Abstract
The purpose of research and development is to produce Electronic Modules (E-Modules) with a
direct instruction-based model that integrates learning video links, to determine the feasibility of the
product as learning material and to determine the difference in the average learning outcomes of
students in the experimental class (user) with the control class (non-user). The research method is a
4-D method with 4 stages, namely define, design, develop, and disseminate. The research product
was applied experimentally to class XII students of the Office Automation and Governance (OTKP)
study program at SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, Malang Regency. Subjects test is for
experimental class (XII OTKP 1) and the control class (XII OTKP 2). Product research and
development is considered very suitable for use and can improve students scores for experimental
class students because the average value of the experimental class is significantly higher than the
average value of the control class.
Abstrak
Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini ialah untuk menghasilkan produk pembelajaran yaitu
Electronic Modul (E-Modul) dengan model berbasis direct instruction yang terintegrasi link video
pembelajaran didalamnya, untuk mengetahui kelayakan produk sebagai bahan belajar dan untuk
mengetahui beda rerata hasil belajar peserta didik di kelas yang menggunakan produk (user) dengan
yang tidak menggunakan produk penelitian (non-user). Metode yang diadaptasi dalam penelitian
adalah metode 4-D dengan 4 tahap yaitu define, design, develop, dan disseminate. Produk
pembelajaran ini diterapkan eksperimen kepada siswa kelas XII program studi Otomatisasi dan Tata
Kelola Perkantoran (OTKP) yang ada di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi Kabupaten Malang.
Subjek uji coba adalah kelas eksperimen (XII OTKP 1) dan kelas kontrol (XII OTKP 2). Hasil
pengembangan produk pembelajaran ini dinilai sangat layak dan dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik kelas eksperimen, dimana rerata nilai kelas eksperimen lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan rerata nilai kelas kontrol.
185
JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
How to cite this article. D.A, N. F., Bukhori, I., Arief, M., & Basuki, A. (2022). Pengembangan E-modul
Terintegrasi Learning Video Berbasis Direct Instruction untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan
Manajemen Perkantoran. 7(2), 185–201. https://doi.org/10.17509/jpm.v7i2
History of article. Received: Mei 2022, Revision: Juni 2022, Published: Juli 2022
186
JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
187
JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
188
JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
permasalahan yang terjadi pada saat proses tahapan model direct instruction yaitu
belajar di kelas dapat dibantu dengan tahapan:
penggunaan e-modul dan model belajar 1) Orientasi, yaitu tahap pertama yang
berbasis direct instruction. Model atau trik berupa penentuan materi belajar, refleksi
belajar dengan instruksi langsung ialah satu atau peninjauan pelajaran sebelumnya,
dari sekian model ajar yang terdiri dari penentuan tujuan akhir dari pembelajaran
pemaparan guru terkait konsep materi dan dan penetapan prosedur pembelajaran di
kebaruan keterampilan, membuat guru kelas. 2) Presentasi, yaitu tahap kedua yang
terlibat bekerja bersama peserta didik dimulai dengan penjelasan atau pemaparan
secara individu atau dalam bermacam- konsep, inti materi, new skill and practice,
macam kelompok kecil (a little group) yang penyajian ekspresi visual mengenai job
berfokus pada target belajar. Target belajar practice yang akan diberikan dan
tentu diiringi dengan pemberian pelatihan menegaskan kembali interpretasi peserta
praktik keterampilan berkala yang sesuai didik. 3) Praktik terstruktur, yaitu tahap
target. ketiga yang diawali dengan mengarahkan
Model belajar instruksi langsung atau peserta didik dalam satu kelompok kecil
direct instruction merupakan model belajar untuk mengamati praktik yang dilakukan
yang sistematis. (Sasmita, 2012) oleh pendidik atau guru. Setelah itu peserta
mengemukakan berbagai manfaat dari didik diharuskan merespon melalui
model pembelajaran ini mulai dari beberapa pertanyaan terkait praktik dan
pemberian struktur yang disiplin, mengisi guru memantapkan kembali contoh praktik
banyak makna dalam pembelajaran dan yang benar. 4) Praktik terbimbing, yaitu
pengalaman sistematis yang merupakan tahap keempat yang disebut dengan praktik
salah satu pendekatan belajar supaya semi-independent. Dalam tahap ini, guru
peserta didik tetap fokus dan terlibat secara memberi kesempatan peserta didik untuk
penuh guna mencapai target hasil belajar bergantian memberi contoh praktik di
dengan memperhatikan pengetahuan hadapan peserta didik yang lain. Setelah itu,
faktual (Utama et al., 2014). Penekanan guru memberi respon dalam bentuk
interaksi pendidik atau guru terhadap petunjuk. 5) Praktik mandiri, yaitu tahap
peserta didik di setiap poin pembelajaran kelima yang diawali dengan guru
inilah yang membuat model instruksi memberikan tugas praktik untuk
langsung disebut model transaksional diselesaikan di kelas secara individu. Guru
secara umum. memberikan timbal balik berupa penilaian
Direct instruction atau model belajar dalam periode tertentu (NH & Winata,
dengan instruksi langsung dilakukan 2016).
bertahap mulai dari aktivitas pengenalan Keunggulan model belajar tentu
atau orientasi, pemaparan atau presentasi, beriringan dengan kekurangan pula dan
praktik terstruktur, praktik terbimbing, dan berlaku di tiap-tiap model pembelajaran.
praktik mandiri (Kanfush, 2014). Ada 5 Namun, keunggulan yang terpenting dalam
189
JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
model direct instruction ini ialah terdapat komponen penting dalam kegiatan
fokus akademik, pengarahan dan kontrol pembelajaran. Pembuatan e-modul
atas guru, tingginya tingkat harapan dalam merupakan elemen atau faktor yang harus
perkembangan peserta didik, keberhasilan dilakukan pengkajian, diteliti, dipelajari,
manajemen waktu, serta suasana akademik dijadikan pedoman dan bahan materi
yang cukup mendukung (NH & Winata, sehingga kedepannya dapat dikuasai oleh
2016). Salah satu keunggulan model belajar peserta didik. (Aini & R, 2019). Elektronik
direct instruction ini ialah kecocokannya Modul atau E-Modul ialah perwujudan
ketika diterapkan di dalam kelas berjumlah salah satu dari berbagai opsi bahan ajar
peserta didik yang banyak. yang tersusun sistematis, menarik, diselingi
Permasalahan dalam penelitian desain variatif untuk membantu peserta
kemudian ditelaah oleh peneliti untuk didik selama belajar dilangsungkan. E-
dijadikan solusi yaitu berupa elektronik Modul sebagai alternatif bantu bagi peserta
modul atau e-modul pada hakikatnya ialah didik dalam kemandiriannya mencapai
salah satu contoh bentuk dari self-regulated tujuan belajar di kelas sesuai kurikulum
learning yang menampilkan sajian materi terbaru yaitu kurikulum 2013 (Swandhana
belajar secara mandiri oleh peserta didik. et al., 2016).
Mencapai tujuan pembelajaran menjadi (Setyaningrum & Suratman, 2020)
titik akhir pembuatan e-modul yang dibuat Bahan ajar bisa berupa modul, e-modul
secara sistematis dari unit terkecil dengan ataupun buku saku berfungsi
bantuan komputer sehingga dapat menyampaikan penjelasan materi dengan
ditampilkan dalam format elektroniknya. model one-way (satu arah) yang dapat
Bantuan format elektronik tersebut mendukung kegiatan belajar.
menjadi alasan mengapa e-modul dapat (Setyaningrum & Suratman, 2020)
digunakan, dibaca dan dibawa kemana saja memaparkan bahwa bahan ajar yang
dan kapanpun saat dibutuhkan oleh peserta termasuk didalamnya ialah informasi, alat,
didik. Hal ini membuat fungsi e-modul jadi teks secara runtut dalam aktivitas belajar
jauh lebih praktis. E-Modul dinilai sesuai penguasaan kompetensi yang
memiliki tingkat interaktif yang tinggi, ditetapkan untuk dikuasai peserta didik.
penataan informasi yang terstruktur, serta Bahan ajar berdasarkan jenis dibedakan
menarik untuk dibaca. Dengan nilai dalam 4 jenis substansi sesuai ketentuan: 1)
tersebut sehingga e-modul dapat membantu substansi dengar (audio), 2) substansi cetak
peserta didik melepas ketergantungannya (hardfile), 3) substansi lihat-dengar (audio
terhadap instruktur atau guru yang visual), dan 4) substansi interaktif
dianggap sebagai satu-satunya pihak (interactive teaching substance).
pemberi informasi pembelajaran. (Siregar Rekomendasi lain untuk opsi media
& Harahap, 2020). yang dapat diaplikasikan secara daring oleh
E-Modul ialah salah satu dari sekian pendidik atau guru ialah media interaktif
banyak opsi bahan ajar yang memiliki berbasis multimedia atau website. Media ini
190
JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
memiliki fungsi yang sama dengan media ketertarikan peserta didik terhadap
pada umumnya yaitu untuk menyampaikan pembelajaran di kelas. Contoh nyata dan
informasi kepada peserta didik (Fitra & detail materi yang telah dipaparkan dalam
Maksum, 2021). Adapun fitur-fitur e-modul bisa dilihat langsung di video.
unggulan sesuai kebutuhan penelitian: (A. Selain itu, dalam video juga menayangkan
O. Sari et al., 2019) yang dimiliki oleh contoh praktik kegiatan yang berkorelasi
google slides, seperti fitur kemudahan akses (related) dengan ilmu ajar hingga peserta
link pembelajaran (embed Youtube sebagai didik (perdik) tidak hanya memperkirakan
sumber belajar alternatif video), kolaborasi saja (Nurdin et al., 2019)
dengan tim, penggunaannya yang free, E-modul yang dikembangkan
keamanan dokumen, tema yang beragam, kemudian dipadukan dengan gaya belajar
serta menu-menu lain yang digunakan model direct instruction untuk
untuk proses editing dan pengolahan kata meningkatkan hasil belajar peserta didik.
menjadi alasan untuk peneliti memilih Hasil belajar sering digunakan sebagai
media Google Slides sebagai bahan pengukuran keberhasilan sesuai tingkatan
pembuatan elektronik modul yang interaktif yang ditetapkan selama proses belajar yang
(Andayani, 2021). dilakukan peserta didik di kelas yang
E-modul yang dibuat juga terintegrasi ditunjukkan dengan hasil atau nilai tes
dengan video pembelajaran atau learning maupun lembar kerja dan tugas. Hasil
video yang memiliki segudang manfaat belajar atau nilai ini, berfungsi sebagai
bagi peserta didik untuk mengambil intisari pengukur guna mengamati penguasaan
materi dan pemberian contoh kasus dalam peserta didik pada materi setelah
materi pembelajaran secara langsung. diinstruksikan. Hasil nilai belajar pun
Berbagai keunggulan yang didapat oleh diartikan sebagai perubahan perilaku
peserta didik jika menonton video setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
pembelajaran ialah motivasi belajar yang (Cahyani & Arief, 2015) menjelaskan
meningkat, alur penjelasan dalam video bahwa hasil atau nilai belajar yang
yang ringkas, menarik dan dapat merefleksikan peralihan perilaku termasuk
ditayangkan berkali-kali sehingga dapat hasil belajar kognitif, afektif, dan
meningkatkan antusiasme belajar (Nurdin psikomotorik.
et al., 2019). 1. Hasil Belajar Kognitif
Video pembelajaran atau learning Hasil belajar kognitif ialah hasil belajar
video dapat ditayangkan langsung dalam e- yang dilihat dalam bentuk berubahnya
modul, peserta didik dapat memperbesar tingkah laku terkait bidang pengetahuan,
tampilan, mempercepat, ataupun yang dibagi secara bertingkat berawal dari
memperlambat penjelasan yang ada dalam tingkat dasar hingga yang paling tinggi,
video. Pemanfaatan learning video ini dapat mulai dari menghafal sampai evaluasi.
meningkatkan pemahaman konsep materi 2. Hasil Belajar Afektif
mencakup pengetahuan dan praktik, serta
191
JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
Hasil belajar afektif dibagi dalam 5 level bahwa membaca dan mendengar dapat
yaitu level menerima (acceptance level), meningkatkan ingatan belajar sebesar 30%,
berpartisipasi (participation level), sedangkan dengan demonstrasi dapat
penilaian (rating level), mengorganisasi meningkatkan ingatan belajar peserta didik
(organization level), dan menginternalisasi sebesar 30%. Pemanfaatan e-modul yang
(internalisation level) atau dari level berisi gambar dan link video materi disertai
elementer (basic level) hingga paling elusif dengan metode belajar direct instruction
(advance level). dapat membantu peserta didik mengingat
3. Hasil Belajar Psikomotorik pembelajaran sebesar 60%.
Hasil belajar psikomotorik dibagi dalam 6
level yaitu mempersepsi (perception level), METODE PENELITIAN
menyiapkan (readiness level), pergerakan Model Penelitian
terbimbing (guided level), pergerakan Riset beserta pengembangan
terbiasa (common level), pergerakan direalisasikan oleh peneliti menggunakan
kompleks (complex level), dan kreativitas model 4D (Four-D). Penyusunan yang
(creativity level). Definisi hasil belajar pun sistematis dan detail merupakan beberapa
berarti hasil yang diraih melalui alasan dipilihnya model 4D ini, dengan
serangkaian proses pembelajaran untuk begitu proses pembelajaran dapat
mengetahui nilai keberhasilan peserta didik dilaksanakan dengan mudah. Alur model
pada saat memahami dan menerapkan apa penelitian pengembangan 4D ialah sebagai
yang telah dipelajarinya. Pada penelitian berikut: 1) Define (mendefinisikan) ialah
dan pengembangan ini, yang menjadi tolak menetapkan persyaratan pembelajaran yang
ukur adalah hasil belajar kognitif dan dilakukan seraya menganalisis tujuan dari
psikomotorik saja dikarenakan materi yang disempurnakan, 2) Design
berhubungan dengan faktor sanggup atau (merancang) yakni peneliti membuat
tidaknya peserta didik dalam penguasaan rancangan produk, memilih format untuk
materi. membuat modul yang disesuaikan need
Pengalaman belajar menyokong andil factors peserta didik, 3) Develop
besar pada hasil belajar. Menurut Edgar (pengembangan) merupakan proses
Dale dalam jurnal (P. Sari, 2019) setelah pembuatan modul melewati proses
menyatukan teori belajar oleh John Dewey perbaikan atau revisi berupa advice dari
dengan pikiran-pikiran psikologi, para ahli yaitu ahli e-modul dan ahli materi
disimpulkan bahwa kerucut pengalaman untuk menghasilkan perangkat
belajar ini merangkum persentase tingkat pembelajaran yang efektif, 4) Disseminate
hasil belajar peserta didik berdasarkan (menyebarluaskan) merupakan tahap
pengalaman belajar menggunakan jenis penyebaran media belajar atau peranti
media dan cara belajar yang berbeda-beda. belajar yang berhasil dikembangkan dalam
Kerucut pengalaman belajar memaparkan cakupan kompleks.
192
JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
193
JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
(uji coba terbatas) berupa kritik dan saran Ha: Ada beda rerata nilai posttest antara
yang telah diberikan. subjek eksperimen dan subjek kontrol
b) Analisis Data Kuantitatif Kriteria dari perhitungan uji t ialah
Hasil data kuantitatif selanjutnya sebagai berikut: (Nuryadi et al., 2017)
dilakukan analisis. Adapun data yang Jika thit > ttab; maka Ha diterima (ada beda
diperoleh ialah dari total skor hasil signifikansi)
pengisian formulir validasi oleh ahli materi, Jika thit < ttab; maka Ha ditolak (tidak ada
ahli E-Modul dan peserta didik yang beda signifikansi)
menjadi subjek uji coba terbatas. Tingkat signifikansi (α) yang di
Data hasil soal latihan digunakan untuk gunakan pada saat mengolah data penelitian
mengetahui adanya beda dalam hasil ini di SPSS 22 ialah sebesar 5% atau
belajar antara kelas eksperimen yang sebesar 0,05, maka hasil kalkulasi tersebut
menggunakan E-Modul Otomatisasi dan nantinya dapat diambil keputusan
Tata kelola (OTK) Kepegawaian dalam sebagaimana ketentuan berikut:
proses pembelajaran, dengan kelas kontrol 1. Jika probabilitas ≥ 0,05, maka tidak
yang tidak menggunakan modul terdapat beda signifikan dalam rerata hasil
Otomatisasi dan Tata kelola (OTK) belajar. Artinya, penggunaan e-modul
Kepegawaian dalam proses pembelajaran. pembelajaran tidak dapat meningkatkan
Untuk mengetahui beda hasil belajar dari hasil belajar peserta didik.
kedua kelas tersebut, dilakukan perhitungan 2. Jika probabilitas < 0,05, maka terdapat
persentase nilai rata-rata kelas XII OTKP 1 beda signifikan dalam rerata hasil belajar.
(kelas eksperimen) dan kelas XII OTKP 2 Artinya, dengan penggunaan e-modul
(kelas kontrol). pembelajaran di kelas dinilai sukses
Uji T (Independent sample t-test) meningkatkan hasil belajar peserta didik
(Nuryadi et al., 2017) menyebutkan (Sagoro, 2017).
bahwa uji t ialah pengujian yang digunakan
untuk mendeteksi beda rerata nilai dua HASIL DAN PEMBAHASAN
kelompok yang bebas atau independent.
Paparan penyajian data dan analisis
Peneliti mengaplikasikan uji t untuk
data ditelaah pada bagian hasil pembahasan
development research ini untuk
menganalisis beda posttest scores peserta ini. Penyajian data atau pemaparan data
didik subjek eksperimen dan subjek didapatkan dari hasil validasi oleh ahli
kontrol. Data yang digunakan adalah hasil media dan ahli materi serta data nilai belajar
posttest subjek eksperimen dan subjek peserta didik di experimental class dan
kontrol yang dianalisis uji t berbantuan control class. Ahli media yang menilai
IBM SPSS Statistic 22, dengan hipotesa produk E-Modul ialah dosen di Prodi
berikut: Pendidikan Administrasi Perkantoran,
Ho: Tidak ada beda rerata nilai posttest Universitas Negeri Malang. Sedangkan ahli
antara subjek eksperimen dan subjek materi yang menilai produk E-Modul ialah
kontrol guru pengampu ilmu Otomatisasi dan Tata
Kelola (OTK) Kepegawaian yang ada di
194
JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, Data kuantitatif berikut ini diolah dari hasil
Kabupaten Malang, yaitu sekolah yang penilaian yang diberikan oleh validator ahli
dijadikan tempat penelitian. E-Modul dan ahli materi di lembar angket
Hasil Validasi Ahli penilaian validator. Berikut ini adalah
Hasil validasi dari ahli E-Modul telah rekapitulasi nilai hasil produk pembelajaran
didapatkan data berupa data kuantitatif dan berdasarkan indikator penilaian dari aspek
data kualitatif. Pemaparan data hasil kevalidan isi, penyajian, bahasa, dan
validasi E-Modul dan ahli materi beserta grafika. Tabel 1 yang memaparkan data
analisisnya diulas dibawah ini. hasil validasi tersebut adalah sebagai
a) Data Kuantitatif berikut:
Tabel 1. Rekapitulasi Data Kuantitatif Hasil Validasi Ahli E-Modul & Ahli Materi
195
JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
Tabel 2. Rekapitulasi Data Kualitatif Hasil Validasi Ahli E-Modul & Ahli Materi
Validator Kritik dan Saran
Ahli E-Modul 1. Menggunakan salah satu Logo UM & SMK di cover E-Modul
2. Beri nama, afiliasi, dan contact person
3. Diusahakan pada bagian daftar isi berupa hyperlink dan diberi halaman
4. Font disesuaikan dan video ditampilkan langsung
5. Latihan soal di-input dalam Google Form
Ahli Materi 1. Revisi typo penulisan serta penyederhanaan kalimat menjadi lebih padat
2. Pengurangan durasi video atau ganti video dengan materi yang tidak ada di
dalam materi (durasi video maksimal 5-6 menit)
3. Perbaikan sistematika soal dan judul setiap sub materi
4. Pembuatan LKS (Tugas Psikomotorik) dengan lebih rinci
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2022)
Berdasarkan tabel 2 terkait data Hasil Belajar Peserta Didik
kualitatif dari validator ahli E-Modul, dapat Instrumen pengukuran data hasil
diketahui bahwa ada lima poin saran dan penelitian digunakan agar bisa diketahui
kritik supaya segera dilakukan revisi level perbedaan atau keberhasilan belajar
produk. Lima poin tersebut ialah saran peserta didik. Pengukuran data tersebut
penggunaan logo instansi dan sekolah yang dilakukan dengan memberikan soal latihan
dituju untuk penelitian, saran pemberian kognitif dan psikomotorik yang tersedia di
identitas pada E-Modul, saran penambahan E-Modul. Nilai hasil dari belajar peserta
hyperlink dalam daftar isi, saran didik diperoleh dari nilai kelas eksperimen
penyesuaian font dan tampilan video, serta dan kelas kontrol ketika menyelesaikan
saran penggunaan Google Form untuk pekerjaan berupa latihan soal (posttest) dan
mempermudah akses soal latihan bagi tugas praktik. Analisis dilakukan dengan
peserta didik. cara melakukan perbandingan nilai tersebut
Sedangkan data kualitatif validasi ahli antara kelas eksperimen (XII OTKP 1) dan
materi dapat diamati bahwa terdapat 4 poin kelas kontrol (XII OTKP 2). Kedua kelas
saran dan kritik dari validator yang harus tersebut telah diberi penjelasan materi
segera dilakukan revisi supaya bebas dengan metode Direct Instruction terlebih
dimanfaatkan oleh peserta didik di kelas dahulu oleh peneliti. Perbedaan hasil
eksperimen. Adapun saran dan kritik yang belajar yang terlihat dipengaruhi oleh
dipaparkan adalah dari segi perbaikan media pembelajaran yang dipakai. Kelas
penulisan yang typo, penyerderhanaan eksperimen menggunakan produk E-Modul
kalimat, saran perbaikan video yang orisinil dari peneliti, sedangkan kelas
pembelajaran, perbaikan sistematika soal kontrol mendapatkan perlakuan dengan
dan judul sub bab serta saran pembuatan media PowerPoint. Paparan data hasil nilai
lembar kerja psikomotorik peserta didik peserta didik terdapat di tabel 3.
supaya lebih rinci.
196
JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
197
JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
198
JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
199
JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
200
JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
201