Anda di halaman 1dari 7

-------------------------- LEARNING JURNAL --------------------------

Ikatan Kimia

Ikatan kimia merupakan gaya yang mengikat dua atom atau lebih untuk membuat senyawa atau
molekul kimia. Ikatan itulah yang akan menjaga atom tetap bersama dalam suatu senyawa yang
dihasilkan.

Albrecht Kossel dan Gilbert. N. Lewis merupakan orang pertama yang telah berhasil dalam
menjelaskan bagaimana ikatan kimia dapat terbentuk. 

Teori Lewis

Teori pertama adalah teori Lewis. Dinamakan teori Lewis, karena teori ini datang dari Profesor
Fisika dan Kimia dari Amerika Serikat, yaitu Gilbert. N. Lewis pada tahun 1916 di dalam
artikelnya “The Atom and The Molecules”. langkah awal untuk menentukan bentuk molekul. bisa
dilihat pada contoh ikatan yang terjadi antara Litium (1 elektron), Oksigen (6 elektron), dan
Neon (8 elektron) berikut ini:

Simbol titik pada ikatan di atas merupakan jumlah elektron valensi dari masing-masing atomnya.

Teori Kossel

Selanjutnya, ada Teori Kossel. Masih di tahun yang sama, Albrecht Kossel yang merupakan
ilmuwan dari Jerman, juga mengajukan teori yang hampir mirip dengan teori Lewis. Bedanya
terletak pada transfer elektron yang penuh antar atom-atomnya.

Jenis jenis Ikatan Kimia


1. Ikatan Ionik

Ikatan ionik terjadi ketika ion positif dan negatif (gaya listrik Coulomb) pada setiap atomnya
membentuk sebuah ikatan kimia.

Ikatan ion terbentuk akibat adanya melepas atau menerima elektron oleh atom-atom yang
berikatan. Atom-atom yang melepas elektron menjadi ion positif (kation) sedang atom-atom
yang menerima elektron menjadi ion negatif (anion). Ikatan ion biasanya disebut ikatan
elektrovalen. Senyawa yang memiliki ikatan ion disebut senyawa ionik. Senyawa ionik biasanya
terbentuk antara atom-atom unsur logam dan nonlogam. Atom unsur logam cenderung melepas
elektron membentuk ion positif, dan atom unsur nonlogam cenderung menangkap elektron
membentuk ion negatif. Contoh : NaCl, MgO, CaF2, Li2O, AlF3, dan lain-lain.

Terjadi perpindahan elektron valensi Na ke F untuk membentuk senyawa yang stabil

Ikatan ionik hanya dapat terjadi antar unsur-unsur yang memiliki perbedaan keelektronegatifan
cukup besar. Sehingga, terjadi serah terima elektron seperti pada contoh di atas.

2. Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen terjadi ketika ada pemakaian elektron ikatan secara bersama. Ketika ikatan
kovalen terjadi, maka kedua atom yang berikatan tersebut akan tertarik pada pasangan elektron
yang sama. Contoh ikatan kovalen terjadi pada atom : H2.
Berbeda dengan ikatan ionik yang mengalami serah terima elektron. Untuk mencapai konfigurasi
elektron yang stabil, maka kedua atom H harus menggunakan elektron secara bersama.

Macam-Macam Ikatan Kovalen

1. Ikatan Kovalen Biasa

Ikatan Kovalen biasa adalah ikatan kovalen yang jumlah pemakaian elektron bersamanya adalah
satu pasang.

2. Ikatan Kovalen Rangkap

Ikatan Kovalen rangkap adalah ikatan kovalen yang jumlah pemakaian elektron bersamanya
lebih dari satu pasang.

3. Ikatan Kovalen Koordinat


Ikatan kovalen koordinat adalah ikatan kovalen yang pemakaian elektron bersamanya hanya
berasal dari satu atom.

Siklus Born-Haber untuk Menentukan Energi Kisi


Energi kisi tidak dapat diukur secara langsung. Namun, jika kita mengetahui struktur dan
komposisi senyawa ionik, kita dapat menghitung energi kisi senyawa dengan menggunakan
hukum Coulomb, yang menyatakan bahwa energi potensial (E) antara dua ion berbanding lurus
dengan produk muatannya dan berbanding terbalik dengan jarak pemisahan di antara keduanya.
Untuk ion Li⁺ tunggal dan ion F⁻ tunggal yang dipisahkan oleh jarak r, energi potensial sistem
diberikan oleh

di mana QLi⁺ dan QF⁻ adalah muatan pada ion Li⁺ dan F⁻ sedangkan k adalah konstanta
proporsionalitas. Karena QLi⁺ positif dan QF⁻ negatif, E adalah kuantitas negatif, dan
pembentukan ikatan ionik dari Li⁺ dan F⁻ adalah proses eksotermik. Akibatnya, energi harus
disuplai untuk membalikkan proses (dengan kata lain, energi kisi LiF adalah positif), sehingga
pasangan ikatan ion Li⁺ dan F⁻ lebih stabil daripada ion Li⁺ dan F⁻ yang terpisah.

Kita juga dapat menentukan energi kisi secara tidak langsung, dengan mengasumsikan bahwa
pembentukan senyawa ionik terjadi dalam serangkaian langkah-langkah. Prosedur ini, yang
dikenal sebagai siklus Born-Haber, menghubungkan energi kisi senyawa ionik dengan energi
ionisasi, afinitas elektron, dan sifat-sifat atom dan molekul lainnya. Cara ini didasarkan pada
hukum Hess (lihat Bagian 6.6). Dikembangkan oleh Max Born dan Fritz Haber, siklus Born-
Haber mendefinisikan berbagai langkah yang mendahului pembentukan padatan ionik. Kita akan
menggambarkan penggunaannya untuk menemukan energi kisi litium fluorida.
Perhatikan reaksi antara litium dan fluorin

Perubahan entalpi standar untuk reaksi ini adalah 2594,1 kJ/mol. (Karena reaktan dan produk
dalam keadaan standar, yaitu, pada 1 atm dan 25⁰C, perubahan entalpi juga merupakan entalpi
pembentukan standar untuk LiF.) Ingatlah bahwa jumlah perubahan entalpi untuk langkah-
langkahnya sama dengan entalpi perubahan reaksi keseluruhan (2594,1 kJ/mol), kita dapat
melacak pembentukan LiF dari unsur-unsurnya melalui lima langkah terpisah. Prosesnya
mungkin tidak terjadi persis seperti ini, tetapi jalur ini memungkinkan kita untuk menganalisis
perubahan energi pembentukan senyawa ionik, dengan penerapan hukum Hess.

1. Konversikan litium padat menjadi uap litium (konversi langsung padatan ke gas disebut
sublimasi):

Energi sublimasi untuk lithium adalah 155,2 kJ/mol.

2. Lepaskan ½ mol gas F₂ menjadi atom F gas yang terpisah:

Energi yang dibutuhkan untuk memutus ikatan dalam 1 mol molekul F₂ adalah 150,6 kJ. Di sini
kita memutuskan ikatan menjadi setengah mol F₂, sehingga perubahan entalpi adalah 150,6/2,
atau 75,3 kJ.

3. Ionisasi 1 mol atom Li gas (lihat Tabel 8.2):

Proses ini sesuai dengan ionisasi pertama litium.

4. Tambahkan 1 mol elektron ke 1 mol atom F gas. Sebagaimana dibahas pada bagian 8.5,
perubahan energi untuk proses ini adalah kebalikan dari afinitas elektron (lihat Tabel 8.3):

5. Gabungan 1 mol Li⁺ gas dan 1 mol F⁻ membentuk 1 mol LiF padat:

Kebalikan dari langkah 5,


mendefinisikan energi kisi LiF. Dengan demikian, energi kisi harus memiliki besaran yang sama
dengan 𝚫H₅°  tetapi merupakan tanda yang berlawanan. Meskipun kita tidak dapat menentukan
𝚫H₅° secara langsung, kita dapat menghitung nilainya dengan prosedur berikut.

Menurut hukum Hess, kita dapat menuliskan

atau

sehingga,

dan energi kisi LiF adalah +1.017 kJ/mol.

Gambar 9.2 merangkum siklus Born-Haber untuk LiF. Langkah 1, 2, dan 3 semuanya
membutuhkan suplai energi. Di sisi lain, langkah 4 dan 5 melepaskan energi. Karena
𝚫H₅° adalah jumlah negatif yang besar, energi kisi LiF adalah jumlah positif yang besar, yang
bertanggung jawab atas stabilitas LiF padat. Semakin besar energi kisi, semakin stabil senyawa
ionik. Ingatlah bahwa energi kisi selalu merupakan nilai positif karena pemisahan ion dalam
padatan menjadi ion dalam fase gas, menurut hukum Coulomb, merupakan proses endotermik.

Tabel 9.1 mencantumkan energi kisi dan titik leleh beberapa senyawa ionik yang umum
dijumpai. Ada korelasi antara energi kisi dan titik lebur. Semakin besar energi kisi, semakin
stabil zat padat dan semakin kuat memegang ion. Dibutuhkan lebih banyak energi untuk
melelehkan padatan yang demikian, sehingga padatan memiliki titik lebur yang lebih tinggi
daripada padatan dengan energi kisi yang lebih kecil. Perhatikan bahwa MgCl₂, Na₂O, dan MgO
memiliki energi kisi yang luar biasa tinggi. Yang pertama dari senyawa ionik ini memiliki kation
bermuatan ganda (Mg²⁺) dan yang kedua adalah anion bermuatan ganda (O₂²⁻); di senyawa
ketiga ada interaksi antara dua spesi bermuatan ganda (Mg²⁺ dan O₂²⁻). Daya tarik coulomb
antara dua spesi bermuatan ganda, atau antara ion bermuatan ganda dan ion bermuatan tunggal,
jauh lebih kuat daripada di antara anion dan kation bermuatan tunggal.

Gambar 9.2 Siklus Born-Haber untuk pembentukan 1 mol LiF padat.

Tabel 9.1 Energi Kisi dan Titik lebur dari Beberapa Logam Alkali dan Logam Alkali
Tanah Halida dan Oksida

Anda mungkin juga menyukai