Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK HASIL

BELAJAR DARI PESERTA DIDIK TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK


(TITL) KELAS XI DI SMK NEGERI 5 MEDAN

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Jurusan Pendidikan Teknik Elektro

OLEH
ARNOLD INDRA DARMAWAN SILITONGA
5193331012

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan bangsa

dan negara di masa depan, sehingga kualitas pendidikan dapat menentukan kualitas suatu

Bangsa dan Negara. Tugas dunia pendidikan adalah melahirkan Sumber Daya Manusia

(SDM) yang berkualitas dan responsif terhadap berbagai kemajuan. Begitu juga halnya

dengan tugas guru selain membantu siswa memahami konsepkonsep materi pelajaran yang

diberikan dan mengaplikasikan konsep-konsep tersebut, Guru juga harus mampu

menumbuhkan minat siswa terhadap pelajaran yang diberikan dan mengajak siswa melihat

keterkaitan bidang yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir

semua aspek kehidupan manusia yang membawa kita kedalam era persaingan global yang

semakin ketat. Agar kita mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa

kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh

karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak yang harus

dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu lembaga pendidikan nasional

yang memiliki peran yang sangat penting dalam mencerdaskan dan meningkatkan SDM

yang memiliki kemampuan dalam bidang keteknikan. Berdasarkan Kurikulum 2013 SMK

bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan 2 pengetahuan dengan kepribadian akhlak mulia,

serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan

kejuruannya. Salah satu bidang yang dikelola dalam kurikulum SMK adalah listrik dan

elektronika.
Mutu lulusan SMK secara umum tergantung pada kualitas keterampilan yang

dimilikinya. Salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa bidang keahlian TITL

yang sangat mendukung bagi kesiapan siswa untuk mencapai kompetensi keterampilan

dalam dunia usaha adalah Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL).

SMK Negeri 5 Medan merupakan lembaga pendidikan yang mengajarkan bidang ilmu

kelistrikan, salah satunya adalah jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal Mei 2023 yakni di SMK

Negeri 5 Medan kelas XI TITL peneliti melakukan observasi kegiatan pembelajaran, dari

hasil Hasil wawancara langsung dengan guru yang mengajar mata pelajaran Instalasi

Penerangan Listrikmengetahui keadaan siswa dan keadaan kelas kegiatan pembelajaran

masih didominasi oleh guru (Ekspositori). yaitu masih menggunakan metode pembelajaran

masih ceramah dan siswa hanya mendengarkan, menyelesaikan latihan soal yang diberikan

guru, kemudian dibahas dan begitu seterusnya sampai jam pelajaran selesai. Hal ini

menyebabkan siswa kurang diberikan akses untuk belajar dan berkembang secara mandiri,

karena lebih diarahkan kepada kemampuaan siswa untuk menghafal pelajaran tanpa dituntut

untuk memahami pelajaran tersebut. Hal ini menyebabkan siswa menjadi lebih pasif dalam

kelas selama proses pembelajaran, serta hasil belajar siswa kelas XI TITL dengan mata

pelarajan Instalasi Motor Listrik (IML) ini kurang memuaskan dengan nilai rata-rata

dibawah nilai standar KKM yang telah di tentukan oleh pihak sekolah adalah Tujuh Puluh

Lima (75). Didalam pembelajaran Instalasi Motor Listrik masih banyak siswa yang belum

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) terbukti dengan nilai rata-rata kelas yang

hanya mencapai 65 sampai 70, yang dapat dilihat dari ketuntasan individ berdasarkan KKM,

diperoleh siswa dari 30 siswa hanya 13 siswa yang mendapat nilai baik atau diatas KKM,

sedangkan 17 orang siswa belum dapat mencapai KKM.


Lemahnya siswa dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin, namun relatif baik dalam

menyelesaikan soal-soal tentang fakta dan prosedur membuktikan bahwa terhadap masalah

mata pelajaran Teknik Instalasi Listrik (IML) yang menuntut kemampuan penalaran dan

berpikir tingkat tinggi, hasil belajar siswa Indonesia jauh di bawah rata-rata internasional

sebagaimana laporan TIMSS (2007) dan PISA (2009); sehingga pemerintah mereformasi

pendidikan seperti yang tertuang dalam Kurikulum Merdeka Belajar.

Demikian pula strategi Penerapan Model pembelajaran Solving Learning yang akan

digunakan harus diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah

dirancang dalam dokumen kurikulum agar setiap individu mampu meningkatkan hasil

belajar Perserta didik dan menjadi pelajar mandiri sepanjang hayat dan yang pada gilirannya

mereka menjadi komponen penting untuk mewujudkan masyarakat belajar. Model

pembelajaran yang tepat sangat diharapkan untuk keefektifan pembelajaran. Model

pembelajaran Creative Problem Solving Learning memungkinkan siswa untuk aktif dalam

pemecahan permasalahan di pembelajaran teknik instalasi tenaga listrik, mengembangkan

pengetahuan, sikap, keterampilan kooperatif dan kemampuan berpikir kreatif. Selain itu

juga memungkinkan terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif bagi siswa dalam

belajar, bekerjasama dengan teman, berinteraksi dengan guru sehingga pembelajaran dapat

berlangsung secara efektif. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam

menunjang kemajuan bangsa dan negara di masa depan, sehingga kualitas pendidikan dapat

menentukan kualitas suatu Bangsa dan Negara. Tugas dunia pendidikan adalah melahirkan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan responsif terhadap berbagai kemajuan.

Begitu juga halnya dengan tugas guru selain membantu siswa memahami konsep-konsep

materi pelajaran yang diberikan dan mengaplikasikan konsep-konsep tersebut, Guru juga

harus mampu menumbuhkan minat siswa terhadap pelajaran yang diberikan dan mengajak

siswa melihat keterkaitan bidang yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.


1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah adalah sebagai

berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik siswa.

2. Model pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

3. Kurang minat siswa terhadap mata pelajaran.

4. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center learning).

5. Kualitas dan daya lulus mata pelaran masih rendah.

6. Kurangnya motivasi guru kepada siswa.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini

dibatasi pada pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving Learning terhadap

hasil belajar siswa pada kompetensi dasar memahami Instalasi Motor Listrik (IML) sesuai

dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik pada siswa kelas XI jurusan Teknik Instalasi

Tenaga Listrik (TITL) di SMK N 5 Medan TP 2023/2024.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI TITL pada kompetensi dasar memahami

Instalasi Motor Listrik sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) yang

menggunakan model pembelajaran Ekspositori di SMK N 5 Medan?

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas XI TITL pada kompetensi dasar memahami

Instalasi Motor Listrik sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) yang
menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving Learning Pada SMK N 5

Medan?

3. Apakah hasil belajar siswa kelas XI TITL pada kompetensi dasar memahami

Instalasi Motor Listrik sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi listrik (PUIL)

menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving Learning lebih tinggi dari

hasil belajar model pembelajaran Ekspositori?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas XI TITL pada kompetensi dasar

memahami Instalasi Motor Listrik sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik

(PUIL) yang menggunakan model pembelajaran Ekspositori di SMK N 5 Medan.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas XI TITL pada kompetensi dasar

memahami Instalasi Motor Listrik sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik

(PUIL) yang menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving Learning

di SMK N 5 Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh Creative Problem Solving Learning dengan melihat

perbedaan hasil belajar siswa kelas XI TITL pada kompetensi dasar memahami

Instalasi Motor Listrik sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) yang

menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving Learning.


1.6 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam dunia

pendidikan diantaranya adalah:

1. Manfaat Teoritis

Untuk mengetahui pengaruh model kooperatif tipe Creative Problem Solving

Learning sebagai model pembelajaran yang dapat mempermudah siswa dalam

mempelajari materi pelajaran dengan meningkatkan keaktifan siswa dalam mencapai

KKM yang telah ditentukan.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan yang lebih efektif kepada pihak sekolah mengenai model

pembelajaran yang lebih efektif untuk digunakan dikelas atau disekolah.

b. Memberikan wawasan baru bagi guru tentang penerapan dari model pembelajaran

kooperatif tipe Creative Problem Solving Learning dalam proses belajar mengajar

terkhusus pada jurusan TITL.

c. Memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam mempelajari Instalasi Motor

Listrik.

d. Hasil dijadikan acuan bagi rekan peneliti lainnya dalam melakukan penelitian

selanjutnya yang menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving

Learning dalam proses belajar mengajar yang lebih efektif.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teoritis

2.1.1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

2.1.1.1 Hakikat Belajar

Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan berlangsung secara

terus – menerus selama manusia tersebut masih hidup. Belajar merupakan suatu

proses yang akan terus berjalan dan harapannya proses ini membawa menuju suatu

hal yang positive yang berguna bagi kehidupan manusia.

Manusia memiliki kemampuan untuk

selalu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Kemampuan manusia semakin

bertambah dengan banyaknya pengalaman yang didapat. Belajar merupakan proses di

mana manusia mencari pengalaman untuk terus bertahan hidup. Menurut Burton

(1984) dalam Siregar (2014: 4), “belajar adalah proses perubahan tingkah laku

pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya

sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”. Gagne dan

Berliner (1983: 252) dalam Rifa’i (2011: 82) menyatakan bahwa belajar merupakan

proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya sebagai hasil dari

pengalaman.

Menurut Slameto (2010) belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Perubahan tingkah laku itu dicirikan sebagai (1) perubahan secara sadar, (2)

perubahan dalam belajar bersifat kontiniu dan fungsional, (3) perubahan dalam belajar
bersifat positif dan aktif, (4) perubahan belajar bukan bersifat sementara, (5)

perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, (6) perubahan mencakup seluruh

aspek tingkah laku.

Menurut Fontana (1981) dalam Winataputra

(2007: 1.8) berpendapat bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan yang

relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Seperti

Fontana, Gagne (1985) dalam Winataputra (2007: 1.8) juga menyatakan bahwa

“belajar

adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal

dari proses pertumbuhan”.

Slameto(2010: 2)

menyampaikan bahwa belajar ialahsuatuproses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Definisi tersebut menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses, artinya

belajar tidak dilakukan secara singkat melainkan terus menerus (continu). Belajar

adalah usaha, yang

dilakukan oleh individu untuk menjadi lebih baik, dan merupakan hasil dari

perilaku sebelumnya yang berupa pengalaman.

SementaraSurya (1997) dalam Rusman

(2015: 13),menjelasakan bahwabelajar sebagai

suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan prilaku

secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman pribadi itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Suraya


menjelaskan bahwa belajar adalah proses, artinya bahwa belajar adalah hasil

dari sebuah tindakan yang dilakukan atau tidak tiba-tiba berubah. Lebih lanjut

belajar itu merupakan suatu tindakan yang disengaja. Tindakan yang disengaja

itu adalah untuk mencapai perubahan yang bertujuan.Rusman (2015: 12)

berpendapat bahwa belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan

berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Pendapat

tersebut menempatkan belajar sebagai faktor dalam pembentukan karakter dan

perilaku. Pembentukan pribadi dan prilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh

kegiatan belajarnya, misal dia tidak dapat belajar dengan baik, maka akan

menghasilkan pembentukan pribadi dan prilaku tidak baik begitupun sebaliknya.

Dari sejumlah pengertian belajar yang telah diuruaikan, ada kata yang sangat

penting untuk dibahas pada bagian ini, yaitu kata “perubahan” atau change. Change

adalah sebuah kata dalam Bahasa inggris, yang bila diterjemahkan kedalam Bahasa

Indonesia berarti “perubahan”. Ketika kata “perubahan” dibicarakan dan

dipermasalahkan, maka pembicaraan sudah menyangkut permasalahan mendasar dari

masalah belajar. Adapun informasi kata dan kalimat yang dirangkai oleh para ahli

untuk memberikan pengertian belajar, maka intinya tidak lain adalah masalah

“perubahan” yang terjadi dalam diri individu yang belajar. Perubahan yang dimaksud

tentu saja perubahan yang sesuai dengan perubahan yang dikehendaki oleh pengertian

belajar.

Salah satu sasaran dalam pembelajaran adalah membangun gagasan

saintifikasi setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa dan informasi dari

sekitarnya. Pada dasarnya, semua siswa memiliki gagasan atau pengetahuan awal

yang sudah terbangun, dari pengetahuan awal yang ada siswa berinteraksi dengan

lingkungannya untuk bisa mengkontruksi pengetahuan yang sudah diketahui dengan


pengetahuan yang ada dilingkungannya sehingga terjadi keseimbangan dan siswa

dapat memaknai hal tersebut. Artinya, pembelajaran telah terjadi ketika seseorang

individu berperilaku, bereaksi dan meresponi sebagai hasil dari pengalaman dengan

suatu cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya.

Belajar merupakan cakupan yang sangat luas. Berbicara mengenai belajar

tidak hanya duduk di dalam kelas tetapi dalam semua aspek kehidupan dimanapun

dan kapanpun individu itu berada adalah belajar. Dalam belajar pasti ada sebuah

proses yang dinamakan pembelajaran. Pembelajaran berupaya mengubah mindset

seorang individu menjadi lebih baik dan terintegritas, dari hal yang tidak menjadi

tahu, dari yang belum terdidik. Belajar mungkin saja bisa terjadi tanpa pembelajaran

namun hasil belajar akan tampak dari suatu aktivitas pembelajaran.

Oleh karena itu, seseorang yang melakukan aktifitas belajar diakhiri dari

aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalm dirinya dengan pemilikan

pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Tetapi perlu diingat,

bahwa perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan bersentuhan dengan

aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa

hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil

belajar.

2.1.1.2 Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses

pembelajaran berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik

pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik

dari sebelumnya.
Hasil belajar merupakan penilaian dari proses belajar mengajar yang

dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat

keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar juga dapat diartikan hasil dari proses

kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui apakah suatu program pembelajaran

yang dilaksanakan telah berhasil atau tidak, yang didapat dari jerih payah siswa itu

sendiri sesuai kemampuan yang ia miliki. Jadi dapat diartikan bahwa hasil belajar

merupakan usaha sadar yang dicapai oleh siswa dengan pembuktian untuk

mendapatkan umpan balik tentang daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang

ditandai dengan peningkatan atau penurunan hasil belajar dalam pembelajaran.

Siswa atau peserta didik tidaklah memiliki latar belakang dan kehidupan sosial

yang sama. Ada yang senang bergaul namun ada juga yang pendiam. Ada yang

berasal dari keluarga kaya namun banyak juga dari keluarga yang kurang mampu.

Perhatian yang diberikan orang tua dan keluarga terhadap proses belajar anak sedikit

banyak akan mempengaruhi hasil belajar anak, baik itu secara langsung maupun

tidak.

Namun perlu diingat bahwa hasil belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh

perhatian dari keluarga saja, akan tetapi banyak faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar siswa. Beberapa ahli telah mengemukakan pendapatnya tentang hal ini.

Faktor yang mempengaruhi belajar maupun hasil belajar yang dicapai seorang

individu yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang

mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor intern) maupun dari luar diri (faktor

ekstern).

Menurut Noeh Nasution, (Syaeful Bahri Djamarah, 2002: 143) menyatakan bahwa

faktor intern dan faktor ekstern dapat dijelaskan sebagai berikut.


1. Faktor Intern, meliputi: faktor fisiologi (kondisi fisiologi dan kondisi panca indera)

dan faktor psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif).

2. Faktor Ekstern, meliputi: faktor lingkungan (lingkungan alami dan lingkungan sosial

budaya), dan faktor instrumental (kurikulum, program, sarana, fasilitas, dan guru).

Menurut Slameto (2010: 54) dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Faktor-faktor intern; faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh), faktor

psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), dan

faktor kelelahan.

2. Faktor-faktor ekstern; faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar

belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah standar pelajaran diatas

ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah), dan faktor masyarakat

(kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

Menurut Jihad & Haris (2013) hasil belajar adalah pencapaian bentuk

perubahan perilaku yang cenderung menetap dari arah kognitif, afektif, dan

psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Purwanto

(2011) berpendapat bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat

belajar, yang mana perubahan perilaku disebabkan karena ia mencapai penguasaan

atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu

didasarkan atas tujuan pengajaran yang lebih diterapkan berupa perubahan dalam

aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.


2.1.2. Hakikat Pembelajaran Instalasi Motor Listrik (IML)

Mata Pelajaran Instalasi Motor Listrik (IML) merupakan mata pelajaran

wajib pada program keahlian Teknik Ketenagalistrikan, paket keahlian Teknik

Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik. Pada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

hingga kurikulum 2013, mata pelajaran IML dibagi menjadi dua bagian yaitu

kontrol non programmable logic control untuk kelas XI dan kontrol dengan

programmable logic control untuk kelas XII. Berikut ini akan dijabarkan

kompetensi inti dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran instalasi motor listrik

pada kurikulum 2013.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.1. Tempat Dan Waktu Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian ini dilakukan di sekolah SMK Negeri 5 Medan

pada kelas X, Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) yang

beralamat di Jl. Timur No. 36, Gaharu, Kecamatan Medan Timur Kota Medan. Waktu

pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2022/2023.

1.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi, sampel, responden, partisipan, informan dan subjek penelitian

ditetapkan untuk memperoleh dukungan empiris hasil penelitian.

1.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang ingin di teliti. Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009 : 17). Maka dalam penelitian ini, Populasi

yang digunakan adalah populasi target yang merupakan populasi yang menjadi

sasaran keberlakuan kesimpulan penelitian kita. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas X TITL siswa SMK Negeri 5 Medan yang terdiri dari 2 kelas.
1.2.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah Random Sampling (sampel

acak). Setelah terpilihnya 2 kelas sampel, lalu kedua kelas tersebut diacak kembali

sehingga mendapatkan yang mana untuk perlakuan di kelas eksperimen dan yang

mana untuk perlakuan kelas control.

Tabel 3. 1 Distribusi Subjek Penelitian

Kelas Banyak Siswa


X TITL 1 30 orang
X TITL 2 30 orang
Jumlah 60 orang

1.3. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan quasi eksperimen dengan menggunakan data

kuantitatif. Penelitian eksperimen ini merupakan penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendali. Sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun kontrol diambil secara

acak dari populasinya. Adapun yang dikemukakan disini adalah bentuk Pre test - Post

test Group Design Control.

Dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok yang masing – masing dipilih secara

acak. Kelompok pertama diberi perlakuan yang disebut dengan kelompok eksperimen

dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Pengaruh

adanya perlakuan adalah (T1 : T2).

Penelitian ini bersifat eksperimen yang melibatkan du akelas dengan

perlakukan yang berbeda. Pre test - Post test Group Design Control adalah desain
penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan melihat perbedaan hasil

belajar Pre test – Post test antara kelas control dan eksperimen.

Tabel 3. 2 Desain Penelitian

Kelas Pre test Perlakuan Post test


Eksperiment X1 T1 Y1
Kontrol X2 T2 Y2
(Sugiyono, 2015 : 116)
Keterangan ;
X1 : Hasil belajar (pre-test) kelas eksperiment sebelum perlakuan model
PBL dengan pendekatan Discovery-Inquiry
X2 : Hasil belajar (pre-test) kelas kontrol sebelum perlakuan model
pembelajaran Ekspositori
Y1 : Hasil belajar (post-test) kelas eksperiment setelah perlakuan model
PBL dengan pendekatan Discovery-Inquiry
Y2 : Hasil belajar (post-test) kelas kontrol setelah perlakuan model
pembelajaran Ekspositori

Adapun asumsi pada penelitian ini yaitu, 1) Kedua kelas adalah heterogen

(tidak ada yang menjadi kelas unggulan, 2) Program keahlian kedua kelas perlakuan

sama, 3) Materi pembelajaran kedua kelas itu adalah sama, dan 4) Umur siswa pada

kedua kelas perlakuan adalah sama. Maka untuk mengontrol variabelnya ialah : 1)

Model pembelajaran yang digunakan harus berbeda antara kelas kontrol dan

eksperiment, 2) Hasil belajar pada kedua kelas juga harus berbeda.

Dalam penelitian ini, prosedure yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan penelitian

meliputi:

a) Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing


b) Melakukan observasi awal untuk melihat langsung proses pembelajaran di

sekolah dan melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran fisika pada

jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik

c) Membuat rencana dan penyusunan proposal

2. Tahap Pelaksanaan

a) Menentukan kelas yang digunakan untuk eksperiment untuk diterapkannya

yaitu model pembelajaran Problem Based Learning dengan pendekatan

Discovery Inquiry

b) Menyiapkan materi yang sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diajarkan

dan menerapkan perlakuan yang berbeda untuk kedua kelas

c) Melakukan post – test untuk mengetahui kemampuan siswa pada kedua kelas

d) Peneliti melakukan analisis data post – test dengan skor, rata – rata. Standart

deviasi, uji normalitas, uji homogenitas, uji hipotesis serta menarik kesimpulan

dan saran.

3. Tahap Akhir Penelitian

Tahap akhir penelitian ini yaitu penyusunan laporan hasil penelitian dalam

bentuk laporan skripsi.


POPULASI

SAMPEL

Kelas Eksperiment diberi


perlakuan dengan Model Kelas Kontrol diberi
Pembelajaran Problem Based perlakuan dengan Model
Learning dengan pendekatan Pembelajaran Ekspositori
Discovery Inquiry

Melakukan Post - test Melakukan Post - test


kelas Eksperiment kelas Kontrol

Hasil Belajar dan


Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 3. 1 Skema Rancangan Penelitian

1.4. Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian

1.4.1. Defenisi Operasional

1. Model Pembelajaran Problem Based Learning merupakan model dengan cara

penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara

mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerja sama dengan

kelompok untuk mencari penyelesaian masalah – masalah di dunia nyata. Simulasi


masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai

mempelajari suatu subjek. Model Problem Based Learning menyiapkan siswa

untuk berfikir secara kritis dan analitis serta mampu untuk mendapatkan dan

menggunakan secara tepat sumber – sumber pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Ekspositori adalah model yang berorientasi pada guru,

dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran di dominasi oleh guru. Guru

sebagai pusat pembelajaran dimana guru merupakan sumber informasi dan materi

pelajaran disampaikan langsung oleh guru dan siswa tidak di tuntut untuk

menemukan materi.

2.4.2. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu variabel independent (bebas)

dan variabel dependen (terikat). Variabel independent adalah yang dapat dimanipulasi

atau dapat dijadikan sebagai bentuk perlakuan, sedangkan Variabel dependen adalah

hasil akibat dari pengaruh variabel bebas. Dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa

Variabel Independent ( X ) : Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning dengan pendekatan Discovery Inquiry dan Model Pembelajaran Ekspositori.

Variabel Dependent ( Y ) : Hasil belajar siswa pada materi pelajaran Fisika

Medan Magnet.

3.5. Teknik Pengumpulan Data dan Instrument Penelitian

3.5.1. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam proposal penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1) Metode Observasi (Pengamatan)


Observasi merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan

pengamatan secara langsung dengan teliti serta melakukan pencatatan secara

sistematis terkait data yang diperlukan.

2) Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melihat dan

mencatat suatu laporan yang sudah tersedia. Teknik ini digunakan untuk memperoleh

data mengenai daftar nama kelas siswa, jumlah siswa yang siswa yang menjadi

populasi serta pada nilai harian hasil belajar siswa kelas X TITL, yang dimana data ini

diperlukan untuk analisis data.

3) Metode Tes

Tes merupakan seperangkat stimulus yang diberikan kepada siswa dengan

maksud hasil jawaban yang diperoleh dijadikan dasar untuk penetapan skor. Tes

sebagai alat penilaian yaitu berupa pertanyaan – pertanyaan yang diberikan kepada

siswa baik dalam bentuk tes tulisan, tes lisan maupun tes tindakan. Sebelum tes ini

digunakan untuk memperoleh data dari sampel sebagai objek penelitian, terlebih

dahulu diadakan uji coba tes pada kelas diluar populasi. Dengan menggunakan

metode tes akan diperoleh data berupa nilai dari tes yang telah diberikan pada saat

eksperimen. Tes yang digunakan adalah pre - test dan post – test yang nantinya

penting untuk melihat pengaruh penerapan model pembelajaran problem based

learning terhadap hasil belajar fisika medan magnetik siswa kelas X TITL.
3.5.2. Instrument Penelitian

Instrument dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan antara lain daya

beda, tingkat kesukaran, validitas, dan reliabilitas. Apabila persyaratan terpenuhi,

maka perangkat tes akan dikatakan baik dan dapat digunakan untuk penelitian.

1. Test Hasil Belajar

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa sebelum

dan sesudah perlakuan pengajaran melalui tes dimana Post – test dilaksanakan

setelah materi pelajaran diberikan yang bertujuan untuk mengetahui sampai dimana

hasil pengajaran yang telah dilaksanakan. Langkah – langkah dalam penyusunan

instrument hasil uji coba tes hasil belajar adalah :

1) Mengadakan pembatasan terhadap bahan – bahan soal yang akan di uji kan.

2) Menentukan jumlah butir soal untuk pengambilan data.

3) Menentukan tipe tes pilihan berganda dengan empat atau lima jawaban.

4) Menentukan Batasan waktu dalam pengerjaan soal.

5) Menentukan 4 hasil belajar intektual yaitu, pengetahuan (C1), pemahaman (C2),

pengaplikasian (C3), menganalisis (C4).

6) Membuat kisi – kisi soal. Hal ini disesuikan dengan RPP, dan kurikulum satuan

Pendidikan di sekolah.

7) Menyusun butir – butir tes. Butir tes ini digunakan pada data awal dan akhir

sebagai Pre test dan Post test. Bentuk soal yang digunakan adalah pilihan

berganda dengan jumlah 30 soal dengan 4 jenis pilihan jawaban.

Tabel 3. 3 Indikator Instrument Penelitian

No Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah

1. Konsep Dasar Medan Magnet 2,17,23,27 1,16,26 19,28 11 10


2. Komponen Medan Magnetik 3,6,25 10,15 18,24 4,14 9

3. Hubungan Medan Magnet dan 7,9,30 8,21,29 12,22 5,13,20 11


Arus Listrik

TOTAL 10 8 6 6 30
3.5.3. Uji Coba Instrument Penelitian

Setelah tes hasil belajar menggunakan hasil pengukuran disusun, sebelum

digunakan untuk ubahan sebenarnya dalam menjaring data instrument penelitian

terlebih dahulu diuji cobakan untuk melihat keabsahan dan keandalan butir tes

dengancara yaitu uji coba instrument. Karena, dikatakan instrument yang baik adalah

harus memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliabel.

1. Validitas Tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan – tingkatan

kevalidan dan suatu instrument. Suatu instrument dikatakan valid apabila mengukur

atau mengungkap yang diinginkan dari semuan variabel yang diteliti. Untuk

mengukur validitas tes, peneliti menggunakan rumus korelasi point biseral yang

dikemukakan oleh Arikunto yaitu :

r pbi =
Mp−Mt
St √ p
q
(Arkunto 2012:93)

Keterangan :

rpbi = Koefisien Korelasi Biserial

Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab benar

Mt = Rerata skor total

St = Standar deviasi dari skor total

p = Proporsi siswa yang menjawab benar


q = Proporsi siswa yang menjawab salah

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrument

cukup dapat di percaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena

instrument sudah baik. Untuk menguji reliabilitas tes peneliti menggunakan rumus

kudder-richardson KR-20 sebagai berikut :

[ ][ St −∑ pq
]
2
n
r 11 = . 2 (Arikunto 2012:115)
n−1 St

Keterangan :

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

n = Banyaknya item

p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

∑pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

S = Standar deviasi dari tes (akar varians)

Reliabilitas tes yang diperoleh dari hasil perhitungan dihubungkan dengan

indeks korelasi, yaitu :

Tabel 3. 4 Kategori Koefisien Korelasi

Korelasi Keterangan
0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
3. Daya Beda

Untuk mengetahui daya beda setiap butir soal digunakan rumus :

BA BB
D= − (Arkunto 2012:228)
JA JB

Keterangan :
D = Indeks diskriminasi
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok yang menjawab soal dengan benar
BB = Banyaknya peserta kelompok yang menjawab soal dengan salah
Tabel 3. 5 Kriteria Pengujian Hasil Perhitungan Daya Beda

Korelasi Keterangan
0.00 – 0.20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1.00 Baik Sekali

4. Indeks Kesukaran

Untuk menentukan taraf kesukaran soal ditentukan dengan menggunakan

rumus :

B
P= (Arikunto S,2012:223)
Js

Keterangan :
P = Indeks kesukaran soal
B = Banyaknya subjek yang menjawab benar
Js = Jumlah subjek yang menjawab soal

Tabel 3. 6 Kriteria Taraf Kesukaran Soal

Indeks Kesukaran Keterangan


0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah

3.6. Teknik Analisis Data

Untuk mendeskripsikan data langkah – langkah yang akan ditempuh adalah

sebagai berikut :

1. Nilai Rata – rata

Untuk menentukan nilai rata – rata digunakan rumus :

X=
∑ Xi (Arikunto S, 2012 : 86)
n

Keterangan :
𝑋̅ = Rata – rata hitung
∑Xi = Jumlah semua harga x
n = Jumlah sampel
2. Standart Deviasi

Untuk menentukan standart deviasi digunakan rumus :

S= √∑ X −¿ ¿ ¿ ¿
2
(Arikunto S, 2012:299)

Keterangan :
S = Simpangan baku
∑X = Jumlah produk skor
n = Jumlah sampel
3. Tingkat Kecenderungan Hasil Penelitian

Tingkat kecenderungan dianalisa dengan menggunakan harga rata – rata ideal (Mi)

dan standar deviasi ideal (SDi). adapun rumusnya sebagai berikut :


skor tertinggi ideal+ skor terendah ideal skor tertinggi ideal−skor terendah ideal
M i= SD i=
2 2

Dari rata – rata ideal dan standart deviasi ideal dapat ditentukan empat

kategori kecenderungan sebagai berikut :

Tabel 3. 7 Kategori Tingkat Kecenderungan

Rumus Kategori
≥ ( Mi + 1,5 SDi ) Sangat Tinggi
≥ Mi - ( Mi + 1,5 SDi ) Tinggi
( Mi - 1,5 SDi ) - Mi Rendah
≤ ( Mi – 1,5 SDi ) Sangat Rendah

3.6.1. Uji Normalitas Data

Uji ini bertujuan melihat apakah sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji

yang digunakan dalam penelitian ini yakni uji Liliefors, dengan langkah – langkah

sebagai berikut :

a. Pengamatan X1,X2,X3,…., Xn dijadikan bilangan baku Z1,Z2,Z3,…., Zn

dengan menggunakan rumus ;

X 1−X
Z1 =
S

Keterangan :
𝑋̅ = Nilai rata – rata hitung
S = Simpangan baku
b. Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F (Zi) = P (Z ≤ Zi)

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1,Z2,Z3,…., Zn yang lebih kecil atau sama dengan

Zi, jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka :

banyaknya Z1 , Z 2 Z3 ,… , Z n ≤ Z i
F ( Z i )=
n
d. Menghitung selisih F (Zi) – S (Zi), kemudian menghitung harga mutlaknya

e. Mengambil harga terbesar dari selisih harga mutlak F(Zi) – S(Zi) sebagai L0.

Untuk menerima atau menolak distribusi normal data penelitian dapat

dibandingkan Lhitung dengan nilai kritis Ltabel yang diambil dari daftar table uji Lifiefors

dengan taraf α = 5%

Kriteria Pengujian :

Jika Lhitung < Ltabel maka sampel berdistribusikan normal

Jika Lhitung > Ltabel maka sampel tidak berdistribusikan normal.

3.6.2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas berfungsi mengetahui apakah kedua sampel berasal dari

populasi yang homogen. Berikut langkah – langkah dalam uji homogenitas antara lain

a. Mencari Fhitung dengan rumus : Fhitung = varians terbesar/varians terkecil. Dimana

varians terbesar adalah : S12 dan varians terkecil adalah S22.

b. Menetapkan α yaitu 0,05

c. Menghitung Ftabel = F (n varians terbesar – 1. N varians terkecil – 1)

d. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel

e. Menentukan kriteria penguji, jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima (homogen)

f. Membuat kesimpulan

3.6.3. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol digunakan uji t pihak kanan. Untuk pengujian hipotesis dirumuskan sebagai

berikut :
H O : µ ≤ µ2

Ha : µ > µ2

a. Hasil belajar fisika peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning Dengan Pendekatan Discovery-Inquiry

sebanding dengan hasil belajar fisika peserta didik yang diajarkan menggunakan

model pembelajaran Ekspositori,

b. Hasil belajar fisika peserta didik yang diajarkan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning Dengan Pendekatan Discovery-Inquiry

lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar peserta didik yang diajarkan

menggunakan model pembelajaran Ekspositori.

Keterangan :

µ1 : hasil belajar fisika peserta didik yang diajarkan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning Dengan Pendekatan Discovery-

Inquiry.

µ2 : hasil belajar fisika peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan

model pembelajaran Ekspositori.

Bila data penelitian berdistribusi normal dan homogen, maka untuk menguji

hipotesis menggunakan uji t dengan rumus :

X 1− X 2
t=
s
√ 1 1
+
n1 n2
(Sudjana 2005:239)

Dimana s adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :

( n 1−1 ) S 21+ ( n2−1 ) S22


S=
n1 +n2−2
Keterangan :
t = Distribusi
X1 = Nilai rata – rata sampel eksperiment
X2 = Nilai rata – rata sampel kontrol
n1 = Ukuran sampel eskperiment
n2 = Ukuran sampel kontrol
S12 = Varians kelas eksperimen
S12 = Varians kelas kontrol
S2 = Varians kedua sampel
Kriteria pengujian adalah : ditolak HO jika thitung > dengan dk = (n1 + n2-2) dan

α = 0,05.

Anda mungkin juga menyukai