Anda di halaman 1dari 13

DISIPLIN PERANGKAT MASIH RENDAH

Dosen Pengampu:
Hafidh Maksum,M.Pd

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
GHINA AFRA : 2111100032

Universitas Serambi mekkah


Fakultas keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Banda Aceh
2023
2

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat, kesehatan, serta
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “DISIPLIN
PERANGKAT MASIH RENDAH” ini tepat pada waktunya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang materi tersebut bagi para pembaca dan juga bagi penulis
sendiri.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing sehingga kami
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan materi makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, Juni 2023


Penulis
3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. 2
BAB I ................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
Latar Belakang ............................................................................................................................... 4
1.2. Ruang Lingkup Penulisan ......................................................................................................... 4
1.3. Tujuan Makalah ...................................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 5
2.1. Pengertian Kedisiplinan dan Disiplin ........................................................................................ 5
2.2. Aspek Indikator Kedisiplinan ................................................................................................... 6
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja ............................................................................... 7
2.4. Langkah-Langkah untuk Peningkatan Disiplin ........................................................................ 10
BAB III ............................................................................................................................................. 12
PENUTUP......................................................................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................................... 12
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam otonomi daerah diperlukan adanya sumber daya manusia yang handal sebagai
salah satu kunci pencapaian otonomi daerah yang baik dalam rangka pencapaian good
governance. Pada kenyataannya saat ini kualitas sumber daya manusia yang ada masih sangat
kurang yang dapat dilihat dari berbagai masalah yang ditemukan pada daerah-daerah baik
kabupaten atau kota di Indonesia salah satunya adalah pegawai yang kurang disiplin yang
berakibat kurang optimalnya kinerja pegawai dan berpengaruh pada integritas Aparatur Sipil
Negara. Beberapa permasalahan mengenai kedisiplinan Aparatur Sipil Negara banyak kita
temukan pada saat ini. Disiplin pegawai perlu untuk ditingkatkan dan dioptimalkan kembali
untuk dapat meningkatkan hasil atau kinerja dan dalam rangka pencapaian good governance.
Dalam konteks otonomi daerah, konsep pengukuran kinerja merupakan salah satu ukuran
kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangannya. Banyak hal
yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai yang baik salah satunya adalah disiplin pegawai.
Seorang pemimpin harus dapat memberi motivasi kepada pegawai yang dapat mengakibatkan
adanya dorongan kepada para pegawai untuk secara sadar melakukan pekerjaan yang
dihadapi sehingga dapat mempengaruhi disiplin pegawai untuk menaati kewajiban dan
menghindari larangan yang telah ditentukan dalam undang-undang atau peraturan kedinasan.

1.2. Ruang Lingkup Penulisan


1. Apa Pengertian Kedisiplinan dan disiplin kerja?
2. Aspek Indikator Kedisiplinan dan faktor yang mempengaruhi
3. Bagaimana Langkah-Langkah dalam Peningkatkan Disiplin Kerja?

1.3. Tujuan Makalah


Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah ilmu pengetahuan kita
dalam memahami tentang kedisiplinan dan mengetahui solusi untuk mengurangi pelanggaran
dalam disiplin kerja.
5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kedisiplinan dan Disiplin


Kerja Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan ketertiban.
Kedisiplinan adalah fungsi MSDM yang terpenting dan menjadi tolak ukur untuk
mengetahui apakah fungsi-fungsi MSDM lainnya secara keseluruhan telah dilaksanakan
dengan baik atau tidak. Kedisiplinan karyawan yang baik, mencerminkan bahwa fungsi-
fungsi MSDM lainnya telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Sebaliknya jika kedisiplinan karyawan kurang baik, berarti penerapan fungsi-fungsi
MSDM pada perusahaan kurang baik. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap
nilai-nilai yang dipercaya, termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi
tanggung jawab. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Disiplin adalah ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dsb). Jadi, bila disimpulkan secara umum, disiplin
merupakan bentuk ketaatan dan kepatuhan kepada sesuatu peraturan yang telah dibuat.
Disiplin menurut Mangkunegara dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia
“Disiplin adalah sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperoleh pedomanpedoman
organisasi” Disiplin kerja yaitu suatu sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban pada peraturan perusahaan atau
organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku. Bagi seorang Aparatur Sipil Negara
kedisiplinan harus menjadi acuan hidupnya. Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang
semakin tinggi membutuhkan aparatur yang bersih, berwibawa, dan berdisiplin tinggi dalam
menjalankan tugas. Sikap dan 4 perilaku seorang ASN dapat dijadikan panutan atau
keteladanan bagi ASN di lingkungannya dan masyarakat pada umumnya. Dalam
melaksanakan tugas seharihari mereka harus mampu mengendalikan diri sehingga irama dan
suasana kerja berjalan harmonis, Namun kenyataan yang berkembang sekarang justru jauh
dari kata sempurna. Masih ada ASN yang melakukan pelanggaran disiplin dengan berbagai
cara. Untuk mewujudkan Aparatur Negara yang demikian pemerintah melakukan berbagai
6

upaya untuk menegakkan disiplin kerja di kalangan Aparatur Sipil Negara. Hal ini dapat
dibuktikan dengan lahirnya peraturan pemerintah no. 30 tahun 1980 tentang peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang isinya antara lain:
1. Hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang Aparatur Sipil Negara (kewajiban).
2. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara (larangan).
3. Hukuman yang dapat dijatuhkan kepada Aparatur Sipil Negara yang tidak memenuhi
kewajiban (hukuman disiplin).
4. Tata cara pemeriksaan penjatuhan dan penyampaian keputusan hukuman disiplin.
5 Badan pertimbangan kepegawaian.
Pada era sekarang ini, waktu menjadi komoditas yang berharga, karena itu perilaku
disiplin didalamnya adalah disiplin kerja. Sangat diperlukan bagi setiap individu. Namun
pada kenyataannya tidak semua pegawai instansi pemerintah memiliki etos kerja yang baik
bagi instansi pemerintah, hal ini salah satunya terjadi karena disiplin kerja mereka berbeda-
beda. Pemerintah Indonesia juga menyadari bahwa masalah kepegawaian adalah merupakan
masalah yang luas dan banyak seginya. Dari berbagai pengertian disiplin diatas dapat
disimpulkan bahwa disiplin mendorong produktivitas atau disiplin merupakan sarana penting
utnuk mencapai produktivitas. Proses menuju kearah tersebut berkaitan erat dengan
pengembangan Sumber Daya Manusia, yakni: Proses Transformasi potensi manusia kekuatan
efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam mewujudkan hak dan kewajiban berarti adanya
kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap kesepakatan bersama dan adanya pengendalian
diri (self control) yang merupakan hakikat dari disiplin. Keputusan dalam memenuhi berbagai
ketentuan tersebut merupakan pemupukan disiplin dan 5 kesadaran masing-masing akan hak
dan kewajiban akan mendorong berkembangnya produktivitas.

2.2. Aspek Indikator Kedisiplinan


Menurut Robinns (2005) terdapat tiga aspek disiplin kerja, yaitu:
1. Disiplin waktu
Disiplin waktu di sini diartikan sebagai sikap atau tingkah laku yang menunjukkan
ketaatan terhadap jam kerja yang meliputi: kehadiran dan kepatuhan karyawan pada jam
kerja, karyawan melaksanakan tugas dengan tepat waktu dan benar.
2. Disiplin peraturan
Peraturan maupun tata tertib yang tertulis dan tidak tertulis dibuat agar tujuan suatu
organisasi dapat dicapai dengan baik. Untuk itu dibutuhkan sikap setia dari karyawan
terhadap komitmen yang telah ditetapkan tersebut. Kesetiaan di sini berarti taat dan patuh
dalam melaksanakan perintah dari atasan dan peraturan, tata tertib yang telah ditetapkan.
7

Serta ketaatan karyawan dalam menggunakan kelengkapan pakaian seragam yang telah
ditentukan organisasi atau perusahaan.
3. Disiplin tanggung jawab
Salah satu wujud tanggung jawab karyawan adalah penggunaan dan pemeliharaan
peralatan yang sebaik-baiknya sehingga dapat menunjang kegiatan kantor berjalan dengan
lancar.Serta adanya kesanggupan dalam menghadapi pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya sebagai seorang karyawan.
Sedangkan menurut Sutrisno (2009), terdapat empat indikator disiplin kerja, yaitu:
1. Taat terhadap aturan waktu. Dilihat dari jam masuk kerja, jam pulang, dan jam istirahat
yang tepat waktu sesuai dengan aturan yang berlaku di perusahaan.
2. Taat terhadap peraturan perusahaan. Peraturan dasar tentang cara berpakaian, dan
bertingkah laku dalam pekerjaan.
3. Disiplin tanggung jawab Salah satu wujud tanggung jawab karyawan adalah penggunaan
dan pemeliharaan peralatan yang sebaik-baiknya sehingga dapat menunjang kegiatan kantor
berjalan dengan lancar. Serta adanya kesanggupan dalam menghadapi pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan.
Sedangkan menurut Sutrisno (2009), terdapat empat indikator disiplin kerja, yaitu:
1. Taat terhadap aturan waktu. Dilihat dari jam masuk kerja, jam pulang, dan jam istirahat
yang tepat waktu sesuai dengan aturan yang berlaku di perusahaan
2. Taat terhadap peraturan perusahaan. Peraturan dasar tentang cara berpakaian, dan
bertingkah laku dalam pekerjaan.
3. Taat terhadap aturan perilaku dalam pekerjaan. Ditunjukkan dengan caracara melakukan
pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan jabatan, tugas, dan tanggung jawab serta cara
berhubungan dengan unit kerja lain.
4. Taat terhadap peraturan lainnya di perusahaan. Aturan tentang apa yang boleh dan apa
yang tidak boleh dilakukan oleh para pegawai dalam perusahaan.

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja


Menurut Hasibuan (2002), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
disiplin kerja, yaitu sebagai berikut: Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi
tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantarnya:
1) Tujuan dan kemampuan Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan
karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup
menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang
dibebankan pada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar
8

dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya. Akan tetapi, jika
pekerjaan itu di luar kemampuannya atau jauh di bawah kemampuannya maka kesungguhan
dan kedisiplinan karyawan rendah. Misalnya pekerjaan untuk sarjana ditugaskan bagi
karyawan yang berpendidikan SMU. Jelas karyawan bersangkutan kurang berdisiplin dalam
melaksanakan pekerjaan itu. Di sinilah letak pentingnya atas the right man in teh place and
the right man in the right job.
2) Teladan pimpinan
Teladan Pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena
pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh bawahannya. Pimpinan harus memberikan
contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan
teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahanpun akan baik. Jika teladan pimpinan
kurang baik, (kurang berdisiplin), para bawahanpun akan kurang disiplin. Pimpinan jangan
mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik jika dia sendiri kurang disiplin. Pimpinan
harus menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan diteladani bawahannya.
Hal inilah yang mengharuskan pimpinan mempunyai kedisiplinan yang baik agar
bawahanpun mempunyai disiplin yang baik pula. Pepatah lama mengatakan kalau guru
kencing berdiri, murid kencing berlari.
3) Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena
balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap
perusahaan/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan,
kedisiplinan mereka akan semakin baik pula. Untuk mewujudkan kedisiplinan karyawan
yang baik, perusahaan harus memberikan balas jasa yang relatif besar. Kedisiplinan
karyawan tidak mungkin baik apabila balas jasa mereka terima kurang memuaskan
memenuhi kebutuhan hidupnya beserta keluarganya. Jadi, Balas jasa berperan penting untuk
menciptakan kedisiplinan karyawan. Artinya semakin besar balas jasa maka semakin baik
kedisiplinan karyawan. . Sebaliknya apabila balas jasa kecil kedisiplinan karyawan menjadi
rendah. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak
terpenuhi dengan baik.
4) Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat
manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia
lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa
(penguatan) atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik.
9

Manajer cakap dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya.
Dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan
harus diterapkan dengan baik pada setiap perusahaan supaya kedisiplinan karyawan
perusahaan baik pula.
5) Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam
mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif
dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya.
Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan
memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
pekerjaannya. Wasket efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Karyawan
merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari
atasannya. Dengan waskat, atasan secara langsung dapat mengetahui kemampuan dan
kedisiplinan setiap individu bawahannya. sehingga konduite setiap bawahan dinilai objektif.
Waskat bukan hanya mengawasi moral kerja dan kedisiplinan karyawan saja, tetap juga
harus berusaha mencari sistem kerja yang lebih efektif untuk mewujudkan tujuan organisasi,
karyawan, dan masyarakat. Dengan sistem yang baik akan tercipta internal kontrol yang
dapat mengurangi kesalahan-kesalahan dan mendukung kedisiplinan serta moral kerja
karyawan. Jadi,waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan dengan bawahan
dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Waskat adalah tindakan
nyata dan efektif untuk mencegah/mengatahui kesalahan, membetulkan kesalahan,
memelihara, kedisiplinan,meningkatkan prestasi kerja, mengaktifkan peranan atasan dan
bawahan, menggali sistemsistem kerja yang paling efektif, serta menciptakan sistem internal
kontrol yang terbaik dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat.
6) Sanksi hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan
sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut 9 melanggar peraturan-
peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.
Berat/ringannya sanksi hukuman yang akan ditetapkan ikut memepengaruhi baik/buruknya
kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis,
masuk akal, dan diinformasikan secara jelas kepada semua karyawan. Sanksi hukuman
seharusnya tidak terlalu ringan atau terlalu berat supaya hukuman itu tetap mendidik
karyawan untuk mengubah perilakunya. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk
10

setiap tingkatan yang indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi untuk
memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.
7) Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan
karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap
karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan
yang berani bertindak tegas menetapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner akan
disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahan. Dengan demikian, pimpinan akan
dapat memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan. Sebaliknya apabila soorang pimpinan
kurang tegas atau tidak menghukum karyawan yang indisipliner, sulit baginya untuk
memelihara kedisiplinan bawahannya, bahkan sikap indisipliner karyawan semakin banyak
karena mereka beranggapan bahwa peraturan dan sanksi hukumannya tidak berlaku lagi.
Pimpinan yang tidak tegas menindak atau menghukum karyawan yang melanggar peraturan,
sebaiknya tidak usah membuat peraturan atau tata tertib pada perusahaan tersebut.
8) Hubungan Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan
kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubunganhubungan baik bersifat vertikal
maupun horizontal yang terdiri dari direct single relationship. direct group relationship, dan
Cross relationship hendaknya harmonis. 10 Manajer harus berusaha menciptakan suasana
hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupul horizontal diantara
semua karyawannya. Terciptanya human relationship yang serasi akan mewujudkan
lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini karena motivasi kedisiplinan yang baik
pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan
dalam organisasi tersebut baik.

2.4. Langkah-Langkah untuk Peningkatan Disiplin


Kerja Salah satu tugas yang paling sulit bagi seorang atasan adalah bagaimana
menegakkan disiplin kerja secara tepat. Jika karyawan melanggar aturan tata tertib, seperti
terlalu sering terlambat atau membolos kerja, berkelahi, tidak jujur 13 atau bertingkah laku
lain yang dapat merusak kelancaran kerja suatu bagian, atasan harus turun tangan.
Kesalahan semacam itu harus dihukum dan atasan harus mengusahakan agar tingkah
laku seperti itu tidak terulang. Ada beberapa cara menegakkan disiplin kerja dalam suatu
perusahaan:
a. Disiplin Harus Ditegakkan SeketikaHukuman harus dijatuhkan sesegera mungkin setelah
terjadi pelanggaran Jangan sampai terlambat, karena jika terlambat akan kurang efektif.
11

b. Disiplin Harus Didahului Peringatan Dini Dengan peringatan dini dimaksudkan bahwa
semua karyawan harus benar-benar tahu secara pasti tindakan-tindakan mana yang
dibenarkan dan mana yang tidak.
c. Disiplin Harus Konsisten Konsisten artinya seluruh karyawan yang melakukan
pelanggaran akan diganjar hukuman yang sama. Jangan sampai terjadi pengecualian,
mungkin karena alasan masa kerja telah lama, punya keterampilan yang tinggi atau karena
mempunyai hubungan dengan atasan itu sendiri.
d. Disiplin Harus Impersonal Seorang atasan sebaiknya jangan menegakkan disiplin dengan
perasaan marah atau emosi. Jika ada perasaan semacam ini ada baiknya atasan menunggu
beberapa menit agar rasa marah dan emosinya reda sebelum mendisiplinkan karyawan
tersebut. Pada akhir pembicaraan sebaiknya diberikan suatu pengarahan yang positif guna
memperkuat jalinan hubungan antara karyawan dan atasan.
e. Disiplin Harus Setimpal Hukuman itu setimpal artinya bahwa hukuman itu layak dan
sesuai dengan tindak pelanggaran yang dilakukan. Tidak terlalu ringan dan juga tidak terlalu
berat. Jika hukuman terlalu ringan, hukuman itu akan dianggap sepele oleh pelaku
pelanggaran dan jika terlalu berat mungkin akan menimbulkan kegelisahan dan menurunkan
prestasi.
Solusi untuk peningkatan displin kerja:
1. Disiplin pegawai perlu dioptimalkan kembali dengan cara perlu adanya ketegasan aturan
dalam organisasi yang mempengaruhi kedisiplinan para pegawainya misalnya pada aturan
jam kerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan dan keseriusan dalam menyelesaikan
pekerjaan.
2. Memahami dan mengimplementasikan Peraturan Perundang-Undangan bidang
kepegawaian, khususnya berkaitan dengan disiplin PNS yakni Peraturan Pemerintah Nomor
53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.
3. Terus melakukan pembinaan dan bimbingan kepada pegawai secara periodik, sehingga
terhindar dari pelanggaran disiplin.
4. Sekecil apapun permasalahan yang menyangkut pelanggaran disiplin seorang ASN, segera
tindak, tangani dan selesaikan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan.
5. Beri Hukuman langsung dengan efek jera seperti skorsing, mutasi, sampai pemecatan.
12

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Disiplin menunjuk kan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan
terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Dengan demikian, bila peraturan atau ketetapan
yang ada dalam perusahaan itu diabaikan atau sering dilanggar, maka karyawan mempunyai
disiplin kerja yang buruk.
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggungjawab seseorang terhadap tugas-
tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan
terwujudnya tujuan perusahaan. Melalui disiplin akan mencerminkan kekuatan, karena
biasanya seseorang yang berhasil dalam karyanya adalah mereka yang memilki disiplin
tinggi. Guna mewujudkan tujuan perusahaan, yang pertama harus segera dibangun dan
ditegakkan diperusahaan tersebut adalah kedisiplinan karyawannya. Jadi, kedisiplinan
merupakan kunci keberhasilan suatu perusahan dalam mencapai tujuan.
13

Anda mungkin juga menyukai