Anda di halaman 1dari 8

Budidaya Cabai Merah

PENDAHULUAN

Cabai merah (Capsicum annuum) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas
sayuran yang memiliki banyak manfaat, bernilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek pasar yang
menarik. Buah cabai selain dapat dikonsumsi segar untuk campuran bumbu masak juga dapat
diawetkan, misalnya dalam bentuk acar, saus, tepung cabai dan buah kering.

PERSYARATAN TUMBUH

Cabai merah cocok dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi, pada lahan sawah atau
tegalan dengan ketinggian 0–1000 m dpl. Tanah yang baik untuk pertanaman cabai adalah yang
berstruktur remah atau gembur, subur, kaya akan bahan organik, pH tanah antara 6–7. Kandungan
air tanah juga perlu diperhatikan. Hal tersebut berhubungan dengan tempat tumbuh tanaman cabai
(sawah atau tegalan). Tanaman cabai yang dibudidayakan di sawah sebaiknya ditanam pada akhir
musim hujan, sedangkan di tegalan ditanam pada musim hujan.

BUDIDAYA TANAMAN

Varietas yang dianjurkan

Varietas yang dapat digunakan untuk budidaya cabai merah antara lain ialah Lembang–1, Tanjung–
2, Hot Chilli, Kencana. Kebutuhan benih sebesar 250-350 g/ha.

Lingga

Tanjung 1

Ciko


Kencana

Persemaian

Sebelum disemai, benih direndam dahulu dalam air hangat (50°C) atau larutan (1 cc/l) selama 12
jam. Benih disebar secara merata pada bedengan persemaian dengan media berupa campuran
tanah dan pupuk kandang/kompos (1:1), kemudian ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari.
Bedengan persemaian diberi naungan/atap dari kasa/plastik transparan kemudian persemaian
ditutup dengan untuk menghindari serangan OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan ke
dalam bumbungan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama (tanah dan pupuk kandang
steril). Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur 4-5
minggu.

Persemaian cabai

Pengolahan Lahan

Lahan kering/tegalan

Lahan dicangkul sedalam 30-40 cm sampai gembur kemudian dibuat bedengan-bedengan dengan
lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, dan jarak antar bedengan 30 cm. Lubang tanam dibuat dengan jarak
tanam (50-60 cm), sehingga dalam tiap bedengan terdapat 2 baris tanaman.

Lahan sawah

Tanah dicangkul sampai gembur kemudian dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1,5 m dan
antara bedengan dibuat parit sedalam 50 cm dan lebar 50 cm. Dibuat lubang tanam dengan jarak
tanam 50 cm x 60 cm. Bila pH tanah kurang dari 5,5 dilakukan pengapuran menggunakan
Kaptan/Dolomit dengan dosis 1,5 ton/ha pada 3-4 minggu sebelum tanam (bersamaan dengan
pengolahan tanah dengan cara disebar di permukaan tanah dan diaduk rata).

Pemupukan

Cabai monokultur di lahan kering

Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk kandang kuda atau sapi sebanyak 20–40 ton/ha dan
pupuk buatan TSP 200–225 kg/ha diberikan sebelum tanam.

Pupuk susulan berupa Urea 100–150 kg/ha, ZA 300–400 kg/ha, dan KCl 150–200 kg/ha diberikan 3
kali pada umur 3, 6 dan 9 minggu setelah tanam.
Cabai tumpang gilir dengan bawang merah

Bawang merah: pupuk kandang kuda atau ayam/domba 10–20 ton/ha dan TSP 150–200 kg/ha
diberikan 7 hari sebelum tanam, kemudian Urea 150–200 kg/ha, ZK 400–500 kg/ha dan KCl 150–200
kg/ha diberikan pada umur 7 dan 25 hari setelah tanam masing-masing ½ dosis. Cabai merah: Pupuk
dasar diberikan 7 hari sebelum tanam terdiri atas : pupuk kandang 10-15 ton/ha, Urea 261 kg/ha, SP
36 222 kg/ha dan KCl 198 kg/ha. Pupuk susulan diberikan pada umur 20,35 dan 50 hari setelah
tanam yaitu masing-masing 240 kg Urea /ha.

Cabai tumpangsari dengan kubis atau tomat

Pupuk kandang kuda, ayam/domba 30 – 40 ton/ha dan NPK 15:15:15 sebanyak 700 kg/ha diberikan
seminggu sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk secara rata dengan tanah. Pupuk susulan
diberikan dalam bentuk pupuk NPK 15:15:15 yang dicairkan (1,5-2 g/l air), dengan volume semprot
4000 llarutan/ha. Pupuk tersebut diberikan mulai umur 6 minggu sebelum tanam dan diulang tiap
10-15 hari sekali.

Penggunaan mulsa

Mulsa jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) digunakan pada musim kemarau, yang diberikan d

<p>Teknologi Inovatif Budidaya Bawang Putih</p>

Oleh :

Agnovi Merdeka Efndi

Rofik Sinung Basuki

Catur Hermanto

PENDAHULUAN

Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting bawang
putih berguna sebagai pelengkap bumbu masak, sebagai obat anti jamur dan bakteri, serta dapat
menurunkan kolesterol dan mencegah pembekuan darah (Sutarto et al. 2004).
Syarat Tumbuh

Tanaman bawang putih akan tumbuh baik jika ditanam di dataran tinggi (> 1000 m dpl.) dengan suhu
15 – 25 oC (Sunarjono 2010), namun ada beberapa varietas yang dapat tumbuh di dataran medium,
bahkan dataran rendah. Curah hujan optimal untuk pertumbuhan bawang putih berkisar antara 100-
200 mm/bulan. Suhu rendah dan kondisi curah hujan terlalu tinggi akan mempersulit pembentukan
siung. Jenis tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman bawang putih adalah Grumusol (Ultisol)
dengan pH netral (Thomson 2007).

Waktu Tanam

Bawang putih sebaiknya ditanam pada akhir musim penghujan atau awal musim kemarau. Menje-
lang panen tanaman ini tidak menghendaki kondisi yang terlalu basah/ lembap karena akan
menyebabkan kebusukan dan penurunan kualitas umbi.

Gambar 1. Tanaman bawang putih yang rusak karena curah hujan yang terlalu tinggi

Gambar 2. Umbi yang busuk dan pecah karena kondisi tanah yang terlalu lembap

Lahan

Tanaman bawang putih tumbuh optimal di dataran medium sampai dataran tinggi. Jika ditanam di
dataran tinggi, lahan yang cocok untuk tanaman bawang putih adalah jenis tanah lempung berpasir,
berstruktur tanah gembur dengan pH 5,5-7.


Gambar 3. Tanah lempung berpasir yang cocok untuk penanaman bawang putih

Gambar 4. Penampakan tanah lempung berpasir yang cocok untuk penanaman bawang putih

PENANAMAN DAN

PEMELIHARAAN TANAMAN

Pengolahan Lahan

Tanah digemburkan dengan cara melakukan pembalikan menggunakan cangkul atau rotari.
Selanjutnya dibuat bedengan dengan lebar 100 cm tinggi ± 30 cm dan lebar parit ± 30 cm.

Gambar 5. Tanah yang sudah digemburkan dengan pembalikan

Pengapuran

Pengapuran dilakukan menggunakan Dolomit dengan dosis 2 ton/ha. Kapur ditaburkan di atas
bedengan lalu diaduk dengan tanah.

Gambar 6. Penaburan kapur secara merata di atas bedengan


Pemupukan Dasar

Pupuk dasar yang digunakan ialah pupuk kandang sapi 30 ton/ha atau pupuk kotoran ayam 15
ton/ha, dan SP36 = 375 kg/ha. Pupuk dasar tersebut diaplikasikan 15 hari sebelum tanam

Gambar 7. Pupuk kandang ayam yang telah matang dan siap digunakan

Penyemprotan Herbisida

Sehari sebelum tanam dilakukan penyemprotan herbisida di atas permukaan bedengan.


Penyemprotan herbisida dimaksudkan untuk memperlambat tumbuhnya rumput setelah benih
bawang putih ditanam, sehingga benih bawang putih dapat tumbuh normal tanpa diganggu oleh
pertumbuhan rumput di sekitarnya.

Gambar 8. Penyemprotan herbisida pra tumbuh

Persiapan Benih

Benih dipilih yang telah berumur 6 - 8 bulan, sehat, tidak keropos dan berukuran seragam agar
pertumbuhan dilahan juga seragam. Siung dibersihkan dari kotoran dan lapisan kulit yang sudah
kering.


Gambar 9. Benih berumur 8 bulan yang sudah diseleksi, dibersihkan dan siap ditanam

Penanaman

Lahan dibasahi 1 hari sebelum tanam. Benih ditanam 1 (satu) siung per lubang tanam dengan
kedalaman ± 3 cm dan jarak tanam 10 cm x 10 cm atau 12,5 cm x 12,5 cm. Selanjutnya ditutup
dengan mulsa jerami dengan ketebalan ± 5 cm dan setelah ditutup dengan mulsa jerami dilakukan
penyiraman.

Gambar 10. Pembuatan lubang tanam dan penanaman benih

Gambar 11. Mulsa jerami dipasang secara rapi dan merata

Pemeliharaan Tanaman

Penyiangan dilakukan secara rutin disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan gulma. Gulma pada
parit dapat dibersihkan dengan cangkul sekaligus untuk memelihara bentuk bedengan. Pada musim
kemarau penyiraman dilakukan 2 kali dalam seminggu pada 12-20 hari menjelang panen penyiraman
dihentikan.

Gambar 12.Pemeliharaan bentuk bedengan dan pembersihan gulma pada parit


Gambar 13.Penyiraman dengan cara digen

Anda mungkin juga menyukai