Anda di halaman 1dari 33

BAB V

PENDAPATAN

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah membaca dan mengkaji topik ini, pembaca akan mampu:
1. menjelaskan pengertianpendapatan;
2. menjelaskan jenis-jenis pendapatan;
3. menjelaskan pengakuan dan pengukuran pendapatan;
4. menjelaskan penyajian dan pengungkapan pendapatan; dan
5. menganalisis pendapatan.

5.1 PENDAHULUAN
Sebagian besar transaksi pendapatan menimbulkan sedikit masalah untuk
pengakuan pendapatan. Kebanyakan perusahaan memulai dan menyelesaikan transaksi
pada saat yang bersamaan. Tapi tidak semua transaksi sesederhana itu. Misalnya,
pertimbangkan kontrak ponsel antara perusahaan seperti Telkomsel dan pelanggan.
Telkomsel sering kali memberikan pelanggan paket yang mungkin termasuk handset,
menit gratis waktu bicara, download data, dan layanan pesan teks. Pada saat yang sama,
pelanggan dapat membayar layanan ini dengan berbagai cara, mungkin menerima
diskon pada handset dan kemudian membayar harga yang lebih tinggi untuk biaya
koneksi dan sebagainya. Dalam beberapa kasus, tergantung pada paket yang dibeli,
perusahaan mungkin memberikan peningkatan gratis di periode berikutnya. Lalu,
bagaimana seharusnya Telkomsel melaporkan berbagai potongan penjualan ini?
Untuk memberikan solusi pada transaksi seperti di atas, IFRS menerbitkan
standard baru Revenue from Contracts with Customers, yang diadopsi ke dalam PSAK
72:Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan. Standar baru ini mengadopsi
pendekatan asset-liability sebagai dasar pengakuan pendapatan. Pendekatan Aset-
kewajiban mengakui dan mengukur pendapatan berdasarkan perubahan aset dan
kewajiban. PSAK 72 ini berlaku efektif sejak 1 Januari 2020, menggantikan: PSAK 23
Pendapatan; PSAK 34: Kontrak Konstruksi; PSAK 44: Akuntansi Aktivitas
Pengembangan Real Estate; ISAK 10: Program Loyalitas Pelanggan; ISAK 21:
Perjanjian Konstruksi Real Estate; ISAK 27: Pengalihan Aset dari Pelanggan.
Di bawah pendekatan aset-kewajiban, perusahaan memperhitungkan pendapatan
berdasarkan aset atau liabilitas yang timbul dari kontrak dengan pelanggan. Perusahaan
menganalisis kontrak dengan pelanggan karena kontrak menghasilkan pendapatan
transaksi. Kontrak menunjukkan ketentuan transaksi, menyediakan pertimbangan
pengukuran, dan menentukan janji yang harus dipenuhi setiap pihak.

TUJUAN UTAMA
Mengakui pendapatan untuk menggambarkan transfer barang atau jasa kepada
pelanggan dalam sebuah jumlah yang mencerminkan imbalan yang diterima atau
diharapkan oleh perusahaan menerima, sebagai imbalan atas barang atau jasa ini.

PROSES LIMA LANGKAH UNTUK PENGAKUAN PENDAPATAN


1. Identifikasi kontrak dengan pelanggan.
2. Identifikasi kewajiban kinerja terpisah dalam kontrak.
3. Tentukan harga transaksi.
4. Alokasikan harga transaksi ke kewajiban kinerja yang terpisah.
5. Mengakui pendapatan ketika setiap kewajiban kinerja dipenuhi.

PRINSIP PENGAKUAN PENDAPATAN


Mengakui pendapatan dalam periode akuntansi saat kewajiban kinerja telah
diselesaikan.

5.2 PROSES LIMA LANGKAH PENGAKUAN PENDAPATAN


Standar baru pertama-tama mengidentifikasi tujuan utama pengakuan
pendapatan, diikuti dengan proses lima langkah yang harus digunakan perusahaan
untuk memastikan pendapatannya diukur dan dilaporkan dengan benar. Puncak dari
proses tersebut adalah prinsip pengakuan pendapatan, yang menyatakan pendapatan
tersebut diakui ketika kewajiban kinerja dipenuhi
Berikut ini gambaran dari proses lima langkah pengakuan pendapatan.
Asumsikan Airbus (FRA) menandatangani kontrak untuk menjual pesawat ke Cathay
Pacific Airlines (HKG) seharga € 100 juta (Kieso, 2019). Gambar berikut
menunjukkan proses lima langkah AIRBUS untuk mengakui pendapatannya.

Langkah 1: Identifikasi kontrak Kontrak adalah kesepakatan antara dua pihak yang
dengan pelanggan menciptakan hak atau kewajiban yang mengikat.
Dalam hal ini, Airbus telah menandatangani kontrak
pengiriman pesawat ke Cathay Pacific

Langkah 2: Identifikasi kewajiban Airbus hanya memiliki satu kewajiban kinerja - untuk
kinerja terpisah dalam kontrak mengirimkan pesawat ke Cathay Pacific. Jika Airbus juga
setuju untuk melakukan jasa pemeliharaan pesawat,
kewajiban kinerja yang terpisah dicatat untuk janji ini.

Langkah 3: Tentukan harga Harga transaksi adalah jumlah yang diharapkan


transaksi perusahaan diterima dari pelanggan sebagai imbalan untuk
mentransfer barang atau jasa.
Dalam hal ini, harga transaksinya adalah€ 100 juta

Langkah 4: Alokasikan harga Dalam kasus ini, Airbus hanya memiliki satu kewajiban
transaksi ke kewajiban kinerja kinerja - untuk mengirimkan pesawat ke Cathay Pacific
yang terpisah

Langkah 5: Mengakui pendapatan Airbus mengakui pendapatan €100 juta untuk penjualan
ketika setiap kewajiban kinerja pesawat ke Cathay Pacific jika memenuhi kewajiban
dipenuhi kinerjanya - pengiriman pesawat ke Cathay Pacific

Gambar 5.1
Diagram Proses Lima Langkah Pengakuan Pendapatan
Seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas, langkah 5 adalah saat Airbus mengakui
pendapatan yang terkait dengan penjualan pesawat ke Cathay Pacific. Pada titik ini,
Airbus mengirimkan pesawat ke CathayPasifik dan memenuhi kewajiban kinerjanya.
Intinya, perubahan kendali dari Airbus ke Cathay Pacific terjadi. Cathay Pacific
sekarang mengontrol aset karena memiliki kemampuan untuk mengarahkan
penggunaan dan memperoleh secara substansial semua manfaat yang tersisa dari
pesawat terbang. Kontrol juga mencakup kemampuan Cathay Pacific untuk mencegah
perusahaan lain mengarahkan penggunaan, atau menerima manfaat dari pesawat
terbang.

5.2.1. Mengidentifikasi Kontrak dengan Pelanggan — Langkah 1


Kontrak adalah kesepakatan antara dua pihak atau lebih yang menciptakan
kekuatan hukum hak atau kewajiban. Kontrak bisa tertulis, lisan, atau tersirat dari
kebiasaan praktik bisnis. Pendapatan diakui hanya jika ada kontrak yang valid. Saat
menandatangani kontrak dengan pelanggan, perusahaan memperoleh hak untuk
menerima pertimbangan dari pelanggan dan mengasumsikan kewajiban untuk
mentransfer barang atau jasa kepada pelanggan (kewajiban kinerja). Kombinasi hak
dan kewajiban kinerja tersebut menimbulkan aset bersih atau kewajiban bersih.
Dalam beberapa kasus, ada banyak kontrak yang terkait dengan transaksi, dan
akuntansi untuk setiap kontrak mungkin atau mungkin tidak terjadi, tergantung pada
keadaan. Situasi ini sering berkembang ketika tidak hanya produk yang disediakan
tetapi layanan dilakukan juga. Agar valid, kontrak harus memenuhi lima syarat, yaitu:
1. Kontrak memiliki substansi komersial
2. Para pihak telah menyetujui kontrak
3. Identifikasi hak para pihak yang terlibat kontrak
4. Ketentuan pembayaran dapat diidentifikasi
5. Besar kemungkinan bahwa perusahaan akan menerima haknya.

Jika kontrak sepenuhnya tidak dilakukan dan masing-masing pihak dapat secara sepihak
mengakhiri kontrak tanpa kompensasi, kemudian pendapatan tidak boleh diakui sampai
salah satu atau kedua pihak telah melakukan kewajiban kinerja. Perlakuan akuntansi
untuk kontrak diilustrasikan pada kasus berikut (Kieso, 2019:1409).
PENGAKUAN KONTRAK
Pada tanggal 1 Maret 2019, Margo Company menandatangani kontrak untuk
mentransfer produk untuk Soon Yoon pada tanggal 31 Juli 2019. Kontrak dibuat
sedemikian rupa sehingga SoonYoon diharuskan membayar harga kontrak penuh
sebesar $ 5.000 pada 31 Agustus 2019. harga pokok produk adalah $ 3.000. Margo
mengirimkan produk ke Soon Yoonpada 31 Juli 2019. Salah satu pihak dapat secara
sepihak memutuskan kontrak tanpa kompensasi.
Pertanyaan: Jurnal apa yang harus dibuat oleh Perusahaan Margo sehubungan dengan
kontrak ini pada 2019?
Solusi: Tidak ada entri yang diperlukan pada 1 Maret 2019, karena tidak ada pihak yang
memiliki kewajiban untuk dilakukan di kontrak. Pada tanggal 31 Juli 2019, Margo
mengirimkan produk dan oleh karena itu pendapatan harus diakui pada tanggal tersebut
karena kewajiban kinerja tersebut telah dilakukan dengan mengirimkan produk ke Soon
Yoon.
Ayat jurnal untuk mencatat penjualan dan harga pokok penjualan terkait adalah sebagai
berikut.
31 Juli 2019 Piutang 5,000
Penjualan 5,000
Harga pokok penjualan 3,000
Persediaan 3,000

Setelah menerima pembayaran tanggal 31 Agustus 2019, Margo akan mencatat:


31 Agt 2019 Kas 5,000
Piutang 5,000

5.2.2. Mengidentifikasi Kewajiban Kinerja yang Terpisah — Langkah 2

Kewajiban kinerja (performance obligation) adalah janji untuk menyediakan


produk atau layanan kepada pelanggan. Janji ini bisa jadi eksplisit, implisit, atau
mungkin berdasarkan kebiasaan praktek bisnis. Untuk menentukan apakah ada
kewajiban kinerja, perusahaan harus menyediakan produk atau layanan yang berbeda
kepada pelanggan. Produk atau layanan menjadi berbeda ketika pelanggan dapat
memperoleh manfaat dari barang atau layanannya sendiri atau bersama dengan sumber
daya lain yang tersedia. Situasi ini biasanya terjadi ketika perusahaan dapat menjual
barang atau jasa secara terpisah.
Untuk menentukan apakah sebuah perusahaan harus memperhitungkan beberapa
kewajiban kinerja, janji perusahaan untuk menjual barang atau jasanya kepada
pelanggan harus dapat diidentifikasi secara terpisah dari janji lain dalam kontrak (yaitu
barang atau jasa harus berbeda dalam kontrak). Tujuannya adalah untuk menentukan
apakah sifat janji perusahaan adalah pengalihan barang dan jasa individu kepada
pelanggan atau untuk mentransfer barang gabungan (atau item) di mana barang atau
jasanya merupakan input.
Misalnya, saat STARBUCKS menjual secangkir besar kopi dan dua cookies,
STARBUCKS memiliki dua kewajiban kinerja. Dalam hal ini, secangkir besar kopi
memiliki harga jual dan dua cookies memiliki harga jual sendiri — meskipun kedua
janji tersebut mungkin merupakan bagian dari satu kontrak.
Untuk menggambarkan situasi lain, asumsikan bahwa Tata Motors (IND)
menjual sebuah mobil ke Dealer Mobil Marquart dengan harga yang sudah termasuk
layanan telematika selama enam bulan seperti navigasi dan diagnostik jarak jauh.
Layanan telematika ini rutin dilakukan dijual secara mandiri oleh Tata Motors dengan
biaya bulanan. Setelah enam bulan selama periode tersebut, konsumen dapat
memperbarui layanan ini dengan biaya di Tata Motors. Pertanyaannya, apakah Tata
Motors menjual satu atau dua produk? Jika kita melihat Tujuan Tata Motors,
tampaknya itu untuk menjual dua barang, mobil dan layanan telematik. Keduanya
berbeda (dapat dijual terpisah) dan tidak saling bergantung.

5.2.3. Menentukan Harga Transaksi — Langkah 3


Harga transaksi adalah jumlah pertimbangan yang diharapkan diterima
perusahaan dari pelanggan dengan imbalan mentransfer barang dan jasa. Harga
transaksi dalam kontrak seringkali mudah ditentukan karena pelanggan setuju untuk
membayar jumlah tetap kepada perusahaan dalam waktu singkat. Di lain kontrak,
perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
• Pertimbangan variabel
• Nilai waktu dari uang
• Pertimbangan non tunai
• Pertimbangan dibayarkan atau terhutang kepada pelanggan
Pertimbangan Variabel
Dalam beberapa kasus, harga barang atau jasa bergantung pada kejadian di masa
depan, misalnya kenaikan harga, diskon volume, rabat, kredit,bonus kinerja, atau
royalti. Dalam kasus ini, perusahaan memperkirakan jumlah pertimbangan variabel
yang akan diterima dari kontrak untuk menentukanjumlah pendapatan yang harus
diakui. Perusahaan menggunakan nilai yang diharapkan (the expected value), yaitu
jumlah tertimbang probabilitas, atau jumlah yang paling mungkin (most likey amount)
dalam kisaran yang memungkinkan untuk memperkirakan pertimbangan variabel.
Perusahaan memilih di antara dua metode ini berdasarkan pendekatan mana yang lebih
baik memprediksi jumlah imbalan yang menjadi hak perusahaan.
Metode expected value lebih sesuai digunakan untuk perusahaan yang memiliki
jumlah kontrak sangat banyak dan serupa. Metode ini juga bisa berdasarkan jumlah
terbatas dari hasil dan probabilitas yang berbeda. Sedangkan metode most likey amount
lebih sesuai jika kontrakhanya memiliki dua kemungkinan hasil. Kasus berikut ini
menggambarkan penerapan kedua metode tersebut.

KASUS A: Harga Transaksi — Pertimbangan Variabel


PERKIRAAN PERTIMBANGAN VARIABEL
Peabody Construction Company mengadakan kontrak dengan pelanggan membangun gudang
seharga $ 100.000, dengan bonus kinerja sebesar $ 50.000 dibayar berdasarkan waktu
penyelesaian. Jumlah bonus kinerja menurun 10% per minggu untuk setiap minggu di luar
tanggal penyelesaian yang disepakati. Persyaratan kontrak serupa dengan kontrak yang dimiliki
Peabody dilakukan sebelumnya, dan manajemen percaya bahwa pengalaman tersebut bersifat
prediktif untuk kontrak ini. Manajemen memperkirakan bahwa ada kemungkinan 60% bahwa
kontrak akan selesai pada tanggal penyelesaian yang disepakati, kemungkinan sebesar 30%
bahwa itu akan selesai 1 minggu terlambat, dan hanya 10% kemungkinan itu akan selesai
terlambat 2 minggu.
Pertanyaan: Bagaimana seharusnya Peabody memperhitungkan pengaturan pendapatan ini?
Solusi: Harga transaksi harus mencakup estimasi manajemen atasjumlah imbalan yang menjadi
hak Peabody. Manajemen menyimpulkan bahwa metode pembobotan probabilitas adalah
pendekatan yang paling prediktifuntuk memperkirakan pertimbangan variabel dalam situasi ini.
60% x $150.000 [$100.000 + ($50.000 x 1,0)]= $90.000
30% x $145.000 [$100.000 + ($50.000 x 0.9)]= $43.500
10% x $140.000 [$100.000 + ($50.000 x 0.8)]= $14.000
$147.500
Jadi, total harga transaksi adalah $ 147.500 berdasarkan pembobotan probabilitas
tertimbang. Manajemen harus memperbarui estimasi pada setiap tanggal pelaporan.
Menggunakan pendekatan hasil (outcome) mungkin lebih prediktif jika bonus kinerja
berbentuk biner (Peabody akan atau tidak akan mendapatkanbonus kinerja), sehingga Peabody
mendapatkan $ 50.000 untuk penyelesaiannyapada tanggal yang disepakati atau tidak ada
penyelesaian setelah tanggal yang disepakati.
Dalam skenario ini, jika manajemen yakin bahwa Peabody akan memenuhi tenggat waktu
dan memperkirakan pertimbangan menggunakan hasil yang paling mungkin, total harga
transaksi akan menjadi $ 150.000 (hasil dengan probabilitas 60%).

Catatan: perusahaan hanya mengalokasikan pertimbangan variabel jika dijamin secara


wajar bahwa perusahaan akan berhak atas jumlah itu. Karena itu perusahaan mungkin
hanya menggunakan pertimbangan variabel jika:
(1) mereka memiliki pengalaman dengan kontrak yang serupadan mampu
memperkirakan jumlah kumulatif pendapatan, dan
(2) berdasarkan pengalaman, kemungkinan besar tidak akan ada pembatasan
pendapatan signifikan yang sebelumnya telah diakui Jika kriteria ini tidak terpenuhi,
maka akan terjadi revenue constraint.

KASUS B: Harga Transaksi — Batasan Pendapatan


BATASAN PENDAPATAN
Pada tanggal 1 Januari, Shera Company menandatangani kontrak dengan Hornung Inc.
untuk melakukan layanan manajemen aset selama 1 tahun. Shera menerima satu
triwulan manajemen fee berdasarkan persentase dari aset Hornung yang dikelola di
akhir setiap kuartal. Selain itu, Shera menerima insentif berbasis kinerja sebesar 20%
dari pengembalian dana yang melebihi indeks pengembalian yang dapat diamati pada
akhir tahun. Shera memperhitungkan kontrak sebagai kewajiban kinerja tunggal yang
harus dilakukanjasa manajemen investasi selama 1 tahun karena jasa tersebut saling
bergantung dan saling terkait. Untuk mengakui pendapatan dalam rangka memnuhi
kewajiban kinerja dari waktu ke waktu, Shera memilih metode pengukuran keluaran
(output method) untuk mengukur kemajuan dari pemenuhan kewajiban kinerja. Shera
memiliki sejumlah kontrak yang serupa seperti transaksi ini dengan pelanggan di masa
lalu.
Pertanyaan: Pada titik manakah Shera harus mengakui manajemen fee dan insentif
berbasis kinerja terkait dengan Hornung?

5.2 PENGAKUAN
Kriteria pengakuan biasanya diterapkan secara terpisah padasetiap transaksi.
Akan tetapi, dalam keadaan tertentu, adalah perlu untuk menerapkan kriteria pengakuan
tersebut pada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu
transaksi tunggal, agar mencerminkan substansi dari transaksi tersebut.
Contohnya, jika harga penjualan dari suatu produk termasuk jumlah yang dapat
diidentifikasi untuk jasa berikutnya, maka jumlah tersebut ditangguhkan dan diakui
sebagai pendapatan selamaperiode jasa tersebut dilaksanakan. Sebaliknya, kriteria
pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-sama jika transaksi
tersebut terkait sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat
dimengerti tanpa melihat pada rangkaian transaksi tersebut secara keseluruhan. Sebagai
contoh, entitas menjual barang, dan pada saat yang sama menyetujui perjanjian yang
terpisah untuk membeli kembali barang tersebut di kemudian hari, sehingga
meniadakan pengaruh substantif dari transaksi tersebut, dalam hal ini kedua transaksi
tersebut diberlakukan bersamaan.
Berdasarkan prinsip pengakuan unsur laporan keuangan di Kerangka Dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan (IAI, 2018:16), pendapatan diakui
ketika besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi akan mengalir ke dalam
perusahaan dan nilai manfaat tersebut dapat diukur dengan andal. Pada dasarnya,
pendapatam diakui jika seluruh kondisi berikut terpenuhi:
a. Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara
signifikan kepada pembeli.
b. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan
kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang
yang dijual.
c. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal
d. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut
akan mengalir ke entitas.
e. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut
dapat diukur secara andal.
f. Pendapatan diakui berdasarkan jenis transaksi yang terjadi.

Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing jenis pendapatan, mengenai saat


kapan umumnya kedua kondisi tersebut terpenuhi untuk dapat diakui sebagai
pendapatan.
5.2.1 Penjualan Barang
Pendapatan dari penjualan barang umumnya pendapatan diakui pada saat
penjualan yaitu saat penyerahan barang. Ketentuan berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan adalah pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut
dipenuhi (IAI, 2018: 23.4):
a. entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan
kepada pembeli;
b. entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan
atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;
c. jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;
d. kemungkinan besar manfaat ekonomik yang terkait dengan transaksi tersebut akan
mengalir ke entitas; dan
e. biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat
diukur secara andal.

5.2.2 Penjualan Jasa


Pendapatan dari penjualan jasa umumnya diakui pada saat penyerahan
jasa yang dapat ditagihkan. Ketentuan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
adalah pendapatan dari penjualan jasa diakui jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan
jasa dapat diestimasi secara andal (IAI, 2018:23.4). Pendapatan sehubungan dengan transaksi
penjualan jasa tersebut diakui dengan mengacupada tingkat penyelesaian dari transaksi pada
akhir periode pelaporan. Hasil transaksidapat diestimasi secara andal jika seluruh kondisi
berikut ini dipenuhi:
a. jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;
b. kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi tersebut akan
mengalir ke entitas;
c. tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur
secara andal; dan
d. biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut
dapat diukur secara andal

5.2.3 Pendapatan Bunga, Royalti, dan Dividen


Pendapatan yang berasal dari pengunaan aset, umumnya dapat diakui pada
saat berlalunya waktu atau pada saat aset digunakan. Ketentuan berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan untuk pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas
oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui dengan dasar sebagai
berikut (IAI, 2018: 23.6):
a. bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif
b. royalti diakui dengan dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan;
dan
c. dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran yang
ditetapkan.
Pendapatan tersebut diakui dengan ketentuan jika :
a. kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi tersebut
akanmengalir ke entitas; dan
b. jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.

5.2.4 Pendapatan yang berasal dari penjualan aset selain persediaan

Pendapatan yang berasal dari penjualan aset selain persediaan umumnya


pendapatan (keuntungan dari pelepasan aset) diakui pada saat penjualan atau
pertukaran.

Pengakuan Pendapatan Selain di Waktu Penyerahan Barang/Jasa


Walaupun pada umumnya pendapatan diakui pada saat penyerahan barang atau
jasa, namun mungkin saja pendapatan diakui sebelum atau setelah penyerahan barang
atau jasa. Jika pendapatan diakui pada waktu yang berbeda dari waktu penyerahan,
artinya kriteria pengakuan pendapatan selain saat penyerahan adalah sebagai berikut
(Martani et al, 2015:209)
1. Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan barang/jasa
Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan, umum terjadi pada kontrak
kontruksi gedung.Pendapatan sudah dapat diakui sebelum penyerahan gedung
dengan beberapa persyaratan atau kondisi yang harus terpenuhi.
2. Pengakuan pendapatan pada saat barang/jasa selesai, sebelum diserahkan
kepada pembeli
Pengakuan pendapatan pada saat barang sudah siap diantar namun belum sampai
ke tangan pembeli, banyak terjadi pada pengakuan pendapatan dari penjualan
produk hasil pertanian. Dalam hal ini, pendapatan sudah dapat diakui sebelum
barang sampai ke tangan pembeli karena kriteria pengakuan pendapatan sudah
terpenuhi.Harga barang sudah ditetapkandalam suatu kontrak, bersifat mengikat
dan tidak dapat dibatalkan.
3. Pengakuan pendapatan setelah penyerahan barang/jasa
Pengakuan pendapatan baru dapat dilakukan setelah penyerahan barang,
misalnya terjadi pada saat penyerahan barang tersebut memerlukan proses
pemasangan atau instalsai di tempat pembeli. Pada kasus semacam ini,
pengakuan pendapatan belum dapat dilakukan pada saat barang diantar ke
tempat pembeli karena masih terdapat kewajiban yang harus dilakukan oleh
penjual untuk melakukan pemasangan atau instalasi.

5.3 PENGUKURAN

Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat
diterima. Berdasarkan PSAK 68, nilai wajar adlaah harga yang akan diterima untuk
menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas
dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. Secara umum,
jumlah pendapatan dapat ditentukan langsung dengan mudah dari nilai kontrak atau
kesepakatan antara entitas dengan pembeli atau pengguna aset (Kartikahadi et al.,,
2019:166).
A. Pengukuran pendapatan saat penjualan

Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh


persetujuan antara entitas dengan pembeli atau pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut
diukur pada nilaiwajar imbalan yang diterima atau dapat diterima dikurangi jumlah
diskon usaha dan rabat volume yang diperbolehkan oleh entitas. Berikut ini contoh
transaksinya (Martani, 2015:205):
PT Bigi memiliki kesepakatan dengan pelanggannya, jika dalam periode 12 bulan yang
berakhir 31 Desember, mereka membeli barang dagang paling sedikit senilai Rp
100.000.000, maka mereka akan menerima diskon 2%. Sejak 1 Januari sampai 31
Oktober, mereka telah menjual kepada pelanggan tersebut senilai Rp 90.000.000.
Diperkirakan pada akhir Desember nanti, penjualan akan mencapai nilai lebih dari Rp
100.000.000. Berapa pendapatan yang harus diakui PT Bigi?

PT Bigi harus mengakui pendapatan setelah diskon 2% dari nilai Rp 90.000.000,


sehingga pendapatan yang diakui adalah sebesar Rp 88.200.000.
Jurnal yang dibuat oleh PT Bigi:
Piutang Usaha Rp 88.200.000
Penjualan Rp 88.200.000

Jika pelanggan tersebut tidak mencapai batas pemberian diskon, sehingga diskon batal
diberikan, maka PT Bigi mencatat sebagai berikut.

Kas Rp 90.000.000
Piutang Usaha Rp 88.200.000
Pendapatan lain-diskon tdk diambil 1.800.000

Penjualan tagih dan tahan (bill and hold)


Penjualan bill and holdmerupakan penjualan dengan penundaan pengiriman barang.
Dimana penundaan ini merupakan kesepakatan kedua belah pihak. Penjualan jenis ini
merupakan pengiriman yang ditunda atas permintaan pembeli, namun pembeli
memperoleh hak milik atas barang dan menerima tagihan. Atas transaksi ini,
pendapatan dapat diakui ketika (Kartikahadi et al., 2019:168):
1. Kemungkinan besar pengiriman barang akan dilakukan;
2. Barang yang berada ditangan penjual, dapat diidentifikasi dan siap untuk dikirim ke
pembeli pada saat penjualan diakui;
3. Pembeli secara khusus mengakui adanya instruksi penangguhan pengiriman; dan
4. Syarat-syarat pembayaran lazim tetap berlaku.

Sebagai contoh, misalnya PT SANEX pada tanggal 1 Juli 2020 menjual mesin
produksi pada PT ENAK. Mesin tersebut sedianya akan dipasang di pabrik baru PT
ENAK yang saat ini masih dalam proses pembangunan. Dalam kesepakatan kedua
belah pihak, PT SANEX akan mengirim mesin tersebut jika pabrik sudah selesai
dibangun. Dalam kasus ini, maka PT SANEX bisamengakui pendapatnnya jika
keempat (4) kondisi diatas terpenuhi semua. Namun jika kondisi tersebut tidak
terpenuhi, maka asumsi risiko dan kepemilikan atas barang tersebut ada ditangan
penjual. Oleh karena itu, pengakuan pendapatan dapat diakui pada saat persetujuan
ditandatangani.

Penjualan barang dengan instalasi


Penjualan barang jenis ini memerlukan proses intalasi atau pemasangan lebih lanjut
sampai dapat digunakan. Misalnya, PT ANDAI menjual mesin kepada PT SINAR,
mesin tersebut masih memerlukan proses instalasi agar siap digunakan. Proses instalasi
memerlukan waktu sekitar 3 minggu. Dalam kasus ini PT ANDAI dapat mengakui
pendapatannya saat proses instalasi selesai dilakukan, karena risiko dan kepemilikan
masih berada di PT ANDAI sampai proses instalasi selesai.

Penjualan dengan pembayaran di muka


Suatu penjualan dengan pembayaran di muka/down payment tidak dapat diakui sebagai
pendapatan melainkan harus diakui sebagai liabilitas. Contoh: PT WIJA bergerak pada
bidang garmen, pada tanggal 1 Februari 2020 menerima pesanan dari CV INDAH
sejumlah pakaian dengan uang muka sebesar Rp 10.000.000. Sisanya akan dilunasi
pada tanggal 7 Februari 2020. Transaksi tanggal 1 Februari 2020 tidak dicatat sebagai
pendapatan oleh PT WIJA, tapi diakui sebagai liabilitas. Pendapatan baru diakui saat
tanggal 7 Februari 2020, yaitu saat pelunasan oleh CV INDAH.

Penjualan dengan retur


Penjualan dengan retur merupakan suatu jenis penjualan dimana barang yang
diperjualbelikan memiliki kemungkinan besar untuk dikembalikan. Ada banyak industri
yang memiliki tingkat pengembalian barang yang tinggi seperti perusahaan retail,
perusahaan yang menjual makanan atau perusahaan penerbit majalah dan buku.
Penjualan seperti ini biasanya dilakukan melalui kontrak tertentu atau dalam suatu
perjanjian tertentu serta melalui konsinyasi.
Ketika transaksi jenis penjualan ini terjadi, perusahaan harus menentukan apakah
barang tersebut telah dikirim dan diterima oleh pelanggan serta menentukan bahwa
periode pengembalian telah dilewati. Ada dua metode pengakuan pendapatan yang
mungkin dilakukan ketika terjadi pengembalian, yaitu: (1) tidak mengakui pendapatan
sampai semua hak dan syarat ketentuan pengembalian telah habis; (2) mengakui
pendapatan, tetapi mengurangi pendapatan tersebut dengan estimasi jumlah
pengembalian.
Misalnya, pada tanggal 10 Januari 2020 PT SARI menjual 3 unit komputer seharga Rp
10.000.000 per unit secara kredit kepada PT TARI dengan termin 2/10, n/15. Tanggal
13 Januari 2020 PT SARI menerima pengembalian 1 unit komputer dari PT TARI
karena kesalahan spesifikasi. PT TARI melunasi pembayaran pad atanggal 25 Januari
2020. Dalam kasus ini PT SARI dapat mengakui pendapatan dengan 2 metode:
a. perusahaan mengakui pendapatan saat hak dan syarat pengembalian telah habis, yaitu
pada tanggal 25 Januari mengakui pendapatan sebesar Rp 20.000.000.
b. perusahaan mengakui pendapatan, tetapi menguranginya dengan estimasi
pengembalian. Perusahaan mengakui pendapatan sebesar Rp 30.000.000 dikurangi
estimasi pengembalian (asusmsi ada retur) pad atanggal 10 Januari.

Penjualan dengan perjanjian membeli kembali (buyback agreement)

5.4 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


Berkaitan dengan pendapatannya, entitas mengungkapkan (IAI, 2018: 23.7) :
a. kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk metode
yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa;
b. jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode
tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari:
 penjualan barang;
 penjualan jasa;
 bunga;
 royalti;
 dividen; dan
 jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang
tercakupdalam setiap kategori signifikan dari pendapatan.

Berikut adalah contoh penyajian dan pengungkapan pendapatan millik PT.Aneka


Tambang,Tbk.

Gambar 5.2 Penyajian Pendapatan


Gambar 5.3 Pengungkapan Pendapatan

5.5 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Rasio keuangan yang biasa digunakan untuk menganalis penjualan adalan
Return on Sales (ROS), biasa dikenal juga dengan istilah Operating Profit Margin,
Rasio ini mengevaluasi efisiensi operasional perusahaan yang menunjukkan berapa laba
yang dihasilkan dari tiap rupiah penjualan.Rumus yang digunakan adalah sebgai berikut
:

Operating Profit Margin = Laba Sebelum Pajak dan Bunga


Penjualan

5.6 PENDAPATAN KONTRAK KONSTRUKSI JANGKA PANJANG


Dalam situasi tertentu pendapatan bisa diakui sebelum penyelesaian atau
penyerahan barang/jasa. Contohnya adalah dalam kasus kontrak konstruksi jangka
panjang yang memungkinkan penerapan metode persentase penyelesaian. Kontrak
konstruksi adalah kontrak yang secara khusus dinegosiasikan untuk konstruksi suatu
aset tunggal, seperti bangunan, jembatan, bendungan, jalan, atau beberapa aset yang
berhubungan satu sama lain atau beberapa aset yang saling tergantung dalam
rancangannya, teknologi, fungsi, atau tujuan penggunaannya seperti konstruksi kilang
minyak (Martani et al., 2015: 220).
Kontrak konstruksi yang bersifat jangka panjang dalam perjanjiannya sering kali
mengatur agar penjual (dalam hal ini kontraktor yang membangun) dapat menagih
berdasarkan interval waktu tertentu, yang sering dikenal dengan istilah “termin”.
Interval waktu kapan kontraktor dapat melakukan penagihan biasanya berkaitan dengan
beberapa tahap penyelesaian pekerjaan. Namun jumlah yang dapat ditagihkan biasanya
belum tentu sama dengan tingkat penyelesaian pekerjaan.
Perlakuan akuntansi untuk kontrak kontruksi diatur dalam PSAK 34 (Revisi
2010) Kontrak Konstruksi. Kontrak konstruksi biasanya terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu
kontrak harga tetap dan kontrak biaya-plus. Kontrak harga tetap adalah kontrak
konstruksi dimana kontraktor menyepakati nilai kontrak yang telah ditentukan, atau tarif
tetap yang telah ditentukan per unit output, yang dalam beberapa hal tunduk pada
ketentuan-ketentuan kenaikan biaya. Sedangkan kontrak biaya-plus adalah kontrak
konstruksi yang menyepakati bahwa kontraktor mendapat pergantian untuk biaya-biaya
yang telah diijinkan atau telah ditentukan, ditambah imbalan dengan persentase
terhadap biaya atau imbalan tetap. Ada juga kontrak yang mempunyai karakteristik
keduanya. Misalnya, kontrak konstruksi dapat bersifat kontrak biaya-plus namun
dengan harga maksimum yang telah disetujui.
Pendapatan kontrak terdiri dari jumlah pendapatan yang disetujui dalam kontrak
dan juga termasuk penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim, atau insentif.
Penyimpangan adalah konstruksi dari pelanggan untuk mengubah lingkup pekerjaan
yang akan dilaksanakan berdasarkan kontrak. Penyimpangan dapat menimbulkan
kenaikan atau penurunan dalam pendapatan kontrak. Klaim adalah jumlah yang diminta
kontraktor kepada pelangan sebagai penggantian untuk biaya-biaya yang tidak termasuk
dalam nilai kontrak. Sedangkan pembayaran insentif artinya jumlah tambahan yang
dibayarkan kepada kontraktor apabila standar pelaksanaan yang telah ditentukan telah
terpenuhi atau dilampaui. Misalnya karena penyelesaian yang lebih awal.
Suatu kontrak memuat klausul tentang eskalasi biaya (penyesuaian biaya) untuk
menyesuaikan harga kontrak terhadap tingkat inflasi yang diumumkan pemerinttah.
Nilai kontrak sebesar Rp2.000.000.000 dan tingkat inflasi yang diumumkan pemerintah
untuk periode terkait 7%. Tentukan jumlah kenaikan atau penurunan pendapatan
kontrak untuk periode tersebut!
Jawaban: Pendapatan kontrak naik sebesar Rp14.000.000 (Rp2.000.000.000 x 7%)
Terkadang suatu kontrak konstruksi memuat klausul tentang penalti yang
disebabkan oleh keterlambatan penyelesaian pekerjaan oleh kontraktor. Nilai yang
disetujui dalam kontrak awal adalah Rp3.000.000.000. Penalti yang disetujui adalah
Rp2.000.000 per hari keterlambatan. Akibat suatu masalahyang dialami oleh
kontraktor,penyelesaian kontrak mengalami keterlambatan selama 10 hari setelah
tanggal yang disepakati dalam kontrak. Tentukan berapa kenaikan atau penurunan
pendapatan kontrak!
Jawaban : Pendapatan kontrak turun sebesar Rp20.000.000 (Rp2000.000 x 10 hari).
Biaya kontrak yang diakui terdiri dari biaya yang berhubungan langsung dengan
kontrak,biaya yang didistribusikan pada aktivitas kontrak secara umum dan dapat
dialokasikan pada kontrak tersebut, dan biaya lain yang secara spesifik dapat ditagihkan
kepada pelanggan sesuai isi kontrak. Biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak
termasuk biaya pekerja, biaya supervisor, biaya bahan uang digunakan dalam
konstruksi, biaya penyusutan sarana dan perlatan yang digunakan dalam kontrak, biaya
sewa sarana dan peralatan, biaya rancangan dan bantuan teknis yang berhubungan
langsung dengan kontrak. Sedangkan biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas
kontrak dan dapat dialokasi, misalnya asuransi, overhead konstruksi, dan biaya
rancangan serta bantuan teknis yang tidak berhubungan langsung dengan kontrak.

Pengakuan Pendapatan dan Beban Kontrak


Pengakuan pendapatan dan beban kontrak dapat dilakukan dengan
memperhatikan apakah hasil dari kontrak konstruksi dapat diestimasi secara
andal.Berdasarkan hal tersebut, pengakuan pendapatan dan beban kontrak dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) metode, yaitu sebagai berikut.
1. Metode persentase penyelesain ( percentage of completion method)
Perusahaan mengakui pendapatan, beban, dan laba setiap periodenya
berdasarkan tahap penyelesaian kontrak, yaitu berdasarkan persentase
penyelesaian.Dengan demikian pendapatan, beban, dan laba yang dilaporkan
dapat diatribusikan menurut penyelesaian pekerjaan secara proporsional.Metode
ini memberi informasi yang berguna mengenai cakupan aktivitas kontrak dan
kinerja selama suatu periode.Perusahaan mengakumulasi biaya konstruksi
ditambah dengan laba yang diperoleh sampai akhir periode dalan suatu akun
yaitu pekerjaan dalam proses (construction in process), dan mengakumulasi
penagihan termin dalam akun kontra yaitu termin (progress billing).
2. Metode biaya terpulihkan (cost-recovery method)
Dalam beberapa kondisi ketika metode persentase penyelesaian tidak dapat
digunakan,maka menurut metode ini pendapatan hanya diakui sebesar biaya
yang telah terjadi sepanjang biaya tersebut diperkirakan dapat
terpulihkan.Ketika semua biaya telah diakui maka laba baru dapat
diakui.Perusahaan mengakumulasi biaya konstruksi dalam suatu akun yaitu
pekerjaan dalam proses (construction in process), dan mengakumulasi
penagihan termin dalam akun kontra yaitu termin (progress billing).
Perusahaan harus menggunakan metode persentase penyelesaian ketika hasil
kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal dan jika semua kondisi berikut
terpenuhi.
1. Total pendapatan kontrak dapat diukur secara andal.
2. Kemungkinan besar manfaat ekonomis yang berhubungan dengan kontrak
tersebut akan mengalir ke perusahaan.
3. Biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak dan tahapan penyelesaian kontrak
pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal.
4. Biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak dapat diidentifikasi dengan
jelas dan diukur secara andal sehingga biaya kontrak aktual dapat dibandingkan
dengan estimasi sebelumnya.
Perusahaan menggunakan metode biaya terpulihkan hanya ketika perusahaan
tidak dapat memenuhi kondisi yang disyaratkan untuk menggunakan metode persentase
penyelesaian.

5.6.1 Metode Persentase Penyelesaian


Perhitungan persentase penyelesaian
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumya bahwa menurut PSAK
23 (Revisi 2010) pendapatan, tingkat penyelesaian transaksi dapat ditentukan
dengan berbagai cara. Perusahaan menggunakan dasar yang andal dalam mengukur
pekerjaan yang dilakukan. Tergantung dari sifat kontraknya, dasar yang dapat
digunakan, yaitu:
1. Proporsi biaya kontrak yang terjadi dibandingkan estimasi total biaya
kontrak:
2. Hasil survey pekerjaan yang telah dilakukan;
3. Penyelesaian berdasarkan proporsi fisik dari pekerjaan kontrak
Progres pembayaran dan uang muka yang diterima dari pelanggan umumnya
tidak dapat mencerminkan progres pekerjaan yang telah dilaksanakan.Salah satu
dasar penentuan yang paling popularuntuk digunakan yaitu berdasarkan proporsi
biaya yangtimbul atau cost to cost basis. Caranya adalah persentase penyelesaian
pekerjaan kontak dihitung berdasarkan rasio antara akumulasi biaya yang terjadi
dengan total antara biaya terakhir untuk penyelesaian kontrak. Formulanyaadalah
sebagai berikut.
Persentase Penyelesaian = Akumulasi Biaya yang Terjadi Sampai Akhir Periode
Estimasi Total Biaya yang Paling Mutakhir
Persentase penyelesaian tersebut akan menjadi dasar perhitungan berapa
total pendapatan dan laba yang diakui sampai akhir periode. Formulanya adalah
sebagai berikut.
Akumulasi Pendapatan (atau Laba) yang Diakui Sampai Akhir Periode:
Persentase Penyelesaian x Estimasi Total Pendapatan (atau Laba)

Pengukuran Pendapatan
Untuk menghitung berapa pendapatan dan laba yang diakui setiap periode, maka
perusahaan dapat mengurangkannya dengan total pendapatan atau laba yang sudah
diakui sampai periode sebelumnya, seperti ditunjukkan pada formula berikut ini.

Pendapatan Periode berjalan (atau Laba) =


Akumulasi Pendapatan (atau Laba) yang Diakui Sampai Akhir Periode - Estimasi Total
Pendapatan (atau Laba) yang Sudah Diakui Sampai Periode Sebelumnya

Berikut adalah contoh untuk metode persentase penyelesaian dengan


perhitungan cost to cost basis.

Metode Persentase Penyelesaian dengan Perhitungan Cost To Cost Basis


PT Buana Karya merupakan kontraktor yang berspesialisasi dalam
pembangunan jalan, saat ini mempunyai kontrak untuk membangun jalan senilai Rp
18.000.000.000. Estimasi biaya kontrak adalah Rp 16.000.000.000.Periode pekerjaan
akan memakan waktu selama 3 tahun. Pada akhir tahun kedua, estimasi biaya kontrak
meningkat dari Rp 16.000.000.000 menjadi total Rp 16.200.000.000.
Data-data lainnya adalah sebagai berikut (dalam ribuan rupiah).
Tabel 5.1 Data-Data PT Buana Karya
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Biaya kontrak yang terjadi-kumulatif 4.000.000 11.664.000 16.200.000
Biaya kontrak untuk menyelesaikan 12.000.000 4.536.000 -
Tagihan termin 3.600.000 9.600.000 4.800.000
Penerimaan kas 3.000.000 7.000.000 8.000.000

Perhitungan tahap penyelesaian pekerjaan kontruksi menggunakan proporsi biaya


terhadap total estimasi biaya paling mutakhir adalah sebagai berikut (dalam ribuan
rupiah).

Tabel 5.2 Perhitungan Penyelesaian Pekerjaan Kontruksi (dalam ribuan rupiah)


Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Harga kontrak 18.000.000 18.000.000
18.000.000
Dikurangi estimasi biaya:
Biaya kontrak yang terjadi 4.000.000 11.664.000 16.200.000
Biaya kontrak untuk menyelesaikan 12.000.000 4.536.000 -
Estimasi total biaya kontrak 16.000.000 16.200.000 16.200.000
Estimasi laba kotor 2.000.000 1.800.000 1.800.000
Persentase penyelesaian 25% 72% 100%
4.000.000 11.664.000 16.200.000
16.000.000 16.200.000 16.200.000

Dapat dilihat pada tabel 5.2 bahwa persentase penyelesaian dihitung berdasarkan
proporsi biaya yang terjadi dibandingkan total estimasi biaya kontrak yang paling
mutakhir. Pada tahun pertama, 25% persentase penyelesaian diperoleh dari perhitungan
biaya yang terjadi Rp 4.000.000.000 dibagi dengan estimasi total biaya kontrak sebesar
Rp 16.000.000.000. Namun, pada tahun kedua ketika terdapat revisi estimasi total biaya
menjadi sebesar Rp 16.200.000.000, maka presentase penyelesaian pada akhir tahun
kedua sebesar 72% diperoleh dari proporsi antara akumulasi biaya yang terjadi Rp
11.664.000.000 dibagi dengan estimasi total biaya terbaru sebesar Rp 16.200.000.000.
Berdasarkan perhitungan pada tabel 5.2, maka perusahaan dapat mencatat transaksi
sepanjang periode berjalan dengan ringkasan jurnal sebagai berikut (dalam ribuan
rupiah).
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
1. Untuk mencatat biaya kontruksi.

Pekerjaan dalam Proses 4.000.000 7.664.000 4.536.000


Material, Kas, Utang, Lainnya 4.000.000 7.664.000 4.536.000
2. Untuk mencatat tagihan termin.

Piutang Usaha 3.600.000 9.600.000 4.800.000


Termin 3.600.000 9.600.000 4.800.000

3. Untuk mencatat penerimaan tagihan.

Kas 3.000.000 7.000.000 8.000.000


Piutang usaha 3.000.000 7.000.000 8.000.000

Pada contoh ini, perusahaan menggunakan basis proporsi biaya dalam mengukur
persentase penyelesaian pekerjaan yang digunakan untuk menentukan jumlah
pendapatan dan laba yang diakui. Estimasi pendapatan, beban, dan laba yang diakui
oleh PT Buana Karya adalah seperti pada tabel 5.3 berikut ini (dalam ribuan rupiah).
Tabel 5.3 Estimasi Pendapatan, Beban, dan Laba yang Diakui PT Buana Karya
Diakui di Diakui di Periode
Akumulasi Periode Lalu Berjalan
Tahun Pertama
Pendapatan (Rp 18.000.000.000 x 25%)4.500.000 4.500.000
Beban 4.000.000 4.000.000
Laba kotor 500.000 500.000
Tahun Kedua
Pendapatan (Rp 18.000.000.000 x 72%) 2.960.000 4.500.000 8.460.000
Beban 11.664.000 4.000.000 7.664.000
Laba kotor 1.296.000 500.000 796.000
Tahun Ketiga
Pendapatan (Rp 18.000.000.000 x 100%)18.000.000 12.960.000 5.040.000
Beban 16.200.000 11.664.000 4.536.000
Laba kotor 1.800.000 1.296.000 504.000
Jurnal pengakuan pendapatan, beban, dan laba adalah sebagai berikut (dalam
ribuan rupiah).
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Untuk mengakui pendapatan dan laba kotor
Pekerjaan dalam Proses (Laba Kotor) 500.000 796.000 504.000
Beban Kontrak 4.000.000 7.664.000 4.536.000
Pendapatan Kontrak 4.500.000 8.460.000 5.040.000

Untuk mengakui penyelesaian kontrak.


Termin 18.000.000
Pekerjaan dalam Proses 18.000.000

PT Buana Karya mencatat pendapatan kontrak yang dapat diakui setiap periode
berjalan seperti pada jurnal nomor 4 dengan mengkredit akun Pendapatan Kontrak,
kemudian mendebet Beban Kontrak seperti halnya BPP pada perusahaan manufaktur.
Selisihnya merupakan laba/rugi kotor yang diakui pada akun “Pekerjaan dalam Proses”.
Yang dilaporkan pada Laporan Laba Rugi Komprehensif adalah sebesar pendapatan dan
beban kontrak yang aktual terjadi misalnya pada tahun pertama adalah Rp
4.000.000.000, dengan pendapatan kontrak sebesar porsi 25% penyelesaian sebesar Rp
4.500.000.000, maka laba kotor yang diakui pada tahun pertama adalah Rp
500.000.000.
PT Buana Karya terus mengakumulasi biaya kontrak yang terjadi ditambah
dengan laba yang diakui pada akun “Pekerjaan dalam Proses” untuk memonitor catatan
akumulasi total biaya yang terjadi (ditambah laba) pada akhir periode. Sedangkan
tagihan termin diakumulasi dan dicatat pada akun “Termin”. Setelah pekerjaan
konstruksi selesai dan diserahterimakan kepada pelanggan, maka akun “Pekerjaan
dalam Proses” dan akun “Termin” akan dibalik, seperti terlihat pada jurnal nomor 5.
Mutasi akun “Pekerjaan dalam Proses” lengkapnya adalah sebagai berikut.
Mutasi Akun Pekerjaan dalam Proses
Pekerjaan dalam Proses (dalam ribuan rupiah)
Tahun Pertama Akhir tahun ketiga
biaya kontruksi 4.000.000 Menutup proyek18.000.000
Tahun Pertama yang sudah selesai
laba yang diakui 500.000
Tahun Kedua
biaya konstruksi 7.664.000
Tahun Kedua
laba yang diakui 796.000
Tahun Ketiga
biaya kontruksi 4.536.000
Tahun Ketiga
laba yang diakui 504.000
Total 18.000.000 Total 18.000.000

5.6.2 Metode Biaya Terpulihkan


Jika kondisi untuk menggunakan metode persentase penyelesaian tidak
terpenuhi, maka perusahaan menggunakan metode biaya terpulihkan dalam mengakui
pendapatan dan beban kontrak.
Pengakuan Pendapatan dan Beban dengan Metode Biaya Terpulihkan
Dengan menggunakan ilustrasi yang sama pada PT. Buana Karya dengan asumsi
perusahaan menggunakan metode biaya terpulihkan karena hasil pekerjaan kontrak
tidak dapat diukur dengan andal, maka PT Buana Karya mengakui pendapatan hanya
sebesar biaya yang terjadi yang diharapkan dapat terpulihkan. Setelah semua biaya
kontrak diakui, maka perusahaaan baru dapat mengakui laba. Jika demikian, maka PT
Buana Karya akan melaporkan pendapatan dan beban selama tahun pertama sampai
tahun ketiga seperti pada tabel berikut (dalam ribuan Rupiah).

Tabel 5.4 Pendapatan dan Beban PT Buana Karya


Berdasarkan Metode Biaya Terpulihkan
Akumulasi Diakui di Diakui di Periode
Periode Lalu Berjalan
Tahun Pertama
Pendapatan 4.000.000 4.000.000
Beban 4.000.000 4.000.000
Laba kotor - -
Tahun kedua
Pendapatan 11.664.000 4.000.000 7.664.000
Beban 11.664.000 4.000.000 7.664.000
Laba kotor - - -
Tahun Ketiga
Pendapatan 18.000.000 11.664.000 6.336.000
(Rp 18.000.000.000 x 100%)
Beban 16.200.000 11.664.000 4.536.000
Laba Kotor 1.800.000 - 1.800.000

Jurnal untuk mengakui pendapatan dan beban kontrak selama periode adalah
sebagai berikut (dalam ribuan rupih).
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Untuk mengakui pendapatan dan beban terkait.
Pekerjaan dalam Proses (Laba Kotor) - - 1.800.000
Beban Kontrak 4.000.000 7.664.000 4.536.000
Pendapatan Kontrak 4.000.000 7.664.000 6.336.000

Untuk mengakui penyelesaian kontrak.


Termin 18.000.000
Pekerjaan dalam Proses 18.000.000

Seperti terlihat pada rangkuman jurnal di atas bahwa perusahaan tidak mengakui
laba pada tahun pertama dan kedua. Pada tahun ketiga, perusahaan mengakui laba dan
menutup akun termin dan pekerjaan dalam proses. Berikut ini tabel 5.5 menyajikan
perbandingan laba yang akan diakui oleh perusahaan menggunakan kedua metode
(dalam ribuan rupiah).

Tabel 5.5 Perbandingan Laba yang Diakui PT Buana Karya


Persentase Biaya
Penyelesaian Terpulihkan
Tahun Pertama 500.000 0
Tahun Kedua 796.000 0
Tahun Ketiga 504.000 1.800.000

IMBALAN WARALABA
Imbalan waralaba dapat mencakup pemasokan jasa awal dan jasa selanjutnya,
peralatan dan aset berwujud lain, serta know-how.Dengan demikian, imbalan waralaba
diakuisebagai pendapatan atas dasar yang mencerminkan tujuan imbalan tersebut
dibebankan. Berikut ini adalah metode pengakuan imbalan waralaba yang sesuai (PSAK
23: 2014):
a) pasokan perlatan dan aset berwujud lain.
Jumlah, berdasarkan nilai wajar aset yang dijual, diakui sebagai pendapatan pada
saat aset dikirimkan atau hak milik dialihkan.
b) Pasokan jasa awal dan jasa selanjutnya.
Imbalan untuk penyediaaan jasa berkelanjutan, apakah bagian dari imbalan awal
atau imbalan terpisah, diakui sebagai pendapatan pada saat jasa diberikan. Jika
imbalan terpisah tidak menutupi biaya jasa berkelanjutan bersama dengan laba
yang wajar, maka bagian dari imbalan awal, yang cukup untuk menutup biaya jasa
berkelanjutan dan laba yang wajar atas jasa tersebut, ditangguhkan dan diakui
sebagai pendapatan pada saat jasa diberikan.
Perjanjian waralaba dapat mengatur pemilik waralaba untuk memasok peralatan,
persediaan, atau aset berwujud lain, pada harga yang lebih rendah daripada yang
dibebankan pada pihak lain atau pada harga yang tidak memberikan laba yang
wajar atas penjualan tersebut. Dalam keadaan ini, bagian dari imbalan awal, yang
mencukupi untuk menutup estimasi biaya yang melebihi harga tersebut dan
memberikan laba yang wajar atas penjualan tersebut, ditangguhkan dan diakui
sebagai pendapatan selama periode barang tersebut kemungkinan akan dijual ke
pewaralaba. Saldo imbalan awal diakui sebagai pendapatan ketika pelaksanaan
seluruh jasa awal dan kewajiban lain yang disyaratkan atas pemilik waralaba
(seperti asistensi pemilihan tempat, pelatihan staf, pendanaan dan periklanan)
secara substansial telah selesai.
Jasa awal dan kewajiban lain dalam area perjanjian waralaba bergantung pada
jumlah gerai individual yang didirikan diarea tersebut. Dalam hal ini, imbalan yang
dapat diatribusikan pada jasa awal diakui sebagai pendapatan sebanding dengan
jumlah gerai yang secara substansial telah menerima penyelesaian jasa awal.
Jika imbalan awal dapat ditagih selama periode yang diperpanjang dan terdapat
ketidakpastian yang signifikan imbalan tersebut akan ditagih secara keseluruhan,
maka imbalan diakui sebagai pendapatan pada saat cicilan tunai diterima.
c) Imbalan waralaba berkelanjutan.
Imbalan yang dibebankan atas hak berkelanjutan dalam perjanjian, atau jasa lain
yang disediakan selama periode perjanjian, diakui sebagai pendapatan pada saat
jasa tersebut disediakan atau hak tersebut digunakan.
d) Transaksi Keagenan.
Transaksi dapat terjadi antara pemilik waralaba dan pewaralaba yang secara
substansi melibatkan pemilik waralaba bertindak sebagai agen untuk
pewaralaba.Contohnya, pemilik waralaba dapat memesan pasokan dan mengatur
pengiriman ke pewaralaba tanpa memperoleh laba. Transaksi tersebut tidak
menimbulkan pendapatan

SOAL LATIHAN

1. Jelaskan prinsip pengakuan pendapatan!


2. Jelaskan pengakuan pendapatan untuk waralaba (franchise) !
3. PT. Bahagia menjual barang dagangan kepada PT. Damai. Harga pokok barang
adalah Rp500.000, 00, dijual dengan hakrga jual Rp700.000, 00, dengan jatuh
tempo pembayaran selama 1 tahun. Harga tunai barang tersebut adalah Rp610.000,
jika dibayar dalam jangka waktu 30 hari. Jika PT. Damai membayar pada saat
barang dikirimkan, maka akan mendapatkan diskon Rp10.000.
DIMINTA :
a. Siapkan jurnal untuk mencatat transaksi pada saat tanggal penjualan
b. Berapakah pendapatan yang diakui PT. Bahagia selama tahun terjadinya
penjualan tersebut ?
4. Shaw Company sells goods that cost $300,000 to Richard Company for $410,000 on
January 2, 2010. The sales price includes an installation fee, which is valued at
$40,000. The fair value of the goods is $370,000. The installation is expected to take
6 months.
Instructions;
a. Prepare the journal entry (if any) to record the sale on January 2, 2010.
b. How much revenue should Shaw recognize related to its sale to Richard (assumed
Shaw prepare the income statement for March 31, 2010).
5. Selama tahun 2001 Pierson Company memulai suatu pekerjaan konstruksi dengan
harga kontrak $ 1,600,000. Pekerjaan itu diselesaikan pada tahun 2003. Informasi
berikut tersedia:
2001 2002 2003
Biaya yang terjadi sampai tanggal ini $ 400,000 $ 825,000 $ 1,070,000
Estimasi biaya untuk menyelesaikan 600,000 275,000 -0-
Penagihan sampai tanggal ini 300,000 900,000 1,600,000
Hasil penagihan sampai tanggal ini 270,000 810,000 1,425,000

Diminta:
a) Hitunglah jumlah laba kotor yang harus diakui setiap tahun dengan asumsi
metode persentase penyelesaian digunakan
b) Buatlah semua ayat jurnal yang diperlukan untuk tahun 2002

KASUS
KASUS 1
Berikut adalah data tahun 2016 dari PT Graha Developer yang membangun proyek
apartemen dengan jangka waktu 3 tahun:
(dalam Rp milyar)
nilai kontrak 25,00    
  tahun 1 tahun 2 tahun 3
estimasi biaya kontrak 20,00 21,50  
biaya kontrak yang terjadi 5,00 18,00 21,50
biaya kontrak untuk menyelesaikan 15,00 3,50  
tagihan termin 6,00 10,00 9,00
penerimaan kas 4,00 8,00 13,00
       
***** biaya kontrak + biaya kontrak untuk
menyelesaikan 20,00 21,50 21,50
Tabel Perhitungan Penyelesaian Pekerjaan
Konstruksi tahun 1 tahun 2 tahun 3
harga kontrak 25,00 25,00 25,00
(-) ESTIMASI BIAYA      
BIAYA KONTRAK YANG TERJADI 5,00 18,00 21,50
BIAYA KONTRAK UNTUK
MENYELESAIKAN 15,00 3,50 0,00
ESTIMASI BIAYA KONTRAK 20,00 21,50 21,50
       
ESTIMASI LABA KOTOR 5,00 3,50 3,50

% PENYELESAIAN 0,2500 0,8372 1,00

Pertanyaan :
1. Susunlah tabel perhitungan penyelesaian pekerjaan konstruksi
2. Susunlah tabel estimasi pendapatan, beban dan laba yang diakui
3. Susunlah jurnal untuk pengakuan biaya konstruksi (3 tahun).
4. Susunlah jurnal tagihan termin (3 tahun).
5. Susunlah jurnal jurnal penerimaan kas (3 tahun).
6. Susunlah jurnal pengakuan pendapatan (3 tahun) dan jurnal pengakuan penyelesaian kontrak.

KASUS 2
Berikut adalah data tahun 2016 dari PT Mitra Beton yang membangun proyek Jalan
Layang dengan jangka waktu 3 tahun:

(dalam Rp. Milyar )


nilai kontrak 30    
  tahun 1 tahun 2 tahun 3
estimasi biaya kontrak 24 27 27
biaya kontrak yang terjadi 10 18 27
biaya kontrak untuk menyelesaikan 14 9  
tagihan termin 10 9 11
penerimaan kas 8 6 16
       
***** biaya kontrak + by kontrak untuk
menyelesaikan 24 27 27

tabel perhitungan penyelesaian pekerjaan


konstruksi
tahun 1 tahun 2 tahun 3
harga kontrak 30 30 30
(-) ESTIMASI BIAYA      
BIAYA KONTRAK YANG
TERJADI 10 18 27
BIAYA KONTRAK UNTUK
MENYELESAIKAN 14 9 0
ESTIMASI BIAYA KONTRAK 24 27 27
       
ESTIMASI LABA KOTOR 6 3 3
% PENYELESAIAN 41,67% 66,67% 1

Pertanyaan :
1. Susunlah tabel perhitungan penyelesaian pekerjaan konstruksi
2. Susunlah tabel estimasi pendapatan, beban dan laba yang diakui
3. Susunlah jurnal untuk pengakuan biaya konstruksi (3 tahun).
4. Susunlah jurnal tagihan termin (3 tahun).
5. Susunlah jurnal jurnal penerimaan kas (3 tahun).
6. Susunlah jurnal pengakuan pendapatan (3 tahun) dan jurnal pengakuan penyelesaian
kontrak.

Anda mungkin juga menyukai