Anda di halaman 1dari 5

KASUS PELANGGARAN KODE ETIK AUDITOR

Di Susun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing

Dosen Pengajar : Danar Irianto, SE, M.Acc.,Ak.

Oleh: Kelompok 5

Anugerahi Chindy Armesia (4112101114)

Tedy Hardiansyah Rambe (4112101115)

Alya Yusrida Ananda (4112101118)

Fadhilah Kamil Hanif (4112101134)

Siti Musdalifah (4112101141)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI MANAJERIAL

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS

POLITEKNIK NEGERI BATAM

2022
Kasus Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya

Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian mengusut
sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah
diauditnya antara tahun 1995-1997. Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di
Jakarta, Kamis, mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang
melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan
sesuai dengan standar audit.

Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas
bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan kegiatan
usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT &
M, H & R, JM & R, PU & R, RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan
KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik
dengan bank yang diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan laporan palsu, ini
jelas suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan laporan
kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindak kriminal yang
dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.

ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan dalam
penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai
penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi.
Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan administratif
meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW mengambil
inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan.
“Kami mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga menghasilkan
laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank tersebut sehat
ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita mengharapkan ada
tindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan publik
itu,” tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP
tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta
supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan.

Sumber: http://www.kompas.com, 20 April 2001


Latar belakang

Kantor Akuntan Publik yang harusnya memiliki Etika Profesi Tanggung jawab yang baik malah
justru menyalahi aturan, sebuah kantor akuntan publik harusnya mengetahui Etika Profesinya,
bukan malah berperilaku menyalahi aturan dengan melakukan kolusi yang membuat kepercayaan
publik berkurang.

Seorang Akuntan Publik seharusnya dapat menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, salah
satunya adalah jasa assurance. Jasa assurance adalah jasa professional independen
yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Tetapi pada kasus ini Sembilan
KAP tidak dapat memberikan jasa profesionalnya kepada masyarakat dengan baik dan telah
melanggar tanggung jawab profesinya sebagai seorang auditor, yaitu dengan menerbitkan
laporan palsu dan adanya kolusi antara pihak KAP dengan bank yang bersangkutan, maka
akuntan telah menyalahi kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada mereka selaku orang
yang dianggap dapat dipercaya dalam penyajian laporan keuangan. Dimana seharusnya Sembilan
KAP melakukan pertanggung jawaban sebagai professional yang senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam setiap kegiatan yang dilakukannya dan sebagai
pemberi jasa profesional yang memiliki tanggung jawabkepada semua pemakai jasa
mereka termasuk masyarakat dan juga pemegang saham.

Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan
perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan memperoleh informasi keuangan yang
andal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi. Tetapi yang dilakukan
oleh sembilan KAP tidak sesuai dengan profesinya sebagaiakuntan publik. Seharusnya seorang
akuntan publik dapat menguntungkan masyarakat tetapi sikap yang dilakukan sembilan KAP
ini merugikan masyakarat yaitu dengan merekayasa laporan keuangan bank lalu menerbitkan
laporan palsu tersebut kepada masyarakat dan melanggar standar audit yang dapat menyesatkan
masyarakat. Sembilan KAP melakukan kolusi dengan bank yang bersangkutan untuk memoles
laporannya sehingga memberikan laporan palsu dan informasi palsu ke masyarakat tentang
laporan bank tersebut sehat ternyatadalam waktu singkat bank mengalami kebangkrutan. Hal
seperti ini tentunya KAP tidak dapat bertanggung jawab sebagai akuntan publik dan telah
menyalahgunakan profesinya untuk melakukan kejahatan yang dapat merugikan masyakarat.

Pihak yang berkaitan

Pihak yang berkaitan dalam kasus ini adalah Sembilan KAP dan Bank
Sanksi

Sanksi yang diberlakukan apabila kasus tersebut terjadi saat ini

 Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang praktek akuntan publik yang tengah
digodok di kementrian keuangan memuat 7 jenis sanksi administratif yanga akan
dikenakan kepada akuntan publik (AP), kantor akuntan publik (KAP) serta cabang KAP
 Sanksi pembatasan pemberian jasa kepada suatu jenis entitas tertentu, seperti bank, pasar
modal jika AP dan KAP melakukan pelanggaran cukup berat. pelanggaran yang
bermaksud, jika AP dan KAP melanggar SPAP dan kode etik yang berpengaruh terhadap
laporan yang diterbitkan.
 Pembatasan pemberian jasa tertentu AP atau KAP tersebut tidak diperbolehkan
memberikan jasa tertentu, seperti jasa audit umum atas laporan keuangan selama 24
bulan. bila dalam kurun waktu 3 tahun melakukan tindakan yang sama, AP dan KAP
tersebut akan digolongkan melakukan pelanggaran cukup berat.
 Pembekuan izin AP dan KAP yang dikenakan sanksi ini jika melakukan pelanggaran
berat berupa pelanggaran ketentuan pasal 9,28,29,30 ayat 1 huruf c,e,g,h,i UU no 5 tahun
2011 tentang akuntan punlik dan melakukan pelanggaran terhadap SPAP serta kode etik
yang berpengaruh signifikan terhadap laporan keuangan. sanksi pembekuan izin
diberikan paling banyak 2 kali dalam waktu 48 bulan, namun jika masih melakukan hal
yang sama maka akan dikenakan sanksi pelanggaran berat, ijinnya akan dicabut.
 Pencabutan izin jika AP atau KAP melakukan pelanggaran sangat berat yaitu melanggar
pasal 30 ayat 1 huruf d,j UU akuntan publik dan melakukan pelanggaran SPAP serta
kode etik yang berpengaruh sangat signifikan terhadap laporan yang diterbitkan.

Pendapat:
Dalam kasus ini, laporan keuangan yang telah diaudit oleh Sembilan KAP menyatakan tidak
wajar. Karena hal ini dapat dilihat adanya kolusi antara Sembilan KAP tersebut dengan
pihak bank untuk memoles laporanya dan memberikan laporan palsu kepada masyarakat. Bukan
hanya penulisan dalam laporan keuangan yang tidak sengaja, tetapi ada penyimpangan yang
ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi.

Salah satu tipe auditor yang tidak sesuai dengan sikap Sembilan KAP ini adalah auditor
independen. Auditor independen adalah auditor profesional yang menjual jasanya kepada
masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh
kliennya. Tetapi Sembilan KAP ini tidak dapat menjual jasanya secara professional kepada
masyarakat dan melanggar tanggung jawab profesinya sebagai seorang auditor, yaitu dengan
melakukan kolusi kepada klienya dan menerbitkan laporan keuangan palsu serta memberikan
informasi palsu kepada masyarakat tentang laporan keuangan bank tersebut yang akan
menyesatkan dan merugikan masyarakat, misalnya memberikan laporan sehat kepada
masyarakat mengenai bank yang sebenarnya bermasalah dan telah dibekukan usahanya oleh
pemerintah. Adapun prinsip-prinsip etika profesi sebagai akuntan publik yang dilanggar oleh
Sembilan KAP:
1. Tanggung Jawab profesi

Sebagai seorang yang profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.Sejalan
dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa
profesional mereka. Tetapi pada kasus ini sembilan KAP telah melanggar tanggung jawab
profesinya sebagai seorang auditor, yaitu dengan menerbitkan laporan keuangan bank palsu yang
tidak sesuai dengan keadaan bank tersebut dan berusaha untuk menutupi kejahatan tersebut dari
masyarakat dengan merekayasa akuntansi. Sembilan KAP tidak menyadari bahwa sikapnya itu
akan merugikan masyarakat, oleh karena itu akuntan telah menyalahi kepercayaan yang
diberikan masyarakat kepada mereka selaku orang yang dianggap dapat dipercaya dalam
penyajian laporan keuangan. Seharusnya seorang akuntan harus selalu bertanggung jawab untuk
bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara
kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung-jawab profesi dalam mengatur dirinya
sendiri. Hal ini jelas telah melanggar prinsip akuntansi dan tidak sesuai dengan standar audit
yang telah di tetapkan oleh IAI.

2. Kepentingan publik

Prinsip kepentingan publik adalah setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme. Dalam kasus ini, para akuntan dianggap telah menghianati
kepercayaan publik dengan penyajian laporan keuangan yang direkayasa.

3. Prinsip Integritas

Prinsip integritas yaitu untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya, dengan integritas setinggi mungkin. Dalam
kasus ini, sembilan KAP tersebut tidak bersikap jujur dan berterus terang kepada masyarakat
umum dengan melakukan koalisi dengan kliennya.

4. Prinsip Obyektifitas

Prinsip objektifitas yaitu setiap anggota harus menjaga obyektifitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Dalam kasus ini, sembilan KAP
dianggap tidak objektif dalam menjalankan tugas. Mereka telah bertindak berat sebelah yaitu,
mengutamakan kepentingan klien dan mereka tidak dapat memberikan penilaian yang adil, tidak
memihak, serta bebas dari benturan kepentingan pihak lain.

Anda mungkin juga menyukai