Anda di halaman 1dari 100

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI


Jalan Kolonel Sutarto No.132 Surakarta Kode Pos 57126 Telp. (0271) 634634,
Faximile (0271) 637 412, Email : rsmoewardifa.iatengprov.go.id
Website : rsmoewardi.jatengprov.go.id

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI


Nomor: 188.4/11-0^/2020

TENTANG

PEDOMAN KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA (HOSPITAL DISASTER


PLAN) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI


Menimbang : a.
bahwa dalam rangka meminimalkan dampak terjadinya kejadian
akibat kondisi darurat dan bencana yang dapat menimbulkan kerugian
fisik, material dan jiwa, telah disusun Pedoman Kesiapan Menghadapi
Bencana (Hospital Disaster Plan) Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Moewardi;
b. bahwa Keputusan Direktur Nomor 188.4/11.092/2020 tentang
Pedoman Kesiapan Menghadapi Bencana (Hospital Disaster Plan)
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi, tidak sesuai lagi dengan
keadaan;
c. bahwa Pedoman Kesiapan Menghadapi Bencana (Hospital Disaster
Plan) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi, dijadukan acuan
dalam melaksanakan tugas sehari-hari;
d. bahwa sehubungan dengan huruf (a), (b) dan (c) di atas perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur.

Mengingat : 1.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Dan Rumah
Sakit Jiwa Daerah;
5.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
2016 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2020 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 856 Tahun 2009 tentang
Standar Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit;
9. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 821.2/14/2020 tanggal 20
Januari 2020 tentang Pengangkatan Dalam Jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menunjuk
Dr. dr. Cahyono Hadi, Sp.OG-KFER NIP. 196411161997031003
Pembina Utama Muda sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Moewardi Provinsi Jawa Tengah.

MEMUTUSKAN

Menetapkan PEDOMAN KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA HOSPITAL


DISASTER PLAN) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI
KESATU
Mencabut Keputusan Direktur Nomor 188.4/11.092/2020 tentang Pedoman
Kesiapan Menghadapi Bencana (Hospital Disaster Plan) Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Moewardi.
KEDUA
Pedoman Kesiapan Menghadapi Bencana (Hospital Disaster Plan) Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi digunakan sebagai acuan bagi rumah
sakit untuk melaksanakan pelayanan.
KEDUA
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

KETIGA
Ditetapkan di Surakarta
Tanggal 20 November 2020
CAHYONO HADI

DIREKTUR RSUD EWARDI


PROVINSI AH,
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI
Jalan Kolonel Sutarto No. 132 Surakarta Kodepos 57126 Telepon (0271) 634634
Faksimile (0271) 637412, Email : rsmoewardi@jatenqprov.qo.id
Website : rsmoewardi.jatengprov.go.id

PEDOMAN
KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA
(HOSPITAL DISASTER PLAN)
RSUD Dr. MOEWARDI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI


PROVINSI JAWA TENGAH
2020
SK DIREKTUR

/pedoman JJ'esiapan W)enghadapi Jgencana ii


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulilah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
Rahmat dan Hidayah Nya sehingga Buku Pedoman Kesiapan Menghadapi Bencana
RSUD Dr Moewardi dapat tersusun.
Kegawat daruratan dan bencana dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan
menimpa siapa saja, sehingga komponen-komponen penting dalam sistem
penanggulangan gawat darurat terpadu harus dipersiapkan dengan baik, mulai dari
tingkat pra rumah sakit, di rumah sakit serta rujukan intra rumah sakit sampai dengan
rujukan rumah sakit. Kesiapan sistem penanggulangan gawat darurat terpadu dapat
mempersingkat waktu (respon time) dan penanganan korban gawat darurat dapat
dilakukan dengan cepat, tepat cermat, dan sesuai standar.
Rumah sakit memegang peranan penting dalam kesiapsiagaan penanganan
korban gawat darurat dan bencana sehingga fasilitas kesehatan tersebut harus selalu
siap menerima korban gawat darurat dan bencana yang membutuhkan pertolongan
cepat dan tepat.
Pada keadaan tertentu rumah sakit juga dapat menjadi “korban” bencana itu
sendiri seperti gempa bumi Rumah Sakit mengalami kedaruratan baik infrastruktur,
tenaga, sarana, peralatan, dan lain sebagainya. Untuk itu semua sistem pada berbagai
level di rumah sakit harus dipersiapkan dan siap siaga dalam menghadapi bencana
dengan menyiapkan sumber daya, baik fasilitas maupun manusia. Setiap komponen dan
unit teknis tersebut seharusnya memiliki perencanaan penyiagaan bencana yang
terkoordinir dan tertulis, karena reaksi setiap komponen dan unit teknis dalam
menghadapi bencana dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : jenis
bencana/musibah dan jumlah korban harus ditangani, fasilitas, sumber daya manusia
serta sistem rujukan yang harus dimiliki rumah sakit tersebut.
Disusunnya buku pedoman penanganan Bencana Rumah Sakit / Manajemen
Kedaruratan (Hospital Disaster Piari) untuk kesiapsiagaan RSUD Dr. Moewardi dalam
menghadapi bencana,diharapkan dapat digunakan sebaik-baiknya.

Surakarta, November 2020

Tim Penanganan Bencana RSDM

/^cdomon ^^esiopon W^enghadapi Jgencnna iii


DAFTAR ISI

SK DIREKTUR.......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
BAB. I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan Pedoman Siaga Bencana..............................................................4
C. Ruang Lingkup...........................................................................................4
D. Pengertian.................................................................................................5
E. Dasar Hukum.............................................................................................7
BAB. II PEMETAAN BENCANA (DISASTER MAPPING).......................................9
A. Bencana Intern..........................................................................................9
B. Bencana Ekstern.......................................................................................9
C. Kemungkinan Bencana Di Rumah Sakit dan Di Wilayah Sekitar RS.....15
D. Kemungkinan Bencana Internal Rumah Sakit........................................17
E. Kemungkinan Bencana Eksternal Rumah Sakit.....................................18
BAB. III FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN RSUD Dr. MOEWARDI......... 19
A. Jumlah Ketenagaan di RSDM.................................................................19
B. Fasilitas yang ada di RSDM....................................................................19
C. Jenis Pelayanan Kesehatan di RSDM....................................................20
BAB. IV KESIAPSIAGAAN DAN TIM PENANGANAN BENCANA RSDM...........23
A. Struktur Organisasi Tim Penanganan Bencana RSDM..........................24
B. Uraian Tugas Tim Penanganan Bencana RSDM....................................25
BAB. V POS PENANGANAN BENCANA..............................................................36
A. POS PENGENDALI PENANGANAN BENCANA....................................36
B. POS PENGOLAHAN DATA.....................................................................36
C. POS INFORMASI....................................................................................37
D. POS LOGISTIK DAN DONASI................................................................37
E. POS PENANGANAN JENAZAH..............................................................37
F. POS RELAWAN.......................................................................................38
G. POS PENCARIAN KELUARGA..............................................................39
H. PENETAPAN AREA AMAN DAN RUANG AMAN..................................39
BAB. VI SISTEM KOMUNIKASI PENANGANAN BENCANA DI RSDM..............40
A. Komunikasi Internal.................................................................................40
B. Pusat Komunikasi Publik.........................................................................41
C. Garis Komunikasi.....................................................................................41
D. Pengaturan Lalu Lintas............................................................................41
E. Aktivasi Sistem Penanganan Bencana....................................................42
F. Tim Utama Penanganan Bencana...........................................................42
G. Peran Instansi Jejaring............................................................................43
BAB. VII PENANGANAN BENCANA DI RUMAH SAKIT......................................45
A. Penanganan Korban................................................................................45
B. Pengelolaan Barang Milik Korban...........................................................45
C. Pengelolaan Makanan Korban dan Petugas...........................................46
D. Pengelolaan Tenaga Rumah Sakit..........................................................46
E. Pengendalian Korban Bencana dan Pengunjung....................................47
F. Koordinasi dengan Instansi Lain..............................................................47
G. Pengelolaan Obat dan Bahan/Alat Habis Pakai......................................48
H. Pengelolaan Volunteer (Relawan)...........................................................48
I. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan.......................................................49
J. Pengelolaan Donasi.................................................................................49
K. Pengelolaan Listrik, Telepon dan Air.......................................................50
L. Penanganan Keamanan..........................................................................50
M. Pengelolaan Informasi.............................................................................51
N. Jumpa PERS ..........................................................................................51
O. Pengelolaan Media..................................................................................52
P. Pengelolaan Rekam Medis......................................................................52
Q. Identifikasi Korban...................................................................................52
R. Pengelolaan Tamu / Kunjungan..............................................................53
S. Pengelolaan Jenazah..............................................................................53
T. Evakuasi Korban Ke LuarRumah Sakit...................................................54
BAB. VIII OPERASIONAL PENANGANAN BENCANA INTERNAL DAN EKSTERNAL
RSDM.......................................................................................................55
A. Sistem Kode Darurat Di Rumah Sakit.....................................................55
B. Penanganan Bencana Internal Rumah Sakit..........................................56
C. Penanganan Bencana Eksternal dengan Korban Mendatangi RS........74
D. Bencana Eksternal dengan Korban Massal di Lapangan.......................76
E. Mengirim Tim Medis Ke Daerah Bencana Jauh......................................77
BAB. IX PEMULIHAN KEMBALI KE FUNGSI NORMAL.......................................78
A. Mengembalikan SDM Ke Tugas Pokoknya.............................................78
B. Mengembalikan Fungsi Organisasi Ke Fungsi Pokoknya.......................78
C. Penyusunan Laporan...............................................................................78
BAB. X SIMULASI...................................................................................................79
BAB. XI PENUTUP..................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................81
LAMPIRAN

/pedoman ^Jesinpnn ryy^enghadapi Rencana v


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan masyarakat, yang disebabkan baik oleh faktor alam dan /
atau faktor non alam maupun faktor manusia. Indonesia yang terdiri dari gugusan
kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat tinggi dan juga sangat
bervariasi dari aspek jenis bencana. Kondisi alam tersebut serta adanya
keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia menyebabkan timbulnya risiko
terjadinya bencana alam, bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks,
meskipun disisi lain juga kaya akan sumberdaya alam.
Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi
(gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hydrometeorologi
(banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi
(wabah penyakit manusia,penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan
teknologi (kecelakan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran
bahan kimia). Bencana epidemi yang menular hingga lintas negara berubah menjadi
pandemi sehingga perlu diwaspadai. Bencana pandemic sering disebabkan oleh
penyakit infeksi Emerging dan Re-emerging (PINERE) atau new - emerging
infectious diseases. Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik antar
manusia akibat perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta
politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana
pada suatu daerah konflik. Hal ini menurut peran rumah sakit yang harus makin aktif
sebagai ujung tombak dari pelayanan medik pada saat bencana juga sebagai mata
rantai dari Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), dalam
keadaan sehari-hari dan bencana. Seyogyanya pelayanan medik menjadi semakin
cepat dan tepat, mulai dari pra rumah sakit ditempat kejadian berupa pertolongan
pertama penderita gawat darurat dan rumah sakit termasuk pelayanan antar rumah
sakit sebagai jaringan rujukannya bila membutuhkan pelayanan spesialistik
RSUD Dr.Moewardi yang sudah biasa mengahapi emergency sehari-hari
hanya cukup menambah kapasitas tempat tidur, peralatan, pengaturan petugas,
ruang rawat, logistik medik dan non medik, serta sistem komunikasi yang baik akan
memperlancar penanganan korban bencana.
Bencana yang sering terjadi di wilayah Surakarta. Sejak sekitar
pertengahan tahun 2000, hampir setiap tahunnya Surakarta mengalami banjir,
puncaknya adalah saat banjir besar Desember 2007. Bencana itu membuat

/Jedomnn ^^esiapan Mtyenghadapi J^encana 1


Pemerintah Kota Solo mulai melakukan perbaikan sistem pembuangan air,
perbaikan yang dilakukan dua tahun akhirnya rampung tahun 2009 dan menciptakan
solusi bagi bencana banjir. Selain itu secara lokasi Surakarta juga dekat dengan
gunung berapi, sehingga pada letusan gunung merapi tahun 2010 yang lalu juga
turut merasakan efeknya. Pada tahun 2006 terjadi bencana Tektonik yang ada di
Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Manajemen darurat dan/atau bencana harus dapat dilakukan oleh Rumah
Sakit sehingga pada saat terjadi bencana, rumah sakit dapat diakses, dapat
memberikan layanan kesehatan terhadap korban bencana dan berfungsi maksimum
dengan infrastruktur yang sama sebelum terjadi bencana, selama bencana, dan
segera setelah bencana (WHO,2015). Program manajemen bencana Rumah sakit
mengarahkan perkembangan dan eksekusi kegiatan yang mampu memitigasi,
mempersiapkan, merespon, dan pemulihan situasi dari suatu bencana.
Seperti kita ketahui pada awal tahun 2020, COVID-19 menjadi masalah
kesehatan dunia. Kasus ini diawali dengan informasi dari Badan Kesehatan Dunia /
World Health Organization (WHO) pada tangga 31 Desember 2019 yang
menyebutkan adanya kasus kluster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Kasus ini terus berkembang hingga adanya
laporan kematian dan terjadi importasi di luar China. Pada tanggal 30 Januari 2020,
WHO menetapkan COVID-19 sebagai Public Health Emergency of International
Concem (PHEIC) / Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia
(KKMMD). Pada tanggal 12 Februari 2020, WHO resmi menetapkan penyakit novel
coronavirus pada manusia ini dengan sebutan Coronavirus Disease (COVID-19).
Pada tanggal 2 maret 2020, WHO Indonesia telah melaporkan 2 kasuu konfirmasi
COVID-19. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan COVID-19
sebagai pandemi. RSUD Dr. Moewardi sebagai pusat rujukan kesehatan dan salah
satu rumah sakit yang ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan covid-19 untuk Wilayah
Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian Tenggara, disamping itu RSUD
Dr.Moewardi mempunyai kegiatan sosial terkait bencana alam dan merupakan
rumah sakit yang menjadi tempat rujukan bagi korban bencana massal yang terjadi
di wilayah Surakarta dan sekitarnya. Dalam pelaksanaan kegiatan penanganan
bencana eksternal (kegiatan sosial secara eksternal) yang sudah dilakukan oleh
RSUD Dr.Moewardi adalah :
1. Kegiatan Sosial penanganan korban bencana Gempa Tektonik di Kabupaten
Klaten Tahun 2006.
2. Kegiatan Sosial penanganan korban Bencana Banjir di Kota Surakarta Tahun
2007.
3. Kegiatan Sosial penanganan korban letusan Gunung Merapi di Kabupaten Klaten
Tahun 2010.
pedoman ^J^esinpun ‘YVjcnghodopi 2
4. Kagiatan Sosial penanganan bencana gempa di Aceh tahun 2017
5. Kegiatan Sosial dengan memberikan pelayanan kesehatan ke korban banjir di
Pacitan Tahun 2017
6. Kegiatan Sosial penanganan bencana Gempa bumi di Lombok tahun 2018
Dengan telah berpengalamannya RSUD Dr. Moewardi dalam kegiatan
sosial penanganan korban bencana diharapkan mampu mengembangkan diri untuk
lebih meningkatkan pelayanan medis lebih cepat dan tepat.
RSUD Dr.Moewardi sebelum menentukan pedoman kesiapan menghadapi
bancana maka langkah - langkah yang di lakukan adalah dengan cara:
1. Identifikasi ancaman bencana di dalam maupun di luar rumah sakit
2. Penilaian analisa risiko keadaan darurat yang berasal dari aktifitas
(proses,operasional,peralatan) dan analisis kerentanan bencana terkait dengan
bencana alam, teknologi, manusia, penyakit/wabah dan hazard material.
3. Pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana bencana untuk menentukan skala
prioritas.
4. Pengendalian kondisi darurat atau bencana untuk menentukan skala prioritas.
5. Simulasi kondisi darurat bencana di dalam rumah sakit maupun di luar rumah
sakit.
Bencana internal rumah sakit antara alain :
1. Kedaruratan keamanan ada 8 kode kedaruratan yang telah ditetapkan yaitu :
pencurian,penculikan bayi .ancaman bom
2. Kedaruratan keselamatan yaitu : Kebakaran .kedaruratan masai,
3. Tumpahan bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
4. Kegagalan peralatan medik dan non medik
5. Kegagalan kelistrikan
6. Kegagalan ketersediaan air
7. Kegagalan sistem tata udara
8. Mengahadapi bencana internal dan eksternal di identifikasi menggunakan HVA
(Hazard Vulnerability Assement
Bencana sering terjadi tiba tiba tanpa bisa diprediksi. Sehingga sebaik-
baik usaha penanggulangan adalah mempersiapkan diri semaksimal mungkin
sebelum bencana itu datang. Merencanakan penanggulangan bencana saat
bencana sudah terjadi adalah keterlambatan yang akan memakan korban jiwa dan
harta benda yang mungkin sebenarnya dapat dicegah.

/pedoman ryTjenghflrfnpi Jgencana 3


Dengan adanya bencana yang bisa terjadi di internal maupun eksternal
yang dapat terjadi maka RSUD Dr .Moewardi harus menyusun dan memelihara
rencana manajemen kedaruratan dan program mengahadapi bila terjadi kedaruratan
komunitas,wabah dan bencana alam atau bencana lainya
Pedoman perencanaan kesiapsiagaan bencana bagi rumah sakit tidaklah
cukup secara tertulis, karena kesiapsigaan memerlukan pelatihan dan simulasi
sehingga tidak terjadi kegagalan dalam penanganan kedaruratan masai yang terjadi
di dalam maupun di luar rumah sakit.Selain itu dalam realisasinya harus pula
ditetapkan adanya kerja sama dengan instansi - instansi terkait /unit kerja diluar
rumah sakit (Pelayanan ambulans, bank darah, dinas kesehatan PMI, Media dan
rumah sakit lainya, serta pelatihan berkali bagi staf rumah sakit sehingga staf rumah
sakit mengetahui dan terbiasa dengan perencanaan dan pedoman yang dapat
diterapkan.

B. TUJUAN PEDOMAN SIAGA BENCANA


1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi manajemen RSUD Dr.Moewardi untuk dapat
melaksanakan program penanggulangan bencana yang terjadi di dalam rumah
sakit maupun bencana yang terjadi di luar rumah sakit serta meminimalkan dampak
terjadinya kejadian akibat kondisi darurat dan bencana yang dapat menimbulkan
kerugian fisik, material, jiwa, bagi staf, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu operasional serta menyebabkan
kerusakan lingkungan ataupun mengancam financial dan citra rumah sakit

2. Tujuan khusus :
a. Sebagai acuan yang jelas bagi manajemen RSUD Dr.Moewardi didalam
mengambil keputusan terhadap masalah yang terjadi apa bila menghadapi
bencana
b. Sebagai acuan bagi seluruh staf Rumah Sakit agar dapat meningkatkan
kewaspadaan terhadap bencana internal maupun eksternal
c. Terlaksanya program kesiapan menghadapi bencana secara sistematis dan
terarah

C. Ruang Lingkup
1. Menetapkan jenis, kemungkinan dan konsekuensi dari bahaya, ancaman dan
kejadian.
2. Menetapkan peran rumah sakit dalam kejadian tersebut.
3. Strategi komunikasi pada kejadian.

4. Pengelolaan sumberdaya waktu kejadian, termasuk sumber daya alternatif.


/^edomon ^cncnnn 4
5. Pengelolaan kegiatan klinis pada waktu kejadian, termasuk alternatif tempat
pelayanan.
6. Kesiapsiagaan rumah dalam menghadapi bencana baik internal maupun bencana
eksternal rumah sakit.
7. Kesiapsiagaan rumah sakit dalam menghadapi bencana eksternal sebatas fungsi
Rumah sakit yaitu menerima rujukan korban bencana dari luar
8. Identifikasi dan penugasan dan tanggung jawab staf pada waktu kejadian.
9. Proses untuk mengelola keadaan darurat bila terjadi pertentangan antara tanggung
jawab staf secara pribadi dengan tanggung jawab rumah sakit dalam hal
penugasan staf untuk pelayanan pasien.
D. Pengertian

1. Darurat adalah suatu keadaan tidak normal / tidak diinginkan yang terjadi pada
suatu tempat / kegiatan yang cenderung membahayakan manusia, merusak
peralatan/harta benda atau merusak lingkungan sekitarnya yang masih dapat
ditangani oleh sumber daya internal rumah sakit.
2. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis yang tidak dapat ditangani sendiri oleh sumber
daya internal Rumah Sakit.
3. Penyakit Infeksi Emerging (PIE) adalah penyakit yang muncul dan menyerang
suatu populasi manusia untuk pertama kalinya atau telah ada sebelumnya namun
meningkat dengan sangat cepat, baik dalam jumlah kasus baru didalam satu
populasi, ataupun penyebarannya ke daerah geografis yang baru (re-emerging
infectious disease) yang dapat berasal dari virus, bakteri dan parasit. Termasuk
kelompok PIE adalah penyakit yang pernah terjadi disuatu daerah dimasa lalu,
kemudian menurun atau telah dikendalikan, namun kemudian dilaporkan lagi dalam
jumlah yang meningkat. Bentuk lainnya lagi adalah penyakit lama yang muncul
dalam bentuk klinis yang baru, yang bisa jadi lebih parah atau fatal.
4. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
5. Penanggulangan krisis akibat bencana adalah serangkaian kegiatan bidang
kesehatan untuk mencegah, menjinakkan (mitigasi) ancaman/ bahaya yang
berdampak pada aspek kesehatan masyarakat, menyiapsiagakan sumber daya
kesehatan, menanggapi kedaruratan kesehatan dan memulihkan (rehabilitasi),

pedoman ^J^esinpan <YV}engh«dnpi Jgencnna 5


serta membangun kembali (rekonstruksi) infrastruktur kesehatan yang rusak akibat
bencana secara lintas program dan lintas sektor.
6. Sumber daya manusia (SDM) kesehatan adalah seseorang yang bekerja secara
aktif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun
tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya
kesehatan.
7. Manajemen SDM Kesehatan adalah serangkaian kegiatan perencanaan dan
pendayagunaan tenaga yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan dalam
melakukan upaya kesehatan.
8. Tim Reaksi Cepat adalah tim yang sesegera mungkin bergerak ke lokasi bencana
setelah ada informasi kejadian bencana untuk memberikan pelayanan kesehatan
bagi korban.
9. Tim Penilaian Cepat Kesehatan (Rapid Health Assessment, RHA) adalah tim
yang dapat diberangkatkan bersamaan dengan Tim Reaksi Cepat atau menyusul
untuk menilai kondisi dan kebutuhan pelayanan kesehatan.
10. Tim Bantuan Kesehatan adalah tim yang diberangkatkan untuk menangani
masalah kesehatan berdasarkan laporan Tim RHA.
10. Public Safety Center (PSC) adalah pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan
masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegawatdaruratan,
termasuk pelayanan medis yang dapat dihubungi dalam waktu singkat dimanapun
berada. PSC merupakan ujung tombak pelayanan, yang bertujuan untuk
mendapatkan respons cepat (quick esponse) terutama pelayanan prarumah sakit.
11. Tenaga disaster victim Identification (DVI) adalah tenaga yang bertugas
melakukan pengenalan kembali jati diri korban yang timbul akibat bencana
12. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan
ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
13. Kesiapsiagaan adalah serangkaian yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna.
14. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada
suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
15. Kedaruratan Kesehatan Masyarakat adalah kejadian kesehatan masyarakat
yang bersifat luar biasa dengan ditandai penyebaran penyakit menular dan/atau
kejadian yang disebabkan oleh radiasi nuklir, pencemaran biologi, kontaminasi
kimia, bioterorisme dan pangan yang menimbulkan bahaya kesehatan dan
berpotensi menyebar ke lintas wilayah atau lintas negara.
16. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risikobencana, baik melalui
/pedoman ryKjengharfapi Rencana 6
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana
17. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan Risiko bencana adalah
potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun
waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya
rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat.
18. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
19. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
ataumasyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
20. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.
21. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati/walikota atau perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
22. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disingkat dengan
BNPB, adalah lembaga pemerintah nondepartemen sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
23. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya disingkat BPBD,
adalah badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan
penanggulangan bencana di daerah
E. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
3. Undang - Undang praktek kedokteran no 29 tahun 2004 tentang praktek
kedokteran
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
5. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular
6. Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal
/pedoman ^^esiapan MJenghadapi J^encana 7
8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019
(Covid-19)
9. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid - 19) sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
10. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID - 19)
11. Keputusan Menkes RI Nomor: 28/Menkes/SK/VI/1993 tentang Pembentuka Tim
Kesehatan Penanggulangan Korban Bencan di setiap Rumah Sakit
12. Keputusan Menkes RI Nomor: 28/Menkes/SK/l/1995 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Umum Penanggulangan Medik Korban Bencana
13. Keputusan Menkes RI Nomor: 205/Menkes/SK/lll/1999 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Permintaan dan Pengiriman Bantuan Medik dari Rumah Sakit
Rujukan saat bencana.
14. Keputusan Menkes RI Nomor: 876/Menkes/SK/XI/2006 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan Lain.
15. Permenkes RI Nomor 66 Tahun 2016, tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit.
16. Permenkes RI Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Pasien Memberikan
Informasi Yang Jujur, Lengkap, dan Akurat.

/pedoman ^^esiapan MJenghadapi J^encana 7


BAB II
PEMETAAN BENCANA (DISASTER MAPPING)

Peta kemungkinan - kemungkinan bencana / disaster yang bisa terjadi di


wilayah sekitar Rumah Dr. Moewardi. Yang termasuk dalam kategori bencana /
disaster di rumah sakit:
A. BENCANA INTERNAL
Bencana yang berasal dari internal rumah sakit dan menimpa rumah sakit
dengan segala obyek vitalnya yaitu : pasien, pegawai, material dan dokumen.
Beberapa kondisi darurat yang terjadi di Rumah Sakit antara lain :
1. Kedaruratan keselamatan dan keamanan (demonstrasi / huru hara, penculikan
bayi, kekerasan dalam rumah sakit dan risiko kecelakaan yang diakibatkan
oleh kondisi gedung)
2. Tumpahan bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
3. Kegagalan peralatan medik dan non medik
4. Kedaruratan utilitas Rumah sakit meliputi kegagalan kelistrikan, kegagalan
ketersediaan air, kegagalan informasi teknologi / IT, dan kegagalan sistem tata
udara
5. Outbreak / wabah / pandemi penyakit
Kondisi darurat di Rumah Sakit dapat berkembang menjadi bencana apabila tidak
dapat ditangani oleh sumber daya internal Rumah Sakit.
B. BENCANA EKSTERNAL
Bencana yang berasal dari luar rumah sakit yang dalam waktu singkat
mendatangkan korban bencana dalam jumlah melebihi rata - rata keadaan biasa
sehingga memerlukan penanganan khusus dan mobilisasi tenaga pendukung
lainnya.

pedoman ^^esittpan Jgencana 9


HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL
KEJADIAN BENCANA ALAM TAHUN 2020

DAMPAK= -- (LUAS KEJADIAN - MITIGASI)


KEJADIAN BENCANA PROBABILITA DAMPAK DAMPAK RISIKO
KESIAPAN RESPON INTERNAL RESPON EXTERNAL
ALAM S DAMPAK MANUSIA PROPERTI BISNIS

Kemungkinan Masyarakat/ Staff


Probabilitas akan Kehilangan dan Gangguan Waktu, Efektifitas,
meninggal atau Pra-Perencanaan Pendukung dan Bantuan Ancaman Relatif*
terjadi Kerusakan Fisik Pelayanan sumberdaya
cidera Umum

0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0= N/A


1 = Rendah 1 = Rendah 1 = Rendah 1 = Rendah 1 = Tinggi 1 = Tinggi 1 = Tinggi
NILAI 2 = Moderat 2 = Moderat 2 = Moderat 2 = Moderat 2 = Moderat 2 = Moderat 2 = Moderat 0 - 100%
3 = Tinggi 3 = Tinggi 3 = Tinggi 3 = Tinggi 3 = Rendah atau tidak ada 3 = Rendah atau tidak ada 3 = Rendah atau tida ada

Badai 1 2 3 2 0 2 0 17%
Angin Topan / Angin
2 2 3 2 3 1 0 41%
Putting Beliung
Badai Besar 1 3 3 1 2 2 ’0 20%

Hujan Salju 0 0 0 0 0 0 0 0%
Badai Salju 0 0 0 0 0 0 0 0%
Badai Es 0 0 0 0 0 0 0 0%
Gempa Bumi 1 2 3 1 2 2 2 22%

Gelombang Air Pasang 0 0 0 0 0 0 0 0%

Suhu Ekstrim 0 0 0 0 0 0 0 0%
Kekeringan Z Kemarau 2 2 0 2 2 1 2 33%
Banjir, Eksternal 2 2 2 2 2 2 2 44%
Kebakaran 3 2 3 2 1 1 1 56%

Tanah Longsor 1 3 3 2 2 1 2 24%

Penggenangan
0 0 0 0 0 0 0 0%
Bendungan

Volcano/gunung meletus 3 2 2 2 1 2 2 61%


Epidemic/Wabah 3 3 3 3 1 1 1 67%

AVERAGE SCORE 1,19 1,44 1,56 1,19 1,00 0,94 0,75 15%
1 nfeat Ihcreases vUlh peruenrage.
/'«■edomnn ‘ rrjengnaaapi PRO^HBILITY * SEVERITY
0,15 0,40 0,38
HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL TECHNOLOGIC EVENTS 2020 PERMANENTE.
SEVERITY = (MAGNITUDE - MITIGATION)
PROBABILITY DAMPAK DAMPAK RISIKO
KESIAPAN
MANUSIA PROPERTI DAMPAK BISNIS RESPON INTERNAL RESPON EXTERNAL
EVENT
Kemungkinan Masyarakat / Staff
Kemungkinan Kehilangan dan Gangguan Waktu, Efektivitas,
Meninggal atau Pra Perencanaan pendukung dan Ancaman Relatif
harus terjadi Kerusakan Fisik Pelayanan Sum berdaya
Cidera bantuan

G) M o n n u
0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A

u□p2s
1 - Rendah 1 = Low 1 = Low 1 = High 1 = High 1 = High

3&
SCORE 0 - 100%
2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate
3 = Tinggi 3 = High 3 = High 3 = Lowor none 3 = Lowor none 3 = Lowor none
Gangguan Listrik 3 2 3 3 1 1 1 61%
Gangguan Generator Zet (Gen-Zet) 3 3 3 3 1 1 1 67%

Gangguan Transportasi Ambulance 2 2 1 2 1 1 1 30%

Kehabisan Bahan Bakar 2 2 1 3 1 1 3 41%


Gangguan Saluran Air 1 1 1 1 1 1 1 11%
Gangguan Suplay Air 2 2 1 3 2 1 1 37%
Gangguan Steam Boiler 2 0 0 3 1 1 0 19%
Gangguan Fire Alarm 1 0 1 1 1 1 0 7%

Gangguan Komunikasi 1 0 0 3 1 2 3 17%

Gangguan Gas Medis 1 2 1 3 1 2 3 22%


Gangguan Vakum Medis 1 0 0 0 1 1 1 6%
Gangguan pada HVAC 2 1 1 2 1 2 0 26%
Compress Air (Udara Tekan) 1 1 1 1 1 1 0 9%
Gagal Sistem Informasi Rumah Sakit 1 1 2 2 1 2 3 20%
Kebakaran, Internal 2 3 3 3 1 1 1 44%
Banjir, Internal 1 0 3 1 1 1 1 13%
Terpapar Hazmat, Internal 2 3 2 2 1 1 0 33%
Gangguan pada Alat Medis 1 3 3 3 1 1 2 24%

Kerusakan struktur Bangunan 1 1 3 1 1 1 1 15%

AVERAGE SCORE 1,58 1,42 1,58 2,11 1,05 1,21 1,21 25%
*Threat increases with percentage.
RISK = PROBABILITY* SEVERITY 025 053 048
Pedoman ^J^esiapan O^enghodnpi Rencana 11
HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL
KEJADIAN TERKAIT MANUSIA TAHUN 2020 KAJSER
PERMANENTE.
DAMPAK = LUAS KEJADIAN - MITIGASI)
PROBABILITAS DAMPAK DAMPAK RISIKO
DAMPAK BISNIS KESIAPAN RESPON INTERNAL RESPON EKSTERNAL
KEJADIAN MANUSIA PROPERTI
Ke mu ng k i nan Kehilangan dan Masyarakat/staff pedukung
Gangguan Waktu, efektifitas,
Probabilitas akan terjadi meninggal atau Kerusakan Pra-Perencanaan dan bantuan Ancaman Relatif
Pelayanan sumberdaya
cidera

0 - N/A O = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A


NILAI 1 - Rendah 1 = Rendah 1 = Rendah 1 = Rendah 1 = Tinggi 1 = Tinggi 1 = Tinggi 0 - 100%
2 = Moderat 2 = Moderat 2 = Moderat 2 - Moderat 2 = Moderat 2 = Moderat 2 = Moderat
3 = Tinggi 3 = Tinggi 3 = Tinggi 3 = Tinggi 3 = Rendah atau tidak ada 3 = Rendah atau Tidak 3 = Rendah atau Tidak
Insiden Masal/kecelakaan lalu lintas
2 3 1 1 1 1 1 30%

1 2 1 1 1 2 3 19%
Insiden Masai (medis/infeksius)

Terrorism, Biological 1 2 1 3 1 1 1 17%

Situasi VIP 0 3 1 3 1 3 3 0%

Penculikan Bayi 3 3 0 3 1 1 1 50%

Penyanderaan 1 1 1 1 1 2 1 13%

Tawuran/hura hara 1 2 2 2 2 2 2 22%

Demo /Aksi Tenaga Kerja 1 1 0 1 1 1 1 9%

Kasus Forensik 1 1 0 2 1 1 1 11%

Ancaman Bom 1 3 2 3 1 1 1 20%

AVERAGE 1,20 2,10 0,90 2,00 1,10 1,50 1,50 22%

*Threat increases with percentage.


RISK = PROBABILITY * SEVERITY
0,22 0,40 0,56

/pedoman OTjenghodapi Rencana 12


HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL |Xt
KEJADIAN TERKAIT HAZMAT TAHUN 2020 NENTE«
DAMPAK = (BESAR KEJADIAN - MITIGASI)
PROBABILITAS DAMPAK DAMPAK DAMPAK RESPON RISIKO
KESIAPAN RESPON INTERNAL
MANUSIA PROPERTI BISNIS EKSTERNAL
KEJADIAN
Kemungkinan Masyarakat/ Staff
Probabilitas akan Waktu, Efektifitas,
meninggal atau Kehilangan dan Gangguan
Pra - Perencanaan pendukung dan bantuan Ancaman RelatiF*
terjadi Kerusakan Fisik Pelayanan sumber daya
Cidera

0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A


1 = Rendah 1 - Rendah 1 = Rendah 1 = Rendah 1 = Tinggi 1 - Tinggi 1 = Tinggi
NILAI 2 = Moderat 2 = Moderat 2 = Moderat 2 - Moderat 2 = Moderat 2 = Moderat 2 = Moderat 0-100%
3 = Tinggi 3 = Tinggi 3 = Tinggi 3 = Tinggi 3 = Rendah atau Tidak ada 3 = Rendah atau Tidak ada 3 = Rendah atau Tidak ada

Tumpahan /terpapar B3 3 3 2 2 1 2 0 56%


Kecelakaan Tumpahan B3 skala
Kecil (From historic events atyour MC 2 2 1 1 1 1 1 26%
with < 5 victims)
Chemical Exposure, External 0 2 1 1 1 1 0%

k
Penanganan Tumpahan B3 lebar
1 2 1 1 1 1 1 13%
s/d Sedang

CM
Penanganan Tumpahan 0 3 2 2 2 2 0%
Luas/Banyak
Terrorism, Chemical 0 2 1 2 1 1 1 0%
Tepapar Radiasi, Internal 2 3 3 2 2 2 1 48%
Terpapar Radiasi, Eksternal 0 1 1 1 1 1 1 0%
Terrorism, Radiologic 0 1 1 1 1 1 1 0%

AVERAGE 0,89 2,11 1,44 1,44 1,22 1,33 1,00 14%

*Threat increases w'th percentage.

RISK = PROBABILITY * SEVERITY

0,14 0,30 0,48

/Jedoman ^J^esiapan O^cngbndnpi Rencana 13


Dari keempat hazard tersebut technologi hazard memiliki resiko tertinggi yaitu 0,25
dengan nilai probability 0,53 dan nilai severity 0,48.

/pedoman ^^esiapan Wjcnghadapi Jgencana 14


C. KEMUNGKINAN BENCANA YANG BISA TERJADI DI RUMAH SAKIT DAN DI
WILAYAH SEKITAR RUMAH SAKIT
Kemungkinan bencana yang terjadi di Rumah Sakit dan di wilayah sekitar
rumah sakit Dr. Moewardi ditentukan dengan menggunakan Hazard and
Vulnerability Assessment (HVA). Hazard Vulnerability Analysis (HVA) adalah
bahaya / resiko yang mungkin terjadi dan merugikan secara materi dan non materi
dan berdampak terhadap manusia, property, bisnis, kesiapan dan kemampuan
serta respon internal dan external yang dapat dilakukan. Untuk analilsa HVA terdiri
dari:
1. Natural Hazard
Bahaya yang di sebabkan oleh natural hazard/bencana alam yang memiliki
nilai risiko tertinggi sampai dengan terendah yaitu :
NO PERISTIWA % RISIKO
1 Epidemic / Wabah 67%
2 Volkano/Gunung Meletus 61%
3 Wild Fire / Kebakaran 56%
4 Flood / banjir (musibah) 44%
5 Tornado / Angin Topan 41%
6 Kekeringan / Kemarau 33%
7 Landslide / Tanah Longsor 24%
8 Earthquake/Gempa Bumi 22%
9 Badai Besar 20%
10 Hurricane/ Badai 17%
2. Technologi Hazard
Bencana yang disebabkan oleh Technologi Hazard (bahaya Tehnologi) yang memiliki
nilai risiko tertinggi sampai dengan rendah yaitu :
NO PERISTIWA %RISIKO
1 Generator Failure (Gangguan Generator Zet) 67%
2 ElectricaI Failure (Gangguan Listrik) 61%
3 Fire, Internal (Kebakaran) 44%
4 Fuel Shortage (Kekurangan Bahan Bakar) 41%
5 Water Failure (Gangguan Suplay Air) 37%
6 Terpapar Hazmat 33%
7 Gangguan Transportasi Ambulance 30%
8 HVAC Failure (Kegagalan Sistem Tata Udara) 26%
9 Gangguan Pada Alat Medis 24%

foedoman ryyjcogbadapi J^encana 15


10 Medical Gas Failure (Kegagalan Gas Medis) 22%
11 Gagal Sistem Informasi Rumah Sakit 20%
12 Steam Boiler Failure (Kegagalan Uap Panas) 19%
13 Communications Failure (Kegagalan 17%
Komunikasi)
14 Structural Damage (Kerusakan Struktur) 15%
15 Flood, Internal (Banjir Internal) 13%
16 Gangguan Saluran Air 11%
17 Compress Air (Gangguan udara tekan) 9%
18 Fire Alarm Failure (Kegagalan Alarm Kebakaran) 7%

19 Medical Vacuum Failure (Kegagalan Vakum 6%


Medis)

3. Human Hazard
Bencana yang di sebabkan oleh Human hazard / Manusia yang memiliki nilai
resiko tertinggi sampai dengan yang rendah yaitu :
NO PERISTIWA RISIKO
1 Infant Abduction (Penculikan Bayi) 50 %
2 Mass Casualty Incident,trauma (Kecelakaan Massal) 30%
3 Civil Disturbance (Gangguan Massal) / Tawuran / 22%
Huru hara
4 Bomb Threat (Ancaman Bom) 20%
5 Mass Casualty Incident, medical/infectious (Kecelakaan 19%
Massal) Infeksius / medis
6 Terrorism, Biological 17%
7 Hostage Situation (Situasi Penyanderaan) 13%
8 Forensic Admission (Penerimaan Forensik) 11%
9 Labor Action (Demo Buruh) 9%
10 Situasi VIP 0%

4. Hazardous Material
Bencana yang disebabkan oleh bahaya material B3 yang memiliki nilai resiko
bahaya tertinggi sampai dengan yang terendah adalah :
NO PERISTIWA %RISIKO
1 Internal Tumpahan / terpapar B3 56%

/pedoman ^^esiapan O^enghndnpi Jgencana 16


2 Radiologic Exposure Internal (Paparan Radiologi) 48%
3 Small Sized Internal Spill (Tumpahan B3 skala kecil 26%
Internal)
4 Medium Sized Internal Spill (Tumpahan B3 Skala 13%
sedang)

D. Kemungkinan Bencana Internal Rumah Sakit


NO PERISTIWA %RISIKO
1 Generator Failure (Kegagalan Generator) 67<7o
2 ElectricaI Failure (Kegagalan Listrik) 61%
3 Small Sized Internal Spill/Hazmat Exposure (Tumpahan 56%
B3 skala kecil)
4 Infant Abduction (Penculikan Bayi) 50%
4 Radiologic Exposure Internal (Paparan Radiasi) 48%
5 Fire, Internal (Kebakaran di Rumah Sakit) 44%
6 Fuel Shortage (Kekurangan Bahan Bakar) 41%
7 Gangguan Suplay Air / Kedaruratan Air 37%
8 Gangguan Transportasi ambulance 30%
9 Insiden masai / Kecelakaan Lalu lintas 30%
7 HVAC Failure (Kegagalan Tata Udara) 26%
8 Gangguan Alat Medis 24%
9 Tawuran / Huru Hara 22%
10 Gagal sistem Informasi Rumah Sakit 20%
11 Ancaman Bom 20%
12 Gangguan Steam Boiler 19%
13 Insiden Masai (Medis/lnfeksius) 19%
14 Communications Failure (Kegagalan Komunikasi) 17%
15 Terrorism, Biological 17%
16 Structural Damage (Kerusakan Struktur 15%
17 Flood, Internal (Banjir) internal 13%
18 Kasus Forensik 11%
19 Gangguan Saluran Air 11%
20 Gangguan Udara Tekan 9%
21 Fire Alarm Failure (Kegagalan Alarm Kebakaran) 7%
22 Medical Vacum Failure (Kegagalan Vakum Medis) 6%
Dari hasil analisa HVA tersebut kemungkinan bencana internal yang dapat terjadi di
rumah sakit yaitu :

/pedoman OTJengbadapi ^encnnn 17


1. Kegagalan Generator Set (Genzet) dengan nilai prosentasi risiko sebesar 67%
2. Kegagalan listrik dengan nilai prosentasi risiko sebesar 61%
3. Tumpahan B3 Skala kecil nilai prosentasi risiko sebesar 56%
4. Penculikan Bayi dengan nilai prosentasi risiko sebesar 50%
5. Paparan Radiasi dengan nilai prosentasi risiko sebesar 48%
E. Kemungkinan Bencana Ekternal Rumah Sakit
NO PERISTIWA % RISIKO
1 Epidemic / Wabah 67%
2 Volkano/Gunung Meletus 61%
3 Wild Fire / Kebakaran disekitar RSDM 56%
4 Flood / banjir (musibah) 44%
5 Tornado / Angin Topan 41%
6 Kekeringan / Kemarau 33%
7 Landslide / Tanah Longsor 24%
8 Earthquake/Gempa Bumi 22%
9 Badai Besar 20%
10 Hurricane/ Badai 17%

/pedoman OTJengbadapi ^encnnn 17


BAB. III
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
RSUD. Dr. MOEWARDI

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Provinsi Jawa Tengah yang
selanjutnya disebut RSUD Dr. Moewardi adalah rumah sakit kelas A yang
menyelenggarakan pelayanan Kesehatan, Pendidikan dan Penelitian kepada
masyarakat untuk semua jenis penyakit dari pelayanan dasar sampai dengan sub
spesialistik dan merupakan rumah sakit rujukan terakhir dengan kapasitas tempat
tidur sebanyak 740, dengan perincian sebagai berikut:
1. Kelas 3 : 518 tempat tidur
2. Kelas 2 : 119 tempat tidur
3. Kelas 1 : 125 tempat tidur
4. Kelas VIP : 119 tempat tidur

5. WIP : 4 tempat tidur


A. Jumlah Ketenagaan di RSUD Dr,Moewardi sbb :
1. Petugas Medis : 230 Orang
2. Petugas Paramadis : 1095 Orang
3. Petugas Penunjang : 398 Orang
4. Petugas Administrasi: 571 Orang
5. Pejabat Struktural : 38 Orang
B. Fasilitas lain yang ada di RSUD Dr. Moewardi sbb :
1. Kamar Operasi : 2 ( Dua) IBS dan OK IGD
2. Kamar Operasi Gawat Darurat : 2 (Dua) Kamar
3. Intensive Care Unit : 3 (Tiga) Ruang Perawatan
4. High Care Unit : 7 (Tuju) Ruang Perawatan
5. Paediatrics Intensive Care Unit : 1 (Satu) Ruang Rawat Inap
6. Neonatal Intensive Care Unit : 1 (Satu) Ruang Rawat Inap
7. Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu : (Satu) Lokasi gedung Aster
8. Instalasi Ginjal (Hemodialisa, CAPD) t
Hipertensi: 1 (Satu) Temapat
9. Feld bed
10. Ambulans
: 11 (Sebelas) mobil
11. Fasilitas Komunikasi (HT)
: 7 buah
12. Perawatan Jenazah
: 4 TT dan 2 kulkas penyimpan
jenazah

/pedoman ^^esinpnn ly^engbfldapi Jgencana 19


C.Adapun jenis-jenis pelayanan kesehatan di RSUD Dr. Moewardi adalah
sebagai berikut:
1. Pelayanan Spesialis Bedah Umum
2. Pelayanan Spesialis Bedah Orthopedi
3. Pelayanan Spesialis Bedah Cardio Vaskuler
4. Pelayanan Spesialis Bedah Digestif
5. Pelayanan Spesialis Bedah Plastik
6. Pelayanan Spesialis Bedah Urologi
7. Pelayanan Spesialis Bedah Syaraf
8. Pelayanan Spesialis Bedah Anak
9. Pelayanan Spesialis Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler
10. Pelayanan Spesialis THT
11. Pelayanan Spesialis Kesehatan Anak
12. Pelayanan Spesialis Mata
13. Pelayanan Spesialis Paru
14. Pelayanan Spesialis Kesehatan Kulit dan Kelamin
15. Pelayanan Spesialis Saraf
16. Pelayanan Kesehatan Jiwa/Psikiatri
17. Pelayanan Spesialis Gigi dan Mulut
18. Pelayanan Spesialis Penyakit Dalam
19. Pelayanan Anestesiologi dan terapi Itensif
20. Pelayanan Spesialis Obstetri dan Ginetologi
21. Pelayanan Spesialis Jantung Terpadu
22. Pelayanan Spesialis Radiologi
23. Pelayanan Spesialis Patologi Klinik
24. Pelayanan Spesialis Rehabilitasi Medik
25. Pelayanan Spesialis Kebidanan dan Kandungan
26. Pelayanan Diagnostik Elektro Medik
D. Adapun jenis pelayanan yang diberikan adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan spesialis dan sub spesialis rawat jalan dan rawat inap.
2. Pelayanan Jantung dan Kardiovaskuler
3. Pelayanan HIV/AIDS (VCT)
4. Pelayanan Onkologi Terpadu
5. Pelayanan TB-DOTS/MDR
6. Pelayanan Hemodialisa dan CAPD
7. Pelayanan Home Care

f^edomao ^J^esinpnn ry^enghadapi Rencana 20


8. Pelayanan Medical Check up
9. Klinik Geriatri
10. Klinik Nyeri
11. Stroke Unit
12. Klinik Infertilitas
13. Klinik Akupuntur
14. Klinik Laktasi
15. Klinik Obesitas
16. Pelayanan HCU dan ODC
17. Hearing Center
Unit pelayanan RSDM mempunyai 27 instalasi baik sebagai instalasi yang langsung
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat maupun instalasi pendukung
pelayanan, yaitu:
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Inap Paviliun Cendana
3. Instalasi Rawat Inap Mawar
4. Instalasi Rawat Inap Melati
5. Instalasi Rawat Inap Anggrek
6. Instalasi Rawat Jalan Reguler
7. Instalasi Perawatan Intensif
8. Instalasi Pelayanan Ginjal dan Hipertensi
9. Instalasi Bedah Sentral
10. Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu
11. Instalasi Farmasi
12. Instalasi Radiologi
13. Instalasi Radioterapi
14. Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal
15. Instalasi Gizi
16. Instalasi Laundry
17. Instalasi Pusat Sterilisasi Peralatan (CSSD)
18. Instalasi Sanitasi
19. Instalasi Rehabilitasi Medik
20. Instalasi Pemeliharaan Fasilitas Non Medik
21. Instalasi Pemeliharaan Fasilitas Medik
22. Instalasi Rekam Medik
23. Instalasi Laboratorium Klinik
24. Instalasi Patologi Anatomi
^J^esinpan ‘Yljcnghodnpi Jgencana 21
25. Instalasi Mikrobiologi Klinik
26. Instalasi Pengelola Data Elektronik
27. Instalasi Pengelola Aset Tetap
Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi memiliki visi dan misi, adapun visi dan misi
rumah sakit umum Dr. Moewardi adalah :
Visi RSUD Dr. Moewardi
Rumah Sakit Terkemuka Berkelas Dunia
Misi RSUD Dr. Moewardi
1. Menyediakan pelayanan kesehatan berbasis pada keunggulan sumber daya
manusia, kecanggihan dan kecukupan alat serta profesionalisme manajemen
pelayanan.
2. Menyediakan wahana pendidikan dan penelitian kesehatan yang unggul
berbasis pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan yang
bersinergi dengan mutu layanan.
Motto / Jargon RSUD Dr. Moewardi
Kami senang melayani anda dengan cepat, tepat, nyaman dan mudah.
Di wilayah kota Surakarta terdapat 17 Puskesmas dan 17 Rumah Sakit, di
mana masing-masing mempunyai sekurang-kurangnya 1 orang dokter umum dengan
sertifikasi ATLS dan ACLS serta 2 Orang perawat dengan sertifikasi PPGD. Ketiga
puluh tiga sarana pelayanan kesehatan tersebut sekurang-kurangnya mempunyai 1
mobil ambulans yang dapat difungsikan sebagai ambulans gawat darurat.

f)edoman ^^esinpnn YkJeogbndnpi Rencana 22


BAB IV
KESIAPSIAGAAN DAN TIM PENANGANAN BENCANA
RSUD Dr. MOEWARDI

Dalam penanganan bencana yang terjadi, rumah sakit siap melakukan


penanganan pasien termasuk kesiapan system untuk mendukung proses
penanganan tersebut. System ini disusun berupa diberlakukannya struktur organisasi
saat aktivasi system penanganan bencana oleh rumah sakit. Persiapan untuk
dibangunnya posko baik berupa tenda maupun pengalihan fungsi beberapa ruangan
sebagai posko penanganan bencana, diaktifkan posko komando sebagai sentral
aktifitas selama proses penanganan bencana, dan proses komunikasi dengan
instansi jejaring untuk proses penanganan korban di RSUD Dr. moewardi.
Dalam rangka kesiapsiagaan untuk menghadapi kemungkinan bencana yang
dapat terjadi sewaktu-waktu, RSUD Dr. Moewardi telah membentuk Tim Penanganan
Bencana. Tim ini disusun berupa diberlakukanya Struktur Organisasi saat aktivasi
sistem penanganan bencana oleh rumah sakit. Persiapan untuk dibangunya posko
baik berupa tenda maupun pengalihan fungsi beberapa ruangan sebagai posko
penanganan bencana, diaktifkanya Posko Komando sebagai sentral aktifasi selama
proses penanganan bencana, dan proses komunikasi dengan instansi jejaring untuk
proses penanganan korban di RSUD Dr.Moewardi

/pedoman W^enghadapi Rencana 23


A. STRUKTUR ORGANISASI TIM PENANGANAN BENCANA RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI

Wakil Direktur Umum


PENGHUBUNG
HUMAS
Ka. Seksi SDM Pelayanan medis
Ka. Sub Bag Humas
PENASEHAT MEDIS
TIM K3RS
Wakil Direktur Pelayanan
Ketua Tim K3RS
PERENCANAAN/SDM
Kabag Perencanaan
TIM ICU
LOGISTIK
T
KSM Anestesi
Ka. Bag Sekretariat
OPERASIONAL
BANGUNAN Ka.Bid Pelayanan Medis
YAN MEDIS
Ka.Sub Bag RT SITUASI
KSM Paru
“I
Ka.Subag Bina Program YANJANG
TIM IGD Kabid Penunjang
SDM PERAWAT
SAPRAS MEDIS Ka. Instalasi IGD
Ka.Sek SDM keperawatan LABORATORIUM
Ka. Instalasi IPFM
KSM Patologi Klinik
TIM RUANG RAWAT
TENAGA MEDIS
SAPRAS NON MEDIS Bed Management
Ka.Sek Mutu Medis RADIOLOGI
Ka. Instalasi IPFNM KSM Radiologi Poli Psikologi

KOMUNIKASI SUKARELAWAN
Ka.Sek Pendapatan FARMASI
Humas IKF-ML
Ka. Inst Farmasi

CSSD & LAUNDRY TIM KAMAR OPERASI


TRANSPORTASI
Ka.lns CSSD & Laundry KSM Bedah
Pengelola Kendaraan
SANITASI
PENYEDIAAN MATERIAL |
Ka. Inst Sanitasi
Pengelola gudang INSTALASI GIZI
KEAMANAN Ka. Inst Gizi

Komandan Satpam
TIM LAPANGAN
KSM Penyakit Dalam

foedoman apan ^TJcnghndapi Jgencanti 24


B. URAIAN TUGAS ANGGOTA TIM PENANGANAN BENCANA RUMAH SAKIT
Dr. MOEWARDI
Uraian tugas yang dimaksud disini adalah tugas dan tanggung jawab
yang dimiliki oleh setiap personal dalam sistem penanganan bencana di rumah
sakit sesuai dengan struktur yang telah disusun. Struktur ini diaktifkan saat
terjadinya situasi bencana baik dalam rumah sakit maupun penanganan korban
bencana diluar rumah sakit.

1. Penasehat atau Penanggung Jawab Tim Penanganan Bencana Rumah


Sakit Dr. Moewardi Dijabat Oleh Direktur
a. Bertanggung Jawab Kepada :
Gubernur, berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Prov.Jateng dan
Bupati /Walikota se Provinsi Jateng (yang terkena musibah).
b. Bertanggung Jawab Untuk :
Mengatur Pelaksana dan pengelolaan penanggulangan bencana dan
korban bencana di rumah sakit.
c. Tugasnya adalah :
1) Memberikan arahan kepada Ketua Tim Bencana mengenai kebijakan
yang akan dilaksanakan untuk pengelolaan penanganan korban.
2) Melaporkan proses penanganan bencana kepada Gubernur dan
Dinas Kesehatan Prov.Jateng.
3) Memberikan briefing kepada ketua tim bencana,
4) Memberikan Informasi terkait proses penanganan bencana kepada
pihak lain diluar Rumah Sakit.
5) Mendampingi kunjungan tamu Kenegaraan, tamu Pemerintahan
Pusat dan Provinsi.
6) Mengkordinasikan sumber daya, bantuan SDM dan Fasilitas dari
internal rumah sakit/dari luar rumah sakit.
7) Mengkoordinasikan permintaan bantuan dalam negeri dan luar
negeri.
8) Melakukan evaluasi pelaksanaan pelayanan bencana rumah sakit.
9) Bertanggung jawab dalam tanggap darurat dan pemulihan.
2. Ketua Tim Bencana RSUD Dr. Moewardi dijabat oleh Wakil
Direktur Umum
a. Bertanggung jawab kepada :
Penasehat atau Direktur Rumah Sakit
b. Bertanggung Jawab untuk :
/Jedoman ryvjenghnrfnpi 25
1) Mengkoordinir pelaksanaan penanggulangan bencana
2) Bertanggung jawab dalam tanggap darurat dan pemulihan
c. Tugasnya adalah :
1) Merencanakan dan mengendalikan dukungan pelayanan medik dan
management support bagi korban bencana.
2) Mengkoordinir penugasan tenaga medis rumah sakit untuk membantu
kelancaran pelayanan korban bencana.
3) Memberikan laporan kepada Komandan Rumah Sakit Dr. Moewardi
terkait proses pelayanan medis.
4) Memastikan proses penanganan korban dan pendukungnya terlaksana
dan tersedia sesuai kebutuhan.
5) Melakukan koordinasi secara vertikal (Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Tk I dan II / BPBD) dan horisontal (rumah sakit jejaring, PMI, dll)
di sekitarnya.
6) Menyiapkan area penampungan korban (cidera, meninggal, dan
pengungsi) di lapangan.
7) Bekerja sama dengan instalasi terkait untuk menyediakan air bersih,
jamban dan sanitasi lingkungan.
8) Mengkoordinir Ketugasan seluruh Sub Unit Pelayanan berikut:
a) Kamar Operasi
b) Ruang Perawatan Ibu dan Anak
c) Ruang Rawat Intensif
d) Ruang Rawat Inap
e) Instalasi Rawat Jalan/Poliklinik Darurat
f) Fasilitas Medik
g) Perawatan Jenazah
3. Pelaksana Operasional dijabat oleh Kepala Bidang Pelayanan Medis
a. Bertanggung Jawab kepada :
Ketua Tim Bencana
b. Bertanggung jawab untuk :
Memastikan ketersediaan sumber daya pendukung untuk pelaksanaan
penanganan korban.
c. Tugasnya adalah :
1) Menganalisa informasi yang diterima
2) Melakukan identifikasi kemampuan yang tersedia
3) Melakukan pengelolaan sumber daya

foedoman ^^esiapan fyYJenghadnpi Rencana 26


4) Memberikan pelayanan medis (triage, pertolongan pertama, identifikasi
korban, stabilisasi korban cedera)
5) Menyiapkan tim evakuasi dan transportasi (ambulance)
6) Menyiapkan area penampungan korban (cidera, meninggal, dan
pengungsi) di lapangan, termasuk penyediaan air bersih
4. Ketua Tim Perencanaan / SDM dijabat oleh Kepala Bagian Perencanaan
a. Bertanggung jawab kepada :
Ketua Tim Siaga Bencana
b. Bertanggung jawab untuk :
Bertanggung jawab terhadap ketersediaan SDM
c. Tugasnya adalah :
Patient Tracking dan Informasi pasien
5. Tim K3RS dijabat oleh Ketua Tim K3RS
a. Bertanggung Jawab kepada :
Ketua Tim Siaga Bencana
b. Bertanggung jawab untuk :
1) Keselamatan kerja memonitor respon rumah sakit dalam
mengidentifikasi dan memperbaiki kondisi darurat
2) Memastikan keselamatan semua sumber daya manusia yang sedang
bertugas
3) Mengidentifikasi, melakukan evaluasi dan memecahkan masalah
keselamatan dan kesehatan yang berhubungan dengan struktur
bangunan.
c. Tugasnya adalah :
a. Menentukan potensi bahaya keselamatan yang membahayakan pasien,
karyawan, pengunjung dan lingkungan rumah sakit.
b. Mengidentifikasi Alat Pelindung Diri (APD) yang dibutuhkan oleh
karyawan berdasarkan potensi bahaya saat terjadi kondisi darurat dan /
atau bencana
c. Melakukan koordinasi dengan Tim Medis Reaksi Cepat (TMRC) dan
mengaktifkan Tim rawat jalan, tim rawat inap, tim rawat intensif, tim
kamar operasi, tim rawat khusus, tim penunjang medis, tim evakuasi
radiasi, tim evakuasi KLB / wabah dan tim forensik serta departemen
medik untuk kesiapan pelayanan pasien bila terjadi darurat bencana.
d. Mendata kapasitas medis yang berupa jumlah dokter, perawat dan bidan,
kapasitas rawat jalan, kapasitas rawat inap, kapasitas ICU, kapasitas alat
kedokteran, kapasitas alat kedokteran, kapasitas alat kesehatan dan
APD untuk tim medis.
/pedoman ^J^esinpnn yijengljndapi Jgencana 27
e. Berkoordinasi dengan koordinator manajemen operasional dalam
menentukan alternatif lokasi untuk tambahan rumah sakit darurat.
6. Tim Logistik dijabat oleh Kepala Bagian Sekretariat
a. Bertanggung Jawab kepada :
Ketua Tim Siaga Bencana
b. Bertanggung jawab untuk :
Merencanakan dan mengadakan seluruh kebutuhan logistik dan
ketersediaan fasilitas (peralatan medis, APD, BHP, Obat-Obatan, Makanan
& Minuman, Linen, dan lain-lain), penyediaan informasi dan operasional
dalam penanganan bencana.
c. Tugasnya adalah :
1) Merencanakan dan mengadakan seluruh kebutuhan dalam penanganan
bencana.
2) Mengkoordinir penyediaan dan pengelolaan logistik.
3) Menindak lanjuti bantuan logistik dari instansi terkait dan donatur.
4) Memastikan terpenuhinya penyediaan sarana transportasi untuk tim,
korban bencana, dan yang memerlukan, kebersihan lingkungan dan
keamanan rumah sakit serta ketertiban lalu lintas.
5) Memastikan berfungsinya gedung dan alat-alat beserta pemeliharaannya.
6) Bertanggung jawab pada ketersediaan dan kesiapan komunikasi internal
maupun eksternal.
7) Menyiapkan area untuk isolasi dan dekontaminasi (bila diperlukan).
8) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan logistik.
7. Ketua Divisi Keuangan dijabat oleh Wakil Direktur Keuangan
a. Bertanggung jawab kepada :
Ketua Tim Siaga Bencana
b. Bertanggung jawab untuk :
Mengelola keuangan baik dari sumber APBN, APBD.BLUD maupun dari
donatur.
c. Tugasnya adalah :
1) Merencanakan, mobilisasi dan mengevaluasi pengelolaan keuangan
untuk menunjang keperluan penanganan bencana.

/pedoman ryyjenghadApi Jgencana 28


2) Melakukan koordinasi kerja dengan tim perencanaan serta tim pengadaan
terkait pengelolaan dana bencana.
3) Melaporkan pengelolaan keuangan baik bersumber APBN, APBD maupun
donatur kepada Ketua Management Support
4) Merencanakan anggaran penyiagaan penanganan bencana (pelatihan,
penyiapan alat, obat - obatan dll)
5) Melakukan administrasi keuangan pada saat penanganan bencana
6) Melakukan pengadaan barang (pembelian yang diperlukan)
7) Menyelesaikan kompensasi bagi petugas (bila tersedia) dan klaim
pembiayaan korban bencana
8. Ketua Medical Support / Penasehat Medis dijabat oleh Wakil Direktur
Pelayanan
a. Bertanggung Jawab kepada :
Ketua Tim Siaga Bencana
b. Bertanggung Jawab untuk :
1) Menangani langsung pengaturan pelayanan korban bencana baik yang pra
rumah sakit maupun yang datang ke rumah sakit secara terpadu.
2) Pengendalian penanganan korban bencana hidup dan mati
c. Tugasnya adalah :
1) Mengendalikan penanganan korban hidup
2) Mengendalikan penanganan korban mati
3) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas tim medic dan forensik.
4) Mengatur pelayanan triase, label, rambu - rambu, resusitasi dan stabilisasi
bagi korban bencana yang datang di IGD
5) Mengatur penanganan yang membutuhkan tindakan segera, tindakan
tunda, dan tindakan minor.
6) Mengatur penanganan terapi definitif di kamar operasi darurat, di kamar
bersalin darurat dan di ruang perawatan darurat dengan berkoordinasi
dengan Kepala Unit Keperawatan serta Kepala Pelayanan Medis.
7) Menyiapkan prosedur - prosedur khusus dalam melaksanakan dukungan
medis
8) Melaporkan proses penanganan korban hidup dan korban mati kepada
Komandan Bencana.
9) Mengkoordinir proses evakuasi korban ke luar Rumah Sakit.
10) Memberikan briefing kepada tim pra - hospital dan intra hospital
11) Mengatur pengiriman pelayanan Ambulance Gawat Darurat untuk korban
bencana yang ada dilapangan yang bertugas untuk melakukan triase,
resusitasi, stabilisasi dan evakuasi bersama dengan unit-unit pelayanan
/pedoman'J^'esiapnn ryyjcngbndnpi Jgencanfi 29
yang lain.
12) Menyampaikan laporan proses pelaksanaan penanganan korban dan
evakuasi korban (data kegiatan) kepada ketua tim siaga bencana.
9. Pelayanan Penunjang dijabat oleh Kepala bidang Penunjang.
a. Bertanggung Jawab kepada : Ketua tim siaga bencana
b. Bertanggung Jawab untuk : Menyediakan dan pelaksanaan pelayanan
penunjang
c. Tugasnya adalah :
1) Mengkoordinir kesiapan penunjang
2) Menjamin kesiapan operasional penunjang dan pendukung pelayanan
korban bencana.
3) Mengkoordinir ketugasan seluruh Sub Unit Pelayanan berikut:
a) Instalasi Laboratorium
b) Instalasi Radiologi
c) Instalasi Farmasi
d) Instalasi Rekam Medik
e) Instalasi Sterilisasi Sentral/CSSD
f) Instalasi Laundry
g) Instalasi Gizi
4) Menyiapkan dukungan konseling dan surveillance pasca bencana.
5) Menyiapkan rencana mobilisasi pasien keluar Rumah Sakit
6) Melaporkan pelaksanaan pelayanan penunjang kepada ketua tim siaga
bencana
10. Ketua Unit Pengadaan/Perencanaan dijabat oleh Kepala Bidang Akutansi
dan Verifikasi
a. Bertanggung jawab kepada :
Ketua Divisi Keuangan
b. Bertanggung jawab untuk :
Mengkoordinasikan perencanaan anggaran untuk kelancaran pelayanan
terhadap korban bencana.
c. Tugasnya adalah :
1) Menyusun anggaran untuk operasional pelayanan terhadap korban
bencana.

/pedoman J^esinpan Wjengbadapi Jgencana 30


2) Merencanakan anggaran penyiagaan penanganan bencana (pelatihan,
penyiapan alat, obat-obatan dll)
3) Mengalokasikan anggaran untuk operasional pelayanan terhadap
korban bencana, pada sumber anggaran : APBN, APBD, BLUD,
Pendapatan Fungsional RS dan donatur.
4) Menyiapkan surat perintah pengadaan kebutuhan operasional
pelayanan terhadap korban bencana.
5) Menyampaikan surat perintah pengadaan kebutuhan operasional
pelayanan terhadap korban bencana kepada Tim/Panitia Pengadaan.
6) Monitoring penggunaan anggaran kebutuhan operasional pelayanan
terhadap korban bencana.
11. Ketua Unit Pengeluaran dijabat oleh Kepala Seksi Perbendaharaan dan
Penatausahaan Pengeluaran
a. Bertanggung jawab kepada :
Ketua Divisi Keuangan
b. Bertanggung jawab untuk :
Mengelola pengeluaran keuangan yang berasal dari APBN, APBD, BLUD
dan dari donatur.
c. Tugasnya adalah :
1) Mengelola pengeluaran keuangan berkaitan dengan kebutuhan-
kebutuhan penanganan akibat bencana.
2) Mengelola pengadministrasian / pencatatan / pembukuan bukti- bukti
pengeluaran.
3) Membuat laporan pengeluaran kepada Ketua Divisi Keuangan.
12. Ketua Unit Penerimaan Donasi dijabat oleh Kepala Seksi Penyusunan
dan Evaluasi Anggaran
a. Bertanggung jawab kepada :
Ketua Divisi Keuangan
b. Tanggung Jawab :
Menerima pemasukan keuangan baik dari APBN, APBD maupun donatur.
c. Tugas :
1) Menerima pemasukan keuangan baik dari APBN, APBD maupun donatur.
2) Mengelola bukti penerimaan dan membukukan dalam buku kas.
3) Membuat laporan berkala kepada Ketua Devisi Keuangan.
4) Melakukan koordinasi kerja dengan satuan kerja maupun instansi lain
yang terkait
13. UNIT PELAKSANA

fledoman ^J^esiapan ^TJenghadapi Rencana 31


a. Instalasi Gizi
1) Kepala instalasi atau yang ditunjuk melapor ke ketua tim siaga bencana
serta memanggil anggotanya.
2) Siapkan dan berikan makanan bagi pasien rawat jalan, rawat inap dan
petugas.
3) Singkirkan semua troli yang tidak digunakan.
4) Tentukan dan gunakan daerah tunggu dll sebagai ruang makan.
5) Bertanggung jawab untuk mengatur menu dalam bencana dan
pertahankan kecukupannya.
b. Pemeliharaan / IPFNM & IPFM
1) Kepala Instalasi atau yang ditunjuk melapor ke ketua tim siaga bencana
serta memanggil anggotanya.
2) Pertahankan operasional maksimal dari semua fasilitas dan peralatan
baik medis maupun non medis
3) Semua pintu harus dikunci segera kecuali pintu petugas, IGD dan lobi.
4) Tanggung jawab mengatur bed Ekstra bila diperlukan, juga pemindahan
barang - barang dari gudang ke area lain.
5) Bantu pemindahan pasien dari ambulance ke triase.
c. Instalasi Sanitasi
1) Kepala Instalasi atau yang ditunjuk melapor ke ketua tim siaga bencana
dan memanggil anggotanya.
2) Bersihkan area terima serta ruangan antar pasien didaerah tindakan.
3) Mengelola limbah medis dan non medis
4) Pastikan ruangan bebas dari perangkat pembersih dll.
d. Instalasi Laundry
1) Kepala Instalasi atau yang ditunjuk melapor ke ketua tim siaga bencana
serta memanggil anggotanya.
2) Pastikan ketersediaan Linen bersih, pakaian dll.
e. Instalasi Kamar Bedah Sentral / Kamar Operasi
1) Kepala Instalasi OK sentral melapor ke ketua tim siaga bencana dan
mengatur OK darurat serta memanggil petugas yang diperlukan.

/pedoman ^J^esiflpnn ryyjenghadopi ^encnno 32


2) Panggil dokter bedah/anestesi/petugas tambahan bila perlu.
3) Periksa area persediaan dan peralatan.
4) Tanyaka bantuan tambahan untuk melaksanakan operasi serta tindakan
di OK darurat dan RR.
5) Tentukan dan arahkan perawat instrument dan sirkulasi.
6) Beritahu triase bila OK dan RR tersedia untuk kasus berikutnya.
7) Buat daftar keperluan minimum dan siapkan perangkat sterilisasi
tambahan segera.
8) Beritahukan anesthetist yang akan melaksanakan pembiusan dan
ketersediaan obat.
f. Instalasi CSSD
1) Kepala Instalasi melapor ke ketua tim siaga bencana serta memanggil
petugas yang diperlukan.
2) Tanyakan bantuan tambahan untuk melaksanakan operasi serta tindakan
di OK.
3) Periksa persediaan dan peralatan.
g. icu
1) Kepala Instalasi atau yang ditugaskan melapor ke pusat komando dan
menilai pasien ICU untuk kemungkinan dipindahkan. Gunakan kriteria
yang biasa digunakan. Transfer pasien bila di indikasikan.
2) Persiapan untuk menerima lebih banyak pasien kritis.
3) Kirim petugas atau telepon ke pusat komando untuk bantuan.
h. Instalasi Radiologi
1) Kepala instalasi atau yang ditugaskan melapor ke pusat komando dan
memanggil sejumlah petugas yang di butuhkan
2) Merancang dan mengambil kebutuhan tambahan.
3) Menentukan alur koordinasi kerja dan pembagian area tugas.
4) Petugas lain :
a) Melakukan pemeriksaan yang diperlukan
b) Melakukan semua pekerjaan pencatatan.
5) Petugas Shift Siang :
a) Kepala instalasi atau yang ditugaskan mencari data jumlah korban
berikut semua informasi yang dibutuhkan dari pusat komando.
b) Kepala instalasi atau yang ditugaskan bertanggung jawab memanggil
petugas yang dibutuhkan menangani semua korban.
6) Petugas Shift Malam :
a) Petugas yang dinas atau on call diberi peringatan waspada oleh
penyelia malam. Petugas merancang kegiatan Unit dan melapor serta
/pedoman Jgencana 33
mencari informasi tambahan ke pusat informasi.
b) Pangil petugas tambahan bila perlu. Semua petugas yang dipanggil
melapor ke Unit Radiologi.
i. Instalasi Laboratorium
1) Kepala Instalasi atau yang ditugaskan melapor kepusat komando dan
memanggil anggotanya.
2) Bila perlu memanggil petugas dari RS atau klinik terdekat.
3) Buat pengaturan untuk mendapat darah, peralatan dan pengadaaan
tambahan dari penyedia.
j. Intalasi Farmasi
1) Ka. Instalasi melapor ke pusat komando dan tetap di instalasinya.
2) Buat daftar perusahaan penyedia yang dapat menyediakan barang
secara cepat.
3) Selalu sedia obat minimum untuk kedaruratan setiap saat.
4) Farmasi tetap terbuka dan tunjuk petugas pengantar barang.
k. IGD
1) Kepala instalasi atau yang ditugaskan melapor ke pusat komando dan
memanggil anggota tambahan.
2) Siaga menerima korban yang masih bias berjalan.
3) Siapkan area tindakan, lakukan triase, resusitasi, stabilisasi, distribusi
korban.
4) Minta tenaga dari pusat komando bila perlu.
5) Identifikasi korban.
6) Mengurus barang -barang korban.
7) Mengatur komunikasi radio Internal dan Eksternal.
8) Mengatur keluarga korban.
l. Unit Pelayanan Sosial atau Konseling
1) Tugas dari Pelayanan Sosial terkait dengan kesehatan petugas seperti
pengaturan tambahan makanan / ekstra fooding bagi petugas
kesehatan.

2) Mengkoordinir rumah singgah untuk petugas


m.Bagian Data, Informasi dan Dokumentasi (Instalasi Hubungan
Masyarakat).
1) Kepala Instalasi atau yang ditugaskan melapor ke pusat
komando dan memanggil anggotanya.
2) Siaga untuk memanggil relawan yang mengenal kondisi rumah
sakit.
/pedoman J^esippno iyy)engha<fapi Jgencana 34
3) Dapatkan relawan untuk mengurus balita ditempat yang
ditentukan.

/pedoman J^esippno iyy)engha<fapi Jgencana 34


BAB V
POS PENANGANAN BENCANA

Pengadaan pos penanganan bencana diperlukan untuk mengelola maupun


menampung beberapa kegiatan dalam mendukung penanganan korban bencana
sehingga penanganan dan pengelolaanya dapat lebih terkoordinasi dan terarah.
A. POS PENGENDALI PENANGANAN BENCANA
Tempat : Gedung Nusa Indah lantai 3
Fungsi :
1. Sebagai pusat koordinasi dan komunikasi baik dengan lingkup internal rumah
sakit maupun dengan pihak luar. Pos pengendali ini merupakan area khusus
dimana hanya petugas penentu teknis operasional penanganan bencana saja
yang boleh masuk.
2. Wadah koordinasi dan komunikasi yang digunakan semua unsur pimpinan
pengambil keputusan dalam mengendalikan penanganan bencana.
3. Tempat penyimpanan disaster-kit, radio komunikasi dan peta-peta yang
diperlukan untuk koordinasi maupun pengambilan keputusan. Di sinilah
tempat pemegang kendali komunikasi baik medis maupun non medis.
B. POS PENGOLAHAN DATA
Tempat : Gedung Nusa Indah Lantai 3
Fungsi
1. Tempat penerimaan dan pengolahan data yang berkaitan dengan
penanganan bencana.
2. Mengumpulkan seluruh data yang terkait dengan bencana
3. Melakukan koordinasi dengan pos-pos penanganan bencana lainnya baik
internal maupun eksternal untuk keakuratan data.
4. Mengolah data menjadi informasi terbaru untuk menunjang keputusan Ketua
Umum Tim Siaga Bencana dan sebagai bahan koferensi pers.
5. Melakukan pengarsipan seluruh data dan informasi dalam bentuk file
sehingga sewaktu-waktu bisa dibuka bila diperlukan.
6. Mengirimkan data ke pusat informasi dan ke Ketua Umum Tim Siaga
Bencana dan Rumah Sakit sebagai bahan press conference dan informasi ke
pihak external.
Fasilitas:
a) Telepon
b) Komputer, Internet

/pedoman ^J^esiapan Ytjenghadapi Rencana 36


c) Radio Komunikasi
C. POS INFORMASI
Tempat : Ruangan Hukum dan Kehumasan/Ruang Informasi
Fungsi
1. Tempat tersedianya informasi untuk data korban, data relawan, data
perencanaan kebutuhan obat, alat medis, alat non medis, data donatur, barang
habis pakai medis/non medis, perbaikan gedung, Informasi yang disiapkan di
pos ini didapatkan dari pos pengolah data dll.
2. Mengexpose hanya data korban saja, baik korban sedang dirawat, korban
hilang, korban meninggal, hasil identifikasi jenazah, korban yang telah
dievakuasi ke luar RS.
Fasilitas:
a. Telepone
b. Komputer, Internet
c. Radio Komunikasi
D. POS LOGISTIK DAN DONASI
Tempat : Ruang Wakil Direktur Keuangan
Medis : Instalasi Farmasi
Non Medis : Ruangan Sekretariat
Fungsi
1. Menerima dan mendistribusikan semua bantuan logistik dan dana dari pihak
luar dalam menunjang operasional penanganan bencana.
2. Tempat penyimpanan sementara barang sumbangan, selanjutnya
didistribusikan ke bagian yang bertanggung jawab.
3. Menerima bantuan / sumbangan logistik dan obat untuk menunjang pelayanan
medis.
4. Mengkoordinasikan kepada ka instalasi terkait tentang sumbangan yang
diterima
5. Membuat laporan penerimaan dan pendistribusian bantuan yang diterima.
Fasilitas :
1. Komputer
2. Buku pencatatan dan pelaporan
E. POS PENANGANAN JENAZAH
Tempat : Instalasi Kedokteran Forensik
Fungsi :

37
1. Tempat penampungan, penyimpanan korban meninggal dan atau bagian tubuh
korban serta menangani proses pengeluaranya
2. Tempat identifikasi jenazah.
3. Tempat penyimpanan barang bukti.
4. Pada Eksternal disaster penekanan pada korban masuk terutama ketepatan
data korban sehingga identifikasi lebih cepat.
5. Menunjang pelayanan medis dalam mengungkapkan kejadian sehingga
penanganan pelayanan medis lebih tepat (korban bencana mekanikal/biologis)
6. Koordinasi dengan jajaran terkait terutama dalam identifikasi jenazah.
7. Menyiapkan segala hal yang terkait dengan evakuasi jenazah baik dalam/luar
negeri.
8. Menjaga barang bukti
9. Membangun komunikasi dengan keluarga korban terkait identifikasi.
10. Melakukan penyelesaian jenazah yang tidak ada keluarga (Upacara, kremasi,
pemusnahan jenazah yang beresiko penularan).
11. Menyiapkan tempat penyimpanan jenazah untuk waktu lama.
12. Membuat laporan yang informative terutama pada kasus internal disaster
yang melibatkan korban dari pasien dan petugas (untuk melihat gambaran
proses kejadian penyelamatan oleh petugas rumah sakit dalam upaya
mengurangi korban meninggal).
Fasilitas
1. Komputer, Internet
2. Telepon
3. Papan Informasi
4. Mortuarium
5. Pendingin Jenazah
F. POS RELAWAN
Tempat : Ruangan pendaftaran Rawat Jalan Reguler
Fungsi
1. Tempat pendaftaran dan pengaturan tenaga relawan, baik orang awam, awam
khusus, maupun tenaga professional.
2. Tempat relawan mendapatkan informasi mengenai tenaga yang dibutuhkan dan
prosedur tetap yang harus diikuti setiap relawan yang terlibat.
3. Menyiapkan informasi yang dibutuhkan yang sesuai kompetensinya.
4. Mengatur Schedule kerja sesuai tempat dan waktu yang diperlukan.
5. Menyiapkan ID card relawan.
6. Memberikan penjelasan prosedur tetap sesuai keinginan rumah sakit

f^edomnn rwjengbadnpi Jgencana 38


Fasilitas :
1. Komputer, telepon, internet
2. Radio komunikasi.
3. Buku pencatatan
G. POS PENCARIAN KELUARGA
Tempat : Gedung Nusa Indah Lantai 3
Fungsi :
1. Tempat informasi dan penelusuran korban oleh pihak keluarga.
2. Tempat komunikasi dengan keluarga korban mengenai keberadaan dan
perkembangan keadaan korban.
H. PENETAPAN AREA AMAN DAN RUANG AMAN
Ketika terjadi bencana baik bencana internal maupun bencana eksternal yang
harus segera kita lakukan adalah mengamankan korban dari kemungkinan
bencana susulan yang bisa terjadi. Untuk menyelamatkan korban kita
pindahkan korban ke area aman atau ke ruang aman.
1. Area Aman adalah tempat diluar gedung yang terdekat dengan tempat
kejadian, yang dipandang aman sebagai tempat berkumpulnya korban
bencana untuk sementara. Area aman meliputi:
a. Depan Gedung Aster
b. Depan Gedung IGD/Nusa Indah
c. Depan Gudang Farmasi
2. Ruang aman adalah tempat didalam gedung yang terdekat dengan tempat
kejadian, yang dipandang aman sebagai tempat berkumpulnya korban
bencana untuk sementara. Ruang aman meliputi:
a. Ruang aman untuk pasien adalah depan pendaftaran rawat inap
reguler, Apotek rawat jalan reguler, Lobi ruang cendana, Lobi gedung
aster lantai 1 dan seluruh selasar yang ada di lingkungan rumah sakit.
b. Ruang aman untuk barang dan dokumen adalah Ruang sekar jagat
dan
ruang parang Kusumo.
3. Area Dekontaminasi adalah area / tempat untuk membersihkan korban dari
kontaminasi bahan-bahan yang bersifat iritasi. Area ini berlokasi di
lingkungan IGD dan diperuntukkan bagi korban terkontaminasi bahan kimia
dan atau biologis.Area dekontaminasi yang dimiliki rumah sakit ditunjukan
untuk melaksanakan dekontaminasi sekunder, sehingga upaya
dekontaminasi primer diasumsikan telah dilaksanakan ditempat kejadian.

/pedoman ^^esinpnn ryyjenghndnpi Jgencana 39


BAB VI
SISTEM KOMUNIKASI PENANGANAN BENCANA
DI RSUD Dr. MOEWARDI

A. Komunikasi Internal
1. Pusat komando ditempatkan di Pusat Keamanan untuk mengelola dan
mengkoordinasi semua komunikasi internal. Semua kepala Instalasi/SMF atau
wakilnya harus melapor ke pusat ini dan memanggil sejumlah petugas yang
diperlukan.
2. Petugas yang dinas saat bencana mengatur penempatan perawat pada system
komunikasi di IGD. Perawat ini akan menjawab semua panggilan radio dari
stasiun ini. Radio harus segera diaktifkan pada stasiun perawat tersebut oleh
koordinator unit hanya untuk kegunaan informasional dan tidak untuk respon
verbal.
3. Minimal seorang pembawa pesan ditempatkan pada tiap operator radio untuk
membawa pesan, mendapatkan jumlah korban dari triase dll.
4. Penanggung jawab tenaga pengirim petugas setiap instalasi untuk
memberitahukan jenis bencana serta jumlah korban serta berat kegawatan
pasien bila informasi tersebut tersedia.
5. Pusat kendali pengunjung dibentuk dilobi. Keluarga korban diperintahkan
meninggu di situ hingga kondisi pasien diputuskan. Jam kunjungan
diperpanjang selama situasi bencana.
6. Petugas Rumah Sakit ditempatkan bersama keluarga pasien (pelayanan social
ditempatkan disana setelah melapor pada pusat Komando dan petugas lain
bias ditempatkan bila dibutuhkan).
7. Membuat daftar pengunjung yang ingin mengetahui kondisi keluarganya.
Mungkin diperlukan relawan untuk membantu pengunjung.
8. Jalur telepon disediakan untuk menerima dan mengirim. Satu jalur dibuat
khusus menuju Pusat Komando Provinsi. Petugas telepon ditentukan.
9. Nomor - nomor penting yang dapat dihubungi:
a. Intern RSUD Dr. Moewardi
1) Ketua Tim K3 Ext 808
2) Pos Satpam Ext 575/911
3) Operator telepon Ext 99
4) IGD (0271) 642642

5) IPFNM Ext 555


b. Extern Rumah Sakit
a) Polisi (Polres Jebres) (0271)662025

^encnnn 40
b) DAMKAR (0271)655772
c) SAR (0271) 660880
d) PLN (0271) 722091

e) PMI (0271) 646505


f) BPBD (0271) 2932476
B. Pusat Komunikasi Publik
1. Pusat Komunikasi untuk menerima panggilan dari luar serta memberikan
informasi untuk pers, radio dan keluarga dibentuk di Ruangan Hukum dan
Kehumasan (Gd. Wijaya Kusuma Lt.3).
2. Pers dapat menggunakan ruang informasi sebagai Pusat Pers.
3. Diperlukan informasi yang sudah disiapkan untuk media masa.
4. Informasi yang diberikan harus akurat dan jangan memberi pernyataan untuk
hal - hal yang belum jelas (jangan spekulatif)
5. Informasi yang diberikan secara teratur / periodic akan lebih baik dan
menguntungkan.
6. Petugas humas yang diberi tugas menyampaikan informasi harus dipilih karena
kemampuannya dan tetap berada dibawah pos komando/sentral pengendalian.
C. Garis Komunikasi
Garis Komunikasi yang dilaksanakan pada situasi Bencana adalah :
1. Aktivasi sistem penanganan bencana rumah sakit.
2. Mobilisasi tim medis
3. Mobilisasi tim Management
4. Aktivasi pos komando dan pos - pos lainnya
5. Penggunaan media komunikasi yang ada, yaitu radio medis, operator telepon
rumah sakit.
6. Peran dan tanggung jawab pada kartu intruksi kerja masing - masing petugas.
7. Tetap memberikan informasi yang up to date yang telah disetujui oleh komandan
rumah sakit.
D. PENGATURAN LALU LINTAS
1. Bencana Eksternal
Pengaturan lalu lintas pada bencana eksternal dilakukan sebagai beriukut:
a. Kendaraan korban masuk melalui pintu masuk utama rumah sakit.
b. Pintu masuk dibuka dan dijaga oleh satpam rumah sakit bekerja sama
dengan kepolisian, untuk kemudian diarahkan menuju IGD.

/pedoman J^esiapan ^Yljenghadflpi Jgencana 41


c. Di lobby triage petugas satpam dan kepolisian mengatur ketertiban dan
kelancaran proses penurunan korban dari kendaraan, serta mengarahkan
kendaraan untuk keluar rumah sakit.
d. Korban diterima oleh tim medis yang ada di IGD, untuk selanjutnya dilakukan
pertolongan korban.
e. Kendaraan petugas dan pengunjung diarahkan parkir di sepanjang jalan
sebelah timur rumah sakit (Area kantin).
3. Bencana Internal
Pengaturan lalu lintas pada bencana internal dilakukan sesuai dengan lokasi
bencana. Seluruh kendaraan tidak diijinkan memasuki area rumah sakit, kecuali
kendaraan PMK, ambulance dan polisi.

E. AKTIVASI SISTEM PENANGANAN BENCANA RUMAH SAKIT

F. TIM UTAMA PENANGANAN BENCANA RUMAH SAKIT MEMAKAI ID CARD


DAN ROMPI ORANGE SCOTT-LIGHT AGAR MUDAH DIKENAL :
1. Penasehat Tim Siaga Bencana Rumah Sakit
2. Ketua Tim Siaga Bencana
3. Semua Kepala bidang, sub bidang, ka Instalasi dan KSM pendukung Tim siaga
Bencana
4. Ketua Pelayanan Medis

5. Ketua Pelayanan Managemen


f^edoman ^J^esiapan fyY)engbadapi Jgencana 42
6. Tim Medis
7. Semua Ketua Pos
8. Semua Koordinator Tim
G. PERAN INSTANSI JEJARING
Pada situasi bencana suatu rumah sakit diharapkan dapat
menyelenggaraan pelayanan dan mengatasi semua situasi terkait dengan
pertolongan korban baik ketersediaan peralatan medik atau masalah teknis lainnya
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya sehingga pelayanan dapat diberikan
dengan sebaik-baiknya, serta dengan seminimal mungkin adanya korban
meninggal. Dalam situasi demikian, maka kemampuan rumah sakit diuji untuk
mampu mengatasi semua kejadian/korban yang ada. Sangatlah tidak mungkin jika
semua hal tersebut dibebankan kepada hanya 1 (satu) rumah sakit, dalam hal ini
RSUD Dr. Moewadi, sehingga sangat penting untuk mengembangkan kerjasama
dengan instalasi dan rumah sakit jejaring sebagai upaya memperluas dan
meningkatkan peran aktif sektor/instansi lain untuk bersama-sama memberikan
bantuan sesuai dengan kemampuan masing-masing, instansi jejaring yang
diharapkan perannya pada situasi bencana, antara lain :
1. Dinas Pemadam Kebakaran : Bantuan Pemadam Kebakaran diperlukan
apabila bencana yang terjadi tidak dapat diatasi dengan hanya memakai APAR
(Alat Pemadam Api Ringan) yang ada di RSUD Dr. Moewardi. Satuan
Pengamanan (SATPAM) Rumah Sakit menghubungi No. Telp. 0271 654666
untuk meminta bantuan petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran. Selain untuk
tujuan memadamkan api, membantu proses evakuasi korban dan
melaksanakan dekontaminasi primer.
2. Palang Merah Indonesia : PMI diperlukan dalam rangka membantu proses
triage dan evakuasi, serta penggunaan fasilitas yang dimilikinya No. Telp. 0271
642640.
3. Kepolisian : Pengaturan keamanan, ketertiban dan lalu lintas menuju dan
keluar RSUD Dr. Moewardi, khususnya akses menuju ke IGD pada saat
kejadian bencana No. Telp. 0271 644506.
4. Satkorlak : Kejadian bencana dikoordinasikan kepada Satkorlak Provinsi Jawa
Tengah dan Kab/Kota sebagai upaya antisipasi diperlukannya bantuan logistik,
makanan, dsb.
5. PLN : Kejadian bencana memerlukan penambahan daya listrik termasuk
penambahan titik sambungan listrik di unit-unit yang diperlukan agar pelayanan
yang diberikan tetap optimal.
6. TELKOM : Tambahan sambungan telepon dan bantuan sambungan telepon

/pedoman OTjengbndnpi Rencana 43


internasional bebas biaya sangat diperlukan pada saat kejadian bencana,
terutama untuk membantu korban/keluarga warga negara asing yang ingin
berhubungan dengan negaranya. Sambungan telepon diperlukan juga untuk
membuka akses internet guna memberikan informasi tentang bencana yang
terjadi.
7. PDAM : Kontinuitas pengadaan air bersih sangat diperlukan untuk operasional
penanganan korban.
8. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah : Laporan kepada Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah menjadi prioritas pertama pada saat bencana. Hal ini
menjadi jembatan bagi upaya mobilisasi bantuan dari pihak/instansi terkait,
khususnya Pemda dan instansi kesehatan jejaring lainnya.
9. Rumah Sakit Jejaring : Pada situasi korban yang sangat besar dimana RSUD
Dr. Moewardi tidak mampu menampung untuk penanganannya, maka kerja
sama penanganan dengan rumah sakit lain sangat diperlukan. Oleh karena itu
perlu diinformasikan upaya meminta bantuan kepada rumah sakit lain yang
menjadi rumah sakit jejaring RSUD Dr. Moewardi. Rumah Sakit yang
merupakan jejaring untuk penanganan bencana adalah rumah sakit pemerintah
di sekitar Wilayah Surakarta dan beberapa rumah sakit swasta (RS Dr. Oen, RS
PKU Muhamadiyah, RS Islam Surakarta dll).
10. SAR : Tim SAR sangat diperlukan untuk membantu proses evakuasi dalam
penanganan bencana No. Telp. 0271 660880

/pedoman OTjengbndnpi Rencana 43


BAB VII
PENANGANAN BENCANA DI RUMAH SAKIT

Pada situasi bencana aspek koordinasi dan kolaborasi diperlukan untuk mengatur
proses pelayanan terhadap korban dan mengatur unsur penunjang yang mendukung
proses pelayanan sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya. Penanganan
bencana di rumah sakit pada sistem penanganan bencana adalah sebagai berikut:

A. PENANGANAN KORBAN
Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya
untuk mencegah risiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak di lokasi
kejadian, proses evakuasi dan proses transportasi ke IGD atau area berkumpul.
Kegiatan dimulai sejak korban tiba di IGD.
Penanggung jawab : Ka IGD
Tempat : Triage-IRD/lokasi kejadian/ area berkumpul/ tempat
perawatan definitif
Prosedur :
1. Di lapangan :
a. Lakukan triage sesuai dengan berat ringannya kasus (Hijau, Kuning, Merah)
b. Menentukan prioritas penanganan
c. Evakuasi korban ketempat yang lebih aman
d. Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialami.
e. Transportasi korban ke IGD.
2. Di rumah sakit (IGD) :
a. Lakukan triage oleh tim medik.
b. Penempatan korban sesuai hasil triage.
c. Lakukan stabilisasi korban.
d. Berikan tindakan definitif sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada
(Merah, Kuning, Hijau).
e. Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasus (ruang perawatan dan OK)
f. Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena pertimbangan medis maupun
tempat perawat
B. PENGELOLAAN BARANG MILIK KORBAN
Barang milik korban hidup baik berupa pakaian, perhiasan, dokumen, dll
ditempatkan secara khusus untuk mencegah barang tersebut hilang maupun
tertukar. Sedangkan barang milik korban meninggal, setelah di dokumentasi oleh
koordinator tim forensik, selanjutnya diserahkan ke pihak kepolisian yang bertugas
di forensik.

/pedoman Jgencana 45
Penanggungjawab : Kepala Ruangan Triage IGD
Tempat : Ruang Triage IGD
Prosedur :
1. Catat barang yang dilepaskan dari korban atau dibawa oleh korban.
2. Bila ada keluarga maka barang tersebut diserahkan kepada keluarga korban
dengan menandatangani form catatan.
3. Tempatkan barang milik korban pada kantong plastik dan disimpan di lemari/
locker terkunci.
4. Bila sudah 1 minggu barang milik korban belum diambil baik oleh pasien sendiri
maupun keluarganya, maka barang-barang tersebut diserahkan kepada Ka Sub
Bag Humas dengan menandatangani dokumen serah terima, selanjutnya ka
Sub Bag Humas menghubungi pasien maupun keluarganya. Apabila dalam
waktu 1 bulan barang belum diambil, maka barang tersebut diserahkan oleh
KaBag Hukum dan Humas ke Polsek Jebres.
C. PENGELOLAAN MAKANAN KORBAN DAN PETUGAS
Makanan untuk pasien dan petugas, persiapan dan distribusinya dikoordinir
oleh Instalasi Gizi sesuai dengan permintaan tertulis yang disampaikan oleh kepala
ruangan maupun penanggungjawab pos. Makanan yang dipersiapkan dengan
memperhitungkan sejumlah makanan cadangan untuk antisipasi kedatangan
korban baru maupun petugas baru / relawan.
Tempat : Instalasi Gizi danPosko Donasi (Makanan)
Penanggung Jawab : Ka Instalasi Gizi
Prosedur :
1. Instalasi Gizi mengkoordinasikan jumlah korban dan petugas yang ada ke
ruangan/posko sebelum mempersiapkan makanan pada setiap waktu makan.
2. Instalasi Gizi mengumpulkan semua permintaan makanan dari ruangan / posko.
3. Instalasi mengkoordinir persiapan makanan dan berkolaborasi dengan posko
donasi makanan untuk mengetahui jumlah donasi makanan yang akan / dapat
didistribusikan.

D. PENGELOLAAN TENAGA RUMAH SAKIT


Pengaturan jumlah dan kualifikasi tenaga yang diperlukan saat penanganan
bencana. Tenaga yang dimaksud adalah SDM rumah sakit yang harus disiagakan
serta pengelolaannya saat situasi bencana.
Tempat : Bagian SDM
Penanggung jawab : Ka. Organisasi Kepegawaian

/pedoman OTjenghadnpi Jgencana 46


Prosedur :
1. Ka. Organisasi Kepegawaian menginstruksikan Ka Bidang/ Bagian/ Ka
Instalasi yang terkait untuk kesiapan tenaga.
2. Koordinasi dengan pihak lain bila diperlukan tenaga tambahan/ volunteer dari
luar Rumah Sakit.
3. Dokumentasikan semua staf yang bertugas untuk setiap shift.
E. PENGENDALIAN KORBAN BENCANA DAN PENGUNJUNG
Pada situasi bencana internal maka pengunjung yang saat itu berada di
rumah sakit ditertibkan dan diarahkan pada tempat berkumpul yang ditentukan.
Demikian pula korban diarahkan untuk dikumpulkan pada ruangan/ area tempat
berkumpul yang ditentukan.
Tempat / area berkumpul : Lihat pembahasan ruangan dan area
berkumpul terbuka
Penanggung jawab : Ka Instalasi Pengamanan /Ka. Sub Bag Rumah Tangga
Prosedur :
1. Umumkan kejadian dan lokasi bencana melalui speaker dan informasikan agar
korban dipindahkan dan diarahkan ke area yang ditentukan.
2. Perintahkan Ka.ruangan terkait untuk memindahkan korban.
3. Koordinir proses pemindahan dan alur pengunjung ke area dimaksud.
F. KOORDINASI DENGAN INSTANSI LAIN / INSTANSI JEJARING
Diperlukannya bantuan dari instansi lain untuk menanggulangi bencana
maupun efek dari bencana yang ada. Bantuan ini diperlukan sesuai dengan jenis
bencana yang terjadi. Instansi terkait yang dimaksud adalah Satkorlak, Dinas
Kesehatan Propinsi, Kepolisian, Dinas Pemadam Kebakaran, SAR, PDAM, PLN,
TELKOM, PMI, dan RS Jejaring, Intitusi Pendidikan Kesehatan, Perhotelan dan
PHRI.
Tempat : Pos Komando
Penanggungjawab: Penasehat Tim Siaga Bemcana RS
Prosedur :
1. Koordinir persiapan rapat koordinasi dan komunikasikan kejadian yang sedang
dialami serta bantuan yang diperlukan.
2. Hubungi instansi terkait untuk meminta bantuan sesuai kebutuhan.
3. Bantuan instansi terkait dapat diminta kepada pemerintah Propinsi, Kabupaten/
Kota dan Pusat, termasuk lembaga/ instansi/ militer/ polisi dan atau organisasi
profesi.
G. PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN / ALAT HABIS PAKAI
Penyediaan obat dan bahan/ alat habis pakai dalam situasi bencana
merupakan salah satu unsur penunjang yang sangat penting dalam pelayanan
/pedoman ‘Yljengbndnpi Jgenennn 47
kesehatan, oleh karena itu diperlukan adanya persediaan obat dan bahan/ alat
habis pakai sebagai penunjang pelayanan korban.
Tempat : Instalasi Farmasi
Penanggung Jawab : Kepala Instalasi Farmasi
Prosedur :
1. Menyiapkan persediaan obat & bahan/ alat habis pakai untuk keperluan
penanganan korban bencana.
2. Distribusikan jumlah dan jenis obat & bahan / alat habis pakai sesuai dengan
permintaan unit pelayanan.
3. Membuat permintaan bantuan apabila perkiraan jumlah dan jenis obat & bahan /
alat habis pakai tidak mencukupi kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan atau
Departemen Kesehatan RI.
4. Bantuan obat & bahan / alat habis pakai kepada LSM / lembaga donor adalah
pilihan terakhir, namun apabila ada yang berminat tanpa ada permintaan,
buatkan kriteria dan persyaratannya
5. Siapkan tempat penyimpanan yang memadai dan memenuhi persyaratan
penyimpanan obat & bahan / alat habis pakai.
6. Buatkan pencatatan dan pelaporan harian.
7. Lakukan pemusnahan / koordinasikan ke pihak terkait apabila telah kadaluwarsa
dan atau tidak diperlukan sesuai dengan persyaratan
H. PENGELOLAAN VOLUNTEER (RELAWAN)
Keberadaan relawan sangat diperlukan pada situasi bencana. Individu/
kelompok organisasi yang berniat turut memberikan bantuan sebaiknya dicatat
dan diregistrasi secara baik oleh Bagian SDM, untuk selanjutnya diikutsertakan
dalam membantu proses pelayanan sesuai dengan jenis ketenagaan yang
dibutuhkan.
Tempat : Pos Relawan
Penanggung Jawab : Ka. Bagian SDM
Prosedur :
1. Lakukan rapid assessment untuk dapat mengetahui jenis dan jumlah tenaga
yang diperlukan.
2. Umumkan kualifikasi dan jumlah tenaga yang diperlukan.

/pedoman ^J^esinpan ‘YtJengljndnpi ^encnnn 48


3. Lakukan seleksi secara ketat terhadap identitas, keahlian dan keterampilan
yang dimiliki dan pastikan bahwa identitas tersebut benar (identitas organisasi
profesi).
4. Dokumentasikan seluruh data relawan.
5. Buatkan tanda pengenal resmi /name tag.
6. Informasikan tugas dan kewajibannya.
7. Antarkan dan perkenalkan pada tempat tugasnya.
8. Pastikan relawan tersebut terdaftar pada daftar jaga ruangan/ unit dimaksud.
9. Buatkan absensi kehadirannya setiap shift/hari.
10. Siapkan penghargaan/ sertifikat setelah selesai melaksanakan tugas
I. PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Kesehatan lingkungan tetap dijaga pada situasi apapun termasuk situasi
bencana untuk mencegah terjadinya pencemaran maupun dampak dari bencana.
Tempat : Lingkungan Rumah Sakit
Penanggung jawab : Ka Instalasi Sanitasi Prosedur:
1. Pastikan sistem pembuangan dan pemusnahan sampah dan limbah medis dan
non medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Catat dan laporkan pemakaian bahan bakar dan jumlah sampah medis yang
dibakar serta kualitas hasilnya.
3. Kontrol seluruh pipa dan alat yang dipakai untuk pengolahan sampah dan
limbah agar tidak terjadi pencemaran lingkungan
4. Koordinasikan kebersihan ruangan dan pemisahan sampah medis dan sampah
umum dengan petugas ruangan.
J. PENGELOLAAN DONASI
Pada keadaan bencana rumah sakit membutuhkan bantuan tambahan baik
berupa obat, bahan / alat habis pakai, makanan, alat medis / non medis, makanan,
maupun financial.
Tempat : Pos Donasi
Penanggung jawab : Ka. Bag Sekretariat dan Ka.Sub Bag Humas
Prosedur :
1. Catat semua asal, jumlah dan jenis donasi yang masuk baik berupa obat,
makanan, barang dan uang maupun jasa.
2. Catat tanggal kedaluarsa
3. Distribusikan donasi yang ada kepada pos-pos yang bertanggung jawab :
a. Obat dan bahan / alat habis pakai ke Ka. Instalasi Farmasi
b. Makanan/ minuman ke Ka Instalasi Gizi
c. Barang medis/ non medis ke Ka Bag Rumah Tangga
d. Uang ke Ka Sub Bagian Mobilisasi Dana
/pedoman ^J^esinpan iM^enghariapi Jgencana 49
e. Line telpon, sumbangan daya listrik ke IPFNM
4. Laporkan rekapitulasi jumlah dan jenis donasi ( yang masuk, yang
didistribusikan dan sisanya) kepada Pos Komando
5. Sumbangan yang ditujukan langsung kepada korban akan difasilitasi oleh
kepala ruangan atas sepengetahuan ketua manajemen support
K. PENGELOLAAN LISTRIK, TELEPON DAN AIR
Meningkatnya kebutuhan power listrik, instalasi air dan tambahan
sambungan telepon saat disaster membutuhkan kesiapsiagaan dari tenaga yang
melaksanakannya. Persiapan pengadaan maupun sambungannya mulai
dilaksanakan saat aktifasi situasi bencana dirumah sakit

Tempat : Unit pelayanan di RSUD Dr. Moewardi


Penanggung jawab : Ka Instalasi IPFNM
Prosedur :
1. Pastikan sistem berfungsi dengan baik dan aman.
2. Siapkan penambahan dan jaga stabilitas listrik agar layak pakai dan aman.
3. Siapkan penambahan line telpon untuk SLI maupun sambungan keluar lainnya
4. Jaga kualitas air sesuai dengan syarat kualitas maupun kuantitas air bersih dan
hindari kontaminasi sehingga tetap aman untuk digunakan
5. Lakukan koordinasi dengan Instansi terkait (PLN, PT TELKOM, PDAM) untuk
menambah daya, menambah line dan tetap menjaga ketersediaan listrik,
telepon, maupun Air.
6. Distribusikan kebutuhan listrik, telpon dan air ke area yang membutuhkan
7. Berkoordinasi dengan pengguna / ruangan dan penanggung jawab area.
8. Lakukan monitoring secara rutin
L. PENANGANAN KEAMANAN

Keamanan diupayakan semaksimal mungkin pada area-area transportasi


korban dari lokasi ke IGD, pengamanan sekitar triage dan IGD pada umumnya
serta pengamanan pada unit perawatan dan pos-pos yang didirikan Penanggung
jawab : Ka Instalasi Pengamanan

Tempat : Alur masuk ambulance ke IGD, seluruh unit pelayanan


dan pos.
Prosedur :
1. Atur petugas sesuai dengan wilayah pengamanan.
2. Lakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti kepolisian.

foedoman ^J^esiapan Wjeijghadapi Rencana 50


3. Atur dan Arahkan pengunjung ke lokasi yang ditentukan pada saat bencana
internal
4. Lakukan kontrol rutin dan teratur.
5. Dampingi petugas bila ada keluarga yang mengamuk.

M. PENGELOLAAN INFORMASI
Informasi, baik berupa data maupun laporan dibuat sesuai dengan form
yang ditentukan sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai jumlah korban
baik korban hidup, korban meninggal, asal negara, tempat perawatan korban dan
status evakuasi ke luar rumah sakit. Informasi ini meliputi identitas korban, SDM
dan fasilitas yang diperlukan untuk penanganan korban.
Tempat : Pos Informasi
Penanggung Jawab : Ka.Bag. Hukum dan Humas
Prosedur:
1. Lengkapi semua data korban yang mencakup nama pasien, umur, dan
alamat / asal negara, dari korban rawat jalan, rawat inap dan meninggal serta
evakuasi dan lengkapi dengan data tindakan yang telah dilakukan.
2. Informasi di update setiap 12 jam untuk 2 hari pertama (jam 08.00 dan jam
20.00) dan 24 jam untuk hari-hari berikutnya (jam 08.00).
3. Informasi ditulis pada papan informasi dan dipasang di pos informasi.
4. Setiap lembar informasi yang keluar ditandatangani oleh komandan bencana
dan diserahkan kepada pihak yang membutuhkan oleh penanggung jawab pos
informasi.

N. JUMPA PERS
Informasi dari posko data merupakan sumber informasi yang akan
digunakan pihak rumah sakit pada saat jumpa pers. Pihak RS yang menghadiri
press release adalah Direktur sebagai Komandan RS, Komandan Bencana, Ketua
Medikal support, dan Ketua manajement support.
Tempat : Ruang Informasi
Penanggung Jawab : Ka.Bag. Hukum dan Humas
Prosedur :
1. Jumpa pers dilaksanakan setiap hari setiap jam 11.00 WIB untuk 5 hari
pertama, dua hari sekali untuk hari berikutnya dan seterusnya bilamana
dipandang perlu.
2. Undangan atau pemberitahuan kepada pers akan adanya jumpa pers dilakukan
oleh Ka Bag Hukum dan Humas.
3. Siapkan dan sebelumnya konfirmasikan informasi yang akan disampaikan pada
jumpa pers kepada Direktur

/Jedoman ^^esiapan MJenghadapi Jgencana 51


4. Jumpa pers dipimpin oleh Direktur Rumah Sakit.

O. PENGELOLAAN MEDIA
Wartawan dari media cetak dan elektronik akan berada hampir 24 jam
disekitar rumah sakit untuk meliput proses pelayanan dan kunjungan tamu ke unit
pelayanan, bukan hanya berasal dari media regional tetapi juga nasional sehingga
perlu dikelola dengan baik.
Tempat : Ruangan Humas
Penanggung Jawab : Ka Sub Bag Humas
Prosedur :
1. Registrasi dan berikan kartu identitas semua media serta wartawan yang datang.
2. Sampaikan bahwa semua informasi dapat diperoleh dari pos informasi.
3. Koordinasikan dengan petugas pengamanan rumah sakit untuk pengaturannya.
4. Peliputan media hanya diijinkan kepada yang sudah memperoleh kartu identitas.
5. Peliputan langsung pada korban bencana atas seijin yang bersangkutan.

P. PENGELOLAAN REKAM MEDIS


Semua korban bencana yang memerlukan perawatan dibuatkan rekam
medis sesuai dengan prosedur yang berlaku di RS. Pada rekam medis diberikan
tanda khusus untuk mengidentifikasi data korban dengan segera.
Tempat :TriagelGD
Penanggungjawab : Ka Instalasi Rekam Medik
Prosedur :
1. Siapkan sejumlah form rekam medis korban bencana untuk persiapan
kedatangan korban
2. Kontrol dan pastikan semua korban sudah dibuatkan rekam medik.
3. Registrasi semua korban pada system billing setelah dilakukan penanganan
emergency.

Q. IDENTIFIKASI KORBAN
Semua korban bencana yang dirawat menggunakan label ID. Label ID
yang dipasangkan pada pasien berisi identitas dan hasil triage. Setelah dilakukan
tindakan life saving, label ID akan dilepas dan disimpan pada rekam medik yang
bersangkutan.

/3erik>man Jgeneana 52
Tempat : Ruang Triage-IRD, Kamar Jenazah
Penanggung jawab: Ka Instalasi Rekam Medik
Prosedur :
1. Pasangkan label ID pada semua lengan atas kanan korban hidup pada saat
masuk ruangan triage atau korban meninggal pada saat masuk kamar jenazah,
serta dibuatkan rekam mediknya.
2. Kontrol semua korban bencana dan pastikan sudah menggunakan label ID

R. PENGELOLAAN TAMU/ KUNJUNGAN


Tamu dan kunjungan ke rumah sakit untuk meninjau pelaksanaan
pelayanan terhadap korban dilakukan berupa kunjungan formal / non formal
kenegaraan ataupun oleh institusi, LSM, partai politik maupun perseorangan.
Pengelolaannya diatur untuk mencegah terganggunya proses pelayanan dan
mengupayakan privacy korban.
Tempat : RuanganHumas
Penanggung jawab : Ka Bag Hukum dan Humas
Prosedur :
1. Semua rencana kunjungan tercatat pada Bagian Hukum dan Humas.
2. Hubungi Direktur dan para Wakil Direktur, Dewan Pengawas, Pejabat Struktural
terkait untuk menerima kunjungan sesuai jenis kunjungan atau tamu yang akan
hadir.
3. Siapkan ruangan rencana transit dan kebutuhan lainnya (makanan/ minuman)
bila dibutuhkan.
4. Siapkan informasi / data korban dan perkembangannya, data kesiapan rumah
sakit dan proses pelayanannya.
5. Koordinasi ke Ka Instalasi Pengamanan Rumah Sakit untuk persiapan
pengamanannya.
6. Koordinasikan Ka Bag Rumah Tangga dan Bidang Keperawatan untuk
kebersihan unit terkait.
7. Siapkan dokumentasi team dokumentasi RS

S. PENGELOLAAN JENAZAH
Untuk kejadian bencana, jenazah akan langsung dikirim ke ruang jenazah.
Pengelolaan jenazah seperti identifikasi, menentukan sebab kematian dan
menentukan jenis musibah yang terjadi, penyimpanan dan pengeluaran jenazah
dilakukan di kamar jenazah.
Tempat : Kamar Jenazah
Penanggung jawab : Ka Instalasi Kedokteran Forensik
Prosedur :

/pedoman yVjcngljnrfopi Jgencana 53


1. Registrasi semua jenasah korban bencana yang masuk ke RS melalui kamar
jenasa.
2. Bila diperlukan, dilakukan identifikasi pada korban untuk menentukan sebab
kematian.
3. Identifikasi korban sesuai dengan guide line dari DVI-Interpol.
4. Siapkan surat-surat yang diperlukan untuk identifikasi, penyerahan ke
keluarga, pengeluaran jenazah dan evakuasi dari rumah sakit serta sertifikat
kematian.
5. Buat laporan jumlah dan status jenazah kepada ketua medical support dan pos
pengolahan data.

T. EVAKUASI KORBAN KE LUAR RUMAH SAKIT


Atas indikasi medis, sosial, politik dan hukum, maupun permintaan negara
yang bersangkutan atau atas permintaan keluarga seringkah pasien / korban
pindah ataupun keluar dari RSUD Dr Moewardi untuk dilakukan perawatan di
rumah sakit tertentu di luar RSUD Dr. Moewardi. Perpindahan / evakuasi korban ini
dilakukan atas persetujuan tim medis dengan keluarga maupun negara yang
bersangkutan bila korban adalah warga negara asing. Kelengkapan dokumen
medik serta persetujuan keluarga / negara yang bersangkutan diperlukan untuk
pelaksanaan proses evakuasi.
Tempat : IGD, Unit Perawatan
Penanggung jawab : Ketua medical support
Prosedur :
1. Pastikan adanya persetujuan medis, maupun persetujuan keluarga / negara
yang bersangkutan sebelum proses evakuasi dilakukan.
2. Koordinasikan rencana evakuasi korban kepada pihak/ rumah sakit penerima.
3. Pastikan pasien dalam keadaan stabil dan siap untuk dievakuasi.
4. Siapkan ambulance sesuai standar untuk evakuasi pasien
5. Bila diperlukan hubungi pihak penerbangan untuk kesiapan transportasi pasien.
6. Pastikan adanya tim medis yang mendampingi selama proses evakuasi.

/pedoman ‘YFjenghodnpi Rencana 54


BAB VIII
OPERASIONAL PENANGANAN BENCANA
INTERNAL DAN EKSTERNAL DI RSUD Dr. MOEWARDI

Ruang lingkup tugas Tim Penanganan Bencana RSUD Dr. Moewardi, meliputi
penanganan bencana internal dan bencana eksternal. Bencana internal adalah
bencana yang terjadi di dalam lingkungan rumah sakit sendiri sedangkan bencana
eksternal adalah bencana yang terjadi di luar lingkungan rumah sakit.
Bencana internal yang mungkin terjadi di rumah sakit Dr. Moewardi berupa
kebakaran, gempa bumi, ancaman bom, Kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya,
Kejadian luar biasa (KLB) penyakit, ledakan gas dsb. Bencana eksternal adalah
bencana yang terjadi di luar lingkungan rumah sakit. Dapat terjadi korban massal
yang mendatangi rumah sakit atau korban massal yang berada di lapangan, termasuk
juga bencana yang terjadi di daerah jauh dimana diperlukan bantuan tenaga medis
maupun logistik dari luar. Di kota surakarta bencana eksternal yang berpotensi terjadi
adalah banjir, gunung Merapi meletus, gempa bumi, tanah longsor, puting beliung,
kebakaran, kecelakaan transportasi di jalan raya, perlintasan kereta api, maupun
kecelakaan pesawat udara.
A. SISTEM KODE DARURAT DI RUMAH SAKIT
Kode darurat
Kode darurat di rumah sakit digunakan untuk menginformasikan petugas dan
pengunjung akan terjadinya suatu kondisi darurat dan bencana yang terjadi. Kode
darurat dibuat singkat dan dipahami oleh seluruhnya, sehingga dianggap lebih
gampang apabila dipresentasikan dalam warna. Dirumah sakit Dr Moewardi ada 8
kode kedaruratan, antara lain :
1. Kode Biru (Code Blue): Kedaruratan Medik / Resusitasi
Kode biru (code blue) adalah kode yang mengumumkan adanya pasien,
keluarga pasien, pengunjung, dan karyawan yang mengalami kegawatan medis
atau henti jantung atau henti nafas dan membutuhkan tindakan bantuan hidup
dasar Z resusitasi. Pengumuman ini untuk memanggil tim medis reaksi cepat
atau tim code blue yang bertugas pada saat tersebut, untuk segera berlari
secepat mungkin (respon time < 10 menit) menuju ke tempat lokasi /ruangan
yang diumumkan dan melakukan resusitasi jantung dan paru pada pasien.
2. Kode Merah (Code Red): Kebakaran
Kode merah (code red) adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman
kebakaran di lingkungan rumah sakit (api maupun asap), sekaligus
mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit untuk khusus kebakaran. Dimana
tim ini terdiri dari seluruh personel rumah sakit, yang masing - masing memiliki
/Jerfomon ^^esinpnn O^enghadapi 55
peran spesifik yang harus dikerjakan sesuai dengan panduan kebakaran /
tanggap darurat bencana / Disaster plan rumah sakit.
3. Kode Merah Muda (Code Pink): Penculikan bayi
Kode merah muda (code pink) adalah kode yang mengumumkan adanya
penculikan bayi / anak atau kehilangan bayi / anak di lingkungan rumah sakit.
Secara universal, pengumuman ini diikuti dengan lock down (menutup akses
keluar - masuk) rumah sakit secara serentak oleh petugas keamanan.
4. Kode Kuning (Code Yellow): Kedaruratan massal / emergensi internal
Kode kuning (code yellow) adalah kode yang mengumumkan adanya kejadian
kedaruratan masai / emergensi baik itu yang terjadinya berasal dari luar maupun
dari luar maupun dari dalam rumah sakit, diantaranya adanya kejadian
kecelakaan massal, keracunan massal, wabah / epidemic, KLB dari suatu
penyakit baik menular / tidak menular.
5. Kode Hitam (Code Black): Ancaman Pembunuhan
Kode Hitam (Code Black) adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman
pembunuhan di lingkungan rumah sakit
6. Kode Abu - abu (Code Grey): Kehilangan / Pencurian
Kode Abu - abu (Code Grey) adalah kode yang mengumumkan adanya kejadian
kehilangan barang atau adanya kejadian pencurian di dalam /diluar gedung
pada area rumah sakit.
7. Kode Oranye ( Code Orange): Ancaman Bom
Kode Oranye (Code Orange) adalah kode yang mengumumkan adanya
ancaman bom atau ditemukan benda yang dicurigai bom di lingkungan rumah
sakit.
8. Kode Ungu (Code Purple): Evakuasi
Kode Ungu (Code Purple) adalah kode yang mengumumkan pengaktifan
evakuasi pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit pada titik - titik
kumpul /aman yang telah ditentukan setelah ada komando akibat adanya
kegawatdaruratan kebakaran ataupun bencan. Pada intinya, menginisiasi tim
evakuasi untuk melaksanakan tugasnya.
B. PENANGANAN BENCANA INTERNAL RUMAH SAKIT
Penanganan bencana yang terjadi di Rumah Sakit dikoordinasikan dengan
Tim K3 Rumah Sakit. Tim K3RS adalah tim yang dibentuk oleh rumah sakit untuk
menjaga kesehatan dan keselamatan kerja seluruh karyawan rumah sakit,
pasien, dan pengunjung rumah sakit serta lingkungan rumah sakit,
menanggulangi kemungkinan terjadinya kebakaran dan kesiagaan dalam

/pedoman ^^esinpan rwjenghadapi ^cncnnn 56


menghadapi kemungkinan bencana. Adapun tugas Tim K3RS ini adalah
membuat prosedur tetap dalam upaya menjaga kesehatan dan keselamatan
kerja, membuat prosedur tetap penanganan apabila terjadi kebakaran dan
mempersiapkan diri apabila sewaktu-waktu terjadi bencana.

Tim K3RS menyiapkan seluruh karyawan Rumah Sakit untuk mentaati


prosedur tetap yang sudah dibuat didalam melaksnakan tugas, melakukan
simulasi penanganan bencana kebakaran dan mengorganisir penanganan
apabila terjadi bencana di rumah sakit. Selain bencana kebakaran kemungkinan
bencana yang dapat terjadi di rumah sakit adalah gempa bumi, ancaman bom,
keracunan masai, kecelakaan karena zat berbahaya dan kejadian luar biasa
karena wabah penyakit. Adapun pengamanan tiap-tiap jenis bencana adalah
sebagai berikut:

1. KEBAKARAN
Pada saat kebakaran, kemungkinan jenis korban yang dapat terjadi adalah :
luka bakar, trauma, sesak nafas, hysteria (ganguan psikologis) dan korban
meninggal.
a. Langkah - langkah yang dilakukan ketika terjadi kebakaran :
1) Pindahkan korban ke tempat yang aman
2) Hubungi petugas satpam (ext.575/911) untuk mehubungi petugas
kebakaran bahwa :
a) Ada kebakaran (Code Red)
b) Lokasi kebakaran
c) Sebutkan nama pelapor
b. Jika memungkinkan batasi penyebaran api dengan mengunakan APAR
yang sudah tersedia di setiap ruangan.
c. Padamkan api jika memungkinkan dan jangan ambil resiko bila tindakan
yang kita kerjakan membahayakan keselamatan jiwa.
d. Bila terjadi kebakaran pada bangunan bertingkat gunakan tangga dan
jangan gunakan lift untuk evakuasi.
e. Bila terjadi kebakaran matikan listrik dan gunakan lampu emergency untuk
penerangan.
f. Bila terjadi kebakaran matikan alat-alat lain seperti : mesin anestesi,
suction, alat-alat elektronik dll
g. Tetap tenang dan jangan panik.
h. Tempat yang rendah mempunyai udara yang lebih bersih.
i. Kejadian kebakaran harus dilaporkan

/pedoman ^J^esinpnn rW)Cnghadapi Jgencana 57


Agar proses penanggulangan bencana kebakaran dapat berjalan dengan
baik kita harus tahu:
a. Tempat menaruh alat pemadam kebakaran dan cara menggunakannya.
b. Nomor pemadam kebakaran (telp 0271.655772), Satpam (ext.575/911) dan
operator (99).
c. Rute evakuasi dan pintu - pintu darurat di rumah sakit.
d. Ada satu orang yang bisa mengambil keputusan dan tahu bagaimana
penangulangan bencana kebakaran pada setiap shift jaga.
e. Kepala ruangan pada shift pagi / hari kerja dan ketua tim pada jaga sore
atau malam yang memegang kendali / mengkoordinir bila terjadi bencana
2. GEMPA BUMI
Jenis korban yang dapat timbul pada saat terjadi gempa bumi adalah : trauma,
luka bakar, sesak nafas dan meninggal. Penanganan Jika terjadi Gempa Bumi
Jika gempa bumi menguncang secara tiba - tiba, berikut petunjuk yang dapat
dijadikan penanganan bila terjadi gempa bumi
a. Di dalam ruangan :
Merunduklah, lindungi kepala anda dan bertahan di tempat aman.
Beranjaklah beberapa langkah menuju tempat aman terdekat, tetaplah
didalam ruangan sampai goncangan berhenti dan yakin telah aman untuk
keluar, menjauhlah dari jendela. Pasien yang tidak bisa mobilisasi lindungi
kepala pasien dengan bantal.
b. Di luar gedung :
Cari titik aman yang jauh dari bangunan/gedung, pohon dan kabel listrik.
Rapatkan badan ke tanah, jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari
kepanikan, ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam.
c. Di dalam lift:
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran, jika
merasakan getaran gempa bumi saat berada dalam lift, maka tekanlah
semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan cari
tempat aman. Jika terjebak dalam lift, hubungi petugas dengan
menggunakan interphone jika tersedia.

3. ACAMAN BOM
Ancaman bom bisa dengan cara tertulis dan bisa juga lisan atau lewat telepon.
Ancaman bom ada dua jenis :
a. Ancaman bom yang tidak spesifik : pengancam tidak menyebutkan secara
detail tentang ancaman bom yang disampaikan

/pedoman ^^esinpnn ‘YHeoghndnpi J^encann 58


b. Ancaman bom spesifik : pengancam menyebutkan tempat ditaruhnya bom,
jenis bom yang digunakan, kapan bom akan meledak dan lain - lain
Semua ancaman bom harus ditanggapi secara serius sampai ditentukan oleh
tim penjinak bom bahwa situasi aman
Jika kita menerima ancaman bom lewat telepon maka kita harus :
a. Tetap tenang dan dengarkan pengancam dengan baik karena informasi
yang diterima dari pengancam sangat membantu tim penjinak bom.
b. Jangan tutup telepon sampai pengancam selesai berbicara.
c. Panggil teman lain untuk ikut mendengarkan telepon ancaman, atau jika
memungkinkan gunakan Hp anda adalah untuk menghubungi orang lain.
d. Hubungi satpam (ext.575) bahwa :
1) Ada ancaman bom
2) Tempat / ruangan yang menerima ancaman
3) Nama petugas yang melaporkan adanya ancaman bom
Jika ancaman bom tertulis, maka :
a. Simpan kertas yang berisi ancaman dengan baik
b. Laporkan kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan kepada
ketua tim saat shift sore atau malam untuk diteruskan kepada pimpinan
rumah sakit.
Bila ada benda yang dicurigai sebagai bom, maka :
a. Jangan menyentuh atau memperlakukan apapun terhadap benda tersebut.
b. Sampaikan kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan kepada
ketua tim saat shift sore atau malam bahwa ada benda yang mencurigakan
c. Segera lakukan evakuasi diruangan tersebut dan ruangan sekitarnya.
d. Segera buka pintu-pintu dan jendela-jendela.
e. Lakukan evakuasi sesuai prosedur.
4. KECELAKAAN OLEH KARENA ZAT - ZAT BERBAHAYA
Kecelakaan oleh karena zat - zat berbahaya meliputi kebocoran atau
tumpahan cairan atau sengaja mengeluarkan cairan dan gas yang mudah
terbakar, zat - zat yang bersifat korosif, beracun, zat - zat radioaktif.
Kemungkinan jenis korban yang terjadi adalah : keracunan, luka bakar, trauma
dan meninggal. Pada setiap kecelakaan oleh karena zat - zat berbahaya selalu
diperhatikan :
a. Keamanan adalah yang utama.
b. Isolasi areal terjadinya tumpahan atau kebocoran.
c. Evakuasi korban dilakukan pada area yang berlawanan dengan arah angin
di lokasi kejadian.
d. Hubungi operator untuk menyiagakan tim penanggulangan bencana rumah
/pedoman J^CDCAHA 59
sakit.
e. Tanggulangi tumpahan atau kebocoran, jika anda pernah mendapat
pelatihan tentang hal tersebut, tetapi jangan mengambil resiko jika anda
tidak pernah mendapatkan pelatihan tentang cara menanggulangi tumpahan
atau kebocoran zat - zat berbahaya.
f. Lakukan dokumentasikan sebelum penanganan korban.
5. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) PENYAKIT / WABAH
Wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari
pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka. Kejadian Luar Bencana (KLB) adalah suatu
kejadian kesakitan / kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian
kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. (Peraturan Menteri
Kesehatan No 1501/MENKES/PER/X/2010).
a. Kreteria KLB penyakit adalah :
1) Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada
atau tidak dikenal pada suatu daerah
2) Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun
waktu dalam jam, hari atau minggu berturut - turut menurut jenis
penyakitnya
3) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut
jenis penyakitnya
4) Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata - rata per
bulan dalam tahun sebelumnya.
5) Rata - rata jumlah kejadian kesakitan perbulan selama 1 tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata -
rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya
6) Angka kematian kasus suatu penyakit (case fatality rate) dalam 1 kurun
waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan
dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama

/^edomnn ^^esinpon ‘yTjcnghadapj Jgeneana 60


7) Angka proporsi penyakit (proportional Rate) penderita baru pada satu
periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu
periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
b. Jenis - jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan
wabah adalah sebagai berikut:
1) Kolera
2) Pes
3) Demam Berdarah Dengue
4) Campak
5) Polio
6) Difteri
7) Pertusis
8) Rabies
9) Malaria
10) Avian Influenza H5N1
11) Antraks
12) Leptospirosis
13) Hepatitis
14) Influenza A baru (H1N1) / Pandemi 2009
15) Meningitis
16) Yellow Fever
17) Chikungunya
18) Coronavirus Disease 19 ( Covid 19) Pandemi 2019 - 2020
c. Prosedur Penanganan dan Pengendalian KLB
Bila didapatkan Kejadian Luar Biasa maka Rumah Sakit segera
membentuk Tim Pengendali KLB. Tim Pengendali ini diketuai oleh
Direktur Rumah Sakit dan Wakil Direktur Umum sebagai wakil ketua yang
beranggotakan :
1) Wakil Direktur Pelayanan
2) Wakil Direktur Keuangan
3) Komite PPI
4) Bidang Pelayanan Medis
5) Bidang Pelayanan Penunjang
6) Bidang Pelayanan Keperawatan
7) Bagian Kesekretariat
8) Komite Medik
9) Dokter Penanggung Jawab Pasien
10) Tim K3RS
/pedoman ryyjenghodapi J^encana 61
11) Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
d. Tugas Tim Pengendali KLB
Tim Pengendali KLB bertugas untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
kasus. Sehingga tim bisa segera mengambil keputusan berdasrkan
pengamatan kasus per kasus sebelum terjadi KLB (angka per KLB).
Tujuannya adalah untuk mencegah, mengatasi dan mengendalikan
KLB.
e. Langkah - langkah Penanganan KLB :
1) Investigasi
Tujuan dilaksanakan investigasi:
a) Menjelaskan situasi KLB dan penemuan kasus
b) Menetapkan penyebab termungkin, sumber penularan, cara
penyebaran
c) Memutus rantai penyebaran
d) Mencegah terulangnya kejadian serupa
Sebelum dilakukan investigasi, Tim pengendali KLB dan para ahli
mempersiapkan bahan literatur, konsultasi dengan tim terkait,
menganalisa masalah, konsultasi dengan tim ahli terkait, menganalisa
masalah, konsultasi dengan bagian laboratorium untuk jenis
spesimen dan biaya, serta menyiapkan peralatan kesekretariatan
yang diperlukan (komputer, kamera, dll). Investigasi KLB meliputi:
a) Diagnosa yang jelas
Memastikan bahwa diagnosa ditegakkan dengan benar secara
klinis dan laboratoris Qika memungkinkan) atau diagnosa
ditegakkan berdasarkan kriteria standar untuk definisi kasus yang
dipakai. Untuk menegakkan diagnosa ini diperlukan pengumpulan
informasi yang detail mengenai gejala klinis dan kriteria diagnostik
serta konsultasi dengan dokter penanggung jawab pasten untuk
mempertegas penegakan diagnosa klinis. Dikonfirmasi apakah
benar terjadi infeksi dengan menilai kembali gejala klinik dan hasil
kultur dari laboratorium. Periksa kembali dengan petugas
laboratorium penyebab terjadi peningkatan infeksi untuk
memastikan diagnosa dan tidak terjadi kesalahan dilaboratorium.
Selain itu dilakukan anamnesa penderita mengenai etiologi,
transmisi dan penyakit lain.

/pedoman ^^esinpno ryyjenghadApi Jgencana 62


b) Konfirmasi terjadi KLB
Setelah diagnosa tegak, dilakukan konfirmasi ulang terjadinya
KLB. Apakah kejadian ini dianggap sebagai masalah, dengan
membandingkan kasus yang diamati dengan kasus yang terjadi
infeksi / KLB, dari data surveilans, laboratorium, rekam medik RS,
angka kematian dan angka kesakitan.
Pada KLB didapatkan peningkatan jumlah kasus / insiden suatu
penyakit. Angka ini didapatkan dengan cara membandingkan
kasus / insiden pada minggu, bulan atau beberapa tahun
sebelumnya dalam periode waktu yang sama. Harus selalu
diingat bahwa peningkatan seperti ini dapat disebabkan antara
lain :
(1) Perubahan sistem pelaporan, definisi kasus
(2) Peningkatan kualitas pelayanan yang menyebabkan
masyarakat lebih antusia untuk berobat
(3) Peningkatan kualitas diagnosa penyakit.
c) Definisi Kasus
Kasus yang ditentukan sebagai KLB dinilai kriteria diagnosanya
baik secara klinis maupun dengan menilai basil pemeriksaan
laboratoriumnya. Setelah itu ditentukan klasifikasi individu yang
menderita infeksi. Sebaiknya dilakukan perbandingan sensitivitas
dan spesifitas terhadap kultur kuman dan melakukan isolasi
setiap sumber yang diduga menyebabkan infeksi -7 cairan, alat
medis.
Persyaratan definisi kasus :
(1) Kriteria klinis
(2) Bedakan menurut waktu, tempat, orang
(3) Data laboratorium
(4) Terapkan secara konsisten dan tanpa bisa terhadap seluruh
kasus yang ditiliti
(5) Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap individu dengan faktor
risiko misal dokter, perawat, petugas kebersihan, keluarga
pasien.
d) Epidemiologi Deskriptif
Tentukan informasi yang dikumpulkan pada tiap kasus :
(1) Identifikasi Informasi
(a) Ulang rekam medik jika timbul pertanyaan
(b) Hasil laboratorium
pedoman ryyjenghatfapi Jgencana 63
(c) Periksa untuk ada tidak duplikasi data
(d) Buat pemetaan lokasi tempat terjadi KLB
e) Demografi
Tentukan karakteristik orang Z petugas untuk populasi definitif
yang berisiko
Informasi ini didapatkan dari:
(1) Penemuan klinis meliputi, Definisi kasus jelas, waktu
terjadinya kasus, data suplemen (kematian).
(2) Informasi faktor risiko : dapat digunakan untuk penyakit
spesifik yang masih dalam pertanyaan
(3) Informasi pelapor: identitas pembuat laporan
f) Membuat hipotesa
Dalam membuat hipotesa, harus diketahui mengenai
karakteristik penyakit. Apa penyebabnya, bagaimana
transmisinya, apa reservoirnya dan faktor risiko apa yang
menyebabkan timbulnya penyakit. Hal - hal tersebut harus
ditanyakan pada pasien dan staff rumah sakit dan kemudian
gunakan epidemiologi deskriptif sebagai dasar pembuatan
hipotesa.
g) Uji Hipotesa
h) Pengawasan sumber penularan
i) Menyempurnakan hipotesa
j) Membuat dan mendistribusi laporan KLB
2) Komunikasi
Saat KLB berlangsung dilakukan komunikasi mengenai terjadinya
KLB dengan prosedur:
a) Melaporkan kepada Direktur RS
b) Konsultasikan kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien
c) Bila KLB bertambah banyak, lapor ke Dinas Kesehatan
d) Mengadakan pertemuan dengan media elektronik, jika perlu.
3) Manajemen
Tindakan pencegahan dan penanggulangan KLB harus dilaksanakan
sedini mungkin sebenarnya saat diagnosa telah diverifikasi. Dengan
mengetahui diagnosa suatu penyakit, tindakan pengobatan sudah
dilaksanakan segera. Hal - hal yang berkaitan dengan kebijakan
anggaran perlu dibicarakan dengan pihak manajemen rumah sakit.

/pedoman ^J^esiapan ‘YElengbodnpi Rencana 64


4) Pengawasan
Pada proses pengawasan, Sub komite PPI mengatur mengenai hal -
hal sebagai berikut:
a) Implementasikan peraturan mengenai isolasi
b) Memberikan imunisasi jika diperlukan
c) Memberikan antibiotik profilaksis jika dibutuhkan
d) Definisikan indikasi rawat dan dirujuk
e) Definisikan pertemuan dengan anggota
f) Evaluasi pengawasan
5) KLB Beakhir
Pada saat KLB berakhir, Tim Siaga bencana Rumah Sakit segera
mengumumkan bahwa KLB telah berakhir, kemudian membuat
laporan lengkap KLB kepada Direktur Rumah Sakit.
6) Pencatatan
Pencatatan laporan dilakukan setiap ada outbreak dan dilaporkan ke
Direktur setiap bulan sekali atau secara insidentil.
f. Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Covid 19
Coronavirus Desease 2019 (Covid) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Savere Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS- CoV-2). Meluasnya penyebaran Covid-19 ke berbagai negara
dengan risiko penyebaran ke Indonesia terkait dengan mobilitas
penduduk, memerlukan upaya penanggulangan terhadap penyakit
tersebut. Dilihat dari situasi penyebaran Covid 19 yang sudah hampir
menjangkau seluruh wilayah provinsi Indonesia dengan jumlah kasus
semakin meningkat dan berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat
diindonesia, pemerintah indonesia telah menetapkan Keputusan
presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentangpenetapan kedaruratan
kesehatan masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID - 19).
1) Penularan
Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan
manusia). Masa inkubasi COVID-19 rata - rata 5 -6 hari, dengan range
antara 1 dan 14 hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan
tertinggi diperoleh dihari - hari pertama penyakit disebabkan oleh
konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat
langsung menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala
(presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah onset gejala.
Penting untuk mengetahui periode presimptomatik karena
/Jedoman ^J^esiapan MJengbadapi Rencana 65
memungkinkan virus menyebar melalui droplet atau kontak dengan
benda terkontamninasi. Sebagai tambahan, bahwa terdapat kasus
konfirmasi yang tidak bergejalan (asimtomatik), meskipun risiko
penularan sangat rendah akan tetapi masih ada kemungkinan kecil
untuk terjadi penularan. Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui
udara dapat dimungkinkan dalam keadaan khusus dimana prosedur
atau perawatan suportif yang menghasilkan aerosol seperti intubasi,
endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka, pemberian pengobatan
nebulasi, ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah pasien ke
posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan positif
non-invasif, trakeostomi dan resusitasi kardiopulmoner. Masih
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai transmisi melalui udara.
2) Manifestasi Klinis
Gejala - gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul
secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan
gejala apapun dan tetap terasa sehat. Gejala Covid 19 yang paling
umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien
mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri
kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan
pembauan atau ruam kulit. Pada kasus berat akan mengalami Acute
Respiratory Distress syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, gagal
multi-organ, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga
berakibat kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan
kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah
tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes dan kanker berisiko lebih
besar mengalami keparahan.
3) Diagnosis
WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh
pasien yang terduga terinfeksi COVID 19. Metode yang dianjurkan
adalah metode deteksi molekuler / NAAT (Nucleic Acid Amplification
Test) seperti pemeriksaan RT-PCR
4) Strategi Penanggulangan Pandemi
Prinsip dasar upaya penanggulangan COVID 19 bertumpu pada
penemuan kasus suspek / probable (find), yang dilanjutkan dengan
upaya untuk isolasi (isolate) dan pemeriksaan laboratorium (test).

/pedoman ^^esinpnn ‘Yincngbndnpi Jgencana 66


Ketika hasil test RT-PCR positif dan pasien dinyatakan sebagai kasus
konfirmasi, maka tindakan selanjutnya adalah pemberian terapi
sesuai dengan protokol. Pelacakan kontak (trace) harus segera
dilaksanakan segera setelah kasus suspek / probable ditemukan.
Kontak erat akan dikarantina selama 14 hari tidak muncul gejala,
maka pemantauan dapat dihentikan. Akan tetapi jika selama
pemantauan, kontak erat muncul gejala maka harus segera diisolasi
dan diperiksa swab (RT-PCR).
5) Pencegahan penularan pada individu
Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang mengandung virus
SARS-CoV-2 yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut dan
mata, untuk mencegah penularan COVID-19 pada individu dilakukan
dengan beberapa tindakan, seperti:
a) Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai
sabun dan air mengalir selama 40 - 60 detik atau menggunakan
cairan antiseptik berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 - 30
detik. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan
yang tidak bersih.
b) Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi
hidung mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan
orang lain yang tidak di ketahui status kesehatannya
c) Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk
menghindari terkena droplet dari orang yang batuk atau bersin.
Jika tidak memungkinkan melakukan jaga jarak maka dapat
dilakukan dengan berbagai rekayasa administrasi dan teknis
lainnya.
d) Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang
tidak diketahui status kesehatannya.
e) Saat tiba di rumah setelah berpergian, segera mandi dan berganti
pakaian sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.
f) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup
bersih dan sehat (PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas
fisik minimal 30 menit sehari, istirahat yang cukup.
g) Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol
h) Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial
i) Apabila sakit menerapkan etika batuk dan bersin. Jika berlanjut
segera berkonsultasi dengan dokter / tenaga kesehatan
j) Menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan melaksanakan
/Jedoman ‘YFlenghndnpi Rencana 67
protokol kesehatan dalam setiap aktivitas.
6) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
a) Prinsip pencegahan dan pengendalian faktor risiko penularan
Covid 19 di Rumah Sakit sebagai berikut:
(1) Menerapkan kewaspadaan isolasi untuk semua pasien
(2) Menerapkan pengendalian administrasi
(3) Melakukan pendidikan dan pelatihan
b) Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit,
sebagai berikut:
(1) Penerapan Kewaspadaan Isolasi meliputi:
(a) Kebersihan tangan / hand hygiene dilakukan pada kondisi
sesuai 5 moment WHO
(b) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), APD dipakai
untuk melindungi petugas atau pasien dari paparan darah,
cairan tubuh sekresi maupun ekskresi yang terdiri dari
sarung tangan, masker bedah atau masker N95, gaun,
apron, pelindung mata, faceshield, penutup kepala dan
pelindung kaki.
(c) Kebersihan Pernafasan, perhatikan etika batuk dan bersin
(d) Kebersihan lingkungan, dengan melakukan prosedur
pembersihan dan desinfeksi secara rutin sekitar lingkungan
dengan cara mengelap seluruh permukaan lingkungan
ruangan dan pengepelan lantai ruangan dengan
menggunakan cairan detergen kemudian bersihkan dengan
air bersih selanjutnya menggunakan klorin 0,05%. Cairan
pembersih harus diganti setelah digunakan di area
perawatan pasien covid 19
(e) Penanganan Linen, semua linen di ruang perawatan covid
19 dianggap infeksius
(f) Tatalaksana Limbah, limbah pasien Covid 19 dianggap
sebagai limbah infeksius dan penetalaksanaan sama
seperti limbah infeksius lainnya
(g) Desinfeksi peralatan perawatan pasien berdasarkan
jenisnya.

/pedoman J^esiapnn O^enghadApi ^encnnn 68


(h) Praktik menyuntik yang aman, seperti menggunakan
jarum suntuk sekali pakai, segera buang jarum suntuk yang
sudah dipakai ke tempat benda tajam tahan tusuk dan
tahan air
(i) Obat suntukan kalau sudah dilarutkan harus segera
diberikan.
(2) Penerapan Kewaspadaan Transmisi
Kewapadaan transmisi dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
droplet, kontak, dan airbome. Penerapan kewaspadaan
berdasarkan transmisi antara lain :
(a) Melakukan triase dengan melakukan penyaringan dipintu
masuk ruang penerimaan pasien baru.
(b) Pemisahan antara pasien dengan gangguan sistem
pernapasan dan tidak dengan gangguan sistem
pernapasan
(c) Memberi penanda khusus untuk mengatur jarak minimal 1
meter dilokasi - lokasi antrian pasien / pengunjung
(d) Membuat penghalang fisik (barrier) antara petugas dan
pengunjung. Pembatas terbuat dari kaca atau mika dan
dapat dipasang pada : loket pendaftaran, apotek,
penerimaan spesimen, kasir, dan lain -lain
(e) Mengatur penempatan posisi meja konsultasi, tempat tidur
periksa dan kursi pasien dengan tenaga kesehatan, dan
lain - lain yang mencegah aliran udara dari pasien ke
pemeriksa / petugas.
(f) Menempatkan kasus suspek atau terkonfirmasi positif di
ruang isolasi. Pasien COVID 19 dengan menggunakan
ruangan tersendiri jika memungkinkan atau melakukan
kohorting dengan memberi jarak tempat tidur minimal 1
meter - 1,8 meter dengan ventilasi yang baik. Apabila
menggunakan ventilasi natural, ventilasi yang adekuat
sebesar 60 L/s per pasien. Ruangan tidak harus tekanan
negatif kecuali pasien dengan penyakit penyerta yang lain /
komorbid dan kondisi menurun dengan pemasangan alat
dan tindakan yang berisiko menghasilkan aerosol dan
menimbulkan airborne, maka wajib ditempatkan di ruang
isolasi dengan tekanan negatif.
(g) Petugas kesehatan yang memberikan perawatan untuk
/Jedoman ^J^esiapan W^enghadapi J^encttna 69
pasien sebaiknya ditetapkan untuk mengurangi transmisi.
(3) Pengendalian Administratif
(a) Memastikan penerapan jaga jarak minimal 1 meter dapat
diterapkan ke semua area Rumah Sakit
(b) Melakukan pelarangan pengunjung dan penunggu pada
pasien dewasa kasus suspek, kasus probable atau
terkonfirmasi positif covid 19
(c) Mengorganisir logistik APD agar persediaan digunakan
dengan benar.
(d) Membuat kebijakan tentang kesehatan dan perlindungan
petugas kesehatan seperti:
• Pengaturan waktu kerja maksimal 40 jam seminggu
dengan waktu kerja harian 7 -8 jam dan tidak melebihi
12 jam.
• Pemantauan kesehatan pada petugas kesehatan secara
berkala sesuai indikasi medis
• Petugas kesehatan dalam keadaan sehat, apabila sakit
tidak boleh bekerja
• Memantau aspek kesehatan pekerja dengan penekanan
pada surveilans ISPA pada petugas kesehatan.
• Melakukan penilaian kelaikan kerja untuk petugas
dengan komorbid dan kondisi khusus seperti kehamilan,
sebelum ditugaskan memberikan pelayanan pasien
COVID 19
• Melakukan penilaian kembali bekerja (return to work)
pada petugas pasca sakit
• Memastikan adanya jaminan kesehatan dan jaminan
kecelakaan kerja bagi petugas rumah sakit.
• Melakukan penentuan Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada
petugas yang terkena COVID - 19 akibat kerja (sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.
HK.01.07/Menkes/327/2020 tentang Penetapan COVID-
19 Akibat Kerja sebagai Penyakit Akibat Kerja yang
spesifik pada pekerjaan tertentu.)\
(4) Pendidikan dan Pelatihan

f^edoman ‘YlJenghfjrfnpi Jgencana 70


(a) Berikan pendidikan pelatihan kepada seluruh staf rumah
sakit tentang Covid 19 dengan materi :
• Segitiga epidemiologi
• Rantai infeksi
• Konsep infeksi
• Program PPI
• Kewaspadaan isolasi (kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan transmisi)
• Konsep covid 19
• Alat Pelindung Diri (APD)
• Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
• Pengelolaan limbah
(b) Berikan sosialisasi kepada masyarakat tentang Covid 19
• Rantai infeksi untuk awam
• Kewaspadaan standar
• Kewaspadaan berdasarkan transmisi
• Konsep Covid 19.
6. KEDARURATAN KELISTRIKAN
Kedaruratan kelistrikan atau kegagalan listrik merupakan ketidak
terpenuhinya kebutuhan listrik sehingga menyebabkan terganggunya proses
pelayanan, baik untuk pelayanan kesehatan pasien, pelayanan administrasi
karyawan, pelayanan pengunjung dll. Oleh karena itu ketersediaan listrik di
Rumah sakit Dr. Moewardi harus terjamin selama 24 jam dalam sehari dan 7
hari dalam seminggu. Sumber listrik yang dimiliki RSUD Dr. Moewardi, terbagi
menjadi:
a. Sumber lisrik utama yaitu Listrik dari PLN
b. Listrik sebagai back up yaitu 3 buah Genset dan UPS.
Area resiko kegagalan listrik di RSUD Dr. Moewardi meliputi :
a. Ruang IBS
b. Ruang IGD
c. Ruang ICU
d. Ruang ICVCU
e. Ruang PICU - NICU
f. Cath Lab gedung Aster
g. Ruang HCU dan Unit Stroke
h. Ruang Rawat Inap
i. Ruang TB MDR
j. Ruang isolasi
/pedoman TVlenghodopi Jgeneana 71
k. ESWL, BRONCHOSCOPY, ENDOSCOPY
l. Laboratorium PK, PA, Microbiologi
m. IPDE
n. Rekam medis
o. CSSD dan Laundry
p. Ruang Rawat Jalan
q. Ponek
r. IKF
Untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan listrik, di Rumah Sakit
sudah menyiapkan sumber listrik cadangan berupa Genset dan pemasangan
UPS di area berisiko kegagalan listrik.
Apabila terjadi keadaan darurat listrik (pemadaman oleh PLN) di Rumah Sakit
Dr. Moewardi:
a. Semua Genset dan UPS mampu memenuhi kebutuhan listrik di rumah
sakit.
b. Diupayakan listrik PLN untuk segera dihidupkan sesuai perjanjian
kerjasama.
c. Apabila genset terjadi masalah, rumah sakit meminta kepada pihak ke 3
yaitu PT. Wangsa Jaya untuk menyediakan Genset untuk memenuhi
kebutuhan listrik di lokasi pelayanan penting (OK IBS, OK IGD, ICU,
ICVCU dan PICU-NICU).
7. KEDARURATAN KETERSEDIAAN AIR BERSIH
Kedaruratan Air bersih adalah Kejadian dimana pasokan sumber air
bersih bawah tanah tidak dapat mengalir dan/atau kekurangan pasokan untuk
dimanfaatkan oleh rumah sakit atau terkontaminasi yang menyebabkan
terganggunya pelayanan di RSUD Dr. Moewardi baik untuk pasien, karyawan
maupun pengunjung lainnya. Ketersediaan air bersih di RSUD Dr. Moewardi
harus terjamin selama 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.
Adapun sumber air bersih yang dimiliki Rumah Sakit Dr. Moewardi terbagi
menjadi:
a. Sumber air bersih utama didapatkan dari sumber air bersih Air Bawah
Tanah yang dialirkan ke rumah sakit dengan debit tertentu, yang sudah
dibuat saling mendukung antar sumber air, sehingga setiap sumur mampu
mensuplay semua tandon di rumah sakit.
b. Sumber air bersih alternatif yang berasal dari PDAM.

fjedoman ^J^esiapan MJenghadapi Rencana 72


Area berisiko kedaruratan air bersih di rumah sakit Dr. Moewardi meliputi:
a. IBS
b. Instalasi Perawatan Intensive ,IPI
c. IGD
d. Ruang Hemodialisa
e. Ruang Rawat Inap
f. Ruang Sterilisasi CSSD
g. Ruang Pencucian/Laundry
h. Instalasi Gizi
i. Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu
j. TBMDR
k. Ruang Isolasi
l. ESWL, Bronchoscopy, Endoscopy
m. Laboratorium PK, PA, Microbiologi
n. Ruang Rawat Jalan
o. PONEK
p. IKF
Prosedur Kedaruratan Air Bersih di Rumah Sakit Dr. Moewardi :
a. Jika pasokan air bersih salah satu tandon terganggu akibat sumber air
bawah tanah tidak berfungsi, maka sistem interkoneksi antar sumber air
bawah tanah difungsikan, sehingga pasokan pada bak tandon I, II, dan III
tetap dapat terpenuhi kecukupannya.
b. Jika terganggunya air bersih berlangsung cukup lama dan/atau sumur artetis
yang dimiliki tidak berfungsi dengan baik, dan/atau dibutuhkan tambahan
pasokan air bersih, maka Rumah Sakit Dr. Moewardi bekerja sama dengan
pihak ketiga (PDAM) untuk tetap dapat memenuhi pasokan air bersih yang
dibutuhkan.
8. KEDARURATAN GAS MEDIS
Kedaruratan gas medis merupakan Ketidakterpenuhinya kebutuhan
gas medis sebagai akibat dari salah satu tabung gas medis Central dalam
keadaan kosong / tak berisi. Kebutuhan gas medis di RSUD Dr. Moewardi
merupakan kebutuhan utama untuk keberlangsungan proses pelayanan
kesehatan terhadap pasien. Oleh karena itu, ketersediaan gas medis di RSUD
Dr. Moewardi harus terjamin selama 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam
seminggu.
Sumber gas medis (O2) yang utama di rumah sakit Dr. Moewardi
terbagi menjadi:
a. Sumber gas medis utama yaitu Tabung gas Central milik PT. Surya
foedoman OTjenghadapi Rencana 73
Indotim lmex dengan kapasitas 12 ton.dan PT. Aneka Gas dengan
kapasitas 10 ton .yang di suplay secara sentral
b. Sebagai back up / untuk cadangan yaitu dengan dengan tabung gas
mobile
Area berisiko terjadi kedaruratan gas medis di Rumah Sakit Dr. Moewardi,
meliputi:
a. Instalasi Bedah Sentral
b. IGD
c. Instalasi Perawatan Intensive / IPI
d. Ruang Rawat Inap
e. Cath Lab
f. Ruang TB MDR
g. Ruang Isolasi
h. PONEK
Prosedur Kedaruratan Gas Medis di Rumah Sakit Dr. Moewardi :
a. Masing-masing gas medis Central mampu memenuhi kebutuhan gas
medis di rumah sakit.
b. Apabila gas medis Central di depan gudang farmasi terjadi masalah
(habis) di rumah sakit, maka safety valve yang berada di gedung cendana
lantai 1 dibuka dan dapat disulay keseluruh rumah sakit dari tabung gas
Central yang berada di antara gedung aster dan gedung cendana.
C.PENANGANAN BENCANA EKSTERNAL DENGAN KORBAN MENDATANGI
RUMAH SAKIT
Tim Penanganan Bencana Rumah Sakit Moewardi diaktifkan oleh Direktur
Rumah Sakit ketika ada musibah masai. Dianggap suatu musibah masai apabila
dalam suatu waktu datang penderita secara bersamaan ke IGD, dari suatu tempat
yang sama dan oleh karena sebab yang sama sejumlah pasien lebih dari 10 orang
atau dimana jumlah pasien sakit atau cidera melebihi kemampuan Sistem Gawat
Darurat yang tersedia dalam memberikan perawatan adekuat secara cepat dalam
usaha meminimalkan cedera atau kematian.
Personil medis dan perawat yang diperbantukan didalam Tim Penanganan
Bencana selama ada musibah massal berada didalam koordinasi Kabid Yanmed.
Apabila pasien yang datang ke IGD secara bersamaan dimana jumlah pasien sakit
dan cidera melebihi kemampuan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Moewardi
dalam memberikan perawatan adekuat secara cepat maka Rumah Sakit harus

/pedoman ^^esinpnn Jgeneana 74


mulai meminta bantuan kepada Kepala Dinas Kesehatan kota dan provinsi untuk
dapat dikoordinasikan bantuan SDM dan logistik dari pusat-pusat pelayanan
kesehatan/istansi jejaring yang terdekat dalam waktu yang secepat-cepatnya.
Apabila terjadi musibah massal, maka tempat pendaftaran dan triase penderita
dipindah ke depan IGD/gedung nusa indah. Triase (Triage) adalah Tindakan untuk
memilah/mengelompokkan korban berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk
hidup, dan keberhasilan tindakan berdasar sumber daya (SDM dan sarana) yang
tersedia. Tujuan triase pada musibah massal adalah bahwa dengan sumber daya
yang minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin. Kebijakan triase :
1. Memilah korban berdasar:
a. Beratnya cidera
b. Besarnya kemungkinan untuk hidup
c. Fasilitas yang ada / kemungkinan keberhasilan tindakan
d. Triase tidak disertai tindakan
e. Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap pertolongan harus
dilakukan sesegera mungkin.
Prinsip utama dari triage adalah menolong para penderita yang mengalami cedera
atau keadaan yang berat namun memiliki harapan hidup. Salah satu metode yang
paling sederhana dan umum digunakan adalah metode S.T.A.R.T atau Simple
Triage and Rapid Treatment.
2. Metode Triase S.T.A.R.T dengan penderita menjadi 4 kategori:
a. Prioritas 1 - Merah
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang kritis
keadaannya seperti gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, perdarahan
berat atau perdarahan tidak terkontrol, penurunan status mental
b. Prioritas 2 -
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita yang
mengalami keadaan seperti luka bakar tanpa gangguan saluran napas atau
kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang tidak dapat berjalan, cedera
punggung.
c. Prioritas 3 - Hijau
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai
‘Walking Wounded” atau orang cedera yang dapat berjalan sendiri.
d. Prioritas 0 - Hitam
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang
mematikan.
Tempat - tempat yang memungkinkan dipakai untuk merawat
penderita dialih fungsikan untuk tempat rawat inap darurat. Apabila dianggap
/pedoman ryyjengbftdnpi Rencana 75
perlu didirikan rumah sakit lapangan untuk menambah kapasitas ruangan
rawat inap.
Bagan Penanganan Bencana Eksternal
Dengan Korban Mendatangi Rumah Sakit

D. BENCANA EKSTERNAL DENGAN KORBAN MASSAL DI LAPANGAN


Apabila menghadapi bencana dengan korban masai yang berada di lapangan
maka rumah sakit berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah akan mengirimkan tim ambulans gawat darurat
dan alat-alat serta obat-obatan yang diperlukan. Apa bila dianggap perlu bersama
dengan instansi pelayanan kesehatan yang lain mendirikan rumah sakit lapangan
sesuai dengan kebutuhan.

f^edoman ^J^esiapan ‘>TJenghndApi Jgeneann 76


E. MENGIRIM TIM MEDIS KE DAERAH BENCANA JAUH
Pengiriman Tim Medis ke daerah bencana dalam skala nasional
dikoordinasikan oleh Kementrian Kesehatan. Pengiriman tim disesuaikan dengan
kebutuhan lapangan sehingga diperlukan koordinasi juga dengan tim medis lokal
mengenai jenis pelayanan yang diharapkan dan waktu keberangkatan yang
dikehendaki.
Tim Medis lokal yang akan mengatur penjadwalan kedatangan bantuan tim
medis dari tempat-tempat lain agar tidak terjadi penumpukan ataupun kekosongan
tenaga medis. Hal ini perlu dilakukan supaya kedatangan tim ini bsa tepat waktu
dan tepat sasaran sehingga sesuai dengan kebutuhan di lokasi bencana.

f^edoman ^J^esiapan ‘>TJenghndApi Jgeneann 76


BAB IX
PEMULIHAN KEMBALI KE FUNGSI NORMAL

Setelah semua korban hidup tertangani dalam fase gawat darurat dan
korban meninggal telah teridentifikasi serta kegiatan pelayanan sisa korban baik yang
masih hidup maupun yang meninggal telah dapat ditangani dengan kapasitas normal
rumah sakit, maka dilakukan upaya kembali ke fungsi normal untuk :
A. MENGEMBALIKAN SDM KE TUGAS POKOKNYA
1. Semua pegawai rumah sakit dikembalikan ke tugas pokoknya.
2. Semua relawan dikembalikan ke organisasi induknya dengan pemberian
ucapan terima kasih.
3. Bila dibutuhkan dapat diberikan konseling psikologis bagi pegawai dan
relawan yang membutuhkan.
B. MENGEMBALIKAN FUNGSI ORGANISASI KE FUNGSI POKOKNYA
1. Ruang perawatan dan ruang lainnya yang dipergunakan untuk pelayanan
bencana dibersihkan dan dikembalikan ke fungsi normalnya.
2. Alat-alat medis dan non medis dikembalikan ke tempat semula dengan
inventarisasi ulang.
C. PENYUSUNAN LAPORAN
1. Dibuat laporan rumah sakit yang lengkap tentang penanganan bencana yang
telah dilakukan, berisi:
i. Pendahuluan
ii. Kegiatan Penanganan Bencana
iii. Hasil kegiatan
iv. Kendala yang dihadapi
v. Kesimpulan dan saran
2. Khusus untuk laporan donasi perlu dibuat tersendiri yang mencakup secara
lengkap semua donasi yang diterima baik berupa natural, uang maupun
bantuan kegiatan. Laporan ini disampaikan kepada pejabat yang berwenang.

/Redaman ^J^esiapan ^YY)enghadapi J^encana 78


BAB X
SIMULASI

Simulasi penanganan bencana adalah kegiatan yang dilakukan oleh tim


K3RS bersama dengan tim penanggulangan Bencana Rumah Sakit Dr. Moewardi
dalam mempraktekkan dan menguji prosedur-prosedur yang ada didalam Buku
Pedoman Kesiapan Menghadapi Bencana Rumah Sakit Dr. Moewardi (Hospital
Disaster Plan). Latihan bisa berupa simulasi penanganan bencana internal maupun
eksternal.
Simulasi penanganan bencana sekurang-kurangnya dilakukan setahun sekali
misalnya seolah-olah telah terjadi bencana kebakaran di Rumah Sakit atau simulasi
kedatangan korban massal akibat tanah longsor/gempa bumi/banjir yang mendatangi
IGD rumah sakit secara serentak atau skenario bencana lain yang mungkin akan
terjadi di wilayah sekitar Rumah Sakit Dr. Moewardi. Dengan demikian apabila benar-
benar terjadi, rumah sakit akan lebih siap dalam menanganinya.

ftedoman ^^esinpnn Oi^enghadapi Jgenctina 79


BAB XI
PENUTUP

Demikian Pedoman Kesiapan Menghadapi Bencana Rumah


Sakit/Manajemen Kedaruratan (Hospital Disaster Plan) ini disusun dalam rangka
untuk melaksanakan kedaruratan bila menghadapi Bencana baik di dalam mapun di
luar rumah sakit.
Semoga pedoman ini bermanfaat dan sekaligus dijadikan pedoman
kesiagaan dalam menghadapi bencana dan untuk dilaksanakan di lingkungan RSUD
Dr. Moewardi, sudah dilakukan sosialisasi, telah diselenggarakan pelatihan-pelatihan
penanganan bencana maupun simulasi maka diharapkan bila benar-benar terjadi
bencana, rumah sakit bisa memberikan bantuan pelayanan yang cepat dan tepat
dalam pengelolaan bencana.

/pedoman J^esiapan rW)enghadApi J^encana 80


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI.No.1204/MENKES/SK/X/


2004Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta:
Departemen kesehatan RI

Depkes RI, 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


145/MENKES/SK/I/2007 Tentang Pedoman Penangulangan Bencana Di Bidang
Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Depkes RI 2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.432/MENKES/SK/IV/2007


Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di
Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI

Depkes RI 2009. Undang - Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit Depkes RI 2009. Pedoman Perencanaan Penyiagaan Bencana
Bagi Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI

Peraturan Kepala Badan Nasional Penangulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008


Tentang Pedoman Penyusunan Bencana Penangulangan Bencana Peraturan
Menteri Kesehatan No.949/Menkes/SK/VIII/2004

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 Tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020


Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019
(Covid 19)

Direktorat Kesehatan Keja dan Olahraga Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat


Kementerian Kesehatan RI 2020. Petunjuk Teknis Kesiapsiagaan KondisiDarurat
dan /atau Bencana Di Rumah Sakit. Jakarta: Kemenkes RI

f^edomnn J^esinpnn rKyjenghnrfnpi Jgencnnn 81


LAMPIRAN

1. KARTU INSTRUKSI KERJA

DIREKTUR
(KOMANDAN RS)
1. Kontak para direktur untuk penyiapan tim RS
2. Kontak kepala dinas Propinsi Jateng untuk informasi kejadian bencana
3. Pimpin proses penanganan korban dan manajemennya untuk tingkat RS
WAKIL DIREKTUR PELAYANAN
1. Kontak operator untuk informasi keadaan bencana
2. Kontak kepala IGD untuk penyiapan tim emergency
3. Aktifkan pos komando

WAKIL DIREKTUR UMUM


1. Kontak kepala bidang bagian dan instalasi terkait untuk pengerahan tenaga
2. Kontak kepala instalasi pengamanan untuk pengaturan lalu lintas, keamanan dan
penyiapan kunci - kunci cadangan
3. Siapkan Pos Relawan

KEPALA BIDANG PELAYANAN PENUNJANG


1. Instruksikan kepada Kepala Instalasi Gizi, Binatu, CSSD, farmasi, IPFNM.IPFM dan IPS-
MNP, Rekam Medik dan Kamar jenazah untuk siaga memberikan pelayanan
2. Siapkan pos logistic dan donasi

KEPALA BIDANG PELAYANAN MEDIS


1. Kontak kepala instalasi rawat inap, IBS, IRT, Wl untuk penyiapan tim dan ruangan
2. Koordinasikan penugasan tim medis
3. Pastikan kelengkapan obat, alat/bahan medis habis pakai dan kepastian fungsi alat medis
4. Koordinasikan kesiapan IBS,IRIT, IRD, Wl dan unit rawat inap

KEPALA BIDANG PELAYANAN KEPERAWATAN


1. Kontak Ka.Orpeg untuk penyiapan tim keperawatan
2. Kontak semua kepala seksi keperawatan untuk pengaturan tim keperawatan di unit
kerjanya
3. Koordinasikan pengosongan triage dari pasien stabil non bencana
4. Atur pengosongan ruangan rawat inap di IGD
5. Atur penempatan pasien pasca penanganan emergency
2. 8 WARNA KODE KEDARURATAN DI RSUD Dr.MOEWARDI

----------------- a. KODE KUNINGfCODE YELLOW) adalah kode warna bila terjadi kedaruratan
masai

Kode Kuning atau Code Yellow terdiri dari:


1) Kode Kuning 1 (satu) atau Code Yellow one adalah kode kedaruratan masai bila terjadi
bencana alam di dalam dan di luar rumah sakit serta para korban lebih dari 10 (sepuluh)
dibawa ke rumah sakit.
2) Kode Kuning 2 (dua) atau Code Yellow two adalah kode kedaruratan masai bila terjadi
kecelakaan beruntun yang korbannya lebih dari 10 (sepuluh).
3) Kode Kuning 3 (tiga) atau Code Yellow three adalah kode kedaruratan masai bila terjadi
keracunan makanan masai di rumah sakit.
4) Kode Kuning 4 (empat) atau Code Yellow four adalah kode kedaruratan masai bila ada
kejadian keracunan gas di rumah sakit.
5) Kode Kuning 5 (lima) atau Code Yellow five adalah kode kedaruratan masai bila terjadi
banjir di rumah sakit.

Bila terjadi Kedaruratan Masai atau Code Yellow one/two/three/four/five segera


menghubungi Satuan Pengaman pesawat 575 dengan menyebutkan lokasi terjadinya
kedaruratan masai dimaksud serta melaporkan ke atasan langsung (Ka. Ruang/Ka.
Instalasi/Ka. Bag/Kabid).

- Satuan Pengaman menginformasikan lewat audio informasi Code Yellow one/two/three/four


dan lokasi kejadian.

- Apabila mendengar Code Yellow one/two/three/four/five, TIM Siaga Bencana, Divisi


Kedaruratan Internal dan Tim 118 segera menuju ke lokasi untuk melakukan proses
pertolongan medis kepada korban-korban dan atau melakukan evakuasi.

- Tim FMS, P2K3RS dan Devisi Penunjang membantu proses pertolongan kepada korban-
korban dan atau melakukan evakuasi.

Bila diperlukan korban-korban dievakuasi ke IGD (bila kondisi dilokasi kejadian tidak
memungkinkan) untuk dilakukan tindakan medis.

- Satuan Pengaman mengamankan lokasi dan melaporkan kejadian tersebut kepada Direktur.

i---------------1 b. KODE MERAH (CODE RED) adalah kode warna bila


terjadi kebakaran

- Apabila terjadi kebakaran segera segera menghubungi Satuan Pengaman pesawat 575 dengan
menyebutkan lokasi kebakaran serta melaporkan ke atasan langsung (Ka. Ruang/Ka.
Instalasi/Ka. Bag/Kabid).

Satuan Pengaman menginformasikan lewat audio informasi Code Red dan lokasi kejadian
dan melaporkan kepada Direktur & Wadir.

- Petugas-petugas sesuai struktur organisasi K3 terdekat yaitu Tim Evakuasi Pasien, Tim
Evakuasi Pengunjung dan Pegawai, Tim Evakuasi Dokumen, serta Tim Evakuasi Aset datang
membantu.

- Kepala Ruangan mengkoordinir pelaksanaan pemadaman kebakaran, evakuasi pasien dan


pegawai, dokumen, serta aset.

Upayakan mematikan api dengan APAR dan cegah api agar tidak meluas.

Menutup savety valve 02 bila diperlukan dan harus koordinasi dengan Kepala ruangan
setempat terkait pasien yang masih menggunakan 02.

- Apabila Api meluas Satuan Pengaman segera menghubungi Bagian Pemadam Kebakaran
Kota Surakarta telepon (0271) 655772 dan para pihak (Kepolisian, SAR, dan PMI).

- Satuan Pengaman berkoordinasi dengan TIM MFK dan P2K3RS untuk melakukan proses
evakuasi dan berkoordinasi dengan para pihak (Kepolisian, SAR, Bagian Pemadam Kebakaran,
dan PMI) serta melaporkan kepada Direksi.

- Petugas Pemadam Rumah Sakit segera mengenakan APD (helm merah dan Masker bila
diperlukan) pada Box yang tersedia dan melakukan pemadaman dengan peralatan yang
tersedia (Hidran box atau Apar) sesuai dengan Kias Api.

- Bekerjasama dengan Bagian Pemadam Kebakaran Kota Surakarta untuk melakukan


pemadaman.

foedomnn J^esiapnn ‘YIJeogbadapi Jgencana


- Petugas Evakuasi Rumah Sakit segera mengenakan APD (helm orange dan Masker bila
diperlukan) pada Box yang tersedia dan segera melakukan evakuasi terhadap pasien,
pengunjung, pegawai, tamu serta setiap orang yang berada dalam gedung.

1) Memberikan petunjuk arah evakuasi dan mengarahkan sampai ke Titik Kumpul (di
Bawah Masjid, Parkir Belakang, Depan Gedung Aster, Depan Gedung IGD).

2) Pelaksanaan Evakuasi di Titik Kumpul, pasien dilakukan tindakan medis oleh Tim
118 dan Tim Siaga Bencana Divisi Kedaruratan Internal.

- Petugas Penyelamat Dokumen Rumah Sakit segera mengenakan APD (helm Kuning dan
Masker bila diperlukan)pada Box yang tersedia dan segera menyelamatkan dokumen dan
benda yang dianggap berharga yang dikoordinir oleh Kepala Ruangan setempat.

- Satuan Pengaman Rumah Sakit segera mengenakan APD (helm biru dan Masker) dan
mengamankan lokasi kebakaran dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab
bekerjasama dengan pihak Kepolisian dan membantu seluruh proses Pemadaman dan
Evakuasi.

1) Mengatur lalu lintas kendaraan kendaraan yang keluar masuk dan menyediakan lokasi
parkir untuk Fire Truck dan dibantu petugas parkir.

2) Mengamankan lokasi selama petugas pemadam bekerja memadamkan kebakaran

c. KODE BLACK (Acaman Pembuhuhan)

- laporan diterima dari TKP melalui telepon kegawat daruratan ext.575 maupun laporan
langsung kepada petugas SatPam.
Petugas di Pos Satpam menginformasikan CODE BLACK dan lokasi kejadian melalui audio
System yang tersedia.
Anggota Satpam menutup akses keluar TKP, dan sebagian anggota Satpam menuju TKP
dan meminta informasi kejadian dari ruangan.
Petugas Satpam meminta bantuan kepada petugas di ruangan apabila terjadi ancaman
bunuh diri.
Petugas di Pos Satpam melapor ke kepolisian terdekat dan kepada Pimpinan tentang
kejadian ancaman pembunuhan maupun ancaman bunuh diri.
Petugas di Pos Satpam melapor ke kepolisian terdekat dan kepada Pimpinan tentang
kejadian ancaman pembunuhan maupun ancaman bunuh diri.
- Pelaku pengancam pembunuhan ditangkap dan diamankan ke Pos Satpam untuk diintrogasi.
Pelaku pengancam pembunuhan di serahkan ke Kepolisian terdekat beserta barang bukti
dan data korban ancaman pembunuhan dengan berita acara penyerahan pelaku tindak
kriminal.
Berita acara penyerahan pelaku tindak kriminal ke Polsekta Jebres disimpan dengan baik
sebagai arsip penting Rumah Sakit.
Mendokumentasikan kejadian ke dalam buku laporan kejadian Kegawat Daruratan Rumah
Sakit.

d. KODE UNGUfCODH PURPLE) adalah kode warna untuk evakuasi seluruh


rumah sakit

- Bila terjadi bencana alam yang tidak dapat ditanggulangi oleh Tim Rumah Sakit, Satuan
Pengaman mengumumkan Code Purple

- Apabila mendengar Code Purple (lewat audio informasi) berarti mengintruksikan seluruh
ruangan, segera melakukan evakuasi seluruh orang yang ada diruangan.

- Satuan Pengaman, Ketua Umum. Ketua Harian TIM Siaga Bencana, dan Ketua Divisi
Kedaruratan Internal melakukan koordinasi dan memberikan komando proses evakuasi dan
melaporkan kepada Direktur.

- Satuan Pengaman melaporkan dan mcn.n.a bantuan ke Kepolisian, TIM SAR, serta PMI
untuk membantu proses evakuasi dan pengamanan lingkungan rumah sakit dari pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab.

- Tim K3RS, Tim MFK dan Tim evakuasi, Tim Pemadam Kebakaran, Tim Penyelamat
Dokumen dan Satuan Pengaman di masing-masing ruangan melakukan evakuasi secara
serentak.

Proses Evakuasi menggunakan tangga darurat dan tidak direkomendasikan menggunakan


Lift.

Pelaksanaan Evakuasi sesuai jalur evakuasi yang ada pada masing-masing ruangan sampai
menuju Titik Kumpul Evakuasi (Depan Ged. Aster, Depan IGD/Ged. Nusa Indah, Di
bawah Masjid, dan di Area Parkir Belakang).

Ketua Pelayanan Medis dan Ketua Devisi Penunjang (Logistik/transportasi dan Teknis)
dengan anggotanya, segera menuju Titik Kumpul Evakuasi untuk melakukan Tindakan medis
terhadap seluruh pasien dan para korban yang telah dievakuasi.

e. KODE GREY (Abu -abu) adalah Pencurian/Kehilangan

- Laporan diterima dari TKP melalui telepon kegawat daruratan ext. 575 yang berada di Pos
SatPam maupun laporan langsung kepada Petugas SatPam RSUD Dr. Moewardi.

Petugas Satpam yang berada di Pos SatPam menginformasikan KODE GREY dan lokasi
kejadian melalui audio system yang tersedia.

foodoman ^J^esinpan TTjcngbnrfnpi Ugencana


- Anggota Satpam yang terdekat dengan lokasi kejadian menutup akses keluar TKP, dan
sebagian anggota Satpam mengidentifikasi korban kehilangan dan mencatat kronologisnya.

- Apabila pelaku tindak pencurian diperkirakan masih berada di sekitar rumah sakit, seluruh
Petugas Satpam menutup semua pintu keluar masuk RSUD Dr. Moewardi guna
mengidentifikasi pelaku tindak pencurian tersebut.

- Apabila pelaku tindak pencurian tertangkap, Pelaku pencurian di serahkan ke kepolisian


terdekat beserta barang bukti dan data korban pencurian dengan berita acara penyerahan
pelaku tindak pencurian ke kepolisian terdekat dan Berita acara penyerahan pelaku tindak
pencurian ke Polsekta Jebres disimpan dengan baik sebagai arsip penting Rumah Sakit

- Laporan kehilangan di teruskan ke pihak Kepolisian apabila pelaku tindak pencurian


diperkirakan sudah tidak berada di lingkungan RSUD Dr. Moewardi.

- Mendokumentasikan kejadian ke dalam buku laporan Kejadian Kegawat Daruratan Rumah


Sakit

f. KODE MERAH MUDAfCODE PINK) adalah kode warna apabila terjadi


Penculikan Bayi

- Bila terjadi Penculikan Bayi segera menghubungi Satuan Pengaman pesawat 575 dengan
menyebutkan lokasi terjadinya penculikan bayi dimaksud serta melaporkan ke atasan
langsung (Ka. Ruang/Ka. Instalasi).

- Satuan Pengaman menginformasikan lewat audio informasi Code Pink dan lokasi kejadian.

- Melaporkan kejadian tersebut kepada Direktur dan Kepolisian terdekat.

- Apabila mendengar Code Pink Satuan Pengaman terdekat segera mengamankan dan
melokalisir tempat kejadian serta mencari pelaku kejahatan.

- Satuan Pengaman lainnya sesuai tugasnya membantu mengamankan dan melokalisir tempat
kejadian serta mencari pelaku kejahatan, menutup semua akses pintu keluar rumah sakit dan
mencari pelaku di layar TV dengan system CCTV.

- Apabila pelaku kejahatan dapat ditangkap segera menyerahkan pelaku kepada Kepolisian
setempat (POLSEK Jebres).

Apabila pelaku tidak diketemukan berkerjasama dengan pihak kepolisian mencari pelaku
kejahatan

- Apabila pelaku sudah meninggalkan rumah sakit menyampaikan atau


menginformasikan semua kejadian dan bukti-bukti yang ada terkait kejadian penculikan bayi

________ g. KODE ORANYEfCODE ORANGE) adalah kode warna apabila terjadi Ancaman
Bom

Bila ada acaman Bom baik lewat SMS, lewat pesawat telepon, maupun melihat benda diduga
merupakan BOM segera menghubungi Satuan Pengaman pesawat 575 berkaitan dengan

/pedoman ryyjengbadapi Jgencana


informasi Ancaman Bom atau benda yang diduga Bom dan lokasinya.

- Satuan Pengaman menginformasikan lewat audio informasi Code Orange (apabila laporan
adanya benda yang diduga Bom disampaikan lokasinya).

- Melaporkan kejadian tersebut kepada Direktur dan Kepolisian.

- Apabila mendengar Code Orange Satuan Pengaman terdekat segera mengamankan dan
melokalisir tempat kejadian atau mengamankan seluruh rumah sakit (apabila lokasi bom
belum diketemukan).

Pihak Kepolisian (Tim Gegana) datang ke rumah sakit, Satuan Pengaman segera melakukan
koordinasi dan membantu pihak Kepolisian sesuai dengan yang menjadi arahan.

- Pihak Kepolisian melakukan tugasnya sesuai dengan prosedur tetap.

- Tim Siaga Bencana, Tim MFK dan K3RS bersiap-siap melakukan evakuasi, bila terjadi
kejadian yang tidak diinginkan

/pedoman ryyjengbadapi Jgencana


Diagram Alur Penanganan Ancaman Pembunuhan di RS

Diagram Alur Penanganan Ancaman Bunuh Diri di RS

Keterangan : .......................>Garis Pelaporan ► Garis Koordinasi . ► Garis


Komando ........................ ► Garis Pelaksanaan

/Jedoman ^J^esiapan MJengbttdapi Rencana


fieAomnn ^^esinpan O^enghfldopi Rencana
Diagram Alur Penanganan Tindak
Pencurian di Rumah Sakit

Keterangan :
------------------------------> Garis Pelaporan
------------------------------► Garis Koordinasi
------------------------------► Garis Komando
1
» Garis Pelaksanaan
JJeAoman ^^esiapan ‘YlJcngljnrfnpi Jgencnna
Diagram Alur Penanganan Tindak
Penculikan Bayi/ Anak

Keterangan :
------------------------------> Garis Pelaporan
------------------------------► Garis Koordinasi
------—-------------— — ► Garis Komando
» Garis Pelaksanaan

ftedoman'J^esiapan M)engha<iapl Rencana

Anda mungkin juga menyukai