Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia
Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia
Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia
2. Seni Ukir
Pada masa perkembangan Islam di zaman madya, berkembang ajaran bahwa seni ukir, pa-
tung, dan melukis makhluk hidup, apalagi manusia secara nyata, tidak diperbolehkan
sehingga perkembangan seni patung kurang berkembang. Sesudah zaman madya, seni
patung berkembang seperti yang dapat kita saksikan sekarang ini.
Namun, seni pahat atau seni ukir terus berkembang dalam bentuk seni hias dan seni ukir
dengan motif daun-daunan dan bunga-bungaan seperti yang telah dikembangkan sebelum-
nya. Kemudian juga ditambah seni hias dengan huruf Arab (kaligrafi). Bahkan muncul
kreasi baru, yaitu kalau terpaksa ingin melukiskan makluk hidup, akan disamar dengan
berbagai hiasan, sehingga tidak lagi jelas-jelas berwujud binatang atau manusia.
Banyak sekali bangunan-bangunan Islam yang dihiasi dengan berbagai motif ukir-ukiran.
Misalnya, ukir-ukiran pada pintu atau tiang pada bangunan keraton ataupun masjid, pada
gapura atau pintu gerbang. Dikembangkan juga seni hias atau seni ukir dengan bentuk
tulisan Arab yang dicampur dengan ragam hias yang lain. Bahkan ada seni kaligrafi yang
membentuk orang, binatang, atau wayang.
4. Kesenian
Di Indonesia, Islam menghasilkan kesenian bernafas Islam yang bertujuan untuk menye-
barkan ajaran Islam. Kesenian tersebut, misalnya sebagai berikut:
Permainan debus, tarian ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat dalam Al Quran dan
salawat nabi. Tarian ini terdapat di Banten dan Minangkabau.
Seudati berasal dan kata syaidati yang artinya permainan orang-orang besar. Seudati
sering disebut saman artinya delapan. Para pemain menyanyikan lagu yang isinya antara
lain salawat nabi
Wayang, termasuk wayang kulit. Pertunjukan wayang sudah berkembang sejak zaman
Hindu, akan tetapi, pada zaman Islam terus dikembangkan. Kemudian berdasarkan cerita
Amir Hamzah dikembangkan pertunjukan wayang golek.
5. Sistem Pemerintahan
Sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu
Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha
mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya. Sistem pemerintahan yang
bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila
rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara
Islam.
6. Sistem Kalender
Menjelang tahun ketiga pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, beliau berusaha
membenahi kalender Islam. Perhitungan tahun yang dipakai atas dasar peredaran bulan
(komariyah). Umar menetapkan tahun 1 H bertepatan dengan tanggal 14 September 622 M,
sehingga sekarang kita mengenal tahun Hijriyah.
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender
Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-
nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon.
Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa,
dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti
Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama
hari tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada
kalender saka juga dipergunakan. Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro
1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.
3. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan Kerajaan Islam pertama pulau Jawa yang berdiri pada tahun
1478 yang dipimpin oleh Raden Patah. Tahun 1507 Raden Patah digantikan oleh putranya
yakni Pati Unus yang mendapat julukan sebagai Pangeran Sabrang Lor. Julukan tersebut
diberikan karena keberaniannya melawan Portugis di Malaka. Kerajaan Demak meninggal-
kan berbagai benda peninggalan prasejarah. Peninggalan bersejarah tersebut ialah yaitu
Masjid Agung Demak, Pintu Bledek, Soko Tatal dan Soko Guru, Bedug, Kentongan, Situs
Kolam Wudhu, Makrusah, Dampar Kencana, Piring Campa.