Anda di halaman 1dari 27

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Hampir seluruh umat Islam sepakat bahwa Hadis berkedudukan sebagai salahsatu sumber ajaran yang
harus di taati, berdasarkan dalil-dalil baik dari al-

Qur’an, Hadismaupun Ijma’ sahabat

Dalam surat al-Hasyr ayat 7, Allah berfirmanAyat ini memerintahkan kepada umat untuk mengikuti dan
menaati hukum-hukum danperaturan-peraturan yang disampaikan oleh Nabi, begitu juga perintah Allah
dalamsurat al-Ahzab ayat 36Dalam sebuah hadis Nabi menyatakan

‫ﻢ‬‫ﻜ‬‫ﻴ‬‫ﻓ‬‫ﺖ‬‫ﻛ‬‫ﺮ‬‫ﺗ‬ ‫ٲ‬ ‫ﻮ‬‫ﻠ‬‫ﻀ‬‫ﺗ‬‫ﻥ‬‫ﻟ‬‫ﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺮ‬‫ﻣ‬‫آ‬‫ﺎ‬‫ﺘ‬‫ﻛ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﺑ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻜ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬


‫ب‬‫ﷲو‬‫ﻲ‬‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﺳ‬

Para sahabat sepakat menetapkan wajib ittiba’ terhadap Hadis. Di waktu Nabi

masih hidup, para sahabat selalu konsekwen melaksanakan perintah-perintahnya.Sepeninggal Nabi,


para sahabat bila tidak menjumpai ketentuan-ketentuan dalam al-

Qur’an tentang suatu perkara, mereka selalu bertanya bagaimana ketentuan

tersebut dalam hadis. Demikian yang dilakukan Abu Bakar, Umar, dan Para sahabat lainnya.

Karena hal demikian suatu ijma’

Buka menu navigasi

Scribd Logo

Cari

Cari
Cari

Unduh

SimpanSimpan KEHUJJAHAN HADIST Untuk Nanti

Kehujjahan Hadist

Diunggah olehAan D'yanto Data diunggahpada Oct 14, 2011

100%

(11)

100% menganggap dokumen ini bermanfaat (11 suara)

22K tayangan

13 halaman

Informasi Dokumen

klik untuk memperluas informasi dokumen

Data diunggah

Oct 14, 2011

Judul Asli

KEHUJJAHAN HADIST

Hak Cipta

© Attribution Non-Commercial (BY-NC)

Format Tersedia

DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi
Bagikan di Facebook, terbuka di jendela baru

Facebook

Bagikan di Twitter, terbuka di jendela baru

Twitter

Bagikan di LinkedIn, terbuka di jendela baru

LinkedIn

Bagikan dengan Email, membuka klien email

Email

Copy Text

Salin Tautan

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

100%100% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaat

0%0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaat

Apakah konten ini tidak pantas?Laporkan Dokumen Ini

Unduh

SimpanSimpan KEHUJJAHAN HADIST Untuk Nanti

BAB 1

PENDAHULUAN

Hampir seluruh umat Islam sepakat bahwa Hadis berkedudukan sebagai salahsatu sumber ajaran yang
harus di taati, berdasarkan dalil-dalil baik dari al-

Qur’an, Hadismaupun Ijma’ sahabat

Dalam surat al-Hasyr ayat 7, Allah berfirmanAyat ini memerintahkan kepada umat untuk mengikuti dan
menaati hukum-hukum danperaturan-peraturan yang disampaikan oleh Nabi, begitu juga perintah Allah
dalamsurat al-Ahzab ayat 36Dalam sebuah hadis Nabi menyatakan
‫ﻢ‬‫ﻜ‬‫ﻴ‬‫ﻓ‬‫ﺖ‬‫ﻛ‬‫ﺮ‬‫ﺗ‬ ‫ٲ‬ ‫ﻮ‬‫ﻠ‬‫ﻀ‬‫ﺗ‬‫ﻥ‬‫ﻟ‬‫ﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺮ‬‫ﻣ‬‫آ‬‫ﺎ‬‫ﺘ‬‫ﻛ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﺑ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻜ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬
‫ب‬‫ﷲو‬‫ﻲ‬‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﺳ‬

Para sahabat sepakat menetapkan wajib ittiba’ terhadap Hadis. Di waktu Nabi

masih hidup, para sahabat selalu konsekwen melaksanakan perintah-perintahnya.Sepeninggal Nabi,


para sahabat bila tidak menjumpai ketentuan-ketentuan dalam al-

Qur’an tentang suatu perkara, mereka selalu bertanya bagaimana ketentuan

tersebut dalam hadis. Demikian yang dilakukan Abu Bakar, Umar, dan Para sahabat lainnya.

Karena hal demikian suatu ijma’

Scribd

Dipercayai oleh lebih dari 1 juta anggota

Coba Scribd GRATIS selama 30 hari untuk mengakses lebih dari 125 juta judul tanpa iklan atau
gangguan!

Mulai Coba Gratis

Batalkan Kapan Saja.

BAB II

PEMBAHASAN

A.

FUNGSI HADIS DAN KEDUDUKAN HADIST1.


Fungsi Hadist

Dalam hubungan dengan Al-Qur'an, maka as-Sunnah berfungsi sebagai penafsir,pensyarah, dan penjelas
daripada ayat-ayat tertentu. Apabila disimpulkan tentang fungsias-Sunnah dalam hubungan dengan Al-
Qur'an itu adalah sebagai berikut :a.

Bayan Tafsir, yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal danmusytarak. Seperti hadits : "
Shallu kama ro-aitumuni ushalli ". (Shalatlah kamusebagaimana kamu melihatku shalat) adalah
merupakan tafsiran daripada ayat Al-Qur'an yang umum, yaitu : " Aqimush- shalah ", (Kerjakan shalat).
Demikian pulahadits: " Khudzu anni manasikakum " (Ambillah dariku perbuatan hajiku) adalahtafsir dari
ayat Al-Qur'an " Waatimmulhajja " (Dan sempurnakanlah hajimu).b.

Bayan Taqrir, yaitu as-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuatpernyataan Al-

Qur’an

. Seperti hadits yang berbunyi : " Shoumu liru'yatihiwafthiruliru'yatihi " (Berpuasalah karena melihat
bulan dan berbukalah karena melihatnya)adalah memperkokoh ayat Al-Qur'an dalam surat Al-Baqarah :
185.c.

Bayan Taudhih, yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-

Qur’an

,seperti pernyataan Nabi : " Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadibaik harta-hartamu
yang sudah dizakati ", adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayatAl-Qur'an dalam surat at-Taubah : 34
yang berbunyi sebagai berikut : " Dan orang-orang yang menyimpan mas dan perak kemudian tidak
membelanjakannya dijalanAllah maka gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih ". Pada waktu
ayat ini

turun banyak para sahabat yang merasa berat untuk melaksanakan perintah ini, makamereka bertanya
kepada Nabi yang kemudian dijawab dengan hadits tersebut.

d.
Bayan Ta’kid, yaitu hadis menguatkan kandungan al

Qur’an, seperti hadis

-hadisyang isinya mewajibkan sholat, zakat, puasa, dan haji. Menguatkan al-Quran dalammaksud samae.

Takhshish Al-

‘am, yaitu member

i ketentuan khusus terhadap ayat-ayat yang masihumum

f.

Bayan Tasryi’, yaitu mewujudkan suatu hukum atau ajaran baru yang tidak di dapati

dalam al-

Qur’an

2.

Kedudukan Hadits Sebagai Dasar TasyriDasar tasyri (syari'at Islam) tidaklah asing bagi kaum muslimin
dan tidak diragukan lagi bahwa As-Sunnah merupakan salah satu sumber hukum Islam disampingAl-
Qur'an dan dia mempunyai cabang-cabang yang sangat luas, hal ini disebabkankarena Al-Qur'an
kebanyakan hanya mencantumkan kaidah-kaidah yang bersifat umumserta hukum-hukum yang sifatnya
global yang mana penjelasannya didapatkan dalamAs-Sunnah An-Nabawiyah.Oleh karena itu As-Sunnah
mesti dijadikan landasan dan rujukan serta diberikaninayah (perhatian) yang sepantasnya untuk digali
hukum-hukum yang terkandung didalamnya. Dan pembahasan

tentang sunnah Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam merupakan

hal yang sangat penting dalam pembentukan fikrah islamiyah serta upaya untuk mengenal salah satu
mashdar syari'at Islam, apalagi As-Sunnah sejak dulu selalu menjadisasaran dari serangan-serangan
firqah yang menyimpang dari manhaj yang haq, yangbertujuan untuk memalingkan ummat Islam dari
manhaj Nabawi dan menjadikan merekaragu terhadap As-Sunnah.Dalil yang menetapkan tentang
kedudukan hadits sebagai dasar tasyri sangatbanyak baik berdasarkan Al-Qur'an, hadits itu sendiri
maupun ijma (kesepakatan) parasahabat diantaranya;
‫ب‬ َِ 
  ‫ؼ‬ْ
ْ  ‫ُُا‬ ‫ٌٌِذ‬ ‫َذ‬ ‫َش‬
ّ ّ
‫ِِن‬ ‫إ‬َ
َّ ّ ‫ا‬
ُّ 
  ‫ت‬‫ا‬ََ 
‫ا‬
َُْ 

‫َو‬ ‫ف‬
ْ ُ 
ْ ‫َى‬ ‫ْْػ‬ ‫م‬
َُ 
 
 َ
‫و‬ َ ُ
  
‫ي‬ َُ  َ   ‫ف‬ ُ‫ُل‬

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yangdilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah Ta'ala.Sesungguhnya Allah Ta'ala sangat keras hukuman-
Nya". (QS.Al Hasyr:7)

َ ‫ْْح‬ ‫م‬
َِْ 
 َ  َ
ٍ ‫ََػ‬ ‫َك‬ ‫َْى‬
 َ
‫ْْس‬ ‫ََر‬ ‫أ‬
َ  
 َ
‫ف‬ ّ َ
 
َ ّ
 َ
 َ ‫ْْت‬ ‫َه‬

َ
َ 
َّ ‫َع‬
‫ََط‬ ‫ْْأ‬ ‫ذ‬ َ  َ ‫ََف‬ ‫ُل‬ ‫ّّس‬ ‫ز‬‫ِِا‬ ‫ٌُْغ‬
ِ
 ُ
ٌْ‫ه‬
ًَ ً ‫ظ‬ٍ
ٍِ ِ 

"Barangsiapa yang menta`ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta`ati AllahTa'ala. Dan barangsiapa
yang berpaling (dari keta`atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi
mereka."(QS.An Nisaa;80)

َ‫ن‬ ُ 
  ‫ْْخ‬ ‫ذ‬
َِّ 
ٌ ِ
 ّ
ُ ‫أ‬ ُِ
 
 ِ ‫َو‬
‫َص‬ ‫ْْػ‬ ‫ه‬
َ  َ
َ ‫ّة‬ ‫َى‬ ‫ج‬ْ
ْ  ‫َا‬ ‫ََخ‬ ‫ِد‬  ِ ‫َى‬ ‫َػ‬
‫ََط‬ ‫ْْأ‬ ‫َه‬
‫ل‬ ََ ‫ق‬
َْ 
 
ٌْ ‫ه‬َِّ
 ‫ُل‬
‫ََس‬ ‫َر‬
 َ ٌ ‫ا‬

َُ   
‫ق‬ َ  َ
 ‫ْْأ‬ ‫َه‬

ِّ ‫َإ‬ ‫ّة‬ ‫َى‬ ‫ج‬ْ
ْ  ‫ا‬‫ي‬‫ا‬‫ر‬ َ    ‫ْْأ‬ ‫َذ‬
 َ ‫ف‬ ‫م‬ 
‫ر‬ ‫ا‬

" Seluruh umatku akan masuk surga kecuali yang enggan. (Para sahabat)bertanya, "Siapa mereka itu
yang enggan wahai Rasulullah"? Beliau bersabda :"Barangsiapa yang mentaatiku maka dia akan masuk
surga dan siapa yangmendurhakaiku maka dialah yang enggan masuk surga " (H.R. Bukhari - Muslim)

Umumnya kaum muslimin menerima kedudukan hadits sebagai dasar tasyriitu dan hanya sebaigian kecil
yang menolaknya (inkarusunnah) namun demikianpersoalan yang terpenting adalah bagaimana dalam
pelaksanaannya, sebab ayat-ayatdan hadits yang menetapkan kedudukan hadits itu umumnya bersifat
teologissedangkan cara dalam melaksanaannya tidak disebutkan secara eksplisit. Pelaksanaanatau
bagaimana hadits diamalkan dikaji dari sudut ilmu hadits atau musthalahul haditsyang niscaya dipelajari
bagi setiap muslim yang menginginkan hanifan lidinihi (benardan lurus dalam agamanya)3.

Fungsi hadits dalam tasyriAda empat fungsi hadits dalam tasyri' (ajaran Islam) yakni sebagai;a)

Hujjah atau dalil agama islam yakni sebagai argumentasi yang bersifat aqliyah(pemikiran) disamping al-
Qur'an.b)

Bayan yakni yang menjelaskan kandungan Al-Qur'an yang masih global dan umumyang belum rinci.

c)

Taqyid yakni memperkuat sesuatu yang telah ditetapkan oleh Al-Qur'an.d)

Manhaj yakni pedoman amaliyah bagi kaum muslimin.Empat fungsi ini yang jarang diperhatikan bagi
umumnya kaum muslimin terlebihaturan main dalam menggunakan ke-empat fungsi tersebut. Untuk
bisa mengamalkan 4fungsi hadits diatas, seseorang mesti mengetahui dan memahami konsepsi dasar
yangberkenaan dengan hadits sekurang-kurangnya berikut ini;a.

Mengetahui maksud hadits dalam tataran praktisb.

Mengetahui perbedaan hadits dengan al-Qur'anc.

Ragam dan istilah yang berkenaan dengan hadits (musthalahul hadits)d.

Kualifikasi haditse.
Pengamalan haditsf.

Problematika hadits

B.

KEHUJJAN HADIS

Yang dimaksud dengan kehujahan Hadits (hujjiyah hadits) adalah keadaan Hadits yang wajibdijadikan
hujah atau dasar hukum (al-dalil al-

syar’i), sama dengan Al

Qur’an dikarenakan adanya

dalil-dalil syariah yang menunjukkannya. Menurut Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya Ushul Al-FiqhAl-
Islami, orang yang pertama kali berpegang dengan dalil-

dalil ini diluar ‘ijma adalah Imam Asy

Syafi’I (w. 204 H) dalam kitabnya Ar

-Risalah dan Al-Umm.

Kehujahan hadits sebagai dalil syara’ telah

ditetapkan berdasarkan dalil-

dalil qath’iy yang menuturkan tentang kenabian Moham

mad saw.Selain itu, keabsahan hadits sebagai dalil juga ditunjukkan oleh nash-

nash qath’iy yang

menyatakan, bahwa beliau saw tidak menyampaikan sesuatu (dalam konteks syariat)
kecualiberdasarkan wahyu yang telah diwahyukan. Semua peringatan beliau saw adalah wahyu
yangdiwahyukan. Oleh karena itu, hadits adalah wahyu dari Allah swt, dari sisi maknanya saja,
tidaklafadznya. Hadits adalah dalil syariat tak ubahnya dengan al-Quran. Tidak ada perbedaan antara al-
Quran dan Hadits dari sisi wajibnya seorang Muslim mengambilnya sebagai dalil syariat.Di dalam al-
Qur'an sendiri kita dapati perintah-perintah, akan tetapi tidak disertakanbagaimana pelaksanaannya,
seperti misalnya perintah shalat, puasa dan sebagainya. Dalam hal yangdemikian ini tidak lain kita harus
melihat kepada hadits .Bukankah Allah telah berfirman di dalam al-Qur'an:

6Artinya:"Dan Kami menurunkan kepada kamu adz-dzikr, agar engkau menjelaskan kepada manusia
tentangapa yang telah diturunkan kepada mereka." (an-Nahl: 44)Jika sekiranya, hadits itu bukan
merupakan hujah dan tidak pula merupakan penjelasan atasal-Qur'an, sudah tentu kita tidak akan dapat
melaksanakan, bagaimana cara kita beribadah danmelaksanakan ajaran-ajaran yang terdapat di dalam
al-Qur'an Sabda Nabi SAW :Artinya: "Ingat! Bahwa saya diberi al-Quran dan yang seperti al-Quran
(Hadits)." (H.R. Abu Daud)Karena itu, hadits, baik ia menjelaskan al-Qur'an atau berupa penetapan
sesuatu hukum, umat Islamwajib mentaatinya.Apabila kita teliti, hadits terhadap al-Qur'an, dapat
berupa menetapkan dan mengokohkanketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam al-Qur'an, atau
berupa penjelasan terhadap al-Qur'an,menafsiri serta memperincinya, atau juga menetapkan sesuatu
hukumyang tidak terdapat di dalamal-Qur'an. Hal ini juga dikemukakan oleh Imam asy-Syafi'i di dalam
ar-Risalahnya. Jika sekiranya,hadits itu bukan merupakan hujah dan tidak pula merupakan penjelasan
atas al-Qur'an, sudah tentukita tidak akan dapat melaksanakan, bagaimana cara kita beribadah dan
melaksanakan ajaran-ajaranyang terdapat di dalam al-Qur'an

C.

GOLONGAN INGKAR SUNNAHInkar Sunnah : Kehilangan Akar Sejarah

Secara paradigma pemikiran danpemahaman, sejarah inkar Sunnah memang sangat erat dengan
golongan Khawarij,Muktazilah, dan Syiah (Rafidhah). Dan dari segi benih kemunculan, mereka
sudahtampak sejak masa sahabat. Bahkan, kabar tentang akan adanya orang yangmengingkari Sunnah
sudah pernah disampaikan oleh

Rasulullah Shallallahu Alaihi waSallam. Tetapi, dari segi golongan atau kelompok yang terpisah dan
berdiri sendiri,inkar Sunnah ini sesungguhnya tidak pernah eksis kecuali pada masa penjajahan

kolonial Inggris di India sekitar abad delapan belas. Barangkali, satu-satunya kitabturats yang di
dalamnya ada pembahasan khusus yang membantah pemahaman orang-orang inkar Sunnah yang
menunjukkan. keberadaannya adalah kitab Ar-Risalah karyaImam Asy-Syafi'i, yang memang waktu itu
sempat berhadapan dengan mereka. Adapunkitab-kitab turats lain, biasanya. hanya membahas masalah
kedudukan Sunnah dalamsyariat Islam serta hukum orang yang mengingkarinya. Misalnya, Al-Kifayah fi
'Ilm Ar-Riwayah (Imam Al-Khathib Al-Baghdadi), Syarh As-Sunnah An-Nabawiyyah (Imam
AbuMuhammad Al-Baghawi), dan Miftah Al-Jannah fi Al-Ihtijaj bi As-Sunnah (ImamJalaluddin As-
Suyuthi).Semestinya, apabila kelompok inkar Sunnah benar-benar pernah ada wujudnyadalam
perjalanan sejarah Islam, tentu akan mudah ditemui kisahnya dalam kitab-kitab.Tarikh yang besar
semacam; Tarikh Al-Umam wa Al-Muluk (Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari), Tarikh Al-Islam (Imam Adz-
Dzahabi), Al-Bidayah wa An-Nihayah(Imam Ibnu Katsir), Tarikh Dimasyq (Ibnu Asakir), Al-Kamil fi At-
Tarikh (IbnulAtsir), dan Tarikh Baghdad (Al-Khathib Al-Baghdadi).Padahal, betapa banyaknya tokoh-
tokoh sesat yang bernasib tragis yangkisahnya dimuat dalam kitab-kitab sejarah Islam. Sebutlah
misalnya; Abdullah bin Saba'yang akan dibakar oleh Ali bin Abi Thalib, tetapi berhasil melarikan diri;Al-
Harits bin Said Al-Mutanabbi (79 H) yang dihukum mati dengan cara dilempartombak di tiang salib oleh
Khalifah Abdul Malik bin Marwan Al-Umawi; Ma'badAl-Juhani Al-Qadari (80 H) yang juga dihukum mati
oleh Khalifah Abdul Malik binMarwan; Ghailan Ad-Dimasyqi Al- Qadari (105 H) yang dihukum salib dan
dipenggallehernya oleh Khalifah Hisyam bin Abdul Malik; Abbad Ar-Ru'aini Al-Khariji (107H) dibunuh
oleh Gubernur Yaman Yusuf bin Umar; Ammar bin Yazid Bakhdasy (118H) yang dipotong tangannya dan
disalib oleh Gubernur Irak Khalid bin AbdillahAl-Qasri; Al-Ja'd bin Dirham (124 H) yang disembelih pada
hari raya idul adhalayaknya qurban juga oleh Khalid bin Abdillah Al-Qasri; Al-Jahm bin Shafwan(128 H)
yang dibunuh oleh Salam bin Ahwaz, kepala kepolisian pada masa KhalifahMarwan Al-Himari, khalifah
terakhir Bani Umayyah; Bisyr Al-Marrisi, seorangtokoh Muktazilah yang menghilang tak tentu rimbanya
karena takut akan dibunuholeh Khalifah Harun Al-Rasyid; Al-Husain bin Manshur Al-Hallaj (309 H),
tokohsesat sufi yang dihalalkan darahnya dan dikafirkan oleh para ulama dan kaum

muslimin ketika itu yang kemudian dijatuhi hukuman mati oleh KhalifahAl-Muqtadir Billah. Dan masih
banyak lagi yang lain.Akan tetapi, dari sekian banyak tokoh sesat lagi menyesatkan yangmengemuka dan
dicatat oleh sejarah, tidak satu pun di antara mereka yang dikenalsebagai seorang yang berpaham inkar
Sunnah. Atau lebih khusus lagi, seharusnyamereka juga mudah ditemukan dalam kitab-kitab yang
membahas golongan-golongandalam Islam atau dinisbatkan ke Islam atau yang pernah bersinggungan
dengan Islam.Seperti; Al-Milal wa An-Nihal (Abul Fath Asy-Syahrastani/w. 548 H) dan Al-Farq BainaAl-
Firaq (Abu Manshur Al-Baghdadi/w. 409 H)). Atau buku-buku dalam masalah iniyang muncul
belakangan, seperti; Al-Madzahib Al-Islamiyyah (Syaikh Muhammad AbuZuhrah) dan Islam Bila
Madzahib (DR. Musthafa Syak'ah). Namun, faktanya tidaklahdemikian. Mereka benar-benar tidak
terekam dalam sejarah. Jadi, aliran sesat inkarSunnah ini memang bagaikan hantu yang muncul tiba-
tiba. Mereka pernah terdengarberitanya hingga abad kedua Hijriyah, itu pun sayup-sayup. Selanjutnya,
merekalenyap ditelan bumi. Tidak ada kabar, tidak ada suara, dan tiada wujud.Kemudian, setelah
berabad-abad lamanya (sekira sepuluh abad) tahu-tahu merekamuncul di India. Tentu hal ini membuat
orang waras bertanya-tanya, kenapakemunculan mereka berbarengan dengan masa penjajahan Inggris?
Ke mana sajainkar Sunnah ini selama sepuluh abad sebelumnya?Ada beberapa alasan yang menjadi
dasar faham ingkar sunnah:a.

Kesempurnaan Al

Qur’an

‫ﻰ‬‫ﻓ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻂ‬‫ﺮ‬‫ﻓ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ٲ‬ ‫ﺐ‬‫ﺘ‬‫ﻜ‬‫ﻟ‬‫ﻲ‬‫ﺷ‬‫ﻥ‬‫ﻣ‬۶‫و‬‫ﻚ‬‫ﻜ‬‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻟ‬‫ﺰ‬‫ﻦ‬‫ا‬‫ﻲ‬‫ﺷ‬‫ﻞ‬‫ﻜ‬


‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﺐ‬‫ﺘ‬‫ﻜ‬‫ﻟ‬‫ء‬

Semua persoalan telah tercakup, dirinci, dan dijelaskan oleh Al-

Qur’an

sehingga untuk menjelaskan agama tidak diperlukan lagi keterangan dari luar Al-

Qur’an.

b.

Al-

Qur’an sebagai sumber ajaran yang terjaga kemurniannya

Bahwa hanya Al-

Qur’an yang dijaga kemurniannya, sedangkan hadits tidak.

c.

Nabi hanya memerintahkan penulisan Al-


Qur’an dan bahkan melarang

penulisan hadits.d.

Ajaran agama harus didasarkan kepada dalil yang qath’i bukan yang dzanni.

Bahwa sebagian besar hadits adalah ahad dan itu adalah dzanni, maka tidak tidak bolehdijadikan dasar
bagi agama.Dalam hal ini, setidaknya ada enam kelemahan inkar Sunnah di hadapan AhluSunnah:1.

Ahlu Sunnah selalu eksis sejak masa Nabi dan sahabat hingga sekarang. Dari satugenerasi ke generasi
berikutnya tanpa terputus sedetik pun, senantiasabersambung. Dan, insya Allah hingga Hari Kiamat
kelak. Amin. Inkar Sunnahbaru eksis 1200 tahun setelah wafatnya Nabi.2.

Ahlu Sunnah selalu dapat mengalahkan argumentasi orang yang mengingkariSunnah pada dua abad
pertama paska wafatnya Nabi ketika secara personalmereka pernah ada. Orang yang mengingkari
Sunnah selalu kalah jikaberhadapan dengan para ulama Ahlu Sunnah ketika itu.3.

Ahlu Sunnah mempunyai khazanah keilmuan yang sangat melimpah dalamberbagai disiplin ilmu; Al-
Qur'an dan ilmu-ilmu Al-Qur'an, tafsir Al-Qur'an,kitab-kitab hadits dan ilmu-ilmu hadits, fikih dan ushul
fikih, sejarah Islam danmadzhab-madzhab dalam Islam, dan lain-lain. Semuanya penuh dengan hadits-
hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Inkar Sunnah sama sekali tidak memiliki kekayaan
intelektual sebagaimana Ahlu Sunnah.4.

Setiap abad, setiap masa, dan setiap saat, selalu saja ada tokoh ulama AhluSunnah dan para imam yang
mengemuka. Nama-nama mereka tercatat dengantinta emas dalam sejarah Islam, terutama dalam
literatur biografi yang

10

menyebutkan berbagai kelebihan dan sumbangsih mereka dalam menegakkanagama Islam. Inkar
Sunnah tidak memiliki tokoh-tokoh seperti Ahlu Sunnah,kecuali setelah abad delapan belas Masehi. Itu
pun tercatat dengan noda merah.Banyak di antara tokoh inkar Sunnah yang hidupnya berakhir
denganmengenaskan, setimpal dengan dosa-dosanya.5.
Ahlu Sunnah, baik ulamanya ataupun umat Islam secara umum, banyak terlibat dalam perjuangan (baca;
jihad) melawan musuh-musuh Islam. Kemenangan-demi kemenangan pasukan kaum muslimin atas
musuh-musuhnya tercatat dengan indah dalam sejarah. Adapun inkar Sunnah, justru tercatat
sebagaiorang-orang atau kelompok yang diperangi oleh kaum muslimin. Mereka adalah'pe-er' bagi umat
Islam. Mereka adalah musuh dalam selimut.6.

Para khalifah, sejak masa Khulafa'ur rassyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah,dan Daulah Utsmaniyah,
adalah orang-orang yang memegang teguh memegangAl-Qur'an dan Sunnah Nabi. Inkar Sunnah tidak
memiliki peran apa pun dalampemerintahan Islam. Tidak ada satu pun khalifah dalam sejarah Islam
yangberpaham inkar Sunnah.Menanggapi golongan inkar sunah, ada jawaban-jawaban yang
menunjukkanatas kelemahan argument mereka.a.

Al-Quran memberikan petunjuk kepada manusia yang berupa kaedah-kaedahdan prinsip kehidupan
yang sempurna, sebagian dinyatakan secara rinci dansebagian besar dinyatakan secara global. Uraian
selengkapnya, apalagi yangbersifat teknis dan praktis diserahkan kepada Nabi untuk diikuti
olehumatnya. Hal ini juga diperkuat dengan masih turunya beberapa ayat setelahturunya ayat tentang
kesempurnaan agama pada surat al-Maidah ayat3.b.

Pemeliharaan akan kemurnian ad-dzkir tidak terbatas pada al-Qu

r’an saja,

tetapi yang dimaksud adalah syariat ALLAH yang diturunkan kepada Nabi,meliputi al-

Qur’an, sunnah Nabi , bahkan termasuk pikiran

-pikiran jernihumatnya. Firman Allah surat an-Nahl ayat 43:

Scribd

Dipercayai oleh lebih dari 1 juta anggota

Coba Scribd GRATIS selama 30 hari untuk mengakses lebih dari 125 juta judul tanpa iklan atau
gangguan!

Mulai Coba Gratis

Batalkan Kapan Saja.


11

Apakah ahlu ad-dzikr disini adalah ahli al-Quran saja ?c.

Larangan penulisan hadist pada masa Nabi adalah demi kemaslahatan , yaknipenulisan al-Quran lebih
maslahat daripda penulisan hadist. Meskipundemikian, bagi sahabat yang mempunyai ketelitian menulis
masihdiperbolehkan menulis hadist d.

Istilah dzani didalam surat yunus ayat:36 bukanlah dimaksutkan untuk mendiskriditkan hadist, tetapi ini
sebagai informasi bahwa dzani ( hasilrenungan orang belaka ) tidak akan melawan kebenaran yang pasti
yakniajaran yang dibawa nabi, baik yang terkandung dalam al-quran maupunhadist Nabi, bahkan
masalah hukum, tidak sedikit persoalan- persoala n yangtidak di dasarkan pada dzanni

12

BAB III

KESIMPULAN

Pada dasarnya fungsi dan kedudukan hadist adalah sumber ajaran Islam setelahal-

Qur’an, dimana hadis menjela

skan atau menerangkan aturan-aturan dan ajarandalam al-

Qur’an. Hal ini telah dijelaskan dalam kehujjahan hadist, yang menjadikan

hadis sebagai dasar hukum. Namun pada praktiknya terdapat golongan ingkar sunnahyang mana
Kehilangan Akar Sejarah

Secara paradigma pemikiran dan pemahaman.Golongan ingkar sunnah ini sudah muncul sejak
dahulu.golongan inkar sunnah tersebut merupakan sekelompok kecil dari kalangan ulama dan umat
islam yang menolak hadissebagai salah satu sumber ajaran Islam. Hal ini karena kepedulian terhadap al-

Qur’an

sehingga kurang memahami fungsi dan kedudukan hadis. Namun pada golongan iniImam

Syafi’i telah menulis bantahan terhadap argumen mereka dan bisa membuktikan
keabsahan hadis

DAFTAR PUSTAKA

13

Ramdhani Muhammad.2008.

http://roudhotul.blogspot.com

Anonim.2007.Handout Materi Hadist.Fakultas Sains dan Teknologi UIN SunanKalijaga.YogyakartaZigam


Muhlisin dkk.2011.

Pengertian Hadist dan Unsur-Unsurnya

. UIN Sunan Kali Jaga.Yogyakarta

http://www.akhirzaman.info/islam/miscellaneous/1523-kedudukan-dan-fungsi-hadits-dalam-tasyri-
serta-pengamalannya.html

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Bagikan di Facebook, terbuka di jendela baruBagikan di Twitter, terbuka di jendela baruBagikan di


LinkedIn, terbuka di jendela baruBagikan dengan Email, membuka klien emailCopy Text

Anda mungkin juga menyukai

Metodologi Studi Islam 01 Buku Abuddin Nata

Metodologi Studi Islam 01 Buku Abuddin Nata

falqi

Makalah Sumber Hukum Islam

Makalah Sumber Hukum Islam

puji_asc

Ayat-Ayat & Hadist Ekonomi Islam


Ayat-Ayat & Hadist Ekonomi Islam

ekosusantossi

Majalah

Podcast

Lembar Musik

HADIST MAUDHU

HADIST MAUDHU

ABDULLAH ARIEF (TIF 09 A)

Pembagian Hadis Dari Segi Kualitas dan Kuantitas

Pembagian Hadis Dari Segi Kualitas dan Kuantitas

hozaini17

Kehujjahan Al Quran

Kehujjahan Al Quran

charmeddian

makalah sumber hukum islam full

makalah sumber hukum islam full

O Jelaimtyf-Ms Xemiq

Makalah Sejarah perkembangan Hadis

Makalah Sejarah perkembangan Hadis

Mamet Jay

Definisi Al-Quran, Hadis Nabawi Dan Hadis Qudsi PDF

Definisi Al-Quran, Hadis Nabawi Dan Hadis Qudsi PDF

Hasrul

munasabah

munasabah
Ahmad Rifa'i

Makalah Munasabah Al-qur'An

Makalah Munasabah Al-qur'An

Machrus Kamil

ulumul hadits

ulumul hadits

Rhiny Sii ChanizZt

Tampilkan lebih banyak

Menu Footer

Kembali ke atas

Tentang

Tentang Scribd

Media

Blog kami

Bergabunglah dengan tim kami!

Hubungi Kami

Undang teman

Hadiah

Scribd untuk perusahaan

Hukum

Syarat

Privasi

Hak Cipta

Preferensi Cookie
Dukungan

Bantuan / Pertanyaan Umum

Aksesibilitas

Bantuan pembelian

AdChoices

Penerbit

Sosial

Instagram

Instagram

Twitter

Twitter

Facebook

Facebook

Pinterest

Pinterest

Dapatkan aplikasi gratis kami

Buku

Buku audio

Majalah

Podcast

Lembar Musik

Dokumen

Snapshots

Bahasa:

Bahasa Indonesia
Hak cipta © 2022 Scribd Inc.

Apa itu Scribd?Perluas bagian Apa itu Scribd?

Jutaan judul di ujung jari Anda

Hanya Rp70,000/bulan. Batalkan kapan saja.

Baca gratis selama 30 hari

Pelajari selengkapnya

Navigasi cepat

Beranda

Buku

Buku audio

Dokumen

, aktif

Dalil-dalil Kehujjahan Hadist

BAB I

PENDAHULUAN

• Pengertian Kehujjahan Hadits

Yang dimaksud dengan kehujahan Hadits (hujjiyah hadits) adalah keadaan Hadits yang wajib
dijadikan hujah atau dasar hukum (al-dalil al-syar’i), sama dengan Al-Qur’an dikarenakan adanya dalil-
dalil syariah yang menunjukkannya. Menurut Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya Ushul Al-Fiqh Al-Islami,
orang yang pertama kali berpegang dengan dalil-dalil ini diluar ‘ijma adalah Imam Asy-Syafi’I (w. 204 H)
dalam kitabnya Ar-Risalah dan Al-Umm.

Kehujahan hadits sebagai dalil syara’ telah ditetapkan berdasarkan dalil-dalil qath’iy yang
menuturkan tentang kenabian Mohammad saw. Selain itu, keabsahan hadits sebagai dalil juga
ditunjukkan oleh nash-nash qath’iy yang menyatakan, bahwa beliau saw tidak menyampaikan sesuatu
(dalam konteks syariat) kecuali berdasarkan wahyu yang telah diwahyukan. Semua peringatan beliau
saw adalah wahyu yang diwahyukan. Oleh karena itu, hadits adalah wahyu dari Allah swt, dari sisi
maknanya saja, tidak lafadznya. Hadits adalah dalil syariat tak ubahnya dengan al-Quran. Tidak ada
perbedaan antara al-Quran dan Hadits dari sisi wajibnya seorang Muslim mengambilnya sebagai dalil
syariat.
Di dalam al-Qur'an sendiri kita dapati perintah-perintah, akan tetapi tidak disertakan bagaimana
pelaksanaannya, seperti misalnya perintah shalat, puasa dan sebagainya. Dalam hal yang demikian ini
tidak lain kita harus melihat kepada hadits.

Bukankah Allah telah berfirman di dalam al-Qur'an:

"Dan Kami menurunkan kepada kamu adz-dzikr, agar engkau menjelaskan kepada manusia tentang apa
yang telah diturunkan kepada mereka." (an-Nahl: 44)

Jika sekiranya, hadits itu bukan merupakan hujah dan tidak pula merupakan penjelasan atas al-Qur'an,
sudah tentu kita tidak akan dapat melaksanakan, bagaimana cara kita beribadah dan melaksanakan
ajaran-ajaran yang terdapat di dalam al-Qur'an.

Sabda Nabi SAW :

"Ingat! Bahwa saya diberi al-Quran dan yang seperti al-Quran (Hadits)." (H.R. Abu Daud)

Karena itu, hadits, baik ia menjelaskan al-Qur'an atau berupa penetapan sesuatu hukum, umat Islam
wajib mentaatinya.

Apabila kita teliti, hadits terhadap al-Qur'an, dapat berupa menetapkan dan mengokohkan ketentuan-
ketentuan yang terdapat di dalam al-Qur'an, atau berupa penjelasan terhadap al-Qur'an, menafsiri serta
memperincinya, atau juga menetapkan sesuatu hukumyang tidak terdapat di dalam al-Qur'an.

Hal ini juga dikemukakan oleh Imam asy-Syafi'i di dalam ar-Risalahnya.

Jika sekiranya, hadits itu bukan merupakan hujah dan tidak pula merupakan penjelasan atas al-Qur'an,
sudah tentu kita tidak akan dapat melaksanakan, bagaimana cara kita beribadah dan melaksanakan
ajaran-ajaran yang terdapat di dalam al-Qur'an.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Dalil Kehujjahan Hadist


Ada beberapa dalil yang menunjukan atas kehujjahan hadist dijadikan sebagai sumber hukum Islam,
yaitu sebagai berikut:

1. Dalil Al-Qur’an.

Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang yang memerintahkan untuk patuh kepada rasul dan mengikuti
sunnahnya. Perintah patuh kepada rasul berarti perintah mengikuti sunnah sebagai hujjah, diantaranya
adalah:

a. Surah An-Nisa’:136

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada
kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya ..............................”

b. Surah Ali-Imran: 32

Artinya: “Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang kafir."

c. Surah At-Taghaabun: 12

Artinya: “Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya, jika kamu berpaling sesungguhnya
kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.”

Beberapa ayat diatas menunjukan bahwa kita diperintahkan untuk ta’at kepada Allah dan mengikuti
Rasulnya. Manusia tidak mungkin bisa mengikuti jejak Rasul tanpa mengetahui sunnahnya.

2. Dalil hadis.

Hadis yang dijadikan sebagai hujjah juga sangat banyak sekali, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. “Aku tinggalkan pada kalain dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh
kepada keduanya, yaitu kitab Alllah dan sunnahku.” (HR. Al-Hakim dan Malik)

b. Saat Rasulullah SAW hendak mengutus Mu’az bin jabal untuk menjadi penguasa di Yaman, terlebih
dahulu dia diajak dialog oleh Rasulullah SAW:

Rasull bertanya: “Bagaimana kamu menetapkan hukum bila dihadapkan kepadamu sesuatu yang
memerlukan penetapan hukum?”

Mu’az menjawab: “Saya akan menetapkan dengan kitab Allah SWT,” lalu Rasull bertanya: “Seandainya
kamu tidak mendapatkanya dalam kitab Allah?”

Mu’az menjawab: “Dengan sunnah Rasulullah,”


Rasull bertanya lagi: “Seandainya kamu tidak mendapatkanya dalam kitab Allah juga dalam sunnah
Rasulullah?”

Mu’az menjawab: “Saya akan berijtihad dengan pendapat saya sendiri.” Maka Rasulullah menepuk-
nepuk belakang Mu’az seraya mengatakan “Segala puji bagi Allah yang telah menyelaraskan urusan
seorang Rasull dengan sesuatu yang Rasull kehendaki.” (HR. Abu Daud dan Al-Tarmidzi)

c. “Wajib bagi sekalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah khulafa ar-sasyidin (khalifah
yang mendapat petunjuk), berpagang tegulah kamu sekalian denganya.” (HR. Abu Daud dan Ibn Majah)

Hadist-hadist diatas menjelaskan kepada kita bahwa seseorang tidak akan tersesat selamanya apabila
hidupnya berpegang teguh atau berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist. Orang yang tidak berpegang
teguh akan keduanya berarti tergolong kepada orang yang sesat. Nabi tidak pernah memerintahkan
kecuali dengan diperintah Allah, dan siapa yang taat kepada Nabi berarti ia taat kepada zat yang
memerintahkan kepadanya untuk melaksanakan perintah itu.

B. Perdebatan Seputar Kehujjahan Hadist.

1. Gerakan Ingkar Sunnah

Dewasa ini banyak orang atau golongan yang bermunculan yang berupaya mendasari sumber ajaran
Islam itu semata-mata hanya kepada Al-qur’an. Sedangkan untuk sunnah/ hadist mereka tidak
menempatkanya sebagai sumber ajaran agama Islam. Karena menurut mereka sunnah baru ada setelah
200 tahun sesudah Nabi wafat.

Orang-orang atau golongan ini terkenal dengan istilah ingkar sunnah, yaitu suatu paham yang timbul
dari sebagian kecil kaum muslimin. Secara umum mereka melakukan ini hanya untuk mencari
kepopuleran dalam masyarakat Islam.

Aliran-aliran ingkar sunnah dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Ingkar sunnah mutlaq, yaitu mengingkari sunnah secara seluruhnya.

b. Ingkar sunnah Ba’dh As-sunnah, yaitu mengingkari sebagian dari sunnah.

c. Ingkar sunnah Bigharit Tariqi, yaitu mengingkari sunnah yang sanadnya tidak memenuhi dengan
syarat-syarat yang mereka gariskan.

Pada umumnya alasan-alasan para pengingkar sunnah adalah sebagai berikut:

a. Menurut mereka, tugas Rasul adalah menyampaikan isi kandungan Al-qur’an/ wahyu dari Allah
SWT yang telah diturunkan kepadanya, bukan menerangkan ayat-ayat Al-qur’an yang akan
menimbulkan hukum-hukum baru.
b. Menurut mereka Al-qur’an adalah firman yang telah lengkap isinya dan tidak diragukan lagi
kandunganya, yang juga terdapat keterangan ayat yang kurang jelas, maka tidak dibutuhkan lagi sunnah
untuk memperjelasnya.

Ditambah lagi, mereka menjadikan ayat-ayat berikut sebagai alasan keingkaran terhadap sunnah:

- “..............Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar
perkataannya dari pada Allah ?” (QS. An-Nisa’: 122)

- “...............Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab[472], kemudian kepada Tuhanlah


mereka dihimpunkan.”(QS. Al-A’am: 38)

- “...................Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu
dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl: 89)

Dr. Ahmad Zaki dalam bukunya “Tsaurah Al Islam” mengatakan bahwa, hadist itu adalah suatu
kedustaan, terutama bagi perawi-perawinya. Karena hadist itu adalah hal yang dibuat-buat oleh
manusia setelah 200 tahun kematian Nabi.

Ahmad Dien adalah seorang guru disekolah Islam Amritsan, dia memiliki pemikiran yang sangat
cemerlang dalam mengkaji agama. Namun, ia hanya merujuk pada Al-qur’an semata sebagai satu-
satunya dasar ajaran agama Islam. Baginya hadist bukanlah hujjah dalam agama, karna itu umat tidak
boleh berpegang pada sunnah sebagai sumber ajaran agama Islam.

Sedangkan menurut Ahmad khan, salah satu ahli Qur’an, menyatakan bahwa para ulama sangat
ceroboh dan salah dalam penyaringan terhadap sanad dan matan hadist. Hadist yang dapat dijadikan
sebagi hujjah adalah hadist yang diriwayatkan secara mutawatir, yang harus ada kesaksian bahwa kata-
kata dalam riwayat yang mengandung kebenaran dan kepastian dari Rasull. Selain hadist yang dapat
memenuhi syarat tersebut tidak dapat dijadikan sebagai hujjah.

2. Pembelaan Terhadap Sunnah Sebagai Sumber Ajaran Islam

Menurut Imam malik ibn Anas, Al-qur’an itu adalah pokok hukum syari’at, pegangan umat Islam yang
secara rinci menerima penjelasan dari sunnah. Al-qur’an menjelaskan syar’i secara kulit, sedangkan
sunnah menjelaskan hukum-hukumnya secara terperinci. Kita memerlukan sunnah bukan karena dia
adalah sebagi sumber hukum kedua, tapi karena dia menafsirkan ayat-ayat Al-qur’an yang mujmal.

Imam Syafi’i memandang Al-qur’an dan sunnah berada dalam satu martabat, bahkan baginya hanya
keduanyalah yang menjadi sumber hukum Islam. Ia dengan tegas membantah kaum khawarij yang
menolak kehujjahan sunnah. Sedangkan pandanganya terhadap hadist ahad, ia menyatakan bahwa
hadist ini tidak bisa dijadikan hujjah.
Menurut Imam Hambali, barang siapa menolak hadist maka ia itu telah berada diatas jurang
kehancuran. Ia mengatakan lagi bahwa:

- Rasulullah SAW adalah penafsir Al-qur’an, tidak boleh seorangpun menafsirkan Al-qur’an tanpa
sunnah rasulullah SAW.

- Tafsir sahabat harus kita terima dalam menafsirkan Al-quran apabila tidak menemukan dalam
sunnah, karena sahabat lebih memahami sunnah Nabi terutama tentang nuzulul Qur’an dan
penjelasanya.

C. Hubungan Dan Fungsi Hadist Terhadap Al-Qur’an.

Al-qur’an dan hadist sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam Islam, antara yang satu
dengan yang lainya tidak dapat dipisahkan. Al-qur’an sebagai sumber ajaran utama yang memuat
ajaran-ajaran yang bersifat umum. Oleh karena itu, kehadiran hadist sebagai sumber ajaran kedua
tampil untuk menjelaskan (bayan) keumuman isi Al-qur’an tersebut. Sesuai firman Allah SWT:

Artinya: “Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran,
agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya
mereka memikirkan.”(QS. An-Nahl:44)

Allah SWT menurunkan Al-qur’an agar dapat dipahami oleh manusia, maka Rasul di perintahkan untuk
menjelaskan kandungan dan cara-cara melaksanakan ajaranya kepada mereka melalui hadis-hadisnya.

Penjelasan atau bayan tersebut dalam pandangan sekian banyak ulama beraneka ragam, diantaranya:

Abdul Halim Mahmud, mantan Syaikh Al-Azhar, dalam bukunya Al-Sunnah Fi Makanatiha Wa Fi
Tarikhiha menulis bahwa sunnah mempunyai fungsi yang berhubungan dengan Al-Qur’an dan fungsi
sehubungan dengan pembinaan hukum syara’. Abdul Halim Mahmud menegaskan bahwa, dalam
kaitannya dengan Al-Qur’an, ada dua fungsi Al-Sunnah yang tidak di perselisihkan, yaitu sebagai bayan
Ta’kid dan bayan Tafsir.

Imam malik bin Annas, menyebutkan ada lima macam fungsi hadist terhadapm Al-qur’an, yaitu: Bayan
Al-Taqrir, Bayan Al-Tafsir, Bayan Al-Tafshil, Bayan Al-Ba’ts, Bayan Al-Tasyri’. Sedangkan imam Syafi’i
menyebutkan ada lima fungsi yaitu: Bayan Al-Tafshil, Bayan At-Takhshish, Bayan Al-Ta’yin, Bayan Al-
Tasyri’, Bayan Al-Nasakh.

1. Bayan Al-Taqrir.

Yang dimaksud dengan bayan ini adalah menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan
dalam Al-qur’an. Fungsi hadis dalam hal ini hanya memperkokoh isi kandungan Al-qur’an. Contoh :

“Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah, juga apabila melihat (ru’yah) itu maka
berbukalah.” (HR. Muslim)
Hadist ini mentaqrirkan surah Al-baqarah: 185

Artinya: “..................... Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di
bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu,...................” (QS. Al-Baqarah:185)

2. Bayan Al-Tafsir.

Yang dimagsud bayan al-Tafsir adalah hadist berfungsi untuk memberi penjelasan secara rinci terhadap
ayat-ayat Al-qur’an yang masih bersifat global (mujmal), memberikan batasan(taqyid) ayat-ayat Al-
qur’an yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan(takhsish) ayat-ayat Al-qur’an yang bersifat umum.

a. Menjelaskan secara rinci terhadap ayat Al-qur’an:

“Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat” (HR. Bukhari)

Hadist ini menjelaskan bagaimana mendirikan shalat. Sebab dalam Al-qur’an tidak menjelaskan secara
rinci tentang mendirikan shalat. Salah satu ayat yang memerintahkan shalat adalah:

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.”(Al-Baqarah:43)

b. Memberi batasan terhadap ayat Al-qur’an:

“Rasulullah SAW didatangi seseorang dengan membawa pencuri, maka beliau memotong tangan
pencuri dari pergelangan tangan.”

Hadist ini menberi batasan terhadap ayat:

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)
pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (QS. Al-Maidah:38)

c. Mengkhususkan keumuman ayat Al-qur’an:

“Kami kelompok para nabi tidak meninggalkan harta waris, apa yang kami tinggalkan adalah sebagai
sedekah.

Hadis ini mengkhususkan Ayat:

“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian
seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan ..................” (QS. An-Nisa’: 11)

BAB III

PENUTUP
• Kesimpulan

- Hadits yang wajib dijadikan hujah atau dasar hukum (al-dalil al-syar’i), sama dengan Al-Qur’an
dikarenakan adanya dalil-dalil syariah yang menunjukkannya.

- Al-qur’an dan hadist sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam Islam, antara yang satu
dengan yang lainya tidak dapat dipisahkan

- Al-qur’an itu adalah pokok hukum syari’at, pegangan umat Islam yang secara rinci menerima
penjelasan dari sunnah

DAFTAR PUSTAKA

-Suparta Munzier, 2002, Ilmu Hadis, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, PT Raja Grafindo Persada, Kelapa
Gading Permai, Jakarta

-Majid Khon Abdul, 2008, Ulumu Hadis, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, PT Amzah, Jakarta

-Djunied Daniel, 2002, Paradigma Baru Studi Ilmu Hadis; Rekontruksi Fiqh Al-Hadis, Cetakan Pertama, PT
Citra Karya, Banda Aceh

-Rahman Zufran, 1995, Kajian Sunnah Nabi SAW Sebagai Sumber Hukum Islam, cetakan pertama, PT
Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta pusat

at 1:07 AM

No comments:

Post a Comment

Home

Anda mungkin juga menyukai