Anda di halaman 1dari 8

TIM 19

PENDAPAT HUKUM
(Legal Opinion)

Analisis dugaan kasus pencemaran nama baik terhadap


Universitas Majapahit Surabaya oleh Saudari Putri Kencana
Ayu

TIM 19
2021
TIM 19

A. Posisi Kasus ( Statement of Facts )


1. Bahwa Putri Kencana Ayu merupakan adalah seorang mahasiswi semester 5 di
Universitas Majapahit Surabaya yang mendapat perlakuan tidak adil dari kampusnya.
2. Mahasiswa Universitas Majapahit Surabaya lainnya juga mendapat perlakuan tidak
adil dari kampusnya seperti kondisi furnitur dan pendigin ruang kelas yang baik.
3. Bahwa Putri Kencana Ayu pernah kehilangan laptop di parkiran sekolah dan pihak
kampus tidak menyediakan kamera CCTV di lahan parkirannya.
4. Bahwa Putri menulis surat kritik terkait sarana dan prasarana kampus sebanyak dua
kali tertanggal 20 Oktober 2019 dan 20 November 2019 terhadap Rektor Universitas
Majapahit dan pihak kampus tidak menanggapinya.
5. Bahwa pada tanggal 1 Desember 2019, Surat Keputusan Rektor dengan nomor
12/R/Unmaja/2019 terbit. Surat Keputusan Rektor tersebut menetapkan kenaikan
biaya kuliah bagi seluruh mahasiswa aktif sejumlah Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)
tiap semester yang berlaku mulai 1 Januari 2020.
6. Bahwa pada tanggal 4 Desember 2019, Putri bersama 20 mahasiswa lainnya
menggalang demo di depan gedung rektorat dalam rangka menyuarakan tuntutan
untuk mencabut Surat Keputusan Rektor No. 12/R/Unmaja/2019 serta segera
memperbaiki sarana dan prasarana kampus yang ada. Namun, pihak kampus
membungkan aspirasi mahasiswa dengan membubarkan aksi unjuk rassa secara
paksa.
7. Bahwa untuk menghadapi perlakuan kampus, Putri mengunggah status di media
sosial pada tanggal 5 Desember 2019 dengan tulisan sebagai berikut :
“Atas perbuatan Rektor yang tidak segera memperbaiki sarana prasarana kampus,
menaikkan biaya kuliah, dan membungkam aspirasi mahasiswa, maka bersama ini
saya menyampaikan piagam perhargaan terhadap Rektor Majapahit atas
pencapaian prestasi rusaknya hati nurani dan pencederaan nilai-nilai keadilan. Ayo
galang demo lebih besar, penuhi tuntutan atau turunkan rektor. Hidup mahasiswa!”
Disertai unggahan foto piagam rekayasa berikut

10. Bahwa pada tanggal 8 Desember 2019, pihak rektorat mengeluarkan Surat Keputusan
Rektor No. 13/R/Unmaja/2019 yang berisi penetapan sanksi akademik berupa
skorsing selama dua semester kepada Putri atas perbuatanya menggugah statusnya.
11. Bahwa pada tanggal 15 Desember 2019, pihak kampus melaporkan perbuatan Putri
ke kepolisian atas dugaan perbuatan pencemaran nama baik.

B. Isu Hukum
Apakah Putri telah melakukan perbuatan penghinaan dan/ atau pencemaran nama baik
menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2016?
TIM 19

C. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 yang
berbunyi “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang”.
2. Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
Pasal 27 ayat (3) jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Bab XVI Pasal 310 sampai 327
4. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 22 ayat (3)
5. Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat
di Muka Umum

D. Analisis
1. Pada dasarnya Undang-Undang No. 11 tahun 2008 Pasal 27 ayat (3) yang berbunyi
“Setiap Orang dengan sengaja, dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama
baik”, memuat unsur-unsur berikut:
a. Setiap Orang dengan sengaja
Wirjono Prodjodikoro dalam buku Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia
menerangkan bahwa kesengajaan terbagi menjadi tiga jenis1:
1) Kesengajaan yang bersifat tujuan (opzet als oogmerk), Kesengajaan ini dapat
dikatakan bahwa si pelaku benar-benar menghendaki mencapai akibat.
2) Kesengajaan secara keinsafan kepastian (opzet bij zekerheids-bewustzijn),
Kesengajaan ini ada apabila si pelaku tidak bertujuan untuk mencapai akibat,
tapi ia tahu benar bahwa akibat itu pasti akan mengikuti perbuatan itu.
3) Kesengajaan keinsafan kemungkinan (opzet bij mogelijkheids-bewustzijn),
Kesengajaan ini terjadi apabila dalam gagasan si pelaku hanya ada bayangan
kemungkinan bahwa akan terjadi akibat yang bersangkutan tanpa dituju.
Berdasarkan kasus Putri Kencana Ayu, Putri melakukan kesengajaan yang
bersifat tujuan dikarenakan Putri menghendaki tercapainya akibat berupa
sadarnya pihak Rektor Universitas Majapahit sehingga dapat segera mencabut
mencabut Surat Keputusan Rektor No. 12/R/Unmaja/2019 serta segera
memperbaiki sarana dan prasarana kampus yang ada.
b. tanpa hak
Dijelaskan oleh P. A. F. Lamintang bahwa istilah “tanpa hak” dalam hukum
pidana, disebut juga dengan istilah “wederrechtelijk”2. Menurut Lamintang,
wederrechtelijk meliputi beberapa pengertian, yaitu:
1) Bertentangan dengan hukum objektif;
2) Bertentangan dengan hak orang lain;
3) Tanpa hak yang ada pada diri seseorang; atau
4) Tanpa kewenangan.
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Putri melakukan
tindakan secara tanpa hak. Meskipun begitu, perlu diperhatikan motif Putri dalam
melakukan tindakannya beserta kajian terhadap unsur-unsur lainnya.

1 Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia hal. 65-70


2 Delik-Delik Khusus: Kejahatan terhadap Harta Kekayaan
TIM 19

c. Mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya


Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik3
1) Yang dimaksud dengan “mendistribusikan” adalah mengirimkan dan/atau
menyebarkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada
banyak Orang atau berbagai pihak melalui Sistem Elektronik
2) Yang dimaksud dengan “mentransmisikan” adalah mengirimkan Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang ditujukan kepada satu pihak
lain melalui Sistem Elektronik.
3) Yang dimaksud dengan “membuat dapat diakses” adalah semua perbuatan
lain selain mendistribusikan dan mentransmisikan melalui Sistem Elektronik
yang menyebabkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dapat
diketahui pihak lain atau publik.
Tindakan Saudari Putri dikategorikan sebagai pendistribusian dan membuat
informasi tersebut diakses oleh publik. Namun, perlu dilihat tujuan dari tindakan
ini yang tidak lain untuk memperoleh keadilan yang tidak diberikan oleh pihak
kampus, bahkan setelah Putri melakukan mediasi dengan pihak kampus.
d. yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik
Bagian ini akan dibahas pada poin ke-3
2. Dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, bagian Penjelasan
Pasal demi Pasal, Pasal 27 ayat (3), menyebutkan bahwa ketentuan pada ayat ini
mengacu pada ketentuan pencemaran nama baik dan/atau fitnah yang diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Dalam hal ini, merujuk pada Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, Bab XVI Pasal 310.
3. Pencemaran nama baik diartikan sebagai perbuatan menyerang kehormatan atau
nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal yang maksudnya terang supaya
hal itu diketahui umum.4
Dengan demikian, unsur-unsur Pencemaran Nama Baik atau penghinaan (menurut
Pasal 310 KUHP) adalah:
a. Dengan sengaja;
Bagian ini telah dibahas pada poin 1. a
b. Menyerang kehormatan atau nama baik;
Menurut R. Soesilo dalam bukunya yang berjudul Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
menerangkan bahwa “menghina” adalah “menyerang kehormatan dan nama baik
seseorang”. Sementara itu, penghinaan sendiri dilakukan dengan menuduh
seseorang melakukan suatu perbuatan. Hal ini berkaitan dengan poin c.
c. Menuduh melakukan suatu perbuatan
Dalam Pasal 311 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, disebutkan
bahwa:
Barangsiapa melakukan kejahatan menista atau menista dengan tulisan, dalam
hal ia diizinkan untuk membuktikan tuduhannya itu, jika ia tidak dapat
membuktikan dan jika tuduhan itu dilakukannya sedang diketahuinya tidak benar,
dihukum karena salah memfitnah dengan hukum penjara selama-lamanya empat
tahun.

3 Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 bagian Penjelasan Pasal demi Pasal, Pasal 27 ayat (1)
4 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 310 ayat (1)
TIM 19

Dalam hal ini, diperlukan kajian lebih lanjut mengenai tuduhan yang disampaikan
Putri mengenai Rektor Universitas Majapahit Surabaya. Apabila tuduhan yang
disampaikan Putri tersebut benar adanya, tindakan yang dilakukan oleh Saudari
Putri tidak memenuhi unsur Menuduh melakukan suatu perbuatan.
Berikut merupakan kajian mengenai tuduhan yang disampaikan Putri mengenai
Rektor Universitas Majapahit Surabaya beserta undang-undang yang berkaitan:
1) Pencederaannya nilai keadilan didasarkan atas perlakuan pihak kampus tidak
memenuhi hak-hak (dalam hal ini perbaikan sarana prasarana) yang
seharusnya diberikan kepada mahasiswa karena telah memenuhi
kewajibannya yaitu membayar biaya kuliah.
Pihak kampus tidak memenuhi kewajibannya terkait Undang-Undang No. 12
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Pasal 41 ayat (3), “Perguruan Tinggi
menyediakan sarana dan prasarana untuk memenuhi keperluan pendidikan
sesuai dengan bakat, minat, potensi, dan kecerdasan Mahasiswa.”
2) Membungkam aspirasi mahasiswa dan melakukan pembubaran paksa saat
aksi unjuk rasa terkait beberapa masalah seperti buruknya sarana prasarana,
lahan parkir yang tidak aman, dan kenaikan biaya kuliah.
Tindakan kampus ini merupakan bentuk pelanggaran dari pasal-pasal berikut:
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28,
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang.”
Pihak kampus tidak memberikan kemerdekaan mengeluarkan pikiran,
baik secara lisan maupun tulisan, kepada mahasiswa. Hal ini ditunjukkan
dengan tidak adanya tanggapan terhadap surat kritik dan pembubaran
paksa pada aksi unjuk rasa.
b) Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum, Pasal 18 ayat (1) yang berbunyi “Barang siapa
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan menghalang-halangi hak
warga negara untuk menyampaikan pendapat di muka umum yang telah
memenuhi ketentuan Undang-undang ini dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun.”
Ancaman kekerasan adalah setiap perbuatan secara melawan hukum yang
dapat menimbulkan rasa takut terhadap orang atau masyarakat secara luas
atau mengekang kebebasan hakiki.5
Pihak kampus dengan ancaman kekerasan menghalang-halangi hak warga
negara (mahasiswa) untuk menyampaikan pendapat di muka umum.
Mengingat bahwa kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat sesuai
dengan hati nurani merupakan hak asasi manusia yang sangat hakiki. 6
c) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 22
ayat (3) yang berbunyi “Setiap orang memiliki kebebasan untuk
mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat sesuai hati
nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak maupun
elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan,
ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa.”
Dalam hal ini, kampus membatasi Saudari Putri yang mengeluarkan dan
menyebarluaskan pendapatnya secara tulisan melalui media elektronik.
5 Undang-Undang No. 5 Tahun 2018
6 General Comment No. 34 Para 2
TIM 19

Sebagai kesimpulan, Putri tidak dapat dinyatakan menuduh pihak Rektor


Universitas Majapahit karena hal yang disampaikan Putri merupakan fakta yang
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
d. Menyiarkan tuduhan supaya diketahui umum.
Seperti yang telah dijelaskan pada poin 3. c bahwa dalam kasus Saudari Putri tidak
dilakukan tuduhan karena hal yang disampaikan Putri merupakan fakta yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
4. Berdasarkan Pasal 310 ayat (3) KUHP, perbuatan pencemaran nama baik juga tidak
dapat dihukum apabila tuduhan tersebut dilakukan (Wawan, 2012: 21)7:
a. Demi membela kepentingan umum; atau
Seperti yang tertulis pada posisi kasus, Saudari Putri Kencana Ayu dan teman-
temannya memperjuangkan kepentingan seluruh mahasiswa Universitas
Majapahit Surabaya agar pihak kampus memperbaiki sarana dan prasana kampus
dan meningkatkan keamanan lahan parkir kampus.
b. Karena terpaksa untuk membela diri.
1) Putri Kencana Ayu memperjuangkan kebebasan berpendapatnya. Dengan
dibubarkannya aksi unjuk rasa, maka hak untuk berpendapatnya diambil
paksa oleh pihak kampus. Dengan tindakan ini, Putri ingin membela haknya
yang diambil paksa oleh pihak kampus saat melakukan aksi unjuk rasa.
2) Putri sebagai mahasiswa juga membela haknya untuk mendapat sarana dan
prasana yang layak dari pihak kampus karena ia telah melakukan
kewajibannya yaitu membayar biaya kuliah.

E. Kesimpulan dan Rekomendasi


1. Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 jo. Undang-Undang No. 19 Tahun
2016 serta dasar hukum lain yang berhubungan, Putri Kencana Ayu tidak memenuhi
unsur-unsur tindak pencemaran nama baik sehingga tidak dapat dijatuhkan hukuman
atas dugaan tindak pencemaran nama baik. Putri tidak melakukan tuduhan yang tidak
berdasar kepada pihak Universitas Majapahit Surabaya, melainkan menyampaikan
kritikan yang benar adanya. Oleh karena itu, tindakan Putri tidak dapat digolongkan
ke dalam tindak pencemaran nama baik.
2. Pihak Rektor Universitas Majapahit Surabaya telah melanggar beberapa hak
mahasiswa seperti hak atas sarana prasarana, hak kemerdekaan berpendapat di muka
umum, serta hak mengeluarkan pendapat melalui media elektronik. Oleh karena itu,
pihak universitas dapat dituntut atas pelanggaran terhadap pasal-pasal yang telah
diuraikan di atas.
3. Dalam hal ini, sebaiknya Putri Kencana Ayu mengumpulkan bukti dan saksi atas
tindakan pelanggaran dari pihak Universitas Majapahit Surabaya, terkait Undang-
Undang No. 12 Tahun 2012 Pasal 41 ayat (3), Undang-Undang No. 9 Tahun 1998
Pasal 18 ayat (1), dan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Pasal 22 ayat (3). Saudari
Putri Kencana Ayu juga dapat melakukan mediasi terlebih dahulu dengan pihak
universitas agar permasalahan dapat diselesaikan secara kekeluargaan.

Hormat kami,

Advokat Lembaga Bantuan Hukum Justice for All

7 Pencemaran Nama Baik di Kehidupan Nyata & Dunia Internet


TIM 19

Daftar Pustaka

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang tentang Perubahan atas Undang-


Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di


Muka Umum

Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

Alam, W. T. (2012). Pencemaran Nama Baik di Kehidupan Nyata & Dunia Internet.
Jakarta: Wartapena.

Dimas Hutomo, S. (2019, February 18). Hukumnya Menuduh Orang Melakukan Tindak
Pidana Tanpa Bukti. From hukumonline.com:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5c580a5ca3ae3/hukumnya-
menuduh-orang-melakukan-tindak-pidana-tanpa-bukti/

Lamintang, P., & Lamintang, T. (2009). Delik-Delik Khusus: Kejahatan terhadap Harta
Kekayaan. Jakarta: Sinar Grafika.

Prodjodikoro, W. (1989). Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. Bandung: Eresco.

Sigar Aji Poerana, S. (2020, Juni 16). Perbedaan ‘Sengaja’ dan ‘Tidak Sengaja’ dalam
Hukum Pidana. From hukumonline.com:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5ee8aa6f2a1d3/perbedaan-
sengaja-dan-tidak-sengaja-dalam-hukum-pidana/

Soesilo, R. (1995). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-


Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia.

Tri Jata Ayu Pramesti, S. (2013, September 16). Perbuatan-perbuatan yang Termasuk
Pencemaran Nama Baik. From hukumonline.com:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt517f3d9f2544a/perbuatan-
perbuatan-yang-termasuk-pencemaran-nama-baik/
TIM 19

Anda mungkin juga menyukai