Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

BAB VI

MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA


DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA
A. Penyebaran Islam di Nusantara
Penyebaran Islam di Nusantara adalah proses menyebarnya agama Islam di Nusantara
(sekarang Indonesia). Islam dibawa ke Nusantara oleh pedagang dari Gujarat, India selama
abad ke-11, meskipun Muslim telah mendatangi Nusantara sebelumnya. Pada akhir abad ke-16,
Islam telah melampaui jumlah penganut Hindu dan Buddhisme sebagai agama dominan bangsa
Jawa dan Sumatra. Bali mempertahankan mayoritas Hindu, sedangkan pulau-pulau timur
sebagian besar tetap menganut animisme sampai abad 17 dan 18 ketika agama Kristen menjadi
dominan di daerah tersebut.
Penyebaran Islam di Nusantara pada awalnya didorong oleh meningkatnya jaringan perda-
gangan di luar kepulauan Nusantara. Pedagang dan bangsawan dari kerajaan besar Nusantara
biasanya adalah yang pertama mengadopsi Islam. Kerajaan yang dominan, termasuk Kesul-
tanan Mataram (di Jawa Tengah sekarang), dan Kesultanan Ternate dan Tidore di Kepulauan
Maluku di timur. Pada akhir abad ke-13, Islam telah berdiri di Sumatra Utara, abad ke-14 di
timur laut Malaya, Brunei, Filipina selatan, di antara beberapa abdi kerajaan di Jawa Timur,
abad ke-15 di Malaka dan wilayah lain dari Semenanjung Malaya (sekarang Malaysia). Meski-
pun diketahui bahwa penyebaran Islam dimulai di sisi barat Nusantara, kepingan-kepingan
bukti yang ditemukan tidak menunjukkan gelombang konversi bertahap di sekitar setiap daerah
Nusantara, melainkan bahwa proses konversi ini rumit dan lambat.
1. Awal masuknya Islam di Indonesia
Terdapat beberapa teori tentang masuknya islam di Indonesia :
a. Teori Gujarat
Teori ini diungkapkan oleh S. Hurgronje dan J. Pijnapel. Teori ini beranggapan bahwa
agama dan kebudayaan Islam dibawa oleh para pedagang dari daerah Gujarat, India yang
berlayar melewati selat Malaka. Teori ini menjelaskan bahwa kedatangan Islam ke
Nusantara sekitar abad ke 13, melalui kontak para pedagang dan kerajaan Samudera Pasai
yang menguasai selat Malaka pada saat itu.
b. Teori Persia
Teori ini dikemukakan oleh Umar Amir Husen dan Hoesein Djadjadiningrat. Ia berpen-
dapat bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui para pedagang yang berasal dari Persia,
bukan dari Gujarat. Teori ini tercetus karena pada awal masuknya Islam ke Nusantara di
abad ke 13, ajaran yang marak saat itu adalah ajaran Syiah yang berasal dari Persia.
Selain itu, adanya beberapa kesamaan tradisi Indonesia dengan Persia dianggap sebagai
salah satu penguat.
c. Teori China
Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby, mereka berpendapat bahwa sebenarnya kebu-
dayaan Islam masuk ke Nusantara melalui perantara masyarakat muslim China.
Teori ini berpendapat, bahwa migrasi masyarakat muslim China dari Kanton ke Nusan-
tara, khususnya Palembang pada abad ke 9 menjadi awal mula masuknya budaya Islam
ke Nusantara. Hal ini dikuatkan dengan adanya bukti bahwaRaden Patah (Raja Demak)
adalah keturunan China, penulisan gelar raja-raja Demak dengan istilah China, dan
catatan yang menyebutkan bahwa pedagang China lah yang pertama menduduki pe-
labuhan-pelabuhan di Nusantara.

2. Proses Awal Penyebaran Islam di Indonesia


a. Perdagangan dan Perkawinan
Dengan menunggu angin muson (6 bulan), pedagang mengadakan perkawinan dengan
penduduk asli. Dari perkawinan itulah terjadi interaksi sosial yang menghantarkan Islam
berkembang (masyarakat Islam).Pembentukan masyarakat Islam dari tingkat ‘bawah’ dari
rakyat lapisan bawah, kemudian berpengaruh ke kaum birokrat (J.C. Van Leur).
b. Gerakan Dakwah, melalui dua jalur yaitu:
1) Ulama keliling menyebarkan agama Islam (dengan pendekatan Akulturasi dan
Sinkretisasi atau lambang-lambang budaya).
2) Pendidikan pesantren (ngasu ilmu atau perigi atau sumur), melalui lembaga atau
sistem pendidikan Pondok Pesantren, Kyai sebagai pemimpin, dan santri sebagai
murid.
Dari ketiga model perkembangan Islam itu, secara realitas Islam sangat diminati dan cepat
berkembang di Indonesia. Meskipun demikian, intensitas pemahaman dan aktualisasi (pene-
rapan) keberagaman islam bervariasi menurut kemampuan masyarakat dalam mencernanya.

B. Sumber-Sumber Sejarah Islam


1. Sumber Eksternal (Luar Negeri) :
a. Berita Arab
diketahui dari para pedagang Arab yang melakukan aktivitasnya dalam bidang
perdagangan dengan bangsa Indonesia
b. Berita Eropa
di bawa oleh Marcopolo (italia) yang menjadi orang Eropa pertama yang datang ke
Indonesia. Marcopolo datang ke Indonesia kemudian dia singgah di Sumatera utara,
didaerah tersebut Marcopolo menemukan adanya Kerajaan Islam pertama yaitu Samudera
Pasai
c. Berita india
Para pedagang Gujarat dari India selain melakukan perdagangan juga menyebarkan
agama Islam di pesisir pantai
d. Berita Cina
Ma Huan (Sekretaris Laksamana Cheng Ho) mengatakan bahwa pada tahun 1400 telah
ada pedagang-pedagang islam yang tinggal di Pantura
2. Sumber Internal
a. Batu Nisan Fatimah Binti Maimun
peninggalan batu nisan ini menjadi bukti bahwa agama islam sudah masuk ke daerah
Jawa Timur
b. Makam Sultan Malik As Saleh (Raja Samudera Pasai di Sumatera)
berdasarkan peninggalan ini, dapat disimpulkan bahwa untuk pertama kalinya muncul
seorang Raja beragama Islam dengan gelar “Sultan”
c. Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik
Makam tersebut didatangkan dari gujarat dan berisi tulisan-tulisan Arab.
d. Batu Nisan Fatimah Binti Maimun
Agama Islam mudah masuk ke Indonesia,karena:
1. Syarat memeluk agama Islam sangat mudah (mengucap 2 kalimat syahadat)
2. Tata cara peribadatan islam sangat sederhana
3. Islam tidak mengenal kasta
4. Agama Islam yang masuk ke Indonesia disesuaikan dengan adat dan tradisi Bangsa
Indonesia
5. Faktor politik juga ikut memperlancar proses penyebaran agama islam di Indonesia
(runtuhnya sriwijaya dan majapahit sebagai kerajaan besar)
6. Penyebaran agama islam dengan cara damai tanpa peperangan atau kekerasan

C. Islam dan Jaringan Perdagangan Antar Pulau


Jaringan perdagangan dan pelayaran antarpulau di Nusantara terbentuk karena antarpulau
saling membutuhkan barang- barang yang tidak ada di tempatnya. Setelah Malaka jatuh ke
tangan Portugis (1511), pedagang- pedagang Islam memindahkan kegiatannya ke pelabuhan
lain. Dengan demikian, mereka tetap dapat melanjutkan usaha perdagangannya secara aman.
Sehingga, penyaluran komoditas ekspor (rempah- rempah) dari daerah Indonesia ke daerah
Laut Merah tetap dapat dikuasai.
Pusat-pusat perdagangan dan kekuasaan yang sebelum Malaka jatuh sudah ada kemudian
menjadi berkembang pesat. Pusat-pusat perdagangan dan kekuasaan yang berkembang pesat .
Selanjutnya antar pulau saling berhubungan satu sama lain bertukar tukar barang ataupun me-
ngadakan kerjasama. Para pedagang yang semula selalu berdagang di Malaka, kemudian
berpindah pusat di daerah secara tidak langsung juga menyebarkan kebudayaan di Malaka,
termasuk Agama Islam yang ada di Malaka. Munculnya pusat-pusat perdagangan Nusantara
disebabkan adanya kemampuan sebagai tempat berikut ini: Pemberi bekal untuk berlayar dari
suatu tempat ke tempat lain. Pemberi tempat istirahat bagi kapal-kapal yang singgah di
Nusantara.
Pedagang-pedagang Islam yang konflik dengan pedagang- pedagang Portugis menyingkir ke
Aceh, Banten, dan Makasar. Mereka tetap melakukan perdagangan dan pelayaran dengan
pedagang-pedagang luar. Karena jalur melalui Selat Malaka sudah dikuasai Portugis, maka
mereka membuka jalur perdagangan baru melalui sepanjang Pantai Barat Sumatera. Pedagang-
pedagang Islam berangkat dari bandar Banten lalu masuk selat Sunda terus berlayar ke luar
melalui pantai barat Jaringan perdagangan dan pelayaran antar pulau di Indonesia sebenarnya
telah dimulai sejak abad pertama Masehi. Namun, Baru berkembang pesat setelah pusat per-
dagangan di Indonesia sudah tidak terpusat di Malaka. Dari hal tersebut dapat ditarik kesim-
pulan bahwa hubungan Islam dengan perdagangan mencakup penyebaran Islam melalui jalur
perdagangan antar pulau di Indonesia.

D. Akulturasi dan Perkembangan budaya Islam


Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Sebelum Islam
masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh
agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akul-
turasi kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi yang mela-
hirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Hasil proses akulturasi antara
kebudayaan praIslam dengan ketika Islam masuk tidak hanya berbentuk fisik kebendaan seperti
seni bangunan, seni ukir atau pahat, dan karya sastra tetapi juga menyangkut pola hidup dan
kebudayaan non fisik lainnya.
Beberapa contoh bentuk akulturasi akan ditunjukkan pada paparan berikut.
1. Seni Bangunan
Seni dan arsitektur bangunan Islam di Indonesia sangat unik, menarik dan akulturatif. Seni
bangunan yang menonjol di zaman perkembangan Islam ini terutama masjid, menara serta
makam.
a. Masjid dan Menara
Dalam seni bangunan di zaman perkembangan Islam, nampak ada perpaduan antara
unsur Islam dengan kebudayaan praIslam yang telah ada sebelumnya. Beberapa contoh
seni bangunan Islam yang menonjol adalah masjid yang berfungsi sebagai tempat
beribadah bagi orang Islam.
Bangunan masjid-masjid kuno di Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil
dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan
biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya
yang disebut dengan Mustaka.
 Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar
Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug
untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan
budaya asli Indonesia.
 Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan
didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.

2. Seni Ukir
Pada masa perkembangan Islam di zaman madya, berkembang ajaran bahwa seni ukir, pa-
tung, dan melukis makhluk hidup, apalagi manusia secara nyata, tidak diperbolehkan
sehingga perkembangan seni patung kurang berkembang. Sesudah zaman madya, seni
patung berkembang seperti yang dapat kita saksikan sekarang ini.
Namun, seni pahat atau seni ukir terus berkembang dalam bentuk seni hias dan seni ukir
dengan motif daun-daunan dan bunga-bungaan seperti yang telah dikembangkan sebelum-
nya. Kemudian juga ditambah seni hias dengan huruf Arab (kaligrafi). Bahkan muncul
kreasi baru, yaitu kalau terpaksa ingin melukiskan makluk hidup, akan disamar dengan
berbagai hiasan, sehingga tidak lagi jelas-jelas berwujud binatang atau manusia.
Banyak sekali bangunan-bangunan Islam yang dihiasi dengan berbagai motif ukir-ukiran.
Misalnya, ukir-ukiran pada pintu atau tiang pada bangunan keraton ataupun masjid, pada
gapura atau pintu gerbang. Dikembangkan juga seni hias atau seni ukir dengan bentuk
tulisan Arab yang dicampur dengan ragam hias yang lain. Bahkan ada seni kaligrafi yang
membentuk orang, binatang, atau wayang.

3. Aksara dan Seni Sastra


Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau
tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab
Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai
untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti
lazimnya tulisan Arab. Seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni
sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu-Budha dan sastra Islam. Wujud
akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/ aksara yang dipergunakan yaitu
menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil
hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu. Bentuk seni sastra yang berkembang
antara lain sebagai berikut :
 Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hi-
kayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang
terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima
(Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
 Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah
contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
 Syair berasal dari perkataan Arab untuk menamakan karya sastra berupa sajak-sajak yang
terdiri atas empat baris setiap baitnya. Contoh syair sangat tua adalah syair yang tertulis
pada batu nisan makam putri Pasai di Minye Tujoh.
 Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa,
Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.

4. Kesenian
Di Indonesia, Islam menghasilkan kesenian bernafas Islam yang bertujuan untuk menye-
barkan ajaran Islam. Kesenian tersebut, misalnya sebagai berikut:
 Permainan debus, tarian ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat dalam Al Quran dan
salawat nabi. Tarian ini terdapat di Banten dan Minangkabau.
 Seudati berasal dan kata syaidati yang artinya permainan orang-orang besar. Seudati
sering disebut saman artinya delapan. Para pemain menyanyikan lagu yang isinya antara
lain salawat nabi
 Wayang, termasuk wayang kulit. Pertunjukan wayang sudah berkembang sejak zaman
Hindu, akan tetapi, pada zaman Islam terus dikembangkan. Kemudian berdasarkan cerita
Amir Hamzah dikembangkan pertunjukan wayang golek.
5. Sistem Pemerintahan
Sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu
Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha
mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya. Sistem pemerintahan yang
bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila
rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara
Islam.

6. Sistem Kalender
Menjelang tahun ketiga pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, beliau berusaha
membenahi kalender Islam. Perhitungan tahun yang dipakai atas dasar peredaran bulan
(komariyah). Umar menetapkan tahun 1 H bertepatan dengan tanggal 14 September 622 M,
sehingga sekarang kita mengenal tahun Hijriyah.
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender
Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-
nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon.
Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa,
dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti
Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama
hari tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada
kalender saka juga dipergunakan. Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro
1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.

E. Kerajaaan-Kerajaan Islam di Indonesia


1. Kerajaan Samudera Pasai
Pada abad ke 13 M berdidirlah Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan
Malik Al Saleh. Letak kerajaan Samudera Pasai sendiri berada di Aceh Utara tepatnya di
kabupaten Lhokseumawe. Pada tahun 1326 ketika Kerajaan Samudera Pasai dipimpin oleh
Sultan Malik Al Tahir, diberlakukanlah koin emas sebagai mata uang kerajaan Samudera
Pasai. Jejak sejarah dari Kerajaan Samudera Pasai terdiri dari berbagai macam benda.
Peninggalan tersebut adalah Cakra Donya , Naskah Surat Sultan Zainal Abidin , Ma-
kam Sultan Malik al Saleh, Makam Zain al-Abidin Malik az-Zahir, stempel Kerajaan
Samudra Pasai, Makam Ratu Al-Aqla.

2. Kerajaan Aceh Darusaalam


Kerajaan ini berdiri pada tahun 1514 yang dipimpin oleh Sultan Ibrahim. Beliau merupakan
raja pertama Kerajaan Aceh Darusalam yang memimpin selama 10 tahun. Kerajaan ini
terletak di daerah yang sekarang disebut dengan nama Aceh Besar. Kerajaan Aceh berjaya
pada tahun 1607-1636 dibawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Salah satu
peninggalan paling terkenal yang ditinggalkan oleh Kerajaan Aceh Darussalam adalah
Masjid Raya Baiturrahman. Peninggalan lainnya berupa Benteng Indrapatra, Gunongan,
Makam Sultan Iskandar Muda, Mariam Kerajaan Aceh Darussalam, dan uang emas
Kerajaan Aceh Darussalam.

3. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan Kerajaan Islam pertama pulau Jawa yang berdiri pada tahun
1478 yang dipimpin oleh Raden Patah. Tahun 1507 Raden Patah digantikan oleh putranya
yakni Pati Unus yang mendapat julukan sebagai Pangeran Sabrang Lor. Julukan tersebut
diberikan karena keberaniannya melawan Portugis di Malaka. Kerajaan Demak meninggal-
kan berbagai benda peninggalan prasejarah. Peninggalan bersejarah tersebut ialah yaitu
Masjid Agung Demak, Pintu Bledek, Soko Tatal dan Soko Guru, Bedug, Kentongan, Situs
Kolam Wudhu, Makrusah, Dampar Kencana, Piring Campa.

4. Kerajaan Islam Pajang


Didirikan oleh sosok yang namanya cukup familiar yakni Jaka Tingkir atau Sultan Adi
Wijaya pada tahun 1568. Setelah kematiannya pada tahun 1582, ditunjuklah putranya yang
bernama Pangeran Benowo untuk menggantikannya. Hingga kehancuran pun terjadi saat
Pengeran Benowo menyerahkan tahta kepada saudara angkatnya yang bernama Sutowijoyo.
Kerajaaan Pajang juga menyisakan peninggalan sebagai jejak sejarah. Peninggalan tersebut
berupa Masjid Laweyan, Makam para bangsawan, Bandar Kabanaran, Pasar Lweyan, dan
Kesenian batik.

5. Kerajaan Islam Mataram


Didirikan oleh Sutowijoyo pada tahun 1586. Kerajaan ini terletak di Kotagede, sebelah
tenggara Kota Yogyakarta. Setelah wafatnya Sutowijoyo pada tahun 1601, dipilihlah Mas
Jolang atau Panembahan Seda ing Krapyak. Kerajaan Islam Mataram mengalami masa
kejayaan pada masa pemeritahan Mas Rangsang atau Sultan Agung.

6. Kerajaan Islam Cirebon


Kerajaan Islam Cirebon berdiri pada tahun 1522 oleh Raden Fatahillah. Pada masa kepe-
mimpinanya kerajaan mengalami masa kejayaan. Setelah wafatnya Raden Fatahilllah pada
tahun 1570, dipilihlan Pangeran Pasarean putranya untuk memimpin. Pada masa kepemim-
pinannya Kerajaan Islam dibagi menjadi dua yakni Kasepuhan dan Kanoman.

7. Kerajaan Islam Banten


Didirikan oleh Hasanuddin pada tahun 1552 di Banten. Pada masa kepemimpinannya
Kerajaan Banten mengalami masa kejayaan. Setelah Hasanuddin wafat kemudian digantikan
oleh putranya yang bernama Pangeran Yusuf. Kemunduran Kerajaan Banten terjadi pada
masa kepemimpinan Sultan Abdul Muffakir.

8. Kerajaan Islam Banjar


Kerajaan Islam Banjar didirikan oleh Raden Samudra pada tahun 1520. Letak Kerajaan ini
ialah di provinsi Kalimantan. Di Kerajaan Islam Banjar terdapat tokoh ulama yang sangat
termashur yang bernama Syeh Muhammad Arsyad al-Banjari. Setelah wafatnya Raden
samudra, tahta Kerajaan pun digantikan oleh Sultan Rahmatullah (1545-1570).

9. Kerajaan Sukadana atau Tanjung Pura


Kerajaan Tanjungpura dipimpin pertama kali oleh Sultan Muhammad Zainuddin dari tahun
1665 hingga 1724. Sedangkan Gusti Kesuma Matan atau Giri Mustika atau Sultan Muham-
mad Syaifuddin/Raden Saradipa/Saradewa merupakan raja terakhir yang memimpin Kera-
jaan Islam Sukadana atau Tanjungpura. Kerajaan Sukadana pun hanya meninggalkan satu
peninggalan sejarah. Kerajaan Islam Sukadana atau Tanjungpura meninggalkan Negeri
Batu. Negeri Batu sendiri merupakan makam tua di kota yang pernah ditempati Kerajaan
Sukadana.

10. Kerajaan Islam Ternate


Kerajaan Islam Ternate didirikan oleh Sultan Marhum. Keberadaan Kerajaan ini adalah di
Maluku Utara. Di Maluku sendiri terdapat 4 Kerajaan yaitu Ternate, Tidore, Obi, dan Bacan.
Dari keempat Kerajaan tersebut Ternate dan Tidore merupakan Kerajaan yang berkembang
cepet karena sumber rempah-rempah yang sangat besar.
Banyak para saudagar yang datang untuk melakukan perdagangan di Kerajaan Ternate, dan
selain bertransaksi perdagangan mereka juga menyebarkan agama islam. Setelah Sultan
Mahrum wafat digantikan oleh Sultan Harun. Sultan Harun kemudian digantikan oleh
putranya yang bernama Sultan Baabullah.
Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya.
Sultan Baabulah kemudian meninggal pada tahun 1583. Tampu kekuasaan kemudian
digantikan putanya yang bernama Sahid Barkat. Kerajaan Ternate mengalami kemunduran
karena tidak mampu melawan Spanyol dan VOC.
Peninggalan bersejarah Kerajaan Islam Ternate terdiri dari berbagai macam bangunan dan
senjata. Peninggalan berupa bangunan adalah Istana Sultan Ternate, Masjid Jami Sultan
Ternate, Makam Tua, tempat berdoa, singgasana. Selain itu yaitu tombak, pedang, senapan,
tameng serta tulisan Raja dalam bahasa Arab.

11. Kerajaan Islam Tidore


Berdiri pada tahun 1801 yang dipimpin oleh raja Muhammad Naqil. Kerajaan Islam Tidore
terletak di sebelah selatan Kerajaan Ternate Agama islam menjadi agama resmi Kerajaan
Tidore dan disahkan oleh raja Tidore ke-11 yaitu Sultan Djamalludin berkat dakwah dari
Syekh Mansur dari Arab.
Kerajaan Tidore menjadi pusat perdagangan karena banyaknya bangsa Eropa yang
melakukan transaksi perdagangan. Bangsa tersebut seperti Spanyol, Portugis dan
Belanda. Kerajaan Islam Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Nuku (1780-1805 M). Kerajaan islam Tidore banyak meninggalkan peninggalan berupa
makanan tradisional. Makanan tersebut adalah Lapis Tidore, Kue Bilolo, Kue Kale-kale,
Kue Abu, Popeda. Selain makanan, terdapat juga peninggalan berupa Benteng Torre dan
Tahula serta Istana Kie.

l2. Kerajaaan Islam Makassar


Terdapat beberapa Kerajaan yang berada di Sulawesi Selatan yaitu Kerajaan Gowa, Bone,
Waju, Luwu, Tallo, dan Soppeng. Diantara kerajan tersebut yang berkembang sangat pesat
hanya Kerajaan Gowa dan Tallo saja. Hal tersebut dikarenakan letak Gowa dan Tallo yang
berada ditengah jalur pelayaran yang strategis. Oleh karena itu raja kedua Kerajaan maju itu
memutuskan untuk bergabung dan mendirikan Kerajaan Islam Makassar dengan raja
pertamanya adalah Sultan Alauddin. Peninggalan bersejarah Kerajaan Islam Makassar
banyak berupa bangunan serta kompleks pemakaman. Peninggalan tersebut adalah Benteng
Ford Ratterdam, Batu Pallantikang, Masjid Katangka, Kompleks Makam Katangka, Makam
Syekh Yusuf.

Anda mungkin juga menyukai