Anda di halaman 1dari 304

SANKSI PELANGGARAN PASAL 113

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA


1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara
komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau pidana
denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau pemegang
hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan
secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau
pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau pemegang
hak melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan atau huruf g, untuk penggunaan secara
komesial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau
pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat
miliar rupiah).
BODO AMAT
Ini Prinsip Gue!
Dewa Eka Prayoga

Editor: Tim KMO


Layouter: Diyan Sudihardjo
Desain Cover: @composer.design

Diterbitkan oleh:

KMO Indonesia
Jl. Sultan Ageng Tirtayasa Graha Rorocantik
Blok C 18 Talun Cirebon
No. Telp/HP : 082216620246
Email : cvkmoindonesia@gmail.com
Cetakan Pertama, Februari 2021
xiv + 290 hlm ; 15.5 x 23 cm

ISBN: 978-623-332-018-4
Anggota IKAPI Jawa Barat

Hak cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang mengcopy dan memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun
tanpa seizin tertulis dari penerbit.
All rights reserved.
“Hidup akan terasa nikmat ketika kita
mampu bersikap Bodo Amat!”

- DEP -
vi – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
Daftar Isi

Ucapan Terima Kasih ix

Pengantar xi

Amat Bodo, Bodo Amat! 1

13 Prinsip Gendeng Bikin Mudeng 11

1. Rakus Amal 13

2. Boros Sedekah 35

3. Gila Karya 55

4. Ambisi Besar 81

5. Hajar Bleh! 93

6. Candu Angka 119

7. Maksa Bisa 147

Dewa Eka Prayoga – vii


8. Disiplin Radikal 161

9. Tagih Brutal 193

10. Sakarepmu! 203

11. Harus Menang 213

12. Garis Keras 235

13. Batas Waras 259

WONG GENDENG 279

Profil Penulis 285

viii – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Ucapan
Terima Kasih

Alhamdulillah ... segala puji, nikmat, dan kuasa hanya milik Allah
subhanahu wa taala. Semoga rida-Mu selalu menyertai kehidupanku,
hamba-Mu yang lemah ini.

Allāhumma shalli ‘alā Muhammad wa āli Muhammad. Selawat


spesial kepada Nabi Besar Muhammad saw. beserta keluarganya.
Semoga kelak di akhirat nanti, umatmu yang lemah ini diperkenankan
untuk bertemu langsung denganmu, memelukmu, dan mencium
tanganmu.

Special thanks untuk ibu Saya, ayah Saya, istri Saya, dan anak-
anak Saya, yang selalu menjadi inspirasi terbesar dalam berjuang.

Tim Saya di KMO Indonesia, Billionaire Store, Billionaire


Coach, Mesin Kreativitas, Shaliha Hijab, B erl, Berlanja, Dewa
Snack, KBM App, Zerina Banu, Mosvwear, Belanjabio, WBS
Pro, Qodrbee, dan Laku Keras Indonesia, berkat perjuangan

Dewa Eka Prayoga – ix


kalian, bisnis-bisnis ini bisa tetap berjalan dan menebarkan
kebaikan.

Ribuan Pejuang Keluarga di KMO Indonesia, karena


semangat kalian dalam berjualan, kini sudah banyak orang
di Indonesia yang terbantu dengan hadirnya buku-buku
terbaik ini.

Mentor dan guru-guru Saya, yang tidak bisa disebutkan satu


per satu, jika bukan karena bimbingan kalian, mungkin Saya
bakal sering tersesat di tengah jalan.

Seluruh pembaca buku Saya sebelumnya, apresiasi dan


testimoni kalian membuat Saya semakin bersemangat untuk
kembali menelurkan buku terbaru.

Terakhir ... tentunya Anda, pembaca buku ini, yang telah


menginvestasikan waktu dan uangnya untuk membeli
buku ini, semoga buku ini bisa membantu Anda untuk
mendapatkan apa yang Anda inginkan. Āmīn ….

x – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Pengantar

To the point aja ....

Membaca buku ini dapat menyebabkan pemikiran, keyakinan,


dan nilai-nilai kehidupan yang Anda miliki saat ini berubah drastis
bagaikan bumi dan langit. Saya harus ngomong begini sejak awal,
supaya Anda gak kaget dan gak nyesel. Seriusan!

Kalau memang Anda gak siap berubah dan bertransformasi


jadi pribadi baru yang lebih gila, mending gak usah lanjutkan baca
buku ini. Tutup aja bukunya sekarang, lalu berikan pada mereka yang
benar-benar membutuhkan. Kenapa?

Karena, percaya atau tidak, isi buku ini akan mencuci otak Anda
dan mengobrak-abrik prinsip hidup yang selama ini Anda anut.

“Hidup lo bakal gitu-gitu aja kalau lo masih gini-gini aja.”

Ya, apa yang Saya sampaikan dalam buku ini merupakan hal-hal
gila yang sering kali jadi biang kerok masalah dan sumber nyinyiran

Dewa Eka Prayoga – xi


banyak orang. Sampai sejauh ini, tentu Anda harus kuat mental dan
berani berkata Bodo Amat pada mereka. Inilah esensi buku ini.

Buku ini akan menyajikan prinsip-prinsip gila di balik:

• Kenapa jadi manusia itu harus rakus?

• Kenapa orang tajir selalu boros?

• Kenapa orang produktif gak pernah sibuk?

• Kenapa orang pintar kebanyakan goblok?

• Kenapa pemimpin besar selalu gila?

• Kenapa karyawan akan selamanya kerja?

• Kenapa kerja keras itu sungguh gak penting?

• Kenapa orang kaya akan semakin kaya?

• Kenapa orang miskin akan tetap miskin?

• Kenapa nabung adalah sebuah kebodohan?

• Kenapa konglomerat gak pernah fokus?

• Kenapa hasil selalu mengkhianati ikhtiar?

• Kenapa action bukan penentu kesuksesan?

... dan masih banyak lagi.

Pastinya, apa pun yang disampaikan dalam buku ini merupakan


nilai-nilai penting dalam kehidupan Saya yang tidak bisa diganggu

xii – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


gugat oleh siapa pun, termasuk Anda.

Daripada banyak basa-basi dan ngalor-ngidul, mending langsung


aja kita masuk ke inti pembahasan. Gimana, setuju?

DEWA SELLING

@DewaEkaPrayoga

Dewa Eka Prayoga – xiii


xiv – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
Amat Bodo,
Bodo Amat!

1
2 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
MASA BODOH
Salah satu nikmat yang selalu disyukuri dalam hidup adalah
ketika Saya mampu bersikap Bodo Amat dengan komentar dan
nyinyiran orang.

Tak akan pernah terlupakan dalam ingatan Saya kala itu:

• “Halah! Bangkrut, kok, ngajarin bisnis ....”

• “Hadeeeuh ... utang miliaran, kok, sharing!”

• “Preeet, ah! Omong doang, lo ....”

... dan cibiran menyakitkan lainnya.

Ya, kata-kata bernada sinis itu terdengar jelas masuk ke telinga


Saya. Maklum, saat itu Saya memang lagi bangkrut besar dan rugi
miliaran, habis ketipu investasi bodong di tahun 2012. Goblok
bangetlah pokoknya. Hufh!

Meskipun demikian, hal tersebut tidak berarti membuat Saya


berhenti membagikan pengalaman berharga untuk orang-orang
yang ada di sekitar. Justru sebaliknya, komentar dan nyinyiran itu
Saya jadikan sebagai energi tersendiri untuk pembuktian.

Saya tak pernah membayangkan:

• Andai saja saat itu Saya mendengarkan omongan mereka,


mungkin hari ini Saya akan berhenti untuk berbagi.

• Andai saja ketika itu Saya mendengarkan cibiran mereka,

Dewa Eka Prayoga – 3


mungkin utang Saya gak akan lunas secepat ini.

• Andai saja kala itu Saya mendengarkan cemoohan mereka,


mungkin hari ini Saya tak akan menulis buku ini.

Tidak bisa dipungkiri, sikap masa bodoh Saya kala itu menjadi
salah satu kunci kesuksesan Saya hari ini. Alhamdulillah ... izin Allah.

4 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


AMAT BODOH
Mungkin Anda penasaran, “Kok, Kang Dewa bisa, sih, secuek itu?”

Sejujurnya, Saya gak cuek. Saya bener-bener dengerin nyinyiran


mereka. Gak cuma didengerin, tapi juga diingat-ingat, karena kalau
gak ingat, mana mungkin Saya mampu bercerita pada Anda seperti
sekarang ini. Iya, ‘kan? Hehe ....

Lantas, apa yang membuat Kang Dewa bisa tetap cuek?

Sekali lagi, Saya gak cuek.

Saya cuma ingin mengubah setiap energi negatif tersebut, entah


berupa nyinyiran, cibiran, dan cemoohan, menjadi energi positif
dalam pikiran. Entah kenapa, Saya selalu meyakini bahwa suatu saat
nanti, Saya dapat:

• mengubah derita jadi cerita,

• mengubah tragedi jadi komedi, dan

• mengubah cibiran jadi cuan.

Dan hal itu benar-benar terjadi saat ini. Alhamdulillah ....

Siapa sangka:

• Derita bangkrut dan rugi miliaran justru jadi cerita menarik


bagi banyak orang, hingga mampu Saya tuangkan dalam
buku Melawan Kemustahilan.

• Tragedi sakit dan lumpuh total jadi komedi yang memberikan

Dewa Eka Prayoga – 5


pesan kehidupan yang melekat, hingga mampu Saya
tuangkan dalam buku Detonator Kebaikan.

• Cibiran netizen dan nyinyiran orang malah jadi sebuah


pelajaran penting akan prinsip hidup yang kokoh, hingga
mampu Saya tuangkan dalam buku Bodo Amat.

Terkadang Saya pun bertanya-tanya pada diri sendiri, “Apa, sih,


yang membuat Saya bisa secuek dan sebodo amat ini?”

Sampai akhirnya Saya sadar bahwa sikap Bodo Amat diperlukan


agar kita tidak menjadi amat bodo. Maksudnya?
Bayangkan aja.

• Masa gara-gara dikomentarin orang, kita berhenti berjuang?

• Masa gara-gara dinyinyirin orang, kita berhenti berbuat


baik?

• Masa gara-gara dicibirin orang, kita berhenti menebar


kebaikan?
Ah, Bodo Amat!

Sungguh, amat bodo diri ini jika tidak mampu bersikap Bodo
Amat pada makhluk yang terkutuk itu. Na’ūdzubillāhi min dzālik ....

“Namanya juga hidup: Tuhan yang menentukan,


kita yang menjalankan, orang lain yang
memberikan cibiran.”

6 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


BODO AMAT!
Kenapa kita perlu bersikap Bodo Amat?

Karena, disadari atau tidak, tukang nyinyir itu akan selalu ada.
Mungkin kalau ada jin berbentuk manusia, kita bisa melihatnya ada
pada sosok si tukang nyinyir ini. Bayangkan saja:

• ketika kita sukses, mereka anggap kebetulan;

• ketika kita gagal, mereka langsung menertawakan;

• ketika kita kaya, mereka curiga dan buruk sangka;

• ketika kita miskin, mereka ngatain dan ngejatuhin;

• ketika kita ditipu, mereka komentar, “Tuh, ‘kan, kata gue juga
apa ...”; dan

• ketika kita untung, mereka komentar, “Halah! Paling hasil


nipu ....”

Dan gak cuma itu ....

Pernah ngalamin kayak gini, gak?

• Pas posting foto-foto di luar negeri, dicap pamer.

• Pas posting screenshot testimoni, dikira sombong.

• Pas posting gambar-gambar jualan, dianggap spam.

Kalau Saya, udah jelas, sering banget. Ah, makanan sehari-


harilah!

Misalnya lagi:

Dewa Eka Prayoga – 7


• bagi-bagi ebook gratis, dikatain modus;

• jualan buku mahal, dibilang tega;

• jadwalin webinar gratis, dicurigain;

• buat webinar premium, dinyinyirin;

• ngadain seminar gratis, gak pada datang;

• ngehelat workshop berbayar, apalagi.

Grrrrrrr ... salah terooosss! Hadeeeuh .... @#$%^&*

“Mulut orang lain gak bisa diatur,


ngapain harus dipeduliin?”

Jadi, para nyinyirun alias si tukang nyinyir itu akan selalu hinggap
di kehidupan kita, disadari atau tidak, disukai atau tidak.

Lantas, mesti gimana?

Yaudah, cuekin aja. Diemin. Biarin!

8 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


PRINSIP GENDENG
Segala hal yang Saya tuliskan di dalam buku ini, sejatinya bukan
sekadar pemikiran (mindset) atau keyakinan (belief), melainkan nilai-
nilai kehidupan (value). Nilai-nilai kehidupan inilah yang membuat
sebuah pijakan apakah sesuatu dianggap penting atau tidak. Nilai-
nilai kehidupan inilah yang akan dijadikan sebagai prinsip-prinsip
dalam hidup. Jadi, kedudukannya memang di atas mindset dan belief.
Kebayang, ya?

Kalau diibaratkan, nih, ya, nyinyiran itu ibarat pupuk. Pupuk itu
kotor dan jijik, tapi kalau pohon udah dikasih pupuk, maka pohon
tersebut akan tumbuh dan membesar, karena pupuk itu nutrisi bagi
pohon.

Begitu pun dengan nyinyiran. Nyinyiran adalah pupuk kehidupan


buat kita. Justru karena ocehan dan komentar negatif mereka, kita
akhirnya bisa terus bertumbuh dan berkembang. Lagian, orang-
orang yang dulunya membenci dan mencibir kita, bisa jadi suatu
saat akan menjadi orang yang mengidolakan kita. Seperti kata
Ibrahimovic, “Berikan Saya haters yang baru, karena haters yang lama
sudah jadi fans.” Aseeek!

“Biarkan orang lain berkomentar,


kita yang menikmati hasil.”

Dewa Eka Prayoga – 9


Itu pula yang Saya rasakan.

Berkat sikap Bodo Amat pada orang-orang yang nyinyir dan


ngomong negatif tentang Saya, akhirnya Saya bisa membuktikan
bahwa prinsip-prinsip gendeng yang selama ini Saya pegang bisa
menjadi wasilah buat banyak orang untuk jadi manusia di atas rata-
rata.

Gak percaya? Emang gak harus percaya juga. Beresin dulu, dong,
baca bukunya!

10 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


13 Prinsip
Gendeng
Bikin Mudeng

11
12 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
PRINSIP #1:

Rakus
Amal

Dewa Eka Prayoga – 13


14 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
“Qana’ah dalam urusan dunia.
Tamak dalam urusan akhirat.”

Inilah prinsip gendeng pertama: RAKUS AMAL.

Istilah yang Saya gunakan dalam buku ini memang kebanyakan


tidak lazim dan terkesan berkonotasi negatif. Sebut saja rakus.
Terdengar buruk sekali, bukan?

Tapi, apa jadinya jika kita benar-benar rakus dalam melakukan


amal saleh dan berbuat kebaikan? Bukankah hal tersebut dianjurkan?

Yuk, kita kupas secara perlahan ....

BERLOMBA-LOMBA
Kita sudah sering banget dengar istilah fastabiqul khairāt dari
para ustaz dan guru ngaji, di mana istilah tersebut memiliki makna,
yaitu berlomba-lomba dalam kebaikan.

By the way, sekadar meluruskan, fastabiqul khairāt itu sebenarnya


bukan cuma istilah, tapi memang kutipan ayat dalam Al-Qur`an.
Bunyi lengkapnya:

“Dan setiap setiap umat mempunyai kiblat yang


dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-

Dewa Eka Prayoga – 15


lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja
kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan
kamu semuanya. Sungguh,
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”
(QS Al-Baqarah: 148)

Jadi, karena Allah sudah ngasih sinyal dalam Al-Qur`an untuk


berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, maka tak ada salahnya
kita menargetkan amalan-amalan apa saja yang perlu kita lakukan
setiap harinya untuk bisa semakin dicintai oleh-Nya. Misalnya:

• salat tahajud,

• salat taubat,

• salat hajat,

• qabla subuh,

• salat berjamaah,

• salat duha,

• sedekah pagi,

• perbanyak istigfar,

• one day one juz (ODOJ),

• muraja’ah hafalan,

16 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


• berdakwah,

• halaqah/kajian,

• silaturahim,

• membaca selawat,

• mendoakan orang,

• baca surat Yasin,

• baca surat Ar-Rahmān,

• baca surat Al-Wāqi’ah,

• baca surat Al-Mulk,

• sharing ilmu,

• membantu orang lain,

• mendoakan orang lain,

• mengisi jurnal syukur,

... dan amalan harian lainnya.

“Wow, itu semua amalan Kang Dewa?”

Jawab, “Ya, bukan.”

Itu Saya cuma nge-list amalannya aja dulu. Perihal Saya ngelakuin
atau enggak, ‘kan, gak harus bilang-bilang sama Anda. Lha, ngapain
juga? Wong itu udah jadi job desc malaikat, kok!

Dewa Eka Prayoga – 17


Coba perhatikan, kalau dilihat-lihat dan dipelototin satu per
satu, memang lumayan banyak list-nya. Namanya juga rakus amal,
maka lakukan sebisa mungkin dan sebanyak mungkin.

“Gak ada amalan spesial kecuali


yang sudah Allah perintahkan.”

Bila pun kita belum terbiasa melakukan semuanya secara ber-


samaan, maka coba niatkan untuk mulai dibiasakan. Bukankah bisa
karena biasa? Bener, gak?

MASING-MASING
Buat owner bisnis seperti Saya, pendelegasian tugas adalah
sesuatu yang lumrah dan biasa dilakukan. Pokoknya, mikirnya
begini, “Kalau bisa dikerjain sama orang lain, ngapain harus dikerjain
sendiri?”

Intinya, kalau bicara soal perusahaan, jika kita mulai malas


ngerjain kerjaan rutin harian, ya, tinggal rekrut orang lain dan suruh
dia kerjain. Delegasikan. Selesai!

Namun, berbeda dengan kehidupan, justru prinsipnya terbalik,


“Kalau bisa dikerjain sendiri, ngapain harus nyuruh orang lain?”

Ya, amalan di kehidupan gak bisa didelegasikan. Lo kira bisnis?

18 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Segala kerjaan bisa didelegasikan ke tim di perusahaan. Lha, kalau
soal amalan, gak bisa. Kerjain sendiri!

• Kalau mau dapat pahala salat tahajud, ya, bangun malam,


dong. Jangan molor mulu!

• Kalau mau dapat pahala salat duha, ya, sempatkan salat,


dong. Jangan kerja mulu!

• Kalau mau dapat pahala puasa sunah, ya, segera laksanakan,


dong. Jangan makan mulu!

Pahalamu, ya, amalanmu, gak bisa ngarep ke orang dan nyuruh


orang lain, kecuali Anda memang benar-benar mau segera disalati.
Mau? Mati dulu sana! @#$%^

“Bunuh rasa malasmu,


sebelum rasa malas membunuhmu.”

Maka, sudah sepantasnya kita harus banyak-banyakan amal


dan rakus dalam berbuat baik. Bukannya kenapa-kenapa, karena di
akhirat nanti, perhitungan amalnya masing-masing.

Masing-masing dari kita akan datang kepada Allah dengan amal


perbuatan yang dikerjakan sendiri di dunia. Kesalehan orang tua
tidak bisa diandalkan anaknya. Seorang suami tidak akan selamat
dari murka Allah karena amal perbuatan istrinya. Paham, ya?

Misalnya lagi:

Dewa Eka Prayoga – 19


• istri Anda adalah orang yang taat dan berbakti pada Anda,
yang karenanya dia mendapatkan surga-Nya;

• suami Anda adalah orang yang bekerja keras mencari nafkah


dan pengemban dakwah, yang karenanya dia mendapatkan
surga-Nya;

• ibu Anda adalah sosok ahli ibadah, yang karenanya dia


mendapatkan surga-Nya;

• ayah Anda adalah sosok ahli sedekah, yang karenanya dia


mendapatkan surga-Nya.

Di hari hisab nanti, semuanya masing-masing. Anda gak bisa


minta transfer kelebihan pahala dari pasangan Anda. Anda pun gak
bisa minta transfer kebaikan dari orang tua Anda. Gak bisa. Lo kira
pulsa?!

“Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan


dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-
anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu
mempunyai urusan yang menyibukkannya.”
(QS ‘Abasa: 34–37)

Sekali lagi, setiap dari kita akan dimintai pertanggungjawabannya


masing-masing. Maka, sesuai pesan guru Saya, “Bisnis itu gak usah
terlalu serius, hiduplah yang serius!”

20 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


• Serius mikirin amal dan bekal buat akhirat.

• Serius lakuin perintah Allah dan rasul-Nya.

• Serius tinggalin maksiat dan larangan-Nya.

Jangan malah kebolak-balik. Ngawur!

TRANSFER PAHALA
Oh, ya, ada satu catatan penting buat kita semua, supaya nanti
amal saleh dan pahala yang kita dapat di akhirat tidak minus atau
berkurang terus. Maksudnya? Simak cerita ini baik-baik.

Suatu ketika, Rasulullah bertanya kepada sahabat, “Tahukah


kalian siapa orang yang bangkrut di hari kiamat itu?”

Para sahabat menjawab, “Mereka adalah orang yang tidak punya


apa-apa dan semua hartanya habis.”

Rasulullah menjawab, “Bukan. Orang yang bangkrut di hari


kiamat adalah mereka yang ketika datang menghadap kepada Allah
membawa pahala salat, pahala puasa, pahala haji, pahala zakat,
namun ketika ditimbang, datanglah seseorang mengadu kepada
Allah, ‘Ya Allah, orang ini ketika di dunia menggunjing saya, merampas
hak-hak saya,’ lalu Allah Swt. pun memotong pahala puasanya dan
memberikannya kepada orang yang mengadu.”

Itulah kenapa, penting buat kita untuk menjaga hubungan baik

Dewa Eka Prayoga – 21


dengan orang-orang di sekitar. Jangan sampai ketika kita berusaha
Bodo Amat dengan omongan orang, eh, kitanya sendiri malah sibuk
ngomongin dan zalimin orang. Na’ūdzubillāhi min dzālik.

“Amal saleh melahirkan pahala.


Amal salah melahirkan dosa.”

Ingat, amal saleh itu melahirkan pahala, sementara amal salah


itu melahirkan dosa.

Jangan sampai gara-gara kesalahan kita pada manusia, malah


memperberat timbangan dosa kita di akhirat kelak. Ah, tidak.
Na’ūdzubillāh ....

Di titik ini, kita perlu menjaga diri agar pahala yang kita miliki
tidak hilang dan berkurang. Ikhtiarnya, misalnya:

• gak ngomongin orang di belakang, alias gibah sana-sini;

• gak nyakitin hati orang di media sosial, alias posting status


nyindir sana-sini;

• gak ngumbar aib orang di mana-mana, alias nge-share berita


mereka di sana-sini.

“Mulut gunanya buat makan, bukan ngomongin


orang, apalagi umbar aib orang!”

22 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Udah, fokus aja berbuat baik.

Banyakin tabungan amal kebaikan dan pastikan saldonya


banyak!

PALING DEPAN
Suatu ketika, ustaz di kompleks tempat Saya tinggal menyam-
paikan sebuah tausiah. Inti dari tausiah tersebut adalah kita gak
boleh mempersilakan jamaah lain untuk maju ke depan dan mengisi
shaff (barisan) yang masih kosong. Maksudnya, ketika ada shaff yang
masih kosong, maka tugas kita bukanlah nyuruh orang untuk maju,
tapi justru kita sendirilah yang harus maju.

Itulah kenapa, setiap kali salat di masjid, sebisa mungkin Saya


salat di shaff paling depan, bahkan persis di belakang imam. Kenapa?
Karena begitulah keutamaannya.

Termasuk perihal beramal saleh, jangan sampai kita hanya


ngomporin orang untuk berbuat kebaikan, sementara dirinya sendiri
gak pernah melakukan apa yang disampaikan.

Jangan cuma OMDO (omong doang).

Jangan cuma NATO (no action talk only).

Amat besar kebencian Allah kepada kita jika kita menyampaikan


sesuatu yang tidak kita lakukan. Ah, kebangetan!

Dewa Eka Prayoga – 23


“(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
(QS Ash-Shaff: 3)

Termasuk saat menulis buku ini.

Saat berpikir untuk tidak menuliskannya, maka secara tidak


langsung Saya tidak mensyukuri nikmat yang sudah Allah beri berupa
bakat untuk menulis dan menyampaikan sesuatu. Di sisi lain, saat
berpikir untuk menuliskannya, maka Saya harus memastikan apa-
apa yang Saya sampaikan, setidaknya sudah pernah Saya lakukan
dan bersikeras sekeras mungkin untuk istiqamah di jalan-Nya.

Karena sejatinya, saat kita menyampaikan kebaikan, bukan


berarti kita sudah baik. Justru hal tersebut menjadi reminder system
buat kita untuk selalu berbuat baik, setiap hari, tanpa henti. Setuju,
ya?

IRI POSITIF
Iri? Bilang, Bos!

Kata-kata itu sempat viral di jagat TikTok. Pertanyaannya,


bolehkah sebenarnya kita iri?

24 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


“Tidak boleh hasad kecuali pada dua orang:
seseorang yang Allah berikan harta kepadanya lalu
dia belanjakan sampai habisnya di jalan kebenaran
dan seseorang yang Allah berikan hikmah (ilmu)
kepadanya lalu dia menentukan (berhukum)
dengannya dan mengajarkannya.”
(HR Muslim)

Ternyata, iri bin dengki itu boleh, asalkan pada tempatnya dan
sesuai ajaran-Nya.

Sekarang, berdasarkan hadis tersebut, yuk, kita ngaca sama-


sama.

Ilmu kita masih cetek, boro-boro dijadikan bahan iri, wong masih
segigit jari.

Harta kita cuma sedikit, boro-boro dijadikan bahan iri, wong


sedekah aja masih mikir sana-sini.

Jadi, mulai sekarang, kalau mau iri, silakan saja, asalkan sama
mereka yang sesuai kriteria dan ketentuannya. Kita harus iri:

• ketika orang hafalannya sudah 30 juz, lha, kita juz 30 aja


masih kebolak-balik;

• ketika orang bacaan Al-Qur`an-nya merdu dan tartil, lha, kita


bacanya aja jarang dan kalau inget doang;

Dewa Eka Prayoga – 25


• ketika orang sedekahnya bisa miliaran per bulan, lha, kita
kotak infak lewat aja diisi sama recehan.

Di situlah alasan kenapa kita harus makin rakus lagi dalam


berbuat amal salehnya. Kenapa? Karena, kita udah ketinggalan
jauuuuuuh!

MERASA CUKUP
Dalam Islam, kita mengenal istilah qana’ah, yang berarti merasa
cukup atas apa-apa yang Allah berikan. Pertanyaannya, bagaimana
mestinya kita bersikap qana’ah?
Karena, disadari atau tidak, banyak orang mikirnya gini:
• “Udah, gak usah mikirin dunia mulu, dunia sementara, Bro.”
• “Udah, gak usah nyari duit mulu, kagak akan dibawa mati,
Bro.”
• “Udah, gak usah ambisi kaya, entar hisabnya bakal berat,
Bro.”
... dan sejenisnya.
Mindset seperti itu hanya akan membuat sosok muslim menjadi
pribadi yang lemah, terkesan gak maju dan terbelakang. Padahal,
Islam itu tinggi dan tak akan ada yang mengalahkan ketinggiannya.
Maka, tugas kita sebagai muslim ialah menjadi contoh dan teladan
untuk orang-orang sekitar. Jangan sampai kita krisis contoh dan
panutan!

26 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


“Islam itu tinggi dan tidak ada yang
mengalahkan ketinggiannya.”
(HR Ad-Daruquthni)

Sekali lagi, ayo, ubah prinsipnya.

Tidakkah Anda berpikir?

• Bangun masjid, gak bisa cuma minta-minta mulu.

• Bangun yayasan, gak bisa cuma ngemis-ngemis mulu.

• Bangun pesantren, gak bisa ngandelin uang donasi mulu.

... dan sejenisnya.

Jadi, merasa cukup itu harus, hanya gunakan prinsip ini untuk
kebutuhan pribadi saja. Jika bicara soal amal dan kebaikan, gak boleh
merasa cukup, justru harus tamak atau rakus!

KAPITALIS OPORTUNIS
Saya pengen ketawa ngakak ketika ada orang yang melabeli Saya
kapitalis oportunis hanya gara-gara Saya menggarap bisnis multi-
niche, alias diversifikasi. Pikirnya, apa yang Saya lakukan adalah salah
satu bentuk aplikasi dari nilai-nilai kapitalisme. Hahaha ....

By the way, kapitalisme merupakan sebuah ideologi atau pe-

Dewa Eka Prayoga – 27


mahaman bahwa raup untung itu sebanyak-banyaknya dan meng-
anggap bahwa uang adalah segalanya.

Sekilas, apa yang Saya lakukan mungkin terbilang kapitalis, jika


hanya memandang sebelah mata tanpa tahu fakta sebenarnya.

Tapi, tidakkah Anda tahu?

• Sebagian besar saham Saya disalurkan untuk wakaf.

• Sebagian besar penghasilan Saya disalurkan untuk umat.

• Sebagian besar perusahaan Saya dibuat untuk kepentingan


maslahat.

Dan gak cuma itu, mereka tidak tahu:

• banyak vendor yang terbantu karena adanya perusahaan ini;

• banyak reseller yang terbantu karena wasilah bisnis ini;

• banyak customer yang terbantu karena hadirnya produk ini;

... dan masih banyak lagi.

“Gak suka? Gak masalah. Saya hidup bukan


untuk membuat Anda terkesan, kok!”

Berkali-kali Saya ingatkan, di benak orang yang mikirnya negatif,


apa pun yang kita lakukan akan jadi negatif di matanya. Jadi, kita gak
usah pedulikan mereka, karena niat kita hanya Allah yang tahu.

28 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Tahunya mereka itu, kita mata duitan. Apa-apa, duit. Apa-apa,
profit. Ah, kapitalis!

Mereka gak tahu dan nyatanya memang gak perlu tahu:

• ada di antara mereka yang ingin punya rumah tanpa riba,


gak usah pake KPR;

• ada di antara mereka yang ingin punya mobil dan motor


tanpa riba, gak usah pake leasing;

• ada di antara mereka yang ingin pergi umrah tanpa harus


ketipu karena milih travel yang murah, gara-gara gak punya
duit;

• ada di antara mereka yang ingin bisa sedekah tanpa ragu


dan perhitungan, lebih brutal dan lebih bergetar;

• ada di antara mereka yang ingin nikah tanpa harus


merepotkan orang tua, plus memberikan mahar terbaik
untuk pasangnnya;

... dan niat-niat baik lainnya.

Mereka gak pernah tahu akan hal itu, dan mereka gak harus tahu
akan hal itu. Karena, mending dicap kapitalis tapi syariah, daripada
dicap syariah tapi kapitalis. *Eh

Dewa Eka Prayoga – 29


PENJUAL LUDAH
Beberapa tahun terakhir ini sontak dunia seminar, training, dan
workshop diramaikan dengan istilah penjual ludah. Apaan tuh? Itu
sebutan untuk mereka yang menjual keilmuan.

Tentu Saya pribadi tidak setuju, karena aktivitas mengajarkan


sesuatu adalah transfer of value, bukan cuma sekadar bacot-bacotan
dan omong doang.

Bahkan, kalau ada yang melabeli Saya penjual ludah, Saya justru
meresponsnya dengan guyonan:

“Gue ludah aja laku, Bro.”

“Jual ludah aja miliaran, apalagi produk.”

“Jangankan bisnis, ludah aja laris manis.”

Huahaha ....

“Orang cerdas itu tahu kapan harus


mendengarkan orang lain dan
kapan harus mengabaikan orang lain.”

Lagian, profesi seperti coach, mentor, trainer, public speaker, dan


guru, gak pantes dilabelin penjual ludah, karena kontribusi mereka
pada anak didik dan peserta didiknya sungguh luar biasa.

“Ah, lo ngomong doang, gampang.”

30 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Yup! Bener banget. Ngomong doang emang gampang. Perta-
nyaannya, kalau lo ngomong:

Ada yang dengerin lo, gak?

Ada yang bayar lo, gak?

Ada yang percaya sama lo, gak?

Jangan-jangan, jangankan dibayar, didengerin aja kagak. Upsss!

“Ngomong itu gak doang!”

Lantas, apa yang melatarbelakangi Saya mau terjun ke dunia


training dan workshop?

Jujur, ini panggilan jiwa.

Sebagai ahlul workshop (sebutan untuk orang yang doyan ikut


workshop), Saya cukup miris:

• jarang ada workshop yang mempersilakan pesertanya untuk


duha time sebelum melanjutkan pembelajaran;

• jarang ada workshop yang memulai dengan sesi doa bersama


sebelum pembelajaran;

• jarang ada workshop yang memisahkan tempat duduk pria


dan wanita selama proses pembelajaran;

• jarang ada workshop yang membahas aspek spiritual di


setiap sesi pembelajaran;

... dan keresahan lainnya.

Dewa Eka Prayoga – 31


Saat itu Saya mikir, kalau Saya cuma resah dan ngeluh doang, ya,
gak bakal ngasih solusi apa-apa. Maka, Saya harus turun langsung.
Akhirnya:

• Saya bikin workshop premium untuk menjaring orang-orang


menengah ke atas.

• Saya bikin pendampingan GRATIS untuk menjaring orang-


orang yang terkendala biaya.

Jadi, gak ada alasan lagi untuk ngeluh, wong udah dibuatkan
programnya.

Masih mau nyinyir lagi? Ayo, sini! Hehe ....

BODO AMAT!
Jadi, udah jelas, ‘kan, kenapa jadi manusia itu harus rakus?

Terlebih jika kita termasuk manusia yang ingin menjadi ber-


manfaat buat banyak orang, seperti yang Rasulullah sabdkan:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling


bermanfaat bagi manusia.”
(HR Ahmad, Ath-Thabrani, Ad-Daruquthni)

Tapi, lagi-lagi, Anda boleh setuju boleh tidak dengan prinsip Rakus

32 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Amal yang Saya sampaikan di bab ini. Namun, jika Anda berubah
pikiran dan mulai setuju dengan Saya, diperlukan sikap Bodo Amat
agar Anda bisa konsisten menjalankannya. Kenapa?

Karena, godaan dan ujiannya banyak banget.

• Akan ada yang ngatain Anda sok suci.

• Akan ada yang ngatain Anda sok alim.

• Akan ada yang ngatain Anda sok bener.

• Akan ada yang ngatain Anda sok pinter.

Udah, abaikan aja.

Toh, nanti ketika di akhirat, mereka gak akan nolongin kita.

Satu-satunya yang bakal nolongin kita agar terhindar dari siksa


dan api neraka, ya, diri kita sendiri. Jadi, gak usah peduli. Bodo Amat!

“Setiap kata ejekanmu kan kujadikan doa


pembakar semangatku. Terima kasih, haters!”
- DEP -

Dewa Eka Prayoga – 33


#ZONANYINYIR

“Nge-judge orang
emang gampang,
yang susah itu
NGACA!”

34 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


PRINSIP #2:

Boros
Sedekah

Dewa Eka Prayoga – 35


36 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
“Pengusaha muslim itu sederhana hidupnya,
banyak amal salehnya, dan boros sedekahnya.”

Inilah prinsip gendeng kedua: BOROS SEDEKAH.

Ngomongin soal sedekah memang gak akan ada habisnya. Saya


pribadi udah sering banget bahas topik atau tema ini di buku-buku
sebelumnya, seperti Melawan Kemustahilan, Jackpot Rezeki, dan
Detonator Kebaikan.

Namun, apa yang beda di pembahasan kali ini? Yuk, kita bedah
....

ORANG TAJIR
Setiap kali Saya bertemu dengan pengusaha, sering kali Saya
menanyakan apa motif dan alasan mereka ingin jadi pengusaha. Tak
jarang di antara mereka ingin menjadi orang kaya (orang tajir).

“Pedagang yang senantiasa jujur lagi amanah akan


bersama para nabi, orang-orang yang selalu jujur,
dan orang-orang yang mati syahid.”
(HR At-Tirmidzi)

Dewa Eka Prayoga – 37


Wajar banget, sih, karena memang pengusaha atau pedagang
(tajir) memungkinkan seseorang jadi kaya. Saking mungkinnya,
sampai-sampai orang Indonesia sering salah sebut, “Wah, lo sekarang
udah tajir, ya.” Padahal, sebutan tajir sendiri berasal dari bahasa
Arab yang berarti pedagang, bukan bermakna orang kaya seperti
yang orang pahami kebanyakan. Tapi, hal tersebut menjadi lumrah
seakan-akan sebuah doa bahwa dengan jadi seorang pengusaha
atau pedagang memungkinkan seseorang jadi orang kaya. Mau
bukti?

Inilah buktinya, beberapa sahabat nabi yang kaya raya.

• Abdurrahman ibn ‘Auf (44 SH–32H/580–652 M).


Nilai kekayaannya saat wafat ditaksir mencapai
Rp6.212.688.000.000,00.

• Az-Zubayr ibn al-‘Awwam (28 SH–36 H/594–656 M).


Nilai kekayaannya saat wafat ditaksir mencapai
Rp3.543.724.800.000,00.

• ‘Utsman ibn ‘Affan (47 SH–35 H/577–656 M).


Nilai kekayaannya saat wafat ditaksir mencapai
Rp2.532.942.750.000,00.

• Thalhah ibn ‘Ubaydillah (26 SH–36 H/598–656 M).


Nilai kekayaannya saat wafat ditaksir mencapai
Rp542.100.500.000,00.

• Sa’d ibn Abi Waqqash (23 SH–55 H/600–675 M).


Nilai kekayaannya saat wafat ditaksir mencapai

38 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Rp15.380.750.000,00.

Masyaallah ... itu uang atau duit? Wow banget!

Jadi, gak ada salahnya kita sebagai pengusaha memiliki niat


untuk jadi orang tajir (orang kaya). Bukan cuma mimpi!

TARGET SEDEKAH
Sebagai pengusaha, wajar jika target revenue atau omzet men-
jadi bagian penting di perusahaan. Namun, bagi pengusaha muslim,
itu saja tidak cukup, harus ada yang diubah. Maksudnya?

“Banyak-banyakan omzet itu biasa.


Banyak-banyakan sedekah itu luar biasa.”

Maka, mulai sekarang dan seterusnya, jangan sekadar menar-


getkan angka omzet, profit, dan income, tapi targetkan juga berapa
budget giving setiap bulan. Misalkan:

• Ngasih ke orang tua mau berapa?

• Ngasih ke kerabat mau berapa?

• Ngasih ke anak yatim dan duafa mau berapa?

• Sedekah tiap pagi mau berapa?

Dewa Eka Prayoga – 39


• Sedekah tiap Jumat mau berapa?

• Wakaf buat pondok/pesantren mau berapa?

• Infak buat jalan dakwah mau berapa?

• Zakat mal tiap tahun mau berapa?

... dan budget giving lainnya.

Kenapa?

Karena, banyak-banyakan omzet itu biasa, banyak-banyakan


sedekah baru luar biasa.

NIKMAT HARTA
Saya yakin gak semua orang yang membaca buku ini punya
masalah dari sisi finansial. Ada beberapa di antara Anda yang justru
Allah kasih nikmat kelapangan berupa harta kekayaan.

“Ketika Allah memberimu nikmat finansial berupa


harta kekayaan, jangan tingkatkan taraf hidupmu,
akan tetapi tingkatkan taraf sedekahmu.”

Awas, lho, ya. Miskin ujian, kaya pun ujian.

Ketika Allah titipkan harta kekayaan kepada kita, jangan justru

40 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


membuat kita terlena dan terpedaya oleh silaunya dunia.

Jangan sampai, baru dikasih kekayaan, eh, langsung:

• beli mobil baru;

• beli rumah baru;

• beli baju baru;

• beli tas baru;

• beli perhiasan baru;

... dan hal-hal baru lainnya.

Terus aja gitu. Kebablasan!

Padahal, apa-apa yang Anda beli itu belum tentu kepake. Dijamin!
Gak percaya? Cek aja sendiri. Gak semuanya bakal Anda pake.

Lagian, barang-barang mewah dan serba-serbi itu, kalau


memang gak dipake, bukan jadi rezeki Anda. Lho, kok?

KONVERSI REZEKI
Sadarkah Anda? Harta yang Allah kasih ke kita, semuanya akan
ditanya dan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

Oleh karenanya, daripada harta tersebut dipakai untuk berfoya-


foya dan memamerkan kekayaan, mending kita hambur-hamburkan

Dewa Eka Prayoga – 41


untuk berbagi kebahagiaan dengan orang-orang di sekitar, alias
sedekah. Kenapa?

Karena, ternyata rezeki itu cuma ada tiga, yakni:

1. apa yang kita makan/minum;

2. apa yang kita pakai/gunakan; dan

3. apa yang kita infakkan/sedekahkan.

Dari situ kita bisa belajar banyak.

• Kalau ada makanan berlebih, maka segeralah makan. Jika


tidak, maka bagikanlah makanan tersebut ke orang yang
membutuhkan, agar terkonversi jadi rezeki.

• Kalau ada pakaian berlebih, maka segeralah pakai. Jika


tidak, maka berikanlah pakaian tersebut ke orang yang
membutuhkan, agar terkonversi jadi rezeki.

Ya, gampangnya, rezeki itu hak pakai, bukan hak milik. Itu artinya,
yang kita miliki saat ini belum tentu jadi rezeki kalau gak pernah kita
pakai atau gunakan. Misalkan sebagai berikut.

• Punya rumah dua: yang satu ditempati, yang satu didiamkan.


Kalau memang yang satunya lagi tidak disewakan, mending
biarkan saja orang menempati, supaya jadi rezeki.

• Punya mobil tiga: yang satu dipakai sendiri, yang satu


dipakai istri, yang satunya lagi nganggur. Kalau memang
yang satunya lagi gak pernah dipakai, mending diwakafkan,
supaya jadi rezeki.

42 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


• Punya gadget empat: yang satu dipakai sendiri, yang
satu dipakai istri, yang satu dipakai, yang satunya lagi gak
kepake. Kalau memang yang satunya lagi gak pernah kepake,
mending dikasihkan ke orang, supaya jadi rezeki.

Ah, pokoknya sesimpel itu konsepnya, tinggal Anda mau serius


praktiknya atau enggak?

“Sederhanalah dalam hidup.


Boroslah dalam sedekah.”

NUNGGU KAYA
Banyak orang ketika dikomporin untuk sedekah, mereka
bergumam dan protes gini:

“Lu enak udah kaya, bisa sedekah jor-joran. Gue jangankan


sedekah, hidup aja susah!”

Atau, mungkin mikirnya gini:

“Gue kalau jadi orang kaya dan punya banyak duit, gue juga
bakal sedekah brutal, kok. Gak usah dikomporin terus!”

Padahal, nyatanya, ketika dikasih sama Allah rezeki berupa harta,


si doi tetap aja bakhil bin pelit bin medit, alias gak pernah sedekah
sama sekali.

Dewa Eka Prayoga – 43


Maka, hati-hati jika kita punya keyakinan seperti di atas, yakni
nunggu kaya dulu baru sedekah. Jangan sampai pas Allah kasih
kekayaan, eh, kita malah berpaling dari nikmat tersebut dan pelit.

Tak heran, Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 75–77:

“Dan di antara mereka ada orang yang telah


berjanji kepada Allah, ‘Sesungguhnya jika Allah
memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada
kami, niscaya kami akan bersedekah dan niscaya
kami termasuk orang-orang yang saleh.’ Ketika
Allah memberikan kepada mereka sebagian dari
karunia-Nya, mereka menjadi kikir dan berpaling,
dan selalu menentang (kebenaran). Maka Allah
menanamkan kemunafikan dalam hati mereka
sampai pada waktu mereka menemui-Nya, karena
mereka telah mengingkari janji yang telah mereka
ikrarkan kepada-Nya dan (juga)
karena mereka selalu berdusta.”

Na’ūdzubillāhi min dzālik ....

Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang seperti itu. Āmīn


....

44 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Oleh karenanya, jangan nunggu kaya baru sedekah, karena kalau
miskinnya kelamaan, entar situ gak sedekah-sedekah. Ups!

Udah, jangan kesinggung gitu.

Daripada kesinggung, mending ngaca diri. Jangan-jangan Allah


belum ngasih rezeki berupa kekayaan karena kitanya pelit bin medit?
Bener, gak? Masuk akal?

“Banyak-banyakan omzet itu biasa.


Banyak-banyakan sedekah itu luar biasa.”

Muhasabah aja. Jangan ngotot merasa diri gak salah. Kalau


memang pelit dan sedekahnya masih seuprit, ya ngaku sadja! Nah,
baru setelahnya, yuk, kita berubah, berani untuk mengalokasikan
budget lebih untuk sedekah: lebih brutal, lebih bergetar. Nyesss!!!

JAMINAN LANGIT
Dari dulu sampai sekarang, Saya hampir gak pernah pakai
asuransi. Kenapa? Ya, gak mau aja. Keyakinan Saya meyakini bahwa
asuransi itu gak boleh. Titik. Gak usah debat!

Sampai suatu ketika Saya bertemu dengan seseorang dan dia


ngomong gini, “Lho, kalau gak pake Asuransi, nanti kalau suatu saat
ada apa-apa dan kenapa-kenapa gimana? Gak ada jaminannya, lho
....”

Dewa Eka Prayoga – 45


Dipikir-pikir, memang gak ada. Terbukti saat sakit GBS dulu,
berminggu-minggu nginep di ruang ICU, Saya gak dapat jaminan
apa-apa. Bayar obat dan rumah sakit, ya, harga normal, gak ada harga
diskon atau harga coret-coretnya. Hehe ....

Tapi, justru momen tersebut membuat Saya semakin yakin


bahwa sebenarnya hidup gak perlu jaminan. Satu-satunya jaminan
terbaik adalah Allah azza wa jalla.

Ketika Saya berjuang keras untuk meninggalkan riba dan gak


mau menggunakan asuransi, maka Saya meyakini sepenuh hati
bahwa Allah menjamin kehidupan di masa depan nanti.

“Kekayaan adalah apa yang kamu infakkan


di jalan Allah, bukan apa yang tersimpan
di akun rekening bankmu.”

Jadi, ketika kita berkomitmen untuk taat syariat Allah dan


membelanjakan harta kita di jalan Allah, maka yang menjamin kita
bukan lagi asuransi, tapi Allah langsung. Gak usah khawatir!

“Tapi, ‘kan, Kang ....”

“Tapi, ‘kan ....”

“Tapi, Kang ....”

Udaaah ... gak usah banyak tapi.

46 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Kalau memang Anda beriman pada Allah dan meyakini dengan
sepenuh hati janji-janji Allah, maka sebuah kepastian bahwa janji-
Nya akan ditunaikan. Pasti! Haqqul yaqīn ....

PASSIVE PAHALA
Sejauh yang Saya pelajari selama ini, banyak sekali mentor,
guru, buku, seminar, training, dan workshop yang ngajarin kita untuk
memperbanyak passive income, khususnya bagi orang yang ingin
kaya raya. Betul?

Misalnya, mereka menganjurkan kita untuk investasi di properti,


bangun bisnis yang autopilot, menelurkan banyak karya (royalti),
menghasilkan kekayaan intelektual (lisensi), mempromosikan
produk recurring (komisi berulang), dan masih banyak lagi. Alhasil,
tanpa disadari, kita sering kali dicekoki oleh semangat materialistik,
memperkaya diri, dan sibuk dengan urusan duniawi. Astagfirullah ....

Hal tersebut sebenarnya gak salah, hanya saja perlu dibekali


dengan pondasi dan fundamen bisnis yang kuat, khususnya mereka
para pebisnis muslim yang terikat dengan hukum syara’ (syariat
Islam) dan menyadari betul bahwa dunia cuma numpang lewat,
bukan selamanya.

Salah satu hal penting yang harus terus juga digembor-


gemborkan di kalangan umat dan masyarakat adalah semangat
untuk memperbanyak passive pahala.

Dewa Eka Prayoga – 47


Ya, PASSIVE PAHALA.

Kalau passive income intinya adalah income (penghasilan) yang


terus mengalir walaupun kita tidak lagi bekerja, maka passive pahala
intinya adalah pahala (kebaikan) yang terus mengalir walaupun kita
telah tiada.

Inilah yang disebutkan dalam hadis berikut ini.

Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

“Apabila anak Adam mati, maka terputuslah


amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariah,
ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang
mendoakan orang tuanya.”

Ya, sedekah jariah.

Ada kata jariah di dalam hadis tersebut, tak hanya sekadar


sedekah biasa. Apa itu artinya?

Kalau sedekah artinya pemberian, maka jariah artinya mengalir.

Itu artinya, sedekah jariah adalah memberikan harta/benda


untuk kepentingan umum yang dapat dimanfaatkan secara terus-
menerus, sehingga pahalanya mengalir terus. Dan salah satu bentuk
sedekah jariah yang sangat populer adalah wakaf.

Ya, wakaf.

48 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Wakaf adalah cara terbaik untuk memperbanyak passive pahala.
Pertanyaannya, sudah berapa banyak passive pahala yang kita miliki?
Sudah seberapa besar saldo kebaikan yang kita punya? Sudah
seberapa banyak amal saleh yang kita perbuat?

Ya, belum banyak, pasti gak banyak.

Kalaupun ada yang ngerasa banyak, berarti itu orang sombong.


Na’ūdzubillāh ....

Inilah saat terbaiknya. Saat ini juga, tanpa ditunda-tunda, entar


keburu lupa. Sekarang juga, tanpa dinanti-nanti, entar keburu mati.

PESAN ISTIMEWA
Izinkan Saya bercerita ....

Tepat empat tahun yang lalu, di akhir bulan November 2016, Saya
baru saja keluar dari rumah sakit setelah 52 hari terbaring lumpuh
karena penyakit autoimun bernama GBS. Selama hampir dua bulan
di rumah sakit, ada satu momen yang gak akan pernah terlupakan.
Kenapa?

Karena, momen itulah yang membuat purpose hidup Saya


berubah, bagaikan bumi dan langit. Momen apakah itu?

Saat kritis. Ya, saat Saya berada dalam kondisi kritis, dengan
balutan ventilator, dengan kondisi 50:50 antara hidup dan mati.

Dewa Eka Prayoga – 49


Karena, di saat kritis, Saya hilang kesadaran dalam waktu yang
cukup lama. Mungkin, di saat momen ini pula, orang-orang tercinta
di sekeliling Saya meneteskan air matanya karena takut dan khawatir
kemungkinan buruk terjadi.

Saat Anda membaca cerita ini, mungkin Anda bertanya-tanya,


“Memangnya ada apa? Apa yang terjadi?”

Ya, di saat Saya kehilangan kesadaran, sejujurnya Saya mengalami


episode ngobrol sendiri seakan sedang negosiasi ke Allah.

Kala itu, mata Saya seakan melihat sebuah pancaran cahaya


terang. Seketika Saya bilang begini ke Allah:

“Yā Allāh yā Rabb ... kalau ini adalah hari di mana hamba harus
meninggalkan dunia ini, apakah semua amalan hamba sudah cukup
untuk bisa mendapatkan rida-Mu?”

“Yā Allāh ... kalau ini adalah hari di mana hamba harus kembali
kepada-Mu, apakah semua kebaikan hamba sudah cukup untuk bisa
mendapatkan rahmat-Mu?”

“Yā Allāh ... kalau ini adalah hari kematian hamba, apakah semua
pahala hamba sudah cukup untuk bisa mendapatkan surga-Mu?”

Spontan, Saya pun menjawab sendiri:

“Jangan-jangan, ya Allah, dosa hamba lebih banyak ....”

“Jangan-jangan, ya Allah, maksiat hamba lebih banyak ....”

“Jangan-jangan, ya Allah, keburukan hamba lebih banyak ....”

50 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


“Dan karenanya, Engkau murka dan memasukkan hamba ke
neraka ....”

Allāh yā Rabb ....

Di titik itulah, Saya berkomitmen, “Yā Allāh yā Rabb, seandainya


Engkau memberikan kesempatan kepada hamba untuk kembali
pulih, maka izinkan hamba untuk bisa bersedekah lebih banyak.”

Kawan, firman Allah di surat Al-Munāfiqūn ayat 10, sungguh


nyata. Saya ngalamin, ngalamin langsung.

“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah


Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang
kepada salah seorang di antara kamu lalu dia
berkata (menyesali), ‘Ya Tuhanku, sekiranya
Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit
waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku
akan termasuk orang-orang yang saleh.”

Tentu, Anda jangan ngalamin kaya Saya dulu.

Petiklah sebuah pesan istimewa yang Allah titipkan melalui sakit


dan komanya Saya.

Perbanyaklah sedekah.

Boroslah dalam sedekah.

Dewa Eka Prayoga – 51


Serakahlah dalam sedekah.

Jangan sampai menyesal di akhir kelak saat kita sudah wafat. T_T

KANTONG KAFAN
Anda pernah lihat kain kafan?

Pernah lihat posisi kantongnya ada di mana?

Ada berapa jumlah kantongnya?

Jawab: kagak ada.

Ya, sudah jelas, yang namanya kain kafan, ya, gak ada kantongnya.
Lo kira baju koko?

“Bersedekahlah, karena kain kafanmu nanti


tidak memiliki saku yang bisa kaugunakan untuk
mengantongi kekayaanmu.”

Dari sini kita bisa ambil pelajaran, mati itu beneran gak bawa
apa-apa, kecuali amalan dan kebaikan yang kita lakukan semasa masih
hidup. Itulah kenapa, jangan terlena dengan harta kekayaan, pun
jangan menghambur-hamburkan uang untuk mempertontonkan
kekayaan di depan orang, karena itu semua pas mati pun kagak akan
dibawa. Percuma!

52 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Lantas, mesti gimana?

Gunakan harta kekayaan yang Allah kasih untuk hidup sese-


derhana mungkin, lalu sisanya hambur-hamburkan di jalan Allah,
entah untuk membantu fakir miskin (zakat), menyantuni anak
yatim (infak), membebaskan lahan (wakaf ), ataupun membangun
peradaban (sedekah). Terserah! Apa pun itu. Sudah cukup kebutuhan
hidup kita di dunia. Mari kita siapkan kebutuhan hidup kita di akhirat
kelak.

BODO AMAT!
Jadi, sudah jelas, ‘kan, kenapa orang tajir selalu boros?

Tentu, boros yang dimaksud di buku ini adalah BOROS SEDEKAH,


bukan justru malah menghambur-hamburkan uang gak jelas.

Kalaupun Anda gak setuju, gak apa-apa, tenang saja. Bodo Amat!

Ngirit atau borosnya sedekah Anda gak akan mengubah hidup


dan nasib Saya di masa depan nanti (akhirat).

“Udah, deh, gak usah beralasan takut miskin,


toh situ belum kaya-kaya amat juga, ‘kan?”
- DEP -

Dewa Eka Prayoga – 53


#ZONANYINYIR

“Kalau mau jadi manusia,


ya, manusia saja.
Kalau mau jadi anjing, ya,
anjing saja. Jangan jadi
MANUSIA tapi kelakuan
kayak ANJING, gonggong
mulu, nyinyir mulu. Berisik!”

54 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


PRINSIP #3:

Gila
Karya

Dewa Eka Prayoga – 55


56 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
“Gak boleh gila harta, tapi harus gila karya.”

Inilah prinsip gendeng ketiga: GILA KARYA.

Kita selalu diajarkan untuk tidak tergila-gila dengan harta.


Kenapa? Karena, harta akan membuat kita terlena dengan dunia dan
menjadi sumber malapetaka. Tentu, bukan hal itu yang kita inginkan,
bukan?

Namun, apa jadinya seandainya kita gila dalam berkarya?


Bolehkah?

Yuk, kita bahas tuntas ....

FILOSOFI KARYAWAN
Anda sadar, gak, kenapa orang yang bekerja disebut karyawan
bukan kerjawan? Hayo, pernah mikir sampai ke sana? Hehe ....

“Berkarya sudah pasti bekerja. Bekerja belum


tentu berkarya. Terlihat sama, namun beda.”

Seorang karyawan sejatinya dituntut untuk tidak hanya sekadar


bekerja, tapi pastikan benar-benar berkarya. Apa bedanya?

Setidaknya, inilah perbedaan mendasarnya.

Dewa Eka Prayoga – 57


• Bekerja itu soal profesi. Berkarya itu soal kompetensi.

• Bekerja itu demi harta. Berkarya itu demi cinta.

• Bekerja itu karena fulus. Berkarya itu karena tulus.

• Bekerja itu dituntut perfeksionis. Berkarya itu dituntut lebih


kritis.

• Bekerja itu tersiksa. Berkarya itu terbiasa.

• Bekerja itu hati-hati. Berkarya itu pake hati.

• Bekerja itu menuntut rutinitas. Berkarya itu menuntut


kreativitas.

• Bekerja itu memuaskan atasan. Berkarya itu memuaskan


perasaan.

• Bekerja itu doing something. Berkarya itu giving something.

Bisa dibilang, prinsip gila karya inilah yang Saya instal ke otak-
otak tim Saya di hampir semua perusahaan.

• Baik itu di Billionaire Store.

• Baik itu di Billionaire Coach.

• Baik itu di Mesin Kreativitas.

• Baik itu di Shaliha Hijab.

• Baik itu di KMO Indonesia.

• Baik itu di KBM App.

58 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


• Baik itu di Dewa Snack.

• Baik itu di Laku Keras.

... dan masih banyak lagi.

“Leader itu jangan cuma ngasih contoh, tapi harus


jadi contoh; terlihat sama, namun beda.”

Intinya, ketika ada karyawan yang terkategori bodoh, sesung-


guhnya yang biangnya bodoh itu leader-nya. Eits, jangan kesinggung,
emang iya!

• Gak ada karyawan yang goblok, yang ada leader yang kurang
pintar dalam memintarkan karyawannya.

• Gak ada karyawan yang malas, yang ada leader yang kurang
rajin dalam merajinkan karyawannya.

• Gak ada karyawan yang beloon, yang ada leader yang


kurang cerdas dalam mencerdaskan karyawannya.

Karena, pada dasarnya, business is about the leader. Kalau leader-


nya belum sanggup mencuci otak timnya untuk senantiasa berkarya,
ya, pantas saja mereka akan selamanya bekerja.

Apa pasal?

Lagi-lagi, karena ke-Amat Bodo-an leader-nya. Ups!

Dewa Eka Prayoga – 59


Jadi, mending terlihat Amat Bodo atau bersikap Bodo Amat?
Jangan kalah sama tetangga, si Amat. Dia pinter, lho! Hehe ....

GILA KARYA
Dari apa yang Saya sampaikan di atas, sudah sangat jelas bahwa
sesungguhnya setiap orang punya cara dan ruang tersendiri untuk
menghasilkan karya terbaiknya.

• Ada yang memutuskan berkarya sebagai profesional.

• Ada yang memutuskan berkarya sebagai musisi.

• Ada yang memutuskan berkarya sebagai seniman.

• Ada yang memutuskan berkarya sebagai animator.

Termasuk, berkarya di perusahaan tempat Anda bekerja.

Tentu, agar karyawan yang dihasilkan tidak sia-sia dan sekadar


mengejar materi semata, maka pastikan niatkan karena ibadah,
bukan hanya karena upah. Sehingga, semakin Anda gila berkarya,
semakin banyak pahala yang Anda dapatkan.

“Sesungguhnya Allah azza wa jalla mencintai


seseorang yang apabila bekerja, ia mengerjakannya
dengan profesional.”
(HR Thabrani)

60 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Itulah kenapa Saya pribadi pun sangat gila karya, bukan karena
tamak harta dan jabatan, tapi karena ingin memberi manfaat buat
banyak orang.

Pastinya, Saya berkarya dengan cara Saya sendiri, seperti:

• menulis lebih dari 19 buku,

• me-launching lebih dari 30 produk,

• membangun lebih dari 20 bisnis,

... dan masih banyak lagi.

Meski demikian, sebelum akhirnya kini produktif menghasilkan


banyak karya, buku misalnya, Saya pun pernah mengalami kesulitan
dan pengalaman tidak mengenakkan. Gak percaya?

VONIS KAMPRET
Saya cukup kesal saat dulu dapat vonis dari salah seorang
mentor yang bilang bahwa Saya gak ada bakat nulis. Asem tenan!
Aaarrrggghhh ....

Bukan tanpa alasan dia ngomong kayak begitu, tapi memang


hasil tes IQ Saya mengatakan demikian. Ya, kecerdasan linguistik
Saya terbilang buruk. Itu artinya, Saya tidak cukup cerdas alias rada
bego dalam hal mengolah kata, baik bicara maupun menulis.

Untung, Saya gak baper berkepanjangan.

Dewa Eka Prayoga – 61


Meski rada emosi karena di-judge demikian, tapi tak membuat
Saya meng-iya-kan hasil tes tersebut, malah membuat Saya semakin
terdorong untuk membuktikan sebaliknya, “Hmmm, awas, ya!”

Ya, semenjak ngikut tes psikometrik tersebut di SMA, Saya jadi


kepengen buktiin bahwa hasil tes tersebut salah, bener-bener salah!

Lantas, bagaimana hasilnya?

Singkat cerita, di tahun 2010, Saya coba untuk menulis buku.


Judulnya rada aneh, How to Get The Future. Penjualannya gak begitu
membludak seperti buku-buku Saya saat ini, tapi buku tersebut
memberikan pengalaman emosional tersendiri buat Saya. Apa itu?

Ya, itu tadi, saat Saya mencoba tuk minta masukan ke salah satu
mentor nulis saat itu, beliau bilang begini seakan senada dengan hasil
tes IQ Saya beberapa tahun lalu, “Bukunya terlalu biasa. Isinya terlalu
standar. Udah banyak buku yang kayak begini. Gak ada bedanya
sama yang lain.” #JLEB

“Kritikan itu pahit,


tapi itu menumbuhkanmu.”

Masukan dan kritikan dari beliau membuat ingatan Saya kembali


memanggil memori masa lalu, saat di mana guru BP menyampaikan
hasil tes IQ di depan Saya, “Kecerdasan linguistiknya Dewa buruk.”

Sejak saat itu Saya hampir putus asa jadi penulis. Mungkin, itu

62 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


bukan jalan hidup Saya.

Ya, Saya gak punya bakat nulis bagus.

• Tulisan Saya terlalu biasa.

• Tulisan Saya terlalu standar.

• Tulisan Saya terlalu kaku.

... dan keburukan-keburukan lainnya.

Untungnya, tepatnya, alhamdulillahnya, Saya bukan tipe orang


yang mudah percaya dengan judgement orang ataupun tools
assesment, apalagi hasil judgement-nya tidak memberdayakan isi
pikiran Saya. Ah, setan banget itu!

LIMITING BELIEF
Saat itu Saya sadar, Saya gak tertarik jadi penulis.

Saya nyadar, Saya gak minat sama dunia tulis-menulis.

“Apaan, kayak cewek aja!” pikir Saya saat itu.

Ya, dalam benak Saya, profesi penulis hanya cocok dan pas
dimiliki oleh seorang wanita.

Kalau cowok, ya dosen.

Kalau cowok, ya dokter.

Dewa Eka Prayoga – 63


Kalau cowok, ya pebisnis.

Sedangkal itu Saya mikirnya. Dulu.

Tapi, pemahaman yang tidak memberdayakan tersebut akhirnya


musnah dalam pikiran seiring seringnya Saya belajar dan membaca
buku tentang self improvement/development.

Itulah yang dinamakan limiting belief (keyakinan yang mem-


batasi).

Saya berusaha menghilangkannya.

Saya berjuang melawannya.

Saya bersikeras menghancurkannya.

Sampai pada akhirnya, Saya memiliki keyakinan baru nan super


memberdayakan, bahwa Saya adalah penulis yang hebat.

Saya penulis best seller.

Saya penulis favorit.

Saya penulis berpengaruh.

Saya penulis luar biasa.

Ah, pokoknya, pemikiran-pemikiran dan identitas-identitas posi-


tif tersebut mulai Saya sematkan sejak awal tahun 2012.

Sampai pada akhirnya, kebangkrutan yang nilainya miliaran itu


tiba. Utang Rp7,7 miliar.

64 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Atas dasar masukan dari seorang kawan, Saya disarankan untuk
menulis buku. Saya sempat menolak. Kenapa? Jelas, karena Saya
sedang bangkrut, gak bisa konsentrasi nulis, gak bisa konsentrasi,
lagi mumet, stres, dan frustrasi, sementara aktivitas nulis sangat
butuh konsentrasi tingkat tinggi.

Tapi, lagi-lagi, dalam waktu sekejap Saya menghilangkan limiting


belief tersebut.

Saya bisa nulis ekspres.

Saya mampu nulis cepat.

Saya sanggup nulis secepat kilat.

Dan buku itu pun selesai hanya dalam waktu tujuh hari, tepat
satu minggu. Super ekspres. Crazy. Alhamdulillah ....

EMPOWERING BELIEF
Singkat cerita, buku tersebut terjual hingga puluhan ribu copy,
national best seller. Alhamdulillah, izin Allah, pertolongan-Nya.

Buku ke-3 pun ditulis. Best seller.

Buku ke-4 pun ditulis. Best seller.

Buku ke-5 pun ditulis. Best seller.

Buku ke-6 pun ditulis. Best seller.

Dewa Eka Prayoga – 65


Buku ke-7 pun ditulis. Best seller.

Buku ke-8 pun ditulis. Best seller.

Buku ke-9 pun ditulis. Best seller.

Buku ke-10 pun ditulis. Best seller.

... sampai dengan buku ke-19, semuanya best seller.

Dan alhamdulillahnya lagi, gak cuma sekadar nulis buku, tapi


nulis iklan dan kata-kata promosi pun begitu persuasif. Itulah kenapa,
di mesin pencarian Google dan YouTube, ketika Anda ketikkan kata
copywriting, maka akan muncul nama Saya, Dewa Eka Prayoga.

Bukan karena settingan, tapi mungkin netizen dan umat meng-


akuinya. Alhamdulillah, bisa jadi wasilah belajar ilmu copywriting.

Tak terbayang, seandainya Saya menelan mentah-mentah


vonis kampret dari hasil tes IQ yang Saya dapat sejak SMA, mungkin
saat ini Saya tak akan jadi penulis best seller dan copywriter yang
menghasilkan penjualan miliaran. Alhamdulillah, izin Allah.

Dalam hal ini, Saya ingin sampaikan pada Anda, jangan suka
telan mentah-mentah vonis dan omongan buruk orang terhadap
dirimu. Ingat, nasibmu ada di tanganmu, bukan orang lain, apalagi
cuma sekadar hasil tes/tools.

Allah saja Yang Maha Segalanya gak akan ngubah nasib kita,
sebelum kita mengubah nasib kita sendiri. Buktinya? Cek aja dalilnya:

66 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


“.... Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri ....”
(QS Ar-Ra’d: 11)

Maka, ayo ubah diri Anda. Ekstrem!

Hancurkan semua pembatas.

Hilangkan segala penghalang.

Lawan setiap omongan negatif.

Ubahlah limiting belief jadi empowering belief (keyakinan yang


memberdayakan), termasuk jika ada orang yang menganggap
Anda, “Gak bakat nulis!” atau mungkin diri Anda sendiri yang justru
memberikan judgement itu, “Saya gak bisa nulis!”

JEJAK KEHIDUPAN
Mungkin sama seperti Anda, dulunya Saya pun bingung bagai-
mana cara menulis buku dan menjadikannya best seller. Jangankan
best seller, nulisnya aja gak kelar-kelar.

Tiap kali mau nulis, syaitan dalam diri langsung berbisik:

• “Kayaknya gak bakat nulis, deh.”

Dewa Eka Prayoga – 67


• “Tuh, ‘kan, jelek banget tulisannya.”

• “Duh, kok, rancu banget sih susunan kalimatnya.”

... dan sejenisnya.

Memang kalau ada orang yang bingung semacam ini, penye-


babnya cuma satu, yaitu gak tahu caranya. Tapi, sebenarnya ada yang
lebih penting dari itu. Ini bukan tentang bagaimana kita nulis buku,
tapi lebih daripada itu. Apa? Energinya.

Ya, energi nulisnya. Kenapa kita harus nulis buku?

Bagi Saya, nulis buku adalah MENINGGALKAN JEJAK DI


KEHIDUPAN.

Ini bukan soal seberapa banyak royalti yang bakal kita dapatkan,
melainkan soal seberapa banyak manfaat yang bisa kita tebarkan,
melalui buku-buku yang kita hadirkan.

Ngejar dunianya?

Dapat ... royalti namanya.

Ngejar akhiratnya?

Dapat ... manfaat namanya.

“Sebaik-baiknya manusia adalah yang


bermanfaat bagi sesamanya.”

68 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Passive income? Royaltinya.

Passive pahala? Manfaatnya.

Alasan tersebut sudah cukup membuat Saya tergerak untuk


menghasilkan sebuah karya, yakni buku.

Sedikit cerita ....

Entah kapan tepatnya, tapi Saya mulai nulis buku sejak usia
sembilan belas tahun. Buku pertama yang Saya tulis berjudul How to
Get The Future, berisi tentang 7 Langkah Dahsyat Menggenggam Masa
Depan, dapat banyak masukan dan kritikan dari mentor Saya itu.

Kemungkinan besar Anda enggak tahu buku ini. Kenapa? Karena


jarang Saya promosikan.

Ya, karena waktu itu Saya punya utang cukup besar, sekitar 40
jutaan. Lumayan, pas awal kuliah mah duit segitu gede. Untungnya
Saya hobi baca sejak SMA, dan Saya pun kepikiran untuk nulis buku
dan menerbitkannya sendiri agar mampu melunasi utang tersebut.

Singkat cerita, jadilah buku tersebut dalam satu bulan. Setelah


tiga bulan jualan, terkumpullah uang yang nilainya lebih besar
dibandingkan utang yang Saya miliki. Lunas, deh! Alhamdulillah ....

Karena awal mula nulis buku niatnya untuk bayar utang, maka
pas utangnya lunas, malas lagi nulisnya. Weleh-weleh ... salah niat, nih,
Saya. Saya pun akhirnya fokus lagi pada kuliah dan berbisnis: buka
bimbel, kedai makanan, jualan apa aja, dan lain-lain.

Dewa Eka Prayoga – 69


Singkat cerita lagi, di bisnis ketujuh, Saya ditipu partner Saya dan
harus nanggung kerugian 7,7 miliar rupiah. Innalillahi ....

Saya pun cari solusi sana-sini. Stres berat, persis seperti yang
Anda alami jika pernah bangkrut. Kurang lebih begitu. Rp7,7 M, Bro!

Singkat cerita lagi, Saya diberi saran oleh sahabat untuk nulis
buku lagi, “Wa, gimana kalau kamu nulis buku lagi?”

“Yaelah, bercanda ente! Ana lagi stres dan frustrasi gini, disuruh
nulis. Lagi bangkrut pula. Nulis apa? Gak ada yang patut dibanggakan.”
Kurang lebih begitulah jawaban spontan Saya saat itu.

Pulang ke rumah, Saya banyak berdoa, taubat, istikharah, minta


petunjuk agar Allah tunjukkan jalan pada Saya. Dan akhirnya ....

Sahabat Saya, Mas Mirza (co-founder Billionaire Store) bilang ke


Saya, “Mas, gimana kalau idenya Kang Nugie, Mas realisasikan aja?
Jadi Mas nulis buku lagi. ‘Kan, dulu pernah nulis buku tuh, best seller
pula. Bisa jadi ini solusi. Gimana?”

Tanpa pikir panjang dan banyak alasan lagi, akhirnya Saya iya-
kan saja masukan tersebut. Mungkin ini jawaban dari doa Saya
selama ini. Bismillah ....

Jadilah buku 7 Kesalahan Fatal Pengusaha Pemula. Mungkin


Anda pernah mendengar atau membacanya. Cover-nya warna hitam
(menunjukkan masa kelam Saya) dan ada angka 7-nya (menunjukkan
nominal kerugian yang Saya tanggung).

Dalam 7 hari (lagi-lagi angka 7), buku tersebut berhasil selesai

70 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


tanpa proses editing. Gaya ....

Langsung mikir, “Kalau diterbitkan di penerbit mayor, waktunya


bakal panjang ini. Belum tentu diterima pula. Ngantrinya lama. Ah,
udahlah, indie lagi aja. Modal paling gak seberapa.”

Otak Saya mulai menggila (di sinilah awal mula dijuluki


GENDENG). Gimana cerita mau cetak dan nerbitin buku? Duit, ‘kan,
kagak punya?

Tebak, apa yang Saya lakukan?

Nah, benar. Saya kontak teman Saya yang jago desain. Dibuatlah
cover. Dibukalah pre-order. Duit pemesan, ‘kan, masuk tuh. Dengan
uang itulah Saya mencetak dan nerbitin buku. Yeah! Tanpa modal ....

Detail hitungannya:

• harga cetak per buku: Rp7.800,00;

• harga jual per buku: Rp60.000,00;

• target cetak: 3.000 eksemplar.

Artinya, butuh modal Rp7.800,00 x 3.000 eksemplar = Rp23.400.000,00.

Sedang pre-order, buku terjual 500 eksemplar lebih. Dapat, deh,


modal lebih dari Rp30.000.000,00. Tanpa modal, deh, nyetaknya.

Kebayang, ‘kan, ya?

Itu juga sejarah didirikannya BILLIONAIRE STORE. Berawal


tanpa modal, bahkan minus, tapi buku-bukunya sudah terbesar luas
di mana-mana. Alhamdulillah ....

Dewa Eka Prayoga – 71


Apa pelajarannya?

SOLUSI ITU DEKAT.

Ya, zamzam Saya ya NULIS. Muncrat!

Menjadi wasilah penghidupan banyak orang.

Berawal dari sini, kini Allah titipkan lebih dari 10 partner, lebih
40 orang karyawan, lebih dari 2.000 reseller, dan lebih dari 100.000
pembaca. Atas izin Allah ....

Awalnya dari mana?

Ya, dari Saya nulis sendiri. Lalu Saya create system-nya, building
team-nya, dan buka peluang selebar-lebarnya. Untuk apa? Agar
orang-orang punya wadah yang tepat dalam meninggalkan jejak
kehidupannya.

Bahkan, saat ini saham Saya di Billionaire Store 90%-nya disa-


lurkan untuk wakaf pondok Abdurrahman bin Auf. Mohon doanya.

“Kalau kamu ingin mengenal dunia, membacalah.


Kalau kamu ingin dikenal dunia, menulislah.”

Doakan Saya, semoga bisa istiqamah menulis, bukan untuk


orang lain, tapi untuk kebaikan diri Saya sendiri. Dan harapan Saya,
semoga tulisan-tulisan Saya selama ini, entah di buku maupun di
media sosial, bermanfaat buat kawan-kawan semua. Āmīn ....

72 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


SALAH NIAT
Anda mungkin sering dengar sebuah hadis yang bunyinya:

“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang


hanya mendapatkan sesuai niatnya.”
(HR Bukhari & Muslim)

Percaya atau tidak, Saya ngalamin banget.

Dulu Saya pernah nulis buku judulnya How to Get The Future.
Alhamdulillah, laris, sempat terjual hingga 3000-an eksemplar,
walaupun sekarang jadi buku langka, karena gak dicetak lagi.

Begitu pun buku selanjutnya.

• 7 Kesalahan Fatal Pengusaha Pemula

• Tembus Omset 100 Juta Modal Blackberry

• Dijamin Penghasilan 10 Juta per Bulan

• 30 Hari Jago Jualan

• Dongkrak Omzet Miliaran dengan Tim Penjualan

• Easy Copywriting

• Gara-Gara Facebook

• Jago Jualan

Dewa Eka Prayoga – 73


• Main Facebook

• Melawan Kemustahilan

• Copywriting Emak-Emak

• Jackpot Rezeki

• Closing Bertubi-tubi

• Pesan-Pesan Istimewa Dewa

• Crazy Leader

• Pasukan Militan

• Detonator Kebaikan

• B erl Sparta

Semuanya berhasil launching dengan sempurna dan terjual


hingga belasan ribu eksemplar saat bulan pertama rilis. Alhamdulillah
....

Saking bersyukurnya, kalau orang lain untuk dapat cap best seller
harus nunggu hingga satu tahun agar bisa tembus 10.000 eksemplar,
tapi kami hanya butuh waktu 7–14 hari untuk bisa menorehkan
angka penjualan sebesar itu. Masyaallah ... alhamdulillah, kuasa-Nya.

Tapi, bukan itu yang ingin Saya ceritakan ....

Tahukah Anda, pasca-nulis buku Gara-Gara Facebook, Saya


sempat gak nulis buku lebih dari dua tahun. Alhasil, terhitung 27
bulan Saya gak aktif nulis buku lagi. Gak tahu kenapa, waktu itu, kok,

74 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


hasrat dan semangat meredam, gak kayak dulu lagi. Ada apa ini? Ya
Allah ....

Saya terus merenung dan berpikir, apa yang salah dengan diri
Saya pascasakit GBS.

• Apa skill nulis Saya menurun?

• Apa minat nulis Saya meredam?

• Apa passion nulis Saya menghilang?

... atau apa?

Saya bingung.

Sampai pada akhirnya, saat Saya merenung dalam kediaman


dan ketenangan, Saya menemukan jawabannya. Apa itu? Ternyata
biang kerok dari ketidakproduktifan Saya selama 27 bulan ini adalah
karena SALAHNYA NIAT. Nah, lho?

Ya, niat.

Mungkin, niat Saya salah.

Mungkin, niat Saya sempit.

Kok, bisa?

Awalnya Saya nulis buku untuk bisa mendapat passive income.

Awalnya Saya nulis buku untuk dapat penghasilan tambahan.

Awalnya Saya nulis buku untuk bisa menyelesaikan utang.

Dewa Eka Prayoga – 75


Ah, pokoknya materialistik bangetlah.

Ada, sih, niat ingin menebar manfaat.

Ada, sih, niat ingin mengajak kebaikan.

Ada, sih, niat ingin membantu orang.

Tapi, Saya gak mau munafik, niat-niat yang berujung pada


materi cukup besar porsinya ketimbang manfaatnya. Secara, ketika
itu utang Saya yang 7,7 miliar belum lunas. Astaghfirullāhal ‘azhīm ....

Imbasnya:

• saat passive income sudah lumayan,

• saat penghasilan tambahan sudah dapat,

• saat utang kerugian sudah lunas,

ya sudah, berhenti pula nulis bukunya. PLAKKK!

Dan sekarang Saya sadar dengan sesadar-sadarnya, bahwa nulis


buku gak bisa diniatkan sekadar untuk dapat income, tapi LEBIH
BESAR DARI ITU.

• Nulis adalah tentang PASSION.

• Nulis adalah tentang LEGACY.

• Nulis adalah tentang PASSIVE PAHALA.

Hasrat untuk berbagi manfaat satu sama lain. Warisan yang


ditinggalkan saat kita mati. Pahala pasif yang mengalir karena

76 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


kebaikan/kebaikan yang tersebar.

Begitu pun dalam bisnis, hati-hati dengan niat berbisnis. Jangan


sampai salah niat. Pastikan niat kita benar. Pastikan niat kita lurus.
Pastikan niat kita luas:

• niat untuk menjadi wasilah kebaikan buat banyak orang,

• niat untuk semakin mendekatkan diri pada Allah,

• niat untuk menjadi jalan terbaik menuju surga-Nya,

• niat untuk terus berbuat baik dan mendapat rida-Nya,

... dan hal-hal baik lainnya. Pokoknya, jangan sampai salah niat.

• Buang jauh-jauh niat memperkaya diri.

• Buang jauh-jauh niat mengejar materi.

• Buang jauh-jauh niat menyombongkan diri.

Yuk, terus cek niat kita tiap hari. Jangan sampai berhenti evaluasi!

Dewa Eka Prayoga – 77


BODO AMAT!
Jadi, sudah jelas, ‘kan, kenapa karyawan akan selamanya kerja?

Karena, kalau dalam isi kepalanya cuma duit, duit, dan duit,
tanpa memikirkan gimana caranya dia bisa berkontribusi maksimal
buat perusahaan dan memberikan karya terbaik, mana mungkin
nasib hidupnya berubah. Gitu aja terus selamanya. Kerja!

Seketika, para karyawan yang lagi baca buku ini protes:

• “Oh, jadi ini nyumpahin ceritanya?”

• “Terus, gue sekarang salah, gitu?”

• “Halah! Lo kalau gak ada karyawan juga gak tumbuh.”

• “Udah, deh, jangan sombong jadi orang.”

... dan sejenisnya.

Ah, Bodo Amat dengan segala macam komentar, omongan, dan


ocehan orang. Lagian, Saya ‘kan sudah jelasin panjang lebar barusan.
Udah, deh, jangan emosian dan gampang kesinggung, mending
ngaca dan evaluasi diri, selama ini cuma kerja atau berkarya?

78 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


“Bekerja itu buat orang lain.
Berkarya itu buat diri
sendiri.”
- DEP -

Dewa Eka Prayoga – 79


#ZONANYINYIR

“Di Indonesia, ngurus KTP


susah, ngurus KK susah, ngurus
izin susah, ngurus surat-surat
susah, pokoknya semuanya serba
susah. Yang gampang cuman
NGURUSIN HIDUP
ORANG LAIN
padahal enggak diminta!”

80 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


PRINSIP #4:

Ambisi
Besar

Dewa Eka Prayoga – 81


82 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
“Kekayaan dan kekuasaan harus berada di tangan
orang-orang saleh. Pastikan itu kita:
Saya dan Anda!”

Inilah prinsip gendeng keempat: AMBISI BESAR.

Lagi-lagi, kesannya, kok, gak enak banget ya ngomongin ambisi.


Tentu, yang dimaksud ambisi di sini adalah dalam hal kebaikan.
Maksudnya?

Yuk, kita kupas secara perlahan ....

VISI BESAR
Dalam pidato wisudanya di Harvard University beberapa tahun
lalu, Mark Zuckerberg (founder & CEO Facebook) pernah bilang gini:

“Siapa pun yang mengerjakan visi besar


akan disebut gila.”

Jujur, Saya suka dan setuju.

Tidakkah Anda ingat perjuangan seorang Muhammad Al-Fatih


saat menaklukkan Konstantinopel? Tantangannya besar, sangat
besar. Ia bahkan harus berpikir keras bagaimana caranya agar bisa

Dewa Eka Prayoga – 83


melewati laut dan benteng yang tingginya delapan belas meter serta
harus mengalahkan pasukan Konstantinopel yang dikenal sangat
kuat itu.

Pertanyaannya, apakah Muhammad Al-Fatih menyerah? Apakah


ia mundur? Apakah ia menarik kembali pasukannya?

Oh, ternyata tidaaak. Bahkan, ketika pasukannya sendiri berkata,


“Ah, sepertinya tidak mungkin. Tidak akan berhasil,” tapi apa yang
Muhammad Al-Fatih katakan? Ya, “Maju terus. Lakukan!”

Seperti yang mungkin Anda tahu, Muhammad Al-Fatih meng-


usulkan ide gila saat membobol benteng Konstantinopel. Ya, ia
mengerahkan pasukannya untuk memindahkan kapal melewati
Perbukitan Galata agar bisa memasuki titik terlemah Konstantinopel,
yaitu Selat Golden Horn.

“Tarik kapalnya melalui darat. Kita akan mendaki bukit karena


orang Konstantinopel tidak akan berpikir kalau pasukan muslim
akan melewati bukit,” seru Muhammad Al-Fatih.

Bayangkan, gimana gak gila, puluhan kapal-kapal seolah berlayar


di perbukitan dalam satu malam. GENDENG!

Tapi, itulah Muhammad Al-Fatih. Visinya yang besar untuk bisa


menaklukkan Konstantinopel tak membuat semangatnya surut.

Terlebih, Rasulullah telah memberikan pesan dalam sebuah


hadis:

84 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam.
Pemimpin yang menaklukkannya adalah
sebaik-baiknya pemimpin, dan pasukan yang
berada di bawah komandonya adalah
sebaik-baiknya pasukan.”
(HR Ahmad)

Coba perhatikan baik-baik, kalau kita hidup di zamannya, mung-


kin kitalah yang akan menjadi orang pertama mengecap bahwa
Muhammad Al-Fatih adalah gila. Lha, wong gak masuk akal, kok. Tapi,
apa yang faktanya terjadi?

Konstantinopel berhasil ditaklukkan oleh orang yang dikatain


gila tersebut, bahkan pasukannya sendiri awalnya tidak memer-
cayainya.

DICAP GILA
Inilah konsekuensi dari seorang yang memiliki visi dan ambisi
besar. Terlebih, visi dan ambisi besar tersebut demi kebaikan.
Biasanya, akan selalu ada orang yang nyinyir dan gak suka. Wajar
banget!

Begitu pula dengan kita, mungkin ambisi kita tak sebesar


Muhammad Al-Fatih, tapi pernahkah kita menyerah hanya karena

Dewa Eka Prayoga – 85


dicap gila oleh orang-orang terdekat kita?

“Saya ingin bebas riba!”

“Halah, mana bisa.” (Dinyinyiri)

“Saya ingin ahli sedekah!”

“Aih, sekarang aja hidup lo susah.” (Dicibir)

“Saya ingin jadi orang kaya!”

“Mbo ya ngimpi ojo tinggi-tinggi.” (Diremehin)

... dan sejenisnya.

“Setan tidak akan tinggal diam ketika ada umat


manusia yang berjuang demi kebaikan.”

Akan selalu ada. Sekali lagi, akan selalu ada orang yang me-
remehkan dan menjatuhkan impian kita, belum lagi kalau kita punya
visi dan ambisi besar untuk memberdayakan umat, misalnya:
“Ayo, kita berdayakan Indonesia!”
“Halah ... ngurus keluarga sendiri aja gak bisa, apalagi ngurusin
negara.”
“Ayo, kita bermanfaat bagi sesama!”
“Halah ... utang ke temen lama aja gak dibayar-bayar, ngimpi
pengen manfaat bagi sesama.”

86 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


“Ayo, kita berjuang agar produk asing tak masuk ke Indonesia!”

“Hahaha ... jualan produk buatan sendiri aja gak laku-laku, kagak
usah ngimpi lo!”

Akan selalu ada yang begitu.

Akan selalu ada yang tak setuju.

Akan selalu ada yang tak mendukung.

Tugas kita bukan menyerah dan putus asa. Tugas kita justru terus
maju sampai visi dan ambisi besar itu benar-benar tercapai, seperti
Muhammad Al-Fatih, yang mampu menaklukkan Konstantinopel
dan meraih visi dan ambisi besarnya.

AMBISI TERPENDAM
Ngomong-ngomong, Saya pribadi punya ambisi besar yang
sampai saat ini menjadi energi tersendiri dan membuat Saya tak
henti-hentinya berjuang siang dan malam. Entah kenapa, Saya ingin:

• menginspirasi jutaan orang di Indonesia bahkan dunia,

• menjadi wasilah rezeki buat jutaan orang di Indonesia,

• membantu membebaskan utang orang-orang kesulitan,

• menginisiasi kebangkitan Islam dan peradaban,

• meneruskan kembali kehidupan Islam di tengah umat,

Dewa Eka Prayoga – 87


... dan masih banyak lagi.

Untuk orang-orang yang tidak mengenal dan tidak mengetahui


ambisi terpendam Saya, mungkin mereka akan selalu mengecap
Saya sebagai orang yang mata duitan. Gimana gak mata duitan?

Setiap hari Saya jualan mulu.

Setiap pekan Saya launching produk baru mulu.

Setiap bulan Saya buka bisnis baru mulu.

Dalam benak mereka, yang ada dalam isi kepala Saya cuma cuan,
cuan, dan cuan. Bener, gak?

Tapi, lagi-lagi, Saya gak peduli. Bodo Amat dengan semua asumsi
dan persepsi mereka terhadap Saya, gak peduli! Satu-satunya yang
Saya pedulikan adalah gimana caranya ambisi terpendam Saya
di atas bisa tercapai, sehingga bisa jadi pribadi yang benar-benar
bermanfaat untuk umat.

ORANG BESAR
Kawan, beranilah berpikir besar. Ayo, jadi orang besar. Mulailah
memikirkan hal-hal besar. Berhentilah berpikir kecil dan memikirkan
hal-hal kecil. Jangan hanya berjuang demi diri pribadi semata!

• Berjuanglah demi keluarga tercinta.

• Berjuanglah demi negara Indonesia.

88 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


• Berjuanglah demi agama Islam di dunia.

Tak semua orang memiliki keberanian punya visi dan ambisi


besar. Mereka takut. Mereka penakut. Mereka pengecut!

Bayangkan, sekadar memikirkannya saja mereka gak mau,


apalagi memperjuangkannya. Pastikan Anda gak begitu.

• Milikilah cita-cita untuk menjadi bagian dari perubahan.

• Milikilah visi mulia untuk mengubah sebuah peradaban.

• Milikilah impian besar untuk ambil peran dalam kebangkitan.

Jangan cuma mikirin diri sendiri mulu. Egois banget jadi orang!

Yang dipikirin cuma:

• mobil yang mewah,

• rumah yang megah,

• harta yang berlimpah,

• istri yang salihah,

• kehidupan yang wah.

Tuh, ‘kan, ah beneran egois. Parah!

Mulai sekarang dan seterusnya, mulailah miliki ambisi besar.


Jadilah orang besar yang bisa mengangkat harkat dan derajat hidup
orang. Jangan jadi pribadi yang nyusahin dan doyan nyinyirin hidup
orang. Karena, orang-orang besar tak akan melakukan itu. Camkan!

Dewa Eka Prayoga – 89


BODO AMAT!
Jadi, sudah jelas, ‘kan, kenapa pemimpin besar selalu gila?

Karena, gak semua orang berani bermimpi besar, berpikir besar,


dan bertindak besar.

Gak cuma itu, gak semua orang siap dan sanggup berhadapan
dengan nyinyiran, cibiran, cemoohan, dan komentar negatif dari
orang-orang.

Oleh karenanya, penting untuk siapa pun yang ingin menjadi


pemimpin besar dan orang besar untuk bersikap Bodo Amat. Emang
gue pikirin!

Mari kita berlindung pada Allah dari kaum nyinyirun yang ter-
kutuk!

90 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


“Mereka bilang impian Saya
terlalu besar. Saya bilang
mereka berpikir terlalu
kecil.”
- DEP -

Dewa Eka Prayoga – 91


#ZONANYINYIR

“Haters itu
PEMBANTU PALING
IKHLAS, gak digaji aja
rela ngurusin hidup
kita. Luar biadab!”

92 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


PRINSIP #5:

Hajar
Bleh!

Dewa Eka Prayoga – 93


94 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
”Banyak action bikin kaya.
Banyak mikir bikin gila.”

Inilah prinsip gendeng kelima: HAJAR BLEH!

Istilah Hajar Bleh! adalah nama atau istilah lain dari, “Sikat, Bro!”
“Yuk, mainkan!” atau “Take action!” dan sejenisnya. Apa maksudnya?

Yuk, kita bahas ....

BENANG MERAH
Saya selalu ditanya, “Kang, bagaimana cara mulai bisnis?”

Jawabannya selalu sama, “Mulai aja dulu.” Karena, memang


benang merah antara pengusaha dan karyawan adalah keberanian.
Apa itu?

• Keberanian untuk memulai.

• Keberanian untuk mengambil risiko.

• Keberanian untuk menghadapi ketidakpastian.

• Keberanian untuk ditolak.

• Keberanian untuk dinyinyiri.

• Keberanian untuk dicibir.

Dewa Eka Prayoga – 95


• Keberanian untuk rugi.

• Keberanian untuk bangkrut.

• Keberanian untuk gagal.

Termasuk, keberanian untuk take action, alias mulai!

Lho, apakah itu artinya ilmu tidak penting?

Eitsss, jangan asal ngomong. Jangan asal nyimpulin. Ngawur!

Ilmu itu penting, bahkan penting banget. Cuman, gimana mau


kepake ilmunya, wong mulainya aja belum. Jadi, tugas Anda sekarang
bagi yang belum jadi pengusaha adalah mulai aja dulu. Ini bukan
campaign iklan, lho, ya, tapi beneran!

“Mulai itu dengan keberanian.


Jalanin itu dengan keilmuan.”

Baru setelah Anda mulai, jalankan bisnis tersebut dengan


keilmuan.

Anda perlu belajar:

• ilmu pemasaran,

• ilmu manajemen,

• ilmu keuangan,

96 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


• ilmu personalia,

• ilmu operasional,

• ilmu leadership,

• ilmu jualan,

... dan disiplin ilmu lainnya.

Jadi, sekali lagi, mulai aja dulu. Action! Jangan kebanyakan mikir.

SEORANG LEADER
Ngomongin soal pengusaha, gak akan terlepas dari sosok leader.
Dan harus kita akui, jadi leader tuh beneran gak gampang. Beneran!

• Ada tanggung jawab besar yang mesti diemban.

• Ada beban berat yang mesti dipikul.

• Ada tumpukan persoalan yang mesti dipecahkan.

... dan masih banyak lagi.

Masalahnya, semua di antara kita adalah seorang leader, minimal


bagi diri sendiri dan keluarga. Bener, ya?

Terlebih, kalau misalkan kita mendapat amanah besar untuk jadi


leader di perusahaan atau negara. Beeeuh ... berat! Sungguh berat.
Seriusan!

Dewa Eka Prayoga – 97


Tak heran, di zaman dulu, para sahabat dan orang-orang saleh
sering kali menghindar, menolak, dan merasa keberatan ketika
ditunjuk menjadi seorang pemimpin. Kenapa?

Karena, mereka memang merasa tidak layak, tidak pantas, dan


tidak sanggup mengemban amanah yang harus diemban. Berat!

Berbeda dengan zaman sekarang, orang malah berlomba-lom-


ba pengen jadi pemimpin, malah pada mencalonkan dirinya sendiri.
Parahnya, sering kali mereka menghalalkan segala cara agar bisa
menang.

Rasulullah pernah bersabda:

“Wahai Abdurrahman bin Samurah!


Jangan kamu meminta untuk menjadi pemimpin.
Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan
kepadamu karena diminta, maka kamu akan
memikul tanggung jawab sendirian; dan jika
kepemimpinan itu diberikan kepadamu bukan
karena diminta, maka kamu akan
dibantu untuk menanggungnya.”
(HR Bukhari dan Muslim)

98 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


KARAKTER LEADER
Suatu ketika, sebelum corona menyerang negeri ini, Saya nonton
film di bioskop bareng istri dan anak. Maklum, Saya sufi (suka film).
Tiap minggu Saya hampir selalu nonton, nyari ide buat bisnis dan
nulis. Bagi Saya pribadi (dan istri), film yang kami tonton saat itu
terbilang sangat keren. Kenapa? Selain memberikan banyak insight
berharga, juga setiap scene di film tersebut bener-bener berfaedah
dan gak ada adegan begituan-nya. Cucok-lah!

Film yang dimaksud adalah Hunter Killer. Saran Saya, tonton deh!

Ada banyak pelajaran berharga buat Saya saat nonton film ter-
sebut, khususnya perihal leadership (kepemimpinan).

Ya, tokoh-tokoh di film ini memberikan pesan leadership yang


luar biasa. Minimal, Saya dapatkan dari tiga sosok penting, yakni
Kapten Joe Glass (Gerard Butler), Letnan Bill Beaman (Toby Stephens),
dan Kapten Sergei Andropov (Michael Nyqvist). Yuk, kita bahas.

Apa aja pelajarannya?

Pertama, TANGGUNG JAWAB PENUH.

Seingat Saya, Kapten Glass sebenarnya bukanlah seorang


Kapten. Saya lupa nama/sebutannya apa, tapi saat ia ditunjuk oleh
Amerika untuk menyelidiki hilangnya kapal selam Amerika, plus misi
tambahan untuk menyelamatkan presiden Rusia dari kudeta, ia tak
dipercaya oleh hampir semua awak kapalnya.

Dewa Eka Prayoga – 99


Semua orang ragu.

Semua orang tertawa.

Semua orang seakan meremehkan.

Tapi, apa respons Kapten Glass?

Dengan penuh percaya diri dan penuh karisma, ia ambil pe-


ngeras suara dan mengumumkan kepada seluruh awak kapal bahwa
ia adalah pemimpin di kapal selam tersebut.

Sampai-sampai dia bilang ke XO, salah satu awak kapalnya, “Your


job is my responsibility.” Beeeuh, ini keren!

“Gawéan didinya téh tanggung jawab urang.” Ceuk orang Sunda


mah kitu. Hehe.

Kerjaan kalian adalah tanggung jawabku.

Nasib kalian adalah tanggung jawabku.

Begitu pun kita di perusahaan.

Semua orang yang ada di perusahaan kita, ya, tanggung jawab


kita.

Walaupun bisa jadi mereka awalnya meremehkan dan mem-


pertanyakan keberadaan kita, tapi ketika sudah ditunjuk jadi leader
di perusahaan, ya, mau gak mau semua anak buah kita adalah
tanggung jawab kita.

• Kalau mereka salah, ya, salah kita.

100 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


• Kalau mereka goblok, ya, goblokan kita.

• Kalau mereka bego, ya, begoan kita.

... dan sejenisnya.

“Lho, kok, Saya yang salah?”

“Lho, kok, Saya yang goblok?”

“Lho, kok, Saya yang bego?”

• Ya, salah, karena Anda gak bisa memastikan kerjaan dia


benar.

• Ya, goblok, karena Anda gak bisa memastikan dia beneran


pintar.

• Ya, bego, karena kamu gak bisa memastikan dia jadi orang
hebat.

Semuanya tanggung jawab kita. 100%.

“Iya, tapi ‘kan salah dialah.”

Lha, jelas salah Anda! Kenapa rekrut tim kayak dia? PLAKKK!!!

Pesan mengenai tanggung jawab ini tak hanya diberikan oleh


Kapten Glass, tapi juga oleh Letnan Bill Beaman (Toby Stephens).
Bayangkan saja, di saat dia sudah berhasil membawa Presiden
ke kapal selam jemputan Amerika, dia malah memutuskan tidak
ikut bersama. Lantas dia ke mana? Eh, ternyata dia balik lagi untuk
menjemput seorang prajurit lainnya yang masih di darat.

Dewa Eka Prayoga – 101


Pertanyaannya, kenapa dia balik lagi?

Jelas, karena dia punya tanggung jawab.

Tanggung jawab atas bawahannya.

Dia berkomitmen dengan ucapannya sendiri. Sebelum Bill


Beaman meninggalkan Martinelli (Zane Holtz) yang kakinya pincang
karena tertembak, ia berkata, “Kalau nanti Saya masih hidup, Saya
akan kembali menjemputmu.”

Waiki! Top banget, dah.

Komitmen dengan ucapan.

Tanggung jawab pada bawahan.

Jarang-jarang ada orang sepeduli dan setanggung jawab leader


kayak dia.

Yang sering kita temukan adalah sosok leader yang naik ke


atas dengan menginjak orang lain. Mereka menjadi hebat karena
pengakuan dirinya sendiri, bukan kontribusi dari bawahan.

Pas sukses, “Ini karena kehebatan Saya.”

Pas gagal, “Ini timnya yang goblok!”

Lha, iki piye?

Gak masuk kategori leader level 5 versi Jim Collins di bukunya


yang Good to Great. Seharusnya, kalau leader yang keren itu begini:

Pas sukses, “Ini karena kehebatan tim.”

102 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Pas gagal, “Ini murni kesalahan Saya.”

Waini! Catat baik-baik.

Seperti petuah Coach Imam Elfahmi, “Isyarat terbaik dari seorang


pemimpin adalah tanggung jawabnya. Ekspresi terbaik dari seorang
pemimpin adalah kemenangannya.”

Kedua, BERANI AMBIL RISIKO.

Banyak risiko yang diambil oleh Kapten Glass di film ini, salah
satunya keputusan untuk menyelamatkan dan memperlakukan
dengan baik Kapten Andropov yang notabene adalah seorang
musuh (kapten kapal selam Rusia yang selamat). Gak cuma itu, risiko
besar pun diambil saat Kapten Glass menerobos perairan Rusia yang
dipenuhi ranjau, sensor suara, dan pasukan Rusia lainnya.

Semua crew kapal panik, karena mereka benar-benar dalam


kondisi terjepit dan siap-siap mati. Tapi, Kapten Glass mengambil
tindakan yang berisiko dan sangat berani. Sampai-sampai, dia bicara
keras pada awak kapal tersebut, “Jika kamu tak mampu, lebih baik
kamu diam!” Mun ceuk bahasa Sunda mah, “Manéh mun teu ngarti,
cicing!”

Ini crazy! Bener-bener gila.

Tapi, itulah karakter seorang leader.

Harus gila. Harus berani.

• Berani hadapi rintangan.

Dewa Eka Prayoga – 103


• Berani hadapi tantangan.

• Berani ambil keputusan besar.

Begitu pun dalam bisnis, terkadang kita akan dihadapkan


dengan situasi mendesak dan terjepit untuk mengambil keputusan
besar.

• Keputusan untuk menyelamatkan perusahaan dari ke-


bangkrutan.

• Keputusan untuk mengembalikan cashflow perusahaan dari


kerugian.

• Keputusan untuk membangun sinergi dan kolaborasi


dengan pesaing.

... dan masih banyak lagi.

Biasanya, saat kita melakukannya, orang-orang di perusahaan


gak akan mikir sejauh kita. Mereka menganggap kita gila. Kenapa?
Karena, mereka berpikir sesuai prosedur, flow, dan SOP perusahaan.
Padahal, dalam kondisi kepepet, keberanian melakukan hal-hal beda
itu diperlukan. Berisiko, pasti.

Tapi ingat, di balik risiko besar, ada rezeki besar. Risk = Rizq.

Bawahan kita hanya akan tersadar ketika melihat hasil kepu-


tusannya yang benar dan memajukan perusahaan. Sama seperti
ketika Kapten Glass ngomong ke XO, “Jadi, kamu pilih mana, benar
atau selamat?” Maksudnya?

104 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Benar = ngikutin prosedur dan mundur, tapi kapal selam bakal
kena torpedo dan semua awak kapal bakal mati.

Selamat = berani ambil risiko besar dan terus maju, tapi seluruh
awak bakal berpotensi selamat dan tetap hidup.

Kebayang, ya? Catat poin pentingnya.

Ketiga, JANGAN KEHILANGAN HARAPAN.

Ada percakapan menarik pada saat Kapten Glass bertanya pada


XO, “Kamu takut?”

Lantas, XO menjawab, “Anda harus tegar, Pak. Biar kami saja yang
takut.”

Ah, ini keren! Inilah yang seharusnya terjadi di perusahaan.

Seorang bawahan bisa saja tak mampu dan tak kuat menghadapi
fakta brutal perusahaan, misalkan:

• profit yang minus;

• cashflow yang ancur;

• stok yang numpuk;

• kompetitor yang kampret;

... dan fakta-fakta brutal lainnya.

Tapi, leader gak boleh takut dan gak boleh kehilangan keyakinan.
Haram hukumnya!

Dewa Eka Prayoga – 105


• Harus yakin pasti menang.

• Harus yakin pasti unggul.

• Harus yakin pasti tumbuh.

Harus. Wajib. Titik. Tanpa koma!

Lagi-lagi, ini seperti yang dibahas tuntas di buku Good to Great-


nya Jim Collins, bahwa karakter perusahaan yang memenuhi kriteria
great dengan pertumbuhan perusahaan yang eksponensial salah
satunya adalah siap menghadapi fakta brutal tanpa kehilangan
keyakinan.

Puncaknya, di scene terakhir, saat mereka selamat dari serangan


torpedo yang diluncurkan Durov (Mikhail Gorevoy), Kapten Andropov
bertanya kepada Glass, “Dari mana kamu tahu?” Maksudnya, dari
mana dia tahu bahwa dia harus menahan (hold) tembakan sampai
hitungan terakhir. Tebak, apa jawaban Kapten Glass?

“I don’t know. I hope.”

Ya, dia gak tahu. Dia cuma berharap aja.

Dan akhirnya, pasukan-pasukan muda Rusia yang pernah dilatih


oleh Kapten Andropov pun mengarahkan tembakan ke roket yang
diluncurkan oleh Durov, sehingga seluruh awak kapal selam Amerika
yang sudah pasrah tak berdaya, bisa selamat dan akhirnya menang.
Yeee!

Kawan, jadilah leader yang berkarakter.

106 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Karakter seperti apa?

• Bertanggung jawab penuh.

• Berani ambil risiko.

• Berani hadapi tantangan.

• Berani ambil keputusan besar.

• Memecahkan segala masalah.

• Siap menghadapi fakta brutal.

• Yakin seyakin-yakinnya.

Dan tentunya, tidak pernah kehilangan harapan.

Semoga kita semua bisa menjadi pemimpin yang dapat mem-


berikan teladan baik bagi keluarga, perusahaan, dan umat. Āmīn ....

“Tugas pemimpin adalah mencapai hal-hal yang


tidak mungkin, mengubah yang tampaknya tidak
mungkin menjadi mungkin.”
(Sir Alex Ferguson)

Dewa Eka Prayoga – 107


EFEK PANDEMI
Tahukah Anda, buku ini ditulis saat di masa pandemi? Efek virus
corona emang ke mana-mana, termasuk pada bisnis kita semua.

Kalau bicara soal pandemi, bisnis Saya pribadi ada yang ter-
dampak negatif dan ada yang terdampak positif ulah si corona ini.

• Ada yang turun 60%, ada yang naik 80%.

• Ada yang stagnan, ada yang naik signifikan.

• Ada yang stabil, ada yang ambyar gak karuan.

Namun, apa pun hasilnya, syukuri aja.

Nikmati. Jangan disukurin, ya, “Sukurin lo sepi!” “Sukurin lo bang-


krut!” Jangan gitu.

”Meski pandemi,
jangan pernah takut kehilangan rezeki.”

Begini ... khusus Anda yang terdampak negatif gara-gara corona,


Saya pribadi melihat banyak di antara mereka mengambil langkah
pivot atau putar haluan bisnis. Apaan, tuh? Apa sebenarnya pivot?
Bagaimana sebaiknya?

Baiklah, saya coba jelaskan pake konsep Ansoff Matrix, ya. Simak
ini baik-baik, siapkan catatan. Penting!

108 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


PENETRASI PASAR
Intinya: jual produk lama, ke market lama.

Jadi, fokus kita hanya melakukan penetrasi pasar ke kanal-kanal


yang belum tersentuh.

Misalkan, awalnya kita cuma promosi di Facebook. Dalam rangka


market penetrasi, maka akhirnya kita putuskan untuk melakukan
promosi di Instagram dan YouTube.

Inilah yang Saya lakukan di B erl, bahkan sebelum terjadi


krisis pandemi. Awalnya, B erl hanya menggunakan Facebook dan
WhatsApp dalam melakukan promosi, hingga akhirnya Saya me-
minta semua tim dan B erl Family untuk menggarap kanal digital lain,
seperti marketplace, Instagram, YouTube, dan Tiktok.

Bahkan, khusus di YouTube, Saya sengaja buat segmen khusus


untuk B erl dalam rangka mengenalkan para top distributor-nya ke
khalayak banyak dengan konsep untold story.

Tak hanya sekadar itu ....

Diadakannya seminar dan kopdar di berbagai kota di Indonesia


adalah ikhtiar kami dalam melakukan penetrasi pasar, sehingga B erl
bisa makin dikenal di Indonesia gak sekadar dikenal di kanal digital/
online saja.

Kebayang?

Termasuk dalam kondisi krisis begini, strategi market penetrasi

Dewa Eka Prayoga – 109


terus dilakukan di setiap kanal promosi yang kita pakai. Bedanya, kita
hanya fokus dengan cara GRATISAN. Kenapa?

Karena, dalam kondisi krisis seperti sekarang, cash adalah


segalanya.

Jadi, sebisa mungkin tekan cost setekan-tekannya. Kudu ngirit


abis. Cost leadership!

PENGEMBANGAN PASAR
Intinya: jual produk lama, ke market baru.

Jadi, pasarnya diperluas. Gak hanya itu-itu aja, tapi ada segmen
dan target market lain.

Itulah kenapa, selama setahun ke belakang, Saya menyarankan


owner B erl untuk berpartner dengan beberapa public figure/artis
seperti Teuku Wisnu, Ricky Harun, Dude Harlino, dan Alyssa Soeban-
dono. Selain untuk kepentingan naikin brand image, juga untuk
melakukan pengembangan pasar. Tentu, sosok figur yang diajak
berpartner value-nya kudu sama, jangan sampai merusak brand yang
sudah dibangun jauh-jauh hari.

Bagaimana saat krisis seperti sekarang?

Tadinya kita sudah menyiapkan offer khusus untuk ke travel


umrah untuk B2B, tapi lagi-lagi karena corona, di mana travel umrah
pun ikutan ambyar, akhirnya strategi ini tertunda. Ya sudah, gak

110 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


masalah, tetap bisa jalankan strategi yang sudah jalan saja. Sikat dan
hajar!

Supaya Anda makin kebayang untuk market development ini,


izinkan Saya ambil contoh kasus bisnis lain, yaitu Bumbu Ireng Yu
San.

Mas Indra Wawan M, owner SL Corp, sebelum corona viral di


mana-mana, beliau sudah siapkan produk khusus SL Corp yang dijual
dengan sistem keagenan, bukan restoran.

Qadarullāh, momennya tepat. Jadi, saat omzet di warung atau


resto drop, beliau langsung me-launching produk Bumbu Ireng Yu
San versi kemasan (frozen food). Gokilnya, dalam sebulan sudah kejual
100.000 pcs lebih, sampe antri pre-order puluhan ribu pcs tambahan.
Sadis! Masyaallah ....

Sadarkah Anda, yang baru saja dilakukan adalah pengembangan


pasar? Lha, iya, biasanya market itu makan enak di tempat, digalo-
galo (diaduk-aduk) pake nasi di restonya, tapi karena kondisi pandemi
begini, pengunjung warung dan resto pun jadi sepi. Wajar, karena
anjuran stay at home. Lalu?

Business model digeser/diubah.

Awalnya pake warung/restoran, sekarang pake sistem keagenan,


dengan tiga tier: distributor, agen, dan reseller.

Karena model bisnis berubah, maka angle promosi dan stra-


teginya pun berubah. Dan ini bener-bener market baru buat SL Corp.
Awalnya B2C, eh, jadi B2B. Kebayaaang?

Dewa Eka Prayoga – 111


PENGEMBANGAN PRODUK
Intinya: jual produk baru, ke market lama.

Dalam hal ini, brand mesti bener-bener dijaga. Jangan sampai


Anda dicap palugada.

Maka, ketika pun melakukan strategi product development,


produk yang di-develop jangan sampai melenceng dari guideline
brand yang sudah dirancang. Karena, kalau gak gitu, bisa ngerusak
value and positioning di benak pasar.

Sebelum pandemi terjadi, Saya dan Mas Agus Trie (owner B


erl) sudah inisiatif melakukan strategi pengembangan produk ini.
Buktinya, adanya produk baru, yakni Prima Propolis Plus. Tujuan
melakukan pengembangan produk ini selain untuk menambah
pundi-pundi pendapatan (revenue stream), juga untuk memberikan
alternatif produk buat pasukan saat berjualan. Kami pikir, daripada
mereka pindah ke bisnis lain, mending tetep stay at bisnis kita sendiri
(B erl) dengan menghadirkan produk-produk yang sesuai kebutuhan
mereka.

Bagaimana dalam kondisi krisis?

Di sinilah poinnya.

Beruntung, B erl punya departement yang masing-masing expert


di bidangnya.

• Produksinya jagoan.

• Brand-nya jagoan.

112 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


• Sistemnya jagoan.

• IT support-nya jagoan.

• Pun dengan pasukannya, jagoan.

Jadi, pada saat krisis, qadarullāh kita bisa gercep ngatur dan
ngubah strategi, termasuk dalam product development ini.

Meski demand dari kosmetik dan skincare gak begitu bagus, tapi
produk-produk lain di B erl seperti propolis dan lain-lain, membuat
para B erl Family-nya gak kehilangan pipa pemasukan. Kok, bisa?

Karena, dengan sistem yang sudah ada, mereka bisa jualan pro-
duk baru yang sudah jelas laku.

Makanya, beruntung banget yang sekarang sudah jadi B erl


Family, karena meski industri kosmetik dan skincare cenderung
stagnan bahkan turun gara-gara si corona, tapi mereka masih tetap
bisa jualan dengan laris manis dengan menjual produk-produk lain,
seperti Prima Propolis Plus dan lain-lain.

DIVERSIFIKASI BISNIS
Intinya: jual produk baru, ke market baru.

Inilah yang sering kali dianggap strategi pivot saat krisis. Padahal,
gak harus langsung gini.

Anda bisa penetrasi pasar dulu.

Anda bisa pengembangan pasar dulu.

Dewa Eka Prayoga – 113


Anda bisa pengembangan produk dulu.

Jangan buru-buru diversifikasi.

Jadi, diversifikasi itu opsi terakhir, jangan kesusu atau buru-buru


banting setir atau nambah bisnis baru, atau pivot aneh-aneh.

Sekadar berbagi pengalaman, nambah bisnis baru itu aslinya


nambah masalah baru. Puyeng! Stres ... mumet.

Jangan pikir begini:

“Wah, satu bisnis aja bisa Rp1 M sebulan, kebayang kalau 2 bisnis,
3 bisnis, 4 bisnis.”

Hellooow!! Gak semudah itu, KinderJoy.

Jangan jadikan pelampiasan bikin bisnis baru karena ketidak-


becusan Anda dalam ngebangun dan ngembangin bisnis lama!
*KERAZ

“Tapi ‘kan lagi corona, Kang.”

Lha, iya, sama juga.

Banyak orang gagal garap bisnis baru dan memainkan strategi


diversifikasi karena mereka menggunakan manajemen lama, budaya
lama, dan orang-orang lama, untuk bisnis barunya itu. Hellooow!
‘Kan, industrinya udah jelas beda. Ya, kudu beda. Wong skill dan
kompetensinya juga beda.

Alih-alih Anda untung di bisnis baru, yang ada malah boncos


mastery dot com! Ambyar ....

114 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


KECUALI!!! Tim Anda, manajemen Anda, atau orang-orang di
perusahaan Anda sudah terbiasa adaptasi dan agile di perusahaan.

Kalau orang-orangnya gak teachable, kaku, kolot, dan gak cepat


adaptasi, ya wafat.

Belum lagi kita bicara soal brand temperature, manajemen


cashflow, tax planning, dan lain-lain, beeeuh ... mumet, Pak! Gak
gampang.

Jadi, saran Saya, kalau memang bener-bener mau diversifikasi


saat krisis begini, pastikan semua elemennya sudah siap, ya. Jangan
cuma Anda doang yang siapnya. Masa leader dan owner jalanin
bisnisnya cuma sendirian? *EH

ASAL ACTION
Kalau Anda perhatikan dengan saksama, prinsip HAJAR BLEH!
yang Saya di buku ini tetap berbasis keilmuan yang mendalam.
Bener, gak?

Jadi, gak ada istilahnya asal action.

“Banyak action itu bagus.


Tapi, kalau asal action saja tanpa ada ilmunya,
sama saja dengan bunuh diri.”

Dewa Eka Prayoga – 115


Ada yang bilang, katanya berbisnis itu seperti:

• Masuk kamar mandi. Enggak usah banyak berpikir nanti


mau apa di sana, yang penting masuk aja dulu, kalau sudah
di dalam, Anda mau sikat gigi, tinggal ambil; mau sabunan,
tinggal ambil; mau buang air besar, tinggal jongkok; dan
seterusnya.

• Ada juga yang bilang bahwa bisnis itu seperti berenang.


Kalau mau belajar berenang enggak usah banyak teori,
langsung aja jebur! Nanti juga bisa sendiri.

• Ada lagi yang bilang bahwa bisnis itu kayak belajar karate.
Kalau mau bisa karate enggak usah banyak baca buku,
perbanyak aja latihan. Letakkan tumpukan genteng di
depan, des!!! Patah ....

Tidak ada yang salah dengan analogi di atas, memang demikian.


Yang jadi masalah adalah ketika kita menelan mentah-mentah
analogi tersebut, yang terjadi adalah:

• Pas masuk kamar mandi, di kamar mandi enggak ada apa-


apa: air enggak ngalir, sabun enggak ada, sikat gigi enggak
ada, handuk enggak bawa. ‘Kan, masalah ....

• Pas jebur tuk berenang, boro-boro bisa renang, yang ada


kelelep. ‘Kan, bisa mati ....

• Pas coba patahkan tumpukan genteng yang ada di depan,


bukan gentengnya yang patah, tapi malah tangan kitanya
yang patah. ‘Kan, sakit ....

116 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Ini semua bisa saja terjadi karena satu hal, yaitu ASAL ACTION.
Kalau gini ceritanya, bukan Bodo Amat, tapi amat bodo! @#$%^&

BODO AMAT!
Jadi, sudah jelas, ‘kan, kenapa kerja keras itu sungguh gak
penting?

Karena, gak cukup hanya kerja keras, kita pun harus kerja cerdas.

Sementara, yang namanya kerja cerdas itu, bukan semata-mata


asal mendelegasikan tugas, tapi benar-benar atas dasar keilmuan.
Baru setelah semuanya siap, prinsip HAJAR BLEH! akan sangat
diperlukan memastikan apa yang direncanakan sesuai dengan
harapan. Jangan ditunda-tunda lagi, jangan dinanti-nanti lagi. Bodo
Amat! Hajar Bleh ....

“Bisnis itu selain pake IMAN, juga pake ILMU,


supaya gak ketipu mulu.
Emang gak bosen?”
- DEP –

Dewa Eka Prayoga – 117


#ZONANYINYIR

“Tukang nyinyir itu


hobinya memang
ngurusin hidup orang,
padahal hidup dia sendiri
aja MASIH SURAM.
Gak jelas!”

118 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


PRINSIP #6:

Candu
Angka

Dewa Eka Prayoga – 119


120 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
“Buta finansial menyebabkan
nasib seseorang jadi sial.”

Inilah prinsip gendeng keenam: CANDU ANGKA.

Pada bab kali ini, Saya ingin menunjukkan kepada Anda betapa
pentingnya sebuah angka dan kenapa kita perlu jatuh cinta pada
angka, bahkan sampai pada level candu. Penasaran?

Yuk, langsung kita bahas ....

JUBIR TERBAIK
Sejak bangkrut dan ditipu miliaran, Saya termasuk orang yang
gak gampang percaya sama siapa pun, termasuk sama tim sendiri.

Maka, ketika tim Saya membuat sebuah rencana atau strategi


untuk menumbuhkan perusahaan, Saya gak begitu peduli. Lagi-lagi,
Bodo Amat! Langsung aja, “Show me the number.” Mana angkanya?

“Semuanya hanyalah teori dan asumsi,


sampai benar-benar menjadi bukti.”

Entah berapa kali Saya menekankan kepada tim bahwa angka


adalah juru bicara (jubir) terbaik.

Dewa Eka Prayoga – 121


• Angka tak pernah dusta.

• Angka tidak pernah bohong.

• Angka selalu bicara benar.

• Angka pasti punya cerita.

Dari angka-angka itulah kita akhirnya bisa tepat dalam


mengambil keputusan, bukan asal-asalan atau kira-kira. Karena,
banyak sekali pengusaha yang salah ambil keputusan hanya gara-
gara gak suka bicara angka. Mereka cuma suka duitnya, doang! Parah
banget, ‘kan?

NYEBUT ANGKA
Menariknya, tidak semua orang berani nyebut angka, apalagi
kalau sudah bicara target penjualan. Rasa-rasanya kebanyakan dari
kita ketakutan dan gak berani mempertanggungjawabkan.

Salah satu rutinitas Saya dan tim di akhir tahun adalah melakukan
annual meeting. Sesuai namanya, isi dari pertemuan tersebut adalah
melaporkan hasil usaha selama setahun dan evaluasi mulai dari
apa saja keputusan yang memang berdampak pada pertumbuhan
maupun keputusan yang tak menghasilkan dampak signifikan. Salah
satu agenda di dalamnya adalah menentukan target tahunan di
tahun berikutnya. Dari beberapa perusahaan yang Saya hadiri, ada
momen menarik yang membuat Saya tertawa.

122 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


“Ini target kita tahun depan,” ungkap Saya.

Seketika, semua jajaran leader di masing-masing departemen


terdiam dan tak berkata-kata. Maklum, angka target yang Saya
tetapkan cukup gila dan di atas rata-rata, bahkan bisa dibilang
kenaikannya lebih dari sepuluh kali lipat.

Namun, ada yang menarik.

“Coba sebutkan berapa target kita tahun depan?” pinta Saya.

Mereka lagi-lagi cuma diam dan saling tatap-menatap.

Saya pun kembali melanjutkan, “Itu, lho, angkanya ada di layar,


coba baca, sebutkan angkanya.”

Mereka pun menyebutkan angkanya dengan terpatah-patah


seakan tak yakin dengan angkanya.

Saya pun lantas menjelaskan.

“Saya yakin, kalian semua gak yakin dengan angka tersebut,


‘kan? Bahkan, mungkin Anda berpikir angka tersebut tidak rasional
dan tidak realistis.”

Saya pun kembali menjelaskan.

“Ibarat sapu lidi, kalau cuma satu biji doang, pasti gak ada tena-
ganya, mudah patah. Tapi, kalau lidinya banyak, terus diikat dengan
tali atau karet, maka sapu lidi tersebut susah patahnya, bahkan bisa
dipakai untuk bersihin sampah. Namun ingat, lidinya harus diikat.
Karena kalau enggak, jangankan bersihin sampah, yang ada dianya

Dewa Eka Prayoga – 123


justru jadi sampah.”

Kurang lebih, begitulah cara Saya memotivasi mereka.

Menariknya, dari cerita di atas, Anda bisa merasakan betapa


ngeri dan ngilunya sebuah angka. Padahal, cuma nyebut doang,
belum disuruh mencapainya, apalagi melampauinya. Hadeeeuh!

“Mereka tertawa melihat Saya beda,


dan Saya pun tertawa melihat mereka sama.”

JAWABAN BERAPA
Jadi, makin terbukti, gak semua orang suka angka, apalagi
sampai candu angka. Ah, langka!

Entah kenapa, mungkin dulu pas masih SD, SMP, dan SMA,
pelajaran matematika terkesan begitu menyeramkan dan menakut-
kan. Alhasil, angka menjadi sesuatu yang ditakuti.

Misal, ketika Saya tanya, “Berapa reseller yang daftar hari ini?”

Jawabannya, “Wah, belum tahu, Kang. Nanti dicek dulu.”

Atau, ketika Saya tanya, “Berapa conversion rate rata-ratanya?”

Jawabannya, “Lumayan bagus, Kang.”

124 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Atau, ketika Saya tanya, “Berapa omzet kita per hari ini?”

Jawabannya, “Alhamdulillah, Kang.”

Hufh! Capek, deh ... gubrak!

Padahal, Saya nanya ke mereka dengan pertanyaan berapa, kok,


dijawabnya malah sama kata, bukan angka.

“Jawaban berapa itu ANGKA,


bukan KATA.”

Menariknya, mesti gak suka angkanya, tapi kebanyakan dari kita


suka banget sama uangnya. Ini antara pintar dan bodoh. Beda tipis!

DATA DASHBOARD
Hampir di semua perusahaan yang Saya miliki saat ini, setiap
harinya Saya melihat dashboard keuangan dan penjualan, di mana
semuanya tersaji dalam bentuk angka dan angka. Dari dashboard
itulah Saya bisa tahu secara tepat dan akurat.

• Berapa omzet penjualan hari ini?

• Berapa sales pcs terjual hari ini?

• Berapa leads yang masuk hari ini?

Dewa Eka Prayoga – 125


• Berapa jumlah visitor web hari ini?

• Berapa distributor yang melakukan transaksi hari ini?

• Berapa agen yang melakukan transaksi hari ini?

• Berapa reseller yang melakukan transaksi hari ini?

• Berapa jumlah omzet dan pcs terjual dari distributor bulan


ini?

... dan data-data angka lainnya.

Dan gak hanya itu, melalui dashboard, Saya pun bisa tahu:

• Siapa saja top distributor bulan ini?

• Siapa saja top agent bulan ini?

• Siapa saja top reseller bulan ini?

• Apa saja produk best seller bulan ini?

• Apa saja produk penyumbang omzet terbesar bulan ini?

• Bagaimana rasio pencapaian dan target bulan ini?

• Bagaimana rasio pertumbuhan bulan ini dibanding bulan


lalu?

... dan masih banyak lagi.

Ya, Saya harus pastikan melihat data dashboard tersebut setiap


hari, agar setiap keputusan yang Saya ambil di perusahaan benar-
benar tepat dan akurat, gak ngawur dan ngasal!

126 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


THE POWER OF UUD
Dulu kita sering dapat guyonan dari kawan-kawan tentang UUD.
Apa itu? Bukan Undang-Undang Dasar, tapi Ujung-Ujungnya Duit.

Namun, di era digital seperti sekarang, prinsip UUD tersebut


tidak berlaku begitu. UUD berubah arti jadi Ujung-Ujungnya Data.

Karena, berkat the power of data, kita bisa menentukan:

• berapa angka penjualan yang harus dikejar?

• berapa target pencapaian yang sudah didapat?

• berapa jumlah barang yang harus diproduksi massal?

• berapa budget iklan yang harus dikeluarkan?

• kapan kita harus melakukan penetrasi pasar?

• kapan kita kudu melakukan pengembangan pasar?

• kapan kita mesti bikin produk baru lagi?

• kapan kita layak ekspansi gila-gilaan?

• kapan kita perlu buka cabang di mana-mana?

... dan keputusan penting lainnya.

Jangan sampai ada istilah terlanjur, misalkan:

• terlanjur produksi banyak,

• terlanjur rekrut karyawan,

Dewa Eka Prayoga – 127


• terlanjur pakai jasa konsultan,

• terlanjur beli mesin baru,

• terlanjur bikin brand baru,

• terlanjur bangun bisnis baru,

... dan penyesalan lainnya.

Segala penyesalan tersebut di atas biasa terjadi karena


ketidakmampuan owner atau manajemen dalam membaca sebuah
data yang berimbas pada keputusan yang salah. Fatal!

CERITA BANGKRUT
Supaya semakin jelas betapa pentingnya sebuah data dan
angka, izinkan Saya bercerita.

Jadi, beberapa tahun lalu timeline Facebook diramaikan dengan


bangkrutnya perusahaan yang memproduksi salah satu teh favorit
di Indonesia, yakni Sariwangi.

Ya, banyak dari mereka menganalisa dan mengulas kesalahan


Sariwangi yang menyebabkan bangkrut hingga meninggalkan utang
triliunan rupiah. Bayangkan, triliunan.

Kalau kita telaah lebih dalam, perusahaan (apa pun) dinyatakan


pailit bukan karena rugi, tapi karena kehabisan cash.

128 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Itulah yang diajarkan guru Saya, Heppy Trenggono, enam tahun
lalu, dalam sebuah sesi workshop “Business Mastery” di salah satu
hotel di Jakarta. Entah kenapa, Saya setuju banget.

Hal ini ditunjang dengan hasil riset tentang data dan fakta
brutal yang menyebabkan sebuah perusahaan start up dinyatakan
bangkrut, di antaranya:

1. no market need,

2. ran out of cash,

3. no the right team,

4. get out competed,

5. pricing/cost issues,

6. poor product,

7. need/lack business model,

8. poor marketing,

9. ignore customer, dan

10. product mis-timed.

Ya, selain karena no market need (gak ada kebutuhan market),


ran out of cash (kehabisan uang tunai/cash) menjadi penyebab utama
sebuah perusahaan dinyatakan almarhum, alias bangkrut.

Hal ini pula yang Saya perhatikan terjadi pada PT Sariwangi


Agricultural Estate Agency (SAEA). Mereka kehabisan cash. Buktinya?

Dewa Eka Prayoga – 129


Jelas, ngutang nyampe triliunan. Ini fakta brutalnya, gak bisa ditampik.

Sekali lagi, perusahaan bangkrut karena ran out of cash.

Apa yang terjadi kalau gak ada cash lagi?

Jelas, ngutang.

Maka, jangan heran:

• pabrik jamu legendaris Nyonya Meneer yang sudah berdiri


sejak tahun 1919 kini sudah bangkrut dan punya utang
hingga Rp7,4 miliar;

• salah satu perusahaan maskapai penerbangan Batavia Air


resmi tutup pada 2003 akibat pailit karena memiliki utang
hampir mencapai Rp2,5 triliun, dan

• PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA) menyusul


dinyatakan pailit karena terlilit utang lebih dari Rp1 triliun.

Polanya gini:

Kehabisan cash --> Ngutang --> Gak bisa bayar --> Bangkrut
(pailit).

Masuk akal?

Hal ini persis sejalan dengan apa yang pernah Saya bahas di
buku 7 Kesalahan Fatal Pengusaha Pemula. Cocok banget.

Saat itu, banyak muncul pertanyaan, “Oh, jadi bukan karena


gagal branding, ya, Kang?”

130 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Lha, justru sebaliknya.

Tolong dicatat, sekali lagi, yang bangkrut itu PT Sariwangi


Agricultural Estate Agency-nya, bukan PT Unilever Indonesia-nya.

“Pabrik-nya, bukan brand-nya.”

Jadi, Sariwangi bangkrut bukan karena brand-nya.

“Tapi, itu kok jual brand-nya ke Unilever?”

Nah, itu perkara berbeda. Saya rasa, gak ada hubungannya


dengan bangkrutnya Sariwangi (SAEA). Justru malah, brand-nya
menyelamatkan mereknya.

Intinya: brand-nya bagus banget.

Kalau gak bagus, gak akan dibeli Unilever. Ini mirip kayak Kecap
Bango yang brand-nya (juga) dibeli Unilever.

Jadi, berkat brand-nya yang begitu melekat di benak market,


meskipun pabrik tehnya kolaps (tutup), tapi Unilever masih bisa
bangun atau nyari pabrik teh lain (walaupun tidak mudah). Dan
tentunya, produk Teh Sariwangi-nya bisa terus kita nikmati setiap
hari. Yeah!

“Wah, kejam dong Unilever, cuma beli brand Sariwangi-nya


doang.”

Lha, sah-sah saja. Selama saling rida, saling nrimo, terjadi akad,
dan gak saling menzalimi satu sama lain. Ini namanya sinergi dan
kolaborasi. Yang satu fokus ke produksi; yang satu fokus ke distribusi.

Dewa Eka Prayoga – 131


Justru model-model begini yang keren, karena mereka fokus
membesarkan core business-nya masing-masing.

Disadari atau tidak, kalau Anda lihat Saya, Saya pun begitu.

Saya hanya fokus ke distribusi dan menghindari sektor produksi.


Titik.

Perihal soal Unilever yang merupakan perusahaan milik asing, itu


beda cerita. Makanya, kita-kita ini, yang UMKM, mesti serius gedein
bisnisnya. Bisnisnya dibangun. Fundamennya kudu kuat.

Jadi, jelas ya, brand Sariwangi justru menyelamatkan namanya.


Brand itulah yang sangat mahal harganya:

• Coca Cola lebih mahal daripada mesin pabrikasinya;

• Aqua lebih mahal daripada pabrik airnya;

• Starbuck lebih mahal dari tempat nongkrongnya;

• Apple lebih mahal dari sekadar rakitan produknya;

• Mc Donald’s lebih mahal dari rahasia bumbu fried chicken-


nya;

... dan masih banyak lagi contohnya.

Lantas, apa pelajaran pentingnya?

132 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


PELAJARAN PENTING
Dari cerita di atas, tentu kita bisa ambil pelajaran, selain mulai
serius bangun brand yang bener, juga:

Pertama, JANGAN SALAH AMBIL KEPUTUSAN.

Udah jelas banget, utang triliunan itu terjadi karena keberanian


mereka dalam investasi gila-gilaan di sektor produksi.

Keputusannya terlalu berani dan jorjoran. Hasilnya? Berantakan.


Buktinya, bangkrut.

Maka, saran Saya, seorang owner, leader, dan manajemen mesti


memikirkan matang-matang keputusan yang diambilnya. Kenapa?
Karena, semua keputusan yang Anda ambil akan ngefek ke hasil
yang akan Anda dapat.

Alurnya begini:

Owner/leader/manajemen --> Keputusan --> Aktivitas --> Hasil.

Cara bacanya gini:

Seorang owner/leader/manajemen mau tidak mau pasti diha-


dapkan dengan aktivitas di perusahaan berupa pengambilan
keputusan, di mana keputusan tersebut akan dieksekusi dalam
bentuk aktivitas perusahaan. Ujung-ujungnya aktivitas tersebut akan
memberikan dampak/hasil bagi perusahaan, berupa angka-angka,
mulai dari balance sheet (neraca), profit loss statement (laporan laba
rugi), dan cashflow (arus kas). Kebayang?

Dewa Eka Prayoga – 133


Jadi, jelas, salah ambil keputusan, berimbas fatal pada hasil yang
didapat.

Kalau hasilnya bagus, owner-nya seneng.

Kalau hasilnya jelek, owner-nya puyeng.

Maka, penting untuk belajar ilmu mengambil keputusan dan


membaca laporan keuangan. Bahasa gampangnya, mesti melek
finansial, supaya gak salah dan ngawur dalam ambil keputusan.

“Wah, kayaknya kita mesti mulai produksi massal, deh.”

“Sekarang sudah saatnya kita rekrut banyak karyawan.”

“Tuh, ‘kan, bener, kalau beli mesin bakal lebih hemat.”

... dan sejenisnya.

Keputusan-keputusan semacam itu akan terus muncul di bisnis


kita, sampai bisnis tersebut benar-benar tumbuh atau mati.

Kedua, JANGAN GAMPANG NGUTANG.

Sejauh yang Saya amati, kebanyakan pengusaha yang memu-


tuskan berutang disebabkan karena masalah mental.

Ya, mental, merasa diri bahwa utang adalah satu-satunya solusi.

Maka, jangan biasakan diri berutang.

Jebakan utang itu bahaya! Gak kerasa.

• Ngutang 10 juta, eh kebayar, nambah lagi ah 100 juta.

134 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


• Ngutang 100 juta, eh kebayar, nambah lagi ah 1 miliar.

• Ngutang 1 miliar, eh kebayar, nambah lagi ah 10 miliar.

... dan seterusnya. Ini jebakan. Jebakan Mental. Bahaya banget.


Tinggalkan!

Ketiga, JANGAN SENTUH RIBA.

Ah, ini mah udah jelas banget.

Guru Saya pernah bilang, bisnis yang bersentuhan dengan riba


pasti bangkrut.

“Wah, dia pake riba gak bangkrut, tuh, Kang.”

Itu bukan enggak, tapi belum.

• Mungkin bukan perusahaannya yang dibangkrutkan, tapi


kehidupannya yang sial.

• Mungkin bukan bisnisnya yang dibangkrutkan, tapi kete-


nangannya yang hilang.

• Mungkin bukan usahanya yang dibangkrutkan, tapi keluar-


ganya yang bermasalah.

... dan sejenisnya.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah


kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang yang beriman.”
(QS Al-Baqarah: 278)

Dewa Eka Prayoga – 135


Bukan ngedoain, tapi ngingetin.

Intinya, terus belajar, belajar, dan belajar.

• Wajib bangun brand.

• Harus melek finansial.

• Jangan gampang ngutang.

• Jauhi dan tinggalkan riba.

Kalau bisnis dengan produk yang menguasai market saja bisa


bangkrut, apalagi kita yang bisnisnya belum ada apa-apanya.

MENUTUP BISNIS
Masih gak percaya betapa pentingnya candu angka dalam
bisnis?

Suatu ketika, seorang sahabat ngechat WhatsApp yang kurang


lebih isinya begini, “Kang, restoku kemarin resmi aku tutup.” Sontak
setelah mendengar kabar tersebut, Saya langsung bertanya dan
kepo, “Kenapa?”

Dijelaskanlah alasan di balik penutupan restoran tersebut.


Setelah mendengarkan penjelasannya, akhirnya Saya pun memahami
problematika persoalan yang terjadi. Bukan semata-mata gak profit,
tapi memang karena ada faktor lain yang menjadi pertimbangan. Ya
sudah, gak apa-apa. Lakukan saja ....

136 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Sekadar flashback ke masa lalu, ngomong-ngomong soal nutup
bisnis, Saya pribadi alhamdulillah pernah menutup kurang lebih
sebelas bisnis selama delapan tahun ke belakang, baik disengaja
(suntik mati) maupun tak sengaja (bangkrut beneran).

Sebagai orang yang ahli dalam melakukan grand closing bisnis,


izinkan Saya berbagi pengalaman dengan Anda tentang kapan dan
saat seperti apa sebaiknya kita menutup bisnis. Catat ini baik-baik.

Pertama, RUGI BERKEPANJANGAN.

Kalau cuma rugi sesekali, itu wajar, namanya juga bisnis. Tapi,
kalau ruginya berkali-kali, layaknya sebuah hobi, ya, jangan berdiam
diri, buruan evaluasi.

Kalau setelah dievaluasi masih boncos juga, alias rugi berke-


panjangan, yowislah, tutup ae!!!

Rugi berkepanjangan ini biasanya disebabkan karena:

• gak ngerti bisnis,

• gak paham revenue streams,

• cost membengkak, dan

• margin kekecilan.

Cek ayo cek, bisnis Anda gimana?

Kedua, PROFIT KEKECILAN.

Mungkin sebenarnya bisa jadi bisnis Anda itu menghasilkan

Dewa Eka Prayoga – 137


profit, tapi ya itu tadi, profitnya kekecilan. Bahkan, saking kecilnya,
angkanya udah kayak karyawan gajian. Lha, opo bedane?

Nah, kalau bisnis Anda begini terus, gak usah ragu untuk suntik
mati. Ngapain juga bisnis kalau profit yang dihasilkan terus-terusan
secuil, bikin matamu lembab karena mewek terus tiap bulan? Hihihi.

Kecuali, Anda siap bersabar hingga tujuh turunan, “Sabar ...


sabarrr ... nikmati saja prosesnya.” Pembelaanmu keluar.

Makanya, pintar-pintar dalam mengurangi cost pengeluaran dan


naikin omzet penjualan, agar profitnya signifikan dan untungnya
kerasa banget sama kita.

Profit kekecilan ini biasanya disebabkan karena:

• cost operasionalnya boros,

• harga pokok produksinya mahal,

• omzet penjualannya drop, dan

• gak bisa naikin value.

Cek buru cek, perusahaanmu gimana?

Ketiga, UTANG MENUMPUK.

Kalau sampai utang bisnis sudah numpuk, maka bisa dipastikan


manajemen cashflow-nya hancur lebur berantakan. Maka, saran
Saya, hindari utang sebisa mungkin, walaupun itu utang perusahaan.

Percaya atau tidak, utang itu persoalan mental. Sekalinya

138 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


ngutang, biasanya keterusan, lama-kelamaan jadi cara main, gak
bagus buat masa depan perusahaan.

Kecuali, kalau memang sudah terlanjur, ya mau gak mau harus


segera selesaikan. Kalau makin hari makin numpuk, dan terus
menumpuk, mending tutup saja bisnisnya. Kalaupun gak ditutup,
entar bakal tutup dengan sendirinya. Gak kuattt ... gak nahaaan ...
ampuuun ....

Nyonya Meneer adalah salah satu perusahaan yang tutup ka-


rena masalah utang. Konon katanya, perusahaan jamu legendaris
ini tak mampu membayar kewajibannya (utang) hingga Rp7,4 miliar.
Beuuuh, cuma beda 300 juta sama utang kerugian Saya dulu.

Utang menumpuk ini biasanya disebabkan karena:

• mindset bisnis yang salah,

• salah pilih guru/mentor,

• keuangan acak-acakan, atau

• mental miskin si owner.

Cek kuy ah, cek, Anda gimana?

Keempat, KEHABISAN CASH.

Ah, ini mah gak usah dibahas. Kalau cash perusahaan dan duit
Anda pribadi sudah nol besar, alias habis sehabis-habisnya, gak usah
disuntik mati. Kenapa? Ya, jelas, bakal mati dengan sendirinya. Hehe.

Dewa Eka Prayoga – 139


Cash itu ibarat darah bagi perusahaan. Manusia saja kalau gak
ada darahnya, mati. Bisnis juga gitu. Gak ada duitnya, wafat, almar-
hum, bangkrut!

Kehabisan cash ini biasanya disebabkan karena:

• bisnisnya bocor,

• sales-nya secuil,

• cost-nya bengkak, atau

• stoknya numpuk.

Dan kalau dipikir-pikir, empat poin di atas itu disebabkan oleh


satu biang kerok, yakni business owner-nya.

• Owner-nya guoooblok!

• Owner-nya buta finansial.

• Owner-nya gak mau belajar.

• Owner-nya malas-malasan.

Karena, owner-nya merasa pinter, merasa jago, merasa keren,


merasa hebat, dan terlalu sombong. #JLEBB

Kelima, CEKCOK SAMA PARTNER.

Selama masih bisa diobrolkan baik-baik, ya ajak ngobrol baik-


baik. Tapi kalau udah musyawarah plus diajak ngobrol baik-baik dan
memang masih juga gak membaik, yowis, hajar bleh. Amputasi aja!

140 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Cekcok sesekali itu biasa, wajar, namanya juga partner. Drama
bisnis. Nikmati.

Tapi, kalau udah cekcok melulu, gak sreg mulu, beda visi, beda
value, ah itu entar gak akan bagus tuk masa depan perusahaanmu.
Mending tutup aja. Atau, salah satu dari Anda putuskan keluar. Out!

Keenam, TITIK JENUH.

Termasuk, misalkan Anda sendiri sebagai owner sudah merasa


jenuh sama perusahaan yang Anda bangun, gak nafsu lagi, gak
berhasrat lagi, dan gak bergairah lagi, ya sudahlah, tutup saja. Berat
... kamu gak akan kuat. Kalau sampe jalanin bisnis tanpa ada hati di
dalamnya, kesiksa, Coy!!!

Titik jenuh ini biasanya disebabkan karena:

• tanpa passion,

• sifat oportunis,

• gak punya mimpi besar, atau

• gak punya alasan kuat.

Ketujuh, MEMBAWA KEMUDARATAN.

Nah, ini sudah jelas. Kalau bisnis yang kita jalankan malah makin
menjauhkan kita dari Allah, membuat banyak kemudaratan serta
kezaliman, melakukan penipuan, atau menggunakan harta riba,
sudahlah, gak usah mikir panjang lagi, tutup aja langsung!!!!

Yang suka tipu-menipu dan berbuat curang:

Dewa Eka Prayoga – 141


“Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam
menakar dan menimbang)! (Yaitu) orang-orang
yang apabila menerima takaran dari orang lain
mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka
menakar atau menimbang (untuk orang lain),
mereka mengurangi.”
(QS Al-Muthaffifīn: 1–3)

Yang suka memakan dan menggunakan harta riba:

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat


berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan setan karena gila. Yang demikian
itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama
dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa
mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia
berhenti, maka apa yang telah diperolehnya
dahulu menjadi miliknya, dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi,
mereka kekal di dalamnya.”
(QS Al-Baqarah: 275)

142 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Yang suka sombong:

“Dan apabila dikatakan kepadanya, ‘Bertakwalah


kepada Allah,’ bangkitlah kesombongannya untuk
berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka
Jahanam, dan sungguh (Jahanam itu) tempat
tinggal yang terburuk.”
(QS Al-Baqarah: 206)

... dan masih banyak lagi.

Karena, bagaimanapun juga, bisnis itu cuma wasilah (jalan),


tujuannya lillāh (Allah). Kalau tujuan utamanya malah gak tercapai
(makin deket sama Allah), mending gak usah bisnis sekalian.

Jangan sampai kita kehilangan fokus hanya karena kesenangan


dunia yang sementara, sampai-sampai menghalalkan segala cara
untuk mendapatkan segalanya di dunia.

Ingat, bisnis itu bukan cuma untung dan rugi saja, tapi juga surga
dan neraka. Camkan itu!

Dewa Eka Prayoga – 143


BODO AMAT!
Coba Anda perhatikan, terlepas apa pun penyebab perusahaan
bangkrut, biang kerok utamanya adalah ketidakmampuan kita dalam
membaca sebuah data. Kenapa?

Semuanya terjadi karena kita tidak suka dan tidak candu angka.
Anehnya, kita ini sukanya cuma sama cuan, cuan, dan cuan. Bentar,
ini Bodo Amat atau amat bodo, sih? Hufh!

144 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


“Bisnis itu pake data,
bukan drama.”
- DEP -

Dewa Eka Prayoga – 145


#ZONANYINYIR

“Jika seseorang membenci


Anda, berarti ada dua
kemungkinan:
dia IRI dengan Anda atau
dia INGIN MENJADI
seperti Anda.”

146 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


PRINSIP #7:

Maksa
Bisa

Dewa Eka Prayoga – 147


148 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
“Awal mulanya dipaksa, lalu jadi terbiasa.
Yeah, bisa!”

Inilah prinsip gendeng ketujuh: MAKSA BISA.

Kalau selama ini kita sering mendengar isitilah zona nyaman,


maka prinsip Maksa Bisa merupakan realisasi dari usaha kita keluar
dari zona nyaman. Caranya?

Yuk, kita kupas secara perlahan.

MAKSA BISA
Mungkin Anda sudah sering mendengar, “Do what you love, love
what you do.”

Ya, ungkapan tersebut adalah salah satu quote favorit dari Steve
Jobs setelah, “Stay hungry, stay foolish,” yang banyak menginspirasi
kita-kita khususnya saat membahas perihal passion.

Dan, Saya setuju akan hal itu.

Namun, Saya pribadi punya pendapat lain, bahwa untuk menjadi


hebat dan luar biasa dalam waktu yang relatif singkat, kita tidak
sekadar melakukan apa yang kita cintai saja, tapi juga melakukan apa
yang tidak kita cintai.

Sedikit cerita, tiga tahun lalu, berat badan Saya mencapai 90 kg.
Andai saja Saya hanya melakukan apa yang dicintai, maka yang Saya

Dewa Eka Prayoga – 149


lakukan hanyalah makan, makan, dan makan. Kenapa? Karena, itu
hobi Saya, ngemil tepatnya. Hehe

Tebak, apa sekiranya yang akan terjadi pada Saya jika Saya hanya
makan, makan, dan makan?

Udah jelas, berat badan Saya pasti makin naik, mungkin bisa
tembus 100 kg.

Tapi ... Saya sadar, untuk melakukan transformasi pada tubuh


besar Saya saat itu, Saya harus memaksa diri untuk melakukan hal-
hal yang tidak Saya suka. Apa itu? Jelas, olahraga.

Saya pun coba memaksanya:

• setiap pagi Saya lari keliling kompleks perumahan yang track


jalannya naik-turun;

• setiap sore Saya pergi ke gym dan melakukan workout/fitness


minimal 45 menit;

• setiap malam Saya berusaha tidur/istirahat lebih awal agar


recovery badan berjalan lancar;

... begitu seterusnya.

Hasilnya?

Alhamdulillah, kurang dari satu tahun, berat badan Saya turun


11 kg sehingga berat badan Saya saat itu 79 kg.

Nyaman? Boro-boro.

Suka? Apalagi.

150 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Alhasil, Saya berusaha mencoba melakukan hal-hal yang tidak
nyaman dan apa-apa yang tidak Saya sukai. Apa itu? Olahraga.

PUTER OTAK
Begitu pun lima tahun lalu, saat bangkrut Saya bingung dapat
income dari mana. Saat itu penghasilan Saya bener-bener gak pasti.
Udah datangnya gak pasti, pas giliran dapet, pasti kecil. Bayangkan
saja, dalam kondisi terpuruk bangkrut, para investor pada nagih
brutal minta duit investasinya dikembalikan. Hufh! Dikembalikan
pake apaan? Pake daun? Wong gak ada duitnya.

Saya terus memutar otak dan berpikir keras. Kerjaan apa yang
bisa ngasilin duit gede dalam waktu singkat? Saking stresnya Saya
saat itu, sampai-sampai Saya sempat nanya gini ke Kang Nugie Al-
Afgani, sahabat dan kakak tingkat Saya, “Kang, bisnis apa, ya, yang
bisa ngasilin income miliaran setiap bulan?”

Sembari tersenyum dan tertawa ringan, beliau menjawab,


“Yaelah, Wa, kalau Saya tahu, Saya gak akan bilang-bilang, pasti Saya
duluan yang akan jalanin bisnis itu.”

Gubrak!

Dipikir-pikir, bener juga, ya. Harap maklum, ‘kan, lagi bangkrut,


stres dan frustrasi terus.

Saya pun mulai coret-coret sendiri, mencoba mencari tahu


kerjaan apa yang sekiranya bisa ngasilin duit miliaran (minimal

Dewa Eka Prayoga – 151


ratusan juta) setiap bulan dalam waktu super singkat.

Singkat cerita, dari hasil perenungan mendalam tersebut,


akhirnya Saya temukan enam sumber penghasilan yang harus Saya
geluti dan seriusi agar bisa dapat duit gede dari sana. Apa itu?

Royalti.

1. Ngisi.

2. Komisi.

3. Lisensi.

4. Properti.

5. Dividen.

Di buku ini, Saya tidak akan menjelaskan bagaimana detail


penghasilannya. Yang ingin Saya sampaikan pada Anda adalah,
tentang perjuangan yang Saya lakukan untuk bisa mendapatkannya.

Ya, mau tidak mau, Saya harus melakukan hal-hal yang tidak
Saya suka. Apa itu?

Nulis. Ya, jadi penulis.

Ente kira, emangnya Saya suka nulis? Boro-boro.

Sedari SMA, tes keterampilan Saya khususnya terkait linguistik


atau bahasa sangatlah buruk. Saking buruknya, hingga saat ini,
keterampilan bahasa Inggris dan bahasa Arab Saya super acakadut,
alias berantakan. Padahal, tiga tahun Saya berada di pesantren yang
mewajibkan untuk menggunakan dua bahasa asing tersebut dalam

152 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


aktivitas sehari-hari. Tapi, hasilnya ya gini, tetap balelol.

Termasuk perihal menulis, Saya benci aktivitas nulis. Hal tersebut


diperkuat saat Saya berusaha dan memaksa diri untuk menulis buku
pertama, judulnya How to Get The Future. Seperti yang sudah Saya
ceritakan sebelumnya, mentor nulis Saya saat itu mengkritisi tulisan
Saya habis-habisan. Hufh! Seandainya Saya baperan, mungkin sejak
saat itu Saya akan berhenti jadi penulis. Udah nulisnya capek, hasilnya
jelek pula. Asem!

Tapi ... bagaimana sekarang?

PUNCAK PENCAPAIAN
Singkat cerita, Saya berhasil jadi penulis. Alhamdulillah, izin
Allah.

Dan bukan hanya sekadar penulis, tapi penulis best seller. Ya, best
seller author.

Bahkan, buku Saya yang Melawan Kemustahilan terjual lebih dari


20.000 eksemplar saat masih tahap pre-order. Masyaallah.

Ya, titel “Penulis Buku-Buku Best Seller” tidak didapatkan dengan


mudah. Jangan kira jadi penulis itu mudah, prosesnya sangat panjang
dan melelahkan banget. Capek!

Itu baru nulis. Selain ngejar royalti, tentu niatnya adalah untuk
bisa berbagi manfaat secara masif dengan kawan-kawan di Indonesia.

Dewa Eka Prayoga – 153


Alhamdulillah, bisa.

Lalu, training. Ya, menjadi trainer.

Untuk bisa mendapat bayaran dari ngisi (seminar/training/


workshop), Saya harus memaksa diri Saya jadi seorang trainer. Jangan
dikira Saya betah, boro-boro, Saya orangnya bosenan.

Kalau udah ngisi materi X di kota A, malas banget kalau harus


mengulangi ngisi materi X di kota B, C, D, dan E. Hufh ....

Ya, Saya gak suka.

Tapi ... Saya memaksa diri Saya agar bisa.

Hasilnya? Alhamdulillah ....

Sejak saat itu hingga sekarang, Saya tidak pernah kekurangan


job sebagai trainer, bahkan sering kali nolak orderan. Mungkin
kecipratan rezeki trainer laris sebagai muridnya Kek Jamil Azzaini.
Alhamdulillah ... izin Allah. Bisa.

Lalu, affiliate. Ya, jadi affiliate marketer.

Untuk bisa mendapat income berupa komisi, mau gak mau Saya
harus menjadi penjual yang terus-terusan menjual. Saat itu, profesi
yang Saya pilih adalah affiliate, karena komisinya relatif lebih gede
ketimbang jadi reseller atau dropshipper.

Pertanyaannya, apakah Saya suka?

Enggak. Gak banget. Apalagi, Saya dipaksa harus belajar ilmu


baru yang Saya gak ngerti. Bahkan, pas nemu istilah cookies dikirain

154 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


kue, eh, ternyata bukan. Hahaha ... katro.

Tapi ... Saya maksa untuk bisa. Saya melakukan hal-hal yang
tidak disuka. Gak nyaman. Gak enak. Hasilnya? 28 kali ikutan kontes
affiliate, 28 kali juga berhasil jadi juara 1 dan memenangkan kontes.
Alhamdulillah, izin Allah. Bisa.

Selesaikah perjuangan?

Belum. Itu masih tiga sumber income: royalti, ngisi, dan komisi.
Saya masih ingin lebih: lebih banyak, lebih besar.

“Wah, Kang Dewa maruk, nih.”

Sakarepmu!

Saya gak mau mati ninggalin utang. Pengen cepet-cepet lunas,


mbuh piye carane.

Lalu, lisensi. Ya, jadi product creator.

Untuk bisa dapat income berupa lisensi produk yang berulang,


maka Saya berusaha untuk menciptakan banyak produk digital.

Bentar, ini makhluk apaan? Produk digital?

Lha, Saya pun sama, awalnya bingung. Gak kebayang gimana


proses pembuatannya dan bener-bener gak kebayang gimana cara
monetize-nya.

Tapi ... Saya paksa harus bisa.

Saya belajar sana-sini, deketin orang-orang hebat di bidangnya.

Dewa Eka Prayoga – 155


Singkat cerita, produk udah jadi. Dan tetap, masih bingung.
Gimana cara ngeduitinnya?

Saya pun belajar ilmu product launch.

Dan ... crazy! Bener-bener gila.

Banyak istilah baru yang harus Saya telen dan mesti Saya pelajari
mendalam:

• Niche,

• Avatar,

• Launch,

• Prelaunch,

• Pre-prelaunch,

• Sequence,

• Sales funnel,

• JV partner,

• Traffic source,

• Conversion,

• Landing page,

• Squeeze page,

• Autoresponder,

• Mental trigger,

156 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


• Evergreen,

... dan istilah-istilah aneh lainnya.

Mak! Apaan, tuh???

Hadeeeuh ....

Setelah nemu formula yang lebih mudah dipahami dan lebih


manusiawi, sampai-sampai Saya bikin workshop-nya khusus:
productlaunchdynamite.com, ngebahas formula dan pengalaman
me-launching berbagai jenis produk, dan laris semua. Alhamdulillah
....

Lagi-lagi, Saya paksa untuk bisa.

Perjuangan pun mulai membuahkan hasil. Duit mulai masuk.


Cicilan mulai banyak. Utang mulai berkurang. Dan untuk mem-
permulus dan memperbanyak income lain, Saya belajar hal-hal yang
lain.

Ya, properti. Jadi investor properti.

Demi mendapat penghasilan dari properti, akhirnya Saya nyicil


sedikit demi sedikit belajar ilmu properti, nyoba main di kos-kosan,
beli beberapa kos-kosan.

Pertanyaannya, apakah Saya suka?

Boro-boro. Saya gak ngerti properti.

Tapi, Saya paksa bisa. Harus bisa. Kudu ngerti. Apa pun caranya.

Hasilnya? Alhamdulillah, bisa.

Dewa Eka Prayoga – 157


IZIN ALLAH
Apa intinya?

Seandainya saat itu Saya hanya melakukan apa yang Saya cintai,

mungkin tak ada 19 buku best seller;

mungkin tak ada 28 kali juara affiliate;

mungkin tak ada 10 online course bisnis;

mungkin tak ada 17 produk digital;

mungkin tak ada undangan keliling Indonesia;

mungkin tak ada belasan pintu kos-kosan;

mungkin tak ada beberapa perusahaan.

Ya, tak akan ada.

Namun, nyatanya, sekarang itu ada. Kenapa?

Pastinya, izin Allah azza wa jalla. Tentunya, karena perjuangan


luar biasa.

Tak hanya melakukan apa yang kita suka, melainkan juga apa-
apa yang tidak kita suka.

Paksa! Harus bisa.

Maka, pesan Saya, jika Anda ingin jadi orang hebat, lakukanlah
hal-hal yang kamu cintai. Jika Anda ingin jadi orang hebat, luar biasa,

158 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


dan di atas rata-rata, lakukanlah hal-hal yang Anda cintai dan hal-hal
yang Anda tidak cintai. Push your limit!

BODO AMAT!
Sampai sejauh ini, kalau Anda masih bersikukuh memegang
teguh sebuah prinsip, “Do what you love,” gara-gara ngefan
sama Steve Jobs, maka komentar Saya untuk Anda adalah ...
“Bodo Amat!” Tahu bedanya apa?
Beda tipis banget.
Steve Jobs, dia sukses dulu, baru ngomong gitu. Anda,
sukses juga belum, eh, udah ngeles begitu. Ups! #kabur

“Jika kita melakukan hanya apa-apa yang kita


cintai, artinya kita egois.”
- DEP -

Dewa Eka Prayoga – 159


#ZONANYINYIR

“Jangan merasa
paling tinggi kalau
masih
nginjek bumi.”

160 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


PRINSIP #8:

Disiplin
Radikal

Dewa Eka Prayoga – 161


162 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
“Istiqamah itu berat.
Kalau ringan, namanya istirahat.”

Inilah prinsip gendeng kedelapan: DISIPLIN RADIKAL.

Kalau ada yang bilang memulai itu susah, maka istiqamah


dengan apa yang sudah kita mulai itu lebih susah. Itulah kenapa
diperlukan prinsip DISIPLIN RADIKAL agar bisa lolos ujian istiqamah
ini.

Yuk, kita bedah.

NILAI KEHIDUPAN
Sebenarnya, gak ada istilah gak ada waktu, yang ada
hanyalah gak dianggap penting.
Inilah yang dimaksud prioritas hidup. Maka, tugas Anda
adalah menentukan apa saja prioritas hidup Anda saat ini
berdasarkan nilai kehidupan yang Anda anggap penting.
Kalau Saya pribadi:

1. spiritual,

2. family,

3. health,

Dewa Eka Prayoga – 163


4. wealth, dan

5. growth.

Jadi, apa pun yang dilakukan, ya, demi itu semua.

Sekarang, coba mulai dari me-list aktivitas harian Anda dari mulai
bangun tidur sampai tidur lagi. Lalu, kategorikan aktivitas tersebut
dalam lima nilai kehidupan Anda.

Bingung me-list nilai kehidupannya apa saja?

Baiklah, Saya bantu.

Silakan pelototin daftar nilai kehidupan di bawah ini.

1. Prestasi.

2. Kemajuan.

3. Petualangan.

4. Seni.

5. Tantangan.

6. Pemberdayaan.

7. Komunitas.

8. Kompetisi.

9. Kreativitas.

10. Variasi.

11. Demokrasi.

164 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


12. Efektivitas.

13. Efisiensi.

14. Terkenal.

15. Kebebasan.

16. Persahabatan.

17. Keluarga.

18. Kesehatan.

19. Nolong orang.

20. Kejujuran.

21. Kekayaan.

22. Kebijaksanaan.

23. Sukarelawan.

24. Kepercayaan.

25. Reputasi.

26. Keamanan.

27. Kepercayaan.

28. Harga diri.

29. Perfeksionis.

30. Ketenangan.

31. Kesenangan.

Dewa Eka Prayoga – 165


32. Privasi.

33. Pengakuan.

34. Kerja sama.

35. Kebenaran.

36. Integritas.

37. Cinta.

38. Loyalitas.

39. Uang.

40. Kedamaian.

41. Self development.

42. Otoritas.

43. Hubungan.

44. Spiritual.

45. Under pressure.

46. Kedamaian.

47. Harmonis.

48. Kepemimpinan.

49. Stabilitas.
50. Memengaruhi orang.

166 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Sekarang, cara menentukan nilai kehidupan Anda adalah
sebagai berikut.

• Dari 50 list di atas, silakan pilih 20 list yang gue banget.

• Dari 20 list yang gue banget, silakan pilih 10 list yang paling
gue banget.

• Dari 10 list yang paling gue banget, silakan pilih 5 list yang
sumpah gue banget.

Dari situ, Anda sudah mendapatkan lima list nilai kehidupan


yang dianggap penting, baik secara sadar ataupun tak sadar.

Dengan demikian, Anda akan selalu menganggap penting


sesuatu, kegiatan, atau aktivitas yang terkait dengan nilai kehidupan
tersebut. Inilah cikal bakal lahirnya Disiplin Radikal!

DISIPLIN RADIKAL
Suatu ketika, Saya pernah membaca salah satu postingan tim
Saya di Facebook, bunyinya kurang lebih begini, “Konsisten itu sulit.
Itulah alasan kenapa orang sukses itu sedikit.”

Sesaat setelah baca status tersebut, dengan rada songong dan


spontan Saya langsung komentar gini, “Ah, gampang!”

Pertanyaannya, mana yang benar? Gampang atau sulit? Menurut


Anda pribadi, yang mana?

Dewa Eka Prayoga – 167


“Semua yang kita pikirkan adalah benar,
benar-benar akan terjadi, sekarang atau nanti.”

Izinkan Saya berbagi pemikiran terkait hal ini, ya. Boleh?

Saya lebih suka menggunakan kata disiplin ketimbang konsisten.


Kenapa? Simak penjelasannya.

Jadi gini, Saya termasuk orang yang meyakini bahwa salah satu
penentu kunci kesuksesan seseorang adalah disiplin.

“Disiplin adalah konsistensi tindakan


yang sudah dijanjikan (dikomitmenkan)
oleh seseorang pada dirinya sendiri.”

Ya, disiplin:

• disiplin dengan hal-hal yang harus dilakukannya,

• disiplin dengan hal-hal yang harus ditinggalkannya,

• disiplin dengan aktivitas dan rutinitas hariannya,

... dan sebagainya.

Dan Saya pun meyakini, hal-hal nonteknis seperti ini, semisal


disiplin, tekun, yakin, ngotot, gak baperan, dan sejenisnya, lebih
penting ketimbang hal-hal teknis seperti ilmu FB Ads, copywriting,

168 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


covert selling, teknik closing, dll.

Contohnya, ketika kita menanam buah apel, lalu mendapati


bahwa ternyata buah apel tersebut busuk dan gak layak makan,
maka apa yang harus kita ubah?

Ya, akarnya dulu. Karena, kalau akarnya bermasalah, buahnya


pun bermasalah.

Termasuk manusia, ketika ingin mendapat income miliaran, lalu


mendapati kenyataan bahwa income-nya masih recehan, apa yang
mesti kita ubah?

Ya, mindset-nya dulu. Karena, kalau mindset-nya bermasalah,


nasibnya pun bermasalah.

Kuncinya, yang tak terlihat lebih penting daripada yang terlihat.


Mantranya, “Ubah mindset-nya, berubah omzetnya.” Catat, ya!

Karakter disiplin adalah hal penting dari faktor tak terlihat yang
harus kita miliki, suka tidak suka, mau tidak mau.

Pertanyaannya, benarkah disiplin itu susah? Eits, kata siapa?

Bagi Anda yang muslim (khususnya), tentu Anda sudah terbiasa


melakukan aktivitas yang begitu disiplin.

Apa itu?

Salat fardu lima waktu.

Ya, salat. Bayangin aja, setiap azan berkumandang, kita lantas


otomatis bergegas ke masjid untuk menunaikan panggilan Allah ini.

Dewa Eka Prayoga – 169


Apa itu? Salat.

Disiplin banget.

Kecuali, Anda memang salatnya gak disiplin: telat mulu, masbuk


mulu, jarang ke masjid, bahkan mengabaikan panggilan-Nya, wah ...
ini mah kebangetan!

Panggilan Allah aja gak disiplin, apalagi panggilan manusia.


Parah ini mah ... taubat ah taubat!

“Tapi, Kang, Saya seriusan, kok, susah banget ya disiplin dalam


melakukan sesuatu? Sering moody gitu.”

Ada yang kayak gitu juga?

• Gak konsisten dalam action.

• Gak komitmen dengan ucapan.

• Gak persisten saat ada halangan.

Anda ngalamin juga?

Misalkan ....

Dalam hal bisnis.

Hari ini posting status di Facebook dan sharing banyak, eh, tiba-
tiba besok ngilang entah ke mana. Krik ... krik ....

Dalam hal olahraga.

Hari ini semangat jogging atau lari pagi berkilo-kilometer, eh,

170 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


tiba-tiba besok malesnya enggak ketulungan. Ampun, dah!

Dalam hal belajar.

Hari ini ngabisin (baca) tiga buku sekaligus, eh, tiba-tiba besoknya
gak nafsu baca sama sekali. Parah banget, dah!

Dalam hal ibadah.

Hari ini bangun malam, salat tahajud, salat taubat, ngafalin Al-
Qur`an, subuh jamaah, khatamin ODOJ, salat duha, dan lain-lain, eh,
tiba-tiba besoknya bolong kabéh. Allāh yā Rabb ....

Pernah ngalamin kayak gitu?

Udah, ngaku aja. Gak usah ngacung.

Intinya, kita gak disiplin.

Menurut Wikipedia, disiplin merupakan perasaan taat dan patuh


terhadap nilai-nilai yang dipercaya.

Misalkan:

• kalau Anda percaya bahwa olahraga dapat membuat Anda


sehat, segar, dan bugar, maka Anda akan melakukannya
setiap hari, tanpa alasan;

• kalau Anda percaya bahwa sedekah akan membuat Anda


tetap kaya dan Allah akan ganti berkali-kali lipat, maka Anda
akan melakukannya setiap hari, tanpa alasan;

• kalau Anda percaya bahwa baca buku akan membuat

Dewa Eka Prayoga – 171


wawasan dan pemikiran Anda semakin terbuka, maka Anda
akan melakukannya setiap hari, tanpa alasan;

... dan seterusnya.

Jadi, disiplin itu taat dan patuh pada nilai-nilai yang dipercaya,
apa pun itu.

Maka, karakter disiplin ini tidak hanya dibutuhkan di dalam


perusahaan saja, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
bagi siapa pun yang ingin mendapatkan puncak kesuksesan yang
luar biasa.

Pertanyaannya, gimana caranya?

BELAJAR DISIPLIN
Gimana cara agar kita bisa mendisiplinkan diri kita pada sesuatu?

Pertama, KEDALAMAN NIAT.

Intinya, tujuanmu melakukan itu apa?

Kita ambil contoh misalnya: salat.

(Sesuatu yang memang terbukti membuat kita disiplin mela-


kukannya lima kali sehari)

Kita harus tanya pada diri kita sendiri, kenapa kita melakukannya?
Kenapa?

172 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Semakin dalam niatnya, semakin kuat efeknya.

Misal, jawabannya adalah perintah Allah.

Secara sadar maupun tidak sadar, kita harus membiasakan diri


untuk bertanya ulang, “Kenapa? Kenapa? Kenapa?” terus aja begitu
sampai mentok.

X: Kenapa kamu salat?

Y: ‘Kan, perintah Allah?

X: Kenapa harus taat sama perintah Allah?

Y: Sebagai bukti ibadah Saya kepada-Nya.

X: Kenapa harus ibadah?

Y: Supaya dapat pahala.

X: Kenapa harus ngumpulin pahala?

Y: Supaya bisa masuk surga.

X: Kenapa pengen masuk surga?

Y: Agar bisa ketemu sama Allah.

Inilah yang dimaksud kedalaman niat.

• Ada orang salat karena sekadar perintah Allah.

• Ada orang salat karena memang bagian dari ibadah.

• Ada orang salat karena termotivasi ingin masuk surga.

Dewa Eka Prayoga – 173


• Ada orang salat karena ingin ketemu sama Allah.

Jelas, ini kedalaman niatnya berbeda-beda. Semakin dalam,


semakin bagus.

Begitu pun saat Anda ingin disiplin.

Kalau Anda gak punya kedalaman niat, maka efeknya buat diri
pribadi gak akan begitu besar. Ketika efeknya gak begitu besar, maka
cenderung mengabaikan. Gak disiplin, deh ....

Contoh, olahraga.

Kemarin ada yang laporin Saya di grup WhatsApp, “Wih, Kang


Dewa nge-gym.”

Terus Saya bilang, “Hellooow, udah dari empat tahun yang lalu
keleeeus!”

Lantas ada yang nyeletuk, “Tapi, kok, Kang gak kurus-kurus?”


#gubrak

Spontan Saya kemudian menjelaskan, “Niat nge-gym itu bukan


untuk kurus. Saya nge-gym tiap hari supaya metabolisme tubuh
meningkat, stamina semakin kuat, fungsi otak makin encer, gak
loading saat belajar, lebih bergairah dalam hidup, lebih positif dalam
berpikir, dan lebih keren pastinya. Hehe ....”

Kalau niat Saya gak dalam, misal hanya sekadar kurus, yo


gampang. Kardio aja terus, sembari sering-sering sauna, entar juga
lama-kelamaan air dalam tubuhnya habis dan badannya bakal

174 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


kurus. Tapi ... bawaannya pasti lemes. Kenapa? Karena, ototnya gak
kebentuk. Akibatnya, bawaannya bakal lemes terus.

• Mau ngapa-ngapain, males.

• Mau nulis copywriting, males.

• Mau ngiklan di Facebook, males.

• Mau baca buku baru, males.

Ah, pokoknya males terus!

Dan ... Saya gak mau begitu.

• Saya mau setiap hari bergairah.

• Saya mau setiap hari bersemangat.

• Saya mau setiap hari berenergi.

Itu semua didapat karena hasil mendisiplinkan diri Saya saat


nge-gym. Kebayang, ya?

Sekarang, cek niat dalam aktivitas/sesuatu yang akan Anda


disiplinkan, udah dalem belum? Tanyakan,“Kenapa? Kenapa? Kenapa?”
minimal tiga kali.

“Kenapa kamu bangun malam?”

• Karena pengen salat tahajud. Kenapa?

• Karena pengen deket sama Allah. Kenapa?

• Karena pengen dicintai sama Allah. Kenapa?

Dewa Eka Prayoga – 175


• Karena pengen dapat kemuliaan di sisi-Nya. Kenapa?

• Karena pengen doa-doa dikabulkan.

... dan seterusnya.

“Kenapa kamu sedekah tiap pagi?”

• Karena pengen didoain malaikat. Kenapa?

• Karena pengen doanya dicatat. Kenapa?

• Karena pengen omzet meningkat. Kenapa?

• Karena pengen hidup lebih manfaat. Kenapa?

• Karena pengen jadi sebaik-baiknya umat.

... dan seterusnya.

“Kenapa kamu nge-gym tiap hari?”

• Karena pengen lebih fresh dan seger tiap hari. Kenapa?

• Karena pengen tetap fit dan sehat sepanjang waktu. Kenapa?

• Karena pengen lebih positif, bergairah, dan berenergi dalam


hidup. Kenapa?

• Karena pengen ibadah dengan maksimal dan gak males-


malesan. Kenapa?

• Karena pengen serius masuk surga.

... dan seterusnya.

176 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Yuk, perdalam lagi niatnya!

Kedua, SISTEM PENGINGAT.

Intinya, harus ada yang ngingetinnya, khususnya untuk Anda


yang awal-awal ingin disiplin dalam melakukan sesuatu. Nanti kalau
udah jadi kebiasaan dan beneran udah disiplin, gak perlu diingatkan
pun insyaallah bakal jalan.

Kenapa kita disiplin salat?

Karena, ada waktunya: subuh, zuhur, asar, magrib, isya. Jelas.


Clear!

Gak cuma itu, di setiap waktu tersebut, kita pun terus diingatkan
dengan sistem pengingat lainnya. Apa itu?

Jelas, azan.

Ya, azan yang berkumandang.

• Subuh, azan, salat.

• Zuhur, azan, salat.

• Asar, azan, salat.

• Magrib, azan, salat.

• Isya, azan, salat.

Inilah yang dimaksud sistem pengingat: waktunya dan yang


ngingetinnya.

Dewa Eka Prayoga – 177


Bagaimana dalam fitness (nge-gym)?

Saya pribadi punya jadwal fitness mingguan, setiap hari Senin


s/d Jumat jam empat sore (bakda asar). Waktunya jelas.

Yang ngingetinnya pun jelas. Apa itu? Siapa itu? Jelas, personal
trainer.

Saya bisa aja fitness tanpa pake personal trainer, tapi efeknya
beneran beda.

Sama kayak kalau dalam bisnis, kalau gak punya coach atau
mentor, efeknya biasanya beda. Gak ada yang nagih, gak ada yang
maksa, gak ada yang narget, gak ada yang nyiksa, dan seterusnya.

Maka, saran Saya, kalau Anda ingin membuat sesuatu/aktivitas


untuk disiplin, buatlah sistem pengingat.

Waktunya dan yang ngingetinnya.

Contoh lain ....

Tiga bulan di akhir tahun 2018 ini, Saya mendisiplinkan diri untuk
nulis 1 buku 1 bulan. Waktunya jelas, maksimal 1 bulan harus jadi 1
buku. Yang ngingetinnya?

Jelas, deadline, yang sudah dibuat oleh Tim Billionaire Store dan
KMO Indonesia.

Kalau di Billionaire, yang nagih Nizar Fadhillah.

Kalau di KMO, yang nagih Ade Kurniawan.

178 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Ini membuat Saya disiplin nulis tiap hari, minimal 3–4 jam per
hari.

Alhamdulillah, izin Allah, bulan ini udah jadi buku yang


MainFacebook.com. Bulan depan, ada lagi. Bulan depannya lagi, ada
lagi. Ingat, komitmen dengan ucapan, konsisten dengan perbuatan.

Nah, kalau Anda sendiri, udah punya sistem pengingat belum di


hal-hal yang ingin Anda disiplinkan? Ayo, buat. Hehe ....

Ketiga, KEKHUSUSAN TEMPAT.

Intinya, tempat khusus untuk melakukan kegiatan atau aktivitas


disiplin tersebut.

Kalau salat, tempatnya di masjid.

Kalau fitness, tempatnya di gym.

Termasuk aktivitas-aktivitas disiplin lainnya.

Misalnya, kalau Saya ...

• kalau nulis, tempatnya di kafe;

• kalau baca, tempatnya di ruang kerja;

• kalau nonton, tempatnya di bioskop;

• kalau hafalan, tempatnya di mobil;

• kalau tidur, tempatnya di kamar;

• kalau mandi, tempatnya di kamar mandi;

Dewa Eka Prayoga – 179


• kalau meeting, tempatnya di kantor;

... dan seterusnya.

Disadari atau tidak, setiap tempat punya kekhususan dan


peruntukkannya tersendiri, sesuai fungsinya masing-masing.

Kenapa butuh tempat khusus?

Agar terjadi perpindahan raga dari satu titik ke titik yang lain.
Ini membuat kita bergerak, dan inilah kunci disiplin sederhana, yakni
bergerak dari hal terkecil ke hal yang lebih besar.

Jadi, apa disiplin baru Anda? Di mana Anda akan melakukannya?


Silakan rencanakan ... dan action-kan!

Pada akhirnya, pembentukan karakter disiplin ini adalah


kombinasi antara komitmen, konsisten, dan persisten.

“Disiplin = Komitmen + Konsisten + Persisten.”

Mereka yang gak komitmen dengan ucapannya, akan kesulitan


melatih karakter disiplin dalam dirinya.

Mereka yang gak konsisten dengan perbuatannya, akan kesu-


litan membangun karakter disiplin dalam dirinya.

Mereka yang gak persisten dengan targetnya, akan kesulitan


menciptakan karakter disiplin dalam dirinya.
Maka:

180 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


• Mulailah KOMITMEN dengan ucapanmu sendiri.

• Mulailah KONSISTEN dengan apa yang harus kamu perbuat.

• Mulailah PERSISTEN dengan target yang harus kamu capai.

Dengan demikian, insyaallah karakter disiplin akan melekat kuat


dalam diri Anda. Āmīn ....

TO DO LIST
Beberapa pekan terakhir ini, linimasa Facebook dan Instagram
diramaikan dengan berbagai postingan tentang drama Korea
(drakor) berjudul Start Up. Saya pribadi sebagai penikmat film cukup
penasaran, terlebih drakor ini bertema tentang start up. Sesuai
judulnya, di mana Saya pun sedang membangun beberapa start up,
rasa-rasanya cerita drakor tersebut akan sangat relate dan relevan
dengan kondisi Saya sekarang.

Alih-alih langsung menontonnya, Saya justru malah menantang


diri sendiri, “Wa, kalau kamu sanggup beresin sepuluh checklist
prioritas harian kamu, kamu boleh celebrate the win dengan
menonton drakor Start Up.”

Sekadar info, dalam menjalani keseharian, Saya terbiasa mem-


buat dua jenis to do list:

Pertama, Stupid List. Stupid List ini berisi aktivitas harian yang

Dewa Eka Prayoga – 181


harus Saya delegasikan ke tim, entah tim perusahaan atau sekadar
asisten pribadi.

Misalkan:

• balas komentar Instagram,

• riset hastag Instagram,

• balas DM Instagram,

• bikin caption Instagram,

• schedule post Instagram,

• balas komentar Tiktok,

• bikin video Tiktok,

• balas DM Tiktok,

• reminder sharing tim,

• blast email jualan/launch,

• bikin autoresponder email,

• edit video YouTube,

• upload video YouTube,

• balas komentar YouTube,

• cari pemenang giveaway,

• desain modul workshop,

182 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


• bikin ad copy/iklan,

• rombak landing page,

• rancang funnel produk,

• riset produk baru,

• olah data excel,

• bikin form survei,

• listing kompetitor,

• bikin lead magnet,

• rekrutmen tim,

• editing video promo,

• ngedit buku baru,

• jadi JV manager,

• UI/UX MPV produk,

... dan masih banyak lagi.

Setidaknya list di atas menjadi stupid list favorit Saya di tahun


2020.

Kedua, Priority List. Priority List ini berisi aktivitas harian yang
perlu Saya kerjakan sendiri dan tidak bisa didelegasikan ke tim.

Misalkan:

Dewa Eka Prayoga – 183


• meeting BOD,

• negosiasi vendor,

• mentoring pasukan,

• inhouse training,

• sharing rutin,

• nulis buku,

• promo produk,

• open peluang usaha,

• schedule agenda,

• rancang strategi,

• jadwalin promo,

• evaluasi strategi,

• prelaunch content,

• shooting video,

• beresin modul,

• launching produk,

• live promo,

• shooting YouTube,

184 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


• record podcast,

• kopdar member,

• webinar support,

• photoshoot produk,

• halaqah pekanan,

• kajian bulanan,

• monitoring kerjaan,

• evaluasi kinerja,

• nagih brutal,

... dan sejenisnya.

Setiap harinya, list tersebut di atas akan berubah dan cenderung


nambah, tergantung prioritas kerjaan Saya hari itu. Itulah kenapa
produktivitas Saya terbilang cukup tinggi meski waktu sehari sama-
sama 24 jam.

List di atas belum termasuk ranah family time, couple time, dan
me time, ya (termasuk di dalamnya spiritual time).

Kadang, Saya sering mikir gini:

• Kenapa nonton drakor dua jam kuat, tapi kok baca Al-Qur`an
cuma tiga puluh menit gak kuat?

• Kenapa episode drakor sebelumnya selalu ingat, tapi hafalan

Dewa Eka Prayoga – 185


ayat dan surat susah melekat?

• Kenapa nungguin drakor selalu semangat, tapi kok main


sama istri dan anak selalu gak sempat?

Ah, gawat. Bener-bener keparat si aku ini!

Jangan-jangan niat mengejar akhirat cuma pemanis lidah saja?


Aslinya: tukang maksiat! Astagfirullah ....

Balik lagi soal drakor “Start Up”.

Alhasil, sampai buku ini ditulis, drakor tersebut belum sempat


Saya tonton hingga tamat, meskipun drakor-nya sendiri udah tamat
dari kapan hari. Kenyataan dan faktanya, Saya baru nonton sampai
episode 4 doang dari total 16 episode yang ditayangkan. Hufh!

Saat Saya bilang ke orang-orang terdekat bahwa Saya belum


nonton drakor “Start Up” sampai tamat, banyak di antara mereka gak
percaya. Kenapa? Karena, mereka tahu Saya adalah sufi (suka film).
Meski drakor, kalau memang ada value dan pelajaran yang diambil,
gak mungkin ketinggalan.

Kalau Anda perhatikan, bagi sebagian orang (mungkin juga


Anda), metode atau cara Saya ini terkesan lebay, sebegitunya amat.
Tapi, lagi-lagi, Saya selalu bersikap Bodo Amat dengan komentar,
omongan, dan nyinyiran orang. Sikap ini pulalah yang membuat
Saya meyakini bahwa untuk menjadi pribadi gila di atas rata-rata, kita
mesti berani beda dan melawan rutinitas orang biasa.

Misalkan:

186 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


• di saat orang ngabisin waktu berjam-jam untuk belajar, Saya
banyak ngabisin waktu berjam-jam untuk praktik;

• di saat orang sibuk bikin konten, Saya sibuk bikin platform


untuk nampung kontennya;

• di saat orang asyik nonton drakor “Start Up”, Saya asyik


bangun dan akuisisi banyak start up;

... dan masih banyak lagi.

Ibarat kata:

• di saat orang diam, Saya jalan;

• di saat orang jalan, Saya lari;

• di saat orang lari, Saya berhenti.

Berhenti = Nyampe. Tercapai!

Karena, pada dasarnya, berhenti itu bukan saat udah capek, tapi
saat udah nyampe. Manja banget Anda kalau baru usaha dikit aja
langsung ngeluh capek dan berhenti. Ngimpi!

“Impian ingin memecahkan rekor, kerjaannya


cuma nonton drakor dan molor. Luar biadab!”

Ah, mungkin prinsip hidup Saya aja yang terlalu lebay. Tapi, lagi-
lagi, Bodo Amat dengan omongan dan penilaian orang, yang penting
cara ini cukup works buat Saya.

Dewa Eka Prayoga – 187


MEGANG KOMITMEN
1 Januari 2021, Saya resmi mengundurkan diri sebagai coach
sekaligus mentor di B erl Family.

Banyak orang penasaran dan bertanya-tanya, “Itu beneran keluar,


Kang? Jangan prank, ah!”

Entah udah berapa banyak orang yang japri Saya, baik dari B erl
Family itu sendiri bahkan dari beberapa kawan dekat yang bertanya,
“Kenapa?”

Sejujurnya, bukan keinginan Saya untuk berhenti membersamai


B erl Family, pun bukan keinginan Agus Trie dan Erlyanie Berl. Lha,
lantas?

Ini adalah komitmen Saya pribadi. Karena, di awal tahun lalu,


Saya pernah berkomitmen, jika target yang Saya tetapkan tidak
tercapai, maka Saya adalah orang yang pertama kali keluar dari B erl.
Saya gak mau main-main.

Seperti yang mungkin Anda tahu, dalam menetapkan target,


Saya dikenal cukup gila.

“Ah, kegedean, Kang.”

“Gak rasional-lah, Kang.”

“Mustahil banget ini, Kang.”

... dan sejenisnya.

188 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Itulah kenapa Saya dijuluki “Mentor Gendeng” oleh para mentee
dan murid Saya.

Alhasil, dengan cara seperti ini, B erl mampu bertumbuh


hingga 2.300% hanya dalam tiga tahun. Bahkan, kalau dihitung
sejak membersamai Erly, rasa-rasanya udah lebih dari 5.000% per-
tumbuhannya. Alhamdulillah.

Namun, komitmen tetaplah komitmen.

Terlepas dari kondisi ekonomi dan pandemi di negeri ini, hal


tersebut tidak pernah mengoreksi angka besar yang memaksa Saya
untuk mencapai target yang udah ditetapkan. Dan hasilnya, Saya gak
mencapai angka besar itu. Qadarullāh ....

Meskipun demikian, pertumbuhan B erl Family dalam tiga tahun


ini sungguh luar biasa. Mereka tumbuh bukan sekadar dari aspek
finansial, tapi juga aspek-aspek lainnya, seperti spiritual, emosional,
dan intelektual.

• Ada yang dulunya omzet ratusan juta aja empot-empotan,


eh, sekarang malah punya profit ratusan juta.

• Ada yang dulunya cuma jual 10 pcs doang, eh, sekarang


mampu menjual 1.000–10.000 pcs per bulan.

• Ada yang dulunya masih punya utang riba, eh, sekarang


alhamdulillah bebas riba dan lunas utang.

• Ada yang dulunya hubungan mereka berantakan, eh, se-


karang makin harmonis dan romantis setiap harinya.

Dewa Eka Prayoga – 189


... dan masih banyak lagi.

Saya pribadi cukup bahagia melihat pertumbuhan mereka.


Semoga support Saya yang tak seberapa ini, bisa sedikit banyak
memberikan dampak buat kehidupan mereka. Āmīn ....

BODO AMAT!
Memang tak mudah memegang teguh prinsip DISIPLIN RADKIAL.

Namun, tak mudah bukan berarti sulit. Semua butuh proses.


Nikmatilah prosesnya. Karena, kalau cuma gitu doang, maka semua
orang bisa melakukannya. Faktanya? Memang sedikit. Semoga Anda
termasuk dari orang-orang yang sedikit itu. Āmīn ....

190 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


“Bukan gak ada
KEMAMPUAN,
tapi gak ada KEMAUAN,
plus KEGIGIHAN.”
- DEP -

Dewa Eka Prayoga – 191


#ZONANYINYIR

“Kaum nyinyirun itu


sejatinya tidak membenci
kita. Mereka membenci diri
mereka sendiri, karena kita
adalah cerminan dari apa
yang mereka inginkan.”

192 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


PRINSIP #9:

Tagih
Brutal

Dewa Eka Prayoga – 193


194 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
“Kalau gak diingatkan dan ditagih brutal, mereka
akan lupa, atau pura-pura lupa.”

Inilah prinsip gendeng kesembilan: TAGIH BRUTAL.

Istilah tagih brutal di sini bukan soal nagih utang piutang, tapi
lebih ke hal-hal yang memang sudah dikomitmenkan. Gimana
persisnya?

Yuk, kita kupas langsung.

NAGIH UTANG
Kalau ada yang mengatakan bahwa jualan itu sulit, maka
sesungguhnya nagih utang lebih sulit. Itulah kenapa ada profesi
yang dinamakan debt collector, di mana tugasnya adalah nagih utang
orang yang sering ngemplang, gak sesuai harapan dan tempo yang
diberikan.

Coba Anda bayangkan, ada lho orang di dunia ini yang kerjanya
cuma nagih doang. Meskipun begitu, sebenarnya hal tersebut gak
doang. Karena, mau gak mau dan suka tidak suka dia harus punya
keberanian yang tinggi dan siap mematikan rasa empati.

Setidaknya, inilah yang akan mereka alami di lapangan.

• Ada yang ngilang dan susah dihubungi.

• Ada yang melas dan minta dikasihani.

Dewa Eka Prayoga – 195


• Ada yang banyak alasan dan minta penundaan.

• Ada yang nangis dan mohon waktu tambahan.

• Ada yang sampai sujud-sujud minta pengampunan.

Ah, beneran memalukan! Gak sebegitunya juga kali. PLAK!

“Utang itu minjamnya melas, balikinnya males.”

Oleh karenanya, mindset dalam nagih utang sejatinya justru


menyelamatkan dia yang memang punya utang. Bisa Anda
bayangkan, Rasulullah aja gak mau menyalatkan orang yang masih
punya utang. Itu berarti kedudukan orang yang punya utang itu
sungguh hina, apalagi mereka yang posisi utangnya adalah utang
riba. Haram! Udah hina, banyak dosa pula.

Ingat, tugas kita itu nagih. Perihal dia mau bayar atau enggak, itu
urusan nanti.

NULIS EKSPRES
Tidak banyak orang yang tahu bahwa buku ini ditulis dengan
prinsip tagih brutal. Gimana gak brutal, waktu yang dimiliki untuk
menyelesaikan buku ini hanya sepuluh hari. Gokil banget!

Kenapa, kok, hanya cuma sepuluh hari? ‘Kan, bisa aja lebih lama

196 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


dari itu?

Karena, memang Saya sendiri yang menyanggupi dan meng-


iyakan permintaan dari Tim KMO Indonesia. Setelah dikonfirmasi
bahwa Saya bisa, maka tugas tim untuk tagih brutal.

Saya pun langsung puter otak, atur strategi, dan coret-coret:

• Target selesai nulis = 10 hari.

• Target tebal halaman = 200 halaman.

• Target nulis per hari = 20 halaman.

• Karena jadwal atau agenda Saya cukup padat, maka Saya


harus pintar dalam memanfaatkan waktu sisa untuk menulis
20 halaman sehari. Caranya?

• Katakanlah Saya memanfaatkan 4 jam sehari untuk nulis


20 halaman. Itu artinya, dalam 1 jam Saya harus mampu
menyelesaikan 5 halaman. Titik! Tanpa kompromi.

• Dari 4 jam per tersebut, Saya putuskan nulis di jam 9–11


malam (2 jam), jam 2–3 subuh (1 jam), dan jam 5–6 pagi (1
jam). Total = 4 jam per hari.

Saya pun melakukan prinsip #DisiplinRadikal dalam proses


penulisannya. Ah, pokoknya bener-bener menepi dan menyepi.
Embuh piye carane target kudu tercapai!

Dewa Eka Prayoga – 197


TAGIH BRUTAL
Jadi, prinsip-prinsip gendeng yang Saya tulis di buku ini memang
sudah sering Saya internalisasikan dan praktikkan pada tim di
perusahaan. Salah satu leader di perusahaan Saya yang menerapkan
prinsip ini adalah leader di bisnis Berlanja, perusahaan yang bergerak
dalam kebutuhan emak-emak Indonesia.

Gimana gak bawel, leader Saya ini selalu nge-chat ke vendor


nagih brutal kerjaan dan progres produknya. Kok, bisa Saya tahu?

Jelas bisa, karena vendor produknya kebetulan istri Saya sendiri.


Setiap kali Saya gak sengaja buka handphone istri, selalu ada chat
dari dia menanyakan progres pekerjaan dan update produk. Ah, gila!

Untuk yang tidak terbiasa ditagih, mungkin cukup terganggu.


Tapi, hal ini mau gak mau perlu dilakukan untuk memastikan kualitas
dan komitmen dari seseorang atas janji yang pernah dikatakannya.

“Meskipun nyebelin,
tapi mereka tetap harus dibawelin.”

Makanya, jangan merasa risih ketika ditagih terus. Justru bagus!


Karena, naluriahnya manusia biasanya mengerjakan sesuatu di batas
atau waktu deadline. Hayo, ngaku? Bener, gak?

Karenanya, supaya kita gak gampang lupa dengan komitmen

198 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


sendiri, maka buatlah reminder system sendiri yang bertujuan untuk
menagih brutal komitmen tersebut. Misalkan:

• bikin jadwal di Google Calendar,

• pasang alarm di smartphone,

• set wallpaper di layar handphone,

• bantu tim untuk mengingatkan,

• tempel list kerjaan di dinding tempat kerja,

... dan masih banyak lagi.

Intinya, sebelum orang lain nagih, maka tagihlah secara brutal


komitmen kita sendiri. Karena, sesungguhnya ditagih terus sama
orang itu gak enak. Nyebelin!

Berlaku sebaliknya.

Sebagai leader, Anda perlu sedikit bawel untuk nagih brutal di


setiap pekerjaan dan komitmen tim Anda. Mungkin bawahan atau
staf Anda akan tidak nyaman, tapi biarkan saja. Bagaimanapun juga,
tidak ada kenyamanan dalam pertumbuhan, termasuk ketidak-
nyaman saat ditagih brutal.

Maka, mulai sekarang Anda bisa bikin sebuah form atau catatan
yang berisi list tagih brutal. Isinya tiada lain dan tiada bukan adalah
janji-janji dan komitmen-komitmen dari tim Anda kepada Anda
entah secara ungkapan lisan maupun tulisan.

Dewa Eka Prayoga – 199


TAGIH KOMITMEN
Sekali lagi, bahasan di bab kali ini bukan soal utang piutang.
Saya gak akan nyindir atau nyinyir orang-orang yang punya utang
lantas ngilang atau orang-orang yang punya utang lantas pas ditagih
lebih kejam, karena sepertinya itu sudah jadi rahasia umum. Hehe .…
Pembahasan kita kali ini lebih kepada nagih janji-janji atau
komitmen-komitmen lisan atau tulisan yang sudah terucap tapi tidak
terealisasi. Misalkan:
• “Sip, besok, ya.”
• “Oke, lusa, ya.”
• “Nanti minggu depan, ya.”
• “Insyaallah bulan depan, ya.”
… dan sejenisnya.
Ungkapan tersebut terdengar ringan dan remeh, tapi justru itu
penting banget. Banyak orang asal ngomong dan gampang ucap
hanya demi membahagiakan orang sesaat. Mereka gak sadar bahwa
ada harapan dan ekspektasi tinggi yang ada di benak kita saat mereka
mengungkapkan hal tersebut. Itulah kenapa, tagih brutal menjadi
sangat penting. Kenapa? Karena, kita sedang membantu mereka
untuk mengingatkan janji-janji mereka sebelumnya.
Jadi, mulai sekarang dan seterusnya, setiap kali ada yang men-
``janjikan sesuatu dan memberikan ekspektasi tertentu pada Anda,
tugas Anda hanya satu: TAGIH BRUTAL!

200 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


BODO AMAT!
Jadi, udah jelas, ya, kenapa kita perlu TAGIH BRUTAL hasil?

Supaya apa yang sudah direncanakan tidak sekadar jadi rencana


dan wacana, tapi benar-benar jadi aksi nyata dan memberikan hasil
sesuai harapan. Ketika pun ada orang atau tim yang merasa risih dan
gak nyaman, Bodo Amat! Sing penting target tercapai.

“Ditagih brutal itu awalnya nyebelin,


lama-lama ngangenin.”
- DEP -

Dewa Eka Prayoga – 201


#ZONANYINYIR

“Seseorang yang
berusaha merendahkan
kita kemungkinan besar
karena LEVEL KITA DI
ATAS MEREKA.
Bener, gak?”

202 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


PRINSIP #10:

Sakarepmu!

Dewa Eka Prayoga – 203


204 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
“Saklek terhadap target,
fleksibel terhadap cara.”

Inilah prinsip gendeng kesepuluh: SAKAREPMU!

Istilah sakarepmu! berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti


terserahmu! Maksudnya?

Yuk, kita kupas langsung ....

PERSONAL BRAND
VS PRODUCT BRAND
“Kang, lebih baik mana, personal brand atau product brand?”

Jawab: terserah. Sakarepmu! Sing penting customer-mu loyal ….

Mau personal brand boleh, mau product brand juga boleh. Yang
gak boleh itu, gak bangun brand sama sekali, terus kerjaannya cuma
jualan doang. Ah, gak sustain!

Karena, pada dasarnya tujuan brand adalah menciptakan


loyalitas. Maka, apa pun caranya, entah personal brand atau product
brand, yang terpenting bangun brand.

Patokannya, kalau orang lain beli karena melihat siapa yang


jualnya (gak peduli apa pun produknya), berarti personal brand-nya

Dewa Eka Prayoga – 205


lebih kuat. Kalau orang lain beli, karena melihat produknya (gak
peduli siapa pun penjualnya), berarti product brand-nya lebih kuat.

“PRODUCT BRAND = dibangun ketika orang


percaya sama PRODUKNYA
(gak peduli SIAPA PUN orangnya).
PERSONAL BRAND = dibangun ketika orang
percaya sama ORANGNYA
(gak peduli APA PUN produknya).”

Jadi, customer-mu saat ini lebih percaya sama apanya?

Udah, bangun itunya aja. Jangan nanya mulu!

BRANDING VS SELLING
“Kang, branding dulu, selling dulu?”

Jawab: terserah. Sakarepmu! Sing penting bisnismu jalan ….

Mau branding dulu boleh, mau selling dulu juga boleh. Yang gak
boleh itu, nanya mulu tapi gak praktik-praktik. Giliran dikasih tahu
malah ngelunjak. Plak!

Tentu, di balik keputusan branding dulu, selling dulu, Anda perlu

206 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


tahu basis keilmuannya. Sekarang, Saya balik tanya ke Anda, bedanya
marketing, selling, dan branding, apa coba?

Nih, Saya kasih tahu, deh, bocorannya langsung, supaya makin


pinter!

BESAR VS BANYAK
“Kang, mending bangun bisnis besar atau banyak?

Jawab: terserah. Sakarepmu! Sing penting bisnismu tumbuh ….

Dewa Eka Prayoga – 207


Mau fokus bangun bisnis dibesarin sampai bener-bener besar,
boleh. Mau bangun bisnis kecil-kecil tapi jumlahnya banyak, juga
boleh. Yang gak boleh itu menghalalkan segala cara demi meraup
keuntungan semata. Niatnya bisnis pengen berkah, eh, malah biang
musibah.

Karena, kalau ditanya soal fokus gak fokus, setiap orang punya
fokusnya masing-masing.

• Ada yang fokus pada uang yang didapatkannya.

• Ada yang fokus pada peluang yang dibukanya.

• Ada yang fokus pada manfaat yang diberikannya.

• Ada yang fokus pada ego yang ditonjolkannya.

• Ada yang fokus pada nama yang dibesarkannya.

... dan fokus-fokus lainnya.

Jadi, lagi-lagi, terserah. Sakarepmu!

RESELLER VS END USER


“Kang, mending jualan pakai reseller atau langsung ke end user?”

Jawab: terserah. Sakarepmu! Sing penting laris ....

Mau pakai reseller boleh, mau jualan langsung ke end user juga
boleh. Yang gak boleh itu, gak laku dan produk numpuk. Sumpah, itu

208 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


gak boleh. Beban! Di cost dan di mental.

Tentu, ketika Anda memutuskan pakai reseller, terima konse-


kuensinya ketika ada di antara mereka yang melakukan drama,
komplain, ngamuk, dan protes mulu. Kalau gak mau gitu, ya, gak
usah pakai reseller. Termasuk ketika Anda memutuskan pakai end
user, terima konsekuensinya ketika setiap hari sepi orderan, karena
Anda gak bisa datengin trafik yang banyak. Maka, kalau mau laku, ya
kudu jago ngiklannya. Setidaknya Anda punya trafik sendiri.

Ingat, yang penting laku. Laris manis!

SENDIRI VS PARTNERAN
“Kang, mending bisnis sendirian atau partneran?”

Jawab: terserah. Sakarepmu! Sing penting dibuka bisnisnya ....

Mau jalanin sendirian boleh, mau jalanin bareng partner juga


boleh. Yang gak boleh itu, banyak rencana mulu tapi gak buka-buka
bisnisnya. Keburu kiamat!

Tentu, ada konsekuensi di setiap keputusan yang diambil. Kalau


Anda jalanin bisnis sendirian, maka susah senangnya, ya, nikmatin
sendiran. Kalau Anda jalanin bisnis bareng partner, maka susah
senangnya, ya, dinikmati bareng partner. Selalu ada konsekuensi!

Dewa Eka Prayoga – 209


SEBUAH KONSEKUENSI
Intinya, kita perlu memahami dan menerima sebuah konsekuensi
sebuah pilihan.

Misalkan:

• Kalau gak mau kena tonjok, ya, jangan main tinju.

• Kalau gak mau ditolak, ya, jangan jualan.

• Kalau gak mau boncos, ya, jangan ngiklan.

• Kalau gak mau bangkrut, ya, jangan jadi pengusaha.

• Kalau gak mau diuji dengan masalah, ya, jangan hidup!

Karena, setiap pilihan dan keputusan pasti ada risiko dan


konsekuensi yang diterima.

• Konsekuensi jualan adalah ditolak.

• Konsekuensi produk jelek adalah gak laku.

• Konsekuensi bangun adalah ditinggalin.

• Konsekuensi bikin workshop adalah menciptakan competitor.

• Konsekuensi ngisi seminar adalah dicap penjual ludah.

• Konsekuensi eksis di medsos adalah dikira pamer.

• Konsekuensi jadi content creator adalah dinyinyiri netizen.

Pertanyaannya, setiap keputusan dan pilihan dari jawaban

210 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


sakarepmu itu, udah tahu konsekuensinya belum? Udah siap neri-
manya? Kalau gak siap nerima konsekuensinya, ya jangan milih jalan
itu. Simple!

BODO AMAT!
Jadi, ngerti ‘kan maksudnya prinsip SAKAREPMU! itu gimana?

Intinya, terserah Anda. Mau ngelakuin pake cara A, mau ngelakuin


pake cara B, mau bisnis C, mau bisnis D, mau jadi E, mau jadi F,
terserah! Sakarepmu ....

Sing penting Anda siap nanggung risiko dan konsekuensinya.


Jangan justru malah ngeluh setiap harinya. Itu bukan Bodot Amat, itu
amat bodo!

“Bodo Amat dan amat bodo itu beda-beda tipis,


sama seperti perbedaan kaya dan banyak gaya.”
- DEP -

Dewa Eka Prayoga – 211


#ZONANYINYIR

“Wahai netizen yang


budiman, dirimu sungguh
mengingatkanku pada
UANG RECEHAN:
bermuka dua dan
tidak berharga!”

212 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


PRINSIP #11:

Harus
Menang

Dewa Eka Prayoga – 213


214 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
“Kemenangan bukanlah segalanya,
tapi kemauan untuk menang adalah segalanya.”

Inilah prinsip gendeng kesebelas: HARUS MENANG.

Lagi-lagi, memang prinsip yang Saya bagikan ke Anda dalam


buku ini terkesan maksa, ada kata harus, seakan menghalalkan
segala. Tentu, kenyataannya tidak demikian. Lantas?

Yuk, langsung kita bahas, supaya jelas ....

TENTANG BAKAT
Anda percaya sama yang namanya bakat?
Kalau Saya pribadi, antara percaya dan gak percaya.

“Kenali dirimu, kenali musuhmu. Seribu


pertempuran, seribu kemenangan.”
(Sun Tzu)

Seperti yang mungkin Anda tahu, makin ke sini makin rame


banget seleksi ajang pencarian bakat menyanyi seperti Indonesian
Idol, Indonesia Got Talent, Dangdut Academy, dan lain-lain. Saya
awalnya juga gak tahu, gak suka nonton begituan, cuman pas lihat

Dewa Eka Prayoga – 215


trending video di YouTube, kok, banyak videonya. Mau gak mau jadi
tahu.

Banyak orang menganggap jago nyanyi adalah bakat. Lagi-lagi,


Saya sih antara setuju gak setuju.

Setujunya di mana? Adanya bakat memang akan mempercepat


proses belajar seseorang dalam menguasai keahlian tertentu.

Gak setujunya di mana? Kalau bakat tersebut gak dilatih secara


serius dan terus-menerus, ya, gak bakal jadi apa-apa. Biasa aja.

Saya misalnya, banyak orang mengira skill copywriting yang Saya


miliki ini adalah bakat. Aih, siapa bilang?

Kalaupun iya, sebenernya cuma bakat yang dibuat-buat, alias


bakat ku butuh (saking butuhnya duit, jadi terpaksa bakat). Hehe ....

Ya, copywriting itu bisa dilatih, karena memang skill. Semua yang
berbau skill, bisa dilatih. Gitulah pokoknya.

Level penguasaan skil-nya:

• Awalnya tidak tahu, terus jadi tahu. Caranya? Cukup dikasih


tahu.

• Namun, tahu aja gak cukup, kita mesti paham. Caranya?


Belajar, dijelasin sampai benar-benar paham.

• Tapi, itu pun gak cukup, kita mesti mampu. Caranya? Praktik.
Dipraktikin sampai benar-benar bisa melakukannya.

• Lagi-lagi, itu pun gak cukup, kita mesti mahir. Caranya?

216 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Latihan. Dilatih sampai benar-benar jago melakukannya.

Kurang lebih begitu tahapannya.

Sayangnya, banyak orang di luar sana yang berhenti dan merasa


puas saat berada di tahapan ketiga, yakni mampu.

“Ah, da aku mah udah bisa.”

Beeeuh, mulai sombong. Baru gitu doang udah berhenti belajar.


Parahnya lagi, baru sekadar tahu, udah berhenti belajarnya.

“Ooooooh, copywriting, ya? Tahu-tahu-tahu.”

Udah, wéh. Gitu doang. Éy ....

Padahal, harusnya, mereka harus terus melatih skill tersebut


sampai benar-benar di tahapan mahir atau jago. Indikatornya apa?
Saat Anda melakukannya, Anda gak banyak mikir lagi. Plus, pas
ngelakuinnya, Anda gak butuh waktu lama. Otomatis. Wuzzz! Kayak
dapet ilham gitu. Beeeuh ... itulah saat di mana Anda berada dalam
tahapan mahir. Jago banget.

Jadi, balik lagi, kalau Saya pribadi, skill nulis itu bukan semata-
mata karena bakat. Walaupun memang skill communication menjadi
top 3 bakat terbesar Saya, tapi kalau gak diasah, ya percuma. Makanya
terus dilatih setiap harinya, salah satunya dengan membuat buku
yang sedang Anda baca saat ini.

Dewa Eka Prayoga – 217


BAKAT TERPENDAM
Ngomong-ngomong soal bakat, apakah saat ini Anda sudah
tahu bakat terpendam Anda apa?

Awas, ah, jangan sampai gak tahu. Karena, kalau belum tahu
juga sampai sekarang, entar bisnisnya muter di situ-situ aja, gak
maju-maju, gak sukses-sukses. Maka, temukanlah apa yang menjadi
bakat terpendam Anda, kelebihan Anda. Coba cari tahu minimal
tujuh bakat terpendam tersebut.

Kalau Saya, sih, udah tahu. Mau tahu apa aja?

Ini dia tujuh bakat terpendam Saya:

1. Competition. Makanya Saya suka banget ikutan kontes-kontes


gitu. Dari dulu, saat ada PKM (Pekan Kreativitas Mahasiswa) dan
PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) di kampus Saya sampai
ikutan kontes affiliate di zaman now. Alhamdulillah, 28 kali ikutan,
28 kali juara. Izin Allah.

2. Communication. Makanya Saya senang banget bicara, baik dalam


bentuk lisan (ngomong) maupun tulisan (nulis), seperti sekarang
ini. Saya, ‘kan, lagi bicara sama Anda. Kerasa? Hehe ....

3. Maximizer. Makanya Saya punya prinsip saklek dalam hidup.


Apaan, tuh? Pertama, kalau belum ngerti, jangan tidur.
Kedua, kalau belum bisa, jangan nyerah. Ketiga, kalau belum
menghasilkan, jangan berhenti. Itu ngotot banget. Mungkin
Anda mulai ngerasain bakat Saya ini saat membaca buku ini.

218 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Bener, gak? Karena, Saya seorang maximizer sejati.

4. Signficance. Makanya Saya seneng banget eksis dan menonjol,


bahkan terkesan ingin diakui keberadaan oleh banyak orang.
Kenapa? Karena, bawaan oroknya ternyata begini.

5. Futuristic. Makanya Saya selalu berpikir jauh ke depan, berpikir


sebuah strategi bagaimana 1 tahun ke depan, 10 tahun ke depan,
bahkan 100 tahun ke depan meski Saya udah gak ada di muka
bumi ini.

6. Developer. Makanya Saya seneng banget ngajar dan membantu


orang untuk tumbuh. Itulah kenapa Saya memutuskan untuk
jadi seorang mentor, coach, dan trainer, karena Saya suka
menumbuhkan orang. Ada kebahagiaan tersendiri di situ.

7. Ideation. Makanya Saya sering dapat ide-ide liar saat nulis


copywriting, memikirkan strategi, dan teknik-teknik tertentu.

Pertanyaannya, Anda tahu gak bakat terpendam Anda apa?

Kalau udah tahu, gunakanlah bakat terpendam tersebut untuk


mengakselerasi kesuksesan Anda.

“Lho, Kang, kok Kang Dewa bisa tahu, sih, bakatnya?”

Karena, saya dulu pernah ikutan talent mapping pas awal mula
buka bisnis. Jadi, jelas, mesti fokus ngapain, gak buang-buang waktu.

“Untuk mengetahui musuh Anda,


Anda harus menjadi musuh Anda.”

Dewa Eka Prayoga – 219


Makanya, kalau saat ini Anda belum nemuin bakat terpendam
itu, ayo, buruan segera cari tahu. Karena, dari situ Anda bisa tahu
kelebihan Anda apa, termasuk kekurangannya juga.

MENERIMA KELEMAHAN
Sun Tzu pernah bilang, “Siapa yang bisa menerima kele-
mahannya, baru saja menambah satu kelebihan pada dirinya.”
Saya termasuk orang yang percaya pada perkataan
tersebut.
Berdasarkan hasil tes talent mapping yang Saya lakukan
beberapa tahun lalu, memang harus diakui, Saya memiliki tiga
titik lemah dalam diri, yaitu empathy, relator, dan harmony.

“Tampaklah lemah saat Anda kuat,


dan kuatlah saat Anda lemah.”

Yuk, kita bahas satu per satu.

Pertama, EMPATHY.

Saya aslinya emang orangnya cuek banget, bahkan nyebelin. Jadi


ilmu cuek ini bukan hasil dari latihan, tapi emang bawaan. Makanya,
pas orang curhat ke saya, saya mah cenderung cuek. Dia mewek,

220 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


saya mah kalem wé. “Oh.” Hahaha ....

Karena sadar bahwa Saya memiliki empati yang rendah, Saya


pensiun jadi counsellor/konsultan bisnis. Kenapa? Karena, profesi
tersebut menuntut Saya untuk terus berpura-pura berempati akan
masalah mereka, dan itu bukan Dewa banget. Bohong!

Maka, jangan heran, didikan hasil mentor bersama Saya pasti


keras. Sangat keras. Cukup nusuk. Dalem. Gak percaya? Mungkin
Anda mulai percaya selama Anda baca buku ini. Hehe ....

Termasuk ketika ada yang nyinyirin Saya, misalnya:

“Bangkrut, kok, nulis buku.”

“Tiap hari, kok, jualan mulu.”

“Ngaku-ngaku Dewa Selling padahal ilmunya sampah.”

“Jualan, kok, banyak modusnya.”

... dan sejenisnya.

Nyinyiran kayak begitu, beeeuh ... jangan tanya. Banyak!

Untungnya, gak terlalu ngefek ke emosi dan pikiran Saya. Kesel


dikit paling, selebihnya cuek aja, emang gue pikirin. Bodo Amat!

Kok, bisa begitu?

Karena, Saya pribadi empathy-nya rendah, sangat rendah.


Bahasa kasarnya, “Gue gak peduliin omongan lo, dan gue gak perlu
belas kasihan lo. Bodo Amat!”

Dewa Eka Prayoga – 221


Saya begini karena Saya sadar, ketika Saya tidak berdamai
dengan diri sendiri, tidak bisa menerima kelemahan diri, dan selalu
berusaha jadi orang lain, maka Saya tidak akan jadi siapa-siapa. Yang
ada, capek rasa-rasanya ... tersiksa batin, tersiksa hati.

Nah, itu soal empathy.

Jadi, kalau curhat, jangan ke Saya, ya. Anda bisa curhat ke tim
dan sparring partner Saya, Mas Mirza yang memiliki empathy tinggi
bawaan bakatnya. Hehe ....

Kedua, RELATOR.

Jangan kira, menggila-nya Saya di Facebook, Telegram,


WhatsApp, dan Email, itu menunjukkan karakter asli Saya.

Oh, no. Tidak. Itu salah ....

Saya bukanlah orang ekstrover, yang terbuka dengan banyak


orang dan mudah menjalin relasi. Saya orangnya introver. Pendiem.
Jarang ngomong.

Di offline, Saya lebih banyak mendengarkan cerita orang-orang


ketimbang Saya bercerita banyak. Gak percaya? Ayo, ketemu Saya,
pasti kalau Anda gak nanya, Saya diem. Huahaha ....

Maka, jangan heran, Saya sulit diajak kopdar. Saya sebenernya


males diajak wiskul (wisata kuliner). Saya gak suka ngumpul-
ngumpul. Kenapa? Karena, bawaannya, Saya gak suka ketemuan.
Cara Saya membangun relasi dikatakan buruk. Kalau ada mata
kuliahnya, mungkin nilainya E. Parah, ya? Hehe ....

222 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Sekali lagi, Anda jangan meniru Saya. Jadilah diri sendiri. Saya
nulis gini untuk jelasin bahwa Anda mesti menerima kelemahan
diri Anda. Berusaha lebih baik itu harus, apalagi yang dicontohkan
oleh agama, itu wajib. Tapi, yang gak wajib-wajib amat, jangan
memaksakan diri. Jadilah diri sendiri. Be yourself!

Ketiga, HARMONY.

Ah, ini rasa-rasanya Anda sudah bisa menangkap sinyalnya.

Saya tidak bisa jadi seperti orang lain yang sangat ramah dan
menghindari konflik. Emang bawaannya kalau ada apa-apa, Saya
berani konfrontir konflik. Gak percaya? Lihat aja komentar-komentar
dan status-status Saya yang sering kali nyelekit dan nusuk-nusuk jleb.
Bahkan, sering kali Saya mengangkat tema postingan yang bernapas
kontroversi. Dan ruame! Selain alasan naikin engagement, juga ya itu
tadi, Saya gak suka berpura-pura harmonis. Kalau kesel, ya kesel aja.
Kalau sebel, ya sebel aja. Lega ....

Termasuk dalam hubungan keluarga, memiliki bakat bawaan


dengan harmony rendah, setidaknya memberikan Saya alarm agar
tidak kebablasan. Karena, mau gak mau, kalau keluarga ya harus
harmonis, ‘kan, supaya sakinah mawaddah war-rahmah.

Apalagi, pas tahu Saya dan Istri, setelah tes STIFIn, dua-duanya
berjenis kelamin sama, yakni SENSING INTROVERT. Beeeuh ...!!! Konon
katanya, kalau jenisnya samaan, susah majunya, sering konfliknya.
Ah, lagi-lagi, ini belief negatif yang mesti kami tangkis.

Solusinya, kami berdua harus menyediakan panggung sendiri-

Dewa Eka Prayoga – 223


sendiri. Akhirnya, Istri memberikan keleluasaan bagi Saya untuk
membangun Billionaire Coach dan projek-projek bisnis lainnya.
Sering kali, waktu Saya sehari-hari banyak habis ngurusin bisnis
dibanding ngurusin Istri. Heuuu. Untungnya, istri Saya mengerti. Dan
itu semua tidak menyurutkan kita untuk saling mencintai.

Termasuk Saya ke Istri, Saya memberikan keleluasaan waktu


pada dia untuk membangun dan mengelola Shaliha Hijab, “Shaliha
ini milikmu. Besarkan! Dan aku percaya kamu bisa.”

Kenapa begitu? Karena, konon katanya, orang itu butuh


panggung. Ya sudah, Saya kasih. Selain berusaha untuk menjaga
keharmonisan keluarga, juga memberikan wadah untuk terus
berkarya.

Intinya, kawan-kawan, terimalah dirimu satu paket, lebih


kurangmu. Jangan kesel sama kekuranganmu.

Karena, jika Anda bisa merespons kekurangan Anda itu dengan


positif, maka kekurangan Anda itu bisa jadi akan menjadi faktor
pelesat kesuksesan Anda.

MENYIKAPI KEKURANGAN
Emang bisa mengubah kekurangan jadi kelebihan?

Sekali lagi, gak ada yang gak bisa. Sakarepmu!

Inilah cara yang Saya lakukan.

224 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Pertama, Terima Saja Kekurangan itu.

Karena, siapa saja yang bisa menerima kelemahannya, sejatinya


dia baru saja menambah satu kelebihan pada dirinya.

Syukuri aja kelemahannya. Terima dengan hati lapang dan


penuh keikhlasan. Jangan banyak ngeluh dan protes. Jangan suka
nganggap diri rengginang di kaleng Khong Guan, “Aku mah apa
atuh,” dst. Udah, terima aja.

Kedua, Tutupi Kekurangan Itu dengan Kehadiran Tim.

Jangan ngabisin waktu dengan meratapi kekurangan. Capek.

Berusaha memperbaiki diri itu harus, supaya orang lain gak sakit
hati gara-gara kekurangan yang kita punya. Tapi, kalau dalam bisnis,
daripada fokusnya ke situ, mendingan cari aja tim yang bisa nutupin
kekurangamu itu.

Saya begitu.

Makanya ke mana-mana saya selalu sama Mas Mirza. Kenapa?


Karena tiga bakat terbawah (kekurangan) saya adalah tiga bakat
teratasnya (kelebihan dia). Juga sebaliknya, tiga bakat terbawah dia
adalah tiga bakat teratas saya. Cucok, ‘kan? Couplepreneur. Wkwkwk
....

Ketiga, Ubah Kekurangan Itu Jadi Kelebihan.

Ini beneran keren!

Tentu, langkah-langkah sebelumnya harus dilakuin dulu. Udah,


nurut aja, ya.

Dewa Eka Prayoga – 225


“Emang bisa, Kang, ngubah kelemahan jadi kelebihan?”

Yaelah, dibilangin kudu bisa, mbuh piye carane. Ngotot!

“Contohnya, Kang?”

Kalau Anda perhatikan, kekurangan Saya, ‘kan, ada tiga, tuh:


gak gampang empati, gak mudah membangun relasi, dan gampang
ngelupain masa lalu.

Kelebihannya:

• Gak gampang baperan. Jadi, apa pun kata orang, EGP (emang
gue pikirin?). Cuek aja kali, gak usah diambil hati. Lo mau nyinyir
apa, terserah. Lo mau nyibir apa, seterah. Sakarepmu! Gue mah
bakal tetep maju.

• Gak bergantung sama orang, karena gak mudah membangun


relasi sama orang, akhirnya membuat saya gak kebergantungan
sama mereka. Gimana mau bergantung? Deket aja kagak. Jadi,
gak banyak ngarepnya, gak banyak kecewanya. Gak PHP.

• Gampang move on. ‘Kan, gampang lupain masa lalu, tuh, jadinya
Saya gampang move on. Bangkrut, bangkit lagi. Gagal, coba lagi.
Rugi, belajar lagi. Move on-nya cepet. Gak gampang dibayang-
bayangin kejadian di masa lalu. Let bygones be bygones, yang
berlalu biarlah berlalu. Jangan sampai gagal move on.

Jadi, apa kelebihan dari kekuranganmu?

Ayo, mikir, dong. Otak tuh dipake, jangan dianggurin. Plaaak!

226 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


ZONA PERANG
Saya punya prinsip saklek dalam bisnis, yaitu:

“Mainlah di zona perang


yang Anda yakin bakal menang.”

Itu artinya, Saya gak terjun ke industri bisnis tertentu kalau Saya
gak tahu, gak paham, dan gak menguasai seluk-beluknya dari A
sampai Z.

DNA Saya memang jualan, tapi core bisnis Saya sejatinya adalah
pendidikan bisnis. Apa pun bisnisnya, pasti irisannya sama. Misalkan:

• Billionaire Coach, jualan ecourse, workshop, dan training;

• Billionaire Store, jualan buku-buku bisnis terlaris;

• Mesin Kreativitas, jualan template desain profesional;

• Shaliha Hijab, jualan kerudung dan gamis syar’i;

• KMO Indonesia, jualan buku-buku motivasi, inspirasi, dan


fiksi;

• B erl Cosmetics, jualan produk kosmetik dan skincare;

• Berlanja, jualan produk kebutuhan emak-emak;

• Dewa Snack, jualan produk snack atau camilan kekinian;

Dewa Eka Prayoga – 227


• Mosvwear, jualan kaos, hoody, dan apparel muslim;

• Ufit, jualan minuman kesehatan;

• Laksmi Muslimah, jualan fashion busana pengantin


muslimah;

• Heaven Light by ZB, jualan dress wanita;

• Hannah, jualan ciput premium wanita;

• KBM App, tech start up di niche baca tulis;

• Belanja Bio, platform toko online di media sosial;

• WBS Pro, tool broadcast untuk WhatsApp Marketing;

• Woowa, aplikasi WhatsApp notifikasi dan pesan otomatis;

• Commercioo, plugin wordpress toko online;

• Sejoli, plugin wordpress membership afiliasi;

• Nastar, marketplace produk-produk fashion artis.

Jadi, kalau memang Anda sendiri gak yakin bisnis yang Anda
jalankan saat ini gak akan tumbuh dan gak akan ngasilin, ya mending
gak usah bisnis. Karena, kemenangan dalam bisnis sesungguhnya
adalah ketika kita mampu mencetak profit sebesar-besarnya dan
cash sebanyak-banyaknya. Catat ini baik-baik!

228 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


MENANG KONTES
Banyak orang bertanya, apa rahasia sukses Akang bisa nulis buku
best seller dan memenangkan kontes affiliate berkali-kali?

Jawabannya selalu sederhana, ya berjuang.

“Esok adalah kemenangan.


Hari ini adalah perjuangan.”

Selama terjun di dunia affiliate marketing, Saya pernah ikutan


kontes penjualan sebanyak 28 kali. Gokilnya, selama 28 kali ikutan,
selama 28 kali juga Saya berhasil memenangkan kontes penjualan.
Alhamdulilah, izin Allah, tak terkalahkan.

“Menang 1x itu kebetulan. Menang 2x itu


keberuntungan. Menang 3x itu kemampuan.”

Tiada sesuatu terjadi selain atas izin-Nya. Qadarullāh ....

Namun, jika ditanya pola dan caranya, maka sesungguhnya


orang-orang yang bermain di dunia affiliate pun tahu. Mereka tahu
betul bahwa untuk bisa jualan laris manis itu butuh personal brand
yang kuat, database yang banyak, dan penawaran yang menggiurkan.
Sayangnya, cuma tahu doang gak cukup untuk bisa menang. Itulah

Dewa Eka Prayoga – 229


kenapa:

• Kita tahu cara kecilin perut, tapi perut kita tetep gendut.
Omdo!

• Kita tahu cara buka bisnis, tapi kita gak punya bisnis. Gubrak!

• Kita tahu cara bahagiain pasangan, tapi kita nyebelin banget.


Plak!

Ya, banyak orang tahu ilmunya, tapi cuma tahu doang, kagak
pernah praktik. Cuma tahu doang gak cukup untuk bisa mendapatkan
apa yang kita inginkan, kudu praktik dan disiplin radikal. Camkan!

RESEP RAHASIA
Saya punya satu resep rahasia yang super tokcer supaya Anda
bisa menang di setiap aspek kehidupan. Apa itu?

Kuncinya adalah tenang.

“Kita harus tenang supaya kita menang.”

Lucunya, banyak di antara kita yang ingin meraih kemenangan,


tetapi enggan untuk menerima tantangan dan berjuang keras. Ah,
khayalan doang!

“Wah, justru itu, Kang, susah euy, Kang, bersikap tenang.”

230 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Namanya juga berjuang, semakin sulit perjuangannya, semakin
besar kemenangannya. Semakin sulit perjuangan, akan semakin
indah saat mencapai kemenangannya.

Tetaplah tenang. Luruskan niat kita. Lapangkan hati kita. Besar-


kan action kita, bukan songongnya. Kecuali, Anda udah jadi sukses
seperti Christiano Ronaldo.

“Saya hanya memikirkan menang,


kekalahan tidak ada di kamus saya.”
(Christiano Ronaldo)

KEMENANGAN SEJATI
Sejujurnya, ketika Anda berhasil menjadi pemenang di
setiap aspek kehidupan Anda, hal terberat bukanlah meraih
kemenangannya, melainkan mempertahankan kemenangan terse-
but dan bersikap rendah hati. Uh, berat banget itu.

“Menjadi nomor satu lebih mudah


daripada tetap nomor satu.”

Bahkan, ketika Saya menuliskan prestasi-prestasi Saya di buku

Dewa Eka Prayoga – 231


ini, jujur, itu berat. Tapi, Saya udah ngebayangin misalkan Saya gak
pamer prestasi di sini, maka akan ada pembaca yang berjiwa nyinyir
kuat ngoceh dalam hatinya, “Halah! Ngomong doang ni anak.” Bener,
gak? Untungnya, bukan Anda. Insyaallah enggak, ya. Hehe ....

Jadilah pemenang sejati, yang ketika menang ataupun kalah


tetap rendah hati.

Kemenangan sejati adalah:

• ketika kita bisa menaklukkan diri sendiri,

• ketika kita bisa melawan rasa malas kita sendiri,

• ketika kita bisa membasmi virus-virus dengki dalam diri,

• ketika kita bisa memerangi pikiran negatif yang hinggap,

• ketika kita bisa menolong orang saat butuh pertolongan,

• ketika kita bisa bermanfaat untuk sesama manusia lainnya.

Ingat, kekalahan itu tidak memalukan, yang memalukan itu


menyerah dan merasa diri kalah.

232 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


BODO AMAT!
Jadi, udah ngerti, ‘kan, kenapa kita HARUS MENANG di kehidupan?

Karena, sejatinya, dari bawaan orok pas kita lahir ke muka bumi
ini, DNA kita itu adalah pemenang. Bayangin aja, dari berjuta-juta
sperma, cuma kita doang, lho, yang brojol owek-owek jadi makhluk
hidup yang bernama manusia ini. Jangan rendah diri dan ngecap diri
spesialis gagal gitu. Oh, tidak. Harus menang. Titik!

Kalaupun ada yang nyinyir dan ngatain jelek ke kita soal prinsip
ini, udah tahu, ‘kan, harus ngapain? Bodo Amat!

“Saya berjuang dan bertanding untuk menang,


bukan untuk tidak kalah.”
– DEP -

Dewa Eka Prayoga – 233


#ZONANYINYIR

“Tenang ... meskipun kamu


nyinyirin aku mulu, tapi aku
tulus banget, kok. Karena,
aku udah belajar dari keset,
meski udah kamu injak-injak,
tapi tetap WELCOME.”

234 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


PRINSIP #12:

Garis
Keras

Dewa Eka Prayoga – 235


236 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
“Jika ingin jadi orang luar biasa dan di atas rata-
rata, maka lakukanlah hal-hal yang tidak biasa.”

Prinsip ketiga belas adalah GARIS KERAS. Apa itu?

Daripada penasaran, langsung aja kita bahas.

NUSUK-NUSUK
Banyak orang bilang bahwa status Saya di Facebook dan
Instagram nusuk-nusuk dan super nampol. Bahkan, tak jarang
mereka sakit hati dan tersinggung dengan gaya satir Saya
dalam menyampaikan sebuah pendapat.

“Mentor itu ngomong apa yang seharusnya


didenger, bukan yang maunya didenger.”

Intinya, bukan bermaksud menyinggung atau menyindir, tapi


kalau memang gak kuat baca status Saya dikarenakan gaya bahasa
Saya yang nusuk-nusuk, nabok-nabok, dan blak-blakan, mending
jangan baca. Kasihan, entar baper terus. Panas terus. Mewek terus!

Solusi: unfriend, unfollow, atau block sekalian.

Boleh pilih salah satu. Saya mah insyaallah nyantai, gak akan

Dewa Eka Prayoga – 237


diambil ati. Justru Saya kepikiran, kalau ada hati yang tersakiti tapi
terus aja follow dan baca status Saya, gak berhenti. Lha iki piye?

“Akang harusnya lebih slow dan diperhalus bahasanya?”

Hmmm, bukannya gak mau, tapi adanya Saya, ya, begitu.

Jangan minta Abu Bakar seperti Umar.

Jangan minta Umar seperti Abu Bakar.

Setiap orang punya watak, karakter, dan style masing-masing.

PERSONAL BRAND
Saya termasuk orang yang berkeyakinan bahwa personal
brand itu penting. Di saat ada beberapa tokoh entrepeneur yang
menganggap sebaliknya, Saya justru keukeuh dengan keyakinan
tersebut.

Beberapa yang tidak setuju dengan pentingnya personal brand


beranggapan bahwa yang terpenting bagi mereka adalah brand
perusahaan, bukan personal. Ada juga di antara mereka menganggap
bahwa yang terpenting produk yang ngangenin, bukan personalnya.
Itulah alasannya.

Apa pun alasannya, Saya tetap berkeyakinan bahwa personal


brand itu penting. Sangat penting. Kenapa?

Yuk, kita bahas alasan kuatnya.

238 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Pertama, MENAIKKAN KREDIBILITAS & OTORITAS.

Disadari atau tidak.

Orang yang memiliki kredibilitas dan otoritas cenderung lebih


didengar ketimbang orang biasa-biasa saja.

Saking pentingnya, Jack Ma sampe-sampe punya quote khusus,


bunyinya, “Ketika kamu miskin, belum sukses, semua kata-kata
bijakmu terdengar seperti kentut. Tapi, ketika kamu kaya dan sukses,
kentutmu terdengar sangat bijak dan menginspirasi.”

Perkataan tersebut sejalan dengan cerita Tukul Arwana yang


dulu pernah diwawancarai sama Mario Teguh dalam salah satu
program acaranya, “Dulu pas Saya gak terkenal, ngomong bener gak
ada yang denger. Sekarang pas Saya udah terkenal, ngomong salah
aja banyak yang denger.”

Hehehe ....

Paham, ‘kan, maksudnya?

Itulah pentingnya personal brand, menaikkan kredibilitas dan


otoritas. Saya pun turut merasakan.

Dulu pas Saya masih utang 7,7 miliar, banyak orang yang nyibir
dan nyinyir ke Saya, “Halah, bangkrut, kok, ngajar.”

Tapi pas udah bangkit dan utangnya lunas, hampir semua orang
yang nyibir sekarang malah justru jadi fans. Cieee ... kok, tahu? Ya,
iyalah tahu, wong mereka sering belanja buku-buku Saya. He ....

Dewa Eka Prayoga – 239


Ya, ini bicara terkait kredibilitas.

Siapa yang punya kredibilitas lebih tinggi, dialah yang akan lebih
dipercaya. Ngomong pun didenger, karena gak cuma OMDO (omong
doang).

Termasuk perihal otoritas (authority).

Siapa yang punya otoritas lebih tinggi, dialah yang akan lebih
didengar. Buktinya?

• Soal kesehatan, omongan dokter lebih didengar ketimbang


omongan montir.

• Soal mesin, omongan montir lebih didengar ketimbang


omongan pengacara.

• Soal hukum, omongan pengacara lebih didengar ketimbang


omongan dokter.

... dan seterusnya.

Kenapa begitu?

Karena punya otoritas, kompetensinya jelas, personal brand-nya


pun jelas.

Kedua, MENDATANGKAN FOLLOWERS.

Seseorang dengan personal brand yang kuat akan mendatangkan


followers yang banyak. Gak percaya?

Lihatlah artis.

240 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Personal brand mereka rata-rata kuat, buktinya kita kenal mereka.
Itulah kenapa, followers-nya banyak. Efeknya, ya, begitu.

Dan pastinya kita tahu ....

Makin banyak followers-nya, makin banyak marketnya. Itu


artinya, makin kuat personal brand-nya, makin banyak followers-nya,
dan makin besar potensi marketnya. Kebayang?

Jangan heran, fenomena endorse artis dan selebgram merajalela


di Instagram. Kenapa? Karena, mereka memiliki jumlah followers
sangat banyak.

“Ih, hebat ya dia mah followers-nya banyak.”

Jangan iri sama mereka, karena mereka membangun personal


brand-nya gak sebentar, alias lama. Kalau mau kayak mereka, ya
bangun personal brand juga.

“Panteslah dia mah jualannya laris mulu, wong followers-nya


banyak.”

Lha, kalau followers banyak bisa membuat jualan kita laris mulu,
kenapa situ gak punya followers banyak? Dasar tukang komentar. Iri.
Hasut. Dengki. PLAK!!!

Ketiga, MENINGKATKAN SELF-AWARENESS.

Maksudnya, meningkatkan kesadaran diri orang lain terhadap


kita bahwa kita itu ada. Jangan sampai, mati dan hidupnya kita benar-
benar gak guna. Hidup, gak manfaat. Mati, yowis. Gak ngefek. JLEB!

Dewa Eka Prayoga – 241


Teringat perkataan Pak Subiakto Priosoedarsono, praktisi
branding di Indonesia, beliau pernah bilang, “Personal branding itu
penting, agar saat pulang ada yang dikenang.”

Artinya, jangan sampai kita hidup ini cuma numpang lewat


doang. Permisiii ... udah wéh! Éy ... teu lucu.

Makanya, harus ninggalin jejak.

Dengan personal brand yang kuat, secara tidak disadari akan


memudahkan kita dalam meninggalkan jejak di kehidupan.

• Ngomong baik, didenger.

• Ngajarin, orang ngerti.

• Sharing, banyak yang nge-share.

... dan masih banyak kebaikan lainnya.

“Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesa-


manya.”

Jadi, bangun personal brand jangan cuma kepentingan bisnis


mulu, tapi pikirin tuh hidupmu juga.

Ini bukan tentang kenal gak dikenal, tapi tentang ninggalin jejak
di kehidupan.

Kecuali, Anda ngerasa bakal hidup selamanya (dan berbisnis


selamanya), gak akan mati, ya gak usah bangun personal brand.
Bangun aja tuh brand produk dan perusahaanmu terus.

242 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Moga paham maksudnya apa.

Lantas, apa itu personal branding?

Mengutip perkataan Jezz Bezos, founder Amazon, salah seorang


terkaya di dunia saat ini, “Personal brand adalah apa yang dikatakan
orang lain tentang kita saat kita tidak ada dalam ruangan.”

Jadi, apa yang kamu katakan, apa yang kamu pakai, apa yang
kamu lakukan, secara tidak sadar akan membentuk personal brand
Anda.

Sayang seribu sayang.

Saat ini banyak orang salah kaprah. Mereka mengira personal


brand adalah personal promotion. Alhasil, mereka gila-gilaan mem-
promosikan siapa dirinya, “Ini, lho, aku!” atau, “Aku tuh begini, lho.” Aih,
preeet!!! Itu namanya personal promotion, bukan personal branding.
#Miskonsepsi

Cara gampang ngetes seberapa kuat personal brand Anda di era


after Google saat ini adalah dengan mengetik nama Anda di mesin
pencarian Google. Nongol gak tuh namanya? Atau, ketik nama Anda
di YouTube, muncul gak tuh namanya?

Atau paling gampang, tulis aja status di Facebook, isinya begini:

“Apa yang terlintas spontan dalam benak Anda ketika mendengar


nama (nama Anda)?”

Coba aja buat. Tulis di status Anda setelah Anda membaca buku

Dewa Eka Prayoga – 243


ini.

Kalau jawabannya banyak dan sama, artinya personal brand


Anda sudah sangat kuat. Kalau jawabannya banyak tapi gak sama,
artinya personal brand Anda belum cukup kuat. Kalau jawabannya
sedikit dan sama, artinya personal brand Anda cukup kuat. Kalau
jawabannya sedikit dan gak sama, artinya Anda gak punya personal
brand. Hehe ....

Jangan baper. Mikir! Evaluasi diri ....

Bahkan, untuk ngetes seberapa berpengaruh Anda terhadap


teman-teman Facebook Anda, cobalah buat status begini:

“Lagi bersih-bersih friendlist, nih. Yang gak mau di-unfriend,


please komentar, ya!”

Kalau yang komentar banyak, artinya Anda punya pengaruh


terhadap mereka.

Kalau yang komentar dikit, artinya Anda gak punya pengaruh


terhadap mereka.

Bahkan, kalau lebih berani lagi, Anda ikuti cara Saya untuk ngetes
seberapa bernilai Anda di mata teman-teman Anda. Cobalah buat
status begini:

“Kalau komentar status ini gak tembus 1.000 komentar, Saya


akan puasa Facebook selama 3 bulan.”

Kalau yang komentar banyak, artinya keberadaan Anda di

244 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Facebook dinantikan banyak orang. Kalau yang komentar dikit,
jangan-jangan ada gak adanya Anda di Facebook gak ngefek. Moga
kelak pas meninggal gak gitu. Āmīn ....

(nb: kalau 1.000 komentar kegedean, coba mulai dari 100


komentar. Coba aja, buat evaluasi diri ke depannya).

Muncul pertanyaan.

Bagaimana cara membangun personal brand yang kuat?

Sebelum bahas lebih lanjut, coba Anda jawab pertanyaan


berikut ini.

1. Sebutkan 3–5 kata yang menggambarkan dirimu!

2. Apa yang membuatmu benar-benar berbeda dengan orang


lain?

3. Apa yang paling sering orang lain katakan tentangmu?

4. Apa yang membuatmu selalu diingat banyak orang?

5. Kompetensi apa yang kamu miliki dan begitu ahli dalam


melakukannya?

Ayo, jawab, sambil share ke teman-temannya.

Dewa Eka Prayoga – 245


KEGEDEAN GENGSI
Ada banyak banget kawan yang kepo dan nanya ke Saya, “Kang,
kok, mau-maunya sih jualan produk B erl? ‘Kan, Akang business owner.”

Jadi, gini, Saya pribadi mengenal sosok owner B erl Cosmetics


sejak lima tahun lalu. Awalnya, dia ya jualan produk orang lain juga,
mungkin sama kayak Anda.

Tapi, karena semangat belajarnya tinggi, akhirnya dia mutusin


tuk ikut seminar Saya di Bandung. Konon omzetnya saat itu masih
puluhan juta. Karena penasaran, akhirnya dia lanjut ikut training
selanjutnya yang Saya adakan. Dan, gila luar biasa, hasilnya bener-
bener gendeng. Omzetnya melesat gak karuan. Alhamdulillah ... izin
Allah. Kuasa-Nya.

Karena merasa puas, akhirnya dia lanjut ke sesi coaching. You


know-lah, dari dulu Saya buka coaching gak pernah narif, alias gratis.
Maklum, Saya pun masih bangkrut. Utang kerugian masih banyak.
Butuh ditolong Allah banget. Banget ....

Guru Saya berpesan, “Bantu orang lain dahulu, dibantu Allah


kemudian.” Saya praktikin, tuh.

Alhamdulillah ... banyak orang yang datang ke Saya tiba-tiba,


curhat tentang kondisi bisnisnya, mulai dari bangkrut, rugi melulu,
ditipu, omzet stagnan, dan masalah-masalah lainnya, termasuk
orang-orang yang pengen naikin omzet bisnisnya. Alhamdulillah,
dipercaya sama mereka, diamanahi Allah bantu mereka.

246 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Nah, Erlyanie (owner B erl Cosmetics) ini termasuk orang yang
pengen naikin omzetnya ke level miliaran. Karena, saat itu omzetnya
masih ratusan juta. Kalau sekarang, jangan tanya, bikin NGILERRR!!!

Setelah goal angka omzetnya kecapai, Saya jarang kontak lagi


sama dia. Bisa dibilang, hilang kontak. Maklum, Saya fokus nyelesain
utang dan bantu orang yang lain lagi, dia fokus gedein bisnisnya. Ya
sudah ... jalanin hidup masing-masing.

Singkat cerita, suatu saat, pas Facebook-an, Saya nemu akun


dengan nama mirip dia. Saya add-lah tuh orang, “Kok, kayak kenal.”
Eh, ternyata benar, klien Saya dulu, Erlyanie namanya.

Mulailah di situ kontak-kontakan lagi, kepo kesibukannya apa.


Kesibukannya berhasil membuat Saya TERKEJUT!!!

Gimana enggak? Setelah Saya selidiki, ternyata sekarang dia


kebanyakan nganggurnya (gak sibuk-sibuk amat). Saking ngang-
gurnya, tinggalnya di Bintaro, Tangerang; makan siang di Lembang,
Bandung; terus balik lagi ke Tangerang. Asem banget, ‘kan?

Di situ akhirnya Saya mulai berpikir, “Wah, ini orang terlalu


nyantai. Gue mau mau bikin dia sibuk kelabakan, ah. Awas, ya!”

Bukan bermaksud jelek, tapi Saya pengen orang sukses itu punya
mimpi untuk menyukseskan orang lain juga.

Berdaya dan memberdayakan, seperti pesannya Rendy Saputra.

Kuat dan menguatkan, seperti pesannya Imam Elfahmi.

Dewa Eka Prayoga – 247


Bertumbuh dan menguatkan, seperti pesannya Dewa Eka
Prayoga.

Pokoknya, gimanapun caranya:

• omzetnya kudu triliunan;

• sedekahnya kudu miliaran;

• kapasitas produksinya ton-tonan;

• jumlah reseller-nya jutaan;

... dan kehebatan lainnya.

Agar apa? Agar manfaatnya tersebar luas ke seluruh penjuru


dunia, gak di situ-disitu aja.

Terlebih lagi, untuk banyakin tabungan amal kebaikan buat


bekal akhirat kelak. Ini yang terpenting. Strong why-nya ini.

Kemudian, berawal dari niat bantu beliau lebih baik, akhirnya


Saya pun memutuskan untuk jadi distributornya.

Dibuatlah perusahaan dengan nama PT LAKU KERAS INDONESIA


untuk jaringan distributor di bawah Saya dengan pasukan reseller
lebih dari 2000 orang dan omzet penjualannya memecahkan rekor
empat kali lipat penjualan distributor terbaik saat itu. Masyaallah,
alhamdulillah ....

Apa pelajarannya?

Pertama, NIATKAN BANTU ORANG.

248 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Terlalu dangkal alasan kita kalau memutuskan sesuatu hanya
karena uang, uang, dan uang. Seperti yang sering Saya katakan, uang
adalah motivasi semu, efeknya gak bagus untuk jangka panjang.

Maka, setiap kali memutuskan sesuatu, coba cek lagi niatnya,


udah luas belum?

Dalam kasus ini, Saya memutuskan join distributor B erl karena


niatnya bantu Erlyanie keluar dari zona nyaman. Alhamdulillah,
sekarang kontraksi terus tiap hari. Hahaha ....

“Barang siapa memberikan kemudahan


(membantu) kepada orang yang kesusahan,
niscaya Allah akan membantu memudahkan
urusannya di dunia dan di akhirat.”
(HR Muslim)

Ingat kata guru Saya, “Bantu orang lain dahulu, dibantu Allah
kemudian.” Praktikin ini baik-baik, tokcer abis!

Kedua, FOKUS KEJAR CASH.

Kalau Saya tanya Anda, apa yang paling penting dalam bisnis,
jawaban Anda apa?

• Ada yang jawab brand-lah.

• Ada yang jawab kerenlah.

Dewa Eka Prayoga – 249


• Ada yang jawab manfaatlah.

• Ada yang jawab untunglah.

... dan seterusnya.

Padahal, salah satu hal terpenting dalam bisnis adalah cash. Gak
ada cash, mati.

Dan gak cuma di bisnis, di keluarga juga gitu.

Jangan aneh, banyak sekali dari kita yang cekcok rumah


tangganya hanya gara-gara gak ada duit. Mumet. Puyeng.

Makanya, fokus aja ke cash.

Fokus jalanin bisnis yang menguntungkan, plus untungnya itu


bisa digunakan. Cash.

Jangan sampai gagal fokus. Niatnya bangun bisnis, keukeuh


pengen jadi business owner, eh ... gak ngasilin-ngasilin dan rugi mulu
tiap bulan. Kasihan ....

Mending jadi distributor, agen, atau reseller, duitnya gede,


ngalirnya cepet. Betul atau betul banget? Hehe ....

Ketiga, GAK USAH GENGSIAN.

Penyakit terbesar seseorang ketika join di bisnis orang adalah


gengsi.

Gampangnya, gengsi itu takut akan jatuhnya harga diri, “Masa


gue owner perusahaan terkenal mesti jadi seller-nya si anu.” Prettt,
dah! Buang tuh gengsi ....

250 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Karena, gengsi itu menyiksa.

Ada tuh temen yang join reseller B erl Cosmetics, tapi karena
gengsi, akhirnya gak jualan. Padahal, dia lagi bangkrut dan harus
nutupin utang-utang, tapi karena gengsinya kegedean, peluang
rezeki di depan mata dibiarin gitu aja. Ah, padahal udah dikodein
sama Allah. Suruh Shafa–Marwah dulu, jalanin yang ada dulu. Eh,
malah gak dijalanin ... hufh!

Karena, gengsi itu merana.

Belum mampu bangun bisnis yang bener, gak ada penghasilan,


baru aja resign, tapi karena gengsinya kegedean, pas ditawarin
peluang usaha yang menggiurkan, eh ... malah sok-sokan. Yowis ...
meranalah hidupmu, Nak. Hufh!

Karena, gengsi itu menderita.

Lihat orang lain punya income tambahan segede gaban hingga


ratusan juta, lha, kita cuma bisa gigit jari dan berkomentar:

• “Wih, hebat banget, ya, dia.”

• “Ih, salut banget, deh, sama dia.”

• “Wah, bener-bener keren, ya, dia.”

... dan pujian-pujian lainnya.

Padahal, peluang usahanya sebenarnya sudah ditawarkan juga


sama dia, tapi karena gengsian, didiemin. Gengsinya kegedean!

Sudahlah ...

Dewa Eka Prayoga – 251


• gak usah dipeliraha tuh penyakit gengsi, termasuk dalam
kehidupan sehari-hari;

• gak perlu gengsi pake motor gara-gara belum sanggup beli


mobil;

• gak perlu gengsi tinggal di kontrakan karena rumah sendiri


belum kebeli;

• gak perlu gengsi jalan kaki setiap hari kalau sepeda motor
belum punya;

... dan lain sebagainya.

Demi Allah ... semua yang ada di dunia ini milik Allah.

Yang kita miliki, yang masih kita cicil, yang kita sewa, seluruh jiwa
raga kita, semuanya mutlak milik Allah. Semua itu ada di tangan kita
hanya titipan saja dan hanya ujian. Tidak perlu gengsi dengan apa
yang kita miliki. Gengsi adalah bentuk lain dari kufur nikmat, seolah
karunia yang Allah berikan kepada kita saat ini tiada berarti. Allah
pun berfirman:

“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu


hanyalah permainan dan senda gurauan ....
Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah
kesenangan yang palsu.”
(QS Al-Hadīd: 20)

252 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Termasuk dalam urusan bisnis.

• Kalau ada peluang bisnis yang bisa ngasih kita peluang


income hingga puluhan bahkan ratusan juta, ngapain
gengsi?

• Kalau ada peluang bisnis yang bisa ngasih kita pelatihan dan
pembinaan gratis setiap hari, ngapain gengsi?

• Kalau ada peluang bisnis yang bisa ngasih nuansa keke-


luargaan dan saling mencintai antarsesama, ngapain gengsi?

Termasuk, kalau ada bisnis sekeren B erl Family, ngapain gengsi?

Jadi, banyak untungnya.

Sudahlah ... buang jauh-jauh tuh gengsi. Ojo kakean gengsi!


Karena gengsi adalah kemunafikan yang tertunda. Hahaha ....

Ingat, gengsi gak akan membuatmu kaya, tapi kalau kamu kaya,
kamu bergengsi.

GENIUS OF AND
Dulu pas ngambil sertifikasi professional coach, Saya hanya
diajarkan tentang keilmuan dan kompetensi coaching-nya saja. Itu
udah bagus, bahkan Saya bersyukur banget, namun sebenarnya
kurang lengkap, karena sebagai seorang coach, minimal kita pun
sebaiknya dibekali dengan keilmuan, pengetahuan, kapabilitas, dan

Dewa Eka Prayoga – 253


pengalaman bisnisnya juga. Bener, gak?

Kalau tidak, di saat itulah akhirnya banyak orang yang nyinyirin


para business coach, “Halah, nge-coaching bisnis tapi, kok, gak punya
bisnis. Pret, ah!” #nusuk

Tapi, hal tersebut tidak salah.

Karena, tak ada kewajiban dan syarat khusus bagi seorang


business coach untuk memiliki bisnis sendiri. Jadi, sebenarnya sah-
sah aja, gak salah.

Namun, sesuai apa yang sering diungkapkan oleh Coach Fahmi


dan menjadi salah satu Mantra G-Coach, bahwa kita harus terbebas
dari tirany of OR dan harus genius of AND, alias garap dua-duanya,
kabéh jalanin. Hajar!

Kalau prinsipnya pake OR, mikirnya bakal gini:

Gak apa-apa gak punya bisnis, ‘kan, udah punya certified coach-
nya.

Atau, gak apa-apa gak jadi coach, yang penting gue udah punya
bisnis.

Sementara kalau kita pake genius of AND, harusnya gini: bisnis


punya, certified coach-nya juga ada. Dua skill langsung.

Ibarat pesepak bola, seorang Mourinho adalah coach yang hebat


tapi pemain yang buruk, sementara Maradona adalah pemain yang
hebat tapi coach yang buruk. Nah, ini berarti tirany of OR.

254 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Lantas, siapa pemain yang bagus di keduanya?

Oh, banyak. Misal, ada Carlo Ancelotti (mantan pelatih AC Milan),


Zinedine Zidane (pelatih Real Madrid), Diego Simeone (pelatih
Atletico Madrid), Antonio Conte (pelatih Inter Milan), Josep Guardiola
(pelatih Manchester City), dan masih banyak lagi.

Merekalah pelatih-pelatih yang mempraktikkan genius of AND,


keduanya bagus, haram memilih salah satunya.

Ini sering kali terjadi sama kawan-kawan UKM. Mereka diha-


dapkan dengan pertanyaan jebakan:

• Fokus satu bisnis atau banyak?

• Keluarga dulu atau bisnis dulu?

• Bisnis yang menghasilkan atau menyenangkan?

• Selling dulu atau branding dulu?

... dan seterusnya.

Uh, banyak banget!

Kebanyakan dari mereka yang terjebak dengan tirany of OR akan


memilih salah satunya, misalnya fokus satu bisnis, keluarga lebih
penting, yang penting menghasilkan, selling dulu aja, dll.

Padahal, apa salahnya kalau kita memilih keduanya dan


mementingkan dua-duanya? Misalkan: bisnis harus BESAR dan
BANYAK; keluarga dan bisnis SAMA-SAMA PENTING; bisnis harus

Dewa Eka Prayoga – 255


MENGHASILKAN dan MENYENANGKAN; selling dan branding harus
JALAN BERSAMAAN.

Nah, ini baru GENIUS bin GENDENG. Pahaaam?

256 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


“Persetan dengan gengsi!
Yang penting perut terisi dan
bisa ngasih makan
anak-istri.”
- DEP -

Dewa Eka Prayoga – 257


#ZONANYINYIR

“Kamu sibuk nyinyir,


aku sibuk nyengir.
Kenapa? Karena,
aku SUKSES,
kamu ENGGAK.”

258 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


PRINSIP #13:

Batas
Waras

Dewa Eka Prayoga – 259


260 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
“Pada dasarnya manusia tidak akan pernah puas
sebelum hidungnya tertutup oleh kapas.”

Inilah prinsip gendeng ketiga belas: BATAS WARAS.

Sampai juga akhirnya pada bab terakhir isi buku ini. Jika pada
bab sebelumnya Anda terkesan digas mulu, maka bab ini adalah rem
untuk segala prinsip Bodo Amat yang kita pegang.

Yuk, kita tuntaskan langsung ....

GAK WARAS
Katakanlah saat ini kita sedang berjuang mencapai impian yang
kita idam-idamkan:

• ingin jadi wasilah rezeki buat banyak orang,

• ingin jadi detonator kebaikan buat banyak orang,

• ingin jadi inspirasi kehidupan buat banyak orang,

• ingin jadi pribadi yang bermanfaat buat banyak orang,

... dan kebaikan-kebaikan lainnya.

Namun, sekeras apa pun kita berjuang dan berikhtiar, kita tetap
perlu berada di batas kewarasan. Maksudnya?

Dewa Eka Prayoga – 261


“Orang cerdas itu tahu kapan harus ngegas
dan kapan harus ngerem.”

Tahun 2016 memberikan pelajaran yang sangat berarti buat


diri Saya pribadi. Bagaimana tidak? Di saat berjuang gila-gilaan
untuk melunasi utang kerugian investasi bodong dengan nilai
miliaran rupiah, Saya harus menerima kenyataan pahit bahwa tubuh
mengalami lumpuh disebabkan penyakit yang sangat super langka,
yaitu GBS (guillain-barre syndrom).

Secara logika, memang sakitnya Saya saat itu gak masuk akal.
Bayangkan aja, pola makan setiap hari dijaga, olahraga pun sangat
teratur. Namun, apa yang membuat Saya jatuh sakit?

Setelah Saya merenung dan flashback, bisa jadi penyebabnya


adalah pikiran yang terlalu dikuras dan fisik yang terlalu diporsir.

Bayangkan saja.

• Saya bisa nulis buku dari jam sembilan malam sampai jam
tiga pagi, non-stop tanpa istirahat.

• Saya bisa duduk berjam-jam 9–10 jam depan laptop, tanpa


peduli dengan kondisi kesehatan.

• Saya bisa keluar kota setiap pekan memberikan pelatihan,


tanpa memerhatikan kondisi fisik.

Alhasil, Saya terbilang pekerja keras, super keras, garis keras.

262 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Tapi, Saya sudah melewati ambang batas. Gak waras!

Jadi, segila apa pun action Anda, tetap harus memerhatikan


batas kewarasan. Jangan kebablasan!

MULAI LELAH
Bab ini menjadi bagian terakhir yang Saya tulis dalam buku ini.
Kalau boleh curhat, di saat menulis bab ini, jari jemari Saya sepertinya
tampak capek dan mulai lelah. Ingin rasanya istirahat dalam kurun
waktu yang cukup, sekadar menunaikan hak-hak tubuh yang selalu
berjuang melakukan terbaik dan menghadirkan karya terbaik.

Tapi, entah kenapa, Saya selalu teringat dengan ucapan dan


kata-kata sendiri, “Wa, berhenti itu saat nyampe, bukan saat capek.”
Hufh!

“Prinsip berjuang itu, berhenti saat nyampe,


bukan saat capek.”

Ya, maksud nyampe di sini bermakna sudah selesai. Artinya,


kalau target nulis bukunya belum selesai, ya, jangan seenak jidat
minta keringanan untuk berhenti. Ah, manja!

Akan tetapi, namanya juga manusia, wajar banget kalau memang


merasa capek, maklum. Ada batas wajarnya. Ada batas warasnya.

Dewa Eka Prayoga – 263


Jangan berlebihan!

Namun, di saat Saya mulai merasa lelah dan tak bisa berkompromi
dengan diri sendiri, di saat itu pula Saya sadar bahwa waktu begitu
berharga jika hanya dibiarkan berlalu begitu saja tanpa ada manfaat
atau karya berarti.

Tak terasa, air mata pun mulai netes.

• Saat ingin berhenti bekerja, Saya sadar bahwa waktu yang


hilang tak akan terulang. Tak ada mesin waktu.

• Saat ingin berhenti berkarya, Saya sadar bahwa kesempatan


terbaik tak akan datang lagi. Tak ada kesempatan kedua.

• Saat ingin berhenti berusaha, Saya sadar bahwa sisa usia tak
ada yang tahu. Tak ada injury time usia.

Sungguh berarti dan bernilai sebuah waktu, sampai-sampai kita


tak tahu batas akhirnya.

“Dan Allah tidak akan menunda (kematian)


seseorang apabila waktu kematiannya telah datang.
Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu
kerjakan.”
(QS Al-Munāfiqūn: 11)

Bagaimana mungkin Saya meminta jari ini untuk berhenti

264 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


menulis, sementara ajal dan kematian tak pernah berhenti mengintai?

Semakin Saya mencoba berhenti, justru membuat Saya semakin


tak bisa berhenti.

Sampai akhirnya, jari-jari tangan memberikan sinyal dengan


bergerak-gerak sendiri seolah berkata kepada bagian diri Saya
lainnya, “Sudah, saya lelah. Saya perlu istirahat.”

Di titik itulah Saya memutuskan untuk istirahat.

Ya, sejak lolos dari kematian pasca-GBS (guillain-barre syndrom),


jari-jari tangan Saya selalu menjadi bagian pertama yang memberi
kode tersirat untuk istirahat.

Apa pelajarannya?

Sekali lagi, punya prinsip gila dan saklek sangat boleh, namun
tetap harus pada batas kewarasan.

Jangan sampai Anda jatuh sakit hanya gara-gara memegang


prinsip gila yang dibuat sendiri. Kalau gitu ceritanya, ya, bakal gila
beneran. Gak mau, ‘kan?

Tetaplah waras. Jaga batas warasmu.

Ingat selalu bahwa:

• anakmu menantikanmu;

• istrimu menunggumu;

• orang tuamu membutuhkanmu; dan

Dewa Eka Prayoga – 265


• sahabatmu memerlukanmu.

Karena, kita di dunia ini tidak sendirian, ada orang-orang terdekat


yang perlu kita bahagiakan. Camkan!

MERASA GAGAL
Saya termasuk orang yang jarang nangis dan gak mudah baperan
kecuali untuk hal-hal tertentu yang perlu Saya tangisi dan baper
atasnya. Itulah kenapa, setiap kali diwawancara atau diinterviu oleh
seseorang soal kebangkrutan, utang, dan momen sakit, meskipun
mereka berusaha untuk menggali memori emosional Saya, tapi Saya
menjawabnya dengan penuh semangat dan ekspresi yang tegar
(bahkan datar, tanpa emosi, tanpa ekspresi).

Ini pula yang dialami seorang sahabat, Christina Lie, saat coba
menginterviu Saya beberapa waktu lalu. Meskipun ditanya soal
episode bangkrut miliaran dan hampir mati, Saya menjawabnya
datar-datar aja, bahkan cenderung cengengesan (ketawa-ketiwi).
Sampai-sampai sahabat Saya ini bilang gini, “Kang, lo jawab
pertanyaan gue datar amat, sih. Mewek dan sedih dikit kenapa! Gak
ada emosinya banget, sih.” Hehe ....

Sambil bercanda, Saya bilang gini ke dia, “Ci, air mata gue udah
habis pas gue dulu bangkrut miliaran, dicaci maki banyak orang,
dibego-begoin, difitnah abis-abisan, dianggap penipu, disidang
banyak orang, dan diancem macem-macem. Air mata gue juga udah

266 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


habis pas gue dulu sakit, lumpuh total, dua bulan di rumah sakit,
divonis bakal mati, dan gak ada harapan hidup lagi.”

Ya, maafkan Saya kalau orangnya begitu, berusaha tegar di


depan kamera padahal aslinya kagak. Cuma ditahan aja.

Selang beberapa hari kemudian, Saya bilang ke dia begini, “Kalau


lo pengen bikin gue mewek depan kamera, tanyain aja soal dua hal
ini. Kenapa? Karena, kalau udah ditanya soal itu, gue pasti mewek.
Gak bisa acting pura-pura tegar lagi. Gak akan tahan.”

Satu dari dua pertanyaan tersebut adalah perihal merasa gagal.

Ya, merasa gagal.

Mungkin pertanyaannya seperti ini, “Kang, Kang Dewa, kok,


kayaknya tanpa celah, ya. Setiap yang dilakuin kayaknya pasti
berhasil. Jadi penulis, bukunya best seller semua. Jadi affiliate,
semuanya berhasil juara satu bahkan hingga 28 kali gak pernah
kalah. Jadi trainer, workshop-workshop-nya selalu full seat walaupun
dijual dengan harga selangit. Jadi pengusaha, produk-produknya
selalu laris manis dan laku keras. Pertanyaannya, terus kapan Kang
Dewa merasa gagal?”.

Hmmm ....

“Justru itu ... Saya khawatir, orang-orang di luar sana menganggap


Saya berhasil. Mereka memuji-muji Saya. Mereka nge-fans sama Saya.
Mereka bangga sama Saya. Tapi ... orang-orang terdekat Saya justru
sebaliknya.

Dewa Eka Prayoga – 267


• Di mata ibu Saya, Saya adalah anak yang gak tahu diri, anak
yang lupa dengan jasa orang tua, anak yang hanya ingat saat
ada butuhnya saja, anak yang selalu pulang ke rumah hanya
ketika puasa dan lebaran saja, anak yang gak bisa apa-apa.

• Di mata istri Saya, Saya adalah suami yang gak tahu terima
kasih, suami yang gak romantis, suami yang gak tahu apa
maunya istri, suami yang gak paham arti kesetiaan, suami
yang gak bisa ke mana-mana bareng, suami yang selalu
bikin nangis.

• Di mata anak Saya, Saya adalah ayah yang gak patut


dibanggakan, ayah yang gak bisa main sama anak, ayah
yang gak ngerti apa sebenernya maunya anak, ayah yang
gak bisa ngajarin dan ngedidik anak, ayah yang gak pantas
dijadikan figur, contoh, dan teladan, ayah yang parah.

... dan perasaan merasa gagal lainnya.

Itulah yang justru Saya khawatirkan.”

Ya, entah kenapa, perasaan merasa gagal itu selalu muncul


dalam pikiran Saya. Hal itu pula yang menyebabkan Saya akhirnya
selalu berusaha menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari, tanpa
sepengetahuan mereka, tanpa mereka harus tahu apa yang Saya
rasa, tanpa mereka harus paham rasa sakit dan rasa lelah yang Saya
derita, tanpa harus merepotkan dan mengecewakan (lagi) mereka.
Cukup Saya saja.

268 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


ORTU BEJAT
Di saat pandemi gini, bagi rapor anak pun terpaksa harus online.

Ceritanya suatu hari anak pertama Saya, Nabila, dibagi rapor.


Terus pas sesi Zoom Meeting, ustazahnya sedih dan nangis. Saya
tanya ke Nabila, “Teh, kenapa coba ustazahnya nangis? Hayooo ....”

Sambil senyum-senyum, Nabila bilang, “Gak tahu atuh, Yah,


tanya aja ustazahnya atuh.”

Hehehe ... Saya pun ikut senyum sembari kembali nanya, “Coba,
deh, Nabila tebak, kira-kira kenapa?”

Lagi-lagi, Nabila gak bisa dan gak mau jawab.

Saya pun coba menjelaskan.

“Kalau Ayah jadi ustazahnya, Ayah juga bakalan nangis da, Teh.
Kenapa? Karena, sedih aja hampir setahun gak ketemu anak-anak.
‘Kan, kebahagiaan guru itu kalau bisa ketemu dan ngedidik langsung
murid-muridnya, sambil lihat wajah ceria dan bahagianya. Jadi, pas
gak ketemu lama karena pandemi gini, ya, otomatis sedih aja. Wajar,
sih.”

Terus, Saya pun jadi empati sama guru-guru di sekolah. Setahu


Saya, meski anak-anaknya gak ke sekolah, tapi mereka tetap aktif ke
sekolah, deh.

Saya sering denger celetukan orang tua siswa, “Ah, apaan sekolah
téh, bayar SPP iya, tapi cuma pake Zoom doang, yang ribet dan

Dewa Eka Prayoga – 269


rempong orang tuanya.”

Kalau dipikir-pikir, guru tuh kasihan banget:

• udah mah gaji bulanannya kecil;

• jerih payahnya kadang gak dihargai;

• pas Zoom-nya putus-putus dicaci maki;

• dikasih tugas malah protes sendiri;

... dan masih banyak lagi.

Padahal, disadari atau tidak, selama pandemi begini, ketika anak


kita berubah jadi lebih buruk, misal dari segi akhlaknya/adabnya,
perilakunya, dan kebiasaannya, itu udah jelas karena kita sebagai
orang tuanya yang gak becus didik mereka.

Indikatornya:

• selama di rumah maen HP mulu;

• kerjaannya nonton YouTube mulu;

• ngaji harian kagak pernah;

• hafalan kagak nambah-nambah;

• muraja’ah males-malesan;

• doa harian lupa semua;

... dan sebagainya.

270 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Di titik itulah kita makin sadar, betapa berharga dan berjasanya
guru-guru di sekolah, dan betapa bejatnya kita sebagai orang tua.
Ah, ya Allah.

Maafkan Ayah, ya, Nak.

• Belum bisa jadi orang tua yang baik buatmu.

• Belum bisa jadi orang tua yang hebat untukmu.

• Belum bisa jadi orang tua yang bisa dibanggakan.

• Belum bisa jadi orang tua yang patut diidolakan.

• Belum bisa jadi orang tua yang selalu bersama.

Semoga ke depannya kita bisa jadi sosok teladan yang bisa


membanggakan. Āmīn ....

Ingat, bisnis boleh gagal, didik anak jangan sampai gagal.

Jangan sampai hanya gara-gara sibuk ngurusin anak orang, eh,


anak sendiri malah ditelantarkan. Amat bodo sekali kita ini!

TUHAN BARU
Imam besar Masjidilharam, Syekh Abdul Rahman As-Sudais,
pernah berkata:

“Berhala baru di zaman sekarang


adalah media sosial.”

Dewa Eka Prayoga – 271


Mendengar perkataan beliau, Saya jadi termenung dan berpikir,
jangan-jangan Saya termasuk penyembah berhala baru ini.

Seperti yang kawan-kawan tahu, Saya cukup eksis di dunia


medsos, entah itu Facebook, Instagram, YouTube, hingga TikTok.

• Bangun tidur, buka medsos.

• Mau tidur, main medsos.

• Nyetir, cek medsos.

• Pusing, medsos-an.

• Nyari duit, pake medsos.

Bahkan, paling parahnya lagi, selesai salat bukannya fokus zikir


dan baca Al-Qur`an, malah cek-cek medsos. Astagfirullah ....

Terlebih setelah nonton film Social Dilemma, wah ... itu gila
banget, sih, highly recommended untuk ditonton, supaya pencerahan.

“Giliran baca Al-Qur`an males, giliran baca status


rajin. Sungguh Amat Bodo kita ini!”

Coba Anda cek time dan activity Anda di medsos, berapa jam
yang Anda habiskan?

Meskipun kita hidup di era digital, jangan sampai adanya medsos


membuat kita terpana dan makin gila.

272 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Coba saja renungkan.

• Seberapa sering Anda makan di tempat makan, tapi masing-


masing megang HP?

• Seberapa sering Anda duduk bersama keluarga, tapi masing-


masing asyik dengan gadget-nya?

• Seberapa sering Anda bareng-bareng, tapi semuanya fokus


lihat smartphone-nya?

Ini udah berada di batas waras. Hati-hati.

Itulah kenapa, sejak tahun 2019 lalu, meskipun terlihat aktif di


mana-mana, Saya bener-bener mengurangi porsi main medsos.

Tapi, kok, aktif terus?

Soal konten, tinggal bikin tabungannya.

Soal komentar, terkadang dibantu tim.

Jadi, Saya bisa fokus ke hal lain yang lebih penting. Ketika
medsos-an pun, pastikan bener-bener yang berfaedah, bukan sekadar
scrolling dan stalking gak jelas.

Jangan sampai, di setiap tahun baru, eh, malah ada tuhan baru.

Siapakah dia? Medsos (media sosial).

Tempat bergantung. Resah kalau gak buka. Gelisah kalau gak


dicek. Na’ūdzubillāhi min dzālik ....

Dewa Eka Prayoga – 273


SALAH OBSESI
Sekarang ... coba, deh, renungkan ....

Pernah ngalamin kondisi ditempa ujian bertubi-tubi seolah tak


berhenti? Atau mungkin ngalamin masalah yang bikin hidup jadi
susah? Atau jangan-jangan, saat ini Anda sedang mengalaminya?

• Tiap hari bingung tak berujung.

• Tiap hari sibuk gak jelas.

• Tapi, kok, kebutuhan hidup susah terpenuhi?

• Tapi, kok, impian-impian susah tercapai?

Astaghfirullāhal ‘azhīm ....

Jangan-jangan kita lagi kena penyakit ini. Apa itu?

Rasulullah bersabda:

“Barang siapa yang bangun di pagi hari namun hanya dunia


yang ada di pikirkannya, sehingga seolah-olah dia tidak melihat hak
Allah dalam dirinya, maka Allah akan menanamkan empat penyakit
dalam dirinya:

• kebingungan yang tiada putusnya,

• kesibukan yang tidak ada ujungnya,

• kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan

• keinginan yang tidak tercapai.” (HR Ath-Thabrani)

274 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Jadi, bisa jadi, kalau misalkan:

• target gak tercapai mulu;

• utang gak lunas-lunas;

• tugas gak selesai-selesai; dan

• sibuk dan stres mulu tiap hari,

... jangan-jangan kita lagi kena penyakit kayak begini. Astagfirullah


....

Kalau kita sudah bablas dan gak waras, kemungkinan besar kita
ngalamin ciri-ciri seperti apa yang Rasulullah sabdakan di atas. Jadi,
Saya gak usah ngasih tahu dan jelasin lagi, “Kang, ciri-ciri udah bablas
dan gak waras gimana?” Jawabannya, selain kondisi fisik yang mulai
sakit serta waktu bareng anak dan istri/suami/keluarga yang gak
pernah ada, tentu ciri-ciri di atas menjadi batas warasnya.

“Banyak di antara kita menginginkan hidup enak


tapi lupa menyiapkan mati enak.”

Berkali-kali Saya ingatkan di setiap tulisan, baik melalui buku


maupun postingan di media sosial, untuk jangan tergelincir pada niat
yang salah dan terjebak pada obsesi dunia yang fana ini.

Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang obsesinya adalah


akhirat, tujuannya akhirat, niatnya akhirat, cita-citanya akhirat,

Dewa Eka Prayoga – 275


maka dia mendapatkan tiga perkara: pertama, Allah menjadikan
kecukupan di hatinya; kedua, Allah mengumpulkan urusannya; dan
ketiga, dunia datang kepada dia dalam keadaan dunia itu hina (dunia
datang sendiri kepada kita tanpa perlu kita kejar). Dan barang siapa
yang obsesinya adalah dunia, tujuannya dunia, niatnya dunia, cita-
citanya dunia, maka dia mendapatkan tiga perkara: pertama, Allah
menjadikan kemelaratan ada di depan mata; kedua Allah mencerai-
beraikan urusannya; dan ketiga, dunia tidak datang kecuali yang
ditakdirkan untuk dia saja.” (HR At-Tirmidzi)

Yuk, taubat, istigfar. Jaga batas waras kita!

BODO AMAT!
Di saat banyak orang punya mindset dan keyakinan, “Hasil tidak
akan pernah mengkhianati ikhtiar,” Saya justru malah tidak setuju.
Ada kalanya hasil yang kita dapatkan lebih baik dari ikhtiar yang kita
lakukan. Berlaku sebaliknya, ada kalanya hasil yang kita dapatkan
tidak sebaik ikhtiar yang kita lakukan. Kenapa?

Karena, bisa jadi ikhtiar yang kita lakukan untuk mencapai apa
yang kita inginkan tidak diridai oleh Allah. Ada hal-hal yang Allah
larang, tapi kita libas tanpa pikir panjang. Ada hal-hal yang Allah
haramkan, tapi kita terobos tanpa pikir panjang. Ah, keterlaluan!

Maka, boleh berprinsip Bodo Amat, tapi tetap dalam Batas Waras.

Ingat, bisnis itu bukan hanya tentang untung dan rugi, tapi juga

276 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


surga dan neraka. Jika bisnis yang kita jalankan lantas membuat kita
semakin jauh dari Allah, mending gak usah bisnis aja sekalian.

Ketika pun ada orang nyinyir dan ngatain kita dengan perkataan
yang buruk, udah gak usah dipeduliin, karena timbangan amal kita
di akhirat nanti cuma kita yang bertanggung jawab, bukan mereka.
Jadi, Bodo Amat!

“Tutup saja bisnismu! Jika sibukmu lebih


mementingkan laba ketimbang surga.”
- DEP -

Dewa Eka Prayoga – 277


#ZONANYINYIR

“Biarkan orang lain


berkomentar, kita
yang menikmati
hasil.”

278 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Wong
Gendeng

279
280 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
Sampai sudah pada akhir buku ini. Alhamdulillah ....

Kalau Anda perhatikan dari awal sampai akhir, buku ini tidak
mengajarkan kepada Anda bagaimana bersikap Bodo Amat pada
orang-orang yang ada di sekitar Anda. Buku ini lebih banyak
menekankan pada nilai-nilai kehidupan yang selama ini Saya pegang
dan dijadikan sebagai prinsip hidup yang super saklek, tanpa
kompromi, tanpa basa-basi.

Karena kesaklekan atau kengototan inilah akhirnya kenapa Saya


dijuluki Wong Gendeng. Padahal, arti kata gendeng itu sendiri dalam
bahasa Jawa adalah gila (tidak normal).

Gimana gak gendeng? Mungkin mereka geleng-geleng kepala


setiap kali Saya buat komitmen publik yang terkesan sombong dan
songong, misalkan:

• Saya gak akan nulis buku, kecuali best seller;

• Saya gak akan ikut kontes affiliate, kecuali bakal menang;

• Saya gak akan buka bisnis, kecuali tembus miliaran;

• Saya gak akan ngisi workshop, kecuali dijual mahal;

• Saya gak akan launching produk, kecuali laris manis;

… dan komitmen-komitmen lainnya.

Tentu, buat siapa pun yang tidak mengenal Saya luar dalam,
baik tindakan maupun pikiran, rasa-rasanya akan langsung negative
thinking dan melabeli, “Sombong amat!”

Dewa Eka Prayoga – 281


Padahal, pernyataan tersebut adalah bukti komitmen dan
#DisiplinRadikal Saya untuk mencapai #AmbisiBesar.

Bahkan, gak cuma sekadar komitmen perihal profesi, pun terkait


targetan-targetan lain. Misalkan, saat gak mampu tembus omzet
hingga ratusan miliar, Saya langsung memutuskan; saat gak mampu
beresin buku tepat waktu, Saya langsung berhenti main Facebook;
saat angka penjualan tak sesuai harapan, Saya langsung gak nulis
selama setahun; dan komitmen-komitmen publik lainnya.

Kawan, butuh cara gila untuk dapat hasil gila dan memukau,
karena cara biasa udah terlalu biasa dan hanya akan menghasilkan
yang biasa.

Maka, jadilah wong gendeng! Berpikir di atas rata-rata dan berani


mengambil langkah gila demi pertumbuhan ekstrem hidup kita ke
depannya. Āmīn ....

282 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


Sebuah Fakta Brutal
Akan selalu ada orang yang gak suka
sama kamu:
yang nyibirin kamu,
yang nyinyirin kamu,
yang ngeremehin kamu, dan
yang su’uzhan sama kamu.
Padahal, kamu gak pernah kenal
mereka, gak pernah jahatin mereka, dan
gak pernah ngotak-ngatik hidup mereka.
Udah, biarin aja.
Karena hidup bukan untuk
menyenangkan semua orang!

Dewa Eka Prayoga – 283


“Namanya juga hidup.
Kalau bener disirikin,
kalau salah dinyinyirin.
Bodo Amat!”
- DEP -

284 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


PROFIL PENULIS

Setelah berhasil bangkit dari bangkrut miliaran rupiah dan


lolos dari kematian, Dewa Eka Prayoga kini banyak mewakafkan
dirinya untuk berbagi dengan sesama kawan-kawan pengusaha di
Indonesia. Sambil membangun kembali kerajaan bisnisnya, di sela-
sela waktunya, ia telah menelurkan 21 buku best seller.

1. How to Get the Future

2. 7 Kesalahan Fatal Pengusaha Pemula

3. Tembus Omset 100 Juta Modal Blackberry

4. Dijamin Penghasilan 10 Juta per Bulan

5. 30 Hari Jago Jualan

6. Dongkrak Omzet Miliaran dengan Tim Penjualan

7. Easy Copywriting

8. Gara-Gara Facebook

9. Jago Jualan

Dewa Eka Prayoga – 285


10. Main Facebook

11. Melawan Kemustahilan

12. Copywriting Emak-Emak

13. Jackpot Rezeki

14. Closing Bertubi-tubi

15. Pesan-Pesan Istimewa Dewa

16. Crazy Leader

17. Pasukan Militan

18. Detonator Kebaikan

19. B erl Sparta

20. Bodo Amat, Ini Prinsip Gue!

21. Jangan Kalah Sama Masalah

Ada baiknya buku-buku tersebut dibaca sesuai dengan


kebutuhan. Semoga kehadirannya bermanfaat buat semua, termasuk
Anda.

Berkat kemampuannya dalam menjual hanya lewat kata-kata,


serta telah membantu banyak pengusaha dalam meningkatkan
omzet dan profit bisnisnya hingga berkali-kali lipat, kini publik
mengenalnya sebagai:

286 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!


• Dewa Selling

• Penulis Buku-Buku Best Seller

• Most Wanted Affiliate Marketer in Indonesia

• Licensed Master Practitioner of NLP

• Founder Billionaire Store, Billionaire Coach, Mesin Kreativitas,


Shaliha Hijab, Noura Property, dan Anak Pintar.

• Co-Founder KMO Indonesia dan B Erl Cosmetic.

Untuk mendapatkan update tulisan, tips, trik, dan sharing terbaru


darinya, Anda bisa lihat di:

• @DewaEkaPrayoga (Instagram)

• @DewaEkaPrayoga (Telegram)

• Dewa Eka Prayoga (Fanpage Facebook)

• DewaEkaPrayoga.com (Blog)

Dan jika ingin mengundang atau bekerja sama dengannya,


silakan langsung hubungi 0856-4932-3573.

Dewa Eka Prayoga – 287


288 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
Dewa Eka Prayoga – 289
290 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!

Anda mungkin juga menyukai