Anda di halaman 1dari 3

Kecerdasan Buatan dan Masyarakat Perdesaan

Potensi kecerdasan buatan untuk membantu pemerintah dan masyarakat desa sangat besar. Dengan
teknologi kecerdasan buatan, memungkinkan diperoleh data desa yang presisi dan membuat
keputusan yang tepat.

Pembangunan perdesaan merupakan aspek penting dalam memajukan kualitas hidup masyarakat
Indonesia. Namun, tantangan dalam perencanaan pembangunan yang tepat sasaran dan merata bagi
seluruh warga desa masih menjadi isu krusial.

Penyelesaian masalah kemiskinan di desa juga mestinya dapat dilakukan secara tepat dengan
merujuk kepada pengukuran menggunakan indikator kemiskinan tersebut. Sasaran penerima
bantuan, misalnya, harus dapat ditunjukkan hingga level individu (Sjaf et al, 2022). Lalu bagaimana
sebenarnya perkembangan teknologi digital, khususnya kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI)
dapat menyentuh pembangunan di perdesaan?

Potensi kecerdasan buatan untuk membantu pemerintah dan masyarakat desa sangat besar dan
dapat memberikan berbagai manfaat. Menurut saya, setidaknya ada enam cara potensial di mana AI
dapat berkontribusi pada aspek pembangunan.

Pertama, peningkatan layanan publik. AI dapat digunakan untuk mengoptimalkan layanan publik
terutama terkait kebutuhan administratif dan kependudukan. Di Kota Bogor dan beberapa kota besar
lainnya sebagai contoh telah berkembang Mal Pelayanan Publik yang diharapkan mampu mengelola
kebutuhan administrasi kependudukan secara lebih efektif dan efisien. Perkembangan AI sangat
memungkinkan untuk mengakselerasi pemenuhan kebutuhan di bidang ini.

Kedua, pelayanan kesehatan. AI dapat membantu masyarakat desa dalam diagnosis awal penyakit,
memberikan informasi kesehatan dasar, dan bahkan memberikan konsultasi medis jarak jauh melalui
platform digital. AI dengan basis big data mengenai kesehatan dapat menjadi garda terdepan untuk
memberikan layanan konsultasi kesehatan maupun distribusi obat-obatan yang terjangkau bagi
semua kalangan.

Dengan demikian, AI berpotensi menjawab permasalahan kekurangan tenaga medis dan


infrastruktur kesehatan tingkat pertama. Ke depan, bahkan sangat memungkinkan pemerintah desa
dapat menggunakan AI untuk mengelola data kesehatan masyarakat, mengidentifikasi pola penyakit,
dan mengantisipasi wabah penyakit.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/oIw3oPSeCJuMIPNxdpNXOtrhnMc=/1024x576/https%3A
%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F07%2F14%2F20c1be6c-eac0-47ed-
b99b-fbab37946acf_jpg.jpg

Ketiga, pendidikan dan pembelajaran. AI dapat mendukung pendidikan di desa melalui platform
pembelajaran online yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Penggunaan Learning Management
System yang interaktif dan inklusif diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
Pendidikan dan pembelajaran yang dimaksud bukan hanya untuk sekolah-sekolah formal, tetapi juga
informal/nonformal. Pendidikan seperti ini lebih ditekankan untuk memberikan pengalaman dan
pengembangan keterampilan siswa dengan sertifikat kompetensi yang mampu digunakan oleh
masyarakat desa untuk meningkatkan kapasitas diri dan komunitasnya.

Keempat, pengelolaan sumber daya alam. AI dapat digunakan untuk pemantauan lingkungan dan
pengelolaan sumber daya alam seperti hutan, sungai, dan lahan pertanian. AI juga dapat digunakan
untuk mengoptimalkan manajemen infrastruktur desa seperti jaringan listrik, penyediaan air, dan
pengelolaan limbah.

Pemetaan wilayah yang presisi akan mampu digunakan untuk membaca dan menghasilkan
rekomendasi kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang optimal. AI dengan image recognition
dapat membantu untuk mengidentifikasi secara real time kondisi kewilayahan, serta memberikan
rekomendasi pengelolaan SDA yang sesuai, dan early warning system sebagai bagian mitigasi
bencana.

Pemetaan wilayah yang presisi akan mampu digunakan untuk membaca dan menghasilkan
rekomendasi kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang optimal.

Kelima, pertanian berkelanjutan. AI dapat membantu petani dalam perencanaan tanam,


pemantauan pertumbuhan tanaman, dan pengelolaan irigasi. Dengan analisis data yang cermat oleh
AI, petani dapat terbantu dalam membuat keputusan yang lebih baik tentang kapan dan bagaimana
menanam serta merawat tanaman mereka.

Untuk meningkatkan posisi tawar petani dalam rantai distribusi komoditas, AI dalam bentuk aplikasi
di telepon cerdas (smartphone) dapat menjadi tempat bertumbuh kembangnya kemitraan yang
transparan dari aspek produksi hingga hilirisasinya. Aplikasi tersebut dapat menjadi instrumen yang
mempertemukan produsen dengan konsumen di tingkat individu dan industri.

Ke depan, monitoring produksi dan harga jual yang layak dapat juga digunakan untuk pengembangan
potensi desa secara kewilayahan. AI juga dapat membantu dalam pengembangan usaha kecil dan
menengah di desa dengan memberikan analisis pasar, strategi pemasaran, dan pelatihan bisnis.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/peHrFZaQV6_hr3ulnvlRdLRHTSo=/1024x843/https%3A%2F
%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2019%2F11%2F26%2Fcb1de4ca-5ba2-4f5b-bbf8-
9e1cbf406b4a_jpg.jpg
Keenam, pengolahan data. AI dapat membantu pemerintah desa dalam mengolah dan menganalisis
data untuk mengidentifikasi tren, memprediksi kebutuhan masyarakat, dan membuat keputusan
yang lebih tepat.

Sebagai contoh konsep Data Desa Presisi (DDP) yang digagas oleh Dr Sofyan Sjaf (kini Dekan Fakultas
Ekologi Manusia IPB University), beberapa tahun belakangan ini telah berupaya menyiapkan
instrumen digital yang diharapkan mampu memudahkan pemerintah dalam mengakses dan
memanfaatkan DDP. Sistem informasi seperti ini diharapkan akan memungkinkan para pemangku
kepentingan (stakeholder) untuk memperoleh data yang akurat dan terkini, serta algoritmanya dapat
membantu menganalisis untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan yang lebih tepat sasaran.

Baca juga: Politik ”Big Data” Dasar

Penggunaan AI dalam pengelolaan data desa berarti mengumpulkan dan menganalisis informasi
pribadi tentang penduduk desa. Jika tidak dikelola dengan baik, ini dapat mengancam privasi individu
dan masyarakat secara keseluruhan. Penting untuk memastikan bahwa langkah-langkah pelindungan
data yang tepat diimplementasikan, seperti anonimisasi data dan pengaturan izin akses yang ketat.

Masyarakat desa juga perlu diberikan pemahaman tentang bagaimana data mereka akan digunakan
dalam solusi AI, serta bagaimana privasi dan keamanan data mereka akan dijaga. Transparansi adalah
kunci untuk membangun kepercayaan. Namun, transparansi disini bukan berarti sepenuhnya
”telanjang”, data dan informasi yang sifatnya sensitif dan rahasia perlu tetap dijaga agar tidak
disalahgunakan.

Ahmad Aulia Arsyad, Dosen Program Studi Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB
University

Instagram: aaulia_arsyad

Anda mungkin juga menyukai