Anda di halaman 1dari 8

Keuskupan Agung Jakarta

15 bahasa
 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Lihat riwayat

Perkakas












Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Keuskupan Agung Jakarta

Archidioecesis Giakartana

KATOLIK
Gereja Katedral Jakarta

Lambang Keuskupan Agung Jakarta


Lambang Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo

Lokasi

Negara  Indonesia

Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (kecuali Kelurahan

Pondok Labu)

tampil

Tangerang Raya, Banten

tampil

Bekasi Raya, Jawa Barat

Provinsi gerejawi Jakarta

Bandung
Sufragan
Bogor

Dekanat Jakarta Pusat

Jakarta Barat I

Jakarta Barat II

Jakarta Selatan

Jakarta Utara

Jakarta Timur

Tangerang I
Tangerang II

Bekasi

Kantor pusat Jalan Katedral No. 7, Pasar Baru, Sawah Besar,

Jakarta Pusat 10710

Koordinat 6.168837°S 106.832817°E

Statistik

Luas 10.775 km2 (4.160 sq mi)[2]

Populasi (per 2017[1])

- Total 20496358

- Katolik 508,102 (2,47%)

Paroki 68

Kongregasi 273[1]

Imam 80 orang

Informasi

Denominasi Katolik Roma

Gereja sui iuris Gereja Latin

Ritus Ritus Roma

Pendirian 8 Mei 1807 (216 tahun, 122 hari)

sebagai Prefektur Apostolik Batavia

Katedral Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, Jakarta

Pusat, DKI Jakarta

Kepemimpinan kini

Paus Fransiskus

Uskup agung Ignatius Kardinal Suharyo[3]

Vikaris jenderal R.D. Samuel Pangestu[4]

Vikaris episkopal R.P. Yosephus Edi Mulyono, S.J.[5]

Vikaris yudisial R.D. Stefanus Tommy Octora Agung Surya

Sekretaris R.D. Vincentius Adi Prasojo[6]


jenderal

Ekonom R.D. Michael Wisnu Agung Pribadi


Emeritus Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J.

(Uskup Agung Emeritus, 1996–2010)

Peta

Lokasi Keuskupan Agung Jakarta

Situs web

kaj.or.id

Lokasi keuskupan di Provinsi Gerejawi


Jakarta.
Keuskupan Agung Jakarta adalah wilayah formal Gereja Katolik Roma yang tertua di
Indonesia. Keuskupan ini mencakup seluruh wilayah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta (kecuali Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan), Tangerang, Tangerang
Selatan, dan Bekasi.

Garis waktu[sunting | sunting sumber]


 Didirikan sebagai Prefektur Apostolik Batavia pada tanggal 8 Mei 1807,
memisahkan diri dari Prefektur Apostolik Kepulauan Samudera Hindia.
 Ditingkatkan menjadi Vikariat Apostolik Batavia pada tanggal 3 April 1841
 Berganti nama menjadi Vikariat Apostolik Djakarta pada tanggal 7 Februari 1950
 Ditingkatkan menjadi Keuskupan Agung Djakarta pada tanggal 3 Januari 1961
 Mendapat kunjungan pastoral dari Paus Paulus VI di Jakarta pada tanggal 3–4
Desember 1970[7]
 Berganti nama menjadi Keuskupan Agung Jakarta pada tanggal 22 Agustus 1973
 Mendapat kunjungan pastoral dari Paus Yohanes Paulus II di Jakarta dalam
rangkaian kunjungan ke Indonesia pada tanggal 9–14 Oktober 1989[8]

Waligereja[sunting | sunting sumber]
Ordinaris[sunting | sunting sumber]
Prefek Apostolik Batavia

 R.P. Jacobus Nelissen (8 Mei 1807 s.d. 6 Desember 1817, wafat)


 R.P. Lambertus Prinsen (6 Desember 1817 s.d. 5 Februari 1830, mengundurkan
diri)
 R.P. Joannes Henricus Scholten (10 September 1831 s.d. 3 Februari 1842,
mengundurkan diri)
Vikaris Apostolik Batavia

 Jacobus Grooff (20 September 1842 s.d. 19 April 1852, wafat)


 Petrus Maria Vrancken (19 April 1852 s.d. 28 Mei 1874, pensiun)
 Adam Carel Claessens (16 Juni 1874 s.d. 23 Mei 1893, mengundurkan diri)
 Walterus Sybradus Staal, S.J. (23 Mei 1893 s.d. 30 Juni 1897, wafat)
 Edmundus Sybradus Luypen, S.J. (21 Mei 1898 s.d. 1 Mei 1923, wafat)
 Anton Pieter Franz van Velsen, S.J. (21 Januari 1924 s.d. Maret 1933,
mengundurkan diri)
 Petrus Johannes Willekens, S.J. (23 Juli 1934 s.d. 7 Februari 1950, berubah nama)
Vikaris Apostolik Djakarta

 Petrus Johannes Willekens, S.J. (7 Februari 1950 s.d. 23 Mei 1952, mengundurkan
diri)
 Adrianus Djajasepoetra, S.J. (18 Februari 1953 s.d. 3 Januari 1961, naik tingkat)
Uskup Agung Djakarta

 Adrianus Djajasepoetra, S.J. (3 Januari 1961 s.d. 21 Mei 1970, pensiun)


 Leo Soekoto, S.J. (21 Mei 1970 s.d. 22 Agustus 1973, berubah nama)
Uskup Agung Jakarta

 Leo Soekoto, S.J. (22 Agustus 1973 s.d. 30 Desember 1995, wafat)
 Julius Riyadi Kardinal Darmaatmadja, S.J. (11 Januari 1996 s.d. 28 Juni 2010,
pensiun)
 Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo (sejak 28 Juni 2010)[9]
Prelat tituler[sunting | sunting sumber]
Vikaris Apostolik Koajutor Batavia

 Petrus Maria Vrancken (4 Juni 1847 s.d. 19 April 1852, ganti jabatan)
Administrator Diosesan Vikaris Djakarta

 R.P. C. Doumen, S.J. (23 Mei 1952 s.d. 18 Februari 1953, jabatan selesai)
Uskup Agung Koajutor Jakarta

 Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo (25 Juli 2009 s.d. 28 Juni 2010, ganti


jabatan)
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Di Museum Nasional Indonesia di Jakarta disimpan sebuah batu besar yang awalnya
ditanam di pantai Sunda Kelapa. Batu berpahatkan tanda salib bertahunkan 1522 ini
adalah peringatan hubungan antara pelayaran Portugis dan kerajaan Pajajaran. Ini
adalah tanda awal hadirnya Katolik di Jakarta kini.
Kemudian saat VOC berkuasa, 1619 hingga 1792, semua kegiatan Katolik dilarang,[butuh
klarifikasi]
 dan para imam Katolik juga dilarang untuk berkarya di wilayah
kekuasaan VOC di Batavia, bahkan seorang Jesuit Egidius d'Abreu, S.J. dibunuh pada
tahun 1624.[butuh rujukan] Kegiatan Katolik hanya diijinkan di luar tembok Batavia bagi orang-
orang keturunan Portugis dengan didirikannya Gereja Portugis di luar kota pada
tahun 1696, kini menjadi Gereja Sion di Jl. P. Jayakarta. Keturunan Portugis ini juga
diberi lahan bertani di daerah yang kini disebut daerah Tugu. Pada abad ke-18
ini VOC membebaskan imam-imam Katolik untuk singgah di Batavia untuk melayani
umat-umat, baik yang keturunan Portugis maupun juga pegawai VOC. Pada
masa Daendels barulah umat Katolik diijinkan untuk merayakan misa secara terbuka,
dimulai dengan didirikannya Prefektur Apostolik Batavia, yaitu pecahan dari Prefektur
Apostolik Kepulauan Samudera Hindia (saat ini Keuskupan Saint-Denis di Réunion),
pada tahun 1807. Daendels juga memberikan Gereja Katolik resmi pertama di Batavia
pada tahun 1810 bertempat di Gang Kenanga Utara, daerah Senen sekarang (yang
telah dibongkar pada tahun 1989). Pada tahun 1830 Gubernur Jenderal Du Bus de
Ghisignies menghibahkan tempat kediaman komandan tentara dan wakil gubernur
jenderal kepada Prefektur Apostolik Batavia. Di lahan inilah kini berdiri Gereja Katedral
Jakarta.
Secara resmi prefektur apostolik ditingkatkan menjadi Vikariat Apostolik Batavia pada
tanggal 3 April 1842 yang meliputi seluruh wilayah Hindia Belanda, dengan vikaris
apostolik pertamanya, Mgr. Jacobus Grooff, yang dilantik pada tanggal 20 September
1842. Pada periode 1855 hingga 1948 wilayah Vikariat Apostolik Batavia semakin
menyempit dengan didirikannya berbagai vikariat apostolik yang baru di luar Jawa dan
di pulau Jawa sendiri.
Pada tahun 1856 suster-suster Ursulin mendirikan biara susteran pertama Groot
Kloster di Batavia di Jl Juanda dilanjutkan biara keduanya Klein Klooster di Jl Pos pada
tahun 1859 diikuti biara-biara Ursulin lain di daerah Jatinegara dan Kramat. Suster-
suster dari Carolus Borromeus membuka Rumah Sakit Sint Carolus pada tahun 1919.
Saat-saat awal tersebut, imam-imam Jesuitlah yang menyelenggarakan karya pastoral
di wilayah Batavia baru kemudian dibantu oleh imam-imam Fransiskan pada
tahun 1929 dan imam-imam dari Misionaris Hati Kudus (MSC) tahun 1932. Dalam
bidang pendidikan, imam-imam Yesuit mendirikan Perkumpulan Strada tahun 1924.
Sekolah pertamanya dibuka tahun itu juga di daerah Gunung Sahari. Pada
tahun 1927 Perkumpulan Strada mendirikan sekolah menengah berasrama di Menteng
yang kemudian menjadi Kolese Kanisius pada tahun 1932.
Pada masa pendudukan Jepang, Vikaris Apostolik Batavia saat itu Mgr. P. Willekens
S.J. mengusahakan agar rumah sakit dan sekolah-sekolah Katolik untuk tetap
beroperasi dan tetap melayani umat Katolik pada masa sulit tersebut.
Setelah Indonesia merdeka, Gereja Katolik mulai berkembang kembali. Jumlah umat
semakin bertambah, demikian juga dengan jumlah paroki. Paroki Mangga Besar
didirikan tahun 1946, paroki di Jl. Malang tahun 1948, paroki Tangerang tahun 1948.
Pada tanggal 7 Februari 1950, nama Vikariat Apostolik Batavia diubah menjadi Vikariat
Apostolik Djakarta dengan 12 paroki. Status Vikariat Apostolik kemudian ditingkatkan
menjadi Keuskupan Agung Djakarta pada tanggal 3 Januari 1961 dengan 2 keuskupan
sufragan yaitu: Keuskupan Bandung dan Keuskupan Bogor. Keuskupan saat itu
memiliki 16 paroki. Pada Sesuai dengan perubahan ejaan bahasa, nama Keuskupan
Agung Djakarta diubah menjadi Keuskupan Agung Jakarta pada tanggal 22
Agustus 1973. Saat itu, jumlah paroki di keuskupan ini adalah 23 buah. Pada
tahun 1980 terdapat 34 paroki, pada tahun 1988 terdapat 39 paroki, pada
tahun 1990 terdapat 40 paroki, dan pada 2002 sudah terdapat 53 paroki dengan
411.036 orang umat yang dilayani oleh 277 imam. Pada tahun 2007 diperingati 200
tahun Gereja Katolik di Jakarta. Saat itu sudah terdapat 60 paroki. Puncak Perayaan
Agung 200 tahun Gereja Katolik di Jakarta diselenggarakan di Istora Senayan pada
tanggal 26 Mei 2007, yang dihadiri pula oleh sebagian besar para uskup di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai