Diterbitkan oleh:
KMO Indonesia
Jl. Sultan Ageng Tirtayasa Graha Rorocantik
Blok C 18 Talun Cirebon
No. Telp/HP : 082216620246
Email : cvkmoindonesia@gmail.com
Cetakan Pertama, Februari 2021
xiv + 290 hlm ; 15.5 x 23 cm
ISBN: 978-623-332-018-4
Anggota IKAPI Jawa Barat
- DEP -
vi – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
Daftar Isi
Pengantar xi
1. Rakus Amal 13
2. Boros Sedekah 35
3. Gila Karya 55
4. Ambisi Besar 81
5. Hajar Bleh! 93
Alhamdulillah ... segala puji, nikmat, dan kuasa hanya milik Allah
subhanahu wa taala. Semoga rida-Mu selalu menyertai kehidupanku,
hamba-Mu yang lemah ini.
Special thanks untuk ibu Saya, ayah Saya, istri Saya, dan anak-
anak Saya, yang selalu menjadi inspirasi terbesar dalam berjuang.
Karena, percaya atau tidak, isi buku ini akan mencuci otak Anda
dan mengobrak-abrik prinsip hidup yang selama ini Anda anut.
Ya, apa yang Saya sampaikan dalam buku ini merupakan hal-hal
gila yang sering kali jadi biang kerok masalah dan sumber nyinyiran
DEWA SELLING
@DewaEkaPrayoga
1
2 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
MASA BODOH
Salah satu nikmat yang selalu disyukuri dalam hidup adalah
ketika Saya mampu bersikap Bodo Amat dengan komentar dan
nyinyiran orang.
Tidak bisa dipungkiri, sikap masa bodoh Saya kala itu menjadi
salah satu kunci kesuksesan Saya hari ini. Alhamdulillah ... izin Allah.
Siapa sangka:
Sungguh, amat bodo diri ini jika tidak mampu bersikap Bodo
Amat pada makhluk yang terkutuk itu. Na’ūdzubillāhi min dzālik ....
Karena, disadari atau tidak, tukang nyinyir itu akan selalu ada.
Mungkin kalau ada jin berbentuk manusia, kita bisa melihatnya ada
pada sosok si tukang nyinyir ini. Bayangkan saja:
• ketika kita ditipu, mereka komentar, “Tuh, ‘kan, kata gue juga
apa ...”; dan
Misalnya lagi:
Jadi, para nyinyirun alias si tukang nyinyir itu akan selalu hinggap
di kehidupan kita, disadari atau tidak, disukai atau tidak.
Kalau diibaratkan, nih, ya, nyinyiran itu ibarat pupuk. Pupuk itu
kotor dan jijik, tapi kalau pohon udah dikasih pupuk, maka pohon
tersebut akan tumbuh dan membesar, karena pupuk itu nutrisi bagi
pohon.
Gak percaya? Emang gak harus percaya juga. Beresin dulu, dong,
baca bukunya!
11
12 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
PRINSIP #1:
Rakus
Amal
BERLOMBA-LOMBA
Kita sudah sering banget dengar istilah fastabiqul khairāt dari
para ustaz dan guru ngaji, di mana istilah tersebut memiliki makna,
yaitu berlomba-lomba dalam kebaikan.
• salat tahajud,
• salat taubat,
• salat hajat,
• qabla subuh,
• salat berjamaah,
• salat duha,
• sedekah pagi,
• perbanyak istigfar,
• muraja’ah hafalan,
• halaqah/kajian,
• silaturahim,
• membaca selawat,
• mendoakan orang,
• sharing ilmu,
Itu Saya cuma nge-list amalannya aja dulu. Perihal Saya ngelakuin
atau enggak, ‘kan, gak harus bilang-bilang sama Anda. Lha, ngapain
juga? Wong itu udah jadi job desc malaikat, kok!
MASING-MASING
Buat owner bisnis seperti Saya, pendelegasian tugas adalah
sesuatu yang lumrah dan biasa dilakukan. Pokoknya, mikirnya
begini, “Kalau bisa dikerjain sama orang lain, ngapain harus dikerjain
sendiri?”
Misalnya lagi:
TRANSFER PAHALA
Oh, ya, ada satu catatan penting buat kita semua, supaya nanti
amal saleh dan pahala yang kita dapat di akhirat tidak minus atau
berkurang terus. Maksudnya? Simak cerita ini baik-baik.
Di titik ini, kita perlu menjaga diri agar pahala yang kita miliki
tidak hilang dan berkurang. Ikhtiarnya, misalnya:
PALING DEPAN
Suatu ketika, ustaz di kompleks tempat Saya tinggal menyam-
paikan sebuah tausiah. Inti dari tausiah tersebut adalah kita gak
boleh mempersilakan jamaah lain untuk maju ke depan dan mengisi
shaff (barisan) yang masih kosong. Maksudnya, ketika ada shaff yang
masih kosong, maka tugas kita bukanlah nyuruh orang untuk maju,
tapi justru kita sendirilah yang harus maju.
IRI POSITIF
Iri? Bilang, Bos!
Ternyata, iri bin dengki itu boleh, asalkan pada tempatnya dan
sesuai ajaran-Nya.
Ilmu kita masih cetek, boro-boro dijadikan bahan iri, wong masih
segigit jari.
Jadi, mulai sekarang, kalau mau iri, silakan saja, asalkan sama
mereka yang sesuai kriteria dan ketentuannya. Kita harus iri:
MERASA CUKUP
Dalam Islam, kita mengenal istilah qana’ah, yang berarti merasa
cukup atas apa-apa yang Allah berikan. Pertanyaannya, bagaimana
mestinya kita bersikap qana’ah?
Karena, disadari atau tidak, banyak orang mikirnya gini:
• “Udah, gak usah mikirin dunia mulu, dunia sementara, Bro.”
• “Udah, gak usah nyari duit mulu, kagak akan dibawa mati,
Bro.”
• “Udah, gak usah ambisi kaya, entar hisabnya bakal berat,
Bro.”
... dan sejenisnya.
Mindset seperti itu hanya akan membuat sosok muslim menjadi
pribadi yang lemah, terkesan gak maju dan terbelakang. Padahal,
Islam itu tinggi dan tak akan ada yang mengalahkan ketinggiannya.
Maka, tugas kita sebagai muslim ialah menjadi contoh dan teladan
untuk orang-orang sekitar. Jangan sampai kita krisis contoh dan
panutan!
Jadi, merasa cukup itu harus, hanya gunakan prinsip ini untuk
kebutuhan pribadi saja. Jika bicara soal amal dan kebaikan, gak boleh
merasa cukup, justru harus tamak atau rakus!
KAPITALIS OPORTUNIS
Saya pengen ketawa ngakak ketika ada orang yang melabeli Saya
kapitalis oportunis hanya gara-gara Saya menggarap bisnis multi-
niche, alias diversifikasi. Pikirnya, apa yang Saya lakukan adalah salah
satu bentuk aplikasi dari nilai-nilai kapitalisme. Hahaha ....
Mereka gak pernah tahu akan hal itu, dan mereka gak harus tahu
akan hal itu. Karena, mending dicap kapitalis tapi syariah, daripada
dicap syariah tapi kapitalis. *Eh
Bahkan, kalau ada yang melabeli Saya penjual ludah, Saya justru
meresponsnya dengan guyonan:
Huahaha ....
Jadi, gak ada alasan lagi untuk ngeluh, wong udah dibuatkan
programnya.
BODO AMAT!
Jadi, udah jelas, ‘kan, kenapa jadi manusia itu harus rakus?
Tapi, lagi-lagi, Anda boleh setuju boleh tidak dengan prinsip Rakus
“Nge-judge orang
emang gampang,
yang susah itu
NGACA!”
Boros
Sedekah
Namun, apa yang beda di pembahasan kali ini? Yuk, kita bedah
....
ORANG TAJIR
Setiap kali Saya bertemu dengan pengusaha, sering kali Saya
menanyakan apa motif dan alasan mereka ingin jadi pengusaha. Tak
jarang di antara mereka ingin menjadi orang kaya (orang tajir).
TARGET SEDEKAH
Sebagai pengusaha, wajar jika target revenue atau omzet men-
jadi bagian penting di perusahaan. Namun, bagi pengusaha muslim,
itu saja tidak cukup, harus ada yang diubah. Maksudnya?
Kenapa?
NIKMAT HARTA
Saya yakin gak semua orang yang membaca buku ini punya
masalah dari sisi finansial. Ada beberapa di antara Anda yang justru
Allah kasih nikmat kelapangan berupa harta kekayaan.
Padahal, apa-apa yang Anda beli itu belum tentu kepake. Dijamin!
Gak percaya? Cek aja sendiri. Gak semuanya bakal Anda pake.
KONVERSI REZEKI
Sadarkah Anda? Harta yang Allah kasih ke kita, semuanya akan
ditanya dan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Ya, gampangnya, rezeki itu hak pakai, bukan hak milik. Itu artinya,
yang kita miliki saat ini belum tentu jadi rezeki kalau gak pernah kita
pakai atau gunakan. Misalkan sebagai berikut.
NUNGGU KAYA
Banyak orang ketika dikomporin untuk sedekah, mereka
bergumam dan protes gini:
“Gue kalau jadi orang kaya dan punya banyak duit, gue juga
bakal sedekah brutal, kok. Gak usah dikomporin terus!”
JAMINAN LANGIT
Dari dulu sampai sekarang, Saya hampir gak pernah pakai
asuransi. Kenapa? Ya, gak mau aja. Keyakinan Saya meyakini bahwa
asuransi itu gak boleh. Titik. Gak usah debat!
PASSIVE PAHALA
Sejauh yang Saya pelajari selama ini, banyak sekali mentor,
guru, buku, seminar, training, dan workshop yang ngajarin kita untuk
memperbanyak passive income, khususnya bagi orang yang ingin
kaya raya. Betul?
Ya, wakaf.
PESAN ISTIMEWA
Izinkan Saya bercerita ....
Tepat empat tahun yang lalu, di akhir bulan November 2016, Saya
baru saja keluar dari rumah sakit setelah 52 hari terbaring lumpuh
karena penyakit autoimun bernama GBS. Selama hampir dua bulan
di rumah sakit, ada satu momen yang gak akan pernah terlupakan.
Kenapa?
Saat kritis. Ya, saat Saya berada dalam kondisi kritis, dengan
balutan ventilator, dengan kondisi 50:50 antara hidup dan mati.
“Yā Allāh yā Rabb ... kalau ini adalah hari di mana hamba harus
meninggalkan dunia ini, apakah semua amalan hamba sudah cukup
untuk bisa mendapatkan rida-Mu?”
“Yā Allāh ... kalau ini adalah hari di mana hamba harus kembali
kepada-Mu, apakah semua kebaikan hamba sudah cukup untuk bisa
mendapatkan rahmat-Mu?”
“Yā Allāh ... kalau ini adalah hari kematian hamba, apakah semua
pahala hamba sudah cukup untuk bisa mendapatkan surga-Mu?”
Perbanyaklah sedekah.
Jangan sampai menyesal di akhir kelak saat kita sudah wafat. T_T
KANTONG KAFAN
Anda pernah lihat kain kafan?
Ya, sudah jelas, yang namanya kain kafan, ya, gak ada kantongnya.
Lo kira baju koko?
Dari sini kita bisa ambil pelajaran, mati itu beneran gak bawa
apa-apa, kecuali amalan dan kebaikan yang kita lakukan semasa masih
hidup. Itulah kenapa, jangan terlena dengan harta kekayaan, pun
jangan menghambur-hamburkan uang untuk mempertontonkan
kekayaan di depan orang, karena itu semua pas mati pun kagak akan
dibawa. Percuma!
BODO AMAT!
Jadi, sudah jelas, ‘kan, kenapa orang tajir selalu boros?
Kalaupun Anda gak setuju, gak apa-apa, tenang saja. Bodo Amat!
Gila
Karya
FILOSOFI KARYAWAN
Anda sadar, gak, kenapa orang yang bekerja disebut karyawan
bukan kerjawan? Hayo, pernah mikir sampai ke sana? Hehe ....
Bisa dibilang, prinsip gila karya inilah yang Saya instal ke otak-
otak tim Saya di hampir semua perusahaan.
• Gak ada karyawan yang goblok, yang ada leader yang kurang
pintar dalam memintarkan karyawannya.
• Gak ada karyawan yang malas, yang ada leader yang kurang
rajin dalam merajinkan karyawannya.
Apa pasal?
GILA KARYA
Dari apa yang Saya sampaikan di atas, sudah sangat jelas bahwa
sesungguhnya setiap orang punya cara dan ruang tersendiri untuk
menghasilkan karya terbaiknya.
VONIS KAMPRET
Saya cukup kesal saat dulu dapat vonis dari salah seorang
mentor yang bilang bahwa Saya gak ada bakat nulis. Asem tenan!
Aaarrrggghhh ....
Ya, itu tadi, saat Saya mencoba tuk minta masukan ke salah satu
mentor nulis saat itu, beliau bilang begini seakan senada dengan hasil
tes IQ Saya beberapa tahun lalu, “Bukunya terlalu biasa. Isinya terlalu
standar. Udah banyak buku yang kayak begini. Gak ada bedanya
sama yang lain.” #JLEB
Sejak saat itu Saya hampir putus asa jadi penulis. Mungkin, itu
LIMITING BELIEF
Saat itu Saya sadar, Saya gak tertarik jadi penulis.
Ya, dalam benak Saya, profesi penulis hanya cocok dan pas
dimiliki oleh seorang wanita.
Dan buku itu pun selesai hanya dalam waktu tujuh hari, tepat
satu minggu. Super ekspres. Crazy. Alhamdulillah ....
EMPOWERING BELIEF
Singkat cerita, buku tersebut terjual hingga puluhan ribu copy,
national best seller. Alhamdulillah, izin Allah, pertolongan-Nya.
Dalam hal ini, Saya ingin sampaikan pada Anda, jangan suka
telan mentah-mentah vonis dan omongan buruk orang terhadap
dirimu. Ingat, nasibmu ada di tanganmu, bukan orang lain, apalagi
cuma sekadar hasil tes/tools.
Allah saja Yang Maha Segalanya gak akan ngubah nasib kita,
sebelum kita mengubah nasib kita sendiri. Buktinya? Cek aja dalilnya:
JEJAK KEHIDUPAN
Mungkin sama seperti Anda, dulunya Saya pun bingung bagai-
mana cara menulis buku dan menjadikannya best seller. Jangankan
best seller, nulisnya aja gak kelar-kelar.
Ini bukan soal seberapa banyak royalti yang bakal kita dapatkan,
melainkan soal seberapa banyak manfaat yang bisa kita tebarkan,
melalui buku-buku yang kita hadirkan.
Ngejar dunianya?
Ngejar akhiratnya?
Entah kapan tepatnya, tapi Saya mulai nulis buku sejak usia
sembilan belas tahun. Buku pertama yang Saya tulis berjudul How to
Get The Future, berisi tentang 7 Langkah Dahsyat Menggenggam Masa
Depan, dapat banyak masukan dan kritikan dari mentor Saya itu.
Ya, karena waktu itu Saya punya utang cukup besar, sekitar 40
jutaan. Lumayan, pas awal kuliah mah duit segitu gede. Untungnya
Saya hobi baca sejak SMA, dan Saya pun kepikiran untuk nulis buku
dan menerbitkannya sendiri agar mampu melunasi utang tersebut.
Karena awal mula nulis buku niatnya untuk bayar utang, maka
pas utangnya lunas, malas lagi nulisnya. Weleh-weleh ... salah niat, nih,
Saya. Saya pun akhirnya fokus lagi pada kuliah dan berbisnis: buka
bimbel, kedai makanan, jualan apa aja, dan lain-lain.
Saya pun cari solusi sana-sini. Stres berat, persis seperti yang
Anda alami jika pernah bangkrut. Kurang lebih begitu. Rp7,7 M, Bro!
Singkat cerita lagi, Saya diberi saran oleh sahabat untuk nulis
buku lagi, “Wa, gimana kalau kamu nulis buku lagi?”
“Yaelah, bercanda ente! Ana lagi stres dan frustrasi gini, disuruh
nulis. Lagi bangkrut pula. Nulis apa? Gak ada yang patut dibanggakan.”
Kurang lebih begitulah jawaban spontan Saya saat itu.
Tanpa pikir panjang dan banyak alasan lagi, akhirnya Saya iya-
kan saja masukan tersebut. Mungkin ini jawaban dari doa Saya
selama ini. Bismillah ....
Nah, benar. Saya kontak teman Saya yang jago desain. Dibuatlah
cover. Dibukalah pre-order. Duit pemesan, ‘kan, masuk tuh. Dengan
uang itulah Saya mencetak dan nerbitin buku. Yeah! Tanpa modal ....
Detail hitungannya:
Berawal dari sini, kini Allah titipkan lebih dari 10 partner, lebih
40 orang karyawan, lebih dari 2.000 reseller, dan lebih dari 100.000
pembaca. Atas izin Allah ....
Ya, dari Saya nulis sendiri. Lalu Saya create system-nya, building
team-nya, dan buka peluang selebar-lebarnya. Untuk apa? Agar
orang-orang punya wadah yang tepat dalam meninggalkan jejak
kehidupannya.
Dulu Saya pernah nulis buku judulnya How to Get The Future.
Alhamdulillah, laris, sempat terjual hingga 3000-an eksemplar,
walaupun sekarang jadi buku langka, karena gak dicetak lagi.
• Easy Copywriting
• Gara-Gara Facebook
• Jago Jualan
• Melawan Kemustahilan
• Copywriting Emak-Emak
• Jackpot Rezeki
• Closing Bertubi-tubi
• Crazy Leader
• Pasukan Militan
• Detonator Kebaikan
• B erl Sparta
Saking bersyukurnya, kalau orang lain untuk dapat cap best seller
harus nunggu hingga satu tahun agar bisa tembus 10.000 eksemplar,
tapi kami hanya butuh waktu 7–14 hari untuk bisa menorehkan
angka penjualan sebesar itu. Masyaallah ... alhamdulillah, kuasa-Nya.
Saya terus merenung dan berpikir, apa yang salah dengan diri
Saya pascasakit GBS.
Saya bingung.
Ya, niat.
Kok, bisa?
Imbasnya:
... dan hal-hal baik lainnya. Pokoknya, jangan sampai salah niat.
Yuk, terus cek niat kita tiap hari. Jangan sampai berhenti evaluasi!
Karena, kalau dalam isi kepalanya cuma duit, duit, dan duit,
tanpa memikirkan gimana caranya dia bisa berkontribusi maksimal
buat perusahaan dan memberikan karya terbaik, mana mungkin
nasib hidupnya berubah. Gitu aja terus selamanya. Kerja!
Ambisi
Besar
VISI BESAR
Dalam pidato wisudanya di Harvard University beberapa tahun
lalu, Mark Zuckerberg (founder & CEO Facebook) pernah bilang gini:
DICAP GILA
Inilah konsekuensi dari seorang yang memiliki visi dan ambisi
besar. Terlebih, visi dan ambisi besar tersebut demi kebaikan.
Biasanya, akan selalu ada orang yang nyinyir dan gak suka. Wajar
banget!
Akan selalu ada. Sekali lagi, akan selalu ada orang yang me-
remehkan dan menjatuhkan impian kita, belum lagi kalau kita punya
visi dan ambisi besar untuk memberdayakan umat, misalnya:
“Ayo, kita berdayakan Indonesia!”
“Halah ... ngurus keluarga sendiri aja gak bisa, apalagi ngurusin
negara.”
“Ayo, kita bermanfaat bagi sesama!”
“Halah ... utang ke temen lama aja gak dibayar-bayar, ngimpi
pengen manfaat bagi sesama.”
“Hahaha ... jualan produk buatan sendiri aja gak laku-laku, kagak
usah ngimpi lo!”
Tugas kita bukan menyerah dan putus asa. Tugas kita justru terus
maju sampai visi dan ambisi besar itu benar-benar tercapai, seperti
Muhammad Al-Fatih, yang mampu menaklukkan Konstantinopel
dan meraih visi dan ambisi besarnya.
AMBISI TERPENDAM
Ngomong-ngomong, Saya pribadi punya ambisi besar yang
sampai saat ini menjadi energi tersendiri dan membuat Saya tak
henti-hentinya berjuang siang dan malam. Entah kenapa, Saya ingin:
Dalam benak mereka, yang ada dalam isi kepala Saya cuma cuan,
cuan, dan cuan. Bener, gak?
Tapi, lagi-lagi, Saya gak peduli. Bodo Amat dengan semua asumsi
dan persepsi mereka terhadap Saya, gak peduli! Satu-satunya yang
Saya pedulikan adalah gimana caranya ambisi terpendam Saya
di atas bisa tercapai, sehingga bisa jadi pribadi yang benar-benar
bermanfaat untuk umat.
ORANG BESAR
Kawan, beranilah berpikir besar. Ayo, jadi orang besar. Mulailah
memikirkan hal-hal besar. Berhentilah berpikir kecil dan memikirkan
hal-hal kecil. Jangan hanya berjuang demi diri pribadi semata!
Jangan cuma mikirin diri sendiri mulu. Egois banget jadi orang!
Gak cuma itu, gak semua orang siap dan sanggup berhadapan
dengan nyinyiran, cibiran, cemoohan, dan komentar negatif dari
orang-orang.
Mari kita berlindung pada Allah dari kaum nyinyirun yang ter-
kutuk!
“Haters itu
PEMBANTU PALING
IKHLAS, gak digaji aja
rela ngurusin hidup
kita. Luar biadab!”
Hajar
Bleh!
Istilah Hajar Bleh! adalah nama atau istilah lain dari, “Sikat, Bro!”
“Yuk, mainkan!” atau “Take action!” dan sejenisnya. Apa maksudnya?
BENANG MERAH
Saya selalu ditanya, “Kang, bagaimana cara mulai bisnis?”
• ilmu pemasaran,
• ilmu manajemen,
• ilmu keuangan,
• ilmu operasional,
• ilmu leadership,
• ilmu jualan,
Jadi, sekali lagi, mulai aja dulu. Action! Jangan kebanyakan mikir.
SEORANG LEADER
Ngomongin soal pengusaha, gak akan terlepas dari sosok leader.
Dan harus kita akui, jadi leader tuh beneran gak gampang. Beneran!
Film yang dimaksud adalah Hunter Killer. Saran Saya, tonton deh!
Ada banyak pelajaran berharga buat Saya saat nonton film ter-
sebut, khususnya perihal leadership (kepemimpinan).
• Ya, bego, karena kamu gak bisa memastikan dia jadi orang
hebat.
Lha, jelas salah Anda! Kenapa rekrut tim kayak dia? PLAKKK!!!
Banyak risiko yang diambil oleh Kapten Glass di film ini, salah
satunya keputusan untuk menyelamatkan dan memperlakukan
dengan baik Kapten Andropov yang notabene adalah seorang
musuh (kapten kapal selam Rusia yang selamat). Gak cuma itu, risiko
besar pun diambil saat Kapten Glass menerobos perairan Rusia yang
dipenuhi ranjau, sensor suara, dan pasukan Rusia lainnya.
Tapi ingat, di balik risiko besar, ada rezeki besar. Risk = Rizq.
Selamat = berani ambil risiko besar dan terus maju, tapi seluruh
awak bakal berpotensi selamat dan tetap hidup.
Lantas, XO menjawab, “Anda harus tegar, Pak. Biar kami saja yang
takut.”
Seorang bawahan bisa saja tak mampu dan tak kuat menghadapi
fakta brutal perusahaan, misalkan:
Tapi, leader gak boleh takut dan gak boleh kehilangan keyakinan.
Haram hukumnya!
• Yakin seyakin-yakinnya.
Kalau bicara soal pandemi, bisnis Saya pribadi ada yang ter-
dampak negatif dan ada yang terdampak positif ulah si corona ini.
”Meski pandemi,
jangan pernah takut kehilangan rezeki.”
Baiklah, saya coba jelaskan pake konsep Ansoff Matrix, ya. Simak
ini baik-baik, siapkan catatan. Penting!
Kebayang?
PENGEMBANGAN PASAR
Intinya: jual produk lama, ke market baru.
Jadi, pasarnya diperluas. Gak hanya itu-itu aja, tapi ada segmen
dan target market lain.
Di sinilah poinnya.
• Produksinya jagoan.
• Brand-nya jagoan.
• IT support-nya jagoan.
Jadi, pada saat krisis, qadarullāh kita bisa gercep ngatur dan
ngubah strategi, termasuk dalam product development ini.
Meski demand dari kosmetik dan skincare gak begitu bagus, tapi
produk-produk lain di B erl seperti propolis dan lain-lain, membuat
para B erl Family-nya gak kehilangan pipa pemasukan. Kok, bisa?
Karena, dengan sistem yang sudah ada, mereka bisa jualan pro-
duk baru yang sudah jelas laku.
DIVERSIFIKASI BISNIS
Intinya: jual produk baru, ke market baru.
Inilah yang sering kali dianggap strategi pivot saat krisis. Padahal,
gak harus langsung gini.
“Wah, satu bisnis aja bisa Rp1 M sebulan, kebayang kalau 2 bisnis,
3 bisnis, 4 bisnis.”
ASAL ACTION
Kalau Anda perhatikan dengan saksama, prinsip HAJAR BLEH!
yang Saya di buku ini tetap berbasis keilmuan yang mendalam.
Bener, gak?
• Ada lagi yang bilang bahwa bisnis itu kayak belajar karate.
Kalau mau bisa karate enggak usah banyak baca buku,
perbanyak aja latihan. Letakkan tumpukan genteng di
depan, des!!! Patah ....
BODO AMAT!
Jadi, sudah jelas, ‘kan, kenapa kerja keras itu sungguh gak
penting?
Karena, gak cukup hanya kerja keras, kita pun harus kerja cerdas.
Candu
Angka
Pada bab kali ini, Saya ingin menunjukkan kepada Anda betapa
pentingnya sebuah angka dan kenapa kita perlu jatuh cinta pada
angka, bahkan sampai pada level candu. Penasaran?
JUBIR TERBAIK
Sejak bangkrut dan ditipu miliaran, Saya termasuk orang yang
gak gampang percaya sama siapa pun, termasuk sama tim sendiri.
NYEBUT ANGKA
Menariknya, tidak semua orang berani nyebut angka, apalagi
kalau sudah bicara target penjualan. Rasa-rasanya kebanyakan dari
kita ketakutan dan gak berani mempertanggungjawabkan.
Salah satu rutinitas Saya dan tim di akhir tahun adalah melakukan
annual meeting. Sesuai namanya, isi dari pertemuan tersebut adalah
melaporkan hasil usaha selama setahun dan evaluasi mulai dari
apa saja keputusan yang memang berdampak pada pertumbuhan
maupun keputusan yang tak menghasilkan dampak signifikan. Salah
satu agenda di dalamnya adalah menentukan target tahunan di
tahun berikutnya. Dari beberapa perusahaan yang Saya hadiri, ada
momen menarik yang membuat Saya tertawa.
“Ibarat sapu lidi, kalau cuma satu biji doang, pasti gak ada tena-
ganya, mudah patah. Tapi, kalau lidinya banyak, terus diikat dengan
tali atau karet, maka sapu lidi tersebut susah patahnya, bahkan bisa
dipakai untuk bersihin sampah. Namun ingat, lidinya harus diikat.
Karena kalau enggak, jangankan bersihin sampah, yang ada dianya
JAWABAN BERAPA
Jadi, makin terbukti, gak semua orang suka angka, apalagi
sampai candu angka. Ah, langka!
Entah kenapa, mungkin dulu pas masih SD, SMP, dan SMA,
pelajaran matematika terkesan begitu menyeramkan dan menakut-
kan. Alhasil, angka menjadi sesuatu yang ditakuti.
Misal, ketika Saya tanya, “Berapa reseller yang daftar hari ini?”
DATA DASHBOARD
Hampir di semua perusahaan yang Saya miliki saat ini, setiap
harinya Saya melihat dashboard keuangan dan penjualan, di mana
semuanya tersaji dalam bentuk angka dan angka. Dari dashboard
itulah Saya bisa tahu secara tepat dan akurat.
Dan gak hanya itu, melalui dashboard, Saya pun bisa tahu:
CERITA BANGKRUT
Supaya semakin jelas betapa pentingnya sebuah data dan
angka, izinkan Saya bercerita.
Hal ini ditunjang dengan hasil riset tentang data dan fakta
brutal yang menyebabkan sebuah perusahaan start up dinyatakan
bangkrut, di antaranya:
1. no market need,
5. pricing/cost issues,
6. poor product,
8. poor marketing,
Jelas, ngutang.
Polanya gini:
Kehabisan cash --> Ngutang --> Gak bisa bayar --> Bangkrut
(pailit).
Masuk akal?
Hal ini persis sejalan dengan apa yang pernah Saya bahas di
buku 7 Kesalahan Fatal Pengusaha Pemula. Cocok banget.
Kalau gak bagus, gak akan dibeli Unilever. Ini mirip kayak Kecap
Bango yang brand-nya (juga) dibeli Unilever.
Lha, sah-sah saja. Selama saling rida, saling nrimo, terjadi akad,
dan gak saling menzalimi satu sama lain. Ini namanya sinergi dan
kolaborasi. Yang satu fokus ke produksi; yang satu fokus ke distribusi.
Disadari atau tidak, kalau Anda lihat Saya, Saya pun begitu.
Alurnya begini:
MENUTUP BISNIS
Masih gak percaya betapa pentingnya candu angka dalam
bisnis?
Kalau cuma rugi sesekali, itu wajar, namanya juga bisnis. Tapi,
kalau ruginya berkali-kali, layaknya sebuah hobi, ya, jangan berdiam
diri, buruan evaluasi.
• margin kekecilan.
Nah, kalau bisnis Anda begini terus, gak usah ragu untuk suntik
mati. Ngapain juga bisnis kalau profit yang dihasilkan terus-terusan
secuil, bikin matamu lembab karena mewek terus tiap bulan? Hihihi.
Ah, ini mah gak usah dibahas. Kalau cash perusahaan dan duit
Anda pribadi sudah nol besar, alias habis sehabis-habisnya, gak usah
disuntik mati. Kenapa? Ya, jelas, bakal mati dengan sendirinya. Hehe.
• bisnisnya bocor,
• sales-nya secuil,
• stoknya numpuk.
• Owner-nya guoooblok!
• Owner-nya malas-malasan.
Tapi, kalau udah cekcok melulu, gak sreg mulu, beda visi, beda
value, ah itu entar gak akan bagus tuk masa depan perusahaanmu.
Mending tutup aja. Atau, salah satu dari Anda putuskan keluar. Out!
• tanpa passion,
• sifat oportunis,
Nah, ini sudah jelas. Kalau bisnis yang kita jalankan malah makin
menjauhkan kita dari Allah, membuat banyak kemudaratan serta
kezaliman, melakukan penipuan, atau menggunakan harta riba,
sudahlah, gak usah mikir panjang lagi, tutup aja langsung!!!!
Ingat, bisnis itu bukan cuma untung dan rugi saja, tapi juga surga
dan neraka. Camkan itu!
Semuanya terjadi karena kita tidak suka dan tidak candu angka.
Anehnya, kita ini sukanya cuma sama cuan, cuan, dan cuan. Bentar,
ini Bodo Amat atau amat bodo, sih? Hufh!
Maksa
Bisa
MAKSA BISA
Mungkin Anda sudah sering mendengar, “Do what you love, love
what you do.”
Ya, ungkapan tersebut adalah salah satu quote favorit dari Steve
Jobs setelah, “Stay hungry, stay foolish,” yang banyak menginspirasi
kita-kita khususnya saat membahas perihal passion.
Sedikit cerita, tiga tahun lalu, berat badan Saya mencapai 90 kg.
Andai saja Saya hanya melakukan apa yang dicintai, maka yang Saya
Tebak, apa sekiranya yang akan terjadi pada Saya jika Saya hanya
makan, makan, dan makan?
Udah jelas, berat badan Saya pasti makin naik, mungkin bisa
tembus 100 kg.
Hasilnya?
Nyaman? Boro-boro.
Suka? Apalagi.
PUTER OTAK
Begitu pun lima tahun lalu, saat bangkrut Saya bingung dapat
income dari mana. Saat itu penghasilan Saya bener-bener gak pasti.
Udah datangnya gak pasti, pas giliran dapet, pasti kecil. Bayangkan
saja, dalam kondisi terpuruk bangkrut, para investor pada nagih
brutal minta duit investasinya dikembalikan. Hufh! Dikembalikan
pake apaan? Pake daun? Wong gak ada duitnya.
Saya terus memutar otak dan berpikir keras. Kerjaan apa yang
bisa ngasilin duit gede dalam waktu singkat? Saking stresnya Saya
saat itu, sampai-sampai Saya sempat nanya gini ke Kang Nugie Al-
Afgani, sahabat dan kakak tingkat Saya, “Kang, bisnis apa, ya, yang
bisa ngasilin income miliaran setiap bulan?”
Gubrak!
Royalti.
1. Ngisi.
2. Komisi.
3. Lisensi.
4. Properti.
5. Dividen.
Ya, mau tidak mau, Saya harus melakukan hal-hal yang tidak
Saya suka. Apa itu?
PUNCAK PENCAPAIAN
Singkat cerita, Saya berhasil jadi penulis. Alhamdulillah, izin
Allah.
Dan bukan hanya sekadar penulis, tapi penulis best seller. Ya, best
seller author.
Itu baru nulis. Selain ngejar royalti, tentu niatnya adalah untuk
bisa berbagi manfaat secara masif dengan kawan-kawan di Indonesia.
Untuk bisa mendapat income berupa komisi, mau gak mau Saya
harus menjadi penjual yang terus-terusan menjual. Saat itu, profesi
yang Saya pilih adalah affiliate, karena komisinya relatif lebih gede
ketimbang jadi reseller atau dropshipper.
Tapi ... Saya maksa untuk bisa. Saya melakukan hal-hal yang
tidak disuka. Gak nyaman. Gak enak. Hasilnya? 28 kali ikutan kontes
affiliate, 28 kali juga berhasil jadi juara 1 dan memenangkan kontes.
Alhamdulillah, izin Allah. Bisa.
Selesaikah perjuangan?
Belum. Itu masih tiga sumber income: royalti, ngisi, dan komisi.
Saya masih ingin lebih: lebih banyak, lebih besar.
Sakarepmu!
Banyak istilah baru yang harus Saya telen dan mesti Saya pelajari
mendalam:
• Niche,
• Avatar,
• Launch,
• Prelaunch,
• Pre-prelaunch,
• Sequence,
• Sales funnel,
• JV partner,
• Traffic source,
• Conversion,
• Landing page,
• Squeeze page,
• Autoresponder,
• Mental trigger,
Hadeeeuh ....
Tapi, Saya paksa bisa. Harus bisa. Kudu ngerti. Apa pun caranya.
Seandainya saat itu Saya hanya melakukan apa yang Saya cintai,
Tak hanya melakukan apa yang kita suka, melainkan juga apa-
apa yang tidak kita suka.
Maka, pesan Saya, jika Anda ingin jadi orang hebat, lakukanlah
hal-hal yang kamu cintai. Jika Anda ingin jadi orang hebat, luar biasa,
BODO AMAT!
Sampai sejauh ini, kalau Anda masih bersikukuh memegang
teguh sebuah prinsip, “Do what you love,” gara-gara ngefan
sama Steve Jobs, maka komentar Saya untuk Anda adalah ...
“Bodo Amat!” Tahu bedanya apa?
Beda tipis banget.
Steve Jobs, dia sukses dulu, baru ngomong gitu. Anda,
sukses juga belum, eh, udah ngeles begitu. Ups! #kabur
“Jangan merasa
paling tinggi kalau
masih
nginjek bumi.”
Disiplin
Radikal
NILAI KEHIDUPAN
Sebenarnya, gak ada istilah gak ada waktu, yang ada
hanyalah gak dianggap penting.
Inilah yang dimaksud prioritas hidup. Maka, tugas Anda
adalah menentukan apa saja prioritas hidup Anda saat ini
berdasarkan nilai kehidupan yang Anda anggap penting.
Kalau Saya pribadi:
1. spiritual,
2. family,
3. health,
5. growth.
Sekarang, coba mulai dari me-list aktivitas harian Anda dari mulai
bangun tidur sampai tidur lagi. Lalu, kategorikan aktivitas tersebut
dalam lima nilai kehidupan Anda.
1. Prestasi.
2. Kemajuan.
3. Petualangan.
4. Seni.
5. Tantangan.
6. Pemberdayaan.
7. Komunitas.
8. Kompetisi.
9. Kreativitas.
10. Variasi.
11. Demokrasi.
13. Efisiensi.
14. Terkenal.
15. Kebebasan.
16. Persahabatan.
17. Keluarga.
18. Kesehatan.
20. Kejujuran.
21. Kekayaan.
22. Kebijaksanaan.
23. Sukarelawan.
24. Kepercayaan.
25. Reputasi.
26. Keamanan.
27. Kepercayaan.
29. Perfeksionis.
30. Ketenangan.
31. Kesenangan.
33. Pengakuan.
35. Kebenaran.
36. Integritas.
37. Cinta.
38. Loyalitas.
39. Uang.
40. Kedamaian.
42. Otoritas.
43. Hubungan.
44. Spiritual.
46. Kedamaian.
47. Harmonis.
48. Kepemimpinan.
49. Stabilitas.
50. Memengaruhi orang.
• Dari 20 list yang gue banget, silakan pilih 10 list yang paling
gue banget.
• Dari 10 list yang paling gue banget, silakan pilih 5 list yang
sumpah gue banget.
DISIPLIN RADIKAL
Suatu ketika, Saya pernah membaca salah satu postingan tim
Saya di Facebook, bunyinya kurang lebih begini, “Konsisten itu sulit.
Itulah alasan kenapa orang sukses itu sedikit.”
Jadi gini, Saya termasuk orang yang meyakini bahwa salah satu
penentu kunci kesuksesan seseorang adalah disiplin.
Ya, disiplin:
Karakter disiplin adalah hal penting dari faktor tak terlihat yang
harus kita miliki, suka tidak suka, mau tidak mau.
Apa itu?
Disiplin banget.
Misalkan ....
Hari ini posting status di Facebook dan sharing banyak, eh, tiba-
tiba besok ngilang entah ke mana. Krik ... krik ....
Hari ini ngabisin (baca) tiga buku sekaligus, eh, tiba-tiba besoknya
gak nafsu baca sama sekali. Parah banget, dah!
Hari ini bangun malam, salat tahajud, salat taubat, ngafalin Al-
Qur`an, subuh jamaah, khatamin ODOJ, salat duha, dan lain-lain, eh,
tiba-tiba besoknya bolong kabéh. Allāh yā Rabb ....
Misalkan:
Jadi, disiplin itu taat dan patuh pada nilai-nilai yang dipercaya,
apa pun itu.
BELAJAR DISIPLIN
Gimana cara agar kita bisa mendisiplinkan diri kita pada sesuatu?
Kita harus tanya pada diri kita sendiri, kenapa kita melakukannya?
Kenapa?
Kalau Anda gak punya kedalaman niat, maka efeknya buat diri
pribadi gak akan begitu besar. Ketika efeknya gak begitu besar, maka
cenderung mengabaikan. Gak disiplin, deh ....
Contoh, olahraga.
Terus Saya bilang, “Hellooow, udah dari empat tahun yang lalu
keleeeus!”
Gak cuma itu, di setiap waktu tersebut, kita pun terus diingatkan
dengan sistem pengingat lainnya. Apa itu?
Jelas, azan.
Yang ngingetinnya pun jelas. Apa itu? Siapa itu? Jelas, personal
trainer.
Saya bisa aja fitness tanpa pake personal trainer, tapi efeknya
beneran beda.
Sama kayak kalau dalam bisnis, kalau gak punya coach atau
mentor, efeknya biasanya beda. Gak ada yang nagih, gak ada yang
maksa, gak ada yang narget, gak ada yang nyiksa, dan seterusnya.
Tiga bulan di akhir tahun 2018 ini, Saya mendisiplinkan diri untuk
nulis 1 buku 1 bulan. Waktunya jelas, maksimal 1 bulan harus jadi 1
buku. Yang ngingetinnya?
Jelas, deadline, yang sudah dibuat oleh Tim Billionaire Store dan
KMO Indonesia.
Agar terjadi perpindahan raga dari satu titik ke titik yang lain.
Ini membuat kita bergerak, dan inilah kunci disiplin sederhana, yakni
bergerak dari hal terkecil ke hal yang lebih besar.
TO DO LIST
Beberapa pekan terakhir ini, linimasa Facebook dan Instagram
diramaikan dengan berbagai postingan tentang drama Korea
(drakor) berjudul Start Up. Saya pribadi sebagai penikmat film cukup
penasaran, terlebih drakor ini bertema tentang start up. Sesuai
judulnya, di mana Saya pun sedang membangun beberapa start up,
rasa-rasanya cerita drakor tersebut akan sangat relate dan relevan
dengan kondisi Saya sekarang.
Pertama, Stupid List. Stupid List ini berisi aktivitas harian yang
Misalkan:
• balas DM Instagram,
• balas DM Tiktok,
• listing kompetitor,
• rekrutmen tim,
• jadi JV manager,
Kedua, Priority List. Priority List ini berisi aktivitas harian yang
perlu Saya kerjakan sendiri dan tidak bisa didelegasikan ke tim.
Misalkan:
• negosiasi vendor,
• mentoring pasukan,
• inhouse training,
• sharing rutin,
• nulis buku,
• promo produk,
• schedule agenda,
• rancang strategi,
• jadwalin promo,
• evaluasi strategi,
• prelaunch content,
• shooting video,
• beresin modul,
• launching produk,
• live promo,
• shooting YouTube,
• kopdar member,
• webinar support,
• photoshoot produk,
• halaqah pekanan,
• kajian bulanan,
• monitoring kerjaan,
• evaluasi kinerja,
• nagih brutal,
List di atas belum termasuk ranah family time, couple time, dan
me time, ya (termasuk di dalamnya spiritual time).
• Kenapa nonton drakor dua jam kuat, tapi kok baca Al-Qur`an
cuma tiga puluh menit gak kuat?
Misalkan:
Ibarat kata:
Karena, pada dasarnya, berhenti itu bukan saat udah capek, tapi
saat udah nyampe. Manja banget Anda kalau baru usaha dikit aja
langsung ngeluh capek dan berhenti. Ngimpi!
Ah, mungkin prinsip hidup Saya aja yang terlalu lebay. Tapi, lagi-
lagi, Bodo Amat dengan omongan dan penilaian orang, yang penting
cara ini cukup works buat Saya.
Entah udah berapa banyak orang yang japri Saya, baik dari B erl
Family itu sendiri bahkan dari beberapa kawan dekat yang bertanya,
“Kenapa?”
BODO AMAT!
Memang tak mudah memegang teguh prinsip DISIPLIN RADKIAL.
Tagih
Brutal
Istilah tagih brutal di sini bukan soal nagih utang piutang, tapi
lebih ke hal-hal yang memang sudah dikomitmenkan. Gimana
persisnya?
NAGIH UTANG
Kalau ada yang mengatakan bahwa jualan itu sulit, maka
sesungguhnya nagih utang lebih sulit. Itulah kenapa ada profesi
yang dinamakan debt collector, di mana tugasnya adalah nagih utang
orang yang sering ngemplang, gak sesuai harapan dan tempo yang
diberikan.
Coba Anda bayangkan, ada lho orang di dunia ini yang kerjanya
cuma nagih doang. Meskipun begitu, sebenarnya hal tersebut gak
doang. Karena, mau gak mau dan suka tidak suka dia harus punya
keberanian yang tinggi dan siap mematikan rasa empati.
Ingat, tugas kita itu nagih. Perihal dia mau bayar atau enggak, itu
urusan nanti.
NULIS EKSPRES
Tidak banyak orang yang tahu bahwa buku ini ditulis dengan
prinsip tagih brutal. Gimana gak brutal, waktu yang dimiliki untuk
menyelesaikan buku ini hanya sepuluh hari. Gokil banget!
Kenapa, kok, hanya cuma sepuluh hari? ‘Kan, bisa aja lebih lama
“Meskipun nyebelin,
tapi mereka tetap harus dibawelin.”
Berlaku sebaliknya.
Maka, mulai sekarang Anda bisa bikin sebuah form atau catatan
yang berisi list tagih brutal. Isinya tiada lain dan tiada bukan adalah
janji-janji dan komitmen-komitmen dari tim Anda kepada Anda
entah secara ungkapan lisan maupun tulisan.
“Seseorang yang
berusaha merendahkan
kita kemungkinan besar
karena LEVEL KITA DI
ATAS MEREKA.
Bener, gak?”
Sakarepmu!
PERSONAL BRAND
VS PRODUCT BRAND
“Kang, lebih baik mana, personal brand atau product brand?”
Mau personal brand boleh, mau product brand juga boleh. Yang
gak boleh itu, gak bangun brand sama sekali, terus kerjaannya cuma
jualan doang. Ah, gak sustain!
BRANDING VS SELLING
“Kang, branding dulu, selling dulu?”
Mau branding dulu boleh, mau selling dulu juga boleh. Yang gak
boleh itu, nanya mulu tapi gak praktik-praktik. Giliran dikasih tahu
malah ngelunjak. Plak!
BESAR VS BANYAK
“Kang, mending bangun bisnis besar atau banyak?
Karena, kalau ditanya soal fokus gak fokus, setiap orang punya
fokusnya masing-masing.
Mau pakai reseller boleh, mau jualan langsung ke end user juga
boleh. Yang gak boleh itu, gak laku dan produk numpuk. Sumpah, itu
SENDIRI VS PARTNERAN
“Kang, mending bisnis sendirian atau partneran?”
Misalkan:
BODO AMAT!
Jadi, ngerti ‘kan maksudnya prinsip SAKAREPMU! itu gimana?
Harus
Menang
TENTANG BAKAT
Anda percaya sama yang namanya bakat?
Kalau Saya pribadi, antara percaya dan gak percaya.
Ya, copywriting itu bisa dilatih, karena memang skill. Semua yang
berbau skill, bisa dilatih. Gitulah pokoknya.
• Tapi, itu pun gak cukup, kita mesti mampu. Caranya? Praktik.
Dipraktikin sampai benar-benar bisa melakukannya.
Jadi, balik lagi, kalau Saya pribadi, skill nulis itu bukan semata-
mata karena bakat. Walaupun memang skill communication menjadi
top 3 bakat terbesar Saya, tapi kalau gak diasah, ya percuma. Makanya
terus dilatih setiap harinya, salah satunya dengan membuat buku
yang sedang Anda baca saat ini.
Awas, ah, jangan sampai gak tahu. Karena, kalau belum tahu
juga sampai sekarang, entar bisnisnya muter di situ-situ aja, gak
maju-maju, gak sukses-sukses. Maka, temukanlah apa yang menjadi
bakat terpendam Anda, kelebihan Anda. Coba cari tahu minimal
tujuh bakat terpendam tersebut.
Karena, saya dulu pernah ikutan talent mapping pas awal mula
buka bisnis. Jadi, jelas, mesti fokus ngapain, gak buang-buang waktu.
MENERIMA KELEMAHAN
Sun Tzu pernah bilang, “Siapa yang bisa menerima kele-
mahannya, baru saja menambah satu kelebihan pada dirinya.”
Saya termasuk orang yang percaya pada perkataan
tersebut.
Berdasarkan hasil tes talent mapping yang Saya lakukan
beberapa tahun lalu, memang harus diakui, Saya memiliki tiga
titik lemah dalam diri, yaitu empathy, relator, dan harmony.
Pertama, EMPATHY.
Jadi, kalau curhat, jangan ke Saya, ya. Anda bisa curhat ke tim
dan sparring partner Saya, Mas Mirza yang memiliki empathy tinggi
bawaan bakatnya. Hehe ....
Kedua, RELATOR.
Ketiga, HARMONY.
Saya tidak bisa jadi seperti orang lain yang sangat ramah dan
menghindari konflik. Emang bawaannya kalau ada apa-apa, Saya
berani konfrontir konflik. Gak percaya? Lihat aja komentar-komentar
dan status-status Saya yang sering kali nyelekit dan nusuk-nusuk jleb.
Bahkan, sering kali Saya mengangkat tema postingan yang bernapas
kontroversi. Dan ruame! Selain alasan naikin engagement, juga ya itu
tadi, Saya gak suka berpura-pura harmonis. Kalau kesel, ya kesel aja.
Kalau sebel, ya sebel aja. Lega ....
Apalagi, pas tahu Saya dan Istri, setelah tes STIFIn, dua-duanya
berjenis kelamin sama, yakni SENSING INTROVERT. Beeeuh ...!!! Konon
katanya, kalau jenisnya samaan, susah majunya, sering konfliknya.
Ah, lagi-lagi, ini belief negatif yang mesti kami tangkis.
MENYIKAPI KEKURANGAN
Emang bisa mengubah kekurangan jadi kelebihan?
Berusaha memperbaiki diri itu harus, supaya orang lain gak sakit
hati gara-gara kekurangan yang kita punya. Tapi, kalau dalam bisnis,
daripada fokusnya ke situ, mendingan cari aja tim yang bisa nutupin
kekurangamu itu.
Saya begitu.
“Contohnya, Kang?”
Kelebihannya:
• Gak gampang baperan. Jadi, apa pun kata orang, EGP (emang
gue pikirin?). Cuek aja kali, gak usah diambil hati. Lo mau nyinyir
apa, terserah. Lo mau nyibir apa, seterah. Sakarepmu! Gue mah
bakal tetep maju.
• Gampang move on. ‘Kan, gampang lupain masa lalu, tuh, jadinya
Saya gampang move on. Bangkrut, bangkit lagi. Gagal, coba lagi.
Rugi, belajar lagi. Move on-nya cepet. Gak gampang dibayang-
bayangin kejadian di masa lalu. Let bygones be bygones, yang
berlalu biarlah berlalu. Jangan sampai gagal move on.
Itu artinya, Saya gak terjun ke industri bisnis tertentu kalau Saya
gak tahu, gak paham, dan gak menguasai seluk-beluknya dari A
sampai Z.
DNA Saya memang jualan, tapi core bisnis Saya sejatinya adalah
pendidikan bisnis. Apa pun bisnisnya, pasti irisannya sama. Misalkan:
Jadi, kalau memang Anda sendiri gak yakin bisnis yang Anda
jalankan saat ini gak akan tumbuh dan gak akan ngasilin, ya mending
gak usah bisnis. Karena, kemenangan dalam bisnis sesungguhnya
adalah ketika kita mampu mencetak profit sebesar-besarnya dan
cash sebanyak-banyaknya. Catat ini baik-baik!
• Kita tahu cara kecilin perut, tapi perut kita tetep gendut.
Omdo!
• Kita tahu cara buka bisnis, tapi kita gak punya bisnis. Gubrak!
Ya, banyak orang tahu ilmunya, tapi cuma tahu doang, kagak
pernah praktik. Cuma tahu doang gak cukup untuk bisa mendapatkan
apa yang kita inginkan, kudu praktik dan disiplin radikal. Camkan!
RESEP RAHASIA
Saya punya satu resep rahasia yang super tokcer supaya Anda
bisa menang di setiap aspek kehidupan. Apa itu?
KEMENANGAN SEJATI
Sejujurnya, ketika Anda berhasil menjadi pemenang di
setiap aspek kehidupan Anda, hal terberat bukanlah meraih
kemenangannya, melainkan mempertahankan kemenangan terse-
but dan bersikap rendah hati. Uh, berat banget itu.
Karena, sejatinya, dari bawaan orok pas kita lahir ke muka bumi
ini, DNA kita itu adalah pemenang. Bayangin aja, dari berjuta-juta
sperma, cuma kita doang, lho, yang brojol owek-owek jadi makhluk
hidup yang bernama manusia ini. Jangan rendah diri dan ngecap diri
spesialis gagal gitu. Oh, tidak. Harus menang. Titik!
Kalaupun ada yang nyinyir dan ngatain jelek ke kita soal prinsip
ini, udah tahu, ‘kan, harus ngapain? Bodo Amat!
Garis
Keras
NUSUK-NUSUK
Banyak orang bilang bahwa status Saya di Facebook dan
Instagram nusuk-nusuk dan super nampol. Bahkan, tak jarang
mereka sakit hati dan tersinggung dengan gaya satir Saya
dalam menyampaikan sebuah pendapat.
Boleh pilih salah satu. Saya mah insyaallah nyantai, gak akan
PERSONAL BRAND
Saya termasuk orang yang berkeyakinan bahwa personal
brand itu penting. Di saat ada beberapa tokoh entrepeneur yang
menganggap sebaliknya, Saya justru keukeuh dengan keyakinan
tersebut.
Hehehe ....
Dulu pas Saya masih utang 7,7 miliar, banyak orang yang nyibir
dan nyinyir ke Saya, “Halah, bangkrut, kok, ngajar.”
Tapi pas udah bangkit dan utangnya lunas, hampir semua orang
yang nyibir sekarang malah justru jadi fans. Cieee ... kok, tahu? Ya,
iyalah tahu, wong mereka sering belanja buku-buku Saya. He ....
Siapa yang punya kredibilitas lebih tinggi, dialah yang akan lebih
dipercaya. Ngomong pun didenger, karena gak cuma OMDO (omong
doang).
Siapa yang punya otoritas lebih tinggi, dialah yang akan lebih
didengar. Buktinya?
Kenapa begitu?
Lihatlah artis.
Lha, kalau followers banyak bisa membuat jualan kita laris mulu,
kenapa situ gak punya followers banyak? Dasar tukang komentar. Iri.
Hasut. Dengki. PLAK!!!
Ini bukan tentang kenal gak dikenal, tapi tentang ninggalin jejak
di kehidupan.
Jadi, apa yang kamu katakan, apa yang kamu pakai, apa yang
kamu lakukan, secara tidak sadar akan membentuk personal brand
Anda.
Coba aja buat. Tulis di status Anda setelah Anda membaca buku
Bahkan, kalau lebih berani lagi, Anda ikuti cara Saya untuk ngetes
seberapa bernilai Anda di mata teman-teman Anda. Cobalah buat
status begini:
Muncul pertanyaan.
Bukan bermaksud jelek, tapi Saya pengen orang sukses itu punya
mimpi untuk menyukseskan orang lain juga.
Apa pelajarannya?
Ingat kata guru Saya, “Bantu orang lain dahulu, dibantu Allah
kemudian.” Praktikin ini baik-baik, tokcer abis!
Kalau Saya tanya Anda, apa yang paling penting dalam bisnis,
jawaban Anda apa?
Padahal, salah satu hal terpenting dalam bisnis adalah cash. Gak
ada cash, mati.
Ada tuh temen yang join reseller B erl Cosmetics, tapi karena
gengsi, akhirnya gak jualan. Padahal, dia lagi bangkrut dan harus
nutupin utang-utang, tapi karena gengsinya kegedean, peluang
rezeki di depan mata dibiarin gitu aja. Ah, padahal udah dikodein
sama Allah. Suruh Shafa–Marwah dulu, jalanin yang ada dulu. Eh,
malah gak dijalanin ... hufh!
Sudahlah ...
• gak perlu gengsi jalan kaki setiap hari kalau sepeda motor
belum punya;
Demi Allah ... semua yang ada di dunia ini milik Allah.
Yang kita miliki, yang masih kita cicil, yang kita sewa, seluruh jiwa
raga kita, semuanya mutlak milik Allah. Semua itu ada di tangan kita
hanya titipan saja dan hanya ujian. Tidak perlu gengsi dengan apa
yang kita miliki. Gengsi adalah bentuk lain dari kufur nikmat, seolah
karunia yang Allah berikan kepada kita saat ini tiada berarti. Allah
pun berfirman:
• Kalau ada peluang bisnis yang bisa ngasih kita pelatihan dan
pembinaan gratis setiap hari, ngapain gengsi?
Ingat, gengsi gak akan membuatmu kaya, tapi kalau kamu kaya,
kamu bergengsi.
GENIUS OF AND
Dulu pas ngambil sertifikasi professional coach, Saya hanya
diajarkan tentang keilmuan dan kompetensi coaching-nya saja. Itu
udah bagus, bahkan Saya bersyukur banget, namun sebenarnya
kurang lengkap, karena sebagai seorang coach, minimal kita pun
sebaiknya dibekali dengan keilmuan, pengetahuan, kapabilitas, dan
Gak apa-apa gak punya bisnis, ‘kan, udah punya certified coach-
nya.
Atau, gak apa-apa gak jadi coach, yang penting gue udah punya
bisnis.
Batas
Waras
Sampai juga akhirnya pada bab terakhir isi buku ini. Jika pada
bab sebelumnya Anda terkesan digas mulu, maka bab ini adalah rem
untuk segala prinsip Bodo Amat yang kita pegang.
GAK WARAS
Katakanlah saat ini kita sedang berjuang mencapai impian yang
kita idam-idamkan:
Namun, sekeras apa pun kita berjuang dan berikhtiar, kita tetap
perlu berada di batas kewarasan. Maksudnya?
Secara logika, memang sakitnya Saya saat itu gak masuk akal.
Bayangkan aja, pola makan setiap hari dijaga, olahraga pun sangat
teratur. Namun, apa yang membuat Saya jatuh sakit?
Bayangkan saja.
• Saya bisa nulis buku dari jam sembilan malam sampai jam
tiga pagi, non-stop tanpa istirahat.
MULAI LELAH
Bab ini menjadi bagian terakhir yang Saya tulis dalam buku ini.
Kalau boleh curhat, di saat menulis bab ini, jari jemari Saya sepertinya
tampak capek dan mulai lelah. Ingin rasanya istirahat dalam kurun
waktu yang cukup, sekadar menunaikan hak-hak tubuh yang selalu
berjuang melakukan terbaik dan menghadirkan karya terbaik.
Namun, di saat Saya mulai merasa lelah dan tak bisa berkompromi
dengan diri sendiri, di saat itu pula Saya sadar bahwa waktu begitu
berharga jika hanya dibiarkan berlalu begitu saja tanpa ada manfaat
atau karya berarti.
• Saat ingin berhenti berusaha, Saya sadar bahwa sisa usia tak
ada yang tahu. Tak ada injury time usia.
Apa pelajarannya?
Sekali lagi, punya prinsip gila dan saklek sangat boleh, namun
tetap harus pada batas kewarasan.
• anakmu menantikanmu;
• istrimu menunggumu;
MERASA GAGAL
Saya termasuk orang yang jarang nangis dan gak mudah baperan
kecuali untuk hal-hal tertentu yang perlu Saya tangisi dan baper
atasnya. Itulah kenapa, setiap kali diwawancara atau diinterviu oleh
seseorang soal kebangkrutan, utang, dan momen sakit, meskipun
mereka berusaha untuk menggali memori emosional Saya, tapi Saya
menjawabnya dengan penuh semangat dan ekspresi yang tegar
(bahkan datar, tanpa emosi, tanpa ekspresi).
Ini pula yang dialami seorang sahabat, Christina Lie, saat coba
menginterviu Saya beberapa waktu lalu. Meskipun ditanya soal
episode bangkrut miliaran dan hampir mati, Saya menjawabnya
datar-datar aja, bahkan cenderung cengengesan (ketawa-ketiwi).
Sampai-sampai sahabat Saya ini bilang gini, “Kang, lo jawab
pertanyaan gue datar amat, sih. Mewek dan sedih dikit kenapa! Gak
ada emosinya banget, sih.” Hehe ....
Sambil bercanda, Saya bilang gini ke dia, “Ci, air mata gue udah
habis pas gue dulu bangkrut miliaran, dicaci maki banyak orang,
dibego-begoin, difitnah abis-abisan, dianggap penipu, disidang
banyak orang, dan diancem macem-macem. Air mata gue juga udah
Hmmm ....
• Di mata istri Saya, Saya adalah suami yang gak tahu terima
kasih, suami yang gak romantis, suami yang gak tahu apa
maunya istri, suami yang gak paham arti kesetiaan, suami
yang gak bisa ke mana-mana bareng, suami yang selalu
bikin nangis.
Hehehe ... Saya pun ikut senyum sembari kembali nanya, “Coba,
deh, Nabila tebak, kira-kira kenapa?”
“Kalau Ayah jadi ustazahnya, Ayah juga bakalan nangis da, Teh.
Kenapa? Karena, sedih aja hampir setahun gak ketemu anak-anak.
‘Kan, kebahagiaan guru itu kalau bisa ketemu dan ngedidik langsung
murid-muridnya, sambil lihat wajah ceria dan bahagianya. Jadi, pas
gak ketemu lama karena pandemi gini, ya, otomatis sedih aja. Wajar,
sih.”
Saya sering denger celetukan orang tua siswa, “Ah, apaan sekolah
téh, bayar SPP iya, tapi cuma pake Zoom doang, yang ribet dan
Indikatornya:
• muraja’ah males-malesan;
TUHAN BARU
Imam besar Masjidilharam, Syekh Abdul Rahman As-Sudais,
pernah berkata:
• Pusing, medsos-an.
Terlebih setelah nonton film Social Dilemma, wah ... itu gila
banget, sih, highly recommended untuk ditonton, supaya pencerahan.
Coba Anda cek time dan activity Anda di medsos, berapa jam
yang Anda habiskan?
Jadi, Saya bisa fokus ke hal lain yang lebih penting. Ketika
medsos-an pun, pastikan bener-bener yang berfaedah, bukan sekadar
scrolling dan stalking gak jelas.
Jangan sampai, di setiap tahun baru, eh, malah ada tuhan baru.
Rasulullah bersabda:
Kalau kita sudah bablas dan gak waras, kemungkinan besar kita
ngalamin ciri-ciri seperti apa yang Rasulullah sabdakan di atas. Jadi,
Saya gak usah ngasih tahu dan jelasin lagi, “Kang, ciri-ciri udah bablas
dan gak waras gimana?” Jawabannya, selain kondisi fisik yang mulai
sakit serta waktu bareng anak dan istri/suami/keluarga yang gak
pernah ada, tentu ciri-ciri di atas menjadi batas warasnya.
BODO AMAT!
Di saat banyak orang punya mindset dan keyakinan, “Hasil tidak
akan pernah mengkhianati ikhtiar,” Saya justru malah tidak setuju.
Ada kalanya hasil yang kita dapatkan lebih baik dari ikhtiar yang kita
lakukan. Berlaku sebaliknya, ada kalanya hasil yang kita dapatkan
tidak sebaik ikhtiar yang kita lakukan. Kenapa?
Karena, bisa jadi ikhtiar yang kita lakukan untuk mencapai apa
yang kita inginkan tidak diridai oleh Allah. Ada hal-hal yang Allah
larang, tapi kita libas tanpa pikir panjang. Ada hal-hal yang Allah
haramkan, tapi kita terobos tanpa pikir panjang. Ah, keterlaluan!
Maka, boleh berprinsip Bodo Amat, tapi tetap dalam Batas Waras.
Ingat, bisnis itu bukan hanya tentang untung dan rugi, tapi juga
Ketika pun ada orang nyinyir dan ngatain kita dengan perkataan
yang buruk, udah gak usah dipeduliin, karena timbangan amal kita
di akhirat nanti cuma kita yang bertanggung jawab, bukan mereka.
Jadi, Bodo Amat!
279
280 – BODO AMAT, Ini Prinsip Gue!
Sampai sudah pada akhir buku ini. Alhamdulillah ....
Kalau Anda perhatikan dari awal sampai akhir, buku ini tidak
mengajarkan kepada Anda bagaimana bersikap Bodo Amat pada
orang-orang yang ada di sekitar Anda. Buku ini lebih banyak
menekankan pada nilai-nilai kehidupan yang selama ini Saya pegang
dan dijadikan sebagai prinsip hidup yang super saklek, tanpa
kompromi, tanpa basa-basi.
Tentu, buat siapa pun yang tidak mengenal Saya luar dalam,
baik tindakan maupun pikiran, rasa-rasanya akan langsung negative
thinking dan melabeli, “Sombong amat!”
Kawan, butuh cara gila untuk dapat hasil gila dan memukau,
karena cara biasa udah terlalu biasa dan hanya akan menghasilkan
yang biasa.
7. Easy Copywriting
8. Gara-Gara Facebook
9. Jago Jualan
• @DewaEkaPrayoga (Instagram)
• @DewaEkaPrayoga (Telegram)
• DewaEkaPrayoga.com (Blog)