BAB V-PENDAPATAN Revisi
BAB V-PENDAPATAN Revisi
PENDAPATAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah membaca dan mengkaji topik ini, pembaca akan mampu:
1. menjelaskan pengertianpendapatan;
2. menjelaskan jenis-jenis pendapatan;
3. menjelaskan pengakuan dan pengukuran pendapatan;
4. menjelaskan penyajian dan pengungkapan pendapatan; dan
5. menganalisis pendapatan.
5.1 PENDAHULUAN
Sebagian besar transaksi pendapatan menimbulkan sedikit masalah untuk
pengakuan pendapatan. Kebanyakan perusahaan memulai dan menyelesaikan transaksi
pada saat yang bersamaan. Tapi tidak semua transaksi sesederhana itu. Misalnya,
pertimbangkan kontrak ponsel antara perusahaan seperti Telkomsel dan pelanggan.
Telkomsel sering kali memberikan pelanggan paket yang mungkin termasuk handset,
menit gratis waktu bicara, download data, dan layanan pesan teks. Pada saat yang sama,
pelanggan dapat membayar layanan ini dengan berbagai cara, mungkin menerima
diskon pada handset dan kemudian membayar harga yang lebih tinggi untuk biaya
koneksi dan sebagainya. Dalam beberapa kasus, tergantung pada paket yang dibeli,
perusahaan mungkin memberikan peningkatan gratis di periode berikutnya. Lalu,
bagaimana seharusnya Telkomsel melaporkan berbagai potongan penjualan ini?
Untuk memberikan solusi pada transaksi seperti di atas, IFRS menerbitkan
standard baru Revenue from Contracts with Customers, yang diadopsi ke dalam PSAK
72:Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan. Standar baru ini mengadopsi
pendekatan asset-liability sebagai dasar pengakuan pendapatan. Pendekatan Aset-
kewajiban mengakui dan mengukur pendapatan berdasarkan perubahan aset dan
kewajiban. PSAK 72 ini berlaku efektif sejak 1 Januari 2020, menggantikan: PSAK 23
Pendapatan; PSAK 34: Kontrak Konstruksi; PSAK 44: Akuntansi Aktivitas
Pengembangan Real Estate; ISAK 10: Program Loyalitas Pelanggan; ISAK 21:
Perjanjian Konstruksi Real Estate; ISAK 27: Pengalihan Aset dari Pelanggan.
Di bawah pendekatan aset-kewajiban, perusahaan memperhitungkan pendapatan
berdasarkan aset atau liabilitas yang timbul dari kontrak dengan pelanggan. Perusahaan
menganalisis kontrak dengan pelanggan karena kontrak menghasilkan pendapatan
transaksi. Kontrak menunjukkan ketentuan transaksi, menyediakan pertimbangan
pengukuran, dan menentukan janji yang harus dipenuhi setiap pihak.
TUJUAN UTAMA
Mengakui pendapatan untuk menggambarkan transfer barang atau jasa kepada
pelanggan dalam sebuah jumlah yang mencerminkan imbalan yang diterima atau
diharapkan oleh perusahaan menerima, sebagai imbalan atas barang atau jasa ini.
Langkah 1: Identifikasi kontrak Kontrak adalah kesepakatan antara dua pihak yang
dengan pelanggan menciptakan hak atau kewajiban yang mengikat.
Dalam hal ini, Airbus telah menandatangani kontrak
pengiriman pesawat ke Cathay Pacific
Langkah 2: Identifikasi kewajiban Airbus hanya memiliki satu kewajiban kinerja - untuk
kinerja terpisah dalam kontrak mengirimkan pesawat ke Cathay Pacific. Jika Airbus juga
setuju untuk melakukan jasa pemeliharaan pesawat,
kewajiban kinerja yang terpisah dicatat untuk janji ini.
Langkah 4: Alokasikan harga Dalam kasus ini, Airbus hanya memiliki satu kewajiban
transaksi ke kewajiban kinerja kinerja - untuk mengirimkan pesawat ke Cathay Pacific
yang terpisah
Langkah 5: Mengakui pendapatan Airbus mengakui pendapatan €100 juta untuk penjualan
ketika setiap kewajiban kinerja pesawat ke Cathay Pacific jika memenuhi kewajiban
dipenuhi kinerjanya - pengiriman pesawat ke Cathay Pacific
Gambar 5.1
Diagram Proses Lima Langkah Pengakuan Pendapatan
Seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas, langkah 5 adalah saat Airbus mengakui
pendapatan yang terkait dengan penjualan pesawat ke Cathay Pacific. Pada titik ini,
Airbus mengirimkan pesawat ke CathayPasifik dan memenuhi kewajiban kinerjanya.
Intinya, perubahan kendali dari Airbus ke Cathay Pacific terjadi. Cathay Pacific
sekarang mengontrol aset karena memiliki kemampuan untuk mengarahkan
penggunaan dan memperoleh secara substansial semua manfaat yang tersisa dari
pesawat terbang. Kontrol juga mencakup kemampuan Cathay Pacific untuk mencegah
perusahaan lain mengarahkan penggunaan, atau menerima manfaat dari pesawat
terbang.
Jika kontrak sepenuhnya tidak dilakukan dan masing-masing pihak dapat secara sepihak
mengakhiri kontrak tanpa kompensasi, kemudian pendapatan tidak boleh diakui sampai
salah satu atau kedua pihak telah melakukan kewajiban kinerja. Perlakuan akuntansi
untuk kontrak diilustrasikan pada kasus berikut (Kieso, 2019:1409).
PENGAKUAN KONTRAK
Pada tanggal 1 Maret 2019, Margo Company menandatangani kontrak untuk
mentransfer produk untuk Soon Yoon pada tanggal 31 Juli 2019. Kontrak dibuat
sedemikian rupa sehingga SoonYoon diharuskan membayar harga kontrak penuh
sebesar $ 5.000 pada 31 Agustus 2019. harga pokok produk adalah $ 3.000. Margo
mengirimkan produk ke Soon Yoonpada 31 Juli 2019. Salah satu pihak dapat secara
sepihak memutuskan kontrak tanpa kompensasi.
Pertanyaan: Jurnal apa yang harus dibuat oleh Perusahaan Margo sehubungan dengan
kontrak ini pada 2019?
Solusi: Tidak ada entri yang diperlukan pada 1 Maret 2019, karena tidak ada pihak yang
memiliki kewajiban untuk dilakukan di kontrak. Pada tanggal 31 Juli 2019, Margo
mengirimkan produk dan oleh karena itu pendapatan harus diakui pada tanggal tersebut
karena kewajiban kinerja tersebut telah dilakukan dengan mengirimkan produk ke Soon
Yoon.
Ayat jurnal untuk mencatat penjualan dan harga pokok penjualan terkait adalah sebagai
berikut.
31 Juli 2019 Piutang 5,000
Penjualan 5,000
Harga pokok penjualan 3,000
Persediaan 3,000
5.2 PENGAKUAN
Kriteria pengakuan biasanya diterapkan secara terpisah padasetiap transaksi.
Akan tetapi, dalam keadaan tertentu, adalah perlu untuk menerapkan kriteria pengakuan
tersebut pada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu
transaksi tunggal, agar mencerminkan substansi dari transaksi tersebut.
Contohnya, jika harga penjualan dari suatu produk termasuk jumlah yang dapat
diidentifikasi untuk jasa berikutnya, maka jumlah tersebut ditangguhkan dan diakui
sebagai pendapatan selamaperiode jasa tersebut dilaksanakan. Sebaliknya, kriteria
pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-sama jika transaksi
tersebut terkait sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat
dimengerti tanpa melihat pada rangkaian transaksi tersebut secara keseluruhan. Sebagai
contoh, entitas menjual barang, dan pada saat yang sama menyetujui perjanjian yang
terpisah untuk membeli kembali barang tersebut di kemudian hari, sehingga
meniadakan pengaruh substantif dari transaksi tersebut, dalam hal ini kedua transaksi
tersebut diberlakukan bersamaan.
Berdasarkan prinsip pengakuan unsur laporan keuangan di Kerangka Dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan (IAI, 2018:16), pendapatan diakui
ketika besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi akan mengalir ke dalam
perusahaan dan nilai manfaat tersebut dapat diukur dengan andal. Pada dasarnya,
pendapatam diakui jika seluruh kondisi berikut terpenuhi:
a. Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara
signifikan kepada pembeli.
b. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan
kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang
yang dijual.
c. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal
d. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut
akan mengalir ke entitas.
e. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut
dapat diukur secara andal.
f. Pendapatan diakui berdasarkan jenis transaksi yang terjadi.
5.3 PENGUKURAN
Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat
diterima. Berdasarkan PSAK 68, nilai wajar adlaah harga yang akan diterima untuk
menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas
dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. Secara umum,
jumlah pendapatan dapat ditentukan langsung dengan mudah dari nilai kontrak atau
kesepakatan antara entitas dengan pembeli atau pengguna aset (Kartikahadi et al.,,
2019:166).
A. Pengukuran pendapatan saat penjualan
Jika pelanggan tersebut tidak mencapai batas pemberian diskon, sehingga diskon batal
diberikan, maka PT Bigi mencatat sebagai berikut.
Kas Rp 90.000.000
Piutang Usaha Rp 88.200.000
Pendapatan lain-diskon tdk diambil 1.800.000
Sebagai contoh, misalnya PT SANEX pada tanggal 1 Juli 2020 menjual mesin
produksi pada PT ENAK. Mesin tersebut sedianya akan dipasang di pabrik baru PT
ENAK yang saat ini masih dalam proses pembangunan. Dalam kesepakatan kedua
belah pihak, PT SANEX akan mengirim mesin tersebut jika pabrik sudah selesai
dibangun. Dalam kasus ini, maka PT SANEX bisamengakui pendapatnnya jika
keempat (4) kondisi diatas terpenuhi semua. Namun jika kondisi tersebut tidak
terpenuhi, maka asumsi risiko dan kepemilikan atas barang tersebut ada ditangan
penjual. Oleh karena itu, pengakuan pendapatan dapat diakui pada saat persetujuan
ditandatangani.
Pengukuran Pendapatan
Untuk menghitung berapa pendapatan dan laba yang diakui setiap periode, maka
perusahaan dapat mengurangkannya dengan total pendapatan atau laba yang sudah
diakui sampai periode sebelumnya, seperti ditunjukkan pada formula berikut ini.
Dapat dilihat pada tabel 5.2 bahwa persentase penyelesaian dihitung berdasarkan
proporsi biaya yang terjadi dibandingkan total estimasi biaya kontrak yang paling
mutakhir. Pada tahun pertama, 25% persentase penyelesaian diperoleh dari perhitungan
biaya yang terjadi Rp 4.000.000.000 dibagi dengan estimasi total biaya kontrak sebesar
Rp 16.000.000.000. Namun, pada tahun kedua ketika terdapat revisi estimasi total biaya
menjadi sebesar Rp 16.200.000.000, maka presentase penyelesaian pada akhir tahun
kedua sebesar 72% diperoleh dari proporsi antara akumulasi biaya yang terjadi Rp
11.664.000.000 dibagi dengan estimasi total biaya terbaru sebesar Rp 16.200.000.000.
Berdasarkan perhitungan pada tabel 5.2, maka perusahaan dapat mencatat transaksi
sepanjang periode berjalan dengan ringkasan jurnal sebagai berikut (dalam ribuan
rupiah).
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
1. Untuk mencatat biaya kontruksi.
Pada contoh ini, perusahaan menggunakan basis proporsi biaya dalam mengukur
persentase penyelesaian pekerjaan yang digunakan untuk menentukan jumlah
pendapatan dan laba yang diakui. Estimasi pendapatan, beban, dan laba yang diakui
oleh PT Buana Karya adalah seperti pada tabel 5.3 berikut ini (dalam ribuan rupiah).
Tabel 5.3 Estimasi Pendapatan, Beban, dan Laba yang Diakui PT Buana Karya
Diakui di Diakui di Periode
Akumulasi Periode Lalu Berjalan
Tahun Pertama
Pendapatan (Rp 18.000.000.000 x 25%)4.500.000 4.500.000
Beban 4.000.000 4.000.000
Laba kotor 500.000 500.000
Tahun Kedua
Pendapatan (Rp 18.000.000.000 x 72%) 2.960.000 4.500.000 8.460.000
Beban 11.664.000 4.000.000 7.664.000
Laba kotor 1.296.000 500.000 796.000
Tahun Ketiga
Pendapatan (Rp 18.000.000.000 x 100%)18.000.000 12.960.000 5.040.000
Beban 16.200.000 11.664.000 4.536.000
Laba kotor 1.800.000 1.296.000 504.000
Jurnal pengakuan pendapatan, beban, dan laba adalah sebagai berikut (dalam
ribuan rupiah).
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Untuk mengakui pendapatan dan laba kotor
Pekerjaan dalam Proses (Laba Kotor) 500.000 796.000 504.000
Beban Kontrak 4.000.000 7.664.000 4.536.000
Pendapatan Kontrak 4.500.000 8.460.000 5.040.000
PT Buana Karya mencatat pendapatan kontrak yang dapat diakui setiap periode
berjalan seperti pada jurnal nomor 4 dengan mengkredit akun Pendapatan Kontrak,
kemudian mendebet Beban Kontrak seperti halnya BPP pada perusahaan manufaktur.
Selisihnya merupakan laba/rugi kotor yang diakui pada akun “Pekerjaan dalam Proses”.
Yang dilaporkan pada Laporan Laba Rugi Komprehensif adalah sebesar pendapatan dan
beban kontrak yang aktual terjadi misalnya pada tahun pertama adalah Rp
4.000.000.000, dengan pendapatan kontrak sebesar porsi 25% penyelesaian sebesar Rp
4.500.000.000, maka laba kotor yang diakui pada tahun pertama adalah Rp
500.000.000.
PT Buana Karya terus mengakumulasi biaya kontrak yang terjadi ditambah
dengan laba yang diakui pada akun “Pekerjaan dalam Proses” untuk memonitor catatan
akumulasi total biaya yang terjadi (ditambah laba) pada akhir periode. Sedangkan
tagihan termin diakumulasi dan dicatat pada akun “Termin”. Setelah pekerjaan
konstruksi selesai dan diserahterimakan kepada pelanggan, maka akun “Pekerjaan
dalam Proses” dan akun “Termin” akan dibalik, seperti terlihat pada jurnal nomor 5.
Mutasi akun “Pekerjaan dalam Proses” lengkapnya adalah sebagai berikut.
Mutasi Akun Pekerjaan dalam Proses
Pekerjaan dalam Proses (dalam ribuan rupiah)
Tahun Pertama Akhir tahun ketiga
biaya kontruksi 4.000.000 Menutup proyek18.000.000
Tahun Pertama yang sudah selesai
laba yang diakui 500.000
Tahun Kedua
biaya konstruksi 7.664.000
Tahun Kedua
laba yang diakui 796.000
Tahun Ketiga
biaya kontruksi 4.536.000
Tahun Ketiga
laba yang diakui 504.000
Total 18.000.000 Total 18.000.000
Jurnal untuk mengakui pendapatan dan beban kontrak selama periode adalah
sebagai berikut (dalam ribuan rupih).
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Untuk mengakui pendapatan dan beban terkait.
Pekerjaan dalam Proses (Laba Kotor) - - 1.800.000
Beban Kontrak 4.000.000 7.664.000 4.536.000
Pendapatan Kontrak 4.000.000 7.664.000 6.336.000
Seperti terlihat pada rangkuman jurnal di atas bahwa perusahaan tidak mengakui
laba pada tahun pertama dan kedua. Pada tahun ketiga, perusahaan mengakui laba dan
menutup akun termin dan pekerjaan dalam proses. Berikut ini tabel 5.5 menyajikan
perbandingan laba yang akan diakui oleh perusahaan menggunakan kedua metode
(dalam ribuan rupiah).
IMBALAN WARALABA
Imbalan waralaba dapat mencakup pemasokan jasa awal dan jasa selanjutnya,
peralatan dan aset berwujud lain, serta know-how.Dengan demikian, imbalan waralaba
diakuisebagai pendapatan atas dasar yang mencerminkan tujuan imbalan tersebut
dibebankan. Berikut ini adalah metode pengakuan imbalan waralaba yang sesuai (PSAK
23: 2014):
a) pasokan perlatan dan aset berwujud lain.
Jumlah, berdasarkan nilai wajar aset yang dijual, diakui sebagai pendapatan pada
saat aset dikirimkan atau hak milik dialihkan.
b) Pasokan jasa awal dan jasa selanjutnya.
Imbalan untuk penyediaaan jasa berkelanjutan, apakah bagian dari imbalan awal
atau imbalan terpisah, diakui sebagai pendapatan pada saat jasa diberikan. Jika
imbalan terpisah tidak menutupi biaya jasa berkelanjutan bersama dengan laba
yang wajar, maka bagian dari imbalan awal, yang cukup untuk menutup biaya jasa
berkelanjutan dan laba yang wajar atas jasa tersebut, ditangguhkan dan diakui
sebagai pendapatan pada saat jasa diberikan.
Perjanjian waralaba dapat mengatur pemilik waralaba untuk memasok peralatan,
persediaan, atau aset berwujud lain, pada harga yang lebih rendah daripada yang
dibebankan pada pihak lain atau pada harga yang tidak memberikan laba yang
wajar atas penjualan tersebut. Dalam keadaan ini, bagian dari imbalan awal, yang
mencukupi untuk menutup estimasi biaya yang melebihi harga tersebut dan
memberikan laba yang wajar atas penjualan tersebut, ditangguhkan dan diakui
sebagai pendapatan selama periode barang tersebut kemungkinan akan dijual ke
pewaralaba. Saldo imbalan awal diakui sebagai pendapatan ketika pelaksanaan
seluruh jasa awal dan kewajiban lain yang disyaratkan atas pemilik waralaba
(seperti asistensi pemilihan tempat, pelatihan staf, pendanaan dan periklanan)
secara substansial telah selesai.
Jasa awal dan kewajiban lain dalam area perjanjian waralaba bergantung pada
jumlah gerai individual yang didirikan diarea tersebut. Dalam hal ini, imbalan yang
dapat diatribusikan pada jasa awal diakui sebagai pendapatan sebanding dengan
jumlah gerai yang secara substansial telah menerima penyelesaian jasa awal.
Jika imbalan awal dapat ditagih selama periode yang diperpanjang dan terdapat
ketidakpastian yang signifikan imbalan tersebut akan ditagih secara keseluruhan,
maka imbalan diakui sebagai pendapatan pada saat cicilan tunai diterima.
c) Imbalan waralaba berkelanjutan.
Imbalan yang dibebankan atas hak berkelanjutan dalam perjanjian, atau jasa lain
yang disediakan selama periode perjanjian, diakui sebagai pendapatan pada saat
jasa tersebut disediakan atau hak tersebut digunakan.
d) Transaksi Keagenan.
Transaksi dapat terjadi antara pemilik waralaba dan pewaralaba yang secara
substansi melibatkan pemilik waralaba bertindak sebagai agen untuk
pewaralaba.Contohnya, pemilik waralaba dapat memesan pasokan dan mengatur
pengiriman ke pewaralaba tanpa memperoleh laba. Transaksi tersebut tidak
menimbulkan pendapatan
SOAL LATIHAN
Diminta:
a) Hitunglah jumlah laba kotor yang harus diakui setiap tahun dengan asumsi
metode persentase penyelesaian digunakan
b) Buatlah semua ayat jurnal yang diperlukan untuk tahun 2002
KASUS
KASUS 1
Berikut adalah data tahun 2016 dari PT Graha Developer yang membangun proyek
apartemen dengan jangka waktu 3 tahun:
(dalam Rp milyar)
nilai kontrak 25,00
tahun 1 tahun 2 tahun 3
estimasi biaya kontrak 20,00 21,50
biaya kontrak yang terjadi 5,00 18,00 21,50
biaya kontrak untuk menyelesaikan 15,00 3,50
tagihan termin 6,00 10,00 9,00
penerimaan kas 4,00 8,00 13,00
***** biaya kontrak + biaya kontrak untuk
menyelesaikan 20,00 21,50 21,50
Tabel Perhitungan Penyelesaian Pekerjaan
Konstruksi tahun 1 tahun 2 tahun 3
harga kontrak 25,00 25,00 25,00
(-) ESTIMASI BIAYA
BIAYA KONTRAK YANG TERJADI 5,00 18,00 21,50
BIAYA KONTRAK UNTUK
MENYELESAIKAN 15,00 3,50 0,00
ESTIMASI BIAYA KONTRAK 20,00 21,50 21,50
ESTIMASI LABA KOTOR 5,00 3,50 3,50
Pertanyaan :
1. Susunlah tabel perhitungan penyelesaian pekerjaan konstruksi
2. Susunlah tabel estimasi pendapatan, beban dan laba yang diakui
3. Susunlah jurnal untuk pengakuan biaya konstruksi (3 tahun).
4. Susunlah jurnal tagihan termin (3 tahun).
5. Susunlah jurnal jurnal penerimaan kas (3 tahun).
6. Susunlah jurnal pengakuan pendapatan (3 tahun) dan jurnal pengakuan penyelesaian kontrak.
KASUS 2
Berikut adalah data tahun 2016 dari PT Mitra Beton yang membangun proyek Jalan
Layang dengan jangka waktu 3 tahun:
Pertanyaan :
1. Susunlah tabel perhitungan penyelesaian pekerjaan konstruksi
2. Susunlah tabel estimasi pendapatan, beban dan laba yang diakui
3. Susunlah jurnal untuk pengakuan biaya konstruksi (3 tahun).
4. Susunlah jurnal tagihan termin (3 tahun).
5. Susunlah jurnal jurnal penerimaan kas (3 tahun).
6. Susunlah jurnal pengakuan pendapatan (3 tahun) dan jurnal pengakuan penyelesaian
kontrak.