Anda di halaman 1dari 4

BAB VII

PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN


NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. Kondisi Ekonomi Keuangan dan Sosial Indonesia


1. Kekacauan bidang Ekonomi Keuangan
o Awal kemerdekaan Indonesia, keadaan ekonomi sangat memprihatinkan : perkebunan dan
industri tidak ber-fungsi, inflasi sangat tinggi, pajak dan bea masuk sangat minim, Belanda
melakukan blokade ekonomi.
o Menteri keuangan saat ini, Ir. Soerachman, atas persetu-juan BPKNIP melakukan kebijakan
pinjaman nasional dan terkumpul dana dari masyarakat sebanyak Rp. 500 milyar.
o Tetapi pimpinan Sekutu pada tanggal 6 Maret 1946 meng-umumkan berlakunya mata uang
NICA di daerah pendu-dukan NICA. Hal ini melanggar perjanjian bersama. Untuk itu pemerintah
RI pada tanggal 1 Oktober 1946 dikeluarkan mata uang kertas Indonesia (Oeang Republik
Indonesia = ORI) dan tanggal 1 Nopember 1946 dibentuk Bank Negara Indonesia).

2. Usaha Menembus Blokade Ekonomi Belanda dan upaya pemecahan masalah ekonomi
o Blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda, dilawan dengan hubungan ekonomi dengan
negara Asia lain, di antaranya dengan India dan pengusaha di Amerika Serikat.
o Atas inisiatif menteri kemakmuran, AK Gani, pada tanggal 19 Januari 1947 Badan Perancang
Ekonomi yang bertugas mem-buat rencana pembangunan ekonomi.
o Ada sepuluh langkah rencana pembangunan ekonomi, di antaranya :
a. Pengambilalihan semua bangunan umum, perkebunan, dan industri sebelum perang menjadi
milik negara.
b. Nasionalisasi semua bangunan milik asing yang dianggap vital dengan pembayaran ganti rugi.
c. Penyitaaan perusahaan-perusahaan milik Jepang.
d. Pengembalian perusahaan modal asing lainnya kepada yang berhak

B. Perkembangan Politik Keamanan Awal Kemerdekaan


1. Perkembangan Politik
Setelah Jepang kalah perang, Indonesia dibayangi dengan datangnya tentara Sekutu yang
diboncengi oleh tentara Belanda (NICA). Indonesia juga me-nambah jumlah anggota PPKI tanpa
sepengetahuan Jepang dan pada tanggal 18, 19, dan 22 Agustus 1945 telah bersidang serta
menghasilkan keputusan penting.
Pada tanggal 23 Agustus 1945, KNIP sebagai embrio dari MPR juga telah dibentuk. Karena
keamanan ibu kota Jakarta sudah terancam oleh kekuatan asing, maka ibukota negara pindah ke
kota Yogyakarta pada tanggal 4 Januari 1946.

2. Kedatangan tentara Sekutu dan NICA


o Sejak bulan April 1944, Belanda telah membuat per-janjian dengan Inggris dan berdasarkan Civil
Affair Agreement, Inggris setuju untuk menyerahkan kem-bali Indonesia ke tangan Belanda.
o Berdasarkan perjanjian Postdam, pada tanggal 16 Sep-tember 1945, diatur pendaratan tentara
Sekutu di wila-yah Indonesia. Dalam pendaratan tersebut turut serta pula Patterson (wakil SEAC
dan SWPAC) dan van der Plass (wakil van Mook pimpinan tertinggi NICA).
o Sekutu kemudian membentuk AFNEI (Allied Forces Netherlands Eat Indies) di bawah komando
Sir Philip Christison dengan pasukan Gurkha (tentara Inggris berkebangsaan India). Tugasnya
antara lain menerima penyerahan kekuasaan dari Jepang dan menjaga status quo wilayah
Indonesia.

3. Berbagai Pertempuran Pada Awal Kemerdekaan


a. Pertempuran melawan Jepang di Semarang (Pertempuran Lima Hari)
b. Pertempuran melawan Jepang di Yogyakarta (Merebut markas Jepang di Kotabaru)
c.Pertempuran di Surabaya (arek-arek Suroboyo melawan tentara Inggris dan NICA)
d. Pertempuran di Ambawara di Jawa Tengah (Palagan Ambarawa)
e. Pertempuran Medan Area (di kota Medan)
f. Bandung Lautan Api (di kota Bandung selatan)

C. Usaha Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan


Setelah Jepang dan Sekutu meninggalkan Indonesia, bangsa Indonesia masih harus berjuang melawan
tentara Belanda (NICA) yang ingin menjajah kembali Indonesia. Perjuangan dilakukan dengan dua
cara/strategi, yaitu dengan perlawanan senjata (perang) dan dengan perundingan (diplomasi). Perang
dan diplomasi itu di antaranya adalah :
1. Perjanjian Lingga(r)jati :
pengakuan de facto Belanda terhadap wilayah RI yang hanya meliputi Jawa, Suatra dan Madura.

2. Agresi Militer Belanda I :


penguasaan wilayah RI , termasuk yang diakui Belanda dalam perjanjian Linggarjati. Bangsa
Indonesia melawan dengan taktik gerilya.

3. Perjanjian Renville :
Berkat usaha DK PBB melalui KTN (Komisi Tiga Negara/ Komisi Jasa-Jasa Baik untuk Indonesia), Van
Mook (pim-pinan tertinggi Belanda) diperintahkan untuk berunding dengan Indonesia. Hasil
perundingan : kesepakatan untuk menghentikan tembak-menembak (gencatan senjata) dan
diterimanya garis demarkasi (batas) van Mook serta kadau-latan Indonesia berada di tangan
Belanda selama masa per-alihan kekuasaan.

4. Agresi Militer Belanda II :


Pelanggaran terhadap perjan-jian Renville dengan penye-rangan dan perebutan ibu kota RI di
Yogyakarta dan pena-wanan presiden dan wapres RI oleh tentara belanda. Tetapi perjuangan RiI
dilanjutkan dengan pembentukan PDRI di Bukit Tinggi. Selain itu, TNI juga melawan dengan perang
gerilya dipimpin oleh Panglima Besar Sudirman.

5. PDRI dan peranannya :


Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dibentuk oleh Syafrudin Prawirone-goro atas
perintah presiden RI melalui surat kawat (telegram) hanya tidak sampai. Tetapi Syafrudin pun
sudah memperhitungkan, ja-di dia berinisiatif membentuk sendiri un-tuk meneruskan perjuangan
RI. Peran pen-ting PDRI adalah mengatur arus informasi ke PBB, memberi dorongan semangat
perju-angan dan mewakili pemerintah pusat.

6. Serangan Umum 1 Maret 1949 :


Setelah ibukota RI direbut dan para pemim-pinnya ditawan, Belanda mempropagandakan ke dunia
internasional bahwa RI telah tamat dan TNI telah hancur. Gangguan kea-manan yang ada hanya di-
lakukan oleh ekstrimis. Padahal tentara Indonesia di luar wilayah RI sedang ber-gerilya dan
menyusun siasat. Sri Sultan HB IX mendengar kabar mela-lui berita radio bahwa masalah Indonesia
ini akan dibawa dalam si-dang DK PBB bulan Maret 1949.
Maka kemudian disusunlah siasat untuk me-lawan propaganda Belanda dengan merenca-nakan
sebuah serangan umum untuk mem-buka mata dunia akan keadaan RI yang sebe-narnya. Maka
disusunlah rencana Serangan Umum yang pelaksanaan di lapangan saat itu adalah Letkol Soeharto
atas perintah Pang-lima Besar Soedirman yang saat itu sedang bergerilya di luar wilayah
Yoigyakarta. Usaha ini berhasil dengan gemilang karena tentara RI berhasil menduduki kota Yogya-
karta selama 6 jam.

7. Persetujuan Roem-Royen :
Perundingan antara wa-kil Indonesia (Muh. Roem) dengan wakil Belanda (van Royen) yang isinya
perin-tah untuk tidak saling menyerang (gencatan senjata) dan segera dilakukan persiap-an
penyerahan kedau-latan kepada Negara RI tanpa syarat dalam sidang KMB di Den Haag.
8. Peristiwa Yogya Kembali :
Sebagai realisasi dari persetujuan Roem-Royen, dila-kukan penarikan mundur pasukan Belanda dari
ibu kota RI di Yogyakarta dan masuknya tentara RI ke ibu kota RI. Syafrudin Prawi-ronegoro juga
mengembali-kan mandat PDRI kepada presiden Soekarno.

9. Konferensi Inter Indonesia dan KMB :


Sebagai persiapan penyerahan kedaulatan, Belanda menuntut RI harus berbentuk negara serikat.
Maka disusunlah RIS. Kemudian dilanjutkan dengan Kon-ferensi Meja Bundar (KMB) di den Haag
untuk mem-bahas penyerahan kedaulatan.
Belanda akhirnya bersedia menyerahkan kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949
dengan penangguhan masalah Irian Barat. Maka wilayah RI adalah meliputi bekas wilayah Hindia
Belanda kecuali Irian Barat.

D. Perjuangan Kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia


1. Konferensi Meja Bundar (KMB)
Dilaksanakan di kota Den Haag, negeri Belanda yang dipimpin oleh Chritcley dari UNCI (sebagai
mediator). Pihak Belanda diwakili oleh Mr . Van Maarseven dan Indonesia diwakili oleh Mr.
Mohammad Hatta. Setelah melalui perdebatan dan pembahasan pan-jang, pada tanggal 22
Nopember 1949 dicapai kese-pakatan, yang meliputi :
a) Pengakuan kedaulatan Indonesia yang terdiri atas 15 negara bagian/daerah yang pernah
dibentuk Belanda.
b) Masalah Irian Barat diselesaikan setahun kemudian setelah pengakuan kedaulatan
c) Corak pemerintahan diatur dengan konsti-tusi yang akan ditentukan bersama.
d) Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda yang bersifat longgar beradasarkan kerjasama secara
sukarela dan sederajad
e) RIS harus membayar hutang-hutang Hindia Belanda sampai waktu pengakuan kedau-latan (4,3
milyar gulden)
f) RIS mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan izin baru untuk perusahaan-perusahaan
Belanda

2. Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS)


o Hasil KMB dibawa ke Indonesia dan kemudian dibahas dalam KNIP. Maka pada tanggal 14 dan
15 diadakan per-siapan pembentukan negara Indonesia Serikat.
o Bentuk negara bersifat federasi yang wilayahnya meli-puti seluruh Indonesia dan RI menjadi
salah satu bagian dari RIS.
o Dalam bentuk RIS tersebut, presiden dan para menteri dipimpin oleh seorang Perdana Menteri
dan lembaga perwakilannya terdiri atas Senate dan DPR. Senate ter-diri atas perwakilan negara
bagian (2 orang) dan DPR beranggotakan 150 orang.
o Tanggal 16 Desember 1949, dilakukan pemungutan sua-ra. Ir. Soekarno terpilih sebagai Presiden
RIS. Moham-mad Hatta diangkat sebagai Perdana Menteri, dan Presi-den RI adalah Mr. Asaat
menggantikan Ir. Soekarno.

3. Pengakuan Kedaulatan
o Bersamaan dengan peristiwa penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan di Nederland dan
di Jakarta, di Yogyakarta dilakukan penyerahan kedaulatan dari pihak Belanda kepada RIS.
o Adanya pengakuan kedaulatan ini, maka berakhirlah pe-riode panjang sejarah perjuangan
kemerdekaan dan revolusi fisik.
o Perjuangan selanjutnya adalah menata/mengatur peme-rintahan secara baik agar dapat
melaksanakan pemba-ngunan negara Indonesia.
o Pada tanggal 28 Desember 1945, presiden Sukarno sela-ku presiden RIS mulai meninggalkan
Yogyakarta dan kembali ke Jakarta. Jadi ibu kota RIS ada di Jakarta dan ibukota RI masih tetap
berada di Yogyakarta.
4. Kembali ke Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
o Setelah pengakuan kedaulatan RIS, segera muncul rasa tidak puas di kalangan rakyat tentang
bentuk negara federasi/serikat.
o Di sejumlah negara bagian (daerah) masih terasa nuan-sa/bau kolonial Belanda. Bentuk federasi
juga dinilai ti-dak menguntungkan karena dapat menjadi pintu ma-suk bagi Belanda untuk
menanamkan pengaruhnya.
o Atas persetujuan Senate dan DPR, RIS mengeluarkan Undang-Undang Darurat no. 11 Tahun
1950 tentang Tata Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS. Maka bergabunglah negara-negara
bagian (otonom) ke dalam wilayah RI yang berada di Yogyakarta.
o Maka pada tanggal 22 April 1950, tinggal hanya tiga negara bagian, yaitu RI, Negara Indonesia
Timur, dan Negara Sumatra Timur.
o Kemudian Perdana Menteri Mohammad Hatta mengadakan per-temuan dengan Sukawati (NIT)
dan Mansur (NST) serta sepakat untuk membentuk negara kesatuan Republik Indonesia. Proses
penggabungan tidak melalui RI, tetapi melalui RIS.
o Dengan konferensi Wakil-Wakil RIS, dituangkan kesepakatan itu dalam Piagam Persetujuan
tanggal 19 Mei 1950, dengan isi pokok meliputi :
1) Kesediaan bersama membentuk negara kesatuan sebagai pen-jelmaan negara RI
berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945
2) Penyempurnaan Konstitusi RIS dengan memasukkan bagian-bagian penting dari UUD RI
tahun 1945 yang akan dilakukan oleh Panitia Bersama.
o Pada tanggal 12 Agustus 1945 disepakati Rancangan UUDS men-jadi UUDS 1950 dan secara
resmi pada tanggal 17 Agutus 1950 ter-bentuklah kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Mohammah Hatta sebagai Wakil Presiden.

Anda mungkin juga menyukai