Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Nama Kelompok:
1. Nurul Amalia Ramadhani
2. Ade Mahendra
3. Ariani Auranisa
4. Azzahwa Rizqa Amlia
5. Aucklandia Nayla
6. Intan Aulia Sari
7. Nyimas Cahya Laila
8. Michael
9. Sarah Rumiris

Kelas : XII RPL 2


SMK NEGERI 7 BATAM
Tahun Ajaran 2022/2023
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan tepat pada waktu. Terima kasih juga kami ucapkan kepada guru
pembimbing yang selalu memberikan dukungan dan bimbingannya.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Tak hanya itu, kami juga berharap makalah ini bias bermanfaat untuk penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Walaupun demikian, kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kata, kami berharap semoga makalah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
ini bias memberikan informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang telah membaca makalah ini sampai akhir.

Batam, 12 Januari 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................2
A. Latar Belakang..............................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................2
A. Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia...........................................................................2
B. Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia dari Masa ke Masa................................................2
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................2
A. Kesimpulan....................................................................................................................................2
B. Saran...............................................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................2

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persatuan berasal dari kata ‘satu’ yang berarti utuh dan tidak terpecah-belah. Arti
lebih luasnya, yaitu berkumpulnya macam-macam corak dari berbagai kalangan, ras,
budaya, dan adat istiadat dalam masyarakat yang bersatu dengan serasi. Kesatuan
merupakan hasil dari persatuan yang telah menjadi utuh. Hal ini dilakukan untuk
terhindar dari disintegrasi, maka sangat dibutuhkan persatuan di Indonesia. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) : persatuan adalah gabungan (ikatan, kumpulan,
dan sebagainya) beberapa bagian yang sudah bersatu, perserikatan, serikat. Sementara
pengertian kesatuan berarti perihal satu, keesaan, sifat tunggal, satuan. Persatuan secara
sederhana berate gabungan (ikatan, kumpulan dan sebagainya) dari berbagai bagian
menjadi sesuatu yang utuh. Dengan kata lain persatuan itu berkonotasi disatukannya
bermacam-macam corak yang beragam ke dalam suatu kebulatan yang utuh.

B. Rumusan Masalah
1. Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia dari masa ke masa

C. Tujuan
1. Mengetahui unsur utama untuk mewujudkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
2. Memahami dinamika persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dari masa ke masa

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia
Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah suatu negara
kebangsaan yang pembentukannya berdasar pada semangat nasionalisme, tekad dari
masyarakat Indonesia untuk bersatu dengan bersama-sama membangun satu negara
meski beragam latar belakang baik agama, suku, ras, budaya, Bahasa dan lain
sebagainya.
Istilah negara kesatuan sudah sangat sering didengar, sebab negara kita adalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi, istilah negara kesatuan sudah sangat tertanam
dalam pola pikir warga negara Indonesia.
Menurut C.F Strong, negara kesatuan adalah bentuk negara dimana wewenang
legislatif tertinggi dipusatkan dalam suatu badan legislatif nasional. Artinya, kekuasaan
negara dipegang oleh pemerintah yang terpusat.
Negara kesatuan sering disebut juga sebagai negara tunggal (satu negara), yaitu
monosentris (berpusat satu), terdiri hanya satu negara, satu konstitusi, satu pemerintahan,
satu kepala negara, dan satu badan legislative yang berlaku bagi seluruh wilayah negara.
Jadi, negara kesatuan adalah negara bersusun tunggal dengan kekuasaan pemerintah
pusat dapat mengatur seluruh daerahnya. Bersusun tunggal berarti negara yang
didalamnya tidak ada negara lagi.

1. Konsep Negara Kesatuan (Unitarisme)


Menurut KBBI, Unitarisme adalah paham ajaran atau kecenderungan menginginkan
bentuk negara kesatuan. Konsep Negara Kesatuan adalah bentuk negara dengan
wewenang legislatif tertinggi dipusatkan dalam suatu badan legislatif nasional. Sehingga
pemerintah pusat dapat mengatur seluruh daerahnya karena memegang penuh kedaulatan,
baik kedalam maupun keluar. Jadi pemerintah pusatlah yang dapat memegang seluruh
aspek pemerintahan. Secara singkat, konsep negara kesatuan dapat dilihat dari ciri-ciri
negara kesatuan:

5
1. Hanya terdapat satu undang-undang/konstitusi, satu kepala negara, satu dewan
perwakilan rakyat, dan satu dewan menteri.
2. Kedaulatan negara berada ditangan pemerintah pusat yang meliputi kedaulatan
kedalam dan kedaulatan keluar.
3. Hanya memiliki satu kebijakan mengenai masalah agama, ekonomi, sosial,
politik, budaya, pertahanan, dan keamanan.
4. Menganut dua sistem, yaitu sentralistik (terpusat) dan desentralistik (terbagi ke
daerah-daerah).

2. Sistem Negara Kesatuan


1. Sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh pemerintah pusat, dan pemerintah
daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturan-peraturan dari
pemerintah pusat.
2. Desentralisasi, memberi kekuasaan kepada pemerintah daerah untuk mengatur
rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Bahkan, terdapat parlemen daerah
untuk menampung aspirasi rakyat di daerah.
Indonesia adalah Negara Kesatuan yang menganut sistem desentralisasi melalui
mekanisme otonomi daerah. Oleh karena itu, pemerintah pusat memberikan sebagian
kewenangan pemerintahan kepada daerah otonom (provinsi dan kabupaten/kota). Akan
tetapi, ada kewenangan yang tidak diberikan kepada daerah otonom, yaitu kewenangan
dalam bidang politik luar negeri, agama, yustisi, pertahanan, keamanan, moneter dan
fiskal nasional.

3. Karakteristik Negara Kesatuan Republik Indonesia


Selain negara kesatuan yang menganut desentralisasi, Indonesia juga memiliki
berbagai karakter lain yang membuatnya berbeda dari negara kesatuan lainnya. Berikut
karakteristik negara kesatuan Republik Indonesia:
1. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia sejalan dengan pahan negara
integralistik yang melihat bangsa sebagai suatu organisme.

6
2. Negara Kesatuan Republik Indonesia bertujuan untuk menyatukan seluruh
wilayah Nusantara agar menjadi negara yang besar dan kukuh dengan kekuasaan
negara yang bersifat sentralistik.
3. Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik.
Karakteristik Negara Kesatuan Indonesia juga dapat dipandang dari segi
kewilayahan. Pasal 25A UUD RI Tahun 1945 menentukan bahwa “Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan
wilayah batas-batas dan hak-haknya ditetapkan oleh undang-undang”. Karakteristik
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan konsep wawasan nusantara yang
maksudnya adalah menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau
Indonesia yang terletak di antara Samudra Pasifik dan Samudra Indonesia serta di antara
Benua Asia dan Benua Australia.
Kesatuan tersebut juga dibalut oleh 5 karakteristik bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang mencakup:
1. Kesatuan politik;
2. Kesatuan hokum;
3. Kesatuan social budaya;
4. Kesatuan ekonomi; dan
5. Kesatuan pertahanan dan keamanan.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa meskipun wilayah Indonesia terdiri atas
ribuan pulau, tetapi semua rakyatnya terikat dalam satu kesatuan negara, yaitu Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

B. Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia dari Masa ke Masa


1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Revolusi Kemerdekaan
Masa Revolusi Kemerdekaan terjadi pada 18 Agustus 1945 hingga 27 Desember
1949. Dalam periode ini, bentuk NRI adalah kesatuan, dengan bentuk pemerintahan
Republik, dimana presiden berkedudukan sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai
Kepala Negara (Presidensial).
Pegangan ketatanegaraan pada periode ini adalah Undang-Undang Dasar 1945.
Namun pelaksanaannya belum dapat dijalankan secar murni dan konsekuen. Hal tersebut
karena bangsa Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaannya. Sehingga

7
pemerintah masih fokus terhadap upaya mempertahankan kemerdekaan dari kekuatan
asing yangn berusaha untuk kembali menjajah Indonesia.
Periode ini juga ditandai dengan munculnya gerakan-gerakan separatis dari dalam
dengan tujuan mendirikan negara baru yang memisahkan diri dari NKRI. Adapun
gerakan-gerakan separatis tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
 Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun 1948
 Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Daerah Jawa Barat

2. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Republik Indonesia Serikat


Federalisme pernah diterapkan di Indonesia pada rentang 27 Desember 1949 hingga
17 Agustus 1950. Pada masa ini, pegangan negara adalah Konstitusi Republik Indonesia
Serikat tahun 1949. Berdasarkan konstitusi tersebut, bentuk negara kita adalah serikat
atau federasi dengan 15 negara bagian.
Sistem pemerintahan yang dianut pada periode ini adalah sistem parlementer kabinet
semu (quasi parlementer), dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Pengangkatan perdana menteri dilakukan oleh Presiden, bukan oleh sebagaimana
lazimnya.
2. Kekuasaan perdana menteri masih dicampurtangani oleh Presiden. Hal itu tampak
pada ketentuan bahwa Presiden dan menteri-menteri bersama-sama merupakan
pemerintah. Seharusnya, Presiden hanya sebagai kepala negara, sedangkan kepala
pemerintahannya dipegang oleh Perdana Menteri
3. Pembentukan kabinet dilakukan oleh Presiden bukan oleh parlemen.
4. Pertanggungjawaban kabinet adalah kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
namun harus melalui keputusan pemerintah.
5. Parlemen tidak mempunyai hubungan erat dengan pemerintah sehinggan DRP
tidak punya pengaruh besar terhadap pemerintah. DPR tidak dapat menggunakan
mosi tidak percaya kepada cabinet.
6. Presiden RIS mempunyai kedudukan rangkap, yaitu sebagai kepala negara dan
kepala pemerintahan.
Pada masa Republik Indonesia Serikat juga terjadi beberapa gerakan separatis yang
diantaranya adalah sebagai berikut:

8
 Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA).
 Pemberontakan Andi Azis di Makassar.
 Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS).

3. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Demokrasi Liberal


Pada periode ini, Indonesia menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara
Republik Indonesia Tahun 1950 (UUDS RI 1950) yang berlaku mulai tanggal 17 Agustus
1950. UUDS RI 1950 merupakan perubahan dari Konstitusi RIS yang diselenggarakan
sesuai dengan Piagam Persetujuan antara pemerintah RIS dan Pemerintah RI pada
tanggal 19 Mei 1950.
Sistem pemerintahan yang dianut adalah system pemerintahan parlementer dengan
menggunakan cabinet parlementer yang dipimpin dengan menggunakan cabinet
parlementer yang dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Praktik sistem pemerintahan
ini ternyata tidak membawa bangsa Indonesia ke arah kemakmuran, keteraturan, dan
kestabilan politik.
Hal itu tercermin dari jatuh bangunnya kabinet dalam kurun waktu antara 1950-1959
telah terjadi tujuh kali pergantian kabinet. Terjadi perdebatan yang tiada ujung pangkal
sementara di sisi lain kondisi negara makin gawat dan tidak terkendali yang mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa.
Kondisi tersebut mendorong Presiden untuk menggunakan wewenangnya yakni
mengeluarkan Dekret Presiden tanggal 5 Juli tahun 1959, yang berisi poin-poin sebagai
berikut:
1. Pembubaran konstituante.
2. Memberlakukan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950.
3. Pembentukan MPR dan DPA sementara.
Ditambah lagi, pada periode ini juga terjadi beberapa gerakan separatis yang
diantaranya adalah sebagai berikut:
 Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
 Pemberontakan PRRI/Permesta (Pemerintah Revolusioner Republik
Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta).

9
4. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Orde Lama
Dekret Presiden tanggal 5 Juli 1959 telah membawa kepastian di negara. Indonesia
kembali meggunakan UUD 1945 sebagai konstitusi negara yang berkedudukan sebagai
asas penyelenggaraan negara.
Sejak berlakunya kembali UUD 1945, Presiden berkedudukan sebagai kepala negara
dan kepala pemerintahan. Kabinet yang dibentuk pada tanggal 9 Juli 1959 dinamakan
Kabinet Kerja yang terdiri atas:
1. Kabinet Inti, yang terdiri atas seorang perdana menteri yang dijabat oleh Presiden
dan 10 orang menteri;
2. Menter-menteri ex officio, yaitu pejabat-pejabat negara yang karena jabatannya
diangkat menjadi menteri. Pejabat tersebut adalah Kepala Staf Angkatan Darat,
Laut, Udara, Kepolisian Negara, Jaksa Agung, Ketua Dewan Perancang Nasional
dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung;
3. Menteri-menteri muda sebanyak 60 orang.
Pada periode ini muncul pemikiran di kalangan para pemimpin bangsa Indonesia,
yang dipelopori Presiden Soekarno, yang memandang bahwa pelaksanaan demokrasi
liberal pada periode yang lalu hasilnya sangat mengecewakan.
Sebagai akibat dari kekecewaan tersebut, presiden Soekarno mencetuskan konsep
demokrasi terpimpin. Pada mulanya, ide demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Namun, lama kelamaan, bergeser menjadi dipimpin oleh Presiden/Pemimpin Besar
Revolusi. Maka, akhirnya segala sesuatunya didasarkan kepada kepemimpinan penguasa
yang dalam hal ini adalah pemerintah, tidak melibatkan rakyat.

5. Persatuan dan Kesatuan pada Masa Orde Baru


Kepemimpinan Presiden Soekarno akhirnya jatuh pada tahun 1966. Jatuhnya
Soekarno menandai berakhirnya masa Orde Lama dan digantikan oleh kekuatan baru,
yang dikenal dengan sebutan Orde Baru yang dipimpin Soeharto.
Selama memegang kekuasaan negara, pemerintah Orde Baru tetap menerapkan
sistem pemerintahan presidensial. Adapaun kelebihan dari sistem pemerintahan Orde
Baru adalah sebagai berikut:

10
1. Perkembangan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia yang pada tahun 1968
hanya 70 dolar Amerika Serikat dan pada 1996 telah mencapai lebih dari 1.000
dolar Amerika Serikat.
2. Suksesnya program transmigrasi.
3. Berhasil menyukseskan program Keluarga Berencana.
4. Sukses memerangi buta huruf.
Akan tetapi dalam perjalanan pemerintahannya, Orde Baru melakukan beberapa
penyimpangan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Beberapa
penyimpangan konstitusional yang paling menonjol adalah sebagai berikut:
Penyimpangan Bidang Ekonomi
 Penyelenggaraan ekonomi tidak didasarkan pada pasal 33 Undang-Undang Dasar
1945.
 Terjadinya praktik monopoli ekonomi.
 Pembangunan ekonomi bersifat sentralistik, sehingga terjadi jurang pemisah
antara pusat dan daerah.
 Pembangunan ekonomi dilandasi oleh tekad untuk kepentingan individu.
Penyimpangan Bidang Politik
 Kekuasaan berada di tangan lembaga eksekutif.
 Presiden sebagai pelaksana undang-undang kedudukannya lebih dominan
dibandingkan dengan lembaga legislative.
 Pemerintahan bersifat sentralistik, berbagai keputusan disosialisasikan dengan
sistem komando. Tidak ada kebebasan untuk mengkritik jalannya pemerintahan.
 Praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) biasa terjadi yang tentunya
merugikan perekonomian negara dan kepercayaan masyarakat.
Penyimpangan Bidang Hukum
 Perundang-undangan yang mempunyai fungsi untuk membatasi kekuasaan
presiden kurang memadai, sehingga kesempatan ini memberi peluang terjadinya
praktik KKN dalam pemerintahan.
 Supremasi hokum tidak dapat ditegakkan karena banyaknya oknum penegak
hukum yang cenderung memihak pada orang tertentu sesuai kepentingan.

11
 Hukum bersifat kebal terhadap penguasa dan konglomerat yang dekat dengan
penguasa.
Berbagai penyimpangan yang telah disebutkan diatas mengakibatkan negara
Indonesia terjebak dalam keadaan krisis multidimensional. Kondisi yang mencemaskan
itu akhirnya membangkitkan gerakan reformasi menumbangkan rezim otoriter orde baru.
Semangat para mahasiswa dan berbagai pihak lainnya yang peduli terhadap masa
depan bangsa akhirnya berhasil membuat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada
tanggal 21 Mei 1998.

6. Persatuan dan Kesatuan pada Masa Reformasi


Memasuki masa reformasi, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang demokratis. Agar tercipta sistem pemerintahan yang diharapkan,
perlu disusun pemerintahan yang konstitusional. Pemerintahan konstitusional bercirikan,
adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif dan jaminan atas hak asasi
manusia dan hak-hak warga negara.
Berdasarkan hal tersebut, salah satu bentuk reformasi yang dilakukan oleh bangsa
Indonesia adalah melakukan perubahan atau amandemen atas Undang-Undang Dasar
1945. Langkahnya adalah dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi konstitusi yang
bersifat konstitusional, sehingga diharapkan dapat terbentuk sistem pemerintahan yang
lebih baik dari sebelumnya.
Untuk lebih jelasnya, berikut dipaparkan perubahan-perubahan mendasar dalam
ketatanegaraan Indonesia setelah perubahan Undang-Undang Dasar 1945 pada masa
reformasi yakni sebagai berikut:
1. Kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan menurut Undang-Undang Dasar (Pasal
1 ayat (2)).
2. MPR merupakan lembaga bicameral, yaitu terdiri dari anggota DPR dan anggota
DPD (Pasal 2 ayat (1)).
3. Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat (Pasal 6A ayat (1)).
4. Presiden memegang jabatan selama lima tahun dan dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan (Pasal 7).
5. Pencantuman hak asasi manusia (Pasal 28A-28J).

12
6. Penghapusan DPA sebagai lembaga tinggi negara.
7. Presiden bukan mandataris MPR.
8. MPR tidak lagi menyusun GBHN.
9. Pembentukan Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Yudisial (KY) (Pasal 24B
dan 24C).
10. Anggaran pendidikan minimal 20% (Pasal 31 ayat (4)).
11. Negara kesatuan tidak boleh diubah (Pasal 37 ayat (5)).
12. Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 dihapus.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Negara kesatuan adalah negara bersusun tunggal dengan kekuasaan pemerintah pusat
dapat mengatur seluruh daerahnya. Bersusun tunggal berarti negara yang didalamnya
tidak ada negara lagi.
2. Konsep Negara Kesatuan (Unitarisme), menganut sistem desentralisasi.
3. Pemberontakan APRA, RMS, dan DI/TII yang ingin memecah belah NKRI pada masa
Revolusi Kemerdekaan.
4. Sistem pemerintahan Parlementer kabinet semu (Quasi Parlementer) yang dianut pada
masa Republik Indonesia Serikat.
5. Pada periode demokrasi liberal, Indonesia menggunakan Undang-Undang Dasar
Sementara Republik Indonesia Tahun 1950 (UUDS RI 1950) yang berlaku mulai tanggal
17 Agustus 1950. UUDS RI 1950 merupakan perubahan dari Konstitusi RIS yang
diselenggarakan sesuai dengan Piagam Persetujuan antara pemerintah RIS dan
Pemerintah RI pada tanggal 19 Mei 1950.
6. Dekret Presiden tanggal 5 Juli 1959 terjadi pada masa Orde Lama. Indonesia kembali
menggunakan UUD 1945 sebagai konstitusi negara yang berkedudukan sebagai asas
penyelenggaraan negara. Presiden berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan.
7. Kepemimpinan Soekarno jatuh di tahun 1966 digantikan oleh kekuatan baru dengan
kepemimpinan Soeharto yang dikenal dengan sebutan Orde Baru. Akan tetapi melakukan
beberapa penyimpangan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
8. Pada masa reformasi, bangsa Indonesia menyusun pemerintahan yang konstitusional.
Melakukan perubahan atau amandemen atas Undang-Undang Dasar 1945.

B. Saran
Diharapkan bagi pembaca untuk menambah informasi dari sumber literasi lain. Hal
tersebut bertujuan agar informasi dan pengetahuan yang didapat semakin lengkap.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hisam. (2021). Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Diakses pada 12 Januari
2023, dari Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia: Konsep Unitarisme -
Belajarsam

Thabroni, Gamal. (2022). Dinamika Persatuan dan Kesatuan NKRI dari Masa ke Masa.
Diakses pada 13 Januari 2023, dari Dinamika Persatuan dan Kesatuan NKRI dari Masa
ke Masa - serupa.id

15

Anda mungkin juga menyukai