*corresponding e-mail
This is an open access article under the terms of the CC-BY-NC license
ABSTRACT
The research was inspired by the cessation of Bus Rapid Transit program in Mataram which
basically the program first goal was to facilitate the Mataram people’s mobility and activities
to travel. In addition, the Bus Rapid Transit program, commonly referred to as Trans Mataram
Bus, was also aimed to reduce congestion and the number of private vehicles. By reducing the
private vehicles on the road, it was expected that the air pollution would also be reduced. The
fact that the program is no longer running, considering the large fund spent to build the program
and some goals mentioned, this research aim is to find out why the Mataram Bus Rapid Transit
program is currently not running using the perception of Mataram people. The research method
used Descriptive with a Quantitative approach. The data was taken using observation, interview,
literature review and questionnaire. The results show that the Bus Rapid Transit program in
Mataram is not working due to the lack of public interest in public transportation services. There
are some reasons related which are the Bus Rapid Transit routes or services, at that time, did not
cover all areas in Mataram, there is no specific lane for Bus Rapid Transit, the location of the bus
stop is far from the residential area and the lack of socialization related to the program so that
many communities did not get clear information.
Keywords: bus rapid transit, trans mataram bus, public’s perception, public transportation
services
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh program Bus Rapid Transit Kota Mataram yang saat ini telah
berhenti beroperasi. Pada dasarnya, program tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat
Kota Mataram dalam berpergian dari suatu tempat ke tempat yang dituju. Selain itu, program
yang biasa disebut dengan Bus Trans Mataram ini juga bertujuan untuk mengurangi kemacetan
dan menekan pertambahan penggunaan kendaraan pribadi sehingga diharapkan dapat menekan
tingkat pencemaran udara di Kota Mataram. Tetapi pada kenyataannya program tersebut kini
sudah tidak berjalan padahal banyak dana yang telah dikeluarkan untuk merealisasikan program
tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis ingin menggali mengapa program tersebut
tidak lagi berjalan berdasarkan persepsi atau pendapat masyarakat Kota Mataram. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Adapun informasi diperoleh
melalui observasi, wawancara, studi pustaka, dan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tidak berjalannya program Bus Rapid Transit tersebut disebabkan oleh kurangnya minat masyarakat
terhadap layanan transportasi umum tersebut. Hal tersebut karena rute trayeknya tidak mencakup
keseluruhan kawasan kota, tidak adanya jalur khusus untuk Bus Rapid Transit, titik lokasi halte
tidak dekat permukiman masyarakat, serta kurangnya sosialisasi sehingga banyak masyarakat
yang tidak memperoleh informasi pelayanan Bus Rapid Transit.
Kata kunci: bus rapid transit, bus trans mataram, persepsi masyarakat, layanan transportasi
umum
minat masyarakat menggunakan angkutan oleh para gelandangan untuk bernaung dan
umum dan mengurangi kendaraan pribadi, digunakan sebagai tempat tidur saat malam
serta memudahkan pergerakan masyarakat hari. Beberapa titik lokasi halte saat malam
dalam beraktivitas seperti bekerja, bersekolah, hari terkadang juga digunakan oleh para
dan aktivitas ekonomi lainnya. Selain itu juga, pemuda sekitar sebagai tempat bermabuk-
program BRT ini diharapkan dapat menekan mabukan.
kemacetan dan meminimalisir pencemaran Berdasarkan permasalahan tersebut,
udara sehingga mencegah perubahan pada penulis ingin mengidentifikasi mengapa
iklim mikro di perkotaan (Aritenang, 2019; program BRT itu saat ini tidak berjalan
Sulistyono, 2012; Maghfiroh, 2012). berdasarkan persepsi atau pendapat
Menurut H. Idris et al., (2019), Program masyarakat Kota Mataram sehingga nantinya
BRT Kota Mataram merupakan sebuah sistem dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk
transportasi bus cepat,. Motto program BRT merencanakan sebuah sistem transportasi yang
ini adalah “Aman, Nyaman, Andal, Terjangkau baik sesuai dengan kebutuhan masyarakat kota.
dan Ramah Lingkungan”. Landasan Keberhasilan program ini sangat bergantung
diterapkannya program BRT berdasarkan UU pada respon masyarakat sebagai pengguna
Nomor 22 tahun 2009 Tentang Angkutan dan layanan transportasi umum tersebut.
Lalu Lintas Kendaraan. BRT Kota Mataram Penelitian terkait program BRT Kota
yang memiliki 4 rute atau trayek, yaitu di Mataram sebelumnya telah diteliti oleh H.
dalam kota, pinggiran timur kota, pinggiran Idris et al., (2019). Namun, penelitian ini
utara kota, dan dari Kelurahan Sayang- lebih menekankan pada pendapat ataupun
sayang-Gegutu-Jalan Bungkarno-Jalan Bung persepsi masyarakat terkait program BRT
Hatta dan Jalan Lingkar Selatan (H. Idris et yang kini sudah tidak berjalan sehingga akan
al., 2019). menghasilkan sebuah kesimpulan mengenai
Disamping itu, bahwa Kota Mataram penyebab gagalnya program tersebut.
berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Mengingat program tersebut diterapkan oleh
(RTRW) ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan pemerintah daerah untuk menunjang kegiatan
Nasional (PKN) serta sebagai Kawasan masyarakat, maka dari itu, masyarakatlah
Strategis Provinsi (KSP) yang melayani yang nantinya akan menilai program tersebut,
berbagai kegiatan seperti kegiatan sosial sehingga akan diketahui sejauh mana program
ekonomi dan sebagai pusat pengembangan tersebut dapat melayani kebutuhan masyarakat
pelayanan kota (Adi et al., 2022). Maka dari Kota Mataram.
itu, program penggunaan transportasi umum
sangat cocok jika diterapkan di Kota Mataram, B. Metode Penelitian
mengingat bahwa Mataram merupakan kota
yang ditetapkan sebagai kawasan pelayanan Studi kasus ini dilakukan di Kota
strategis provinsi yang akan mengintegrasikan Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
kegiatan-kegiatan wilayah serta sosial ekonomi Kota Mataram sebagai salah satu kota di
yang ada, selain itu juga dapat menekan Provinsi Nusa Tenggara Barat dan merupakan
pertambahan jumlah kendaraan pribadi serta ibukota provinsi. Letaknya berada di antara
lebih ramah lingkungan (Budiman et al., 2012; Kabupaten Lombok Barat dan Selat Lombok.
Nurdjanah, 2014; Hidayati et al., 2022) Terletak antara 8ᵒ33’ – 08ᵒ38’ lintang selatan
Namun, program BRT itu tidak dan antara 116ᵒ04’ - 116ᵒ10’ bujur timur. Kota
beroperasi lagi sehingga menimbulkan banyak Mataram memiliki luas 61,30 yang terdiri atas
pertanyaan mengingat biaya yang dikeluarkan 6 kecamatan. Kecamatan terluasnya adalah
sangat banyak. Diantaranya adalah untuk Kecamatan Selaparang dengan luas 10,77 ,
penyediaan bus dan pembangunan halte pada sedangkan wilayah terkecil adalah Kecamatan
tiap-tiap rute yang dilalui. Fasilitas-fasilitas Ampenan dengan luas 9,46 (Indrawati et al.,
yang telah dibangun banyak yang terbengkalai. 2020 dan Adi et al., 2022).
Halte-halte pemberhentian bus digunakan Penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif kuantitatif yang akan berfokus dapat tercapai. Adapun wawancara kepada
pada sumber primer dan sekunder. Data beberapa warga Kota Mataram bertujuan
tersebut diproses dan dianalisis menggunakan untuk mengetahui seberapa besar warga
pendekatan statistik (Jayusman & Shavab, Kota Mataram dalam menggunakan layanan
2020; Anggraini, 2013; Sugiyono, 2015). program BRT, serta untuk mengetahui apa
Teknik pengumpulan data terbagi menjadi 4, saja faktor yang menyebabkan program BRT
yaitu: yang tidak berjalan berdasarkan persepsi dari
Pada observasi lapangan, peneliti beberapa resonden sehingga dapat menjadi
mencoba melihat langsung kondisi fisik untuk sebuah informasi yang dapat membantu dalam
menilai kelayakan fasilitas penunjang program mengevaluasi dan memperbaiki kegagalan
BRT yang ada di Kota Mataram, seperti dari program tersebut.
kondisi halte, jarak halte dari pusat kegiatan, Angket ini berisi beberapa pernyataan
persebaran halte, kebersihan halte, rute atau yang disebarkan kepada responden. Beberapa
trayek angkutan, jadwal keberangkatan serta pertanyaan yang akan digali informasinya
informasi lainnya yang berhubungan dengan diantaranya seperti, pengetahuan responden
program BRT. Hasil dari observasi akan terkait tujuan program BRT, sasaran program
divalidasi kembali dengan teknik wawancara BRT, pelayanan BRT, kondisi fasilias dan
kepada masyarakat Kota Mataram sehingga informasi terkait BRT serta upaya pemerintah
akan didapatkan informasi yang lebih dalam mensosialisasikan program BRT kepada
mendalam mengenai minat masyarakat Kota masyarakat Kota Mataram.
Mataram untuk menggunakan BRT, serta Studi pustaka dilakukan dengan
faktor apa saja yang menyebabkan program mengumpulkan data dari berbagai referensi
BRT saat ini tidak berjalan. yang relevan, serta beberapa tinjauan
Teknik wawancara digunakan untuk kebijakan pemerintah yang memiliki relevansi
menemukan permasalahan yang harus diteliti terkait penelitian ini.
dan mengetahui informasi lebih mendalam Adapun populasi dalam studi kasus
dari responden, sehingga tujuan penelitian ini adalah jumlah penduduk Kota Mataram.
Tabel 2 Variabel Yang Digunakan Untuk Menjaring Informasi Terkait BRT di Kota Mataram
Variabel Yang Digunakan
Tujuan Metode
Variabel Sub Variabel
• Tujuan BRT
- Mengurangi kemacetan
- Mengurangi pertamba-
han jumlah kendaraan
pribadi
- Memudahkan mencapai
Pencapaian tujuan lokasi tujuan
program - Kenyamanan bertrans-
Untuk mengetahui persepsi portasi
masyarakat terkait program • Sasaran program BRT Kuisioner /
BRT di Kota Mataram yang - Transportasi ramah Angket
tidak berjalan lingkungan
- Layanan transportasi
bagi masyarakat
Upaya pemerintah un-
tuk mensosialisasikan • Sosialisasi program BRT
program BRT
• Kebersihan halte BRT
Kondisi sarana dan
• Titik Lokasi Halte
prasarana BRT
• Fasilitas BRT
Sumber Variabel Penelitian : (H. Idris et al., 2019), (Maghfiroh, 2012), (Pradipta et al., 2014), (Herdiana
et al., 2013), (Sulistyani Eka Lestari, 2022) digunakan skala likert (numerik), (Aritenang, 2019),
(Budiman et al., 2012), (Febrianti & Mashuri, 2012) dan (Fakhtian & Budiharjo, 2021)
bahwa tidak setuju bahwa program BRT di yang lebih memilih menggunakan kendaraan
Kota Mataram untuk mengurangi kemacetan, pribadi saja, mengingat bahwa tingkat
mengingat bahwa tingkat kemacetan di Kota kemacetan yang ada di Kota Mataram tidak
Mataram tidak terlalu tinggi seperti halnya di begitu parah. Selain itu, bahwa menggunakan
kota-kota besar lainnya. Hanya ada beberapa BRT sama saja akan menyulitkan akses
titik-titik kemacetan pada jam-jam tertentu saja menuju lokasi tujuan, dikarenakan trayek atau
yang tidak sampai menimbulkan kemacetan rute BRT tidak menggunakan jalur khusus,
yang panjang dan intensitas yang lama. Selain maka dari itu pergerakan BRT akan terhambat
itu, rute BRT yang ada di Kota Mataram oleh kendaraan lainnya.
tidak menggunakan jalur khusus, sehingga b). Mengurangi Jumlah Penggunaan
ketika arus lalu lintas terhambat atau terjadi Kendaraan Pribadi
kemacetan, maka bus BRT juga akan ikut Berdasarkan pada Gambar 6, diketahui
terhambat. Maka dari itu, banyak masyarakat bahwa 53 % responden menyatakan tidak
setuju bahwa Program BRT di Kota Mataram pergerakan masyarakat dari satu tempat ke
dapat mengurangi jumlah penggunaan tempat lainnya (gambar 7). Seperti telah
kendaraan pribadi. Hal tersebut dikarenakan dijelaskan sebelumnya, rute pelayanan BRT
kurangnya minat masyarakat akan penggunaan hanya menuju ke beberapa lokasi tujuan
transportasi umum. Selain itu, masyarakat tertentu, sementara aktivitas masyarakat
juga lebih memilih menggunakan kendaraan tidak hanya menuju lokasi yang dituju oleh
pribadi, mengingat bahwa rute atau trayek BRT, maka dari itu diharapkan trayek BRT
BRT saat ini hanya melayani beberapa tujuan dapat mencakup kawasan-kawasan penting
saja, sehingga masyarakat lebih tertarik lainnya. Beberapa responden menyebutkan
menggunakan kendaraan pribadi untuk bahwa informasi jadwal operasional harian
aktivitas berpergian. Beberapa responden juga atau keberangkatan BRT masih tidak jelas.
mengatakan, penerapan transportasi umum Banyak masyarakat khususnya para pekerja,
BRT yanga ada di Kota Mataram dirasa anak sekolah dan mahasiswa serta masyarakat
kurang efektif karena BRT tidak mempunyai lainya yang tidak mengetahui secara jelas
jalur tersendiri, melainkan jadi satu dengan informasi jadwal maupun trayek tujuan
jalur transportasi lainnya, sehingga jika ada BRT. Responden juga menyebutkan, bahwa
kemacetan arus lalulintas, pergerakan dari BRT beberapa halte pemberhentian bus terkadang
ikut terhambat. Masyarakat juga beranggapan masih jauh dari lokasi yang ingin dituju
lebih baik menggunakan kendaraan pribadi sehingga pengguna BRT harus berjalan kaki
ketimbang menggunakan transportasi umum lagi atau melanjutkan perjalanan menggunakan
BRT tetapi nantinya sama saja akan terjebak transportasi lain (Feeder) untuk menuju lokasi
macet. yang diinginkan.
c). Memudahkan Dalam Mencapai d). Kenyamanan Bertransportasi
Lokasi Tujuan Berdasarkan pendapat para responden,
Dari jawaban responden terkait 37% responden yang telah menggunakan
penggunaan BRT untuk memudahkan maupun yang belum menggunakan BRT
masyarakat dalam mencapai tujuan, diketahui mengakui sangat setuju transportasi umum
bahwa 46% menyatakan tidak setuju (gambar 8) BRT Kota Mataram merupakan
penerapan BRT Mataram untuk memudahkan salah satu transportasi umum yang
Gambar 7 Jawaban Responden Terkait Penerapan BRT Untuk Kemudahan Dalam Mencapai
Lokasi Tujuan
BRT salah satunya yaitu untuk menekan juga masyarakat yang berada di luar kawasan
jumlah penggunaan kendaraan pribadi dan Kota Mataram yang juga menggunakan
meminimalisir pencemaran udara. Selain jalan raya Kota Mataram untuk mencapai
itu juga sasaran dari penerapan BRT yaitu tujuan perjalanan mereka. Tetapi berdasarkan
sebagai layanan tranportasi bagi masyarakat pendapat beberapa responden, kurangnya
untuk menunjang kegiatan sehari-hari, serta minat masyarakat terhadap BRT salah satunya
menunjang interaksi sosial masyarakat. karena BRT hanya melayani beberapa rute
Beberapa tanggapan responden terkait kedua saja, tetapi belum menjangkau seluruh pusat
sasaran tersebut diantaranya adalah: kegiatan yang ada di Kota Mataram. Oleh
a). Transportasi Ramah Lingkungan karena itu, beberapa masyarakat masih enggan
Diketahui bahwa 75 % responden sangat menggunakan layanan tersebut dan memilih
setuju BRT merupakan moda transportasi menggunakan kendaraan pribadi. Beberapa
umum ramah lingkungan, karena pada responden juga berharap program BRT Kota
dasarnya penerapan program BRT di Kota Mataram ke depannya dapat melayani rute-
Mataram bertujuan untuk menekan jumlah rute di seluruh wilayah yang ada di Kota
penggunaan dan pertambahan kendaraan Mataram.
pribadi (gambar 9), maka ke depannya dapat
meminimalisir pencemaran udara di Kota 3. Upaya Pemerintah Mensosialisasikan
Mataram mengingat penyumbang terbesar Program BRT
pencemaran udara di kota selain dari kegiatan Berdasarkan Gambar 11, diketahui
industri, berasal dari emisi gas kendaraan bahwa dari 100 angket yang disebarkan,
(Rushayati & Hermawan, 2013 dan Bayu et 46% responden menjawab tidak setuju
al., 2010). apabila Dinas Perhubungan Provinsi NTB
b). Layanan Transportasi Bagi Masyarakat selaku badan yang mewadahi program BRT
Berdasarkan pada Gambar 10 diketahui Kota Mataram sudah melakukan sosialisasi
bahwa 46% responden setuju dengan mengenai program BRT kepada masyarakat
penerapan program BRT Kota Mataram terkait halte, rute, tempat pemberhentian,
untuk melayani seluruh masyarakat dalam dan jam keberangkatan. Responden belum
bertransportasi. Hal tersebut dikarenakan BRT mendapatkan informasi yang jelas mengenai
Kota Mataram tidak hanya diperuntukkan hal tersebut sebelum mencoba BRT Kota
bagi penduduk Kota Mataram saja namun Mataram dan menanyakan kepada petugas
jawaban responden terkait kondisi sarana dan oleh beberapa masyarakat atau pemuda
prasarana penunjang BRT Kota Mataram. sekitar untuk tempat bersantai dan terkadang
Contohnya seperti kebersihan halte BRT, juga dimanfaatkan sebagai tempat mabuk-
fasilitas BRT dan lokasi titik-titik sebaran mabukan. Bukan hanya itu saja, beberapa
halte BRT. halte terkadang juga dimanfaatkan oleh para
a). Fasilitas BRT gelandangan sebagai tempat beristirahat
Berdasarkan Gambar 12, diketahui 76% dan tempat tidur sehingga menimbulkan
responden mengatakan sangat setuju bahwa kesan kumuh. Kondisi tersebut terjadi
fasilitas yang telah disediakan oleh transportasi bukan dikarenakan saat ini BRT sudah tidak
umum BRT sudah sangat memadai, mulai beroperasi, melainkan telah terjadi bahkan
dari pendingin ruangan bus, kursi bus yang saat program BRT yang ada di Kota Mataram
nyaman, fasilitas bagi penyandang disabilitas masih berjalan.
seperti kursi roda dan tempat duduk khusus c). Titik Lokasi Halte BRT
bagi penyandang disabilitas yang terpisah dari Berdasarkan Gambar 14, diketahui
penumpang lainnya. Selain itu, segi keamanan 46% responden menjawab sangat tidak setuju
bus juga sudah terkontrol dengan baik, seperti dengan pernyataan lokasi pemberhentian
adanya pemadam api dan palu pemecah kaca BRT sudah dengan mudah dijangkau oleh
jika sewaktu-waktu bus mengalami kendala, masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan
dan ditambah lagi adanya petugas BRT yang pengalaman responden yang kesulitan
sangat ramah terhadap para penumpang, menjangkau lokasi halte dikarenakan
sehingga para penumpang nyaman ketika lokasinya tidak berdekatan dengan kawasan
dalam perjalanan. permukiman, sehingga masyarakat yang
b). Kebersihan Halte BRT ingin menggunakan BRT harus berjalan
Berdasarkan Gambar 13, diketahui kaki cukup jauh atau menggunakan moda
bahwa dari 100 angket yang disebarkan, 65% transportasi lainnya untuk menuju halte
responden menjawab sangat tidak setuju pemberhentian BRT saat ingin menggunakan
dengan kebersihan halte BRT. Hal tersebut layanan transportasi tersebut. Yang menjadi
dikarenakan beberapa kondisi halte BRT permasalahan juga bukan hanya karena lokasi
sudah tidak terawat sejak BRT Kota Mataram halte yang jauh dan sulit diakses, tetapi juga
tidak beroperasi. Saat ini kondisi halte BRT oleh minimnya transportasi umum lainnya
yang terbengkalai itu justru dimanfaatkan (feeder) yang menuju ke setiap lokasi halte
yang ada. Maka dari itu, masyarakat cenderung ribet. Pengguna tinggal menunggu saja dari
lebih suka menggunakan layanan transportasi rumah untuk dijemput dan akan diantarkan ke
online yang dirasa sangat mudah dan tidak lokasi yang ingin dituju.
sewaktu-waktu bisa terjebak dalam kemacetan H. Idris, M., Akbar, M. U., & As Syafiq, F.
dan menghambat pergerakan BRT untuk (2019). Implementasi Pengoperasian Bus
sampai segera tiba ke tujuan para penumpang. Trans Mataram Metro Di Kota Mataram
Kurangnya sosialisasi program BRT kepada (Studi Kasus Di Dinas Perhubungan
masyarakat, juga menyebabkan minimnya Kota Mataram). JIAP (Jurnal Ilmu
pengetahuan masyarakat terkait pelayanan Administrasi Publik), 7(2), 108. https://
transportasi umum BRT Kota Mataram. doi.org/10.31764/jiap.v7i2.1270
Herdiana, S., Gustamola, W., & Afriadi.
E. Daftar Pustaka (2013). Evaluasi Kinerja Pelayanan
Angkutan Bus Damri Kota Bandung
Adi, W. B., Sukuryadi, Adiansyah, J. S., Berdasarkan Persepsi Pengguna dan
Ibrahim, & Johari, H. I. (2022). Analisis Pengelola. Reka Loka, 1(1), 1–11. https://
Pola Spasial Fenomena Urban Heat www.neliti.com/publications/220895/
Island ( UHI ) Berdasarkan Faktor evaluasi-kinerja-pelayanan-angkutan-
Emisivitas Lahan. GEOGRAPHY, 10(2), bus-damri-kota-bandung-berdasarkan-
6–7. https://doi.org/10.31764/geography. persepsi
v10i2.9740 Hidayati, N., Hidayat, M., Ruminda, M.,
Anggraini, R. R. (2013). Persepsi Orangtua Agusinta, L., & Ricardianto, P. (2022).
terhadap Anak Berkebutuhan Khusus. Loyalitas dan Kepuasan Penumpang
E-JUPEKhu (Jurnal Ilmiah Pendidikan pada Mass Rapid Transit. Jurnal
Khusus), 1(1), 258–265. https://doi.org/ Manajemen Transportasi & Logistik
https://doi.org/10.24036/jupe9510.64 (JMTRANSLOG), 8(3), 235. https://doi.
Aritenang, W. (2019). Isu Lingkungan dan org/10.54324/j.mtl.v8i3.646
Perubahan Iklim Pada Transportasi Indrawati, D. M., Suharyadi, S., & Widayani,
(Udara, Laut, Darat dan Kereta Api). In P. (2020). Analisis Pengaruh Kerapatan
ITB Press (1st ed.). ITB Pers. Vegetasi Terhadap Suhu Permukaan
Bayu, D., Dharmowijoyo, E., & Tamin, O. Z. dan Keterkaitannya Dengan Fenomena
(2010). Pemilihan metode perhitungan UHI. Media Komunikasi Geografi,
pengurangan emisi CO2 sektor 21(1), 99. https://doi.org/10.23887/mkg.
transportasi. Jurnal Transportasi, 10(3), v21i1.24429
245–252. https://doi.org/https://doi. Jayusman, I., & Shavab, O. A. K. (2020).
org/10.26593/jtrans.v10i3.436.%25p Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang
Budiman, A., Bethary, R. T., & Siswanto, Aktivitas Belajar Mahasiswa Dengan
D. (2012). Evaluasi Kinerja Pelayanan Menggunakan Media Pembelajaran
Angkutan Kota Di Kota Cilegon Edmodo Dalam Pembelajaran Sejarah.
(Trayek : Merak : Cilegon). Fondasi : Jurnal Artefak, 7(1), 13. https://doi.
Jurnal Teknik Sipil, 1(1), 31–37. https:// org/10.25157/ja.v7i1.3180
doi.org/10.36055/jft.v1i1.2001 Maghfiroh, H. (2012). Keterjangkauan
Fakhtian, F. I., & Budiharjo, A. (2021). Fasilitas Halte pada Koridor Ruas Jalan
Evaluasi rute dan lokasi halte Bus Rapid Kota. Jurnal Penelitian Transportasi
Transit (BRT) koridor II di Palangka Darat, 53(9), 1689–1699. http://
Raya. Jurnal Manajemen Transportasi & ppid.dephub.go.id/files/datalitbang/
Logistik, 08(01), 11–20. https://doi.org/ JURNAL_DARAT_2015.pdf
http://dx.doi.org/10.54324/j.mtl.v8i1.487 Maryuliana, Subroto, I. M. I., & Haviana, S.
Febrianti, A., & Mashuri. (2012). Studi F. C. (2016). Sistem Informasi Angket
Kebutuhan Angkutan Umum Penumpang Pengukuran Skala Kebutuhan Materi
Perkotaan di Kota Palu. Jurnal Rekayasa Pembelajaran Tambahan Sebagai
Dan Manajemen Transportasi, 2(1), 34– Pendukung Pengambilan Keputusan Di
45. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index. Sekolah Menengah Atas Menggunakan
php/JRMT/article/view/785