Anda di halaman 1dari 2

NAMA : WAHYUDI

NIM : C 301 18 072

KELAS : AK 2

REFLEKSI KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Tujuan dan peran kerangka konseptual akuntansi sketor publik sesuai dengan amanat PP
71 Tahun 2010 menyatakan kerangka konseptual akuntansi sector public merumuskan konsep
yang mendasar mengenai penyusunan laporan keuangan dan pengembangan standar akuntansi
pemerintahan yang selanjutnya disebut standar, maka dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup
pembahasan dari kerangka konseptual akuntansi sector public meliputi perencanaan public,
penggaran public, realisasi anggaran public, pengadaan barang dan jasa public, pelaporan sector
public, auditor sector public, serta pertanggung jawaban public.

Jika dinalai dari sudut pandang politik, maka tujuan utama dibuatnya kerangka
konseptual ini adalah meningkatkan kesejahtraan seluruh rakyat, dengan berupaya mewujudkan
keseimbangan fiscal dengan mempertahankan kemampuan keuangan Negara yang bersumber
dari public (pendapatan pajak) dan sumber-sumber lainnya guna memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam hal pelayanan. Tetapi fakta dilapangan mengenai realisasi kerangka
konseptual akuntansi sector public dalam hal pengelolaan keuangan public masih jauh dari
harapan. Itu ditandai dengan belum terciptanya kesejahtraan masyarakat secara merata, beberapa
oknum pengelola keuangan public ditangkap KPK karena terbukti melakukan penyalahgunaan
wewenang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa meskipun tujuan serta ruaang lingkup konseptual
akuntansi sector public ini kelihatannya akan memberikan dampak positif secara menyeluruh
kepada public, namun faktanya tidak demikian. Hal ini disebabkan oleh bebrapa factor seperti :

1. Tidak semua organisasi public mengacu pada kerangka konseptual akuntansi sector
public dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan publik. Mengkin pemerintah pusat dan
pemerintah daerah telah melaksanakan sesuai dengan konseptual akuntansi public. Tapi
pemerintah desa umunya masih belum mengacu pada kerangaka konseptual akuntansi
public dalam pengelolaan keuangan desa.
2 Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan organisasi public (PEMDes) jarang
melibatkan profesi akuntan yang memang mempunyai basic dalam hal itu atau dengan kata
lain PEMDes tidak memiliki entitas akuntansi yang mengelola anggaran, kekayaan,
kewajiban dan mengelola laporan keuangan. akibatnya LPJ yang dilaporkan sarat akan
manipulasi negative dan jarang sekali sesuai PSAK 45 yang menjadi dasar penyusunan
laporan keuangan public.
3 Pengguna laporan keuangan sector public tidak hanya pemerintah, DPR, badan pemeriksa,
badan pengawas, pihak pemberi donasi, tapi juga masyarakat. Tetapi pada kenyataannya
penyebarluasan informasi laporan keuangan public tidak sampai kepada masyarakat.
Sehingga masyarakat tidak bisa menilai kualitas kinerja organisasi public dalam
pengelolaan keuangan public.
4 BPK sebagai tim auditor laporan keuangan public terkadang memberikan penilaian positif
diatas meja, sehingga organisasi public mendapat angin segara dari penilaian itu. tetapi
pada faktanya pengelolaan kuangan public dilapangan kontradiktif terhadap hasil penilaian
tersebut. Hal ini berarti ada yang keliru dalam proses audit yang dilakukan oleh BPK
sebagai badan yang memiliki legalitas hukum dan otoritas dalam dalam menilai laporan
keuangan organisasi public.
5 Dalam penyusunan perencanaan dan pembangunan, masih kurang mmemperhatikan
prioritas. Akibatnya kebutuhan masyarakat yang harus dibenahi terlebih dahulu menjadi
dikesampingkan.

Itulah beberapa factor yang saya anggap sebagai penghambat pemenuhan tujuan kerangka
konseptual akuntansi sector public, yang mana dengan adanya kerangka konseptual diharapkan
sebagai acuan dalam proses perencanaan public, penganggaran public, ralisasi anggaran public,
pelaporan sector public, dan auditor sector public. agar memberikan dampak kesejahtraan bagi
masyarakat, tetapi tidak dapat tewujudkan sesuai dengan harapan karena hal-hal diatas.

Anda mungkin juga menyukai