Instalasi Pengolahan Air (IPA) atau Water Treatment Plant (WTP) merupakan sistem atau
sarana yang mengolah air baku (influent) terkontaminasi agar menjadi air minum atau air bersih
yang dapat digunakan manusia. Kegiatan ini mengolah air dari kualitas air baku yang
terkontaminasi menjadi kualitas air yang diinginkan sesuai standar mutu air bersih yang telah
ditentukan. Pada umumnya, proses yang berlangsung pada IPA terdiri dari proses penambahan
dan pencampuran bahan koagulan dalam air (koagulasi), proses penggumpalan bahan-bahan
koloid (flokulasi), proses pengendapan (sedimentasi), dan proses penyaringan (filtrasi) (Utami &
Radityaningrum, 2021).
1.1.1 Intake
Bangunan intake adalah bangunan pengambil atau penangkap air dari sumber air. Pada bangunan
intake terdapat penyaring kasar (bar screen) yang berfungsi sebagai penyaring kotoran-kotoran
seperti kayu dan sampah yang terdapat dalam air. Intake harus diletakkan di lokasi yang mudah
dicapai agar dapat meunyuplai cukup air, dan dirancang sesuai kuantitas yang optimal. Tipe-tipe
bangunan intake yang banyak digunakan seperti tipe saluran yang biasanya digunakan untuk air
sungai yaitu tipe pintu (intake gate) dan tipe pengambilan air bakunya berasal dari danau,
Menurut Priambodo (2017), perancangan unit intake dapat dibuat menggunakan pipa fleksibel
dan ponton. Penggunaan pipa fleksibel dan ponton ini agar dapat dengan mudah mengatur
elevasi pipa penyadap dengan otomatis agar diperoleh kualitas air yang baik, juga memudahkan
sistem pengoperasiannya. Dirancangkan juga sumur pengumpul air sebagai tempat penyimpan
air sementara sebelum dialirkan ke unit proses selanjutnya. Sumur pengumpul dibuat dengan
melakukan perhitungan diameter, kedalaman dan debit (Rachmawati & Marsono, 2021).
Disediakan juga pompa intake dengan perhitungan head pompa sebagai berikut:
Hpompa = Hf + Hintake + HIPA + sisa tekan.......................................................(2.2)
1.1.2 Prasedimentasi
Prasedimentasi merupakan proses awal yang berfungsi sebagai penghilang padatan tersuspensi
penyebab kekeruhan melalui proses pengendapan tanpa penggunaan koagulan (tanpa proses
koagulasi-flokulasi), melainkan secara gravitasi. Nilai Reynolds (Nre) dan bilangan Froud (Nfr)
harus memenuhi syarat agar terjadi pengendapan yang ideal yaitu kondisi aliran laminer (Nre <
2000), dan (Nfr > 10-5) agar tidak terjadinya aliran pendek (Putri, 2013).
panjang (p), lebar (l), kedalaman (t), jumlah bak, suhu, kecepatan gravitasi, ukuran partikel,
waktu detensi dan lainnya. Melalui perhitungan yang dilakukan akan diperoleh spesifikasi unit
prasedimentasi yang tepat untuk pengolahan yang dibutuhkan (Rachmawati & Marsono, 2021).
1.1.3 Koagulasi
Proses koagulasi merupakan suatu proses penambahan senyawa kimia (koagulan) untuk
mendestabilisasikan koloid dan partikel-partikel yang tersuspensi di dalam air baku melalui
pengadukan cepat agar terbentuk gumpalan yang lebih besar. Bentuk alat pengaduk cepat dapat
bervariasi seperti rapid mixer, hidrolis (hydraulic jump atau terjunan) dan mekanis
(menggunakan batang pengaduk). Jenis dan dosis pembubuhan koagulan yang digunakan dalam
proses pengadukan dari bahan koagulan merupakan faktor penentu berhasil atau tidaknya suatu
proses koagulasi. Menurut Putri (2013), secara umum proses koagulasi dilakukan dengan tujuan
untuk:
1. Mengurangi kekeruhan yang disebabkan oleh partikel koloid anorganik maupun organik di
dalam air.
2. Mengurangi warna (menjadi lebih jernih) yang disebabkan oleh partikel koloid dalam air.
3. Mengurangi bakteri-bakteri patogen algae, dan organisme plankton lainnya dalam air.
4. Mengurangi bau dan rasa yang diakibatkan oleh partikel koloid dalam air.
Unit proses koagulasi pada umumnya direncanakan dengan koagulasi dalam pipa atau dikenal
dengan sistem koagulasi hidrolik. Koagulasi hidrolik memanfaatkan head pompa sehingga tidak
dibutuhkan jatuhan yang terlalu tinggi sehingga proses koagulasi menjadi lebih efektif. Menurut
penelitian yang dilakukan Priambodo (2017), direncanakan unit koagulasi dengan spesifikasi
sebagai berikut:
a. Debit : 6,5 liter/detik
b. Waktu detensi (td) : 20 detik
c. Diameter pipa : 100 mm
d. Tinggi pipa tegak :4m
Kemudian dilakukan perhitungan sebagai berikut:
a. Volume pipa injeksi = 0,063 m3
b. Td pipa injeksi = 3,7 detik
c. G koagulasi pipa =
√ gxh
v x td
= 3470/detik
1.1.4 Flokulasi
Proses pembentukan flok akan berjalan dengan baik jika pembubuhan koagulan sesuai dengan
dosis yang dibutuhkan. Flokulasi merupakan proses penggabungan antar partikel sehingga
menjadi partikel-partikel yang lebih besar (flok) sehingga lebih mudah mengendap secara
gravitasi. Bahan koagulan yang dipakai, pH dan lamanya pengadukan merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi proses berlangsungnya flokulasi. Salah satu pengadukan dalam proses
flokulasi adalah pengadukan berdasarkan energi yang ada dalam air itu sendiri. Pengadukan ini
dilakukan dengan sistem saluran atau bak dengan penyekat baik secara horizontal maupun
vertikal (Putri, 2013).
Unit proses flokulasi pada umumnya direncanakan dengan sistem hidrolik yang memanfaatkan
beda elevasi pada unit yang akan didesain. Penggunaan sistem hidrolik dikarenakan
operasionalnya yang mudah tanpa memerlukan energi tambahan. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Priambodo (2017), direncanakan 2 buah unit flokulasi yang berbentuk segi enam
√√
Q
Panjang sisi (S) = Hf x 2 g ...........................................................................(2.5)
K
1.1.5 Sedimentasi
Unit sedimentasi merupakan unit setelah proses koagulasi-flokulasi yang berfungsi untuk
memisahkan solid dan liquid dari suspensi untuk menghasilkan air yang lebih jernih melalui
pengendapan secara gravitasi. Unit berfungsi sebagai peringan beban kerja unit filter dan
memperpanjang lamanya kerja filter. Bak sedimentasi didesain untuk menghasilkan aliran up-
flow. Aliran up-flow mengalirkan air dari arah bawah ke atas ataupun berlawanan dengan arah
pengendapan yaitu dari atas ke bawah. Pada awal pemakaian bak sedimentasi pengendapan
kurang begitu efektif, perubahan terjadi setelah beberapa jam, pengendapan akan semakin
efektif. Hal ini terjadi karena belum terbentuknya selimut lumpur (sludge blanket). Jenis bak
sedimentasi terdiri dari dua jenis yaitu segi empat (rectangular tanks) dan lingkaran (circular
tanks). Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam desain bak sedimentasi adalah proses
pengolahan secara keseluruhan, sumber air baku (kekeruhan rendah, sedang, tinggi), kecepatan
pengendapan partikel, kondisi iklim, karakteristik geologi pada site plan (Putri, 2013).
Perancangan unit sedimentasi dilakukan dengan memenuhi beberapa data dengan melihat
kondisi eksisting. Unit sedimentasi yang dibuat harus sesuai dengan kebutuhan proses yang akan
berlangsung. Pada umumnya, data yang dibutuhkan untuk memenuhi kriteria desain adalah data
debit, panjang bak, lebar bak, tinggi bak, kemudian data lebar (w), tebal (t) dan jumlah (n) plate
settler, tinggi tegak (H), sudut kemiringan (α), serta diameter inlet (θ) (Gustinawati, 2018).
1.1.6 Filtrasi
Filtrasi berfungsi sebagai penyaring flok-flok halus dan partikel-partikel koloid yang masih
terdapat dalam air yang tidak terendapkan pada unit sedimentasi melalui media butiran yang
berpori. Filtrasi dikelompokkan menjadi dua yaitu saringan pasir cepat (filter bertekanan dan
filter terbuka) dan saringan pasir lambat. Setelah filter digunakan dalam jangka waktu tertentu,
filter akan mengalami penyumbatan, sehingga perlu dilakukan pembersihan. Pembersihan dapat
dilakukan melalui pencucian dengan udara dan pencucian dengan air (pencucian permukaan
filter dengan penyemprotan dan pencucian dengan backwash). Saringan pasir cepat (rapid sand
filter) digunakan untuk penyaringan dengan kecepatan 40 kali lebih besar dari pada saringan
pasir lambat. Karena proses penyaringannya besar maka dibutuhkan proses koagulasiflokulasi
terlebih dahulu untuk meringankan beban (kekeruhan) pada unit filter (Putri, 2013).
1.1.7 Desinfeksi
Desinfeksi air bersih berfungsi untuk menghilangkan bakteri patogen yang biasanya
menggunakan klorin dikenal dengan proses klorinasi. Keefektifan desinfektan dalam membunuh
dan menonaktifkan mikroorganisme berdasarkan pada tipe desinfektan yang digunakan, tipe
mikroorganisme, waktu kontak air dengan desinfektan, suhu air, dan karakteristik kimia air
lainnya (Putri, 2013).
Kaporit merupakan salah satu bahan kimia yang digunakan untuk proses desinfeksi. Pada unit
desinfeksi dosis kaporit harus ditentukan agar dapat merancang unit desinfeksi dengan kapasitas
yang sesuai. Penentuan dosis kaporit dilakukan dengan mengumpulkan data eksisting seperti
dosis khlor, kadar kaporit (%), konsentrasi larutan (%), kapasitas pengolahan, dan lama waktu
operasi (Gustinawati, 2018).
1.1.8 Reservoir
Reservoir adalah tangki penyimpanan air bersih yang telah melalui poses pengolahan pada
instalasi. Air yang telah mengalami proses pengolahan ini kemudian menuju ke sistem distribusi.
Reservoir terdiri dari dua jenis yaitu ground storage reservoir dan elevated storage reservoir.
digunakan untuk menampung air dengan kapasitas besar, sedangkan elevated storage reservoir
dalam pengoperasiannya dilakukan secara gravitasi dan menampung air dengan kapasitas relatif
lebih kecil dari ground storage reservoir. Kapasitas reservoir untuk kebutuhan air bersih
dihitung berdasarkan pemakaian dalam 24 jam. Reservoir tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan air bersih pelanggan, namun juga meliputi kebutuhan air untuk operasi instalasi dan
Pada bagian ini menjelaskan bahwa proses Water Treatment Plant berawal dari sumur kotor
yang disedot menggunakan pompa air dengan Daya 330 Watt. Selanjutnya air kotor dialirkan
dengan pipa menuju tandon 1. Air kotor yang berada di tandon 1 dialirkan melalui pipa dengan
mengandalkan sistem gravitasi. Pada tandon 2 air dialirkan menuju tandon 3 melalui pipa dan
pada tandon 2 terdapat pompa udara yang menimbulkan adanya gelembung udara. Setelah
sampai di tandon 3, sebagian air yang sudah difiltrasi dialirkan kembali menuju tandon 1
menggunakan pompa air 25-Watt dan akan sampai pada output pipa. Dan sebagiannya lagi
dialirkan menuju tandon 4. Dan pada tandon 4 terdapat pompa udara. Menurut Wiyono et al.
(2017), cara kerja yang terjadi pada sistem Water Treatment Plant ini adalah sebagai berikut:
Pada tangki pertama menggunakan sistem filter biocarb, yaitu sebuah Karbon aktif. Karbon aktif
merupakan sebuah material yang memiliki pori-pori sangat banyak dan luas. Pori-pori ini
berfungsi untuk menyerap setiap kontaminan melaluinya.
1.2.2 Karbon Aktif
Karbon aktif bekerja dengan cara penyerapan atau absorpsi. Bahan ini mampu mengambil
beberapa kandungan yang tidak baik dari air, bahkan dapat menjernihkan air yang keruh
sekaligus menghilangkan bau dari air tersebut.
Pada tandon ke-dua menggunakan biocarb sama seperti tangki pertama, tetapi pada drum kedua
ini ditambah aerasi yaitu gelembung-gelembung udara yang berguna untuk menghilangkan
senyawa kimia yang dapat mempengaruhi bau dan rasa pada air, seperti metana, hidrogen
sulfida, atau senyawa lain yang bersifat volatile atau menguap di air. lalu pada bagian bawah
pada tangki kedua ini dibuat dudukan biocarb agar terisi air yang telah terfilter dan dilanjutkan
ke tahap filter selanjutnya. Pada tandon ke-tiga terdapat pompa sirkulasi untuk menstransfer air
dari tangki 3 ke tangki 1 untuk proses filtrasi ulang.
Pada tandon keempat terdapat membran dan ultra carb. Membran ini memiliki struktur poripori
agar menyaring air yang kotor, ditengahnya ada sebuah saluran air untuk keluar sebagai filter
akhir. Pada membran dibuat frame agar membran terletak ditengah dan sebagai pembatas dari
komponen ultra carb dan bio carb.
Dalam aplikasinya, pompa sentrifugal digunakan sebagai suatu alat atau mesin untuk
memindahkan air melalui pipa dari suatu tempat ke tempat lainnya. Secara gambaran singkatnya,
pompa sentrifugal menggunakan tenaga mekanis untuk menghasilkan tenaga teknis. Sehingga air
akan terus menerus mengalir tanpa terhambat apapun. Pompa sentrifugal terdiri dari beberapa
bagian penting. Mulai dari rumah pompa yang terdiri dari stuffing box yang berfungsi untuk
mencegah kebocoran, packing yang digunakan untuk mengurangi kebocoran cairan dari pompa,
shaft yang diperlukan untuk meneruskan momen punter, shaft sleeve untuk melindungi poros
dari erosi dan korosi, serta vane yang merupakan jalur lewat cairan di impeller dan casing yang
merupakan pelindung bagian luar. Untuk komponen bagian dalam pompa sentrifugal, khusunya
impeller terdiri pula dari beberapa bagian. Impeller merupakan benda yang berguna untuk
mengubah energi dari mekanis menjadi kinetis di dalam pompa.
Efek fotovoltaik adalah fenomena mengubah energi matahari menjadi arus listrik. Sekarang ini,
besar panel komersial hanya mampu mencapai efisiensi sekitar 15%. Panel surya komersial
sangat jarang yang bisa melampaui efisiensi 20%. Modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel
surya yang dirangkai seri untuk memperbesar total daya output. Adapun bagian bagian panel
surya secara umum terdiri dari:
a. Substrat atau Metal Backing
Bagian dari panel surya ini berupa material yang menopang seluruh komponen panel surya.
b. Material Semi Konduktor
Material semikonduktor berfungsi menyerap cahaya dari sinar matahari.
c. Lapisan Anti Reflektif
Bagian panel surya ini berfungsi meminimalkan refleksi cahaya untuk mengoptimalkan
cahaya tersebut yang terserap oleh semikonduktor.
d. Enkapsulasi atau Cover Glass
Bagian luar yang berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi bagian bagian panel surya
dari hujan atau kotoran.
1.2.7 Inventer
Solar inverter adalah salah satu komponen produk yang digunakan dalam sistem pembangkit
listrik tenaga surya. Solar inverter ini berfungsi untuk merubah arus DC yang diproduksi panel
surya menjadi arus AC, sehingga dapat dialirkan ke jaringan listrik PLN kembali atau digunakan
langsung oleh pengguna. Solar inverter yang digunakan dalam sistem PLTS adalah produk
dengan spesifikasi khusus. Komponen produk ini memiliki kemampuan untuk Beradaptasi
dengan naik turunnya tegangan panel surya (inverter seperti yang dimiliki SMA mampu
berfungsi hingga tegangan turun 40% dari tegangan optimal yang dihasilkan). Memiliki
kemampuan memaksimalkan kapasitas produksi daya PLTS. Khusus untuk inverter grid tie,
harus memiliki kemampuan anti-islanding (yaitu pengaman otomatis untuk menjaga agar tidak
ada arus yang dihasilkan jika jaringan listrik utama tiba-tiba mati). Sederhananya, suatu power
inverter yang dapat mengubah arus listrik DC ke arus listrik AC ini hanya terdiri dari rangkaian
isolator, rangkaian saklar (switch) dan juga current transfomers (CT).