Anda di halaman 1dari 2

Menjadi Usahawan Muda, Langkah Besar Memajukan Bangsa

Oleh: Muhammad Ubaidillah

Setiap manusia membutuhkan pekerjaan untuk melanjutkan aktivitas


hidupnya. Sayangnya hal tersebut tidak selaras dengan jumlah lapangan pekerjaan
yang tersedia. Minimnya jumlah lapangan kerja masih menjadi persoalan rumit
yang belum dituntaskan secara menyeluruh di negara Indonesia. Akhirnya hal
tersebut berdampak terhadap pola pikir masyarakat yang pada akhirnya lebih
mendukung sang anak untuk memilih bekerja sebagai buruh, pegawai, ataupun
karyawan. Data persentase pekerjaan warga Indonesia menunjukkan bahwa warga
negara yang berprofesi sebagai pegawai sempat mencapai 23,97%, sedangkan 2,8
juta pengangguran di Indonesia mengalami “hopeless of job”. Bukankah menjadi
realita tragis jika hal tersebut berlanjut dan tidak menemukan solusi.
Belajar dari ungkapan “Beri aku sepuluh pemuda niscaya akan ku
guncangkan dunia” seperti yang diucapkan oleh Ir. Soekarno. Ungkapan tersebut
secara tegas memberikan pesan kepada pemuda sebagai generasi penerus bangsa
bahwa sudah saatnya pemuda saat ini menyadari akan betapa penting nya
pengaruh mereka dalam menanggulangi masalah yang tak kunjung usai. Masalah
pengangguran yang tiada habisnya.
Generasi “mental health” sebagai julukan dari generasi Gen Z rupanya
menjadi alasan mengapa mereka sulit keluar dari zona nyaman untuk mencari
potensi diri. Jika dibandingkan dengan negara maju lainnya, miris melihat
perbandingan yang sangat jauh. Negara maju telah fokus untuk memperluas
lapangan pekerjaan daripada melamar di berbagai instansi. Seperti halnya
Amerika yang mencapai 42,88% wirausahawan, Jerman 41,05% dari seluruh
warganya. Bagaimana dengan kita? Faktanya Indonesia hanya 3,47% jiwa yang
lebih memilih menjadi wirausahawan. Hal ini menjadi bukti bahwa pemuda
Indonesia kurang memiliki kesempatan untuk membaca peluang dalam
meningkatkan lapangan pekerjaan. Masalah ini menjadi klasik dan tidak juga
terkubur hingga saat ini.
Indonesia didominasi oleh kaum buruh. Seharusnya hal tersebut menjadi
peluang dan kesempatan untuk membuka lapangan pekerjaan. Kaum buruh mau
bekerja untuk orang lain, maka seharusnya ia juga mau untuk mengembangkan
dirinya sendiri dalam memperbaiki kehidupan yang lebih baik.
Kurikulum baru yang dikeluarkan oleh bapak Kemendikbudristek Nadiem

Makarim, yaitu kurikulum merdeka belajar dengan tujuan membentuk SDM yang
berkualitas unggul dan berdaya saing tinggi berusaha menyiapkan bangsa untuk
menghadapi tantangan global era revolusi 4.0. Salah satu sasarannya menguatkan
pendidikan karakter melalui Profil Pelajar Pancasila. Harapannya agar dapat
memperbaiki karakter pemuda saat ini dan membebaskan mereka untuk mencari
potensi diri yang dimiliki. Bersekolah adalah sebuah proses untuk pencapaian
hidup yang lebih baik melalui pendidikan. Sejatinya melalui kesiapan diri sejak
dini untuk menjadi seorang usahawan muda adalah langkah meningkatkan
kemajuan bangsa. Segala sesuatunya kembali pada tekad untuk membawa
perubahan bahwa seorang pemuda sudah saatnya bergerak untuk menuangkan ide
cemerlangnya dalam membuka usaha sejak dini.

Anda mungkin juga menyukai