Pada saat itu, ada beberapa masalah pada UUDS yang 1950, hingga perlu
dilakukan perubahan.
Salah satu masalah yang harus diubah pada UUDS adalah sering terjadinya
pergantian kabinet.
Namun, dalam dua tahun UUD baru belum juga berhasil dirumuskan seperti
yang diinginkan.
Karena mengetahui hal itu, Soekarno mengambil tindakan dengan meminta
kembali digunakannya UUD 1945 sebagai dasar hukum.
Keputusan Soekarno itu didukung oleh 269 suara sedangkan ada 199 lainnya
merasa tidak setuju dengan keputusan tersebut.
Namun, karena jumlah suara yang tidak setuju masih cukup banyak, maka
pemungutan suara dilakukan ulang pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959.
Tapi, sayangnya pungutan suara yang kedua juga tidak memberikan hasil yang
sesuai.
Karena itu, Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959, pukul
17.00.
Selain itu, dibentuklah DPR GR atau Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.
Posisi Perdana Menteri pun juga ikut dihapuskan, serta UUDS 1950 diganti
dengan UUD 1945.
Ada juga dampak yang membuat ABRI masuk dalam pemerintahan melalui
dwifungsi.
Berikut beberapa poin isi dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang sangat terkenal
itu.
Konstituante dibubarkan