Anda di halaman 1dari 7

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

ORGANISASI KONTRA FEMINISME


“MALANG WOMEN WRITER’S SOCIETY”

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA


Dosen pengampu : Alan Sigit Fibrianto,S.Pd,M.Sos.
.

Disusun Oleh Kelompok 6 :


1. Achmad Thoriq Transanala (220751608876)
2. Adinda Livia Azzahra (2207516004860)
3. Avika Putri Kusumawardani (220751608642)
4. Irene Gabriela Phefferkorn (220751604793)
5. Lintang Dewinahari (220751608625)

OFFERING A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


JL. SEMARANG NO.5, SUMBERSARI KECAMATAN LOWOKWARU
KOTA MALANG, JAWA TIMUR 65145
TAHUN 2022
ABSTRAK
Freedom has always been fought for by everyone, especially women. There is a view that
women are weak and powerless, there is a system of social structures and practices where men
always dominate and exploit women. However, in the 8th-14th centuries, Southeast Asian
women tended to dominate to carry out the division of labor such as trading, receipts,
princesses, and taking part in government. Evidence of women's freedom is found in the reliefs
on the temples and the philosophy of the Javanese house which has three doors, this is what
proves that the theory of feminism is free and unfettered.
Keywords: Feminism, women, freedom

Kebebasan selalu diperjuangkan oleh semua orang terkhususnya perempuan. Adanya


pandangan bahwa perempuan itu lemah dan tidak berdaya, adanya sistem strutur dan praktik
sosial dimana laki – laki selalu mendominasi dan mengeksploitasi perempuan. Namun, pada
abad ke 8 – 14 wanita Asia Tenggara cenderung mendominasi untuk melakukan pembagian
kerja seperti berdagang, resi, raja putri, dan ikut ambil bagian dalam pemerintahan. Bukti
kebebasan wanita terdapat pada relief di candi – candi dan filosofi rumah jawa yang memiliki
tiga pintu, hal inilah yang membuktikan bahwa teori feminisme sudah bebas dan tidak
terkekang.
Kata Kunci : Feminisme, perempuan, kebebasan
Pendahuluan
Kebebasan adalah apa yang selalu diperjuangkan orang. Beberapa kritikus berpendapat
bahwa kebebasan adalah nilai yang sangat penting dalam masyarakat dan bahwa semua orang
berhak atasnya tanpa memandang status ekonomi dan sosial mereka (Harrison & Boyd, 2003).
Kebebasan perempuan selalu sangat dibatasi, terutama dalam masyarakat patriarki. Menurut
Therborn (2004), masyarakat sudah patriarki sejak awal, tidak terkecuali. Walby (1990)
menyatakan bahwa patriarki adalah sistem struktur dan praktik sosial di mana laki-laki
mendominasi, menindas, dan mengeksploitasi perempuan; Pada abad ke-18 dan 19, masyarakat
yang lebih patriarki berpendapat bahwa perempuan tidak rasional, rapuh, dan tidak mampu
berpikir untuk diri mereka sendiri. . Masyarakat pada saat itu berpikir bahwa wanita seperti
hewan peliharaan pemiliknya dan bahwa, sebagai hewan, mereka harus mematuhi tuannya,
suami mereka (Weitz, 2003).
Namun jika dilihat ke belakang sekitar abad ke 8-14 wanita Asia Tenggara cenderung bebas
dan dominan dalam melakukan aktivitasnya ( Berdagang, resi, raja putri, dan ikut ambil bagian
dalam pemerintahan ). Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan juga sudah jelas sesuai
porsi dan potensi nya masing-masing. Bahkan menurut penelitian penjelajah samudra dari eropa
ketika datang ke Indonesia mereka melihat bahwa kaum perempuan justru mendominasi
perdagangan yang ada di Indonesia, karena jika dilihat dari letak geografisnya Indonesia
merupakan jalur lintas perdagangan Asia Tenggara. Jika dilihat dari teori feminisme yang
menganggap bahwa wanita itu lemah dan tertindas pada kenyataanya teori tersebut tidak sesuai
dengan keadaan wanita di Indonesia bahkan Asia Tenggara.
Banyak bukti bukti tentang kebebasan wanita Indonesia, seperti yang terdapat dalam relief-
relief candi yang menunjukan bahwa wanita jawa sudah melakukan aktivitas berdampingan
dengan kaum laki-laki, dan juga jika dilihat dari filosofis rumah penduduk jawa yang memiliki
tiga pintu yaitu pintu depan sebagai pintu utama ketika menerima tamu, pintu belakang yang
digunakan untuk akses keluar masuk dari kebun atau sawah, dan pintu samping yang selalu
terbuka untuk ibu rumah tangga berinteraksi dengan tetangganya yang langsung mengarah ke
dapur, hal ini lah yang menunjukan bahwa wanita sejak dahulu sebelum adanya emansipasi
wanita dan teori feminism mereka sudah bebas dan tidak terkekang bukan seperti yang di
kemukakan dalam teori feminism yang menganggap wanita itu terkekang, terkurung, dan
tertindas.
PEMBAHASAN

Malang Women Writers Society (MAWWS) merupakan komunitas penulis wanita yang
berdiri di Malang memiliki ideologi kontra feminisme. Berdirinya komunitas ini berawal dari 6
pendiri yang sering berkumpul atau nongkrong di caffe pustaka di perpustakaan Universitas
Negeri Malang pada tahun 2018. Pada awalnya mereka berdiskusi tentang sastra yang tanpa
disadari komunitas sastra sering mengundang narasumber dari luar yang berlatar belakang
Jakarta Sentris yang selalu menceritakan wanita Jawa selalu dianggap negatif dan dianggap
sebagai wanita lemah. Bergerak dari hal tersebut para pendiri MAWWS mulai membicarakan
tentang feminisme dan memiliki pemikiran yang sama untuk menentang feminisme, lalu dengan
banyaknya penelitian yang menarasikan wanita Indonesia yang lemah membuat para pendiri
untuk membentuk komunitas ini.

Tujuan dari terbentuknya komunitas ini ialah untuk membentuk teori gender baru yaitu
kontra feminisme. MAWWS ingin membantah feminisme yang mengaggap bahwa wanita itu
lemah dan tertindas. Feminisme mempropaganda untuk membuat wanita merasa lemah
menjadikan wanita mengkasihani diri sendiri, feminis juga mendoktrin wanita dan MAWWS
menentang hal tersebut. MAWWS ingin membuktikan bahwa sebelum teori feminisme muncul,
para wanita desa pada zaman dahulu tidak terikat dengan feminisme dan feminisme dapat
diperdebatkan dengan realitas serta tidak melulu terikat dengan teori.

MAWWS memiliki kegiatan rutin yang dilakukan di minggu pertama setiap bulan yaitu
menulis kajian, kemudian di upload di website mereka. Kajian yang sering dilakukan yaitu
menegakkan patriarki. Dalam komunitas ini tidak membuka rekrutmen keanggotaan, siapapun
yang ingin bergabung diperbolehkan asal memiliki tujuan yang sama, mayoritas yang bergabung
adalah wanita namun terdapat pria juga. Ideology yang dianut oleh konunitas ini adalah kontra
feminisme dimana ideology ini menentang arti teori feminisme yang telah ada, dengan membuat
kajian dan jurnal dengan teori baru untuk dikenalkan pada masyarakat. Mereka juga
mensosialisasikan ideology ini dengan menjadi pembicara dalam beberapa seminar, sehingga
komunitas ini memiliki dampak pada masyarakat dengan membuka wacana baru tentang
feminisme dan membuat banyak wanita mulai berani untuk speak up tentang ideology yang
digagas oleh MAWWS.

MAWWS juga memiliki hambatan yaitu factor usia para anggotanya, banyak anggota yang
sudah berkeluarga sehingga tidak memiliki waktu untuk mengikuti kegiatan rutin, dan banyak
juga anggota yang aktif menjadi jurnalis.
SIMPULAN

Feminisme sering dicap sebagai paham yang melemahkan posisi perempuan karena
orang awam menganggap bahwa penganut feminisme selalu menuntut sesuatu yang lebih special
dari pria. Gerakan feminisme merupakan respon dari ketimpangan yang terjadi dalam
masyarakat, yang disebabkan oleh adanya sistem patriarki yang berkembang dalam masyarakat.
Dengan ini kominitas MAWWS ingin merubah persepsi tersebut dengan membuat teori baru
yang akan membuat feminisme tidak memiliki pandangan bahwa wanita itu lemah dan tidak
berdaya. Berdirinya komunitas ini memiliki visi dan misi untuk menggerakkan ideology baru
yang dianut oleh MAWWS bahwa mereka sangat menentang adanya teori feminisme yang ada
saat ini.
TRANSKRIP WAWANCARA
PEWAWANCARA NARASUMBER
Sejarah berdirinya organisasi MAWWS Sejarah berdirinya organisasi awal ketemu itu
bagaimana dan terinspirasi darimana? sering ngopi bareng, kumpul bareng di café
pustaka UM, daripada Cuma kumpul bareng
kita berinisiatif untuk membuat organisasi
yaitu MAWWS (Malang Women Writers
Society) dan ingin mengembangkan para
penulis yang ada di Malang
Apa visi misi dari organisasi MAWWS ini? Kita bergerak dari banyaknya penelitian yang
menarasikan wanita itu lemah, kita menolak
adanya persepsi bahwa wanita selalu
dikasihani dan dianggap lemah.Padahal sejak
sebelum adanya emansipasi wanita dan teori
feminisme, wanita di Asia Tenggara sudah
bebas melakukan aktivitasnya terutama pada
sector perdagangan dan justru dianggap
dominan.
Apa yang ingin dikembangkan dari organisasi Yang ingin dikembangkan dari organisasi
tersebut? kami adalah ingin terus mencari jurnal dan
ingin mengembangkan jurnal dari hasil yang
telah kami diskusikan tentang teori feminisme
setiap bulan kita mengadakan kajian kecil
mendiskusikan sebuah tema.
Apa dampaknya bagi penulis di Malang di Bagi orang yang suka menulis mereka bisa
organisasi ini? mengembangkan teori mereka dengan
menukis suatu jurnal dengan tema mereka
sendiri dan bisa melatih kemampuan mereka.
Selama mendirikan organisasi ini apa saja Mungkin dari segi banyaknya anggota yang
hambatan yang terjadi? sudah berumah tangga, dan juga sibuk dengan
pekerjaan masing-masing, jadi kurang kumpul
dengan organisasi kami
DAFTAR PUSTAKA
Fibrianto, A. S., & Bakhri, S. (2018). Gerakan Sosial Kaum Perempuan Melawan Euphoria Media Melalui
Komunitas Hijabers di Kota Surakarta. Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender, 17(1), 1-19.

Abbas, N. (2020). Dampak Feminisme Pada Perempuan. AL-WARDAH: Jurnal Kajian Perempuan,


Gender dan Agama, 14(2), 187-198.

Arinahaten, M. A. (2021). PERTENTANGAN PEMIKIRAN ANTARA GERAKAN FEMINISME DAN ANTI-


FEMINISME DI INDONESIA. Kusa Lawa, 1(2), 105-119.

Hidayah, A. (2020). Feminisme dan Anti-Feminisme: Bias Teologi Gender yang di (Salah)
Pahami. BUANA GENDER: Jurnal Studi Gender dan Anak, 5(1), 13-26.

Sutanto, O. (2017). Representasi Feminisme Dalam Film “Spy”. Jurnal E-Komunikasi , 5 (1).

Aliyah, I. H., Komariah, S., & Chotim, E. R. (2018). Feminisme Indonesia dalam Lintasan
Sejarah. TEMALI: Jurnal Pembangunan Sosial, 1(2), 140-153.

Sumantri, Yeni Kurniawati.2017. Feminisme Multikultural: Refleksi Gerakan Perempuan Dunia Ketiga.
http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/feminisme-multikultural-refleksi-gerakan-perempuan-dunia-ketiga/.
Hayati, Y. (2012). Dunia perempuan dalam karya sastra perempuan Indonesia (Kajian
Feminisme). Humanus, 11(1), 85-93.

Hasanah, M. Tantangan Perempuan Di Tengah Paham Feminisme Pada Komunitas Perempuan


Berdaulat Di Mojokerto. Martabat: Jurnal Perempuan dan Anak, 4, 137-154.

ARIANTI, V. S. (2015). DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM DRAMA KOREA CHEONGDAMDONG


ALICE: KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Anda mungkin juga menyukai