yang dapat dirancang yaitu dengan menerapkan

metode, model, atau pendekatan pembelajaran yang relevan. Salah satunya

dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching.

4
Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa,

dalam sebuah pembelajaran tersebut perlu adanya alat/instrumen

pembelajaran. Salah satunya seperti LKPD merupakan salah satu instrumen

pembelajaran yang tepat untuk siswa karna LKPD dapat membantu siswa

dalam menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan

belajar secara sistematis. Namun sayangnya LKPD yang beredar selama ini

masih belum mencukupi dari segi variansi aktivitas siswa, kurang menjadikan

siswa aktif dalam menyelesaikan permasalahan yang ada, kurang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk dapat menyimpulkan secara langsung apa

yang siswa pahami dan hanya berisi ringkasan materi serta rumus-rumus yang

membuat siswa merasa dituntut untuk selalu belajar dengan menghafal

rumus.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik

berbasis model Quantum Teaching untuk memfasilitasi kemampuan

komunikasi matematis siswa SMP yang valid, efektif dan praktis?

2. Bagaimana dampak pengembangan Lembar Kera Peserta Didik

berbasis model Quantum Teaching untuk memfasilitasi kemampuan

komunikasi matematis siswa SMP yang valid, efektif dan praktis?

5
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan

di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. karakteristik pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik berbasis model

Quantum Teaching untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi

matematis siswa SMP yang valid, efektif dan praktis

2. Dampak pengembangan Lembar Kera Peserta Didik berbasis model

Quantum Teaching untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi

matematis siswa SMP yang valid, efektif dan praktis?

D. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Produk dari hasil pengembangan ini adalah sebuah Lembar Kerja Peserta

Didik berbasis Quantum Teaching yang meningkatkan aktivitas,

kreativitas dan produktivitas untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi

matematis siswa. Dimana siswa dapat mengkomunikasikan permasalahan-

permasalahan pada materi pembelajaran baik secara lisan maupun tulisan.

2. Penyusunan Lembar Kerja Peserta didik sesuai dengan tahap pembelajaran

Quantum Teaching yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,

Ulangi dan Rayakan.

3. Lembar Kerja Peserta Didik yang dikembangakan berisi tentang kata kunci

yang akan membantu siswa mengkomunikasikan materi pembelajaran

yang dipelajarinya.

6
4. Lembar Kerja Peserta Didik dilengkapi dengan pendahuluan yang terdiri

dari deskripsi singkat, peunjuk penggunaan , Kompetensi Inti, Kompetensi

Dasar, Indikator, dan Tujuan.

5. Lembar Kerja Peserta Didik juga akan dilengkapi dengan soal-soal

kemampuan kemampuan komunikasi matematis siswa.

6. Lembar Kerja Peserta Didik berbasis Quantum Teaching berisi rangkuman

yang akan ditulis oleh siswa sendiri sebagai penegasan bahwa mereka

memahami materi yang mereka pelajari.

7. Lembar Kerja Peserta Didik berbasis Quantum Teaching memberikan

kata-kata motivasi diakhir materi yang dipeljari.

E. Pentingnya Pengembangan

Dengan adanya pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik berbasis

model Quantum Teaching ini diharapkan dapat memfasilitasi kemampuan

komunikasi matematis peserta didik, meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan

ketertarikan dalam mempelajari matematika. Bagi guru agar termotivasi

untuk menciptakan bahan ajar yang mampu memfasilitasi siswa dan

meningkatkan semangat siswa dalam belajar.

7
BAB II
KAJIAN TEORETIS

A. Landasan Teoretis

1. Kemampuan Komunikasi Matematis

a. Pengertian Komunikasi Matematis

Komunikasi bisa dipahami sebagai suatu bentuk aktivitas

penyampaian informasi dalam suatu komunitas tertentu. Komunikasi

merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan

manusia yang terjadi disetiap gerak langkah manusia. Dalam dunia

pendidikan, komunikasi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.

Guru menggunakan komunikasi untuk memberikan materi yang akan

disampaikan kepada siswa sedangkan siswa menggunakan komunikasi

untuk mengungkapkan ide-ide terkait konsep materi ajar. Aktivitas

seperti ini dapat mengasah kemampuan menyampaiakan pemikiran

tentang sesuatu hal bagi penerimanya.

Menurut fakhrurazi komunikasi adalah bagian esensial dari

matematika dan pendidikan matematik. Komunikasi merupakan cara

berbagi gagasan dan mengklasifikasikan pemahaman, komunikasi

melalui percakapan, pendengaran, dan penulisan merupakan suatu

aktivitas yang dapat dilakukan sewaktu pengajaran matematika.

Menurut S. Sadiman proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah

proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan

melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Di dalam

8
berkomunikasi tersebut harus dipikirkan bagaimana caranya agar

pesan yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami oleh orang lain.

Pesan yang akan dikomunikasikan dapat berupa materi ajar atau

didikan yang ada dalam kurikulum, pesan ini dituangkan oleh guru

atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol

verbal (kata-kata lisan maupun tertulis) maupun simbol non verbal

atau visual.

Dalam berkomunikasi kita juga menggunakan alat seperti bahasa.

Matematika adalah salah satu alat bahasa yang digunakan untuk

berkomunikasi. Menurut Agus secara umum, bahasa matematika

menggunakan empat kategori simbol: simbol-simbol untuk gagasan

(bilangan dan elemen-elemen), simbol-simbol untuk relasi (yang

mengindikasikan bagaimana gagasan-gagasan dihubungkan atau

berkaitan satu sama lain), simbol-simbol untuk operasi (yang

mengindikasikan apa yang dilakukan dengan gagasan-gagasan), dan

simbol-simbol untuk tanda baca (yang mengindikasikan urutan di

mana matematika itu diselesaikan). Matematika merupakan bahasa

yang universal dimana untuk satu simbol dalam matematika dapat

dipahami oleh setiap orang setelah sebuah makna diberikan

kepadanya, simbol-simbol matematika baru memiliki arti.

Komunikasi matematis juga dapat diartikan sebagai suatu proses

pemberian dan penerimaan informasi yang berisi tentang konsep-

konsep matematika, misalnya berupa rumus, grafik, dan persoalan-

9
persoalan matematika. Komunikasi matematis merefleksikan

pemahaman matematis dimana siswa-siswa mempelajari matematika

seakan-akan mereka berbicara dan menulis tentang apa yang mereka

sedang kerjakan. Menurut Bansu siswa dilibatkan secara aktif dalam

mengerjakan ide-ide, atau berbicara dan mendengarkan siswa lain,

dalam berbagai ide, strategi dan solusi.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi

matematis adalah suatu cara siswa untuk menyatakan/menyampaikan

dan menafsirkan gagasan-gagasan atau ide-ide matematika secara lisan

maupun tulisan, baik dalam bentuk gambar, tabel, grafik atau diagram.

b. Aspek-aspek Komunikasi Matematis

Menurut Baroody kemampuan komunikasi dapat ditingkatkan

melalui lima aspek dalam kegiatan komunikasi matematis, yaitu:

1) Representasi (representing), diartikan sebagai bentuk baru dari


hasil translasi suatu masalah atau ide, atau translasi suatu diagram
dan model fisik ke dalam simbol atau kata-kata. Ada beberapa
bentuk representasi matematika yang dapat digunakan dalam
menyelesaikan soal matematika, antara lain melalui: grafik/gambar
(drawing), persamaan aljabar (math expression) dan dengan kata-
kata (written texts).
2) Mendengar (listening), dalam proses diskusi aspek mendengar
merupakan salah satu aspek yang sangat penting karena
kemampuan siswa dalam memberikan pendapat sangat terkait
dengan kemampuan mendengarkan topik-topik utama yang
didiskusikan.
3) Membaca (reading), kemampuan membaca merupakan
kemampuan yang kompleks, karena di dalamnya terkait aspek
mengingat, memahami, membandingkan, menemukan,
menganalisis, mengorganisasikan dan akhirnya menerapkan apa
yang terkandung dalam bacaan.
4) Diskusi (discussing) merupakan sarana bagi seseorang untuk dapat
mengungkapkan dan merefleksikan pikirannya berkaitan dengan
materi yang diajarkan.

10
5) Menulis (writing), kegiatan yang dilakukan dengan sadar bagi
seseorang untuk dapat mengungkapkan dan merefleksikan pikiran.
Menulis di pandang sebagai proses berpikir keras yang dituangkan
di atas kertas. Menulis adalah alat yang bermanfaat dari berpikir
karena siswa memperoleh pengalaman matematika sebagai suatu
aktivitas yang kreatif.

Kelima aspek ini dapat dikembangkan menjadi tahap-tahap

berlangsungnya proses komunikasi dalam pembelajaran matematika.

Dengan demikian, kemampuan komunikasi matematis siswa dapat

dilihat dari kemampuannya mendiskusikan masalah dan membuat

ekspresi matematis secara tertulis.

Terkait dengan pengembangan aspek komunikasi dalam

pembelajaran matematika, National Council of Teacher of

Mathematics (NCTM) membuat standar kemampuan yang seharusnya

dicapai siswa:

1. Mengorganisasikan dan mengkonsolidasi pemikiran matematika


untuk mengkomunikasikan kepada siswa lain
2. Mengekspresikan ide‐ide matematika secara koheren dan jelas
kepada siswa lain, guru, dan lainnya.
3. Meningkatkan atau memperluas pengetahuan matematika siswa
dengan cara memikirkan pemikiran dan strategi siswa lain.
4. Menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai
ekspresi matematika.
c. Indikator Komunikasi Matematis

Menurut Sumarmo, indikator komunikasi matematis meliputi

kemampuan:

1) Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide


matematika
2) Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik, secara lisan dan
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar.
3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika
4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika

11
5) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika
6) Menyusun konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi
dan generalisasi
7) Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika
dalam bahasa sendiri

Indikator komunikasi matematika tersebut mencapai sasaran pada

soal-soal matematika yang memudahkan siswa belajar untuk

menemukan, memahami, dan mengembangkan konsep yang sedang

dipelajarinya melalui kegiatan berfikir, menulis, dan berdiskusi.

Adapun indikator komunikasi matematis menurut National Council of

Teacher of Mathematics (NCTM) dapat dilihat dari:

1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan,


tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya
secara visual
2) Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi
ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk
visual lainnya

3) Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi


matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide,
menggambarkan hubungan-hubungan serta strategi-strategi situasi.

Berdasarkan uraian di atas, indikator kemampuan komunikasi

matematis menurut model Cai, Lane, dan Jacobsin yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1) Menulis, yaitu menjelaskan ide atau situasi dari suatu gambar atau

grafik dengan kata-kata sendiri dalam bentuk tulisan.

2) Menggambar, yaitu menyatakan suatu situasi dengan gambar atau

grafik.

3) Ekspresi matematik, yaitu menyatakan suatu situasi ke dalam

bentuk model matematika.

12
Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kriteria

komunikasi matematis yang baik itu adalah apabila sudah memenuhi

indikator-indikator yang telah dikemukakan di atas. Adapun rubrik

skala penilaian komunikasi matematis dapat dilihat pada tabel 2.1

berikut ini:

Tabel 2.1
PEDOMAN PENSKORAN KOMUNIKASI MATEMATIS
Indikator
No Komunikasi Skor Respons Siswa Terhadap Soal
Matematis
0 Tidak ada jawaban
Hanya sedikit menuliskan penjelasan
1
konsep, ide atau gagasan matematika
Menuliskan penjelasan konsep, ide atau
2
gagasan matematika tetapi belum benar
1. Menulis Menuliskan penjelasan konsep, ide atau
3 gagasan matematika dengan benar tetapi
belum lengkap
Menuliskan penjelasan konsep, ide atau
4 gagasan matematika dengan benar dan
lengkap
0 Tidak ada jawaban
1 Hanya sedikit dari gambar yang benar
Membuat gambar namun kurang lengkap
2. Menggambar 2
dan benar
Membuat gambar secara lengkap dan
3
benar
0 Tidak ada jawaban
Hanya sedikit dari model matematika
1
yang benar
Membuat model matematika dengan
Ekspresi
3. 2 benar, namun salah dalam mendapatkan
Matematis
solusi
Membuat model matematika dan
3 mendapatkan solusi secara lengkap dan
benar

13
Sumber : Anna Dwi Maria Utomo

2. Model Quantum Teaching

Banyak model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar

yang nyaman dan menyenangkan serta meningkatkan minat terhadap

persoalan matematika. Menurut Noviarni model pembelajaran juga

merupakan suatu recana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang).

Model pembelajaran quantum teaching dimulai dari super camp

sebuah program untuk remaja yang dibuka tahun 1982 yang digagas oleh

Bobbi DePorter, sebuah program learning forum yaitu perusahaan

pendidikan internasonal yang menekankan perkembangan keterampilan

pribadi. Quantum teaching adalah pengubahan belajar yang meriah dengan

segala nuansanya. Model ini berfokus pada hubungan dinamis pada

linkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk

belajar. Model ini juga mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan

lingkungan belajara yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan

isi, dan memudahkan proses belajar.

Hasil penelitian yang dilakukan Bobbi DePorter di Super Camp

dengan menerapkan model quantum teaching diperoleh hasil penelitian

bahwasanya 73% dapat meningkatkan hasil belajar anak, 68% dapat

meningkatkan motivasi, 81% dapat meningkatkan percaya diri, 84% dapat

meningkatkan harga diri, dan 98% dapat meningkatkan keterampilan.

14
Quantum teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang

merupakan suatu cara untuk memaksimalkan pengajaran melalui

perkembangan hubungan dan pengubahan cara belajar sehingga

menciptakan suasana lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan.

Bobby mengatakan bahwa untuk mempermudah dan mengingat pada

keperluan proses pembelajaran quantum, maka dikenalkanlah konsep

TANDUR yang merupakan akronim dari: Tumbuhkan, Alami, Namai,

Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.

a. Tumbuhkan
Sertakan diri mereka, buatlah mereka tertarik atau penasaran
tentang materi yang dijarkan.
b. Alami
Berikan mereka pengelaman belajar dan manfaat bagi siswa
terhadap pengetahuan yang dibangunnya, sehingga manimbulkan
keinginan secara alami untuk berfikir. Tumbuhkan “kebutuhan
untuk mengetahui”
c. Namai
Berikan hal-hal yang dekat dengan mereka saat minat memuncak
mengenalkan konsep-konsep pokok dari materi pembelajaran.
d. Demonstrasikan
Berikan kesempatan bagi mereka untuk menunjukkan bahwa
mereka paham, sekaligus member kesempatan untuk menunjukkan
tingkat pemahaman terhadap materi yang dipeljari.
e. Ulangi
Ingatkan gambaran keseluruhan, dapat dilakukan dengan
pertanyaan postes, maupun penugasan, atau membuat ikhtisar hasil
belajar.
f. Rayakan
Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan.

Model Quantum Teaching memiliki kelebihan dan kekurangan.

Menurut Sunandar kelebihan dan kekurangan model Quantum Teaching

sebagai berikut:

15
Kelebihan Quantum Teaching:

a. Membimbing siswa ke arah berpikir kreatif dan produktif.


b. Melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga perhatian
mereka dapat difokuskan kepada hal-hal yang dianggap penting, dan
dapat diamati secara teliti.
c. Gerakan dan proses pembelajaran dipertunjukkan secara langsung
sehingga tidak memerlukan keterangan-keterangan yang teralalu
banyak.
d. Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan aman, nyaman, tenang
dan menyenangkan.
e. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menanya, menalar, mencoba
dan membangun jejaring.
f. Menyesuaikan teori dengan kenyataan dan siswa dapat mencoba
melakukannya sendiri.
g. Melatih dan membiasakan guru berpikir kreatif dan inovatif sesuai
dengan tuntutan quantum teaching
h. Pembelajaran mudah diterima dan dimengerti oleh siswa karena
dilakukan dengan tenang dan berlangsung menyenangkan.

Kelemahan Quantum Teaching:

a. Memerlukan perencanaan yang matang dan waktu pembelajaran yang


cukup panjang, sehingga dapat menganggu pembelajaran lain.
b. Memerlukan peralatan, tempat dan biaya yang memadai, yang tidak
selalu tersedia di sekolah.
c. Perayaan dilakukan untuk menghormati usaha siswa baik dapat
menganggu kelas lain.
d. Menuntut keterampilan guru secara khusus, baik dalam perencanaan,
pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran.
Menuntut ketelitian dan kesabaran yang sering diabaikan, sehingga apa
yang diharapkan tidak tercapai secara optimal.

3. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Menurut Andi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan

istilah lain dari lembar kerja (LK) atau lembar tugas (LT) yang dibuat

untuk memicu dan membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Lembar

kerja merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan

oleh siswa. Lembar kerja (LK) berisi petunjuk, langkah-langkah untuk

16
menyelesaikan suatu tugas guna mencapai kompetensi dasar tertentu. Oleh

karenanya Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sebaiknya dirancang oleh

guru sendiri sesuai dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran yang

hendak dicapai.

Melalui Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) siswa akan memperoleh

materi, ringkasan dan tugas yang berkaiatan dengan materi. Selain itu,

siswa dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi

yang diberikan dan pada saat yang bersamaan juga siswa diberi materi dan

tugas yang berkaitan dengan materi tersebut. Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD) sangat baik untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) menggalakan aktivitas siswa secara

aktif dalam proses pembelajaran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

merupakan suatu pedoman yang telah disusun sedemikian rupa sehingga

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperluas pemahaman

materi yang menjadi tujuan pembelajaran. Pedoman tersebut berisi

kegiatan- kegiatan yang terarah dan aktif. Sehingga Lembar Kerja Peserta

Didik (LKPD) dapat dijadikan penuntun bagi siswa dalam melakukan

kegiatan pembelajaran.

andi mengatakah bahwa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun


lebih mengaktifkan peserta didik.
b. Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk
memahami materi yang disampaikan.

17
c. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.
d. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka secara umum fungsi Lembar

Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah sebagai media/bahan ajar yang

berfungsi membantu siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap

materi melalui urutan langkah yang telah dirancang sebelumnya dan siswa

dapat mengekspresikan kemampuannya dalam memecahkan masalah.

Selain memiliki fungsi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) juga

memiliki tujuan yaitu:

a. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk


berinteraksi dengan materi yang diberikan;
b. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta
didik terhadap materi yang diberikan;
d. Melatih kemandirian belajar peserta didik;
e. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta
didik.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan mengenai

tujuan dari penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dalam

kegiatan pembelajaran yang secara umum Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD) memperlihatkan kepada siswa apa yang menjadi tujuan

pencapaian pembelajaran. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

menyajikan urutan langkah-langkah yang berguna untuk memahami isi

materi secara urut dan mencapai tujuan pembelajaran yang dimaksud serta

meningkatkan pemahaman diri akan materi pembelajaran.

Beberapa manfaat penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

dalam proses pembelajaran adalah:

18
a. Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
b. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.
c. Melatih siswa dalam menemukan dan mengembangkan
keterampilan proses.
d. Melatih siswa untuk memecahkan masalah dan berpikir kritis.
e. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
f. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang
dipelajari melalui kegiatan belajar.
g. Membantu siswa menambah informasi tentang konsep yang
dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa manfaat Lembar Kerja Peserta

Didik (LKPD) lebih banyak dirasakan untuk siswa. Ini karena siswa

merasa terbantu dengan adanya perangkat pembelajaran Lembar Kerja

Peserta Didik (LKPD). Selain itu, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

juga dijadikan sebagai pedoman langkah untuk mencapai suatu tujuan

pembelajaran.

Untuk membuat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dapat dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Lakukan analisis kurikulum.


Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana
yang memerlukan bahan ajar Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD).
b. Menyusun peta kebutuhan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Peta kebutuhan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sangat
diperlukan untuk mengetahui jumlah Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) yang harus ditulis, melihat sekuensi atau urutan Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD)-nya.
c. Menentukan judul-judul Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Judul Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ditentukan berdasarkan
kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi pokok atau
pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum.
d. Penulisan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Langkah-langkah penulisan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
yaitu merumuskan kompetensi dasar, menentukan alat penilaian,
penilaian dilakukan terhadap aktivitas dan hasil aktivitas siswa,

19
menyusun materi, serta memerhatikan struktur Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD).

Berikut adalah kelebihan dari penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD) diantaranya:

a. Siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar karena siswa dapat
mengembangkan, melatih keterampilan, dan memproses sendiri
hasil belajarnya.
b. Dapat meningkatkan pemahaman materi bagi siswa, karena
pemecahan masalah dikerjakan oleh siswa sendiri.
c. Memudahkan guru dalam proses belajar mengajar, karena tidak
terlalu banyak menjelaskan meteri.
d. Membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam proses belajar
mengajar.
e. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang
dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Pada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis Quantum

Teaching yang akan dikembangkan pada penelitian kali ini memiliki

kelebihan yaitu penyusunannya sesuai dengan tahap pemelajaran Quantum

Teaching yang akan mengarahkan siswa pada kemampuan komunikasi

matematis. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ini juga akan dilengkapi

dengan soal-soal kemampuan komunikasi matematis.

Sedangkan kekurangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah

sebagai berikut:

a. Bagi siswa yang malas akan terasa membosankan.

b. Bagi siswa yang malas akan mencontoh jawaban dari temannya.

c. Bagi siswa yang memiliki kemampuan yang rendah akan

mengalami kesulitan dan tertinggal dari temannya.

20
Menurut Hendro Darmodjo & Jenry Kaligis beberapa syarat yang

harus dipenuhi dalam penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

sebagai berikut:

a. Syarat-syarat Didaktik

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sebagai bentuk sarana dalam

berlangsungnya proses pembelajaran haruslah memenuhi persyaratan

didaktik, artinya Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) harus mengikuti

asas-asas pembelajaran yang efektif, yaitu:

1) Memperhatikan adanya perbedaan kemampuan individual siswa,

sehingga dapat digunakan baik oleh siswa yang lamban, sedang

maupun pandai.

2) Menekankan pada proses untuk menemukan prinsip/konsep

sehingga berfungsi sebagai petunjuk bagi siswa untuk mencari

informasi dan bukan sebagai alat pemberi tahu informasi.

3) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai kegiatan siswa

sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menulis, menggambar, berdialog dengan temannya dan lain

sebagainya.

4) Megembangkan kemampuan komunikasi sosial dan emosional

pada diri anak sehingga tidak hanya ditunjukkan untuk mengenal

fakta-fakta dan konsep-konsep akademis saja. Bentuk kegiatan

yang ada memungkinkan siswa dapat berhubungan dengan orng

lain dan mengkomunikasikan pendapat serta hasil kerjanya.

21
b. Syarat-syarat Konstruksi

Yang dimaksud dengan syarat konstruksi adalah syarat-syarat yang

berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata,

tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat

guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna yaitu anak

didik.

1) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan

siswa.

2) Menggunakan struktur kalimat yang jelas.

3) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat

kemampuan siswa.

4) Menghindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka, yang dianjurkan

adalah isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan

informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan

yang tidak terbatas.

5) Tidak mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan dan

keterbacaan siswa.

6) Menyediakan ruangan/tempat yang cukup untuk memberi

keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambar hal-

hal yang ingin siswa sampaikan dengan memberi tempat menulis

dan menggambar jawaban.

22
7) Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. Kalimat yang

panjang tidak menjamin kejelasan isi namun kalimat yang terlalu

pendek juga dapat mengundang pertanyaan.

8) Menggunakan kalimat komunikatif dan interaktif. Penggunaan

kalimat dan kata sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif

siswa sehingga dapat dimengerti oleh siswa yang lambat maupun

yang cepat.

9) Memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber

motivasi belajar.

10) Memuat identitas, seperti: judul, kelas, nama kelompok dan

anggotanya.

c. Syatar-syarat Teknis

1) Tulisan, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a) Menggunakan huruf yang jelas dan mudah dibaca, meliputi

jenis huruf dan ukuran huruf.

b) Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik.

c) Perbandingan ukuran huruf dan ukuran gambar serasi.

2) Gambar

Gambar yang baik dapat menyampaikan pesan secara efektif pada

penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk

mendukung kejelasan konsep.

3) Penampilan

23
Penampilan dibuat menarik. Kemenarikan penampilan Lembar

Kerja Peserta Didik (LKPD) akan menarik perhatian siswa, tidak

menimbulkan kesan jenuh dan membosankan. Lembar Kerja

Peserta Didik (LKPD) yang menarik adalah Lembar Kerja Peserta

Didik (LKPD) yang memiliki kombinasi antara gambar , warna

dan tulisan yang sesuai.

4. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis Quantum Teaching

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis Quantum Teaching

adalah lembar kerja siswa yang sintaksnya mengadaptasi dari tahapan

pembelajaran berbasis quantum teaching meliputi 6 tahapan yaitu

TANDUR. Tahapan pembelajaran berbasis Quantum Teaching yang

diadaptasi ke dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ini adalah:

a. Tumbuhkan

Pada tahap ini siswa diberikan sebuah gambaran apa manfaat bagi

siswa dalam mempelajari materi tersebut sehingga menimbulkan minat

siswa untuk mempelajarinya.

b. Alami

Tahap namai ini Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) memuat

pertanyaan berupa pengumpulan informasi, perumusan masalah atau

penjelasan untuk menemukan konsep dari materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

c. Namai

24
Setelah menemukan konsep dari materi tersebut siswa diarahkan

untuk belajar, di dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berisi

petunjuk atau pengarahan pertanyaan sebagai tugas belajar siswa untuk

menyelesaikan masalah secara sistematis.

d. Demonstrasikan

Demonstrasikan pada tahap ini dapat dilakukan siswa dengan

mengerjakan latihan dan mengerti langkah demi langkah jawaban dari

soal yang diberikan.

e. Ulangi

Pada tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, di dalam

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dapat dibantu dengan membuat

kesimpulan materi yang telah dipelajari dalam bentuk catatan, maupun

memberikan tes kecil diakhir pembelajaran.

f. Rayakan

Pada tahap ini siswa diberi apresiasi terhadap pencapaian

pembelajaran yang dilakukannya. Apresiasi tersebet dapat berupa kata-

kata motivasi ataupun hadiah yang diberikan oleh guru.

Dengan adanya model Quantum Teaching ini diharapkan akan

memberikan kontribusi terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa

dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan.

B. Penelitian yang Relevan

25
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aditya

Lanjahi, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Gorontalo dengan

judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning Terhadap

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Sub Pokok Bahasan Volume

Prisma Tegak Dan Limas”. Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian

eksperimen.

Hasil penelitian ini menunjukkan nilai kemampuan komunikasi matematis

siswa kelas eksperimen 62,85 dan kelas kontrol 52,167. Hal ini menunjukkan

kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran

matematika dengan model Quantum Learning lebih baik dari pada siswa yang

mengikuti pembelajaran biasa.

Penelitian relevan lainnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Atris Putri

Ningru, Albertus Joko Lesmono, dan Rayendra Wahyu Bachtiar, mahasiswa

Program studi pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember dengan judul

“Pengembangan Bahan Ajar Berupa Modul Berbasis Quantum Teaching Pada

Pembelajaran Fisika Di SMA”. Jenis penelitian ini adalah penelitian

pengembangan dengan model pengembangan 4-D.

Hasil uji coba yang diperoleh bahwa ketuntasan belajar siswa setelah

menggunakan perangkat pembelajaran berbasis model Quantum Teaching

mencapai 80,93% dan adanya kenaikan nilai kemampuan koneksi matematis

berdasarkan nilai pretes dan postes rata-rata sebesar 0,41 yang termasuk

dalam kategori sedang.

26
Dari landasan penelitian sebelumnya peneliti mencoba penelitian

menggunakan model Quantum Teaching, perbedaannya peneliti

mengembangkan LKS berbasis model Quantum Teaching yang valid, praktis

dan efektif memfasilitasi kemampuan komunikasi matemais siswa. Jenis

penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan model pengembangan

ADDIE.

C. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini peneliti akan mengembangkan LKPD berbasis model

Quantum Teaching. Peneliti akan menguji kelayakan LKPD mampu

memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis siswa, sehingga akan

diketahui valid dan praktis atau tidaknya LKPD yang dikembangkan

Berikut adalah skema kerangka berpikir dalam penelitian ini:

27
Terbatasnya bahan ajar yang Rendahnya kemampuan
dikembangkan dengan model komunikasi matematis siswa
Quantum Teaching

Solusi
Mengembangkan LKPD matematika berbasis
model Quantum Teaching untuk memfasilitasi
kemampuan komunikasi matematis siswa.

Hasil yang diharapkan

Pengembangan LKPD berbasis Model Quantum Teaching untuk memfasilitasi


kemampuan komunikasi matematis siswa yang Valid dan Praktis.

Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir

28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negri 2 Kecamatan Lareh

Sago Halaban

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2020/2021

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan

(research and development). Menurut sugiyono Research and Developement

adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian pengembangan

di bidang pendidikan bertujuan untuk menghasilkan produk-produk untuk

kepentingan pendidikan/ pembelajaran. Produk penelitian dan pengembangan

dalam bidang pendidikan dapat berupa model, media, peralatan, bahan ajar,

alat evaluasi dan perangkat pembelajaran. Oleh karena itu, dalam

pengembangan bahan ajar LKPD ini dirancang dengan metode penelitian dan

pengembangan.

29
C. Model Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

model pengembangan Analysis, Design, Development, Implementation and

Evaluation (ADDIE). Model ini merupakan salah satu model desain sistem

pembelajaran yang memperlihatkan tahapan-tahapan dasar desain sistem

pembelajaran yang sederhana dan mudah dipelajari. Menurut Endan model ini

dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti

model, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan bahan ajar.

Oleh karena itu, peneliti memilih model ADDIE dalam pengembangan LKS

berbasis model Quantum Teaching.

Menurut Benny model desain sistem pembelajaran ADDIE dengan

komponen-komponennya dapat diperlihatkan pada gambar berikut:

A Analisis kebutuhan untuk menentukan masalah dan


Analysis solusi yang tepat dan menentukan kompetensi siswa

D Menentukan kompetensi khusus, metode, bahan ajar,


Design dan strategi pembelajaran

D Memproduksi program dan bahan ajar yang akan


Development digunakan dalam program pembelajaran

I Melaksanakan program pembelajaran dengan


Implementation menerapkan desain atau spesifikasi program
pembelajaran
E Melakukan evaluasi program pembelajaran dan
Evaluation evaluasi hasil belajar
Gambar III.1
Model Pengembangan ADDIE

30
D. Prosedur Penelitian

Pengembangan bahan ajar Lembar Kerja Siswa ini sesuai dengan model

ADDIE terdiri dari lima tahap, yaitu:

1. Analysis (Analisis)

Langkah analisis terdiri atas dua tahap, yaitu analisis kinerja dan

analisis kebutuhan. Tahapan ini dijelaskan secara rinci yaitu:

a. Analisis kinerja

Menurut Benny Analisis kinerja dilakukan untuk mengetahui dan

mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang dihadapi memerlukan

solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran atau perbaikan

manajemen. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui dan

mengklarifikasi masalah dasar yang dihadapi dalam pembelaajran

matematika. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu kurang

digunakannya bahan ajar LKPD dalam proses pembelajaran di sekolah

serta LKPD yang digunakan disekolah saat sekarang ini bersifat umum

dan kurang memadai. Soal-soal yang ada di LKPD belum sesuai

dengan soal kurikulum 2013, sehingga guru mencari lagi soal-soal

yang ada di buku siswa. LKPD yang digunakan disekolah masih dalam

berbentuk rumus-rumus dan soal. Tidak ada penjelasan di dalam

LKPD tersebut. LKPD tersebut belum sesuai dengan silabus, karena

tidak semua materi ada di LKPD dan ada tambahan-tambahan materi

di LKPD, sehingga peserta didik kesulitan untuk belajar mandiri di

rumah. Berdasarkan penjelasan diatas diperlukan solusi berupa

31
perbaikan kualitas pada proses pembelajaran. Solusi tersebut dapat

berupa penyediaan bahan ajar LKPD matematika yang mengarah

kepada kemampuan komunikasi matematis siswa dan sesuai dengan

silabus yang telah di tetapkan.

b. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan langkah yang perlu untuk

menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu

dipelajari oleh siswa untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi

matematis siswa. Seperti layaknya seorang guru akan mengajar, guru

harus mengenali karakter siswa yang akan menggunakan bahan ajar.

Bahan ajar yang digunakan oleh guru masih bersifat umum. Tidak

semua bahan ajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik. LKPD yang

digunakan guru disekolah tidak berwarna sehingga peserta didik tidak

tertarik menggunakan LKPD. Soal-soal yang ada di LKPD dan buku

siswa belum semuanya sesuai dengan karakteristik siswa, hal ini

terlihat dari siswa tidak mengerti dengan maksud dari soal yang

diberikan oleh bahan ajar. Jawaban yang dberikan oleh peserta didik

tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh guru. Guru menggunakan

banyak bahan ajar untuk mencocokkan dengan karakteristik siswa.

Penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik yang dirancang sendiri oleh

guru mata pelajaran sebagai bahan ajar dalam pembelajaran

matematika juga masih kurang, sehingga dibutuhkan solusi berupa

perbaikan kualitas manajemen dalam proses pembelajaran. Solusi yang

32
dapat dilakukan adalah dengan cara merancang bahan ajar berupa

Lembar Kerja Peserta didik yang mengutamakan aktivitas siswa dan

sesuai dengan karakterisrik peserta didik atau sesuai dengan kebutuhan

peserta didik.

2. Design (Perancangan)

Pada tahapan ini disusun LKPD matematika berbasis Quantum

Teaching dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

a. Mendesain Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Penyusunan LKPD matematika berbasis Quantum Teaching dapat

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Melakukan analisis kurikulum

Peneliti melihat silabus, buku guru, dan buku-buku siswa. Peneliti

mencocokkan silabus dengan buku guru dan buku siswa. Penliti

mengumpulkan materi materi yang ada. materi tersebut dianalis

untuk satu semester. Peneliti menganalisis jam efektif yang

digunakan dalam satu semester. Jam efektif tersebut dicocok

dengan bahan ajar yang akan peneliti gunakan

2) Menyusun peta kebutuhan LKPD

Peneliti mengumpulkan hal-hal yang di butuhkan di LKPD. Hal-

hal yang dibutuhkan LKPD adalah kompetensi inti, kompetensi

dasar, indikator, tujuan pembelajaran, peta konsep, dan materi-

materi yang akan di masukkan kedalam LKPD. Peneliti menanya

kepada peserta didik warna yang diinginkan dipenulisan LKPD.

33
Umumnya peserta didik ingin LKPD berwarna. Peserta didik

menginginkan masalah yang di LKPD sesuai dengan pemikirannya

seperti permainan yang biasa dilakukannya. Sehingga, peserta

didik tidak bingung ketika menjawab soal-soal yang disajikan.

3) Menentukan judul LKPD

Judul LKPD adalah Lembar Kerja Peserta Didik untuk kelas VIII

Semester II Sekolah Menengah Pertama.

4) Penulisan LKPD

Penulisan LKPD sesuai dengan analisis kurikulum dan analisis

kebutuhan dari peserta didik. Materi-materi yang dimasukkan ke

LKPD dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.

Sehingga, peserta didik lebih dapat memahami soal-soal di LKPD.

b. Mendesain RPP

Menurut Abdul dan chairul Langkah-langkah pengembangan RPP

yaitu:

1) Mencantumkan identitas.

2) Mencantumkan tujuan pembelajaran.

3) Mencantumkan materi pembelajaran.

4) Mencantumkan model/ metode pembelajaran.

5) Mecantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran.

6) Mencantumkan media/ alat/ bahan/ sumber belajar.

7) Mencantumkan penilaian.

34
3. Development (Pengembangan)

Pada tahap ini, LKS matematika berbasis Quantum Teaching yang

telah disusun dikembangkan berdasarkan kemampuan komunikasi

matematis siswa selanjutnya dilakukan penilaian terhadap LKS yang

dikembangkan oleh validator sebelum diimplementasikan ke lapangan.

Validator yang dimaksud adalah ahli materi pembelajaran dan ahli

teknologi pendidikan, masukan dari validator digunakan untuk

memperbaiki LKPD yang dikembangkan sebelum diuji cobakan. Tujuan

dari validasi ini adalah untuk memeriksa kebenaran materi, tata bahasa dan

kepraktisan LKPD dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditargetkan

dalam LKPD.

4. Implementation (Implementasi)

Pada tahap ini implementasi rancangan produk yang telah

dikembangkan pada situasi nyata di kelas. Uji coba yang dilakukan

pertama kali dengan menggunakan one to one. Peneliti menguji 3 orang

peserta didik yang mempunyai kemampuan berbeda-beda yaitu

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Peneliti memberikan LKPD

kepada 3 orang peserta didik tersebut dalam waktu yang berbeda. Peneliti

memberikan petunjuk kepada peserta didik untuk menyusuh peserta didik

membaca LKPD. Lalu peneliti menanyakan kepada peserta didik, apakah

peserta didik mengerti dari penjelasan yang ada di LKPD. Peneliti

mencatat hasil dari one to one yaitu hasil dari uji coba dan menganalisis

angket. Setelah di analisis, jika terdapat perbaikan maka peneliti

35
melakukan perbaikan dari LKPD. Selanjutnya dilakukan pada kelompok

kecil disbut juga dengan small groub. Pengujian dalam tahap small groub

dilkukan dengan 6 siswa. Penelitian di lakukan dalam waktu yang

bersamaan. Peneliti memberikan petunjuk dalam penggunaan LKPD

langkahnya sama dengan uji coba one to one. Peneliti kemudian mencatat

hasil dari uji coba dan menganalisis angket. Jika masih terdapat kesalahan

dari small groub, peneliti merevisi kembali LKPD nya. Selanjutnya diuji

cobakan kelapangan lebih luas yaitu satu kelas. Uji coba ke kelas yang

lebih luas harus berbeda dengan kelas uji coba one to one dan small groub

Siswa menggunakan dan mengevaluasi produk dengan mengisi angket

respon siswa setelah menggunakan LKPD.

5. Evaluation ( Evaluasi )

Evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan

nilai terhadap program pembelajaran. Pada dasarnya, evaluasi telah

dilakukan sejak tahap development yaitu evaluasi tingkat validitas LKPD

oleh para ahli. Akan tetapi, evaluasi pada tahap ini lebih kepada evaluasi

untuk mengetahui tingkat kepraktikalitasan yang dikembangkan pada saat

implementasi di kelas.

Untuk lebih rincinya, prosedur pengembangan LKS berbasis Quantum

Teaching peneliti gambarkan pada Gambar 3.1 sebagai berikut:

36
Analysis
Analisis kinerja dan
kebutuhan

Design Desain awal LKS


berbasis model Prototipe i
Quantum Teaching i=1,2,..n

Development
Analisis Hasil Validasi Validasi

Y T Revisi
Valid

Prototipe i,
Implementation i ≥2
Uji Coba Kel. Kecil

Analisis

Y T
Prakti

Revisi Prototipe i,
i ≥2

Uji Coba Kel. Terbatas

Analisis

Y T
Revisi Prototipe i,
Prakti
i ≥2

Evaluation
Evaluasi Prototipe
Final

Gambar 3.1
Prosedur Pengembangan LKPD

37
E. Metode Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu

angket dan tes.

a. Angket

Angket yang digunakan adalah angket uji validitas yang diberikan

kepada validator dan angket uji kepraktikalitas yang diberikan kepada

siswa. Tujuan angket uji validitas untuk mengukur kevalidan LKPD

yang dikembangkan. Sedangkan angket uji praktikalitas bertujuan

untuk mengukur praktikalitas LKPD yang digunakan siswa. Angket

yang digunakan menggunakan format skala perhitungan rating scale.

Menurut Trianto Rating scale atau skala bertingkat adalah suatu

ukuran subjektif yang dibuat berskala.

b. Tes

Menurut Suharsimi tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan

serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

individu atau kelompok. Tes yang diberikan berupa posttest yaitu test

tertulis diakhir pembelajaran untuk mengukur kemampuan komunikasi

matematis siswa.

F. Uji Coba Produk

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan oleh ahli teknologi pendidikan dan ahli materi

pembelajaran matematika untuk melihat kualitas dari produk melalui

38
angket validitas. Validitas meliputi kesesuaian desain dan materi LKPD

dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian dan kesinambungan antar unsur

dalam LKPD.

2. Uji praktikalitas

Uji one to one yang dilakukan kepada 3 peserta didik yang mempunyai

kemampuan berbeda dan uji kelompok kecil dilakukan pada 6 orang siswa

untuk melihat kualitas LKPD dan mendapat pertimbangan perbaikan

berdasarkan pendapat siswa yang telah menggunakan LKPD. Setelah uji

coba one to one dan revisi, LKPD diuji cobakan kembali pada kelompok

kecil (small groub) dan revisi. selanjutnya diberikan di uji cobakan

terbatas atau kelompok yang lebih besar. Siswa diminta mengisi angket

untuk mengetahui respon siswa dan nilai kepraktisan terhadap LKPD yang

dikembangkan. Peneliti juga mencatat hasil obeservasi dari ke 3 uji coba

yaitu uji coba one to one, small groub, dan kelompok besar.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam evaluasi LKPD ini terdapat tiga

instrument yaitu instrument untuk validitas, instrumen untuk praktikalitas dan

instrument untuk tes. Ketigas instrumen tersebut selanjutnya divalidasi oleh

ahli sebagai berikut:

39
1. Angket

a. Angket Validasi Instrumen

Sebelum instrumen diberikan kepada responden, terlebih dulu

instrumen tersebut divalidasi oleh validator instrumen. Pada penelitian

ini digunakan tiga jenis angket yaitu:

1) Angket untuk memvalidasi angket uji validitas LKPD

2) Angket untuk memvalidasi angket uji praktikalitas

3) Angket untuk memvalidasi soal

b. Angket uji Validitas dan Uji Praktikalitas LKPD

1) Angket Uji Validitas LKPD

Angket yang digunakan adalah angket uji validitas yang

diberikan kepada validator. Angket disusun menurut skala

perhitungan rating scale. Dengan rating scale data mentah yang

diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian

kualitatif. Skala perhitungan rating scale yang digunakan dapat

dilihat pada tabel berikut:

TABEL III.2
SKALA ANGKET

Jawaban Item Instrumen Skor

Sangat Baik 5

Baik 4

Cukup Baik 3

Kurang Baik 2

Tidak Baik 1

40
a) Validasi Oleh Ahli Teknologi Pendidikan

Angket penilaian ahli teknologi pendidikan ini digunakan

untuk mengetahui apakah LKPD yang dikembangkan memiliki

kualitas teknis yang baik atau tidak. Menurut Ganjar angket

validasi yang ditujukan kepada ahli teknologi pendidikan

dengan indikator penilaian sebagai berikut:

TABEL III.3
INDIKATOR PENILAIAN AHLI TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
No Aspek Indikator
1 Teknis a. Penggunaan huruf
b. Desain LKPD
c. Penggunaan gambar
d. Tampilan LKPD

b) Validasi Oleh Ahli Materi Pembelajaran Matematika

Angket penilaian ahli materi pembelajaran matematika ini

digunakan untuk mengatahui apakah LKPD yang

dikembangkan sudah sesuai dengan materi serta konsep

pembelajaran atau tidak. Menurut Ganjar angket uji validasi

yang ditujukan kepada ahli materi pembelajaran dengan

indikator penilaian sebagai berikut:

41
TABEL III.4
INDIKATOR PENILAIAN AHLI MATERI
PEMBELAJARAN
No Aspek Indikator
Didaktik a. Materi mencakup pada kurikulum
yang berlaku, menunjang
pencapaian kompetensi dan sesuai
1 dengan indikator pembelajaran
b. Menekankan pada proses
menemukan konsep
c. Latihan soal dalam LKPD dapat
mengukut ketercapaian kompetensi
Konstruksi a. Bahasa yang digunakan dalam
LKPD
2 b. Struktur kalimat dalam LKPD
c. Penyajian materi
d. Kelengkapan kandungan LKPD
e. Tujuan belajar yang jelas
Model Quantum Sesuai dengan tahap-tahap Quantum
3 Teaching
Teaching

2) Angket Uji Praktikalitas

Angket ini digunakan untuk menilai praktikalitas yang

ditujukan kepada siswa, setelah siswa selesai melakukan

pembelajaran menggunakan LKPD yang dikembangkan. Dengan

rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian

ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Angket disusun menurut

skala perhitungan rating scale dengan skala perhitungan sebagai

berikut:

42
TABEL III.5
SKALA ANGKET
Jawaban Item Instrumen Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Cukup Setuju 3

Kurang Setuju 2

Tidak Setuju 1

Angket uji praktikalitas yang diberikan kepada siswa untuk

memberikan data kepraktisan produk dapat digunakan dan

dimanfaatkan oleh siswa dalam proses pembelajaran menggunakan

angket uji kepraktisan. Ganjanr mengatakan indikator yang akan

dinilai adalah sebagai berikut:

TABEL III.6
INDIKATOR PENILAIAN UJI PRAKTIKALITAS

No Indikator Penilaian Uji Praktikalitas

1 Tampilan LKPD berbasis Quantum Teaching menarik


minat siswa dalam penggunaannya
2 Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran matematika
dengan menggunakan LKPD yang dikembangkan.
3 LKPD berbasis Quantum Teaching bersifat lebih praktis
dan penggunaannya dapat disesuaikan dengan kecepatan
belajar siswa
4 Penggunaan LKPD berbasis Quantum Teaching
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
5 LKPD berbasis Quantum Teaching memfasilitasi peserta
didik untuk dapat menjelaskan materi dalam

43
menyelesaikan masalah.
6 LKPD berbasis Quantum Teaching memfasilitasi peserta
didik untuk berinteraksi dalam merefleksikan gambar
kedalam ide matematika pada proses pembelajaran
7 LKPD berbasis Quantum Teaching memfasilitasi peserta
didik untuk mengekspresikan konsep

2. Tes

Tes yang digunakan adalah tes tertulis yang diberikan kepada

siswa pada akhir pembelajaran. Tes tertulis bertujuan untuk mengetahui

tingkat koneksi matematis siswa. Hasil pekerjaan siswa tersebut masing-

masing diberi skor sesuai dengan pedoman atau rubrik kemampuan

koneksi.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif

kualitatif dan teknik analisis deskriptif kuantitatif yang mendeskripsikan hasil

uji validitas dan praktikalitas LKPD berbasis model Quantum Teaching.

1. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif merupakan suatu teknik pengolahan data

yang dilakukan dengan mengelompokkan informasi dari data kualitatif

yang berupa masukan, kritik, dan saran perbaikan yang terdapat pada

angket. Teknik analisis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengolah

data hasil review ahli teknologi pendidikan dan ahli materi pembelajaran

44
matematika berupa saran dan komentar mengenai perbaikan LKPD

matematika.

2. Analisis Deskriptif Kuantitatif

Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang

diperoleh dari angket dan tes tertulis.

a. Angket

Analisis data yang diperoleh dari angket dengan rating scale

diperoleh dengan cara menentukan skor yang diperoleh dengan

menjumlahkan skor dari masing-masing validator dan guru mata

pelajaran. Ada dua analisis dalam menentukan skor, yaitu:

1) Penentuan validitas dengan cara berikut:

Analisis hasil uji validitas LKPD matematika berbasis

Quantum Teaching dilakukan dengan cara berikut:

a) Memberikan skor jawaban dengan kriteria sebagai berikut:

SB = Sangat Baik (Skor 5)

B = Baik (Skor 4)

CB = Cukup Baik (Skor 3)

KB = Kurang Baik (Skor 2)

TB = Tidak Baik (Skor 1)

b) Menurut trianto pemberian nilai persentase dengan cara:

Jumlah skor yang diperoleh


Nilai validitas= ×100 %
Jumlah skor tertinggi

c) Memberikan penilaian validitas dengan kriteria sebagai berikut:

45
TABEL III.7
KRITERIA HASIL UJI VALIDITAS LKPD
No Persentase Keidealan (%) Kriteria
1 80≤Nilai ≤100 Sangat Praktis
2 60 ≤ Nilai ¿80 Praktis
3 40 ≤ Nilai ¿60 Cukup Praktis
4 20 ≤ Nilai ¿40 Kurang Praktis
5 0 ≤ Nilai ¿20 Tidak Praktis

2) Analisis uji kepraktikalitasan

Analisis hasil uji praktikalitas LKPD matematika berbasis


model Quantum Teaching dilakukan dengan menganalisis angket
respon siswa dengan cara, yaitu:

a) Memberikan skor jawaban dengan kriteria sebagai berikut:

SS = Sangat Setuju (Skor 5)

S = Setuju (Skor 4)

C = Cukup (Skor 3)

KS = Kurang Setuju (Skor 2)

TS = Tidak Setuju (Skor 1)

b) Menurut Trianto pemberian nilai persentase dengan cara:

skor rata−rata
Nilai kepraktikalitasan = ×100 %
skor maksimum

c) Menurut Riduwan memberikan penilaian praktikalitas dengan

kriteria sebagai berikut:

46
TABEL III.8
KRITERIA HASIL UJI PRAKTIKALITAS LKS
Persentase Keidealan
No Kriteria
(%)
1 80≤Nilai ≤100 Sangat Praktis
2 60 ≤ Nilai ¿80 Praktis
3 40 ≤ Nilai ¿60 Cukup Praktis
4 20 ≤ Nilai ¿40 Kurang Praktis
5 0 ≤ Nilai ¿20 Tidak Praktis

b. Tes

Keberhasilan LKS dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh

dari tes yang dilakukan. Hasil pekerjaan siswa pada tes tersebut

masing-masing diberi skor sesuai dengan pedoman kemampuan

komunikasi matematis. Menurut suharsimi arikunto skor yang

diperoleh oleh siswa diubah menjadi nilai menggunakan rumus berikut

ini:

skor yang diperoleh


Nilai= ×100 %
skor maksimum

Menurut Hartono dan Zubaedah Amir nilai siswa pada satu kelas

dirata-ratakan lalu dianalis secara deskriptif berdasarakan tabel

berikut:

47
TABEL 3.5
KRITERIA UMUM KUALIFIKASI KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS

No
. Interval Kriteria

1. 80 % ≤ Nilai ≤100 % Sangat Praktis

2. 60 % ≤ Nilai ≤ 80 % Sedang

3. 0 % ≤ Nilai ≤ 60 % Rendah

Lembar kerja yang dikembangkan dapat dikategorikan

memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis siswa jika tingkat

penguasaan berada pada kriteria sedang yaitu pada interval

60 % ≤ Nilai ≤ 80 %. Kemudian data tersebut diinterpretasikan dengan

teknik deskriptif, sehingga dapat dilihat sejauh mana kemampuan

komunikasi matematis siswa tersebut.

48
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid dan Chaerul Rochman. 2014. Pendekatan Ilmiah dalam


Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Rosdakarya

Aditya Lanjahi, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning


Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Sub Pokok
Bahasan Volume Prisma Tegak Dan Lima. (Gorontalo: Universitas Negeri
Gorontalo, 2015).

Ali Mahmudi. Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui


Pembelajaran Matematika. (SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika
2006)

Agus Supriyanto. 2014. Penguatan Kemampuan Komunikasi MAtematis sebagai


Landasan Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa dalam Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana Volume
I, Bandung: STKIP Siliwangi

Andi Prastowo. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.


Yogyakarta: Diva Press

----------------------. 2012 . Pengembangan Sumber Ajar. Yogyakarta: Pedagogja

Anna Dwi Maria Utomo, Pengembangan Bahan Pembelajaran Matematika


Berbasis Kontekstual Untuk Memfasilitasi Kemampuan Komunikasi
Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Lubuk Linggau T.P
2016/2017 (Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika).

Arief S. Sadiman, dkk. 2012. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan


Pemanfaatannya. Depok: Rajawali Pers

Bansu I. Anshari. 2006. Komunikasi Matematik, Strategi Berfikir dan Manajemen


Belajar. Banda Aceh: Penerbit PeNA.

Benny A Pribadi. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat

Bobbi Deporter,dkk. 2010. Quantum Teaching, terj. Ary Nilandari. Bandung:


Kaifa

49
Bobbi Deporter, Mark Reardon, Sarah Singer Nourie. Quantum Teaching
Orchestrating Student Succes, terjemahan Ary Nilandri. Allyn and Bacon,
(Boston, 2000)

Dedeh Tresnawati Choridah, Peran Pembelajaran Berbasis Masalah untuk


Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kreatif serta
Disposisi Matematis Siswa SMA (Jurnal Ilmiah Program Studi
Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.2, September 2013)

Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Sygma


Examedia Arkanleema.

Dwi Rachmayani, Penerapan Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk


Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian
Belajar Matematika Siswa (Jurnal Pendidikan UNSIKA Volume 2 Nomor
1, November 2014)

E. Mulyasa. 2014. Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:


Rosdakarya

Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan


Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah
Dasar (Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011)

Ganjar Prayogo. Pengembangan Modul Berbasis Realistic Mathematic Education


Dalam Memfasilitasi Pemahaman Konsep Siswa Sekolah Menengah
Pertama Tri Bhakti Pekanbaru. (Pekanbaru: UIN Suska Riau, 2015).

Hartono. 2008. PAIKEM Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan


Menyenangkan, Pekanbaru: Zanafa.

Hartono dan Zubaidah Amir, Pengaruh Pembelajaran Dengan Pendekatan Open-


Ended terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Mahasiswa Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan UIN SUSKA RIAU, (Pekanbaru: Lembaga
Penelitian dan Pengembangan UIN SUSKA RIAU, 2010),

Jemmi Andrian Matutina, Pengembangan Lembar Kerja Siswa Mata Pelajaran


Matematika Materi Bentuk Aljabar dengan Pendekatan Kontekstual untuk
Siswa SMP Kelas VII,(Yogyakarta: UNY, 2014)

Lusia Ari Sumirat, Efektifitas Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-


Write (TTW) Terhadap Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis
Siswa (Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No.2, 2014, artikel 3)

50
Nancy Angko dan Mustaji, Pengembangan Bahan Ajar dengan Model ADDIE
untuk Mata Pelajaran Matematika Kelas 5 SDS Mawar Sharon Surabaya,
(jurnal Kwangsan Vol.1-Nomor 1, Surabaya, 2013)

Noviarni. 2014. Perencanaan Pembelajaran Matematika dan Aplikasinya.


Pekanbaru: Benteng Media

Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, (Bandung, Alfabeta:


2007)

Suharsimi Arikunto. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Ed. Revisi, cet.11.


Jakarta: Bumi Aksara

-------------------------. 2006. Prosdur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta

Suryani nunuk & Agung Leo. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:
Ombak

Trianto. 2011. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi


Pendidikan & Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana.

51

Anda mungkin juga menyukai