2. Usaha Menembus Blokade Ekonomi Belanda dan upaya pemecahan masalah ekonomi
o Blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda, dilawan dengan hubungan ekonomi dengan
negara Asia lain, di antaranya dengan India dan pengusaha di Amerika Serikat.
o Atas inisiatif menteri kemakmuran, AK Gani, pada tanggal 19 Januari 1947 Badan Perancang
Ekonomi yang bertugas mem-buat rencana pembangunan ekonomi.
o Ada sepuluh langkah rencana pembangunan ekonomi, di antaranya :
a. Pengambilalihan semua bangunan umum, perkebunan, dan industri sebelum perang menjadi
milik negara.
b. Nasionalisasi semua bangunan milik asing yang dianggap vital dengan pembayaran ganti rugi.
c. Penyitaaan perusahaan-perusahaan milik Jepang.
d. Pengembalian perusahaan modal asing lainnya kepada yang berhak
3. Perjanjian Renville :
Berkat usaha DK PBB melalui KTN (Komisi Tiga Negara/ Komisi Jasa-Jasa Baik untuk Indonesia), Van
Mook (pim-pinan tertinggi Belanda) diperintahkan untuk berunding dengan Indonesia. Hasil
perundingan : kesepakatan untuk menghentikan tembak-menembak (gencatan senjata) dan
diterimanya garis demarkasi (batas) van Mook serta kadau-latan Indonesia berada di tangan
Belanda selama masa per-alihan kekuasaan.
7. Persetujuan Roem-Royen :
Perundingan antara wa-kil Indonesia (Muh. Roem) dengan wakil Belanda (van Royen) yang isinya
perin-tah untuk tidak saling menyerang (gencatan senjata) dan segera dilakukan persiap-an
penyerahan kedau-latan kepada Negara RI tanpa syarat dalam sidang KMB di Den Haag.
8. Peristiwa Yogya Kembali :
Sebagai realisasi dari persetujuan Roem-Royen, dila-kukan penarikan mundur pasukan Belanda dari
ibu kota RI di Yogyakarta dan masuknya tentara RI ke ibu kota RI. Syafrudin Prawi-ronegoro juga
mengembali-kan mandat PDRI kepada presiden Soekarno.
3. Pengakuan Kedaulatan
o Bersamaan dengan peristiwa penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan di Nederland dan
di Jakarta, di Yogyakarta dilakukan penyerahan kedaulatan dari pihak Belanda kepada RIS.
o Adanya pengakuan kedaulatan ini, maka berakhirlah pe-riode panjang sejarah perjuangan
kemerdekaan dan revolusi fisik.
o Perjuangan selanjutnya adalah menata/mengatur peme-rintahan secara baik agar dapat
melaksanakan pemba-ngunan negara Indonesia.
o Pada tanggal 28 Desember 1945, presiden Sukarno sela-ku presiden RIS mulai meninggalkan
Yogyakarta dan kembali ke Jakarta. Jadi ibu kota RIS ada di Jakarta dan ibukota RI masih tetap
berada di Yogyakarta.
4. Kembali ke Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
o Setelah pengakuan kedaulatan RIS, segera muncul rasa tidak puas di kalangan rakyat tentang
bentuk negara federasi/serikat.
o Di sejumlah negara bagian (daerah) masih terasa nuan-sa/bau kolonial Belanda. Bentuk federasi
juga dinilai ti-dak menguntungkan karena dapat menjadi pintu ma-suk bagi Belanda untuk
menanamkan pengaruhnya.
o Atas persetujuan Senate dan DPR, RIS mengeluarkan Undang-Undang Darurat no. 11 Tahun
1950 tentang Tata Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS. Maka bergabunglah negara-negara
bagian (otonom) ke dalam wilayah RI yang berada di Yogyakarta.
o Maka pada tanggal 22 April 1950, tinggal hanya tiga negara bagian, yaitu RI, Negara Indonesia
Timur, dan Negara Sumatra Timur.
o Kemudian Perdana Menteri Mohammad Hatta mengadakan per-temuan dengan Sukawati (NIT)
dan Mansur (NST) serta sepakat untuk membentuk negara kesatuan Republik Indonesia. Proses
penggabungan tidak melalui RI, tetapi melalui RIS.
o Dengan konferensi Wakil-Wakil RIS, dituangkan kesepakatan itu dalam Piagam Persetujuan
tanggal 19 Mei 1950, dengan isi pokok meliputi :
1) Kesediaan bersama membentuk negara kesatuan sebagai pen-jelmaan negara RI
berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945
2) Penyempurnaan Konstitusi RIS dengan memasukkan bagian-bagian penting dari UUD RI
tahun 1945 yang akan dilakukan oleh Panitia Bersama.
o Pada tanggal 12 Agustus 1945 disepakati Rancangan UUDS men-jadi UUDS 1950 dan secara
resmi pada tanggal 17 Agutus 1950 ter-bentuklah kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Mohammah Hatta sebagai Wakil Presiden.