Anda di halaman 1dari 5

BAB V

PENDUDUKAN JEPANG
DI INDONESIA DAN PENGARUHNYA

A. Latar Belakang Jepang Menguasai Indonesia


1. Modernisasi Jepang
Awalnya Jepang menganut sistem isoslasi yang menutup diri dari pengaruh bangsa-bangsa
diluarnya. Namun pada tahun 1854, Komodor Matthew Perry dari Amerika Serikat berhasil
meyakinkan penguasa jepang ketika itu untuk menyetujui perjanjian Shimoda, Jepang
kemudian menjadi negara terbuka dan pelabuhan-pelabuhan di Jepang terbuka bagi
perdagangan internasional.
Perkembangan Jepang semakin terarah setelah diadakannya restorasi Meiji. Beberapa bidang
yang tercakup dalam gerakan pembaharuan antara lain, bidang militer, pendidikan,
perdagangan, dan industri.

2. Faktor-faktor yang Mendorong Jepang Menjadi Negara Imperialis :


a. Wilayah Jepang yang sempit dan miskin SDA
b. Adanya perkembangan industri yang begitu pesat, butuh daerah pasaran dan bahan mentah.
c. Adanya pertambahan penduduk yang cepat.
d. Adanya pembatasan migran Jepang yang dilakukan oleh negara-negara Barat.
e. Pengaruh ajaran Shinto tentang Hakko I Chi-u (dunia sebagai keluarga), dimana Jepang
terpanggil untuk memimpin bangsa-bangsa di dunia (Asia-Pasifik).

Sedangkan factor-faktor yang menarik Jepang untuk melakukan politik Ekspansi ke wilayah
Indonesia :
a. Indonesia merupakan wilayah yang kaya akan SDA yang sangat dibutuhkan bagi
kelangsungan industri Jepang.
b. Indonesia memiliki penduduk yang sangat banyak, sehingga sangat potensial bagi Jepang
untuk memasarkan hasil produksi dari industrinya.
c. Keinginan untuk menggantikan pengaruh dan dominasi negara-negara Barat (Eropa).

B. Masuknya Jepang ke Indonesia


o Jepang berhasil menghancurkan Pearl Harbour kemudian mengerahkan pasukannya ke selatan
di sekitar lautan Pasifik
o Pada Januari 1942, Jepang mendarat dan memasuki Indonesia. Tentara Jepang ini memasuki
Indonesia melalui Ambon dan menguasai seluruh Maluku.
o Daerah Terakan di Kalimantan Timur kemudian dikuasai oleh Jepang besamaan dengan
Balikpapan (12-01-1942). Jepang kemudian menyerang Sumatra setelah berhasil memasuki
Pontianak. Bersamaan dengan itu Jepang melakukan serangan ke Jawa (Februari 1942).

Pada tanggal 1 Maret 1942, kemenangan tentara Jepang dalam perang Pasifik menunjukkan ke-
mampuan Jepang dalam mengontrol wilayah yang sangat luas, yaitu dari Burma-Pulau Wake di
Samudra Pasifik. Setelah daerah-daerah di luar pulau Jawa dikuasai, Jepang memusatkan
perhatiannya untuk menguasai tanah Jawa sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda. Untuk
menghadapi gerak invasi tentara Jepang, blok sekutu yang terdiri atas Belanda, Amerika Serikat,
dan Inggris membentuk Komando Gabungan Tentara Serikat (ABDACOM = American British
Dutch Australian Command) yang bermarkas di Lembang. Letnan Jendral Ter Poorten diangkat
sebagai Panglima ABDACOM. Namun kekuatan ABDACOM tidak mampu menyelamatkan
Hindia Belanda dari kekalahan. Sementara itu, Gubernur Jendral Carda pada Februari 1942 telah
mengungsi ke Bandung.
Dalam pertempuran di Laut Jawa, Angkatan Laut Jepang berhasil menghancurkan pasukan
gabungan Belanda-Inggris yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Sisa-sisa pasukan
Belanda yang berhasil lolos melarikan diri ke Austalia. Sementara itu, Jendral Imamura dan
pasukannya mendarat di Jawa pada tgl 1 Maret 1942. Yang mendarat di 3 tempat, yakni Banten
dipimpin oleh Jendral Imamura sendiri. Kemudian pendaratan di Eretan Wetan-Indramayu
dipimpin oleh Kolonel Tonishori, dan pendaratan di sekitar Bojonegoro dikoordinasi oleh Mayjen
Tsuchibashi.
Untuk menghadapi pasukan Jepang, sekutu telah mempersiapkan diri, antara lain berupa tentara
gabungan ABDACOM, ditambah satu kompi kadet dari Akademi Militer Kerajaan dan Korps
Pendidikan Perwira Cadangan di Jawa Barat. Di Jawa Tengah, telah disiapkan 4 batalion infanteri,
sedangkan Jawa Timur terdiri 3 batalion pasukan bantuan Indonesia dan 1 batalion marinir, serta
ditambah dengan satuan-satuan dari Inggris dan Amerika. Meskipun demikan, tentara Jepang
mendarat di Jawa Tengah dengan jumlah yang sangat besar, berhasil merebut tiap daerah hampir
tanpa perlawanan.
Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang. Tentara Jepang terus bergerak ke selatan
dan menguasai kota Buitenzorg (Bogor). Dengan mudah kota-kota di Jawa lainnya juga jatuh ke
tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Jendral Ter Poorten atas nama komandan
pasukan Belanda/Sekutu menandatangani penyerahan tidak bersyarat kepada Jepang yang diwakili
Jendral Imamura. Penandatanganan ini dilaksanakan di Kalijatui, Subang. Penyerahan Belanda
kepada Jepang kemudian dikenal dengan Kapitulasi Kalijati. Dengan demikian, berakhirlah
penjajahan Belanda di Indonesia.

Sambutan Rakyat Indonesia


Kedatangan Jepang di Indonesia awalnya disambut dengan senang hati oleh rakyat Indonesia.
Jepang dielu-elukan sebagai “Saudara Tua” yang dipandang dapat membebaskan bangsa Indone-
sia dari kekuasaan Belanda. Sikap simpatik bangsa Indonesia terhadap Jepang antara lain juga
dipengaruhi oleh kepercayaan ramalan Jayabaya.
Sementara itu, pihak tentara Jepang terus melakukan propaganda-propaganda untuk terus meng-
gerakkan dukungan rakyat Indonesia. Setiap kali radio Tokyo memperdengarkan lagu Indonesia
Raya, di samping lagu Kimigayo. Bendera Merah Putih juga boleh dikibarkan berdampingan
dengan bendera Jepang Hinomaru. Melalui siaran radio, juga dipropagandakan bahwa barang-
barang buatan Jepang itu menarik dan murah, sehingga mudah bagi rakyat Indonesia untuk
membelinya. Tentara Jepang juga mempropagandakan bahwa kedatangannya ke Indonesia untuk
membebaskan rakyat dari cengkraman penjajah bangsa Barat. Melalui program Pan-Asia Jepang
akan memajukan dan menyatukan seluruh rakyat Asia. Untuk lebih meyakinkan rakyat Indonesia,
Jepang menegaskan kembali bahwa Jepang tidak lain adalah “Saudara Tua”, jadi Jepang dan
Indonesia sama. Bahkan untuk meneguhkan propagandanya tentang Pan-Asia, Jepang berusaha
membentuk perkumpulan yang diberi nama “Gerakan 3A”.

C. Pembentukan Pemerintahan Militer


Pada pertengahan tahun 1942 timbul pemikiran dari Markas Besar Tentara Jepang agar penduduk
di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas pertahanan dan kemiliteran (termasuk semi-
militer). Oleh karena itu, pemerintahan Jepang kemudian membentuk pemerintahan militer. Di
seluruh kepulauan Indonesia bekas Hindia Belanda wilayahnya dibagi menjadi 3 wilayah
pemerintahan militer.
1. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara ke-25 (Tomi Shudan) untuk Sumatra.
Pusatnya di Bukittinggi.
2. Pemerintaha Angkatan Darat, yaitu Tentara ke-16 (Asamu Shudan) untuk Jawa dan Madura.
Pusatnya di Jakarta. Kekuasaan pemerintahan militer ini kemudian ditambah dengan Angkatan
Laut (Dai Ni Nankenkantai)
3. Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu (Armada Selatan Kedua) untuk daerah Kalimantan,
Sulawesi, dan Maluku. Pusatnya di Makassar.
Di dalam pemerintahan itu, Jepang juga membentuk kesatuan Kempetai (Polisi Militer). Di
samping susunan pemerintahan tersebut, juga ditetapkan lagu kebangsaan yang boleh
diperdengarkan hanyalah Kimigayo. Padahal sebelum tentara Jepang datang ke Indonesia, lagu
Indonesia Raya sering diperdengarkan di radio Tokyo.
Pada awal pendudukan ini, secara kultural Jepang juga mulai melakukan perubahan-perubahan.
Misalnya, untuk petunjuk waktu harus digunakan tarikh Sumera (tarikh Jepang), menggantikan
tarikh Masehi. Setiap tahun (mulai tahun1942) rakyat Indonesia harus merayakan Hari Raya
Tencosetsu (hari raya lahirnya Kaisar Hirohito). Dalam bidang politik, Jepang melakukan
kebijakan dengan melarang penggunaan bahasa Belanda dan mewajibkan menggunakan bahasa
Jepang.

D. Pemerintahan Sipil
Pada Agustus 1942, pemerintahan militer berusaha meningkatkan sistem pemerintahan, antara lain
dengan mengeluarkan UU No.27 tentang aturan pemerintahan daerah dan dimantapkan dengan
UU No.28 tentang pemerintahan shu serta tokubetsushi. Menurut UU No.28 ini, pemerintahan
daerah yang tertinggi adalah shu (keresidenan). Seluruh pulau Jawa dan Madura, kecuali Kochi
Yogyakarta dan Kochi Surakarta, dibagi menjadi daerah-daerah shu (keresidenan), shi (kota-
praja), ken (kabupaten), gun (kawedanan), son (kecamatan), dan ku (desa/kelurahan). Seluruh
pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi 17 shu.
Pemerintahan shu dipimpin oleh seorang shucokan. Shucokan memiliki kekuasaan seperti guber-
nur pada zaman Hindia Belanda. Dalam menjalani pemerintahan shucokan dibantu oleh Cokan
Kanbo (Majelis Permusyawaratan Shu).
Pemerintahan pendudukan Jepang juga membentuk sebuah kota yang dianggap memiliki posisi
yang sangat penting sehingga menjadi daerah semacam daerah swantantra (otonomi). Daerah ini
disebut tokubetsushi (daerah istimewa), yang posisi dan kewenangannya seperti shu yang berada
langsung di bawah pengawasan gunseikan. Sebagai contoh adalah kota Btavia, sebagai Batavia
Tokubetsushi di bawah pimpinan Tokubetsu shico.
1. Organisasi-organisasi Bentukan Jepang
a. Gerakan 3A
Semboyan : Nippon cahaya Asia, Nippon pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia.
b. PUTERA ( Pusat Tenaga Rakyat)
c. Jawa Hokokai ( Himpunan Kebangkitan Jawa)
d. Cuo Sangi In
e. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI).

2. Organisasi-organisasi Militer Bentukan Jepang


a. Seinendan (Barisan Pemuda)
b. Gokutai (Barisan Pelajar)
c. Fujinkai (Barisan Wanita)
d. Keibodan (Barisan Pembanu Polisi)
e. Heiho (Barisan Pembantu Prajurit Jepang)
f. Jibakutai (Barisan Berani Mati)
g. Pembentukan Barisan Semi Militer khusus yang dikerut dari golongan Islam dengan nama :
Hizbullah (Tentara Allah)
h. PETA (Pasukan Pembela Tanah Air)

E. Kebijakan-Kebijakan Pemerintahan Jepang


1. Ekonomi
Pendudukan Militer Jepang di Indonesia menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki
(memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang). Karena itu kegiatan
ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang sehingga seluruh potensi SDA dan bahan mentah,
serta manusia digunakn untuk industri yang mendukung mesin perang.
2. Bidang Sosial
Kebijakan Militer Jepang di Indonesia melakukan eksploitasi tenaga manusia dengan program
Kinrohosi (kerja bakti). Melalui panitia pengarah tenaga kerja (Romokyokai) yang ada dalam
Kinrohosi, penduduk desa (laki-laki) dikerahkan untuk membangun instalasi-instalasi militer dan
pertahana Jepang. Tenga-tenaga yang dikerahkan inilah yang kemudian dikenal dengan istilah
Romusha (kerja paksa). Mereka tidak saja dipekerjakan di dalam negeri, tetapi juga ada yang
dikirim di luar negeri seperti, Thailand, Myanmar, Malaya dan Vietnam. Dari totalnya yang
mencapai 300.000 orang yang kembali hanya 70.000 orang dalam kondisi yang mengenaskan.

3. Bidang Budaya dan Pendidikan


o Menghilangkan deskriminasi/perbedaan
o Menerapkan jenjang pendidikan formal seperti di negaranya yaitu : SD 6 thn, SMP 3 thn, dan
SMA 3 thn.
o Menerapkan sistem pendidikan militer
o Menyebarkan semangat Hakko I Chi-u, di mana pendidikan diarahkan pada budaya Jepang.
o Melarang penggunaan bahasa Belanda dalam pembelajaran dan dalam pergaulan, dan
digantikan dengan bahasa Indonesia dan Jepang.
o Pada 1 April 1943 dibangun pusat kebudayaan di Jakarta, yang bernama “Keimin Bunka
Shidoso”.

F. Perlawanan Rakyat Terhadap Jepang


o Aceh, pada tahun 1942 terjadi pemberontakan di Cot Plieng, Ihok Sumawe dibawah pimpinan
Tengku Abdul Jalil. Pemberontakan ini dapat dipadamkan, namun 2 tahun kemudian muncul
lagi pemberontakan di Meureu di bawah pimpinan Teuku Hamid dan juga dapat dipadamkan.
o Karang Ampel, Sindang (Kabupaten Indramayu) pada tahun 1943 terjadi perlawanan rakyat
terhadap Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Haji Madriyan, dan kawan-kawan. Namun
perlawanan ini dapat ditindas oleh Jepang dengan sangat kejam.
o Sukamah (Kabupaten Tasikmalaya), pada tahun 1943 terjadi pelawanan rakyat terhadap
Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Zaenal Mustafa. Dalam perlawanan ini Zaenal Mustafa
membunuh kaki tangan Jepang. Dengan kenyataan ini Jepang kemudian melakukan
pembalasan yang luar biasa dan melakukan pembunuhan masal terhadap rakyat.
o Blitar, pada tanggal 14 Februari 1945 terjadi pemberontakan PETA di bawah pimpinan
Supriyadi. Dalam memimpin pemberontakan ini Supriyadi dibantu oleh teman-temannya yaitu,
Dr. Ismail, Mudari, dan Suwondo. Pada pemberontakan itu, orang-orang Jepang yang ada di
Blitar dibinasakan. Pemberontakan heroic itu benar-benar mengejutkan Jepang, terlebih lagi
pada saat itu Jepang terus menerus mengalami kekalahan di dalam perang Asia Timur Raya
dan perang Pasifik.
o Setelah kekalahan-kekalahan yang dialami oleh Jepang pada setiap peperangannya dalam
perang Pasifik, akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada pasukan
sekutu.

G. Akhir Kekuasaan Jepang di Indonesia


o Akhir 1944, posisi Jepang semakin terjepit akibat kekalahan-kekalahan yang dialami dalam
medan pertempuran melawan sekutu.
o Perdana Menteri Koiso mengeluarkan janji kemerdekaan pada tanggal 7 September 1944 dalam
sidang parlemen Jepang di Tokyo.
o Sebagai bukti dan tindak lanjut janji tsb, pada tgl 1 Maret 1945, Letnan Jendral Kumakici
Harada (pemimpin militer di Jawa) mengumumkan dibentuknya Dokuritsu Junbi Cosakai atau
BPUPKI yang diketuai oleh Dr. K.R.T. Rajiman Wedyodiningrat.
o BPUPKI ternyata tidak bertahan lama. Dalam perkembangan berikutnya, BPUPKI dibubarkan,
lalu diganti dengan Dokuritsu Junbi Inkai atau PPKI. Badan ini diresmikan sesuai dengan
keputusan Jnedral Terauchi, yaitu seorang panglima tentara umum selatan, yang membawahi
semua tentara Jepang di Asia Tenggara pada tgl 7 Agustus 1945.
o Setelah mendengar berita penyerahan tanpa syarat Jepang terhadap sekutu pada tgl 15 Agustus
1945, kemerdekaan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia terwujud bukan atas nama PPKI
melainkan atas nama Bangsa Indonesia itu sendiri.

H. Dampak Pendudukan Jepang Bagi Bangsa Indonesia


1. Positif :
a. Budaya : Bahasa Indonesia berkembang dengan pesat
b. Sosial : Dikenalnya sistem pengaturan masyarakat yang sekarang disebut dengan RT/RW
c. Militer : Mulai mengenal sistem kemiliteran yang nantinya berguna bagi terbentuknya TNI.
d. Birokrasi : Bangsa Indonesia memiliki pengalaman dalam mengelola pemerintahan.
d. Politik : Bangsa Indonesia berkesempatan untuk mempersiapkan kemerdekaan.
2. Negatif :
a. Bangsa Indonesia mengalami kehancuran ekonomi, eksploitasi SDA yang dilakukan Jepang
mengakinbatkan bencana kelaparan, kematian, dan kemiskinan.
b. Mulai mengenal budaya kekerasan dalam menyelesaikan masalah.
c. Jaepang mengeksploitasi hasil-hasil pertambangan di Indonesia.
d. Rakyat hidup miskin karena semua hasil pertanian dirampas Jepang.
e. Banyak tenaga manusia yang mati karena kelaparan maupun wabah penyakit.

Anda mungkin juga menyukai