Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bioetik Profesionalisme Bidan Program Studi Magister Kebidanan
OLEH :
MELYANA MALIK
(P102222014)
PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2023 Kompetensi Bidan Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kesakitan dan kematian bayi (AKB) serta penyiapan generasi penerus bangsa yang berkualitas, melalui pelayanan kebidanan yang bermutu dan berkesinambungan (Kementrian Kesehatan, 2007). Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu dan berkesinambungan, bidan harus memiliki kompetensi dalam hal pemahaman terhadap falsafah, kode etik, dan regulasi yang terkait dengan praktik kebidanan. Berdasarkan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan bahwa dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, Bidan memberikan pelayanan meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, serta pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang, dan/atau pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu, dan dalam Pasal 47 mengatakan Bidan dapat berperan sebagai pemberi pelayanan kebidanan, pengelola pelayanan kebidanan, penyuluh dan konselor, pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik, penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan dan/atau peneliti dalam penyelenggaraan praktik kebidanan (Reichenbach et al., 2019) Sementara itu, standar asuhan kebidanan diatur dalam keputusan menteri kesehatan nomor 938/menkes/SK/VIII/2007 mengenai standar asuhan kebidanan yaitu Bidan memberikan asuhan kebidanan yang bersifat holistik, humanistik berdasarkan evidence based dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan, dan memperhatikan aspek fisik, psikologi, emosional, sosial budaya, spiritual, ekonomi, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai kewenangannya dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan (Depkes, 2007). Bidan sebagai profesi yang terus berkembang, senantiasa mempertahankan profesionalitasnya dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Profesionalitas berkaitan erat dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang profesional (kompetensi profesional). Bidan profesional yang dimaksud harus memiliki kompetensi klinis (midwifery skills), sosial-budaya untuk menganalisa, melakukan advokasi dan pemberdayaan dalam mencari solusi dan inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan, keluarga dan masyarakat. Mengingat pentingnya kompetensi seorang bidan maka organisasi profesi dan stakeholders terkait menyusun suatu standar kompetensi Bidan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan kebidanan. Kompetensi Bidan adalah kemampuan yang dimiliki oleh lulusan pendidikan profesi Bidan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam memberikan pelayanan kebidanan pada bayi baru lahir/neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah, remaja, masa sebelum hamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa pasca keguguran, masa nifas, masa antara, pelayanan keluarga berencana, masa klimakterium, kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan, serta keterampilan dasar praktik klinis kebidanan (KEPMENKES, 2020). Kompetensi Bidan terdiri dari 7 (tujuh) area kompetensi meliputi : 1. Etik legal dan keselamatan klien Dalam etika legal dan keselamatan kliena kompetensi yang harus dimiliki seorang bidan yaitu : a. Memiliki perilaku profesional b. Mematuhi aspek etik-legal dalam praktik kebidanan. c. Menghargai hak dan privasi perempuan serta keluarganya. d. Menjaga keselamatan klien dalam praktik kebidanan. 2. Komunikasi efektif Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi dalam melakukan komunikasi yang efektif kepada klien ataupun keluarga klien guna proses asuhan dapat berjalan dengan lancar. Adapun area kompetensi komunikasi efektif, antara lain: a. Berkomunikasi dengan perempuan dan anggota keluarganya. b. Berkomunikasi dengan masyarakat. c. Berkomunikasi dengan rekan sejawat. d. Berkomunikasi dengan profesi lain/tim kesehatan lain. e. Berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders). 3. Pengembangan diri dan profesionalisme Pengembangan diri dan profesionalisme seorang bidan memiliki area tertentu seperti selalu bersikap mawas diri, melakukan pengembangan diri sebagai bidan profesional, serta menggunakan dan mengembangkan ilmu pengentahuan, teknologi, dan seni yang menunjang praktik kebidanan dalam rangka pencapaian kualitas kesehatan perempuan, keluarga, dan masyarakat. 4. Landasan ilmiah praktik kebidanan Seorang bidan yang kompeten harus memiliki suatu landasan ilmiah dalam praktik kebidanannya, guna untuk pemberian pelayanan kebidanan yang berkualitas. Adapun landasan ilmiah praktik kebidanan meliputi : a. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan asuhan yang berkualitas dan tanggap budaya sesuai ruang lingkup asuhan, yaitu : 1) Bayi Baru Lahir (Neonatus). 2) Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. 3) Remaja. 4) Masa Sebelum Hamil. 5) Masa Kehamilan. 6) Masa Persalinan. 7) Masa Pasca Keguguran. 8) Masa Nifas. 9) Masa Antara. 10) Masa Klimakterium. 11) Pelayanan Keluarga Berencana. 12) Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Perempuan. b. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan penanganan situasi kegawatdaruratan dan sistem rujukan. c. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk dapat melakukan Keterampilan Dasar Praktik Klinis Kebidanan 5. Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan Adapun area keterampilan klinis dalam praktik kebidanan meliputi : a. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada bayi baru lahir (neonatus), kondisi gawat darurat, dan rujukan. b. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada bayi, balita dan anak pra sekolah, kondisi gawat darurat, dan rujukan. c. Kemampuan memberikan pelayanan tanggap budaya dalam upaya promosi kesehatan reproduksi pada remaja perempuan. d. Kemampuan memberikan pelayanan tanggap budaya dalam upaya promosi kesehatan reproduksi pada masa sebelum hamil. e. Memiliki ketrampilan untuk memberikan pelayanan ANC komprehensif untuk memaksimalkan, kesehatan Ibu hamil dan janin serta asuhan kegawatdaruratan dan rujukan. f. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada ibu bersalin, kondisi gawat darurat dan rujukan. g. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada pasca keguguran, kondisi gawat darurat dan rujukan. h. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada ibu nifas, kondisi gawat darurat dan rujukan. i. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada masa antara. j. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada masa klimakterium. k. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada pelayanan Keluarga Berencana. l. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan. m. Kemampuan melaksanakan keterampilan dasar praktik klinis kebidanan. 6. Promosi kesehatan dan konseling Selain keterampilan klinis yang dimiliki, seorang bidan juga harus mampu dalam melakukan promosi kesehatan dan konseling kepada klien, karena masalah yang mungkin terjadi dalam ruang lingkup asuhan kebidanan ialah masalah psikologis dan kurangnya pengetahuan seseorang, sehingga sangat penting bagi seorang bidan untuk memiliki kemampuan dalam hal promosi kesehatan dan konseling. Adapun area promosi kesehatan dan konseling ialah sebagai berikut : a. Memiliki kemampuan merancang kegiatan promosi kesehatan reproduksi pada perempuan, keluarga, dan masyarakat. b. Memiliki kemampuan mengorganisir dan melaksanakan kegiatan promosi kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan. c. Memiliki kemampuan mengembangkan program KIE dan konseling kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan. 7. Manajemen dan kepemimpinan. Seorang bidan yang kompeten, dituntut untuk dapat memimpin dan mengatur perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi dalam pelayanan kebidanan sehingga mampu menetapkan prioritas dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan sumber daya secara efisien, adapun area dalam manajemen dan kepemimpinan dalam kompetensi bidan ialah : a. Memiliki pengetahuan tentang konsep kepemimpinan dan pengelolaan sumber daya kebidanan. b. Memiliki kemampuan melakukan analisis faktor yang mempengaruhi kebijakan dan strategi pelayanan kebidanan pada perempuan, bayi, dan anak. c. Mampu menjadi role model dan agen perubahan di masyarakat khususnya dalam kesehatan reproduksi perempuan dan anak. d. Memiliki kemampuan menjalin jejaring lintas program dan lintas sektor. e. Mampu menerapkan Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Kompetensi Bidan menjadi dasar dalam memberikan pelayanan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. Selain dari area kompetensi bidan diatas, terdapat juga 9 Standar kompetensi bidan di Indonesia, yaitu : 1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dalam ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat, dan etika yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya untuk wanita, bayi baru lahir, dan keluarganya. 2. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya, dan memberikan pelayanan yang menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan, dan kesiapan untuk menjadi orang tua. 3. Bidan memberikan asuhan antenatal yang bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan ibuselama kehamilanyang meliputi deteksi dini, pengobatan, dan rujukan 4. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap budaya setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayi baru lahir. 5. Bidan dapat memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi serta tanggap terhadap budaya setempat. 6. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi baru lahir (BBL) sehat sampai usia 1 bulan. 7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi dan balita sehat. 8. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga dan kelompok 9. Bidan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ ibu dengan gangguan sistem reproduksi (Dikti, 2009). Dalam beberapa penelitian yang membahas mengenai kompetensi bidan menyebutkan bahwa kompetensi bidan di fasilitas pelayanan kesehatanmasih belum sesuai standar, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam penyelenggaraan pendidikan kebidanan serta proses recrutmen calon peserta didik, kualitas dosen, dan proses penyelenggaraan pendidikan kebidanan secara menyeluruh (Werni et al., 2020). Menurut Risty Susanti, tahun 2017 dalam penelitian yang berjudul pengaruh kompetensi bidan, pengetahuan masyarakat dan fasilitas kesehatan terhadap status kesehatan ibu hamil, mengungkapkan bahwa kompetensi bidan, pengetahuan masyarakat dan fasilitas kesehatan berpengaruh terhadap status kesehatan ibu hamil (Susanti, 2017). Dalam penelitian lainnya yang berkaitan dengan kompetensi bidan menyebutkan bahwa kompetensi seorang bidan sangat berkaitan erat dengan kualitas pelayanan kebidanan diantaranya yaitu dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Kasyafiya Jayanti, Tahun 2020 pada penelitiannya yaitu analisis pengaruh kompetensi dan pelatihan bidan terhadap pelaksanaan program skrining preeklampsia menyatakan bahwa Tingkat pengetahuan dan pelatihan berpengaruh terhadap pelaksanaan program skrining preeklampsia. Pelaksanaan program skrining preeklampsia masih belum optimal. Hal tersebut menggambarkan bahwa belum optimalnya kompetensi seorang bidan, sehingga bidan dan pihak terkait diharapkan dapat meningkatkan kompetensinya agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan dalam pelaksanaan program skrining preeklampsia (Jayanti, 2020). Menurut penelitian Andi Asmara, 2019 dengan judul penelitian kompetensi bidan puskesmas dalam meningkatkan pelayanan antenatal, diperoleh hasil bahwa kelemahan seorang bidan masih terdapat pada soft competency, yang dimana soft competency erat kaitannya dengan kecerdasan emosional. Hard competency dan soft competency merupakan kompetensi utama yang harus dikuasai oleh seorang bidan dalam melakukan tugasnya sebagai seorang bidan, karena keterampilan menjadi tolak ukur pasien dalam mempercayakan pelayanan antenatal terhadap dirinya. Semakin terampil maka akan tercipta pelayanan yang prima (Andy Asmara, 2019). Sementara itu menurut Azmin dkk, tahun 2021 dalam penelitiannya pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja melalui kompetensi bidan, menyatakan bahwa bidan yang memiliki kompetensi memiliki kinerja yang baik dan sebaliknya jika bidan tidak memiliki kompetensi maka kinerjanya kurang baik. Dari Hasil penelitian yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan adanya pengaruh pendidikan dan pelatihan/diklat terhadap kinerja melalui kompetensi bidan (Telaumbanua & Absah, 2021). Dari penjelasan menurut teori dan beberapa hasil penelitian yang dikemukakan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang bidan yang profesional harus memiliki kompetensi klinis (midwifery skills), sosial-budaya untuk menganalisa, melakukan advokasi dan pemberdayaan dalam mencari solusi dan inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan, keluarga dan masyarakat. Karena kinerja seorang bidan sangat mempengaruhi hasil dalam sebuah tugas yang dikerjakannya. Daftar Pustaka
Andy Asmara. (2019). Kompetensi Bidan Puskesmas dalamMeningkatkan Pelayanan
Antenatal (Studi Kasus di Puskesmas Tambak Rejo, Surabaya). Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 7(1), 1–8. Depkes. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan RI No 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan. In Depkes. Dikti, D. (2009). Standar Kompetensi : Standar Kompetensi : Standar Kompetensi : Jayanti, K. (2020). American College of Obstetricians and Gynecologists. Definitions, 14(1), 16–23. https://doi.org/10.32388/3hgbar Kementrian Kesehatan, R. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/Sk/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan. In Kemenkes RI (p. 3). KEPMENKES. (2020). No 320. File:///C:/Users/VERA/Downloads/ASKEP_AGREGAT_ANAK_and_REMAJA_ PRINT.Docx, 21(1), 1–9. Reichenbach, A., Bringmann, A., Reader, E. E., Pournaras, C. J., Rungger-Brändle, E., Riva, C. E., Hardarson, S. H., Stefansson, E., Yard, W. N., Newman, E. A., & Holmes, D. (2019). Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019. Progress in Retinal and Eye Research, 561(3), S2–S3. Susanti, R. (2017). Pengaruh Kompetensi Bidan, Pengetahuan Masyarakat Dan Fasilitas Kesehatan Terhadap Status Kesehatan Ibu Hamil Di Kota Banjarmasin. Kindai, 13(2), 141–153. www.journal.uta45jakarta.ac.id Telaumbanua, A. S., & Absah, Y. (2021). Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Kinerja Melalui Kompetensi Bidan: Studi Kuantitatif. Jurnal Penelitian Pendidikan, Psikologi Dan Kesehatan (J-P3K), 2(2), 142–147. https://doi.org/10.51849/j-p3k.v2i2.103 Werni, S., Rosita, R., Prihartini, N., & Despitasari, M. (2020). Identifikasi Kompetensi Bidan: Data Riset Pendidikan Tenaga Kesehatan Tahun 2017. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 3(3), 142–151. https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i3.2458
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis