DISUSUN OLEH :
HANDIKA PRAYOGA
19100195
FAKULTAS HUKUM
SURAKARTA
2023
HALAMAN PERSETUJUAN
Diajukan oleh:
HANDIKA PRAYOGA
19100195
(______________________) (______________________)
HALAMAN PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji :
1. Ketua :
2. Anggota : 1)
2)
Mengetahui,
“Barang siapa keluar untuk mencari sebuah ilmu, maka ia akan berada di jalan
(HR Tirmidzi)
“The best way to get started is to quit talking and begin doing.”
(Walt Disney)
PERSEMBAHAN
Pertama-tama Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik dan lancar. Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Skripsi ini saya persembahkan untuk Papa dan Mama, terima kasih atas doa,
semangat, motivasi, pengorbanan, nasihat serta kasih sayang yang tidak pernah
henti sampai saat ini.
2. Skripsi ini saya persembahkan untuk kakak saya, terima kasih telah menjadi
penyemangat dalam mengerjakan skripsi ini.
3. Saya persembahkan skripsi ini kepada teman-teman saya yang telah menemani
selama penulisan skripsi dan senantiasa memberikan motivasi untuk menjadi
lebih baik.
4. Skripsi ini saya persembahkan untuk Dosen Pembimbing saya Ibu Dr.
Widiastuti, S.H,M.S,.M.Hum dan Ibu Dr. Dora Kusumawati, S.H., M.H. yang
sudah membimbing serta memberi masukan dan saran selama ini, sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. dan Banyak lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
KATA PENGANTAR
Penulis
Handika Prayoga
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................2
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................3
MOTTO...................................................................................................................4
PERSEMBAHAN....................................................................................................5
KATA PENGANTAR.............................................................................................6
DAFTAR ISI............................................................................................................8
ABSTRAK...............................................................................................................9
ABSTRACT...........................................................................................................10
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................11
A. Latar Belakang............................................................................................11
B. Rumusan Masalah.......................................................................................15
C. Tujuan Penelitian........................................................................................15
D. Manfaat Penelitian......................................................................................16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................17
A. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum..........................................17
1. Pengertian Perlindungan Hukum.............................................................17
2. Perlindungan Hukum Bagi Pelaku Kejahatan.........................................19
3. Perlindungan Hukum Bagi Korban Kejahatan........................................20
B. Tinjauan Umum tentang Anak....................................................................23
1. Pengertian Anak......................................................................................23
2. Kenakalan Anak......................................................................................25
3. Hak-Hak Anak.........................................................................................27
C. Tinjauan Umum tentang Tindak Pidana Persetubuhan...............................31
1. Pengertian Tindak Pidana........................................................................31
2. Unsur-Unsur Tindak Pidana....................................................................32
3. Macam-Macam Tindak Pidana...............................................................34
4. Pengertian Tindak Pidana Persetubuhan.................................................35
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................37
A. Jenis Penelitian............................................................................................37
B. Sifat Penelitian............................................................................................38
C. Jenis dan Sumber Data................................................................................38
D. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................39
E. Metode Analisis Data..................................................................................41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................42
A. Penanganan Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Tindak Pidana
Persetubuhan di Polres Wonogiri.......................................................................42
B. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Tindak
Pidana Persetubuhan Yang Dilakukan Oleh Ayah Tiri......................................51
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................67
ABSTRAK
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan kewajiban ikut serta membangun negara dan bangsa Indonesia. Anak
mencapai aspirasi bangsa, masyarakat yang adil dan makmur. Anak adalah
Anak. Dalam Konstitusi UUD 1945, Pasal 34 ayat (1) disebutkan bahwa “Fakir
perlindungan spesifik hak anak sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia masuk
dalam Pasal 28 B ayat (2) bahwa “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
diskriminasi.2
juga karena dunia ini akan selalu dihiasi oleh anak-anak. Pembicaraan
1
Arif Gosita, 1985, Masalah Perlindungan Anak Akademika, Jakarta: Pressindo, hal.123.
2
M. Nasir Djamil, 2013, Anak Bukan Untuk di Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, hal.27.
mengenai anak ini menandakan masih adanya kasih sayang atau cinta kasih
adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami
tindak pidana”.
sudah sampai pada stadium yang membahayakn bagi kehidupan dan masa
kekerasan seksual. Bukan lagi masalah baru, melainkan sudah sejak lama
terjadi dan dari waktu ke waktu dapat memakan korban semakin meningkat
orang dewasa tetapi juga dilakukan oleh para remaja dan anak-anak, bahkan
tragisnya yang melakukan persetubuhan tersebut tidak lain adalah ayah tiri
korban itu sendiri. Cara pelaksaannya pun atau cara kerja atau yang lebih
yang dilakukan perorangan dan ada juga yang berkelompok. Para pelaku
strata sosial dari strata rendah sampai tertinggi. Kejahatan tersebut dapat timbul
3
Abd. Wahid dan Muh Irfan, 2001, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual Advokasi
atas Hak Asasi Perempuan, Bandung: PT Refika Aditama, hal. 1
Kejahatan kesusilaan secara umum merupakan perbuatan atau tindakan
melanggar kesusilaan yang sengaja merusak kesopanan dan tidak atas kemauan
dikecewakan karena putusan yang dijatuhkan pada pelaku cukup ringan atau
yang melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji semua itu
berkeadilan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
pidana persetubuhan yang dilakukan oleh ayah tiri dan untuk memberikan
umumnya dan hukum pidana khususnya serta dapat menjadi acuan terhadap
penelitian-penelitian sejenisnya.
penelitian sejenis ini. Selain itu juga bermanfaat bagi masyarakat umum
TINJAUAN PUSTAKA
tersebut.7
Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak
dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek
6
Setiono, 2004, Supremasi Hukum, Surakarta: UNS, Hal. 3
7
Satjipto Rahardjo, 2003, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Jakarta: Kompas, Hal. 121.
8
C.S.T Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
Hal 102
Berbeda dengan Muchsin, Muchsin menjelaskan perlindungan hukum
manusia yang memiliki hak-hak asasi yang harus dihormati oleh siapa pun
9
Muchsin, 2003, Perlindungan dan Kepastian Hukum Bagi Investor di Indonesia, Surakarta:
Universitas Sebelas Maret, Hal. 20
untuk menghormati hak asasi pelaku kejahatan agar nasibnya tidak
dalam sistem hukum pidana nasional banyak diatur dalam Kitab Undang-
terhadap pelaku kejahatan yang dapat ditemukan dalam KUHAP, antara lain
sebagai berikut:11
penjatuhan pidana terhadap dirinya. Hak-hak ini dapat dilihat pada Pasal
tidak berdasarkan hukum. Hak ini dapat ditemukan dalam Pasal 95, Pasal
97 KUHAP.
c. Hak untuk mengeluarkan pendapat baik secara lisan maupun tulisan. Hak
ini dapat dilihat pada Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62 KUHAP.
d. Hak untuk tidak mengeluarkan pernyataan (hak untuk diam). Hak ini
10
Dikdik M. Arief Mansyur dan Gultom Elisatris, 2007, Urgensi Perlindungan Korban
Kejahatan: Antara Norma dan Realita, Jakarta: RajaGrafindo Persada, Hal. 20
11
Ibid, 18
e. Hak untuk diperlakukan sama (tanpa diskriminasi). Hak ini dapat dilihat
f. Hak untuk didampingi oleh penasihat hukum. Hak ini dapat dilihat pada
Pasal 54, Pasal 55, Pasal 56, Pasal 57, Pasal 58 KUHAP.
yakni:12
kekeluargaan;
12
Dikdik M. Arief Mansyur dan Gultom Elisatris, 2007, Urgensi Perlindungan Korban
Kejahatan: Antara Norma dan Realita, Jakarta: RajaGrafindo Persada, Hal. 19
tersebut dapat dilihat dari dibentuknya Declaration of Basic Principles of
Justice for Victims of Crime and Abuse of Power oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa, sebagai hasil dari The Seventh United Nation Congress on The
1985 telah menetapkan beberapa hak korban agar lebih mudah memperoleh
and recognition);
of justice system).
13
Dikdik M. Arief Mansyur dan Gultom Elisatris, 2007, Urgensi Perlindungan Korban
Kejahatan: Antara Norma dan Realita, Jakarta: RajaGrafindo Persada, Hal. 54
Hukum Indonesia menempatkan korban sebagai pihak yang paling
yang menimpa dirinya, baik secara materiil, fisik dan psikologis, korban
jaminan yang diberikan terhadap korban maupun saksi dari suatu kejahatan.
14
C. Maya Indah S, 2014, Perlindungan Korban, Suatu Perspektif Viktimologi dan Kriminologi,
Jakarta: Prenadamedia Group, Hal. 121
15
Ibid, Hal. 125
untuk acces to justice and fair treatment. Hal ini berarti adalah
bantuan hukum.
1. Pengertian Anak
belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan tidak lebih dahulu
telah kawin.
16
Laurensius Arliman S, 2015, Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana,
Yogyakarta: Deepublish, hal 9-11.
yang belum dewasa yaitu 16 (enam belas) untuk perempuan dan 19
seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan
yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun
tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah
kawin.
Hak Asasi Manusia dalam Pasal 1 Angka 5, anak adalah setiap manusia
termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut demi
kepentingannya.
2. Kenakalan Anak
kenakalan anak bukan kenakalan yang dimaksud dalam Pasal 489 KUHP. 17
tingkah laku yang menyalahi (secara ringan) meliputi norma dan hukum
perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh seorang anak di bawah umur
18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin yang perbuatan tersebut
17
Liza Agnesta Krisna, 2018, Hukum Perlindungan Anak: Panduan Memahami Anak Yang
Berkonflik Dengan Hukum, Yogyakarta: Deepublish, Hal. 34.
18
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, Hal. 219.
negara dan oleh masyarakat dirasakan serta ditafsirkan sebagai perbuatan
yang tercela.19
merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan remaja
yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu
dilihat dari:21
masyarakat.
19
Maidin Gulton, 2014, Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di
Indonesia, Bandung: Refika Aditama, Hal 67
20
Kartini Kartono, 2010, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Jakarta: Rajawali Pers, Hal 6
21
Soedjono Dirdjosisworo, 1997, Ilmu Jiwa Kesehatan, Bandung: Karya Nusantara, Hal. 20
Dalam ketentuan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak istilah anak nakal tidak dikenal lagi tetapi
anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum
3. Hak-Hak Anak
hak anak dibagi menjadi 4 (empat) bagian kategori, yaitu antara lain:
yaitu hak anak dalam konvensi hak anak yang meliputi hak utuk
sebaik-baiknya.
22
Bambang Ali Kusumo, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, ADIWIDYA, Volume I Nomor 1
- November 2017.
yaitu hak anak dalam konvensi hak anak yang melipputi hak
yaitu hak anak dalam konvensi hak anak yang meliputi segala
bentuk pendidikan (formal dan non formal) dan hak untuk mencapai
yaitu hak anak dalam konvensi hak anak yang meliputi hak anak
tanpa ada halangan dari orang lain (the rights of child to exress her/his
diskriminasi. (Pasal 4)
b. Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai nama atas identitas dan status
kewarganegaran. (Pasal 5)
23
Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Pembaharuan Sostem Peradilan Pidana Anak
di Indonesia, Yogyakarta: Genta publishing, Hal. 25
c. Setiap anak berhak beribadah menurut agamanya dan berpikir sesuai
UU 35 Tahun 2014)
diasuh oleh orang tuanya sendiri atau oleh orang lain bila orang tuanya
UU 35 Tahun 2014)
35 Tahun 2014)
k. Setiap anak selama pengasuhan orang tua, wali dan pihak lain berhak
l. Setiap Anak berhak untuk diasuh oleh Orang Tuanya sendiri, kecuali jika
tetap berhak:
Orang Tuanya;
Ayat 1)
(Pasal 16 Ayat 2)
dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat
r. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau
yang diatur oleh aturan hukum yang diancam dengan sanksi pidana. Hal
menimbulkan akibat yang dilarang dan yang diancam sanksi pidana bagi
orang yang melakukan perbuatan tersebut.24 Menurut Prodjodikoro
dalam bahasa Inggris delict, berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat
dikenai hukuman pidana, dan pelaku ini dapat dikatakan subyek tindak
tersebut.26
dikatakan telah melanggar hukum dan dapat dikenai sanksi pidana harus
memenuhi dua unsur, yakni (1) unsur actus reus atau unsur esensial dari
kejahatan (physical element) dan (2) men rea (mental element), keadaan
sikap batin.27
a. Unsur Subjektif
Unsur Subjektif adalah unsur yang berasal dari dalam diri pelaku.
Asas hukum pidana menyatakan “tidak ada hukuman kalau tidak ada
24
Rianda Prima Putri, 2019, Pengertian Dan Fungsi Pemahaman Tindak Pidana Dalam
Penegakkan Hukum Di Indonesia, Ensiklopedia Social Review Vol. 1 No. 2 ( Juni 2019), hal
133.
25
Wirjono Pradjodikoro, 2003, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung: Refika
Aditama, Hal 59.
26
Sudaryono & Natangsa Surbakti, 2017, Hukum Pidana: Dasar-Dasar Hukum Pidana
Berdasarkan KUHP dan RUU KUHP, Surakarta: Muhammadiyah University Press, hal 92
27
Siswantoro Sunarso, 2004, Penegakkan Hukum Psikotropika: Dalam Kajian Sosiologi Hukum,
Jakarta: RajaGrafindo Persada, hal 35.
28
Leden Marpaung, 2005, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta:Sinar Grafika, Hal 9-10.
kesalahan”. Kesalahan yang dimaksud adalah kesalahan yang
evantualis).
1) Tidak berhati-hati;
b. Unsur Objektif
Unsur objektif merupakan unsur dari luar diri pelaku yang terdiri
atas:
lain:29
KUHP); dan tidak menolong orang yang berada dalam keadaan bahaya
31
Ibid, hal 111-112.
4. Pengertian Tindak Pidana Persetubuhan
sexual intercourse with a female under a stated age (usualy 16 or 18, but
kedalam alat kelamin perempuan, sebagian atau seluruhnya dan dengan atau
a. Erectio penis;
32
P.A.F.Lamintang, 1997, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti,
Hal. 181
33
Idries, Abdul Mun’im & Tjiptomartono, Agung Legowo. 1981. Penerapan Ilmu Kedokteran
Kehakiman Dalam Proses Penyidikan. Jakarta: PT Karya Unipres. Hlm. 113.
34
Murtika, I Ketut & Prakoso, Djoko. 1992. Dasar-Dasar Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:
Rieneka Cipta. Hlm. 201.
Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak dijumpai
alat kelamin laki-laki dengan alat kelamin wanita dimana seluruh penis
dalam liang senggama meskipun seluruh penis masuk kedalam alat kelamin
wanita, misalnya pelaku menggunakan kondom. Hal ini juga bisa terjadi
apabila pelaku tersebut menderita aspermia atau penderita air mani tidak
demikian, maka timbullah pemikiran baru akan arti dari persetubuhan yaitu
perpaduan antara alat kelamin laki-laki dengan alat kelamin wanita dengan
penetrasi yang amat ringan dengan atau tanpa mengeluarkan air mani yang
METODE PENELITIAN
merupakan suatu metode atau cara kerja yang digunakan oleh peneliti untuk
digunakan dalam memahami obyek yang menjadi sasaran yang menjadi ilmu
A. Jenis Penelitian
yuridis empiris. Penelitian yuridis empiris yang dengan dimaksudkan kata lain
berlaku serta yang telah terjadi didalam kehidupan masyarakat. 36 Atau dengan
kata lain yaitu suatu penelitian yang dilakukang terhadap keadaan sebenarnya
atau keadaan nyata yang telah terjadi di masyarakat dengan maksud dengan
B. Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah
35
Soerjono Soekamto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, hal. 67.
36
Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, Hal. 15.
37
Loc.cit
anak yang menjadi korban tindak pidana persetubuhan yang dilakukan oleh
ayah tiri.
1. Data Primer
Data primer ialah data dasar, data asli yang diperoleh peneliti dari
tangan pertama, dari sumber asalnya yang pertama dan belum diolah dan
a. Lokasi Penelitian
pembullyan.
38
Hilman Hadikusumo, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum,
Bandung: Mandar Maju, hal. 65.
39
Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, hal. 25.
2. Data Sekunder
hasil karya ilmiah para sarjana serta pendapat para pakar hukum yang
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, dan
1. Studi Kepustakaan
yaitu data yang diperoleh seorang peneliti secara tidak langsung dari
obyeknya, tetapi melalui sumber lain baik lisan maupun tulisan. Misalnya,
undangan, dan sebagainya.40 Data diambil dari bahan pustaka yang terdiri
dari 3 (tiga) sumber bahan hukum yaitu bahan primer, sekunder, dan tersier.
Pidana Anak.
b. Bahan Sekunder
2. Wawancara
fakta-fakta yang ada dan pendapat maupun persepsi diri responden juga
41
Zainudin Ali, 2015, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, hal 41.
42
Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 57.
E. Metode Analisis Data
deskriptif, yaitu analisis yang hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu
yang diperoleh.43
43
M. Syamsudin, 2007, Operasionalisasi Penelitian Hukum, Jakarta: RajaGrafindo Persada, hal
100.
BAB IV
fisik, psikis, seksual dan penelantaran rumah tangga pada kenyataannya terjadi
kekerasan dalam rumah tangga. Yang terkait dengan anak, perlindungan anak
mulia dan sejahtera (Pasal 3 UU. No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan
44
Bambang Ali Kusumo, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, ADIWIDYA, Volume I Nomor 1
- November 2017.
Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak di
mana orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk
hasilnya), memberikan paparan yang tidak senonoh dari alat kelamin untuk
terhadap anak-anak, kontak fisik dengan alat kelamin anak (kecuali dalam
anak.
45
Bambang Ali Kusumo, Problematika Penegakan Hukum Pidana Dan Upaya Mengatasinya,
Dosen Fakultas Hukum UNISRI.
2. Kejaksaan mempunyai tugas menyaring kasus-kasus yang layak untuk
Dari keterangan Unit PPA Polres Wonogiri, menjelaskan pada salah satu
contoh kasus yaitu Nima Saifulloh, yang merupakan ayah tiri korban sering
persetubuhan dalam hal ini harus melihat dari segala aspek terhadap anak di
bawah umur dapat terjadi karena bertemunya faktor internal dan eksternal
faktor internal adalah faktor yang terdapat pada diri seseorang pelaku
maupun korban. Pada kasus persetubuhan misalnya sikap dan tindakan korban
persetubuhan, contohnya:
1. Pelaku tidak dapat menahan nafsunya dan tidak dapat mengontrol emosinya,
2. Adanya prilaku yang menyimpang yaitu kejiwaan dalam diri pelaku maupun
korban,
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula
juga tindak pidana pencurian dengan kekerasan. Hal ini sesuai dengan fungsi
pengadilan.
pidana persetubuhan kepada anak. Polisi harus sigap dan cepat dalam
korban, karena pada umumnya pelapor adalah orang terdekat korban yang
teman curhat korban, itu artinya Kepolisian sebagai penegak hukum sangat
2. Melakukan Penyidikan
Proses penyidikanterhadap tindak pidana pencurian dengan kekerasan
bukti pendahuluan yang biasanya juga disertakan oleh pelapor. Pada tahap
kasus secara tuntas dan cepat serta menangkap pelaku. Dalam hal ini,
laporan atau pengaduan dari korban atau keluarga korban menjadi bahan
suatu perkara itu dilakukan, surat ini dibuat oleh penuntut umum untuk
pokok, yaitu:
3) Perpanjangan penahanan
bersifat imperatif.
f. Upaya Paksa
1) Penangkapan
2) Penahanan
3) Penggeledahan
4) Penyitaan
5) Pemeriksaan surat
sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari
tindak pidana.
tindak pidana.
pidana.
yang dilakukan.
1) RESUME
2) Pemeriksaan saksi-saksi
4) Surat Panggilan
Berdasarkan Pasal 110 Ayat (1) KUHAP, dalam hal penyidik telah
berkas perkara itu kepada penuntut umum. Hal ini dimaksudkan agar
dapat diperiksa oleh penuntut umum, jika dirasa seluruh berkas telah
cukup maka penuntut umum akan menerbitkan P21, tapi jika berkas
penyidik bahwa berkas sudah sudah lengkap atau sudah memenuhi syarat,
pengembalian berkas yang demikian selalu disikapi dengan baik dan positif
dipertanggugnjawabkan di pengadilan.
administratif kepolisian;
pelayanan masyarakat;
tertentu. Sebagai amanah Tuhan yang diberikan kepada setiap orang tua, maka
46
Shinta Rukmi Budiastuti dan Wibowo Murti Samadi, Penerapan Penjatuhan Sanksi Diversi
Sebagai Alternatif Sanksi Pidana Penjara Untuk Anak Pelaku Tindak Pidana, Widya Pranata
Hukum: Jurnal Kajian dan Penelitian Hukum.
posisi dan peran, yang menyadari akan pentingnya anak bagi masa depan
bangsa dan negara. Lebih jauh lagi, perlindungan anak adalah suatu upaya
untuk mewujudkan agar anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya agar
dapat tumbuh dan berkembang secara anak secara wajar baik secara mental,
perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan
yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban,
dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam
hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan
47
Mey Sylvia Loren, Shinta Rukmi Budiastuti, dan Endang Yuliana Susilowati, Tindak Pidana
Eksploitasi Anak Secara Ekonomi Dan Seksual (Studi Kasus Putusan Nomor
86/Pid.Sus/2018/Pn Pwt), WACANA HUKUM: JURNAL FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SLAMET RIYADI.
48
Setiono, 2004, Supremasi Hukum, Surakarta: UNS, Hal. 3
49
Satjipto Rahardjo, 2003, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Jakarta: Kompas, Hal. 121.
hukum.50 Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:51
suatu kewajiban;
memadai tidak saja merupakan isu nasional tapi juga internasional. Pentingnya
dari The Seventh United Nation Congress on The Prevention of Crime and the
50
C.S.T Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
Hal 102
51
Muchsin, 2003, Perlindungan dan Kepastian Hukum Bagi Investor di Indonesia, Surakarta:
Universitas Sebelas Maret, Hal. 20
kekuasaan (abuse of power).
telah menetapkan beberapa hak korban agar lebih mudah memperoleh akses
and recognition);
justice system).
dirugikan, karena selain korban telah menderita kerugian akibat kejahatan yang
menimpa dirinya, baik secara materiil, fisik dan psikologis, korban juga harus
52
Dikdik M. Arief Mansyur dan Gultom Elisatris, 2007, Urgensi Perlindungan Korban
Kejahatan: Antara Norma dan Realita, Jakarta: RajaGrafindo Persada, Hal. 54
pengadilan.
karena tidak adanya jaminan yang diberikan terhadap korban maupun saksi
Indah, bahwa the rights of the victim are a component part of the concept of
human rights.53 Perlindungan korban dalam konsep luas meliputi dua hal,
yaitu:54
untuk acces to justice and fair treatment. Hal ini berarti adalah perlindungan
bantuan hukum.
mengenai hak-hak asasi yang melekat pada setiap diri manusia. Pasal 2
freedoms set forth in this declaration, without distinction of any kind, such as
social origin, property, birth or other status” yang berarti setiap orang berhak
atas keseluruhan hak dan kebebasan yang ditetapkan dalam deklarasi ini, tanpa
adanya perbedaan apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa,
melindungi terhadap hak-hak setiap entitas yang menderita atas suatu kerugian
yang ada pada dirinya. Kerugian tersebut dapat berupa kerugian fisik, mental,
maupun kerugian secara materi. Hal yang selaras juga diterapkan dalam United
aspek material, psikologis dan sosial melalui pemerintah dan lembaga swadaya
masyarakat.
psikis maupun fisik yang terbebas dari campur tangan dan ancaman dari pihak
manapun. Upaya pemberian hak asasi manusia atas korban yang seharusnya
korban berusaha untuk dapat kembali kepada keadaan semula dan mampu
1. Ganti Rugi
kerugian material dan semua biaya yang timbul. Kedua, mengenai adanya
dengan kesalahan pelaku. Tujuan utama pemberian ganti rugi tidak lebih
sebagai manusia.
2. Restitusi
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi
3. Kompensasi
4. Konseling
dengan pakar (conselor) yang mengarah pada solusi dari masalah yang
dan mental korban agar kembali dalam kondisi baik seperti sediakala.
5. Pelayanan Medis
berkekuatan hukum dan dapat digunakan sebagai alat bukti, berupa visum
kepada pihak yang berwenang dalam hal ini adalah kepolisian untuk
ditindaklanjuti.
6. Bantuan Hukum
akan ketentuan hukum karena masih anak-anak dan juga kondisi psikis anak
7. Pemberian Informasi
maka pemberian informasi ini menjadi sesuatu peran yang penting sebagai
oleh ayah tiri yang utama adalah menjamin hak-haknya terpenuhi termasuk
terhindar dari segala bentuk ancaman dan juga mendapatkan ketenangan batin
pengayoman terhadp hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain, dan
dinikmati secara nyata, seperti pemberian yang berupa atau bersifat materii
maupun nonmateri.
abstrak antara lain diatur dalam KUHP. Perumusan tindak pidana kesusilaan
dalam KUHP yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menjerat pelaku baik
perbuatan persetubuhan atau pencabulan diatur dalam Bab XIV Pasal 287,
Pasal 289, Pasal 290, Pasal 292, Pasal 293, Pasal 294, Pasal 295, dan Pasal 296
KUHP. Terhadap pelaku diancam dengan pidana penjara antara 9 bulan sampai
dengan 7 tahun dan pidana denda antara Rp.15.000.00 (lima belas ribu rupiah).
Perpu antara lain diatur mengenai pidana pemberatan, pidana tambahan, dan
sepertiga dari ancaman penjara paling singkat 10 tahun dan paling lama 20
tahun. Selain itu, ancaman hukuman seumur hidup dan hukuman mati pun
yang diatur ialah pengumuman identitas pelaku, kebiri kimia, dan pemasangan
terdapat juga terdapat pidana denda bagi pelaku tindak pidana kejahatan
negara, yaitu sebagai pemasukan kepada kas negara yang mana hal tersebut
tidak memberikan manfaat apapun bagi anak selaku korban kejahatan seksual.
1. ganti rugi yang bersifat perdata, diberikan melalui proses hukum perdata,
3. restitusi yang bersifat perdata dan bercampur dengan sifat pidana, diberikan
ganti kerugian dari si pembuat untuk korban dan masyarakat untuk menutup
(restitusi) dari pelaku tindak pidana kepada korban tindak pidananya. Selain
restitusi, korban tindak pidana dalam hal ini anak yang sekaligus menjadi saksi
1. Korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat, Korban tindak pidana
Keputusan LPSK
perlindungan hukum bagi anak korban kejahatan kesusilaan, yaitu UU. No. 35
tentang Perlindungan Anak, yaitu Pasal 69A, bahwa Perlindungan Khusus bagi
pengadilan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelurahan setempat, hal ini menjadi titik awal penanganan terhadap tindak
penyelidikan dan penyidikan sebagai tindak lanjut dari laporan yang dibuat
ramah anak dan juga pemberian pendaping psikis si anak, hal ini karena
Dinas Sosial dan Dinas lain dalam hal pendampingan secara psikososial
B. Saran
maksimal agar anak merasa terlindungin dan dapat kembali pulih seperti
peran serta masyarkat kita dapat mencegah dan menindak tindak pidana
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agung Nanda, Dewantara. 1987. Masalah Kebebasan Hakim Dalam Menangani
Suatu Perkara Pidana. Jakarta: Aksara Persada Indonesia.
Amirudin dan Zainal Asikin. 2004. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Gosita, Arif. 1989. Masalah Perlindungan Anak. Jakarta: Akademi Pressindo. hal.
19
Haar, Ter. 1977. Beberapa Masalah Tentang Kenakalan Remaja. Bandung: PT.
Karya Nusantara.
Hadikusumo, Hilman. 1995. Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu
Hukum. Bandung: Mandar Maju.
Idries, Abdul Mun’im & Tjiptomartono. Agung Legowo. 1981. Penerapan Ilmu
Kedokteran Kehakiman Dalam Proses Penyidikan. Jakarta: PT Karya
Unipres.
Kansil, C.S.T. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Lihat Konvensi. 1998. Media Advokasi dan Penegakan Hak-hak Anak. Volume II
No. 2 Medan: Lembaga Advokasi Anak Indonesia (LLAI).
Sylvia Loren, Mey; Rukmi Budiastuti, Shinta; dan Yuliana Susilowati, Endang.
Tindak Pidana Eksploitasi Anak Secara Ekonomi Dan Seksual (Studi Kasus
Putusan Nomor 86/Pid.Sus/2018/Pn Pwt). WACANA HUKUM: JURNAL
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI.
Wahid, Abdul & Muhammad Irfan. 2001. Perlindungan Terhadap Korban
Kekerasan Seksual (Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan). Bandung: PT
Refika Aditama.
Jurnal
Pandapotan, Dosma. et.al. Analisis Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencabulan
Terhadap Anak Dibawah Umur. Mahadi: Jurnal Hukum Indonesia Vol. 1
No. 2 2022.
Prima Putri, Rianda. 2019. Pengertian Dan Fungsi Pemahaman Tindak Pidana
Dalam Penegakkan Hukum di Indonesia. Ensiklopedia Social Review Vol.
1 No. 2 (Juni 2019).
Website
Anonim. https://idalamat.com/alamat/2281/kepolisian-resor-polres-wonogiri.
diakses pada tanggal 12/12/2022.