Ersita Wulandari - 221212012 - Pengaruh Edukasi Terhadap Sikap Lansia Dalam Mengatasi Kerusakan Integritas Kulit Pada Penderita Dermatitis
Ersita Wulandari - 221212012 - Pengaruh Edukasi Terhadap Sikap Lansia Dalam Mengatasi Kerusakan Integritas Kulit Pada Penderita Dermatitis
Oleh:
ERSITA WULANDARI,S.Kep
NIM. 221212012
Diajukan Oleh :
ERSITA WULANDARI,S.Kep
NIM. 221212012
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia
Oleh :
ERSITA WULANDARI,S.Kep
NIM. 221212012
Usulan Penelitian ini telah diuji dan dinilai oleh Panitia Penguji Usulan Penelitian Pada Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia
Pada hari Sabtu , Tanggal 29 juli 2023
DOSEN PENGUJI
Ketua Penguji
Dr. Byba Melda Suhita,S.Kep,.Ns,.M.Kes ……………………………….
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia
4
oleh adanya sering mengaruk kulit dan mengakibatkan infeksi kebersihan
diri kurang, perawatan kulit kurang, sanitasi air yang tercemar atau kotor dan
lainlain yang mengakibatkan. Mikroorganisme (bakteri, jamur) merupakan
salah satu penyebab terjadinya penyakit kulit seperti dermatitis (Rahmanita,
2013).
(diisi)
Kenapa Masalah Pilih salah satu menggunakan poin 1 atau 2
Perlu Diteliti: 1. Harapan : ……………………. Harapan : untuk meningkatkan sikap dan pengetahuan lansia dalam mengatasi
Kenyataan : …………………….. kerusakan integritas kulit pada penderita dermatitis supaya dapat terkontrol sehingga
dapat meningkatakan kesehatan, kesejahteraan fisik maupun psikis lansia.
Kenyataan: masih banyak lansia yang belum mengerti tentang pentingnya perawatan
diri, personal hgyine untuk menjaga kesehatan dan kebersihan diri
(diisi)
Asal masalah Pilih salah satu 1. Menurut WHO mengatakan Menurut badan kesehatan dunia World Health
1. Data
Organization(WHO) pada survei American Academy of Allergy, Asthma and
2. Sumber laporan, tahun …
Immunology (AAAAI) tahun 2013, dermatitis merupakan masalah kulit yang
3. Pernyataan awal
umum dimana terdapat 5,7 juta kunjungan dokter pertahun akibat penyakit
4. Wawancara pendahuluan
dermatitis. Pada umumnya penyakit dermatitis lebih rentan menyerang usia remaja
5. Penelitian sebelumnya
dan usia dewasa, namun usia diatas 30 tahun sehingga usia pertengahan cenderung
membaik atau sembuh (Who,2014).
2. Di Indonesia, menurut Kementerian kesehatan republik Indonesia mengeluarkan
perkembangan penyakit kulit yang diderita oleh masyarakat indonesia pada profil
kesehatan indonesia tahun 2015. Laporan tersebut menunjukan bahwa penyakit
kulit menduduki posisi tiga teratas dengan jumlah pasien rawat jalan terbanyak di
indonesia. Secara total, terdapat 192.414 kunjungan, dengan kunjungan kasus baru
122.076 kunjungan sedangkan kasus lama 70.338 kunjungan.(Kemenkes RI, 2016)
3. Berdasarkandata awal yang peneliti ambil di rekam medik lansia dan hasil dari
wawancara yang dilakukakan peneliti pada 1 orang lansia di ruang anggekdalam
5
bulan juni 2023 menderita dermatitis.
(diisi)
Dugaan penyebab Sebutkanhal-hal yang diduga menyebabkan 1. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dermatitis
masalah (faktor timbulnya masalah
2. Pola hidup yang tidak sehat seperti personal hygine yang kurang baik meliputi
risiko munculnya
masalah) kebersihan kulit, rambut, gigi, kaki, kuku, serta kebersihan dalam pakaian dan
jarang mandi.
(diisi)
Konsep Solusi Rencana atau intervensi Dengan adanya edukasi mengenai dermatitis diharapkan lansia mampu meningkatkan
(meringankan / menurunkan / meningkatkan)
kebersihan dan perawatan diri sehingga terjadi penurunan kerusakan integritas kulit
yang disebabkan oleh dermatitis..
(diisi)
(diisi)
3 Tujuan Tujuan Umum Diawali dengan kalimat“ mengidentifikasi, Menganalisis Pengaruh Edukasi Terhadap Sikap Lansia Dalam Mengatasi Kerusakan
Penelitian menganalisis “
Integritas Kulit Pada Penderita Dermatitis
(diisi)
Tujuan Khusus Merupakan jawaban dari rumusan masalah dan 1. Mengidentifikasi Sikap Lansia Dalam Mengatasi Kerusakan Integritas Kulit Pada
dituliskan dalam bentuk kalimat positif.
Penderita Dermatitis
Kata-kata Tanya :
- Bagaimanadiganti mengidentifikasi/ 2. Menganalisis kurangnya Tingkat Pengetahuan dalam mengatasi kerusakan
- Adakahdiganti menganalisis
integritas kulit pada penderita dermatitis
6
3. Menganalisis Pengaruh Edukasi Terhadap Sikap Lansia Dalam Mengatasi
Kerusakan Integritas Kulit Pada Penderita Dermatitis
(diisi)
4 Manfaat Manfaat Praktis Menjelaskan implikasise cara teknis a. Bagi Tempat Penelitian
Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai Pengaruh
Edukasi Terhadap Sikap Lansia Dalam Mengatasi Kerusakan Integritas Kulit Pada
Penderita Dermatitis.
b. Bagi Peneliti selanjutnya
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian ilmiah tentang
Pengaruh Edukasi Terhadap Sikap Lansia Dalam Mengatasi Kerusakan Integritas
Kulit Pada Penderita Dermatitis.
c. Bagi keperawatan
Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi petugas kesehatan dalam Pengaruh
Edukasi Terhadap Sikap Lansia Dalam Mengatasi Kerusakan Integritas Kulit Pada
Penderita Dermatitis.
d. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif dalam
mengembangkan konsep dan ilmu kesehatan mengenai Pengaruh Edukasi Terhadap
Sikap Lansia Dalam Mengatasi Kerusakan Integritas Kulit Pada Penderita
Dermatitis.
(diisi)
Manfaat Teoritis Menjelaskan implikasi hasil penelitian terhadap Karya Ilmiah ini diharapkan dapat sebagai wacana pengembangan ilmu keperawatan,
kekayaan ilmu pengetahuan dan intelektual
mendapatkan pengetahuan berdasarkan kebenaran ilmiah, serta penelitian lebih lanjut
tentang Pengaruh Edukasi Terhadap Sikap Lansia Dalam Mengatasi Kerusakan
Integritas Kulit Pada Penderita Dermatitis, sehingga dapat digunakan sebagai acuan
pengembangan ilmu pengetahuan mengenai praktik Keperawatan Gerontik.
7
I Keaslian Lihat, baca, Penelitian sebelumnya : Perbedaan dengan penelitian saudara :
Penelitian cantumkan, tuliskan 1. Jurnal internasional (Author, tahun, nama Internasional
:penelitian yang jurnal) Marniati, M., Anwar, S., Muliadi, T., Mulyani, I., & Fahlevi, M. I. (2022). Study of
serupa / sama / “Hanya abstrak” knowledge, history of allergies, and personal hygiene on the incidence of dermatitis.
mendekatisama 2. Jurnal nasional (Author, tahun, nama J-Kesmas: Jurnal Fakultas Kesehatan.
yang berasaldari jurnal) Dermatitis is an inflammation of the skin (epidermis and dermis) in response to the
influence of endogenous and exogenous factors (Bains, S. N., et al., 2019), causing
3. Skripsi / Tesis (Nama peneliti sebelumnya, clinical abnormalities in the form of polymorphic Efloresensi and characterized by
tahun) itching, can be thickening or reddish spots, multiple clustering or spreading,
sometimes scaly, watery and others (Kostner, L. et al., 2017). Dermatitis is a
prevalent skin disease that affects 15-30% of children and 2-10% of adults (Pustišek,
N., & Hadžavdić, S. L, 2019) such as inflammatory skin diseases, pruritus, chronic, a
recurrence that often occur in families with other atopic conditions (e.g.,bronchial
asthma and allergic rhinoconjunctivitis). Approaches to help prevent Dermatitis
(McNichol, L. L., et al., 2018) through this indispensable Knowledge and evidence in
practice are also required to be extensive Knowledge. Furthermore, A study found
that a higher level of knowledge is needed about the prevention and treatment of
Dermatitis (Şahin, F. et al., 2019, September 1). According to previous research,
Knowledge greatly influences the incidence of Dermatitis due to public ignorance of
the cause or source of Dermatitis (Mendes, F.B. R., et al., 2013). This resulted in
weak general knowledge bias, adversely affecting the organization of future nation
generations (Berke, R. et al., 2012). We need to realize that Dermatitis is not
something that we can take lightly among the public, where there needs to be severe
treatment by relevant parties, especially those in charge of local health (Collins, C.D.,
and Hivnor, C., 2017). Most previous studies have said there is an influence of public
knowledge factors on the incidence of Dermatitis.
Nasional
Sumaryati, M. (2016). Tingkat Pengetahuan dan Sikap Lansia Tentang Penyakit
Dermatitis di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 4(2), 11-23.
Dermatitis ialah kelainan kulit yang subyektif ditandai oleh rasa gatal dan secara
klinis terdiri atas ruam polimorfi yang umumnya berbatas tidak tegas Kebanyakan
penyebab dermatitis ini belum diketahui secara pasti. Bila ditinjau dari jenis
kelainannya, maka
dermatitis atopik adalah dermatitis yang paling sering dibahas, mengingat insidennya
yang cenderung terus meningkat dan dampak yang dapat ditimbulkan pada
kebersihan diri personal hygine dan kualitas kesehatan yang baik. Salah satu
penyebab penyakit
dermatitis adalah kurangnya kebersihan diri ,lingkungan,jenis kelamin,umur, rumah
serta kurang mandi ataupun makanan. Tingkat pendidikan dapat ikut menentukan atau
mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima pengetahuan, semakin tinggi
pendidikan maka akan lebih mudah menerimai Informasi tentang kesehatan Tingkat
pengetahuan lansia tentang dermatitis dominan masuk dalam kategori kurang hal ini
8
di sebabkan karena rasa tidak ingin tahu responden hal ini di sebabkan karena
kurangnya minat membaca, faktor usia yang semakin bertambah dan faktor gaya
hidup seperti lingkungan, pekerjaan sehingga pengetahuan lansia kurang mengenai
dermatitis dan Sikap responden yang kurang dipengaruhi oleh kurangnya motivasi
dalam diri responden yang menjaga kebersihan kulit dalam menjaga penyakit
dermatitis ,karena lansia tidak diberikan penyuluhan tentang menjaga kebersihan kulit
dalam mencegah penyakit dermatitis agar tidak memicu keparahan yang
mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
.
Tanda dan gejala dermatitis adalah Infeksi bisa berawal sebagai bintik kecil
kemerahan yang mengakibatkan kulit terasa nyeri atau sebagai terdapat
10
benjolan pada bagian kulit. Penyakit dermatitis dapat terjadi dikarenakan
bagian dari tubuh yaitu kulit mengalami kontak dengan bahan yang
menyebakan iritan (Djuanda, 2016). Kemerahan yang menyebabkan
peradangan pada kulit bagian dermis dan epidermis hal itu disebabkan dalah
satu gejala atau respon terhadap faktor eksogen dan atau faktor endogen
sehingga menimbulkan kelainan klinis berupa gejala efloresensi yaitu
polimorfik (vesikel, skuama, papul, eritema linefikasi, edema) dan terdapat
gangguan yaitu gatal pada kulit. Tanda yang terjadi pada gejala polimorfik
tinbul tidak selalu berbarengan dengan poliformik lainya, tetapi hanya
menimbulkan beberapa poliformik (oligomorfik) (Ritonga, 2016).
4. Patofisiologi Dermatitis
5. Klasifikasi Dermatitis
Menurut (Adhi Djuanda 2021 dalam Zerlika Ferli 2021) klasifikasi dermatitis
yaitu :
11
a. Dermatitis Kontak Iritan
b. Dermatitis Kontak Alergen
c. Dermatitis Atopik
6. Faktor Resiko Dermatitis
Faktor Risiko Dermatitis Kontak Alergi :
a. Ditemukan pada orang-orang yang terpajan oleh bahan alergen
b. Riwayat kontak dengan bahan alergen pada waktu tertentu.
c. Riwayat dermatitis atopic atau riwayat atopi diri dan keluarga (Permenkes,
2014).
7. Komplikasi Dermatitis
a. Infeksi
b. Neurodermatitis
c. Bekas Luka
8. Penatalaksanaan Dermatitis
a. Perawatan Non Medis
Kompres basah dan dingin dapat diterapkan pada area dermatitis yang
kecil. Kompres menghilangkan eksim, dan kompres dingin mengurangi
peradangan (Puspasari, 2018).
b. Berdasarkan SK I), dinyatakan bahwa:
1. Kunyit(CurcumaDomesticaVal)efektif dalam mengobati eksim.
2. Sambiloto efektif dalam mengobati eksim, persiapan : seduh dalam
gelas air panas, dinginkan, saring dan segera minum, dengan dosis
15 daun per hari.
3. Herbalketepang(CassiaalataL)efektif untuk mengobati eksim.
4. Bahan FROTI digunakan untuk menjaga kesehatan dan mengurangi
ketidak nyamanan pasien.
5. Perawatan melibatkan penerapan lapisan tipis krim atau salep yang
mengandung kortikosteroid tertentu.Untuk dermatitis yang
luas,kortikosteroid jangka pendek dapat digunakan untuk
12
menghentikan peradangan.
c. Untuk mencegah penyakit ini, pakailah pakaian pelindung ketika harus
melakukan pekerjaan yang berisiko terpapar polutan. Selain itu, hindari
kulit kering dengan melakukan hal berikut:
1. Mandi dalam waktu singkat : Batasi waktu mandi hanya dalam lima
hingga 10 menit. Hindari mandi dengan menggunakan air panas
agar kulit tidak kering.
2. Gunakan pembersih yang lembut dan tidak berbusa : Pilih
pembersih yang tidak mengandung deterjen dan parfum karena zat
tersebut bisa membuat kulit kering.
3. Keringkan tubuh dengan lembut : Setelah mandi, tepuk lembut kulit
dengan handuk lembut.
4. Gunakan pelembab : Saat kulitmasihbasah, oleskanminyak,
krimatau lotion untukmelembapkankulit
9. Pengobatanatan Penanganan
13
10. Pencegahan dermatitis
a. Menghindari paparan alergen atau mengonsumsi makanan penyebab alergi.
b. Menggunakan sabun atau sampo yang cocok dan aman untuk kulit tubuh
kita.
c. Lakukan perawatan rutin kulit secara teratur seperti mengolesi pada kulit
kering dengan minyak yaitun
d. Kenakan pakaian yang bersih berbahan lembut dan nyaman.
e. Menghindari stres.
f. Meningkatkan kebersihan dan kesehatan pribadi
g. Memelihara dan memperbaiki Personal hygine yang kurang baik.
C. Konsep Kerusakan Integritas Kulit
1. Definisi kerusakan integritas kulit
Kerusakan integritas jaringan kulit adalah keadaan dimana seseorang
individu mengalami atau beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis
dan dermis atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon,
tulang, kartilago, kapsul sendi dan ligamen) (PPNI, 2016)
2. Tanda dan gejala kerusakan Integritas Kulit
Menurut (SDKI, 2016) tanda dan gejala untuk diagnosa kerusakan integritas
kulit adalah:
a. Tanda dan gejala mayor:
Subyektif:
- Objektif : kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit.
b. tanda dan gejala minor:
Subjektif:
- Objektif: - Nyeri - Perdarahan - Kemerahan – Hematoma
14
Menurut (SDKI, 2016) penyebab kerusakan integritas kulit adalah:
1. Perubahan sirkulasi
2. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
3. Kekurangan atau kelebihan volume cairan
4. Penurunan mobilitas
5. Bahan kimia iritatif
6. Suhu lingkungan yang ekstrim
7. Faktor mekanis (misalnya penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau
faktor elekris (elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi)
8. Efek samping terapi radiasi
9. Kelembapan
10. Proses penuaan
11. Neuropati perifer
12. Perubahan pigmentasi
13. Peruabahan hormonal
14. Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan atau
melindungi integritas jaringan.
4. Anatomi Fisiologi Kulit
Menurut (Evvendy, 2013) kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh
dan bersambung dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan
lubang-lubang masuk. Kulit mempunyai banyak fungsi di dalamnya terdapat
ujung saraf peraba, membantu mengatur suhu tubuh dan mengendalikan
hilangnya air dari tubuh. Kulit dibagi menjadi dua lapisan yaitu Epidermis
dan Dermis.
Epidermis tersusun atas epitelium berlapis dan terdiri atas sejumlah lapisan
sel yang tersusun atas dua lapisan tampak yaitu selapis lapisan tanduk dan
selapis zona germinalis.
1. Lapisan tanduk terletak paling luar dan tersusun atas tiga lapisan sel
15
yang membentuk epidermis yaitu:
a. Stratum Korneum: Selnya tipis, datar, seperti sisik dan terus
menerus dilepaskan.
b. Stratum Lusidum: Selnya mempunyai batas tegas tetapi tidak ada
intinya. c) Stratum Granulosum: Selapis sel yang jelas tampak
berisi inti dan juga granulosum.
c. Zona Germinalis terletak dibawa lapisan tanduk dan terdiri atas dua
lapis sel epitel yang berbentuk tegas yaitu:
1) Sel berduri: Sel dengan fibril halus yang menyambung sel satu
dengan yang lainnya.
2) Sel basal: Sel ini terus memproduksi sel epidermis baru.
2. Dermis adalah lapisan kulit yang tersusun atas jaringan fibrus dan
jaringan ikat yang elastik. Lapisan kulit yang lebih tebal berisi ikatan
kolagen dan serat elastis menyokong epidermis. Ujung akhir saraf
sensoris, yaitu puting peraba, terletak di dalam dermis. Pelengkap Kulit:
rambut, kuku, dan kelenjar sebaseus.
Fungsi Kulit:
1. Perlindungan Lapisan epidermis atau lapisan terkematu merupakan
lapisan perlindungan daripada kemasukan bakteria, ini merupakan
perlindungan tahap pertama. Lapisan berkematu yang senantiasa
gugur, menyebabkan bakteria sukar membiak dan bertapak tetap
pada kulit.
2. Kulit sebagai organ pengatur panas kulit adalah organ utama yang
berurusan dengan pelepasan panas dari tubuh, dengan cara:
Penguapan: jumlah keringat yang dibuat tergantung dari banyaknya
darah yang mengalir melalui pembuluh dalam kulit. Pemancaran:
panas dilepas pada udara sekitar. Konduksi: panas dialihkan ke
benda yang disentuh. Konveksi: udara yang telah menyentuh
16
permukaan tubuh diganti dengan udara yang lebih dingin.
3. Kulit sebagai indra peraba Rasa sentuhan disebabkan rangsangan
pada ujung saraf di dalam kulit, berbeda-beda menurut ujung saraf
yang dirangsang.
4. Tempat penyimpanan air, jaringan adipose di bawah kulit
merupakan tempat penyimpanan lemak yang utama pada tubuh.
5. Sintesis vitamin D. Apabila lapisan kulit ini terdedah kepada
sinaran ultraungu, sinaran ultraungu ini akan diserap oleh kulit dan
bertindak ke atas prekursor, seterusnya menukarkannya kepada
vitamin D
17
dalam lampiran
NonFarmakologi
Sikap a. Sambiloto efektif dalam
mengobati eksim
b. Kompres basah dan dingin
c. Kunyit(CurcumaDomesticaVal)
Fakto-faktor yang mempengaruhi :
a. Personal hygine
b. Tindakan
c. Usia
d. Jenis kelamin Penurunan Integritas kerusakan kulit Nyeri
e. Kebudayaan
f. Lingkungan dan dukungan
orang terdekat
g. Sabun, detergen zat kimia
secara langsung
h. Riwayat alergi
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
18
Gambar 2.1Kerangka konseptual Pengaruh Edukasi Terhadap Sikap Lansia Dalam Mengatasi Kerusakan Integritas Kulit Pada Penderita
Dermatitis
(dii
8 Hipotesis
HipotesisPeneli Ada hubungan / pengaruh / perbedaan
tian
Hipotesis Penelitian merupakan sebuah pernyataan atau jawaban yang dibuat sementara dan akan diuji kebenarannya. Pengujian hipotesis
penelitian dilakukan melalui uji Statistik. Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari tujuan penelitian, (Musturoh and Anggita
T, 2018). Hipotesis dalam penelitian ini adalah
H1 = Ada Pengaruh Edukasi Terhadap Sikap Lansia Dalam Mengatasi Kerusakan Integritas Kulit Pada Penderita Dermatitis.
H0 = Tidak Pengaruh Edukasi Terhadap Sikap Lansia Dalam Mengatasi Kerusakan Integritas Kulit Pada Penderita Dermatitis.
(di isi)
9 Pendekatan Kuantitatif (Jika adahipotesis, uji statistik, data berupaangka) :
Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi
suatu hasil (Suhita,2017). Peneltian ini menggunkan pendekatan kunatitatif dengan desain penelitian Pre-Experimental Pre-Post Test tanpa kelompok kontrol.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui terhadap Sikap Lansia Dalam Mengatasi Kerusakan Integritas Kulit Pada Penderita Dermatitis untuk mengurangi resiko
pada penderita dermatitis sebelum dan sesudah dilakukan edukasi pada lansia di unit pelaksana teknis pelayanan sosial tresna werdha blitar.
(di isi)
10 Rancangan Eksperiment • Ada intervensi Eksperimen/ Intervensi
Penelitian O1 : Pre test
X : Intervensi Pra Eksperimen dengan desain penelitian one group pre post
O2 : Post test
(di isi)
20
(diisi)
Variabelperancu ……………………………………………………………
……………………………
14 Waktu dan Waktu penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Blitar
Lokasi
Penelitian (diisi)
Lokasi penelitian Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni 2023
(diisi)
21
16 Proses Uraian proses
pengumpulan pengambilan data Pengumpulan data pada penelitian ini melalui tahapan – tahapan sebagai
data Ada SOP untuk berikut :
penelitian
eksperiment a.Prosedur Administrasi
Uraian proses 1. Peneliti meminta persetujuan dari pihak UPT PSTW Blitar
pembagian kuesioner
Uraian proses b.Prosedur pengumpulan data
penilaian lembar 1. Pengambilan data pada beberapa artikel jurnal.Setelah terkumpul,
observasi
peneliti menelaah tiap jurnal serta mengaitkan dengan praktek
yang dilakukan di lapangan.
2. Setelah itu, peneliti menarik kesimpulan apakah ada pengaruh atau
tidak antara variabel independen dan dependen yang diteliti beserta
pembahasan-nya
3. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih
dahulu menjelaskan tujuan penelitian, tindakan yang akan
dilakukan.
4. Peneliti meminta persetujuan menjadi responden penelitian.
5. Peneliti melakukan wawancara dengan klien.
6. Peneliti melakukan pengkajian sikap lansia terhadap kerusakan
integritas kulit pada penderita dermatitis (pre-test) pada responden
penelitian.
7. Setelah dilakukan pre-test, kemudian peneliti memberikan edukasi
sebanyak 1 kali
8. Setelah diberikan edukasi tentang dermatitis, peneliti melakukan
pengukur (post-test) kepada respoden selama 4 hari.
9. Peneliti melakukan pengolahan data sesuai dengan data yang
didapatkan dengan menggunakan SPSS.
22
(diisi)
17 Uji Validitas Validitas Instrumen
Minimal 20
kuesioner
Reliabilitas Peneliti / Pengukur
(diisi)
18 Uji Statistik Uji Normalitas Pahami, kuasai, carabaca dan syarat-syarat Jika Linier :
19 Non parametrik Pahami, kuasai, car abaca dan syarat-syarat uji statistic Skala Data : N atau O
non parametric. Normalitas : N atau TN
(Uji korelasi, regresi, beda, pengaruh, dll) Nama Uji : ……………………….
Identifikasi Masalah
23
Konseptualisasi
Analisa Data
Kesimpulan
24
Masalah ini adalah masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian,baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya yang terkait dengan penelitian. Semua informasi
yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil.
26
untuk kegiatan di bidang penyantunan, rehabilitasi, bantuan,
pengembangan dan resosialisasi yang mana tidak lain sebagai tugas dari
Dinas Provinsi Jawa Timur sebagai hunian untuk upaya kesejahteraan
para lansia agar tidak terlantar.
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar terletak di Jl.
Panglima Sudirman No.13, Ngambak. Beru. Kec. Wlingi, Kabupaten
Blitar, Jawa Timur (66184). Di dalam panti terdapa tmushola, aula,
gazebo untuk tempat beristirahat, pos satpam, kantor, dan juga taman.
Di dalam panti ini terdapat 5 Wisma yaitu, Wisma Nusa Indah, Wisma
Anggrek, Wisma Flamboyan, Wisma Bougenvile, dan Wisma perawatan
khusus . Dari kelima wisma tersebut memiliki daya tampung 55 orang.
Wisma Nusa Indah dihuni oleh laki-laki. Wisma WismaAnggrek,
Wisma Flamboyan, Wisma Bougenvile dihuni oleh perempuan,
sedangkan perawatan khusus dihuni oleh lansia laki-laki dan perempuan
yang memiliki keterbatasan fisik, sehingga perlu adanya pemindahan
dari Wisma sebelumnya untuk ditempatkan di Wisma ini.
27
mengoleskan obat salep serta juga pasien tampak menjaga kebersihan
tubuh seperti halnya sering mengoleskan lotion pada kulit yang kering,
memakai pakaian yang bersih, dan menghindari makanan yang bisa
membuat kulit merasa gatal.
Uji Statistik
23 Pembahasan Pembahasan sekurang- 1. Setelah dilakukan pengumpulan dan penyajian data, peneliti akan
kurangnya mencakup melakukan pembahasan hasil dari penelitian.Penelitian ini bertujuan
penalaran hasil penelitian untuk mendapatkan gambaran pengetahuan dan sikap lansia tentang
baik secarateoritis, penyakit dermatitis di UPT PSTW Blitar Dari hasil penelitian maka
empiris maupun non didapatkan Pengetahuan dari lansia cukup kurang tentang apa itu
empiris, sehingga adapat dermatitis dengan halnya dikarenakan pengetahuan juga dapat
menjawab dengan berpengaruh oleh beberapa faktor :
menjelaskan rumusan a. Usia semakin tua maka tingkat kematangan dan kekuatan
masalah yang diajukan seseorang
semakin berkurang atau menurun dalam berfikir dan bekerja,serta
semakin tua umur seseorang tingkat pengetahuanseseorang akan
lambat laun menurun.
b. Berpikir dan bertindak
c. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun
orang lain
d. Tingkat pendidikan dapat menambah wawasan atau pengetahuan
seseorang
Hasil penelitian menunjukan didapatkan bahwa lansia di upt PSTW
Blitar berpengetahuan kurang tentang dermatitis, dan salah satu
penyebab penyakit dermatitis adalah kurangnya kebersihan diri ,
lingkungan, jenis kelamin, serta kurang mandi ataupun makanan dan
tingkat pengetahuan lansia tentang dermatitis masuk dalam kategori
kurang karena rasa tidk ingin tahu lansia hal ini disebabkan kurangnya
edukasi adan juga perhatian lebih dari panti itu sendiri.
2. Sikap lansia terhadap kerusakan intgritas kulit penderita dermatitis
Menunjukan bahwa memiliki sikap kurang baik dalam menjaga
kebersihan dan perawatan kulit dalam mencegah ataupun mengurangi
memperparah kulit dengan demikian infeksi menjadi mudah. pada
penderita dermatitis pada lansia. Hal tersebut dikarenakan cenderung
28
tidak perduli dan malas dalam memperhatikan kebersihan diri dan
didukung dengan lingkungan juga.
3. Setelah diberikan edukasi tentang dermatitis mengenai apa itu
dermatitis penyebab tanda gejala dan faktor pencetus yang dapat
merusak integritas kulit dari lansia itu sendiri adanya perubahan
perilaku atau sikap lansia dalam meningkatkan kebersihan diri atau
personal hygine dan perawatan pada kulit serta memberikan obat salep
pada area gatal dan tidak digaruk bagian tersebut, jika gatal hanya
ditepuk-tepuk saja untuk mengurangi dan mengontrol gejala agar tidak
menjadi lebih parah.
24 Kesimpulan Berisikan konklusi, yang Dari hasil pengkajian dengan”Edukasi terhadap sikap Lansia dalam
diuraikan secara singkat, mengatasi kerusakan integritas kulit pada penderita dermatitis”di UPT
jelas dan umum serta hasil PSTW Blitar
akhir penelitian yang 1. Didapatkan bahwa pengetahuan tentang dermatitis di UPT PSTW
mengacu pada Blitar kurang baik
permasalahan dan tujuan 2. Didapatkan bahwa sikap lansia tentang perawatan diri pada penderita
umum mau pun tujuan dermatitis sangat kurang
khusus. 3. Setelah dilakukan edukasi tentang dermatitis adanya perubahan sikap
dari lansia dari meningkatkan kualitas kebersihan diri perawatan kulit
dan memberikan pengobatan juga dan menghindari pemicunya lebih
parah
Saran Rekomendasi yang Untuk peneneltian selanjutnya diharapkan untuk mengembangkan atau
diajukan hendaknya selalu memfakuskan ke faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygine dan
bersumber dari temuan dari hasil kesimpulan dilihat dari pengamatannya tindakan perilaku lansia
penelitian, pembahasan, cukup adanya perubahan dan untuk upaya mendapatkan hasil yang
dan simpulan hasil maksimal upayakan pihak panti lebih memperhatikan dalam perawatan
penelitian prsonal hygine dan sering memberikan informasi atau pengetahuan tentang
penyakit yang dideritanya.
Daftar Pustaka 1. Minimal 10 daftar Diana, C. P., Marniati, M., Husna, A., & Khairunnas, K. (2021). Faktor-Faktor
pustaka Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Di Wilayah Kerja
2. Sertakan link yang bisa Puskesmas Alue Rambot Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan
diakses/diklik diweb Raya. Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat (Jurmakemas), 1(2), 119-
137.
http://jurnal.utu.ac.id/JURMAKEMAS/article/view/4875
Marniati, M., Anwar, S., Muliadi, T., Mulyani, I., & Fahlevi, M. I. (2022).
Study of knowledge, history of allergies, and personal hygiene on
the incidence of dermatitis. J-Kesmas: Jurnal Fakultas Kesehatan.
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+dermatitis+internasional&btnG=
#d=gs_qabs&t=1690121835790&u=%23p%3DwE3dAwmvUm0J
Mareintika, R. (2022). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dermatitis
29
Kontak pada Pekerja Pabrik Gula. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, 4(3), 855-858.
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=tanda+gejala+dermatitis&oq=tanda+gej
ala+derma#d=gs_qabs&t=1690177104813&u=%23p%3D-
_G5U23p9GcJ
Pefbrianti, D., & Fadhilah, M. R. (2022). ANALISIS FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS.
PREPOTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, 6(2),
1163-1170.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/prepotif/article/view/
3828/3397
Rahmatika, A., Saftarina, F., Anggraini, DI, & Mayasari, D. (2020).
Hubungan Faktor Risiko Dermatitis Kontak pada Petani. Jurnal
Kesehatan , 11 (1), 101-107
https://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/1465
Sumaryati, M. (2016). Tingkat Pengetahuan dan Sikap Lansia Tentang
Penyakit Dermatitis di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota
Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 4(2), 11-23.
https://www.neliti.com/publications/286115/tingkat-pengetahuan-dan-
sikap-lansia-tentang-penyakit-dermatitis-di-wilayah-kerj
Alini, A. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
dermatitis atopik di Puskesmas Bangkinang Kota. PREPOTIF:
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(2), 33-42.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/prepotif/article/view/
78
Marniati, M., Anwar, S., Muliadi, T., Mulyani, I., & Fahlevi, M. I. (2022).
Study of knowledge, history of allergies, and personal hygiene on
the incidence of dermatitis. J-Kesmas: Jurnal Fakultas Kesehatan.
https://www.researchgate.net/profile/Marniati-Johan/publication/
363661539_Study_of_Knowledge_History_of_Allergies_and_Pers
onal_Hygiene_on_the_Incidence_of_Dermatitis/links/
638dec6411e9f00cda1f1988/Study-of-Knowledge-History-of-
Allergies-and-Personal-Hygiene-on-the-Incidence-of-
Dermatitis.pdf
Pradaningrum, S., Lestantyo, D., & Jayanti, S. (2018). Hubungan personal
hygiene, lama kontak, dan masa kerja dengan gejala dermatitis
kontak iritan pada pengrajin tahu Mrican Semarang. Jurnal
30
Kesehatan Masyarakat, 6(4), 378-386.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/21442
Ernyasih, E., Sari, J. P., Fauziah, M., Andriyani, A., Lusida, N., &
Herdiansyah, D. (2022). Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian
Penyakit Dermatitis di Wilayah Kerja Puskesmas Poris Gaga Lama Tahun
2021. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 18(1), 25-32.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK/article/view/11917
2 Pilihan
31
Perlakuan – kasus simple – Waktu singkat, respondenminimalis (individu)
Mean (rata-rata)
32