PROGRAM SARJANA TERAPAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2023 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes merupakan gangguan metabolik tubuh yang ditandai dengan
peningkatakan kadar gula dalam kegagalan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Eltrikanawati et al., 2020).Diabetes melitus (DM) saat ini menjadi salah satu ancaman kesehatan global, di seluruh dunia hampir setengah miliar orang hidup dengan diabetes. Faktor genetik atau gaya hidup seseorang merupakan salah satu penyebab penyakit DM (Perkumpulan Endokrin Indonesia, 2021). Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengontrol kadar gula di dalam darah. Diabetes melitus merupakan penyakit silent killer yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah dan kegagalan sekresi insulin atau penggunaan insulin dalam metabolisme yang tidak adekuat(Jimmy, Yudy Goysal, 2019) Penderita DM mengalami peningkatan jumlah kadar gula dalam darah (Hiperglikemi) yang disebabkan karena adanya kelainan sekresi pada insulin kerja insulin bahkan keduanya (Sudirman & Modjo, 2021).Diabetes melitus dari waktu ke waktu dapat mengakibatkan kerusakan pada bagian tubuh seperti organ jantung, pembuluh darah, mata, ginjal dan saraf (Trinovita et al, 2020). Penyakit diabetes melitus berlangsung lama bahkan seumur hidup dan jumlah penderita penyakit ini terus meningkat di dunia, termasuk di negara berkembang (Febriyan, 2020).
Menurut World Health Organization (2020), diabetes melitus merupakan
penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insulfisiensi fungsi insulin, yang dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. DM dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni, DM tipe 1, DM tipe 2, DM Gestasional dan DM tipe lain. Beberapa tipe DM yang ada, DM tipe 2 merupakan jenis yang paling banyak ditemukan sejumlah 90-95% (ADA, 2018). Diabetes melitus merupakan ancaman kesehatan global di setiap negara tanpa memandang status sosial dan ekonomi. Organisasi International Diabetes Federation (IDF) menyatakan sedikitnya 463 juta orang dewasa saat ini hidup dengan diabetes melitus pada tahun 2019 dan diperkirakan 578 juta orang akan menderita diabetes pada tahun 2030. Angka kejadian diabetes diperkirakan melonjak menjadi 700 juta kasus pada tahun 2045. Negara di Wilayah Arab-Afrika Utara dan Pasifik Barat menempati peringkat pertama dan kedua prevalensi diabetes melitus 12,2% dan 11,4%. Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar di Kawasan Asia Tenggara dengan prevalensi sebesar 11,3% (IDF, 2019). Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu penyebab utama banyaknya prevalensi penderita diabetes melitus di kawasan Asia Tenggara (Kemenkes RI, 2020). Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi diabetes melitus di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 2%. Terdapat 4 provinsi dengan prevalensi tertinggi diantaranya DKI Jakarta (3,4%), Kalimantan Timur (3,1%), DI Yogyakarta (3,1%), dan Sulawesi Utara (3%). Provinsi DI Yogyakarta pola penyakit dipantau oleh sistem Surveilans Terpadu Penyakit (STP). Terdapat 21.270 kasus diabetes melitus berdasarkan laporan STP tahun 2019. Diabetes melitus menempati peringkat keempat setelah penyakit hipertensi, diare, dan influenza (D. K. D. I. Yogyakarta, 2020). Prevalensi diabetes melitus di kabupaten Sleman diurutan kedua setelah kota Yogyakarta. Prevalensi diabetes melitus di kota Yogyakarta sebanyak 4,9%, kabupaten Sleman 3,3%, kabupaten Bantul 3,3%, kabupaten Kulon Progo 2,8%, dan kabupaten Gunung Kidul 2,4% (R. W. Yogyakarta, 2020). Kadar gula darah yang tinggi sangat mengganggu konsentrasi untuk tidur nyenyak, dikarenakan seringnya keinginan untuk buang air kecil pada malam hari, dan kadang muncul rasa haus yang berlebihan. Gangguan tidur merupakan masalah umum yang terjadi pada pasien DM dan sebaliknya DM juga dapat menimbulkan gangguan tidur akibat adanya keluhan nocturia dan nyeri karena peningkatan badan keton akan mengganggu keseimbangan asam-basa basa tubuh jika dalam jumlah yang banyak (Kuddus, 2019). Gangguan tidur merupakan masalah umum yang terjadi pada pasien DM dan sebaliknya DM juga dapat menimbulkan gangguan tidur akibat adanya keluhan nocturia dan nyeri. Gangguan tidur membuat kualitas tidur terganggu. Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Kuddus, 2019). Kualitas tidur yang buruk bagi pasien DM adalah sering berkemih di malam hari, makan berlebihan sebelum waktu tidur, stress dan kecemasan yang berlebihan serta peningkatan suhu tubuh dapat menggangu pola tidur di malam hari, sehingga menyebabkan kurangnya kualitas tidur. Beberapa gangguan pada respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler.Akibatnya adalah mempengaruhi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin(Kuddus, 2019). Tidur merupakan fungsi biologis dasar dan esensial dalam kehidupan manusia. Tidur merupakan kesempatan restorasi fi sik, mental, dan emosional. Kurangnya kualitas dan kuantitas tidur dapat menghasilkan gangguan metabolik dan kardiovaskuler.Tidur memiliki fungsi metabolik, dan beberapa penelitian menunjukkan korelasi antara kurangnya kualitas tidur dan peningkatan risiko diabetes melitus (DM) (Br Ginting and Mufidah, 2021). Tidur merupakan keadaan dimana ketika seseorang tidak melakukan sebuah aktifitas seperti biasanya, serta merupakan perubahan status kesadaran yang berulang-ulang. Tidur termasuk keadaan yang memperistirahatkan fisik dibawah alam sadar. Sedangkan, kualitas tidur merupakan suatu keadaan dimana pola tidur yang dijalankan memberikan sebuah kesegaran atau kebugaran ketika terbangun (Boku & Suprayitno, 2019). Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk . Kualitas tidur merupakan aspek kuantitatif dan kualitatif seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tidur, frekuensi terbangun, dan aspek subjektif kedalaman dan kepuasan tidur.(Muhammad Basri, Baharuddin K and Sitti Rahmatia, 2020) Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Kualitas Tidur dengan Kadar Glukosa Darah Pada pasien Diabetes Melitus di Ruang Rawat RS xxx”. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari latar belakang diatas yaitu : “Apakah Ada Hubungan Kualitas Tidur dengan Kadar Glukosa Darah Pada pasien Diabetes Melitus”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Kualitas Tidur dengan Kadar Glukosa Darah Pada pasien Diabetes Melitus di Ruang Rawat RS xxx. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui kuallitas tidur pasien Diabetes militus b. Untuk mengetahui kadar Glukosa darah pada pasien diabetes mellitus c. Untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan Kadar gula darah pada pasien diabetes melitus D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, menambah ilmu dan menjadi referensi tentang pentingnya kebutuhan istirahat tidur baik secara kualitas serta penaruh yang dapat terjadi akibat tidak terpenuhinya keburuhan tidur yang baik secara fisiologis dan psikologis pagi penderita diabetes mellitus. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan acuan dan referensi untuk mengembangkan penelitian selanjutnya. d. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pengetahuan dan pengembangan agar mahasiswa mengerti mengenai hubungan kualitas tidur dengan kadar gula darah Pada pasien Diabetes Melitus
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang Lingkup Materi a. Penelitian ini membahas tentang hubungan kualitas tidur dengan kadar gula darah Pada pasien Diabetes Melitus b. Ruang Lingkup Responden Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasian dengan diabetes mellitus 2. Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini dilakukan diruang rawat inap RS xxx. 3. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini dilakukan pada tahun 2023. F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Penelitian Terkait
Nama Dan Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Tahun Penelitian Penelitian Dewi (2022) Pengaruh Dalam desain penelitian Pada perawat dengan beban 1. Alat ukur 1. Variabel terikat beban kerja ini mengunakan kerja ringan dengan burnout yang yaitu burnout terhadap pendekatan cross berat terdapat 7 orang digunakan 2. Pengambilan faktor sectional. Teknik (12,1%), sedangkan beban adalah sampel burnout pengambilan sampel kerja ringan dengan burnout kuesioner menggunakan syndrome menggunakan Random ringan terdapat 14 orang 2. Desain random pada Sampling. Instrumen (24,1%). Pada beban kerja penelitian sampling Perawat unit yang digunakan berat dengan burnout berat menggunakan rawat inap kuesioner beban kerja terdapat 23 orang (41,4%) cross rumah sakit dan faktor burnout dan sedangkan beban kerja berat sectional islam orpeha berisi 20 pertanyaan dan dengan burnout ringan 3. Variabel Tulungagung faktor burnout dengan 15 terdapat 13 orang (22,4%). bebas yaitu pertanyaan. Pada hasil uji statistic nilai p- beban kerja value sebesar 0,041 yang 4. Sampel yaitu menunjukan ≤ dari 0,05 (p- perawat ruang value ≤ 0,05), artinya rawat inap menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara beban kerja dengan faktor burnout syndrome perawat ruang rawat inap RSI Orpeha Tulungagung. Handri (2021) Hubungan Penelitian ini merupakan Dari Tabel 2 dapat dilihat 1. Alat ukur 1. Penelitian ini beban kerja deskriptif analitik bahwa sebagian besar yang menggunakan dengan dengan pendekatan cross responden paling banyak digunakan deskriptif kelelahan sectional. Populasi pada memiliki beban kerja yang menggunakan analitik kerja pada penelitian ini adalah berat (56,9%) dan memiliki kuesioner. Perawat seluruh perawat kelelahan kerja tinggi 2. Desain pelaksana di pelaksana di instalasi (67,2%). Tabel 3 penelitian instalasi Rawat Inap Lantai 1 menunjukkan tidak terdapat menggunakan rawat inap RSUD Sekarwangi hubungan bermakna antara cross sebanyak 58 responden. beban kerja dengan kelelahan sectional Cara pengambilan kerja pada perawat pelaksana 3. Variabel sampel menggunakan setelah dilakukan uji bebas yaitu total sampling. Kolmogorov-Smirnov beban kerja Instrumen yang (p=0,338). Tabel 3 4. Sampel yaitu dipergunakan adalah menunjukkan tidak terdapat perawat ruang kuesioner beban kerja. hubungan bermakna antara rawat inap Kuesioner kelelahan beban kerja dengan kelelahan kerja terdiri dari 40 kerja pada perawat pelaksana pernyataan dengan setelah dilakukan uji jawaban menggunakan Kolmogorov-Smirnov skala Likert 0-3. (p=0,338). Linda (2023) Hubungan Penelitian ini merupakan Hasil uji statistik spearman 1. Alat ukur 1. Variabel bebas beban kerja penelitian kuantitatif rank diperoleh nilai 𝜌 value = yang yaitu beban mental dengan pendekatan cross 0,395 dengan α = 0,05, maka digunakan kerja mental dengan sectional. Teknik 𝜌 > α sehingga dapat menggunakan 2. Sampel yaitu burnout pengambilan sampel disimpulkan bahwa tidak ada kuesioner. perawat igd perawat menggunakan sampling hubungan yang signifikan 2. Desain Di ruang igd jenuh dengan jumlah antara beban kerja mental penelitian rumah sakit sampel 25 orang. Cara dengan burnout perawat di menggunakan uns pengumpulan data ruang Instalasi Gawat Darurat cross menggunakan kuesioner (IGD) Rumah Sakit UNS. sectional beban kerja mental dan Hasil correlation coefficient Kuesioner burnout didapatkan nilai – 0,178, hal ini menandakan hampir tidak ada hubungan antara beban kerja mental dengan burnout perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit UNS.