PENDAPAT HUKUM
(Legal Opinion)
TIM 19
2021
TIM 19
10. Bahwa pada tanggal 8 Desember 2019, pihak rektorat mengeluarkan Surat Keputusan
Rektor No. 13/R/Unmaja/2019 yang berisi penetapan sanksi akademik berupa
skorsing selama dua semester kepada Putri atas perbuatanya menggugah statusnya.
11. Bahwa pada tanggal 15 Desember 2019, pihak kampus melaporkan perbuatan Putri
ke kepolisian atas dugaan perbuatan pencemaran nama baik.
B. Isu Hukum
Apakah Putri telah melakukan perbuatan penghinaan dan/ atau pencemaran nama baik
menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2016?
TIM 19
C. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 yang
berbunyi “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang”.
2. Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
Pasal 27 ayat (3) jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Bab XVI Pasal 310 sampai 327
4. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 22 ayat (3)
5. Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat
di Muka Umum
D. Analisis
1. Pada dasarnya Undang-Undang No. 11 tahun 2008 Pasal 27 ayat (3) yang berbunyi
“Setiap Orang dengan sengaja, dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama
baik”, memuat unsur-unsur berikut:
a. Setiap Orang dengan sengaja
Wirjono Prodjodikoro dalam buku Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia
menerangkan bahwa kesengajaan terbagi menjadi tiga jenis1:
1) Kesengajaan yang bersifat tujuan (opzet als oogmerk), Kesengajaan ini dapat
dikatakan bahwa si pelaku benar-benar menghendaki mencapai akibat.
2) Kesengajaan secara keinsafan kepastian (opzet bij zekerheids-bewustzijn),
Kesengajaan ini ada apabila si pelaku tidak bertujuan untuk mencapai akibat,
tapi ia tahu benar bahwa akibat itu pasti akan mengikuti perbuatan itu.
3) Kesengajaan keinsafan kemungkinan (opzet bij mogelijkheids-bewustzijn),
Kesengajaan ini terjadi apabila dalam gagasan si pelaku hanya ada bayangan
kemungkinan bahwa akan terjadi akibat yang bersangkutan tanpa dituju.
Berdasarkan kasus Putri Kencana Ayu, Putri melakukan kesengajaan yang
bersifat tujuan dikarenakan Putri menghendaki tercapainya akibat berupa
sadarnya pihak Rektor Universitas Majapahit sehingga dapat segera mencabut
mencabut Surat Keputusan Rektor No. 12/R/Unmaja/2019 serta segera
memperbaiki sarana dan prasarana kampus yang ada.
b. tanpa hak
Dijelaskan oleh P. A. F. Lamintang bahwa istilah “tanpa hak” dalam hukum
pidana, disebut juga dengan istilah “wederrechtelijk”2. Menurut Lamintang,
wederrechtelijk meliputi beberapa pengertian, yaitu:
1) Bertentangan dengan hukum objektif;
2) Bertentangan dengan hak orang lain;
3) Tanpa hak yang ada pada diri seseorang; atau
4) Tanpa kewenangan.
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Putri melakukan
tindakan secara tanpa hak. Meskipun begitu, perlu diperhatikan motif Putri dalam
melakukan tindakannya beserta kajian terhadap unsur-unsur lainnya.
3 Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 bagian Penjelasan Pasal demi Pasal, Pasal 27 ayat (1)
4 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 310 ayat (1)
TIM 19
Dalam hal ini, diperlukan kajian lebih lanjut mengenai tuduhan yang disampaikan
Putri mengenai Rektor Universitas Majapahit Surabaya. Apabila tuduhan yang
disampaikan Putri tersebut benar adanya, tindakan yang dilakukan oleh Saudari
Putri tidak memenuhi unsur Menuduh melakukan suatu perbuatan.
Berikut merupakan kajian mengenai tuduhan yang disampaikan Putri mengenai
Rektor Universitas Majapahit Surabaya beserta undang-undang yang berkaitan:
1) Pencederaannya nilai keadilan didasarkan atas perlakuan pihak kampus tidak
memenuhi hak-hak (dalam hal ini perbaikan sarana prasarana) yang
seharusnya diberikan kepada mahasiswa karena telah memenuhi
kewajibannya yaitu membayar biaya kuliah.
Pihak kampus tidak memenuhi kewajibannya terkait Undang-Undang No. 12
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Pasal 41 ayat (3), “Perguruan Tinggi
menyediakan sarana dan prasarana untuk memenuhi keperluan pendidikan
sesuai dengan bakat, minat, potensi, dan kecerdasan Mahasiswa.”
2) Membungkam aspirasi mahasiswa dan melakukan pembubaran paksa saat
aksi unjuk rasa terkait beberapa masalah seperti buruknya sarana prasarana,
lahan parkir yang tidak aman, dan kenaikan biaya kuliah.
Tindakan kampus ini merupakan bentuk pelanggaran dari pasal-pasal berikut:
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28,
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang.”
Pihak kampus tidak memberikan kemerdekaan mengeluarkan pikiran,
baik secara lisan maupun tulisan, kepada mahasiswa. Hal ini ditunjukkan
dengan tidak adanya tanggapan terhadap surat kritik dan pembubaran
paksa pada aksi unjuk rasa.
b) Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum, Pasal 18 ayat (1) yang berbunyi “Barang siapa
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan menghalang-halangi hak
warga negara untuk menyampaikan pendapat di muka umum yang telah
memenuhi ketentuan Undang-undang ini dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun.”
Ancaman kekerasan adalah setiap perbuatan secara melawan hukum yang
dapat menimbulkan rasa takut terhadap orang atau masyarakat secara luas
atau mengekang kebebasan hakiki.5
Pihak kampus dengan ancaman kekerasan menghalang-halangi hak warga
negara (mahasiswa) untuk menyampaikan pendapat di muka umum.
Mengingat bahwa kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat sesuai
dengan hati nurani merupakan hak asasi manusia yang sangat hakiki. 6
c) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 22
ayat (3) yang berbunyi “Setiap orang memiliki kebebasan untuk
mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat sesuai hati
nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak maupun
elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan,
ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa.”
Dalam hal ini, kampus membatasi Saudari Putri yang mengeluarkan dan
menyebarluaskan pendapatnya secara tulisan melalui media elektronik.
5 Undang-Undang No. 5 Tahun 2018
6 General Comment No. 34 Para 2
TIM 19
Hormat kami,
Daftar Pustaka
Alam, W. T. (2012). Pencemaran Nama Baik di Kehidupan Nyata & Dunia Internet.
Jakarta: Wartapena.
Dimas Hutomo, S. (2019, February 18). Hukumnya Menuduh Orang Melakukan Tindak
Pidana Tanpa Bukti. From hukumonline.com:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5c580a5ca3ae3/hukumnya-
menuduh-orang-melakukan-tindak-pidana-tanpa-bukti/
Lamintang, P., & Lamintang, T. (2009). Delik-Delik Khusus: Kejahatan terhadap Harta
Kekayaan. Jakarta: Sinar Grafika.
Sigar Aji Poerana, S. (2020, Juni 16). Perbedaan ‘Sengaja’ dan ‘Tidak Sengaja’ dalam
Hukum Pidana. From hukumonline.com:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5ee8aa6f2a1d3/perbedaan-
sengaja-dan-tidak-sengaja-dalam-hukum-pidana/
Tri Jata Ayu Pramesti, S. (2013, September 16). Perbuatan-perbuatan yang Termasuk
Pencemaran Nama Baik. From hukumonline.com:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt517f3d9f2544a/perbuatan-
perbuatan-yang-termasuk-pencemaran-nama-baik/
TIM 19