Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sempurna merupakan kajian yang sangat penting untuk di bahas,
karena ini merupakan persoalan wacana manusia untuk menentukan, status
manusia dan keadaan yang paling ideal bagi manusia, persoalan ini kemudia
menjadi topic dalam system filsafat dan agama.
Manusia tidak hanya terdiri dari jasadiyah saja namuh ada hal yang lebih
penting lagi dari jasadiayhnya yaitu keberadaan unsur daya ataupun potensi
ketenagaan di dalam diri yang menggerakkan dan yang mengaktifkan jasadiyah.
Persoalan tentang bagaimana manusia seharusanya menjadi manusia, inilah
yang kemudaian mengarah kepada konsepsi-konsepsi tentang manusia sempurna,
atau manusia ideal, insan kamil bahkan manusia yang suci. Persoalan ini banyak
sekali di bicarakan oleh para pemikir muslim dan non muslim, sebut saja Al-
Ghazali, merupakan seorang pemikir muslim yang terkenal dan karya karyanya
banyak di jadikan sebagai rujukan oleh umat islam.
Menurut Al-Gazali manusia sempurna hanya akan dapat di raih oleh
manusia yang telah mencapai ma’rifat. Ma’rifat ini merupakan tingkatan yang
paling tinggi yang dapat di capai oleh manusia, kebahagian sebenarnya yang
dapat di capai oleh manusia adalah mengenal zat yang maha Agung, dan hal itu
tidak dapat di capai seluruhnya di dunia, bagi manusia yang bersunguh-sunggu
akan di dapatinya di akhirat kelak.1
Lain halnya dengan Niezsche, dai menyatakan manusia sempurnah adalah
manusia yang selalu siap dalam menghadapai tantangan, sehingga dalam kondisi
apapun tidak pernah mundur dalam melakukan tindakan, manusia unggul atau
manusia sempurna selalu memiliki dorongan yang kuat untuk berkuasa, dan

1
Moh Yasir Nasution, Manusia Menurut Al-Ghazali, (Jakarta: Rajawali 1998), hlm 186

1
senantiasa bersemangat untuk mengatasi segala persoalan yang ada pada dirinya
maupun sekita.2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atasa adapun rumusan masalah dari makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan manusia sempurna?
2. Bagai mana Konsep Manusia sempurna Menurut Neitszche?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Mnusia
2. Agar dapat mengetahui bagaimana sejarah kemunculan istilah darai
manusia sempurna
3. Untuk mengetahui konsep manusia sempurna menurut Neitszche.

2
Derry Ahmad Rizal “Konsep Manusia Sempurna Menurut Friedch Williams Nietszche dan Ibnu Arabi”
jurnal Refleksi Vol 20. No 1 Januari 2020 hlm 75

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Insan Kamil ( Manusia sempurna)


Pengertian yang mendasar dari insan kamil adalah manusia sempurna dari
sisi wujudnya dan pengetahuan. Wujud sempurna yang di miliki oleh manusia
adalah menifestasi dari tuhan adalah cerminan-cerminam filsafat dari tuhan. Sisi
dari pengetahuan adalah tingkat menyadari esensi dengan tuhan dengan kata lain
ma’rifat.3
Menelisik istilah insan kamil, pertama kali diperkenalkan Ibnu Arabi pada
abad ke-7. Walau artinya sudah banyak dikenal jauh sebelum Ibnu Arabi, tetapi
belum ada yang menggunakan istilah insan kamil misalnya, Abu Yazid al-
Bustami yang pada abad ke-3 H memperkenalkan konsep al-wali al-kamil (wali
sempurna).
Menurut ibnu arabi manusia sempuran adalah ‘Arabi (wahdah al-wujud)
merupakan bagian martabat terakhir dari rangkaian martabat wujud. Manusia
adalah puncak tertinggi segala yang diciptakan (al-mawjudat) dari segi, bahwa
manusia merupakan tempat penampakan seluruh hakikat al-mawjudat (alam) dan
tingkatan-tingka-tannya, di samping juga tempat penampakan hakikat ketuhanan
atau majla al-Ilahiyyah.4
Sebagai penguat dalam insan kamil di dalam kitab fuquhat yang di tulis
ibnu arabi dia mengatakan :
Insan kamil diposisikan al-Haqq dalam posisi tengah (yang memisah dan
menghubung) antara al-Haqq dan alam, sehingga ia menampakkan nama-nama
Tuhan, sehingga ia menampakkan hakikat hal yang mungkin (ada dan tidaknya
bergantung pada yang lain, yaitu al-Haqq, maka ia adalah makhluk.

3
Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi: Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn Arabî Oleh
al-Jîlî, Cet. 1 (Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 60.
4
Ibid hlm 77.

3
Ibnu arabi menjelasakan jika manusia ingin mencapai derajat manusia
sempurna, maka dia haru meniru Nabi Muhammad Saw, dengan mengituti
ajaran-ajarannya karena Insan kamil ini merupakan wujud tajalli tuhan yang
terlihat sempurna semua ajaran itu terungkup di duakalimat syahadat.
Menurut Abdul Karim al-Jili, membagi Insan Kamil menjadi tiga
tingkatan. Yang pertama, tingkat permulaan yang merealisasikan sifat-sifat dari
Tuhan pada diri manusia. Yang kedua, at-tawasut tingkat menengah dalam hal ini
berkaitan dengan realitas kasih Tuhan, apabila ditingkatan permulaan
merealiasaikan sifat-sifat Tuhan dalam tingkatan ini lebih naik setingkat seperti
adanya pengetahuan yang lebih di berikan oleh Tuhan. Tingkatan terakhir, al-
Khitam yaitu mampu merealisasikan citra Tuhan secara utuh dan mampu
mengetahui segala rahasia takdir yang akan datang.
B. Manusia Sempurna Menurut Neitszche
Menurut Nietzsche, manusia unggul adalah manusia yang selalu siap
dalam menghadapi segala tantangan, sehingga dalam kondisi apapun tidak
pernah mundur dalam melakukan tindakan. Manusia unggul selalu memiliki
dorongan yang kuat untuk menjadi manusia yang berkuasa, dan bersemangat
dalam meng-atasi sebuah persoalan yang ada pada dirinya maupun di sekitar.5
Dalam mencapai Ubermensch membutuhkan sebuah kebebasan dan ke-
inginan untuk berkuasa. Untuk menjadi tolak ukur keberhasilan adalah perasaan
akan bertambahnya kekuasaan. Namun demikian, tetap saja Ubermensch hanya
dapat dicapai dengan kemampuan yang dimiliki manusia secara individual.
Konsep Ubermensch selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Curt
Friedlin,sebagai kemungkinan paling optimal bagi seseorang di waktu sekarang,
dan bukan tingkat perkembangan yang berada jauh di depan.
Nietzsche berpendapat bahwa untuk bisa mengenali diri sendiri tidaklah
gampang, tidak sedikit manusia yang banyak berkendak melebihi dari kemam-
puan yang dimiliki. Untuk membuat kesadaran manusia akan kemampuan yang
5
Derry Ahmad Rizal “Konsep Manusia Sempurna… hlm 76

4
dimiliki pada dirinya. Maka dari itu Nietzsche menekankan untuk lebih mengenal
“Aku”. Dalam mengenal “ke-Aku-an” pun membuat manusia itu kreatif sehingga
mampu menggapai sebuah cita-cita setinggi mungkin.
Alasan Nietzsche harus "membunuh" Tuhan ini tidak bisa langsung diarti-
kan secara nyata membunuh Tuhan yang sebagaimana kita yakini. Namun, tanpa
Tuhan, manusia dapat menjadi dirinya sendiri tanpa ada ikatan yang meng-
haruskan menjadi yang digariskan. Hal ini menggambarkan bahwa manusia
mempunyai kesempatan dalam menentukan dirinya sendiri. Jika Tuhan ada,
maka manusia kehilangan kesempatan untuk memahami apa-apa yang terdapat di
dunia dan memahami ke-aku-an yang ada dalam diri manusia.

5
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat penulis simpulkan yaitu hakikat
manusia sempurna itu adalah wujud menifestasi dari wujud tuhan, wujud
tuhan yang dimaksud adalah cerminan-cerminam filsafat dari tuhan. Sisi dari
pengetahuan adalah tingkat menyadari esensi dengan tuhan dengan kata lain
ma’rifat.
Selain itu Neitsche memahami manusi sempurna dengan konsep
Ubermens yaitu untuk mencapai kebebasan dan seseorang dan untuk
berkuasa, dan ubermens ini hanya dapat di capai oleh kemampuan individual.
B. Saran
Makalh ini sangat jauh dari kata sempurna maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan sarannya agar penulis mampu meperbaiki kesalah yg
telah terjadi.

6
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ahmad Rizal Derry 2000 “Konsep Manusia Sempurna Menurut Friedch Williams
Nietszche dan Ibnu Arabi” jurnal Refleksi Vol 20.

Nasution Moh Yasir 1998, Manusia Menurut Al-Ghazali, Jakarta: Rajawali

Yunasril Ali 1997, Manusia Citra Ilahi: Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn
Arabî Oleh al-Jîlî, Cet. 1 Jakarta: Paramadina,

Anda mungkin juga menyukai