Anda di halaman 1dari 21

Implementasi dan Evaluasi

promosi kesehatan pada askep individu,keluarga dan kelompok


Dosen Pengampu Bapak NS.Dedek Saiful Kohir, S.kep.,M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 14

Lia Yuliyanti. : 2214401013


Ahmad Nur Fadilla : 2224401031
Anisa fitrii : 2214401036

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat Nya kami dapat
menyelesaikan Tugas Kelompok Promosi Kesehatan yang berjudul “Implementasi dan Evaluasi
promosi kesehatan pada askep individu,keluarga dan kelompok ”. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas Pendidikan Budaya Anti Korupsi dengan dosen pengampu Bapak NS.Dedek
Saiful Kohir, S.kep.,M.Kes

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bandar Lampung, 17 juli 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................4

A. Latar belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................5

A. Implementasi promosi kesehatan pada askep individu keluarga dan kelompok...................5


B. Eveluasi promosi kesehatan pada askep individu keluarga dan kelompok.........................13

BAB III PENUTUP...................................................................................................................20

A. Kesimpulan......................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Piagam Ottawa, Promosi Kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan
orang untuk meningkatkan kendali (control) atas kesehatannya, dan meningkatkan status
kesehatan mereka (Health Promotion is the process of enabling people to increase
control, and to improve, their health). Untuk Mencapai status kesehatan paripurna baik,
fisik, mental dan kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan dan mengubah atau
mengantisipasi lingkungan.
Kesehatan sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup
Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber sosial
dan personal, sebagaimana halnya kapasitas fisik. Oleh karena itu, promosi kesehatan
bukan saja tanggung jawab sektor kesehatan tapi juga meliputi sektor-sektor lain yang
mempengaruhi gaya hidup sehat dan kesejahteraan sosial, serta diperlukan adanya
monitoring dan evaluasi setiap kegiatan yang berlangsung supaya dapat memberikan
informasi atau peringatan secara dini terhadap masalah atau kendala yang dihadapi.
Untuk itu, pada Perkuliahan kali ini akan membahas tentang Implementasi dan Evaluasi
di dalam Promosi Kesehatan,

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi Implementasi promosi kesehatan pada askep individu
keluarga dan kelompok?
2. Eveluasi promosi kesehatan pada askep individu keluarga dan kelompok?

C. Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana implementasi Implementasi promosi kesehatan pada askep
individu keluarga dan kelompok
2. Mengetahui Eveluasi promosi kesehatan pada askep individu keluarga dan kelompok
BAB II

PEMBAHASAN

A. Implementasi promosi kesehatan pendidikan kesehatan pada askep individu


keluarga dan kelompok

Implementasi Pendidikan kesehatan klien Menurut Machfoedz, 2006 langkah-langkah


pelaksanaan pendidikan kesehatan berlangsung berdasarkan urutan:

1) Perencanaan, adalah suatu hal yang amat penting sukses tidaknya suatu langkah kegiatan
sangat tergantung bagus dan tidaknya program. Langkahlangkah pembuatan perencanaan
adalah :
a) Pengumpulan data, mengolah, menyajikan, serta menginter-pretasikan demikian rupa
sehingga menjadi jelas. Data yang diperlukan disini adalah pertama data yang
memberikan gambaran tentang masalah kesehatan. Kedua adalah data yang memberi
gambaran mengenai organisasi pelaksana. Data yang dapat memberikan gambaran
masalah kesehatan seperti halnya:
 Data geografis, yakni luas wilayah, batas wilayah, keadaan iklim, keadaan tanah,
mengenai sungai, danau, gunung, dan sebagainya.
 Data pemerintah, yakni struktur pemerintahan, personalia dan hak serta kewajibannya.
 Data penduduk, misalnya jumlah penyebaran, jenis kelamin, angka kelahiran, angka
kesuburan, angka kematian, angka harapan hidup. Ini penting untuk mengukur bentuk
penyakit dan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kesehatan.
 Data mata pencaharian dan pendapatan, misalnya pekerjaan, tingkat penghasilan dan
pengeluaran.
 Data sosial budaya, seperti kebiasaan hidup, norma, pendangan masyarakat, anjuran dan
pantangan.
 Data pendidikan, yakni tingkat pendidikan, sarana pendidikan yang ada.
 Data status kesehatan, lingkungan dan kegiatan sarana kesehatan, seperti angka kematian,
angka kematian bayi, angka kematian ibu, dan lain-lain.
b) Menetapkan prioritas masalah kesehatan yang perlu segera ditanggulangi. Yang sering
dilakukan adalah pertama menggunakan scoring, 116 diantaranya menggunakan
parameter seperti berat ringannya masalah, jumlah masyarakat yang terkena, kenaikan
angka penyakit, rasa prihatin masyarakat terhadap masalah, sumber yang tersedia. Yang
kedua menggunakan nomincal group technique (nonscoring). Menggunakan delphi
technique maksudnya permasalahan diperoleh dari kesepakatan dari sekelompok orang
yang sama keahliannya untuk masalah yang sedang dibicarakan. Delbeg technique
maksudnya pemasalahan ditentukan oleh sekelompok masyarakat yang tidak sama
pengetahuannya tentang pokok persoalan yang dibicarakan tapi sebelumnya dijelaskan
dulu tentang masalah yang sedang dibicarakan.
c) Rencana kerja, ialah menetapkan berbagai cara jalan keluar, langkahlangkah apa dan
bagaimana untuk mengatasi prioritas masalah tersebut. Rencana kerja harus tercantum
antara lain: tujuan pendidikan kesehatan yang ingin dicapai, metode pendidikan
kesehatan yang akan digunakan, materi pendidikan kesehatan yang akan disampaikan.
d) Menyusun rencana terpadu atau memadukan rencana pendidikan kesehatan dengan
seluruh program kerja yang akan dilakukan.

2) Penilaian, yang harus dicantumkan adalah:


a) Penetapan tujuan penilaian, perilaku kesehatan sejauh mana yang akan dinilai sebagai
hasil perubahan perilaku sehat yang dikehendaki.
b) Penetapan waktu melakukan penilaian, dilaksanakan saat kapan program sedang berjalan
bila ada kekurangan segera dapat diperbaharui ini disebut penilaian promotif. Penilaian
sumatif yakni dilaksanakan setelah waktu program berakhir.
c) Penetapan instrumen yang digunakan untuk penilaian bisa berupa wawancara,
pemeriksaan terhadap instrumen yang diguunakan, pengamatan dan peran serta.
d) Menetapkan cara menarik kesimpulan dari hasil yang dicapai.
e) Penetapan ruang lingkup yang akan dinilai.
f) Penetapan ukuran yang dicapai dalam menetapkan hasil program.
1) Implementasi promosi kesehatan pendidikan kesehatan pada askep keluarga
a. Pendahuluan
Implementasi merupakan proses integrasi dari perencanaan keperawatan (Pusa et
al., 2021). Implementasi keperawatan keluarga menggunakan pendekatan pemberdayaan
dalam meningkatkan kesehatan keluarga. Pemberdayaan keluarga difasilitasi oleh
perawat sedangkan keluarga lebih berperan aktif dalam menentukan masalah,
penyelesaian masalah, hingga mencapai kesehatan sesuai harapan keluarga (Rowe
Kaakinen, 2010). Selama melakukan implementasi perawat diharapkan
mengumpulkan/mencatat perubahan/respon yang terjadi, karena saat implementasi
kemungkinan muncul kendala yang membutuhkan intervensi tambahan/pengganti.
Implementasi keperawatan keluarga melakukan berbagai upaya seperti promosi
kesehatan, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan anggota keluarga dan keluarga
(Kholifah and Widagdo, 2016).
Implementasi pada keperawatan keluarga merupakan bentuk pelaksanaan dari rencana
intervensi yang telah disusun, meliputi hal-hal berikut:
 Tindakan keperawatan secara langsung
 Tindakan yang bersifat kolaboratif dan pengobatan-pengobatan dasar
 Tindakan observasional
 Tindakan promosi kesehatan

Implementasi yang diberikan dalam asuhan keperawatan keluarga harus berfokus


pada kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, meliputi:
 Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap masalah kesehatan yang sedang dialami
oleh anggota keluarganya. Adanya kesadaran mengenai masalah kesehatan yang
dialami tentu akan membuat keluarga lebih protect dengan anggota keluarganya
 Memberikan bantuan serta memotivasi keluarga untuk dapat mengambil keputusan
yang tepat dalam pemberian Tindakan/intervensi keperawatan untuk anggota
keluarganya, serta mendiskusikan terkait konsekuensi dari setiap Tindakan yang
dilakukan.
 Mempercayakan pada keluarga akan kemampuan dalam merawat anggota
keluarganya yang sakit dengan cara mengajarkan cara melakukan perawatan,
mengggunakan peralatan yang ada di rumah, dan memanfaatkan fasilitas yang
tersedia. Hal ini dilakukan agar keluarga dan lansia mandiri dalam melakukan
perawatan kesehatan. 4. Memberikan bantuan pada keluarga membuat lingkungan
menjadi lebih nyaman serta sehat untuk anggota keluarganya dan melakukan
perubahan yang seoptimal mungkin.

b. Konsep Implementasi Keperawatan Keluarga


Prinsip dasar dalam memberikan implementasi keperawatan keluarga adalah
keterlibatan keluarga untuk melakukan kegiatan sampai mencapai tujuan yang telah
disepakati bersama. Implementasi keperawatan keluarga dapat bergantung pada tingkat
fungsi keluarga/kemandirian keluarga, dan dapat dilakukan pada dua sasaran yaitu pada
individu dalam keluarga yang bermasalah dan keluarga/seluruh anggota
keluarga(Friedman et al., 2010).

Berikut ini strategi implementasi dalam keperawatan keluarga dengan sasaran individu
dalam keluarga:
1. Implementasi keperawatan anggota/individu keluarga
Implementasi yang dapat diberikan pada individu dalam keluarga yang memiliki
masalah adalah (Riasmini et al., 2017):
 Tindakan keperawatan secara langsung
 Tindakan kolaboratif dan kuratif dasar
 Tindakan observatif
 Tindakan promosi/pendidikan kesehatan

2. Implementasi keperawatan keluarga bagi seluruh anggota keluarga


Implementasi keperawatan yang ditujukan pada seluruh anggota keluarga adalah
(Kholifah and Widagdo, 2016; Riasmini et al., 2017):
 Meningkatkan kesadaran, informasi, dan kebutuhan tentang kesehatan. Tindakan
keperawatan adalah memberikan informasi-informasi terutama kesehatan dan
membantu keluarga untuk mengidentifikasi kebutuhan maupun harapan kesehatan.
 Memfasilitasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat. Tindakan
keperawatan adalah membantu keluarga untuk dapat mengidentifikasi akibat/hasil
apabila tidak dilakukan implementasi, mengidentifikasi sumber dalam keluarga, dan
mengidentifikasi akibat/hasil dari macam-macam tindakan.
 Memberikan keyakinan diri akan kemampuan merawat

c. Tahap kerja
Pada tahap kerja ini akan dibagi menjadi tiga implementasi keperawatan, yaitu mandiri,
kolaboratif, dan bergantung.
1. Implementasi mandiri
Implementasi yang dapat dilakukan oleh perawat yaitu:
 Melakukan pengumpulan data melalui wawancara/tanya-jawab untuk mengetahui
perkembangan/respon yang keluarga saat dilakukan implementasi
 Melakukan observasi dan pemeriksaan fisik, seperti tanda-tanda vital
 Melakukan implementasi terapeutik, seperti pencegahan/mengurangi keluhan d.
Melakukan implementasi edukasi
 Melakukan rujukan

2. Implementasi kolaboratif
Implementasi yang dapat dilakukan dalam implementasi kolaboratif, yaitu melakukan
kolaborasi pada tim medis lain seperti dokter, ahli gizi, apoteker, dan lainnya sesuai
dengan kebutuhan keluarga.
3. Implementasi bergantung Implementasi bergantung ini biasa dilakukan oleh perawat
atas instruksi dari tim medis lain, seperti contoh perawat mendapatkan instruksi dari
dokter untuk melakukan perawatan luka kanker.

d. Hambatan yang Mungkin Muncul dalam Implementasi Keperawatan Keluarga


Hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam melakukan implementasi keperawatan
keluarga adalah (Friedman et al., 2010):
1. Hambatan pada keluarga. Hambatan keluarga saat keluarga menunjukkan perilaku
apatis atau ketidakpedulian dalam merespon implementasi keperawatan.
Kemungkinan perilaku ini muncul karena adanya perbedaan nilai, sosio-ekonomi, dan
budaya keluarga. Selain itu, keluarga yang tidak dapat membuat dan mengambil
keputusan hingga perawat yang mengambil alih keputusan dalam keluarga. Keluarga
yang diambil alih perawat akan membuat keluarga sangat ketergantungan pada
perawat.
2. Hambatan pada perawat
Hambatan pada perawat ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Hambatan pertama: memaksakan ide/keputusan. Implementasi pada keluarga
diputuskan sendiri oleh perawat, sehingga kurang adanya pemberdayaan keluarga.
 Hambatan kedua: memberi penilaian negatif. Saat dilakukan implementasi yang
tidak sesuai dengan intervensi yang disusun, maka perawat memberikan penilaian
negatif sampai memandang intervensinya tidak efektif bagi keluarga asuhan.
 Hambatan ketiga: menekankan pada kelemahan atau masalah yang muncul.
Perawat kurang mengidentifikasi kekuatan dan sumber yang ada pada keluarga
atau situasi keluarga dalam menghadapi masalah yang lain.
 Hambatan keempat: kurang mempertimbangkan budaya dalam keluarga. Perawat
saat berpikir menyusun intervensi harus mengkaji juga bagaimana budaya yang
ada dalam keluarga agar implementasi dapat berjalan dengan baik.

e. Sasaran promosi kesehatan pada askep keluarga


 Promkes yg dilakukan kepada keluarga,yi: merupakan strategi implementasi
untuk melakukan askep keluarga (home care).
 Promkes keluarga dilakukan pada pelaksanaan askep keluarg kepada keluarga
beresiko masalah kesehatan, keluarga dengan masalah penyakit kronis, dan
keluarga beresiko mengalami masalah sesuai kebutuhan tugas perkembangan
keluarga.
 Oleh karena itu, rumusan kebutuhan promkes ditegakkan berdasarkan hasil
pengkajian askep keluarga.
 Promkes dilakukan sebagai metode pemecahan masalah ketidakmampuan
keluarga melakukan tugas perawatan keluarga terhadap anggota keluaganya yg
mengalami masalah kesehatan.

2) Implementasi promosi kesehatan pendidikan kesehatan pada askep kelompok


Fokus pada tahap implementasi adalah bagaimana mencapai sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Akan tetapi, hal yang sangat penting dalam
implementasi keperawatan kesehatan kelompok adalah melakukan berbagai tindakan
yang berupa promosi kesehatan, memelihara kesehatan/mengatasi kondisi tidak sehat,
mencegah penyakit dan dampak pemulihan. Pada tahap implementasi ini perawat tetap
fokus pada program yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Tahap implementasi
keperawatan kelompok memiliki beberapa strategi implementasi diantaranya proses
kelompok, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan kemitraan (Partnership)
implementasi yang dapat dilakukan pada saat keperawatan kelompok antara lain:

1. Promosi kesehatan: melakukan pendidikan/penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan


kelompok
2. Proses kelompok: memotivasi pembentukan dan pembimbing kelompok swabantu
atau peer Group
3. Pemberdayaan masyarakat memantau kegiatan kader kesehatan sesuai dengan jenis
kelompoknya
4. Kemitraan melakukan negosiasi/lobbying dan menjalin kerjasama dengan pihak
terkait (Dinas Kesehatan, Puskesmas Kelurahan, kecamatan) dalam melakukan
implementasi.

Sasaran promosi kesehatan kelompok:


 Dapat juga dilakukan kepada pengunjung RS/Puskesmas di ruang tunggu (saat
menunggu tibanya waktu besuk), di Poliklinik ketika sedang menunggu giliran
dokter melakukan pemeriksaan, di halaman RS/Puskesmas dsb.
 Sasaran kelompok dapat ditinjau dari sudut kesamaan penyakit yg dialami
klien,mis; Kelompok penderita DM, dsbb atau ditinjau dari sudut tumbuh
kembang, mis: Kelompok remaja, lansia dsb

3) Implementasi promosi kesehatan pendidikan kesehatan pada askep individu


Implementasi pada sasaran individu pada prinsipnya bertujuan ntuk menyelesaikan
masalah berdasarkan penyebabnya.
Menurut Notoatmojo (2007) dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat
individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang
telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu
yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap
imunisasi tetanus toxoid (TT) karena baru saja memperoleh mendengarkan penyuluhan
kesehatan. Bentuk pendekatan ini, antara lain:
1. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)
Dengan cara ini, kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang
dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan
dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut (mengubah perilaku).
2. Wawancara (interview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan penyuluhan. Wawancara
antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak
atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk
mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai
dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan
yang lebih mendalam lagi.
Promkes pada sasaran individu dapat dilakukan di rumah sakit dan puskesmas (rawat
inap), dilakukan ditempat tidur pasien rawat inap (bed side teaching). Media, metode dan
teknik diterapkan kepada sasaran individu.

B. Evaluasi promosi kesehatan pada askep individu keluarga dan kelompok


a) Konsep dasar evaluasi

Evaluasi adalah bagian integral (terpadu) dari proses manajemen, termasuk manajemen
promosi kesehatan. Mengapa orang melakukan evaluasi, tidak lain karena orang ingin
mengetahui apa yang telah dilakukan telah berjalan sesuai rencana, apakah semua masukan
yang diperkirakan sesuai dengan kebutuhan dana apakah kegiatan yang dilakukan memberi
hasil dan dampak yang seperti yang diharapkan.

Evaluasi sebagai suatu proses yang memungkinkan administrator mengetahui hasil


programnya dan berdasarkan itu mengadakan penyesuaian-penyesuaian untuk mencapai
tujuan secara efektif, (Klineberg). Dalam paparan ini, akan dipaparkan beberapa konsep
mengenal evaluasi yang selanjutnya akan dikaitkan dengan penerpaan promosi kesehatan.

Secara keseluruhan, evaluasi ini tidak terlepas dari perencanaan, dan juga merupakan
bagian dari, siklus administrasi, yang terdiri dari 3 fase, yaitu: perencanan, pelaksanaan dan
evaluasi. Berkenaan dengan perencanaan program promosi kesehatan, dimana secara rinci
direncanakan program yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada, sedangkan
pelaksanaan program promosi kesehatan adalah fase dimana perencanaan dilaksanakan,
Selama fase pelaksanaan, semua kesalahan sewaktu menyusun perencanaan akan terlihat.
Begitu juga dengan kekuatan dan kelemahan yang muncul selama fase pelaksanaan
merupakan refleksi dari proses perencanaan.

Sedangkan evaluasi sebagai fase berikutnya, merupakan fase dimana dilakukan


pengukuran hasil dari program promosi kesehatan. Pada fase ini dilihat apakah perencanaan
dan pelaksanaan program promosi kesehatan dapat dilanjutkan, dan juga sebagai alat bantu
untuk menyusun perencanaan selanjutnya.

Dengan perkataan lain, evaluasi program promosi kesehatan adalah kegiatan yang
dirancang untuk mengukur hasil dari program promosi kesehatan, baik pada aspek
pengetahuan, sikap, praktek atau performance maupun status kesehatan. Evaluasi bertujuan
untuk mengukur efisiensi dan efikasi dari program promosi kesehatan.

Efisiensi program promosi kesehatan diukur dari kesesuaian sumber daya yang telah
dialokasikan dengan tercapainyan tujuan. Sedangkan efikasi program promosi kesehatan
diukur dari perubahan yang terjadi apakah betul-betul disebabkan oleh program promosi
kesehatan yang dijalankan.

Fraenkel mengklasifikasi evaluasi menjadi 3, yaitu:

1. diagnostic evaluation, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu penilaian kebutuhan
atau identifikasi masalah;
2. formative evaluation, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program promosi
kesehatan sedang berlangsung, guna melihat efektivitas dari program, dan
3. summative evaluation, yaitu evaluasi yang dilakukan di akhir program, untuk melihat
apakah program masih akan dilanjutkan, dimodifikasi atau dihentikan.

Sedangkan Green mengklasifikasi evaluasi program promosi kesehatan menjadi:

1. evaluasi proses (process evaluation), yaitu evaluasi yang dilakukan selama program
promosi kesehatan sedang berlangsung, karena bertujuan untuk melakukan monitoring.
Evaluasi ini merupakan evaluasi yang paling sering dilakukan, karena mudah dan murah;
2. evaluasi dampak (impact evaluation), yaitu evaluasi yang juga dilakukan selama
program sedang berlangsung dan bertujuan untuk menilai perubahan pengetahuan, sikap
maupun praktek atau ketrampilan sasaran program. Jenis evaluasi ini lebih mahal, lebih
sulit dan lebih jarang dilakukan dibanding evaluasi proses.
3. evaluasi hasil (outcome evaluation), yaitu evaluasi yang dilakukan di akhir program,
karena bertujuan untuk mengukur perubahan status kesehatan, seperti morbiditas,
mortalitas, fertilitas, dan lain-lain serta kualitas hidup sasaran program promosi
kesehatan. Jenis evaluasi ini merupakan evaluasi yang paling bermanfaat tetapi paling
mahal dan sulit untuk menilai apakah perubahan betul-betul akibat program promosi
kesehatan yang dilakukan bukan karena program lain yang juga dilakukan.oleh sebab
itu,jenis evaluasi ini paling jarang dilakukan.

Stephen Isaac dan Willianm B.Michael (1981) mengemukakan 9 bentuk desain


evaluasi,yaitu:

1. historical,dengan merekontruksi kejadian dimasa lalu secara objektif dan tepat dikaitkan
dengan hipotesis atau asumsi.
2. Deskriptif, melakukan penjelasan secara sistematis suatu situasi atau hal yang menjadi
perhatian secara faktual dan tepat.
3. Studi perkembangan (developmental study), menyelidiki pola dan urutan perkembangan
atau perubahan menurut waktu.
4. Studi kasus atau lapangan (case atau field study), meneliti secara intensif latar belakang
status sekarang, dan interaksi lingkungan darisuatu unit sosial, baik perorangan,
kelompok, lembaga, atau masyarakat.
5. Studi korelasional (corelational study), meneliti sejauh mana variasi dari satu factor
berkaitan dengan variasi dari satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien tertentu.
6. Studi sebab akibat (causal comparative study), yang menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab akibat dengan mengamati berbagai konsekuensi yang ada dan
menggalinya kembali melalui data untuk faktor menjelaskan penyebabnya.
7. Eksperimen murni (true esperimental), yang menyelidiki kemungkinan hubungan
sebab-akibat dengan membuat satu kelompok percobaanatau lebih terpapar akan suatu
perlakuan atau kondisi danmembandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok
control yang tidak menerima perlakuan atau kondisi. Pemilihan kelompok kelompok
secara sembarang (random) sangat penting.
8. Eksperimen semu (quasi experimental), merupakan cara yangmendekati eksperimen,
tetapi di mana kontrol tidak ada dan manipulasitidak bias dilakukan.
9. Riset aksi (action research), bertujuan mengembangkan pengalaman baru melalui
aplikasi langsung di berbagai kesempatan.

Berdasarkan keseluruhan konsep mengenal evaluasi tersebut di atas, tampak bahwa yang
paling tepat untuk mengevaluasi program maupun promosi kesehatan terutama adalah
evaluasi yang bersifat terapan dibandingkan desain evaluasi yang bersifat eksperimen yang
diungkapkan terakhir.

1. Aspek-aspek Mendasar yang Harus Terkandung dalam Evaluasi

Hanya saja, hal yang menjadi kesamaan antara evaluasi terapan dan eksperimental
tersebut di atas adalah perlunya keakuratan data yang menjadi content (is) yang akan
dievaluasi, dan juga perlu diperhatikan time (pelaksanaan) dari kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan, serta form (bentuk) sebagai kerangka evaluasi yang jelas dan sistematis pula
untuk memudahkan proses evaluasi dan follow up dari evaluasi tersebut.

2. Maksud / Tujuan Evaluasi


a. Untuk membantu perencanaan dimasa datang
b. Untuk mengetahui apakah sarana dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
c. Untuk menemukan kelemahan dan kekuatan dalam pelaksanaan program
d. Untuk membantu menentukan strategi program.
e. Untuk motivasi
f. Untuk mendapatkan dukungan sponsor

3. Siapa dan Bagaimana Evaluasi dilakukan


a. Terhadap Pihak dalam (pelaksanaan) program, melalui:
 Pencatatan dan pelaporan
 Supervisi
 Wawancara
 Observasi
b. Pihak di luar program, melalui
 Laporan pihak lain
 Angket

4. Waktu Evaluasi
a. Penilaian rutin. Penilaian yang berkesinambungan, teratur dan bersamaan dengan
pelaksanaan program
b. Penilaian berkala. Penilaian yang periodik pada setiap akhir suatu bagian program
misalnya pada setiap 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, dst.
c. Penilaian akhir. Penilaian yang dilakukan pada akhir program atau beberapa waktu
setelah akhir program selesai.

5. Hal yang Dievaluasi dari Promosi Kesehatan


a. Input; masukan, bahan, teknologi, sarana, manajemen.
b. Proses; pelaksanaan program promkes
c. Output; hasil dari program yaitu pemahaman, sikap dan keterampilan
d. Outcome; dampak dari program tersebut.
e. Impact: peningkatan status kesehatan

1) Evaluasi promosi kesehatan pada askep kelompok


Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematis dalam
mengukur keberhasilan asuhan keperawatan kelompok yang telah dilakukan. Jenis jenis
evaluasi menurut waktu pelaksanaan.
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini dilakukan pada waktu pelaksanaan program yang
bertujuan memperbaiki pelaksanaan program dan kemungkinan adanya temuan utama
berupa masalah-masalah dalam pelaksanaan program.
b. Evaluasi sumatif. Evaluasi ini dilaksanakan pada saat pelaksanaan program sudah selesai,
yang bertujuan untuk menilai hasil pelaksanaan program dan temuan utama berupa
pencapaian apa saja dari pelaksanaan program.

Sedangkan kriteria penilaian dalam evaluasi terdiri dari:

1. Relevansi (relevance):
Apakah tujuan program mendukung tujuan kebijakan;
2. Keefektifan (effectiveness):
Apakah tujuan program dapat tercapai?;
3. Efisiensi (efficiency):
Apakah tujuan program tercapai dengan biaya paling rendah?;
4. Hasil (outcomes):
Apakah indikator indikator tujuan program membaik?;
5. Dampak (impact):
Apakah indikator-indikator tujuan kebijakan yang baik?;
6. Keberlanjutan (sustainability):
Apakah perbaikan indikator indikator tersebut berlanjut setelah program selesai.

Sasaran promosi kesehatan pada askep kelompok:

Teknik dan metode promosi kesehatan kelompok ini di gunakan untuk sasara
kelompok. Sasaran kelompok di bedakan menjadi dua, yakni kelompok kecil dan
kelompok besar. Disebut kelompok kecil kalau kelompok sasaram terdiri antara 6 – 15
orang, sedang kelompok besar bila sasaran di atas 15 sampai dengan 50 orang

Ex : Setelah dilakukan penkes, 80% sasaran dapat menyebutkn 3 dari 5 pilar penanganan
penyakit DM

2) Evaluasi promosi kesehatan pada askep keluarga


Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan. Proses ini dilakukan
untuk mengetahui kesesuaian hasil yang diperoleh dengan rencana tindakan yang telah
disusun dan telah diimplementasikan kepada klien dan keluarganya. Evaluasi
keperawatan dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari intervensi yang telah
diberikan kepada individu dalam keluarga dan sejauh mana intervensi tersebut mampu
mengatasi permasalahan yang ingin diselesaikan.
Ketika hasil evaluasi yang diperoleh belum atau menunjukan tidak berhasil, maka
perawat harus memikirkan dan mengevaluasi kembali hambatan/kendala yang
mengakibatkan intervensi yang diberikan tidak berhasil dan berupaya untuk
memodifikasi intervensi keperawatan yang akan diberikan pada individu lansia serta
keluarganya. Semua rencana tindakan yang telah disusun tentu tidak mungkin dapat
diberikan dalam satu kali kunjungan oleh perawat, oleh karena itu dapat dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kesepakatan kunjungan yang telah dibuat antara individu lansia,
keluarga dan perawat. Kegiatan dalam evaluasi yang dilakukan oleh perawat meliputi
mengevaluasi kemajuan status kesehatan klien dalam konteks keluarga, membandingkan
respon individu dan kelurga dengan kriteria yang ditetapkan.

Sasaran keluarga:
Setelah dilakukan penkes, keluarga dapat menyebutkn 3 dari 5 pilar penanganan penyakit
DM

3) Evaluasi promosi kesehatan pada askep individu


Metode ini di gunakan apabila promoter kesehatan dan sasaran atau kliennya
dapat berkomunikasi langsung, baik bertatap muka (face to face) maupun melalui sasaran
komunikasi lainnya, misalnya telepon. Cara ini paling efektif, karena antara petugas
kesehatan dengan klien dapat saling dialog, saling merespons dalam waktu yang
bersamaan. Dalam menjelaskan masalah kesehatan bagi kliennya petugas kesehatan dapat
menggunakan alat bantu peraga yang relevan dengan masalahnya.

Sasaran individu :
Setelah dilakukan penkes, penderita dapat menyebutkn 3 dari 5 pilar penanganan
penyakit DM
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Implementasi pada sasaran individu pada prinsipnya bertujuan ntuk menyelesaikan
masalah berdasarkan penyebabnya. Implementasi merupakan proses integrasi dari
perencanaan keperawatan (Pusa et al., 2021). Implementasi keperawatan keluarga
menggunakan pendekatan pemberdayaan dalam meningkatkan kesehatan keluarga.
Sedangkan Implementasi promosi kesehatan askep kelompok Fokus pada tahap
bagaimana mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Evaluasi adalah bagian integral (terpadu) dari proses manajemen. Termasuk
manajemen promosi kesehatan. Mengapa orang melakukan evaluasi, tidak lain karena
orang ingin mengetahui apa yang telah dilakukan telah berjalan sesuai rencana, apakah
semua masukan yang diperkirakan sesuai dengan kebutuhan dana apakah kegiatan yang
dilakukan memberi hasil dan dampak yang seperti yang diharapkan. Evaluasi setiap
kegiatan yang sedang berlangsung serta melakukan telaah (review) secara berkala dapat
memberikan informasi atau peringatan secara dini terhadap masalah atau kendala yang
dihadapi. Informasi ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengarahan kembali untuk
rencana kegiatan selanjutnya. Evaluasi Hasil atau (Out Come Evaluation) harus dapat
mengukur indikator yang berbeda dari hasil yang diharapkan. Akibat atau hasil kegiatan
yang tidak diharapkan juga harus dicatat dengan teliti dan segera dicari solusinya.
DAFTAR PUSTAKA

buku_ajar_pendidikan_dan_promosi_kesehatan_buk_widya%20(1).pdf

Promkes-Komprehensif.pdf

Anda mungkin juga menyukai