Anda di halaman 1dari 6

Kerangka Kegiatan

Workshop
Evaluasi Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2009:
Capaian, Tantangan, dan Rencana Aksi untuk Optimalisasi Pemberdayaan
dan Perlindungan Perempuan di Aceh

Banda Aceh, 21 Agustus 2023

A. Latar Belakang
Isu pentingnya jaminan pemberdayaan dan perlindungan perempuan lebih dari empat dekade terakhir telah menjadi
salah satu isu global. Indonesia pun telah meratifikasi Konvensi CEDAW (The Convention on the Elimination of All
Forms of Discrimination against Women) atau Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
Perempuan melalui UU Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan. Sebagai negara yang meratifikasi CEDAW tersebut, maka Indonesia juga
berkewajiban untuk mengimplementasikan seluruh hak asasi perempuan seperti yang tercantum dalam konvensi ini
sekaligus berkewajiban untuk memberikan laporan secara berkala kepada Komite CEDAW atas perkembangan dan
kemajuan dari implementasi 16 (enam belas) pasal substantif yang tercantum dalam konvensi.
Bagaimana dengan Aceh? Merujuk UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dalam Pasal 231 ayat (1)
disebutkan Pemerintah, Pemerintah Aceh, dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta penduduk Aceh berkewajiban
memajukan dan melindungi hak-hak perempuan dan anak serta melakukan upaya pemberdayaan yang bermartabat.
Amanat ini kemudian dijabarkan dalam sejumlah Qanun Aceh seperti Qanun Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan dan Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2008 tentang Perlindungan Anak.
Terbaru, juga sudah hadir Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2019 tentang Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan
dan Anak. Jangan lupa, Aceh juga memiliki “Piagam Hak-Hak Perempuan di Aceh” yang ditandangani oleh lintas
pengambil kebijakan di Aceh pada 11 November 2008, jauh sebelum Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2009 ditetapkan.
Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2009 tersebut disahkan pada 12 Oktober 2009 dan kemudian diundangkan pada 14
Oktober 2009. Lahirnya Qanun Aceh tersebut menjadi sebuah regulasi lokal yang menjadi payung untuk urusan
pemberdayaan dan perlindungan perempuan di Aceh, sekaligus disebut-disebut sebagai qanun (baca: Perda) yang
menjadi pelopor di Indonesia. Qanun ini terdiri dari 10 BAB yang dijabarkan ke dalam 27 Pasal, mulai dari Pasal 1
yang berisikan ketentuan umum hingga Pasal 27 yang menjelaskan tanggal diundangkan dan perintah
pengundangannya. Menurut Dr. Rasyidin (2014) mengacu pada konsep Longwe, yang mengklasifikasikan materi dari
qanun ini dengan rincian sebagai berikut: 13.70% terkait kesejahteraan; 15.50% terkait akses; 6.80% terkait
penyadaran diri, 33 % terkait partisipasi; dan 31% terkait pengawasan.
Terlepas dari proporsi materi sebagaimana dikemukakan oleh Dr. Rasyidin (2014) di atas, hal mendasar harus menjadi
perhatian lintas pihak adalah bagaimana merefleksikan perubahan yang sudah wujud menjelang empat belas tahun
Qanun Aceh tersebut diberlakukan. Apa saja capaian yang telah memberikan dampak positif dalam agenda
pemberdayaan dan perlindungan perempuan di Aceh? Bagaimana jaminan pemenuhan hak-hak perempuan di Aceh
berlangsung, mulai dari pusat ibukota hingga gampong-gampong yang berada di tapal batas provinsi ini? Apa pula
hambatan dan tantangan ketika Qanun Aceh tersebut dijalankan oleh Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kab/Kota
khususnya? Dengan demikian, refleksi tersebut akan bermuara pada perlu tidaknya kebutuhan penguatan kebijakan
dengan penyesuaian pada permasalahan dan tantangan kekinian sehingga agenda percepatan pemenuhan hak-hak
perempuan secara subtantif dapat bergerak lebih cepat.
Dengan demikian, ruang diskusi multipihak ini menjadi penting untuk melihat kembali konteks materi Qanun Aceh
tersebut dalam ragam perspektif. Dalam konteks tersebut, PKBI Aceh bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (DPPPA) Aceh dengan dukungan APIJ2 mengambil inisiatif untuk memfasilitasi ruang reflektif
tersebut. Pertemuan multipihak ini akan dikemas dalam bentuk Workshop dengan tema “Evaluasi Qanun Aceh Nomor
6 Tahun 2009: Capaian, Tantangan, dan Rencana Aksi untuk Optimalisasi Pemberdayaan dan Perlindungan
Perempuan di Aceh”. Diharapkan, melalui agenda ini dapat menggali informasi dan gagasan baru yang relevan dengan
upaya memperkuat pembangunan urusan pemberdayaan dan perlindungan perempuan di Aceh.

B. Tujuan
1. Menggali pandangan lintas pemangku kepentingan terkait dengan dinamika pelaksanaan Qanun Aceh Nomor 6
Tahun 2009 tentang Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan. Pandangan dimaksud baik dari aspek capaian,
hambatan, maupun tantangannya baik di tingkat provinsi maupun kab/kota di Aceh;
2. Menggali pandangan para pihak terkait perkembangan kebijakan terutama di tingkat nasional dan isu-isu terkini di
tingkat lokal serta relevansi dengan kebutuhan operasionalnya yang berkaitan dengan agenda pemberdayaan dan
perlindungan perempuan di Aceh;
3. Mendiskusikan materi-materi baru yang perlu diatur dalam mendorong pembaharuan kebijakan melalui rencana
revisi Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2009; dan
4. Membangun kesepahaman dan dukungan lintas pemangku kepentingan dalam upaya memperkuat kebijakan
pemberdayaan dan perlindungan perempuan di Aceh.

C. Hasil yang Diharapkan


1. Terdokumentasikannya catatan kritis lintas pemangku kepentingan terkait dengan capaian, hambatan, dan
tantangan pelaksanaan Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan.
2. Teridentifikasikannya perkembangan kebijakan dan pemetaan isu-isu terkini serta relevansi dengan kebutuhan
pengaturan yang lebih komprehensif dalam upaya penguatan agenda pemberdayaan dan perlindungan
perempuan di Aceh;
3. Terpetakannya materi-materi baru sebagai baseline dalam mewacanakan perlunya revisi Qanun Aceh Nomor 6
Tahun 2009 berbasis data yang valid dan komprehensif; dan
4. Adanya rumusan rencana aksi bersama sebagai tindak lanjut lintas pemangku kepentingan dalam upaya
memperkuat kebijakan pemberdayaan dan perlindungan perempuan di Aceh, khususnya dalam memastikan revisi
Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2009 secara partisipatif.

D. Daftar Peserta
Kegiatan ini mengundang 40 peserta dari berbagai pemangku kepentingan dengan memperhatikan aspek
kewenangan dan komitmennya selama ini dalam mendorong agenda pemberdayaan dan perlindungan perempuan di
Aceh. Rincian peserta sebagai berikut:
No Peserta Jumlah
1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Aceh 1 orang
2 Biro Hukum Setda Aceh 1 orang
3 Dinas Pendidikan Aceh 1 orang
4 Dinas Kesehatan Aceh 1 orang
5 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong Aceh 1 orang
6 Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh 4 orang
7 UPTD PPA Aceh 1 orang
8 Dinas Syariat Islam Aceh 1 orang
9 Baitul Mal Aceh 1 orang
10 RJWG 1 orang
11 Balai Syura Ureung Inong Aceh 1 orang
12 Fatayat NU Aceh 1 orang
13 Aisyiah Aceh 1 orang
14 Flower Aceh 1 orang
15 LBH Banda Aceh 1 orang
16 Aceh Institute 1 orang
17 PSGA UNMUHA 1 orang
18 PSGA UIN Ar-Raniry 1 orang
19 ICAIOS 1 orang
20 HWDI Aceh 1 orang
21 Solidaritas Perempuan 1 orang
22 Katahati Institute 1 orang
23 Pulih 1 orang
24 AWPF 1 orang
25 HAKKA 1 orang
26 PKBI Aceh 3 orang
27 SeIA 3 orang
28 RPuK 3 orang
29 PRG USK 3 orang
Total 40 orang

E. Keynote Speech dan Narasumber


Wokshop ini akan diawali dengan paparan dari Pembicara Kunci (Keynote Speech) oleh Asisten Pemerintahan,
Keistimewaan Aceh dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Aceh dan kemudian dilanjutkan dengan paparan
narasumber sebagai berikut:

1. M. Rizal Falevi Kirani


Ketua Komisi V DPRA, membidangi Kesehatan dan Kesejahteraan

Tema: Catatan Parlemen atas Pelaksanaan Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pemberdayaan dan
Perlindungan Perempuan: Legislasi, Anggaran, dan Pengawasan”

2. Meutia Juliana, S.STP, M.Si


Plt. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh

Tema: Implementasi Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan:
Melihat Capaian, Hambatan dan Tantangannya”

3. Suraiya Kamaruzzaman, ST, L. LM, M.T


Akademisi USK

Tema: Catatan Kritis atas Materi Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pemberdayaan dan Perlindungan
Perempuan: Apa yang Kurang dan Apa yang Harus Diperkuat dalam Proses Revisi Qanun”

F. Fasilitator dan Moderator


Agenda ini akan difasilitasi oleh Firdaus D.Nyak Idin dan Khairil Akbar sebagai Moderator.

G. Susunan Acara
Terlampir
H. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Senin, 21 Agustus 2023
Pukul : 08.30 – 16.00 WIB
Tempat : Hotel Permata Hati – Jl. Sultan Iskandar Muda No. 217 Blang Oi, Banda Aceh.

I. Penutup
Demikian kerangka acuan kegiatan ini disusun sebagai rujukan dalam pelaksanan workshop ini sekaligus diharapkan
menjadi informasi bagi para pihak yang akan terlibat didalamnya. Atas dukungan dan partisipasinya, kami ucapkan
terima kasih.

Untuk informasi:

❖ kebutuhan informasi lanjutan, dapat menghubungi penyelenggara melalui sdri. Maulidar dengan nomor kontak HP.
085260058809.

❖ Untuk memperlajari materi Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pemberdayaan dan Perlindungan
Perempuan, dapat diperoleh dengan mengunduhnya pada link berikut ini: https://storage-
1.acehprov.go.id/index.php/s/eoGKtLf4uBuoc6O
Lampiran
Workshop
Evaluasi Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2009:
Capaian, Tantangan, dan Rencana Aksi untuk Optimalisasi Pemberdayaan
dan Perlindungan Perempuan di Aceh

Banda Aceh, 21 Agustus 2023

Waktu Agenda PIC

08.30-08.50 Registrasi Peserta Panitia

MC: Nadia
Opening Remarks: Workshop Evaluasi Qanun Aceh Nomor 6
08.50.09.00 Tahun 2009: Capaian, Tantangan, dan Rencana Aksi untuk
Optimalisasi Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan di Aceh

1. Pembacaan ayat suci Al-Quran Kautsar


09.00-09.30
2. Laporan dari Penyelenggara disampaikan oleh Direktur PKBI Eva Khovivah
Aceh

3. Sambutan dari DPPPA Aceh disampaikan oleh Plt. Kepala Meutia Juliana, S.STP, M.Si
Dinas PPPA Aceh

Keynote Speech dan Pembukaan Kegiatan Dr. M. Jafar, SH, M.Hum


dari Pemerintah Aceh disampaikan oleh Asisten Pemerintahan,
09.30-10.00 Keistimewaan Aceh dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Aceh

Tema: Komitmen dan Arah Kebijakan Pemerintah dalam


Memperkuat Pembangunan Urusan Pemberdayaan dan
Perlindungan Perempuan di Aceh

All
10.00-10.15 Break

Seminar: Evaluasi Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2009: Capaian, Moderator: Khairil Akbar
Tantangan, dan Rencana Aksi untuk Optimalisasi Pemberdayaan
dan Perlindungan Perempuan di Aceh

10.15-11.15 Paparan Narasumber:


1. Ketua Komisi V DPRA M. Rizal Falevi Kirani

2. Plt. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Meutia Juliana, S.STP, M.Si
Aceh
Suraiya Kamaruzzaman, S.T,
3. Akademisi USK
L.LM, M.T

11.15-12.30 Tanggapan Peserta dan Diskusi Dipandu Moderator

All
12.30-13.30 Ishoma

13.30-14.30 Diskusi Kelompok: Memperdalam hasil seminar dan menggali Fasilitator: Firdaus D. Nyak Idin
masukan untuk materi revisi Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2009

14.30-15.15 Diskusi Pleno: Paparan hasil Diskusi Kelompok Dipandu Fasilitator

15.15-15.30 Rencana Tindak Lanjut sebagai Rencana Aksi Bersama Dipandu Fasilitator

15.30-16.00 Penutupan Kegiatan DP3A

Anda mungkin juga menyukai